You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Perekonomian Indonesia pada saat ini dihadapkan dengan sistem perdagangan
bebas. Pada hal Indonesia belum siap menghadapi perdagangan bebas, sebab nilai-nilai
dasar seperti; kejujuran, disiplin, visioner, kerjasama, tanggung jawab, peduli dan adil,
belum menjadi landasan para pelaku industri atau ekonomi. Jadi rakyat, para pelaku
industri & ekonomi di Indonesia tidak siap untuk menerima perdagangan bebas.
Berdasarkan data menurut Pardede 2009 bahwa di Indonesia hanya terdapat 7 %
generasi muda yang memiliki mental menjadi pengusaha. Selebihnya lebih suka menjadi
budak, hal ini disebabkan kurikulum pendidikan yang telah menjiwai masyarakat sejak
duduk di bangku sekolah sampai kuliah. Pada akhimaya pengenalan dunia usaha dan
kebijakan dari iklim usaha tidak tertanam sejak dini.
Pemerintahan hanya mampu menggerakkan roda ekonomi sekitar 15% saja,
selebihnya para pengusaha hitam pelaku economic animal yang menguasai perindustrian
& ekonomi negeri ini. Estafet kewirausahaan tidak ada, maka perdagangan bebas akan
dengan cepat menaklukkan Indonesia di bawah penjajahan cina nantinya, sebagaimana
VOC pada dahulu kala mengembara ke negeri untuk berdagang berubah menjadi
penjajah.
Perdagangan bebas berpengaruh pada produk lokal yang harus menghadapi
serbuan produk negara lain yang mungkin lebih berkualitas, dan murah. Ketika produk
lokal satu negara tidak bernilai tambah, konsekuensinya akan tergilas oleh produk asing.
Kondisi semacam inilah yang dicemaskan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Oleh sebab itu, pada pertengahan September 2009 dalam Rapat Koordinasi Nasional
(Rakornas) Kadin Indonesia Bidang Perdagangan dan Distribusi 2008. Lembaga ini
mencoba mengusung kembali isu nasionalisme yang dikaitkan dalam era perdagangan
bebas. Bagi Kadin, hal itu sangat penting agar Indonesia bisa menghadapi tantangan
aktual pada saat ini dan di masa depan. Sejatinya, slogan "cinta produk dalam negeri"
sudah sejak lama dikampanyekan. Namun, slogan itu hingga kini masih sebatas "kata
manis di bibir" saja. Isu ini pun dianggap penting karena untuk wilayah ASEAN saja,

1
produk Indonesia dianggap belum mampu bersaing. Sebab, bagi negara yang sudah siap
pun, kebijakan tersebut merupakan prasyarat utama keberhasilan mereka dalam
perdagangan bebas. Mereka terlebih dahulu memproteksi produk dalam negeri, baru
kemudian bermain di pasar dunia. Akhirnya banyaknya hambatan dan beban dalam aliran
barang dan jasa dalam negeri, hal ini menuntut dilakukannya reformasi birokrasi dan
penyediaan infrastruktur pelabuhan, jalan tol, guna memperlancar arus barang.
Di samping itu, masih sulitnya pemerintah Indonesia untuk mempercayai pribumi
dalam hal memberikan kemudahan pinjaman modal usaha walau hanya setingkat UKM
saja, padahal terhadap pengusaha cina, segenap kemudahan diberikan kepada mereka,
walau telah berulang kali tertipu, sebagaimana kasus Bank Century belakangan ini,
terjadi karena begitu percaya dan cintanya pemerintah negeri ini kepada pengusaha yang
berdarah cina. Secara big picturenya perdagangan bebas dengan China adalah
pengulangan kembali sejarah penjajahan VOC terhadap negeri ini. maka tunggu akibat
dari semua ini, kematian yang semakin cepat, rakyat akan semakin melarat.
Para pelaku perdagangan bebas tidak akan dapat mengerti atau bahkan tidak
mengerti bahwasanya satu negeri atau kelompok masyarakat dapat seketika bertumbuh
menjadi kaya dengan merugikan negeri atau kelompok lain, satu kelas dapat merugikan
kelas yang lainnya. Karena dalam perdagangan bebas tidak berlaku lagi kebijakan
proteksionis yang bersifat konservatif, sedangkan sistem perdagangan bebas adalah
destruktif. Sehingga akan mampu membongkar bangunan kebijakan pro rakyat &
negara,pro buruh, sehingga dengan keadaan itu tergiringlah antagonisme kaum miskin.
Oleh sebab itu, Karya Ilmiah yang berjudul tentang Peningkat Daya Saing Produk
Inonesia merupakan permasalahan yang menarik untuk dikaji lebih lanjut.

2
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya terdapat berbagai
masalah yang berkaitan dengan perdagangan bebas dan peningkatan daya saing yaitu
sebagai berikut;
1. Bagaimana pengendalian produk luar negeri agar produk Indonesia bisa
laku dipasaran daripada produk luar negeri ?
2. Apa yang harus di upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan daya
saing ?

c. Tujuan dan Manfaat


Tujuan penulisan karya tulis ini untuk mengetahui dasar ekonomi
perdagangan Indonesia yang terkait terhadap; kualitas produk Indonesia, hal yang harus
dilakukan untuk melakukan pengendalian terhadap produk luar negeri yang datang agar
produk Indonesia bisa laku daripada produk luar negeri, dan upaya pemerintah yang
harus dilakukan mengingat perdagangan bebas bisa merusak ekonomi suatu negara jika
kurang adanya penanganan secara baik.
Manfaat penulisan karya ini secara umum adalah; karya ini diharapkan dapat
berguna bagi pembuat kebijakan, membangun kembali pikiran terhadap ekonomi
Indonesia dan perdagangan bebas.
Secara spesifik manfaat karya ini sebagai berikut:
(1) Karya tulis tentang perdagangan bebas global ini kiranya dapat di
sumbangkan bagi kepentingan ilmu pengetahuan khususnya pada peningkatan daya
saing perdagangan.
(2) Karya tulis ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pembuat
kebijakan pemerintah agar Indonesia siap dan dapat menghadapi persaingan perdagangan
bebas global, peningkatan kualitas produk, dan mensosialisasikan produk dalam negeri
terhadap masyarakat dalam menghadapi persaingan perdagangan bebas global ini.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

a. Ekonomi Indonesia
Indonesia memiliki potensi alam yang sangat banyak. Kegiatan ekonomi
Indonesia sangat berpengaruh terhadap pendapatan nasional, akan tetapi kebijakan
yang ada saat ini belum sepenuhnya dapat mengatur keseimbangan ekonomi di
Indonesia. Sistem ekonomi yang dipakai Indonesia sekarang adalah sistem ekonomi
campuran, yang artinya suatu sistem organisasi ekonomi yang ditandai dengan
keikutsertaan pemerintah dalam hal penentuan cara-cara mengatasi masalah-masalah
ekonomi yang dihadapi masyarakat. Dengan kata lain pemerintah ikut secara
langsung dalam kegiatan ekonomi. Pemerintah juga menetapkan berbagai peraturan
dan undang-undang agar mekanisme pasar dapat berfungsi dengan lebih sempurna,
dan persaingan kurang sehat dapat diatasi. Tetapi sistem ekonomi ini malah membuat
Indonesia tidak bisa memfokuskan perekonomian rakyat. Ketidakmerataan pemilikan
faktor-faktor strategis, khususnya sumberdaya alam sebagai tantangan bersama, akan
tetapi yang menjadi perhatian adalah apabila ketidakmerataan tersebut merupakan
salah satu kelemahan yang diakibatkan oleh sistem pembangunan ekonomi yang
terpusat yang dianut di masa lalu.
Terjadinya ketidakseimbangan alokasi dan distribusi anggaran per masing-
masing sektor dan sub-sektor ini mengakibatkan eksploitasi yang kurang seimbang
terhadap sumber-sumber alam. Akibatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak
rentan terhadap gejolak pertumbuhan ekonomi dunia yang memang memiliki
konjungtur naik-turun. Kita selalu direpotkan dengan terjadinya gejolak harga pasar
dunia atas bahan bakar minyak (Migas) yang semenjak masa merdeka sampai akhir
pemerintahan Orde Baru devisa kita menggantungkan diri pada hasil migas.
Pemusatan harapan pada sektor ini mengakibatkan tertinggalnya sektor non
migas. Juga terjadinya pemusatan pembangunan industri skala besar dan berteknologi
tinggi secara umum, mengakibatkan tertinggalnya sub-sektor industri kecil dan
kerajinan, sektor pertanian dan perikanan.

4
Ekspor dan impor juga menjadi utama bagi Indonesia sudah digalakkan sejak
tahun 1983. Sejak saat itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan
ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada
industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Konsumen dalam negeri
membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik, menjadi
sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antar berbagai produk. Dalam hal
demikian, perlu adanya keseimbangan pasar.

b. Perdagangan bebas global


Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada
Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) dengan ketentuan dari
World Customs Organization yang berpusat di Brussels, Belgium. Penjualan produk
antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya.
Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan
buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-
individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda.
Perdagangan internasional sering dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya tambahan
yang diterapkan pada barang ekspor impor, dan juga regulasi non tarif pada barang
impor. Secara teori, semua hambatan-hambatan inilah yang ditolak oleh perdagangan
bebas. Namun dalam kenyataannya, perjanjian-perjanjian perdagangan yang
didukung oleh penganut perdagangan bebas ini justru sebenarnya menciptakan
hambatan baru kepada terciptanya pasar bebas. Perjanjian-perjanjian tersebut sering
dikritik karena melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan besar.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan

Perdagangan Bebas
Pertama, Industri sangat mempengaruhi dalam perdagangan bebas global.
Kalangan industri telah berulang kali mengemukakan bahwa rendahnya daya saing
industri disebabkan oleh permasalahan seperti keterbatasan suplai energi dan biaya
yang tidak bersaing, sistem dan aturan ketenagakerjaan tidak terkait produktivitas,
infrastruktur jalan dan pelabuhan, prosedur kepabeanan serta kinerja birokrasi yang

5
menghambat arus barang, akses pendanaan terbatas dan bunga kredit yang tidak
bersaing, hingga persaingan di pasar yang tidak fair. Dengan belum adanya perbaikan
yang berarti di sisi kebijakan pemerintah, pelaku industri, terutama industri
manufaktur, jauh-jauh hari telah merekomendasikan peninjauan ulang semua FTA
yang telah diteken pemerintah.
Kedua, merek ternama masih menjadi gantungan karena membuat merek
sendiri tidak mudah, dibutuhkan banyak promosi yang memakan biaya besar. Pasar
lokal sepatu Indonesia nilainya mencapai Rp 25 triliun. Merek lokal menguasai
sekitar 60 persennya melalui merek-merek Carvil, Bata, Ardiles, dan Homyped. Porsi
itu turun menjadi hanya sekitar 40 persen setelah masuknya barang China, Taiwan,
Thailand, dan Malaysia (Yanuar 2008).
Sedangkan menurut M. Porter. Thn. 1997. Porter dalam Sihaan (2009)
menawarkan kata kunci dalam memengkan persaingan global yaitu; Factor Condition.
Yaitu sumber daya (resources) yang dimiliki oleh suatu negara meliputi: Sumber
Daya Manusia (human resources), Sumber Daya Alam (physical resources), Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (knowledge resources), Permodalan (capital resources)
dan Prasarana (infrastructure resources)
Demand Condition. Permintaan sebagai salah satu faktor penting dalam
menunjang keunggulan daya saing, dan kondisi permintaan dimaksud meliputi :
Konsumsi dalam negeri, Skala dan jumlah permintaan dalam negeri, pertumbuhan
pasar, dan trend permintaan pasar internasional. Related & Supporting Industry, yaitu
menjaga hubungan antara produsen dan pemasok (supplier) dengan menjaga dan
mempertahankan nilai-nilai hubungan yang saling menguntungkan (value chain).
Firm Strategy, yaitu strategi yang menyangkut struktur kelembagaan dan pemodalan
serta kondisi persaingan termasuk persaingan persaingan dalam negeri.

6
BAB III
PEMBAHASAN

a. Faktor Keberhasilan
3.1.1. Kualitas Sumber Daya Alam
Kualitas pengelolaan usaha oleh sumber daya manusia yang berkiprah dalam
dunia usaha kecil menurut hasil survey yang dikemukakan oleh Tim Lembaga Penelitian
IPB dalam Lokakarya Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Lokal dalam Rangka
Otonomi Daerah, di Jakarta pasca bulan Pebruari 2001 dinyatakan dalam kategori baik.
Yang perlu mendapat perhatian adalah tentang adanya perilaku bisnis yang kurang
mendukung. Tentunya solusi untuk itu adalah perlunya lembaga pelatihan yang dapat
merubah dan mengarahkan perilaku agar sesuai dengan tuntutan bisnis.
Bagaimana pemerintah daerah dapat menyikapi fenomena ini tentu termasuk
juga mempengaruhi kesiapannya dalam menjalankan peningkatan ekonomi wilayah.
Sebagai bahan pembanding boleh kita melihat bagaimana kemajuan industri padat karya
yang dilakukan oleh negara China, dimana menurut realita bahwa produk-produk (tekstil,
elektronik dan sepeda motor) yang membanjiri pasar Indonesia saat ini adalah merupakan
hasil industri padat karya. Sumber daya alam Indonesia pada umumnya masih berupa
sumber daya alam murni yang masih harus memerlukan olahan lebih lanjut untuk
mendapatkan dan menambah nilai ekonomis. Sumberdaya alam mumi selama ini lebih
banyak digunakan sebagai input produksi bagi industri-industri besar termasuk logam dan
kimia, yang selama ini Indonesia mengekspornya dalam bentuk murni sedangkan
pengolahan selanjutnya dilakukan di negara lain. Sebagai contoh, Sumber Daya Alam
Migas, Kimia dan hasil tambang lainnya seperti yang dilakukan oleh Freeport, Pertamina
dan sebagian usaha perikanan. Akibatnya kita kurang dan bahkan tidak mendapatkan
nilai tambah dan nilai garda (multyflier effect) atas olahan tersebut. Sedangkan Sumber
Daya yang selama ini dikelola oleh industri kecil dan menengah lebih banyak Sumber
Daya yang bersifat hasil ikutan dari industri besar (Sihaan (2009).
Hal lain yang berhubungan dengan sumber daya alam ini yaitu terjadinya
keragaman pemilikan Sumber Daya Alam di masing-masing wilayah (daerah), sehingga
diperlukan kejelian dalam menetapkan usaha strategis atau produk unggulan di masing-

7
masing wilayah, agar tercipta kondisi kompetisi yang saling menguntungkan, karena
masing-masing wilayah memproduksi barang yang ekonomis. Dengan kata lain masing-
masing wilayah harus menyadari apakah lebih baik memproduksi atau membeli tentunya
dengan dasar pertimbangan yang disebut di atas.

3.2.2. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) mengandung makna yang tidak
terpisahkan, karena teknologi merupakan hasil penerapan ilmu pengetahuan. Harus kita
terima bahwa faktor Iptek masih memerlukan perjuangan yang sangat panjang.
Kelemahan yang ada selama ini, adalah pembangunan Iptek dilakukan hanya untuk
mengejar prestige di mata Internasional. Terjadinya pengerahan dana yang sangat besar
untuk pemilikan peralatan, modal tidak rnendukung input produksi industri kecil.
Sehingga produk-produk yang kita miliki yang tadinya memiliki keunggulan komparative
tidak tereksploitir seperti argo industri pertanian dan perkebunan, perikanan dan
peternakan, juga industri kerajinan.
Persoalan lain juga sama seperti pemilikan Surnber Daya Alam yang
dikemukakan di atas, yaitu penyebaran atau distribusi Iptek di wilayah-wilayah juga
bervariasi menurut kuantitas dan frekuensi aktivitas pembangunan yang telah berjalan di
masing-masing wilayah.

3.3.3. Permodalan
Untuk menghindari rasa apriori tentang permasalahan permodalan ini, maka
penulis lebih memfokuskan uraian mengenai kondisi permodalan yang ada di daerah nota
bene pemerintah daerah. Sumber kapital yang dimiliki oleh pemerintah daerah selama ini
lebih banyak bersumber dari pemerintah pusat, yang jumlahnya dilakukan atas dasar
pendekatan aktivitas pembangunan daerah.
Data yang diperoleh dari pusat ini secara rational tidak akan mungkin dapat
menghasilkan simpanan karena penetapan besamaya dilakukan melalui pendekatan biaya.
Artinya bahwa jumlah dana yang diterima tersebut akan dialokasikan untuk membiayai
aktivitas yang telalh ditetapkan prinsip berimbang. Rasionalnya bahwa penghasilan
pemerintah daerah bersumber dari pendapatan daerah yang diperoleh atas penyediaan

8
barang dun jasa. Akan tetapi sesuai dengan sistem yang dianaut, bila penerimaan daerah
yang bersumber dari barang dan jasa ini tersentralisir dan didistribusik lagi ke daerah
melalui aktivitas riel dalam pelayanan masyarakat berupa penyediaan infrastruktur dalam
dana lainnya seperti fasilitas umum dan sosial.
Dengan demikian sudah dapat diperkirakan kondisi capital daerah secara umum
saat ini, apabila dihubungkan dengan tuntutan pembangunan ekonomi daerah. Sehingga
peranan lembaga keuangan dan perbankan dapat menjadi tumpuan dalam maengatasi
kendala permodalan ini, akan tetapi kondisi lembaga keuangan dan perbankan saat ini
sama halnya dengan yang dialami oleh sektor riel. Akhimaya bahwa untuk menjadikan
fungsinya sebagai lembaga penarik dan penyalurkan dana akan bertindak sangat selektif
dengan prinsip nyaman dan cepat kembali.
Altematif lain yang menjadi harapan untuk mendapatkan dana penyanggah
(revolving fund) dalam penggerak (starting fttnd) bagi aktivitas ekonomi di daerah adalah
masing-masing daerah harus menciptakan kondisi ekonomi menjadi menarik (favorable)
bagi investor/penanam modal asing (H. Hady. 1996 dalam (Pardede 2009). Menarik
berarti bukan hanya dari segi substansi bisnis akan tetapi lebih menyangkut kenyamanan
menyeluruh sebagaimana yang tersebut dalam indikator Country Risk sebagai salah satu
pertimabangan bagi investor asing.

3.3.4. Prasarana
Penyiapan prasarana merupakan partisipasi pemerintah dalam upaya mendorong
lancamaya aktivitas ekonomi terutama menyangkut pembukaan jalan-jalan ke sentra-
sentra produksi pasar. Kemudahan akses yang ditunjang oleh ketersediaan jalan dan alat
transportasi akan memperlancar penyaluran dan distribusi bahan dan hasil- basil olahan.
Untuk kedua fasilitas ini kerjasama antar pemerintah dan swasta sangat dibutuhkan.
Penyediaan jalan lebih diharapkan kepada pemerintah sedangkan transportasi
biasanya ditangani oleh swasta. Pembukaan jalan penghubung antar sentra produksi dan
pasar hendaknya dapat memperhatikan manfaat ganda terhadap munculnya aktivitas
ekonomi masyarakat di sepanjang Lintas jalan tersebut, yang berarti memberikan
kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam peningkatan ekonomi sesuai
dengan batas kemampuan masing-masing. Hasil survei menunjukkan bahwa pada

9
umumnya kondisi prasarana jalan dan alat komunikasi sudah memadai terutama antar
kota/propinsi, akan tetapi perlu ditingkatkan mengingat pertambahan jumlah alat
transportasi yang kurang seimbang dengan kapasitas jalan yang tersedia.

b. Pengendalian terhadap Impor Barang Luar Negeri


Keadaan impor di Indonesia tak selamanya dinilai bagus, sebab menurut golongan
penggunaan barang, peranan impor untuk barang konsumsi dan bahan baku/penolong
selama Oktober 2008 mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yaitu masing-
masing dari 6,77 persen dan 75,65 persen menjadi 5,99 persen dan 74,89 persen.
Sedangkan peranan impor barang modal meningkat dari 17,58 persen menjadi 19,12
persen (Pardede, 2009).
Pengendalian terhadap impor barang luar negeri dapat dilakukan dengan
mengajak masyarakat agar membeli barang Indonesia karena akan mendukung laju
peningkatan daya saing, karena barang-barang impor dari luar negeri banyak yang
kualitasnya bagus dan murah dibanding produk Indonesia. Hal itu dapat menyebabkan
Indonesia kehilangan daya saing. Maka diperlukannya iklan-iklan dan sosialisasi
terhadap masyarakat akan cinta produk asli Indonesia. Peningkatan industri lokal
diperlukan agar kualitas produk Indonesia dapat bersaing di dalam maupun di luar.

c. Upaya pemerintah
Upaya yang dilakukan pemerintah; Pertama, tentu saja Pemerintah harus peka
terhadap kondisi ini. Pemerintah jangan hanya menunggu dan baru bertindak ketika
industri kita mulai mati atau bangkrut. Sudah saatnya Pemerintah memberlakukan
safeguard (perlindungan pasar) terhadap barang khususnya produk China, yaitu dengan
cara menaikkan tarif bea masuk khusus untuk produk Cina. Hal itu bukan tindakan tabu
karena Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa pun melakukan tindakan tersebut. Bahkan
tindakan safeguard ini diperbolehkan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Kedua, Pemerintah juga bisa melindungi produk dalam negeri yaitu dengan
melakukan pengawasan mutu. Artinya produk dari luar yang tidak sesuai dengan standar
mutu Indonesia yang telah ditetapkan, dilarang masuk ke pasar domestik. Ini dapat

10
mencegah produk-produk yang tidak berkualitas masuk ke Indonesia, seperti yang
sekarang ini kerap terjadi.
Ketiga, praktek KKN dan berbagai pungutan liar yang dilakukan Pemerintah di
semua lapisan harus dibersihkan. Kalau tidak maka hal ini akan menyebabkan biaya
ekonomi tinggi yang berpengaruh terhadap daya saing produk dalam pasar intemasional.
Keempat, yang tidak kalah pentingnya, Pemerintah harus memperbaiki
infrastruktur yang ada dan meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia (SDM) agar
dapat mendukung industri dalam negeri dalam menghadapi persaingan pasar bebas. SDM
yang berkualitas dapat dilakukan dengan meningkatkan mutu pendidikan serta menjamin
biaya pendidikan yang murah.
Yang terakhir, kita sebagai bangsa Indonesia, harus lebih mencintai produk lokal
ketimbang produk asing. Bagaimanapun juga, kebebasan itu jatuh pada kita sebagai
konsumen untuk memilih, apakah produk luar yang kebarat-baratan atau dengan harga
yang sangat murah namun dengan kualitas yang tidak jelas ataukah produk sendiri yang
merupakan hasil karya anak bangsa sendiri. Kalau kita memilih produk lokal, berarti kita
ikut membantu memajukan industri dalam negeri, yang secara tidak langsung ikut
mensejahterahkan masyarakat.
Bila kelima hal tersebut dilakukan maka niscaya di era globalisasi dan
perdagangan bebas ini, Indonesia akan mampu bangkit dan bersaing di pasar domestik
maupun di pasar global sehingga diakui dimata dunia dan pada gilirannya dapat
memberikan kesejahteraan dan kemakmuran yang diharapkan seluruh rakyat Indonesia.

11
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas antar negara dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran suatu negara yang ikut dalam perdagangan bebas, dengan
mengandalkan komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif. Hal ini dapat dicapai dengan cara menghilangkan berbagai hambatan
perdagangan baik hambatan tarif maupun hambatan bukan tarif sehingga tercipta aliran
perdagangan yang semakin cepat dan meningkatnya volume perdagangan antar negara.
Dampaknya jelas akan memakan korban yaitu industri-industri yang tidak siap
menghadapi persaingan global terutama industri kecil, industri ini akan mati pelan-pelan,
kemudian meminta korban berikutnya yakni jutaan pengangguran. Fenomena ini sudah
terjadi namun kita menyaksikan Pemerintah cenderung menutup mata, melihat keadaan
yang tidak sehat ini.
Kunci keberhasilan dalam menghadapi perdagangan bebas adalah terletak pada
kesiapan dari negara itu sendiri. Kesiapan suatu negara dapat dilihat dari kesiapan
Infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM). Berdasarkan survei dan pendapat para
pengamat, bahwa infrastruktur di tanah air belum mendukung untuk menghadapi
perdagangan bebas, ditambah lagi kualitas Sumber Daya Manusia SDM kita masih
rendah.
Pemerintah dalam meningkatkan persaingan menghadapi perdagangan bebas
global sangat berperan penting. Mengingat produk Indonesia yang kualitasnya minim,
sehingga bisa terjadinya pembelian besar-besaran terhadap barang impor yang masuk.
Perlunya juga peran aktif dari masyarakat agar tidak terlalu tertarik oleh produk impor
yang masuk, agar terjadinya keseimbangan pasar.

b. Saran
Langkah yang diharapkan dapat direalisasikan adalah meningkatkan kualitas
produk lokal dengan bimbingan dari pemerintah, memberi perlindungan pasar dengan
menaikkan tarif bea masuk agar tidak terjadi banjir impor, menghilangkan praktek KKN
yang merajalela, memperbaiki infrastruktur dan prasarana, dan kita sebagai bangsa
Indonesia, harus lebih mencintai produk lokal ketimbang produk asing dengan
mensosialisasikan terhadap masyarakat.

12
DAFTAR PUSTAKA
Fakih, Mansour. 2003.”Bebas dari Neoliberalisme”.Insist Pers. Yogyakarta
Jhamtani, Hira. 2005.”WTO dan Penjajahan Kembali Dunia Ketiga” Insist Pers.
Yogyakarta
M. Porter. Thn. 1997. Porter dalam Sihaan (2009), Harapan dan Tantangan Ekonomi
Lokal Menuju Perdagangan Bebas
Nugoho, Yanuar. 2005. ”Bisnis Pun Ada di Simpang Jalan”. Opini, Kompas 22
September2005 (http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0509/22/opini/2068215.htm)
Pardede Muhammad Tamim, 2009, Perdagangan Bebas dengan Cina 2010, Membentuk
Kebangkrutan Indonesia Menuju Kebangkitan Komunis 2

13

You might also like