Professional Documents
Culture Documents
Asisten, Praktikan,
Perbaikan :
1. Perbaikan I, Tanggal :
Telah Diperbaiki :
Telah Diperbaiki :
Telah Diperbaiki :
4. Pergantian Jurnal :
Nilai :
ANTIPIRETIK
I. Pendahuluan
Pada manusia nilai normal tradisional bagi suhu mulut 37°C, tatapi dalam
satu seri besar dewasa muda normal, suhu mulut pagi rata-rata 36,7°C dengan deviasi
standar 0,2°C. sehingga 95% dari semua dewasa muda akan diharapkan mempunyai
suhu mulut pagi hari 36,3-37,1°C. berbagai bagian badan pada suhu berbeda dan
besar perbedaan suhu antar bagian bervariasi sesuai suhu lingkungan. Selama gerak
badan, panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot terkumpul di dalam badan serta
suhu rectum normalnya meningkat setinggi 40°C. peningkatan ini sebagian karena
ketakmampuan sebagian mekanisme enghilang panas menangani peningkatan besar
dalam jumlah panas yang dihasilkan, tetapi ada bukti bahwa di samping itu ada
peningkatan suhu tubuh saat mekanisme penghilang panas diaktivasi selama gerak
badan. Suhu badan juga meningkat sedikit selama perangsangan emosional,
mungkin karena ketegangan otot yang tak disadari. Secara menahun ia ditingkatkan
sebanyak 0,5°C bila laju metabolic tinggi, seperti dalam hipertiroidisme
(Ganong, W.F.,1995).
Di dalam badan, panas dihasilkan oleh gerak otot, asimilasi makanan dan
semua proses vital yang menyokong laju metabolisme basal. Ia hilang dari bahan
oleh radiasi, konduksi sertapenguapan air di dalam jalan pernapasan dan di atas kulit.
Sejumlah kecil panas juga di buang di dalam urina dan feses. Keseimbangan antar
produksi panas dan kehilangan panas menentukan suhu badan. Karena kecepatan
reaksi kimia bervariasi sesuai suhu dan kecepatan reakasi kimia bervariasi sesuai
suhu dan karena system enzyme tubuh mmpunyai rentang suhu yang sempit tempat
ia berfungsi optimum, maka fungsi tubuh yang normal tergantung atas suhu badan
yang relatif tetap.
Suhu tubuh sedikit bervariasi pada kerja fisik dan suhu lingkungan yang
ekstrem, karena melanisme pengaturan suhu tidak 100 persen tepat. Bila dibentuk
panas yang berlebihan di dalam tubuh karena kerja fisik yang melelahkan, suhu
rectal akan meningkat sampai setinggi 1010 sampai 1040 F. Sebaliknya, ketika suhu
tubuh terpapar dengan suhu yang dingin, suhu rectal sampai di bawah nilai 960 F.Bila
laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju hilangnya panas,
timbul panas dalam tubuh dan temperature tubuh meningkat (Guyton, A.C.,1996).
II. Tujuan Percobaan
- Untuk mengetahui efek pemberian 2,4-dinitrofenol pada hewan percobaan
- Untuk mengetahui efek parasetamol sebagai penurun panas
- Untuk membandingkan khasiat parasetamol dan obat X dalam menurunkan
panas.
5.3. Flowsheet
Merpati 1
Ditandai dan ditimbang
Diukur temperatur sebanyak 3 kali selang
waktu 3 menit dan ditentukan temperatur rat-
ratanya
Dihitung dosis pada pemberian larutan 2,4
dinitrofenol [ ] 0,5 % dengan dosis 5 mg/kg BB
Disuntikkan larutan 2,4 dinitrofenol secara
intramuskular pada daerah dada
Diukur temperatur tiap 5 menit selama 20menit
Disuntikkan suspensi kosong degan dosis 1 %
BB secara oral
Diukur temperatur selang waktu 5 menit selama
50 menit
Dibuat grafik temeperatur vs waktu
Hasil
50 mg
1000 g
Merpati 2
Ditandai dan ditimbang
Diukur temperatur
Dihitung dosis pada pemberian larutan 2,4
dinitrofenol [ ] 0,5 % dengan dosis 5 mg/kg BB
Disuntikkan larutan 2,4 dinitrofenol secara
intramuskular pada daerah dada
Diukur temperatur tiap 5 menit selama 20menit
Disuntikkan suspensi parasetamol [ ] 10 %
dosis 400 mg/kg BB secara oral
Diukur temperatur selang waktu 5 menit selama
50 menit
Dibuat grafik temeperatur vs waktu
Hasil
Merpati 3
Ditandai dan ditimbang
Diukur temperatur sebanyak 3 kali selang
waktu 3 menit dan ditentukan temperature rat-
ratanya
Dihitung dosis pada pemberian larutan 2,4
dinitrofenol [ ] 0,5 % dengan dosis 5 mg/kg BB
Disuntikkan larutan 2,4 dinitrofenol secara
intramuskular pada daerah dada
Diukur temperatur tiap 5 menit selama 20menit
Disuntikkan suspensi obat Xl [ ] 10 % dosis
400 mg/kg BB secara oral
Diukur temperatur selang waktu 5 menit selama
50 menit
Dibuat grafik temeperatur vs waktu
Hasil
VI. Perhitungan, Data, Grafik, dan Pembahasan
6.1 Perhitungan Dosis
Merpati I
berat badan = 224,3g
Dosis 2,4-dinitrofenol = 5 mg/kg BB (intramuscular)
Konsentrasi = 0,5%
5 mg
Dosis (mg) berat mencit (g)
1000 g
5
224,3 1,1215 mg
1000
0,5g 500mg
Konsentrasi 0,5% 5mg / ml
100 ml 100 ml
dosis (mg) 1,1215
Volume larutan yang disuntikkan 0,2243 ml
5 mg/ml 5
Merpati III
berat badan = 225,1 g
Dosis 2,4-dinitrofenol = 5 mg/kg BB (intramuscular)
Konsentrasi = 0,5%
5 mg
Dosis (mg) berat mencit (g)
1000 g
5
225,1 1,1255 mg
1000
0,5g 500mg
Konsentrasi 0,5% 5mg / ml
100 ml 100 ml
dosis (mg) 1,1255
Volume larutan yang disuntikkan 0,2251 ml
5 mg/ml 5
5 mg
Dosis (mg) berat mencit (g)
1000g
5
25,1 1,1755 mg
1000
0,5g 500mg
Konsentrasi 0,5% 5mg / ml
100 ml 100 ml
dosis (mg) 1,1755
Volume larutan yang disuntikkan 0,2351 ml
5 mg/ml 5
dosis Suspensi Kosong = 1% BB (Oral)
Volume suspensi kosong yang disuntikkan (ml) 1% berat badan
1% 235,1 2,351 ml
43
42
41
suhu ( C )
40
39
38
37
0 10 20 30 40 50 60 70 80
waktu (menit)
merpati I merpati II merpati III
6.4. Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa pada pemberian
larutan 2,4 dinitrofenol [ ] 0,5% dosis 5 mg/kg BB pada merpati menimbulkan
kenaikan suhu atau demam pada merpati tersebut. Dan terjadinya demam tersebut
dapat dilihat setelah pengukuran suhu dengan menggunakan thermometer rectal. Hal
ini disebabkan karena larutan 2,4-dinitrofenol merupakan pirogen eksogen yang
dapat meningkatkan set point thermostat hipotalamus sehingga memicu timbulnya
kenaikan suhu tubuh (demam). Demam terjadi karena terganggunya
keseimbangangan antara produksi dan hilangnya panas di hipotalamus.
Dari percobaan juga diperoleh bahwa setelah penyuntikan 2,4-dinitrifenol
yang menyebabkan kenaikan suhu, pada merpati II yang diberikan suspensi obat X
[ ] 10 % dosis 400 mg/kg BB ternyata memberika efek antipiretik yang lebih lambat
bila dibandingkan dengan merpati I yang diberikan suspensi parasetamol [ ] 10 %
dosis 400 mg/kg BB secara oral. Hal ini disebabkan karena parasetamol lebih cepat
menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan jalan bekerja secara sentral
menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus dengan menghambat enzim
siklooksigenase yang berperan pada sintesis prostaglandin (PGE 2) yang merupakan
mediator penting untuk menginduksi demam. Penurunan pusat pengaturan suhu akan
diikuti respon fisiologis berupa penurunan produksi panas, peningkatan aliran darah
ke kulit, serta peningkatan pelepasan panas melalui kulit secara radiasi, konveksi dan
penguapan (evaporasi). Selain itu, parasetamol juga dapat mengembalikan thermostat
kembali ke normal dan cepat menurunkan suhu tubuh dengan meningkatkan
pengeluaran panas sebagai akibat vasodilatasi perifer dan berkeringat. Dan hal ini
terlihat pada rectum dari merpati pada saat pengukuran suhu (Mycek, M.J., 2001).
Dan juga bila dibandingkan dengan Merpati III yang diberikan suspensi kosong,
parasetamol lebih cepat menurunkan suhu tubuh dari merpati II dan efek yang
diberikan oleh suspensi kosong tersebut tidak terlalu berpengaruh. Hal ini disebabkan
pada suspensi kosong tersebut tidak mengandung obat antipiretik yang dapat
menurunkan suhu tubuh.
Pada percobaan, Parasetamol memberikan efek terhadap suhu tidak stabil
dikarenakan waktu paruh dari parasetamol adalah sekitar 1-3 jam. Selain itu
pengamatan suhu juga dilakukan oleh beberapa orang sehingga hasilnya tidak tetap.
VII. Kesimpulan dan Saran
7.1. Kesimpulan
- Efek dari pemberian 2,4- dinitrofenol adalah menyebabkan demam karena 2,4
dinitrofenol merupakan suatu pirogen eksogen yang dapat meningkatkan set
point di hipotalamus sehingga timbul demam
- Efek parasetamol sebagai penurun panas yakni berdasarkan kerjanya yang
mempengaruhi hipotalamus dengan menghambat COX-2 sehingga tidak
terbentuk prostaglandin dan dengan vasodilatasi perifer sehingga suhu tubuh
akan turun
- Efek antipiretik yang ditimbulkan oleh Obat X lebih besar daripada
Parasetamol yang diberikan dalam dosis yang sama pada hewan percobaan
7.2. Saran
- Sebaiknya dalam percobaan diberikan juga obat-obat lain yang mempunyai
efek antipiretik, misalnya : asetosal(aspirin) atau dipiron(antalgin) untuk
membandingkan efek antipiretik yang dihasilkan.
- Sebaiknya pengukuran suhu pada rectum hewan percobaan tersebut harus
lebih hati-hati sehingga suhu yang diperoleh lebih tepat
DAFTAR PUSTAKA
InfoPom, (2003), ASETOSAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN REYE’S
SINDROME, BPOM. www. pdf-search-engine.com.
Ganong, W.F., (1995), FISIOLOGI KEDOKTERAN, Edisi 14, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, halaman 232-237
Guyton,A.C., and Hall, J.T., (1996), TEXBOOK OF MEDICAL PHYSIOLOGY,
Nineth Edition, W.B. Saundes Company, Mississippi, pages 1146-1148
Husni, Amin dan Amaludin., (2006 ), PERBANDINGAN EFEK PENGOBATAN
PARASETAMOL DAN DIAZEPAM DENGAN NATRIUM
DILKOFENAK TERHADAP DERAJAT NYERI DAN FLEKSIBILITAS
OTOT PADA NYERI PINGGANG NON SPESIFIK AKUT, www.pdf-
search-engine.com
Lubis, Y., (1993), PENGANTAR FARMAKOLOGI, PT. Pustaka Widyasarana,
Medan, Hal. 133-135.
Mycek, J. M., Harvey, R. A., dan Champe, P.C., (2001), FARMAKOLOGI
ULASAN BERGAMBAR, Edisi II, Widya Medika, Jakarta, Hal. 221-223.
Tjay, T.H., (2002), OBAT-OBAT PENTING, Edisi V, Cetakan II, PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta, halaman 295 dan 297-298.
Wijoyo, yosef., (2003), ANTARAKSI SARI WORTEL DENGAN
PARASETAMOL, Fakultas farmasi universitas sanata dharma,www. pdf-
search-engine.com
Wilmana, P.F., (1995), ANALGESIK-ANTIPIRETIK ANALGESIK ANTI-
INFLAMASI NONSTEROID DAN OBAT PIRAI, dalam FARMAKOLOGI
DAN TERAPI, Editor Sulistia G. Ganiswara, Edisi IV, Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, halaman 209-210.
LAMPIRAN GAMBAR
Merpati Timbangan Digital