You are on page 1of 14

00I JANUARI 2010

Kartini satu impian kita

Tulisan di bawah ini adalah Merajut Persaudaraan di Rubrik Beasiswa:


serpihan pengalaman dan Pondok Edi Mancoro. Memenangkan Beasiswa
refleksi kerja selama itu. ...saya berkesempatan Dari “Jalur Sulit”
Nama lengkap saya AM tinggal di Pondok
Wahyu Hendranta, oleh
para siswa biasa dipanggil
‘Pak Wahyu’.
Pesantren Edi Mancoro,
Salatiga, Jawa Tengah. Mengajar Adalah
Halaman 1 Halaman 11 Halaman 12
Menyentuh Hidup
Selamanya
Surat Pelangi
sulit dijelaskan, dan kadang dianggap biasa saja. Teramat
biasa dan begitu cepat dilupakan dalam irama hidup yang
makin kencang.

{ {
Dalam Kartika edisi Guru ini, kita Cerita anak-anak pelangi soal ‘budi’ adalah cerita
mendapatkan kesempatan untuk membaca populer. Cerita soal guru. Bagi penulis novel populer,
cerita hidup, dari Pak Guru kita, Pak Wahyu, Andrea Hirata, pun merupakan bagian dari nostalgia.
Guru baginya tak hanya Pak Arfan dan Bu Mus, tapi ya
dari bekas kawan-kawan kita yang memilih
rekan-rekan satu kelasnya. Tafsir guru semacam ini tak
menjadi guru, Fidel dan Linda. berbeda dengan apa yang diajarkan Romo Mangun
semasa hidupnya. Kita belajar dari siapa saja, dan siap

M enyebut kata guru, biasanya membuat wajah-


wajah masa lalu berseliweran bagaikan slide
film hitam putih yang diputar cepat di sebuah senja di
mengajar siapa saja.

Persahabatan yang tak saling melupakan bagian dari


kunci perjalanan. Sebab, seandainya kita hanya bisa pergi,
dalam ruang kelas gedung peninggalan Belanda di pojok Fidelia Ratri Yojani
kota kecil: Muntilan.

Kata guru, tak hanya berarti sosok yang kita pernah temui
di dalam ruang kelas, tetapi itu biasa siapa saja yang
dan tanpa bisa pulang, lantas apa artinya pergi?

Tidak ada salahnya, kita kembali mengingat perjalanan


di sebuah jalan--tepatnya jalan yang di ujung pertigaan
M enjadi guru bukan
profesi yang keren dan
menjanjikan banyak uang. Profesi
menyentuh kita dalam perjalanan. Siapa namanya, biasa ada penjual mendoannya (sayang kalau belum tahu). ini tak digandrungi oleh banyak
kita tahu kepada siapa kita berterima kasih. Nama-nama Langkah kaki sedikit mendaki di ujung jalan yang anak muda. Tetapi entah kenapa,
itu biasanya amat personal, karena dari mereka lah kita gemericik airnya masih terdengar dan kadang sepatu beberapa kali saya bertemu orang
belajar soal budi. Kata di akhir kalimat sebelum ini, cukup tua yang datang dan bercerita
Bersambung di halaman 9
dengan antusias sekaligus puyeng
tentang anaknya yang ‘jatuh cinta’

Terima Kasih Sahabatku


pada saya dan ingin menjadi guru.

“Wah Miss, pusing saya. Anak saya


Tahun ini menandai 18 tahun saya mengabadi di SMA Pangudi ganti cita-cita. Selama bertahun-
Luhur (PL) Van Lith. Tulisan di bawah ini adalah serpihan tahun dia mau jadi wanita bisnis
pengalaman dan refleksi kerja selama itu. Nama lengkap saya karena lihat saya dan papanya, lha
AM Wahyu Hendranta, oleh para siswa biasa dipanggil ‘Pak sekarang, dia mau ganti profesi,
Wahyu’. Sebelum lupa, saya ingin bercerita bagaimana saya Miss. Dia ingin menjadi guru,
bisa tiba di Muntilan. pokoknya aku mau seperti Miss

S
Pak Wahyu dan kembarannya
Fidel. Soalnya asyik, Ma! Itu
ebelum bergabung dengan Yayasan Pangudi Luhur saya bekerja di suatu perusahaan sabun. Begitu lulus S1 saya pekerjaan paling asyik. Aku ndak
langsung bekerja. Kerjaannya serabutan dari ngantar anak juragan ke tempat les hingga membuat laporan pajak. mau pegang perusahaan papa. Aku
10 bulan saya bekerja di perusahaan ini. Tapi yang membuat saya tidak indi hati adalah membuat laporan pajak yang mau jadi guru, Ma!”
dimanupulasi, sebagai contoh penjualan Rp 100.000.000,00 dilaporkan Rp 10.000.000,00.
Bersambung di halaman 5 Bersambung di halaman 8

KARTIKA - kartini satu impian kita / 001 / Januari / 2010 Halaman 01


Kartini satu impian kita

Semua Serba Tidak Sengaja


space S emua serba tidak sengaja, begitu lah

iklanuntuk kenyataannya. Setelah lulus kuliah di


jurusan FKIP Sanata Dharma, Jogja [lulus tahun

usaha
2004] dengan agak terlambat, saya masih aktif
sebagai penyiar dan reporter radio. Saat
memutuskan untuk mengundurkan diri, saya

anda masih menyimpan angan2 untuk bekerja di dunia


broadcast di Jakarta.

Tapi mungkin keinginan saya tidak sejalan dengan


Untuk memasang iklan di media ini, rencana Tuhan, tawaran yang datang tidak
silahkan menghubungi bagian Pemasaran tanggung-tanggung, yaitu mengajar di sebuah
dan promosi: Anastasia Widya (Yuyung), preschool dengan kurikulum internasional. Ya,
Adhit dan Desta atau kirim email ke saya harus berhadapan dengan anak-anak kecil
redaksikartika@googlemail.com usia 1,5 – 5 tahun setiap hari. Kesempatan langka.
Menurut saya sangat menantang. Sebab saya
merasa tak pandai berhadapan dengan anak-anak

!
kecil. Saya bahkan bertanya-tanya dalam hati,
“Apa yang bisa dilakukan oleh manusia-manusia
Tema Edisi Februari 2010 lucu seperti mereka di tempat bernama
“Bikin Usaha Sendiri” SEKOLAH?”
Tapi, “You’ll never know unless you try.” Ya sudah.
Cari kerja? Ah, belum tentu. Nothing to lose. Toh, saya akan di training selama
3 bulan. Toh, saya memiliki latar belakang
Bagi teman-teman teman yang bekerja sebagai pendidikan yang sesuai. Apa salahnya mencoba? Linda Patimasang
pemilik usaha sendiri, mulai dari warung makan,
Balikpapan, 28 Agustus 1979
juragan batik, pemilik disain portal, hingga Dan inilah titik awal mengapa akhirnya saya
direktur lembaga penelitian, Kartika menerima menemukan passion saya untuk mengajar. PENDIDIKAN
catatan pengalaman teman-teman. Terutama mengajar anak-anak. Mereka SMU PL Van Lith, Muntilan (1995-1998)
1. Panjang tulisan 750-1200 kata (diharapkan) memberikan banyak hal pada saya dan hidup saya. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (1998-2004)
2. Foto yang dikirim disertai keterangan Kalau diceritakan di sini, walaaahhh banyak Prodi Pendidikan Bahasa Inggris [PBI]
3. Tulisan paling lambat diterima tanggal 23 banget. Satu tulisan kecil yang pernah di facebook
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Februari 2010 FKIP
saya sertakan juga.
4. Bentuk tulisan bebas, intinya mengalir, dan
BEKERJA
menekankan pada berbagi pengalaman Jadi asisten - Australian International School, Kemang (2009-sekarang)
Setelah 4 tahun mengajar di Sekolah High/Scope Teaching Assistant
Sedangkan, bagi teman-teman yang ingin - Sekolah High/Scope Indonesia Kelapa Gading (2005-2009)
mengusulkan tema, silahkan kirim e-mail ini: Indonesia Kelapa Gading sebagai ECEP [Early
ECEP Teacher [Early Childhood Educational Program]
redaksikartika@googlemail.com Childhood Education Program] Teacher, saya - Penulis di Majalah Gereja YAKOBUS, Kelapa Gading
melanjutkan pengembaraan saya ke Australian (2006-2007)
Kartika terbit satu bulan sekali, di tanggal 27 tiap International School (AIS). Disana, saya sebagai - PT. Radio Suara Pelita Nusantara, PETRA 105.7 MHZ
teaching assistant. Kurang lebih mengemban (2003-2004)
bulannya. Doakan Kartika umur panjang dan
Penyiar dan Reporter
tidak cemberut. tugas yang sama, hanya less responsibility.
- Indonesian Language and Culture Intensive Course (ILCIC)
Namanya juga assistant… Yogyakarta (2001-2002)
Tutor Bahasa Indonesia
Saya mau menjadi assistant karena pengalaman
berbeda akan saya dapatkan di AIS. Lain ladang,
lain belalang kan? Sebelum mewujudkan cita2 http://www.kompasiana.com/lindapatimasang
Kartini satu impian kita
saya untuk memiliki sekolah untuk anak-anak
Tantangan jadi guru
Editor : Elcid, Ninik kurang beruntung, saya harus memiliki lebih
Koordinator tulisan : Elcid banyak ilmu tentang sekolah & pendidikan. Saya Tantangan terbesar ketika mengajar atau menjadi
Kontributor edisi ini : AM Wahyu Hendranta (Pak Wahyu), Budi
Sanyoto (Bodong), Fidelia Ratri Yojani, percaya, meet more people and explore more adalah ketika saya harus mampu menjadi model
Femi Adi Soempeno, Gloria Virginia (Jeni),
Harry Setianto Soenario, Indra Soeharto, things will give me more ideas and strategies. yang baik bagi anak-anak. Mengajar anak-anak di
Linda Patimasang, Mesi Widiana, dan usia dini tidak bisa dengan teori. Mereka belajar
Tommy Basoeki (Tombas) Setiap tahun, setiap semester, setiap kelas selalu
Tata letak/disain : Lukas Heri Triwanta (Jenggot) dari apa yang bisa mereka lihat, kenal, dan
Pemasaran dan promosi : Anastasia Widya (Yuyung), Adhit dan Desta memberikan pengalaman mengesankan. Ada
E-mail redaksi : redaksikartika@googlemail.com
rasakan.
beberapa yang saya post di Kompasiana.com.
Silakan mampir ke sini: Tantangan lain yang tak kalah besar adalah ketika

Halaman 02 - KARTIKA - kartini satu impian kita / 001 / Januari / 2010


Kartini satu impian kita

saya harus meyakinkan orang tua murid bahwa apa menjawab, sekolah yang sesuai dengan tujuan
yang saya lakukan di dalam kelas adalah untuk orang tua dalam mendidik anak. Ketika visi orang
kebaikan dan kemajuan anak itu sendiri. tua dan sekolah sejalan, tentu itulah yang terbaik.
Tentu saja dengan mengindahkan kesenangan
Ketika saya mengajar di High/Scope, metode yang
anak terhadap sekolah tersebut, yaaaa…
kami aplikasikan adalah metode dari Amerika,
yang cukup berbeda dengan sekolah2 atau Jadi kalau anda ingin anak anda memiliki ilmu
playgroup atau preschool lain. Berbeda dalam keagamaan yang baik sedini mungkin, ya carilah
artian, metode yang kami terapkan lebih detil. sekolah yang mengajarkan pelajaran agama [some
Anak datang ke sekolah tidak hanya disuguhi lagu- schools just started to teach religion at the age of
lagu dan permainan dalam bahasa Inggris, tetapi 6]. Kalau anda ingin anak anda cepat bisa
juga cara menyelesaikan konflik di antara teman membaca dan menulis, carilah sekolah yang
sekelas, atau cara menyelesaiakan masalah ketika Menurut mereka waktu selama 3 jam di sekolah memulai memperkenalkan cara membaca dan
sedang bermainan dengan berbagai mainan. Di selama setiap hari itu bisa membuat anak mereka menulis lebih cepat. Kalau anda lebih
High/Scope, semua ada caranya. Dari pengalaman memiliki karakter yang kuat, pandai memcahkan mementingkan character building, banyak
saya, hal ini sangat berpengaruh pada masalah, dan sebagainya. Bagaimana mungkin? sekolah menawarkan hal serupa.
pengembangan karakter anak. Melalui berbagai Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di Jangan terjebak dengan harga mahal, fasilitas
kesempatan komunikasi dengan orang tua, guru rumah, bersama dengan keluarga/orang2 terdekat. mewah, dan sebagainya. Tapi tetap fokus pada
berusaha untuk menjalin kerja sama dengan orang Jadi tanggung jawab pendidikan bukan tujuan awal mengapa kita perlu menyekolahkan
tua agar apa yang diterapkan di sekolah bisa sejalan sepenuhnya milik sekolah. Teachers and parents anak di usia dini. Untuk sekolah, kata pepatah
dengan apa yang diterapkan di rumah. Konsistensi. are partners in their children’s education! “Ada harga, ada rupa” sepertinya tidak berlaku. Ini
Ini maksudnya.
Fokus pada tujuan menurut saya, lho…hehehe
Nah, terkadang orang tua menyerahkan tanggung Banyak orang bertanya pada saya, sekolah apa
(Linda Patimasang, Guru)
jawab pendidikan sepenuhnya pada sekolah. yang bagus untuk anak saya? Saya selalu

berada." (Paulo Coelho, The Alchemist)

Saya Pikir Salah Jurusan Di tahun ke-10 saya mengajar, saya baru
menyadari kekuatan hati saya. Saya pikir,
mengkritisi perusahaannya. Betapa pun cintanya mengajar adalah sebuah pilihan hidup. Saya
dia pada pekerjaannya, perusahaannya tidak dipaksa harus terjebak di dalamnya karena latar
memberikan dukungan yang kondusif baginya pendidikan yang (saya pikir) tidak sesuai dengan
untuk berkarya lebih baik. Walaupun demikian, minat saya.
Mario tidak perduli. Yang penting baginya adalah
dia tetap bisa berkarya dan tidak ada orang yang Saya pikir saya salah jurusan. Ternyata hal ini
mampu menghentikan kemampuan kreatifnya. tidak benar. Ini lebih dari sekedar pilihan hidup.
Ini adalah skenario besar dari Yang Maha Kuasa
Shanty mencintai pekerjaan barunya, Mario tetap untuk mengkaryakan hidup saya. Beginilah
pada pengabdiannya. Kedua cerita kawan saya ternyata seharusnya saya membuat diri saya
ini seperti mengingatkan saya akan bagaimana menjadi berguna bagi orang lain.
seharusnya saya mengkaryakan diri saya. Bagi
saya, keberadaan kita di dunia ini pastilah karena Mencintai apa yang kita lakukan, atau mencari

D suatu tujuan. Tugas kita adalah menemukan pekerjaan lalu kemudian mencintainya?
i suatu sore yang melelahkan, seorang tujuan hidup yang telah ditetapkan Tuhan untuk Pertanyaan ini menjadi tidak begitu penting lagi
kawan lama menyegarkan saya dengan kita. Dengan demikian , kita bisa bagi saya. Apa pun jawabannya, yang penting
cerita pengalamannya tentang pekerjaan barunya. mengoptimalkan diri kita dalam berkarya. adalah bagaimana kita mampu bertanggung jawab
Sebut saja namanya Shanty. Manakah yang lebih penting, melakukan menjalaninya.Ya, saya masih menjadi guru.
pekerjaan yang kita cintai atau mencintai
Ceritanya, Shanty sangat mencintai pekerjaan Linda Patimasang,
pekerjaan yang telah terlanjur kita dapatkan? http://www.kompasiana.com/lindapatimasang
barunya ini. Mengatur janji si Bos, membalas
Manakah yang harusnya terlebih dahulu kita
surat-surat penting, menjadi orang yang
lakukan? Mencintai atau mencari?
kepercayaan atasan, dan sebagainya. Sejak dulu
kami berkenalan, memang potensi 'tukang repot' Kecintaan manusia akan sesuatu tidak dapat
sudah terbaca. Dulu, kami berdua beberapa kali menghalanginya untuk mendapatkan apa yang ia
dipasangkan dalam sebuah hubungan kerja yang inginkan. Kita semua tahu, ada banyak kisah-
menuntut mobilitas cukup tinggi. Tak heran, kisah di dunia yang menceritakan kesuksesan
pekerjaan sebagai seorang sekretaris pribadi seseorang karena melakukan sesuatu yang
sangat dinikmatinya. dicintainya. Kekuatan hati tidak dapat
mengalahkan kekuatan otak dan otot, dengan cara
Beberapa hari kemudian, saya kembali bertemu
apa pun.
dengan seorang kawan yang juga membagikan
cerita sehari-hari nya di kantor. Sebut saja Ada banyak orang yang sukses di bidang yang
namanya Mario. Mario pun sangat mencintai bertolak belakang dengan latar belakang
pekerjaan yang sudah digelutinya bertahun-tahun. pendidikan formalnya. Hal ini cukup memberi
Bedanya Mario dan Shanty adalah Mario sangat bukti "Dimana hatimu berada, di situlah hartamu
KARTIKA - kartini satu impian kita / 001 / Januari / 2010 Halaman 03
Kartini satu impian kita

Setelah 10 Tahun,
Femi tetaplah Femi
MESKI tidak pernah merasakan sebagai guru, tapi saya mengerti bagaimana menjadi
guru: tidak mudah. Ya, ibu saya adalah guru, begitu juga ayah saya. Esti, kakak saya,
juga mengajar sebagai dosen.
Tidak mudah untuk menjepit telinga murid dan menjewernya. Tidak mudah untuk
membentak dan mengatakan tentang apa yang dilihatnya sangat buruk dari
muridnya. Tidak mudah untuk membaca lembaran koran, atau selebaran gelap Kartika Bangsa".
sebagai ungkapan protes murid-muridnya.
Saya menyadari rasa terluka itu dengan tuntas.
Tidak ada pilihan lain (kalau tidak ingin disebut sebagai 'hal termudah'): memerahkan Dan saya harus mensyukuri sejumlah kerabat
rapor, dan mengeluarkan murid dari sekolah itu. yang masih berjejalin secara personal dengan saya
hingga saat ini. Vicky, Nino, Eny, Ian, Boni, Adi,
Dan itulah yang terjadi pada saya, tahun 1997. Deon, Elcid, Yoko, Gita, Kenz, Yola, Rere, ... Saya
saban pagi. Ia yang mengantarkan saya hingga harus berterima kasih atas sokongan mereka
'menjadi seperti saat ini'; menjadi Femi Adi hingga melampaui satu dasawarsa ini. Dengan
Soempeno. mereka, saya berhubungan tanpa dibebani
gambaran drop out dan kesakitan akan penolakan.
Mardjuki tak bisa mengajarkan geografi,
matematika maupun olah raga dengan begitu Dan saya lebih suka mengungkap pendidikan di
fasihnya sefasih guru Van Lith. Lebih dari sekadar Van Lith sebagai bahan lelucon disela-sela acara
hitungan diatas kertas dan nilai merah-biru di menulis; bukan sebagai bagian dari histori yang
rapor, Mardjuki mengajarkan kegigihan, ingin saya banggakan. Van Lith tidak cukup ideal
keberanian dan kejujuran. Ketiganya menjadi untuk membingkai Femi Adi Soempeno.
pembingkai hidup saya. Dan, sepertinya Van Lith harus mendesain setiap
Lalu Santa Maria, sekolah homogen di Jogja yang gurunya menjadi ideal untuk setiap zaman yang
menerima 'bekas murid Van Lith' apa adanya. terus bergerak. Jika memang mereka mengatakan,
Tanpa penolakan, tanpa menamai, tanpa reaksi- " ... Van Lith sekarang sudah berubah kok ..." Ya,

L ebih dari satu dekade saya meninggalkan


Van Lith di kelas 2D, dan saya bisa kini
melihatnya kembali dengan penuh syukur, betapa
reaksi batin. Saya juga harus berterima kasih pada
institusi pendidikan ini.
Saya tetap menjadi diri saya apa adanya seperti saya
tunjukkan perubahan itu dengan menjadi ideal di
setiap putaran zaman.
Saya yakin, kini tantangan guru Van Lith kini
rencana Tuhan sungguh sangat indah. menjadi lebih kompleks. Jika tahun 1997 Femi
berada di Van Lith. Tanpa mark up nilai dari Van Lith
Karena drop out, justru saya punya kesempatan yang merah menjadi biru saat drop out. Bukan, menulis di koran pelajar beroplah lokal, Femi di
untuk tetap menggenggam mimpi sebagai bukan. Itu bukan milik saya. Orang tua saya, dan juga tahun 2010 akan menulis di blog, dan mencuatkan
wartawan dan mencicipi bangku Universitas saya, tidak pernah mendapatkan tawaran selarik pikiran melalui Twitter. Jika tahun 1997
Atma Jaya Yogyakarta for free. Ya, gratis! Lebih membirukan rapor merah. Saya tetap keluar dengan Femi mengaduk Van Lith di Muntilan, Femi di
dari itu, saya memiliki pilihan di empat universitas rapor merah dari Van Lith, dan masuk Santa Maria tahun 2010 akan mengaduk Van Lith di serat-serat
lain selain UAJY, yaitu Unika Soegijopranoto, dengan warna yang sama. elektronik. Saya yakin, ada Femi lain setelah Femi
UGM, Undip, dan Universitas Sanata Dharma. yang terdepak di tahun 1997.
Santa Maria mengantarkan saya pada lima universitas
Apakah Van Lith yang memberikan itu semua? yang bisa saya pilih semau saya. Apakah Van Lith Dan saya bisa membayangkan, bagaimana guru
Tidak sama sekali. Semuanya adalah berkat bisa memberikan itu? Tidak sama sekali. harus berjibaku menghadapi zaman yang terus
Mardjuki, stringer yang pernah mengajar di Van Lith menggelinding ini. Sembari menyeruput teh
Van Lith hanya menjejakkan sebuah luka batin untuk hangat manis di pagi hari, guru juga harus sibuk
untuk ekskul jurnalistik namun tak pernah
saya. mengontrol murid lewat Facebook. Sembari
diuntungkan oleh sistem pendidikan yang tidak
menyokong pengembangan kualitas anak didiknya. Ya, sesungguhnya saya tidak ingin menyimpan membolak-balik rak-rak buku yang kian melapuk,
luka batin ini terlalu lama; meski dalam perjalanan guru juga harus sibuk mengawasi murid agar tidak
Dari Mardjuki semuanya bermula. Saya harus
selama sepuluh tahun, apa yang dilakukan oleh Van mencuri-curi lihat situs porno di gudang Google.
berterimakasih padanya.
Lith (baca: guru) pada saya sedikit banyak telah Tapi, sembari menjadi polisi, tolong, sambil
Ia penyemangat murid-murid untuk terus mempengaruhi bagaimana saya berhubungan menjadi Mardjuki maupun Santa Maria.
mengkritisi apa yang terjadi di sekitar, dan dengan kolega saya di Van Lith. Kebencian. Rasa
menulisnya. Ia yang mendorong saya untuk terus sesal. Kecewa. Isak tangis. Rasa sebal. Semuanya Femi Adi Soempeno, Penulis Buku & Wartawan
Kontan, e-mail: femi.adi@gmail.com,
menulis, dan menyimpan cita-cita 'menjadi mewarnai sepuluh tahun belakangan ini, sekeluar http://femiadi.com/
wartawan' sebagai energi melangkah ke sekolah saya dari plang besar bertuliskan "Memardi

Halaman 04 - KARTIKA - kartini satu impian kita / 001 / Januari / 2010


Kartini satu impian kita

Terima kasih Sahabatku (hal 1)... Waktu mau saya bisa berkembang dan tumbuh dengan
keluar saya diiming-imingi gaji plus bonus 1 % dari perilaku yang positif. Saat itu, sebenarnya perasaan saya sudah tidak
omzet penjualan, kalau dilihat dari uangnya enak karena waktu itu ayah saya sakit di Rumah
memang banyak pada waktu itu, tapi saya tidak Pengalamanku yang mengubah hidupku Sakit Panti Rapih. Tetapi karena sudah berjanji
bisa menerimanya. Sampai akhirnya saya melamar Pernah di suatu pagi saat saya mengajar ada salah dengan anak-anak, kami tetap merayakannya.
ke Yayasan Pangudi Luhur di Semarang. paham antara saya dengan peserta didik hingga Pukul 16.00 sore saya minta pamit terlebih dahulu
membuat situasi kelas sangat tidak kondusif. Anak karena mau menjenguk ayah.
Awal Januri tahun 1992 saya mengajukan lamaran ini marah besar, dan saya meminta untuk bertemua
ke Yayasan Pangudi Luhur pusat di Jalan dengan anak tersebut. Sore harinya anak itu Sewaktu saya berangkat ke Yogya, ada telepon dari
Dr.Sutomo No. 4 Semarang diantar Ibu. Pada menemui saya dan meminta maaf atas kejadian kakak lewat Bu Retno bahwa ayah sudah dipanggil
Bulan Mei tahun yang sama saya mendapat pagi itu. Bapa. Sampai di rumah sakit saya ke bangsal ayah
panggilan wawancara. Ketika itu Ibu juga dirawat, saya belum tahu kalau ayah sudah
mengantar saya. Saya bertanya sama anak itu ‘apa yang harus saya dipanggil Bapa. Saya diberitahu Ibu, “ Pake wis
lakukan di kelas’. Lantas anak itu menjawab ia ditimbali Gusti “. Saya diam dan berdoa kemudian
ingin agar saya minta maaf di depan kelas. Ketika mencium kening ayah.
pelajaran di kelas anak tersebut, sungguh saya
meminta maaf di depan kelas dan saya Kami sekeluarga bangga sekali kepada Yayasaan
berangkulan dengan anak tersebut. Sejak itu saya Pangudi Luhur dan keluarga besarnya. Mereka
tidak bisa marah lagi kalau mengajar dengan anak senantiasa memperhatikan kesehatan ayah sampai
selalu penuh dengan senyum, padahal sebelum itu dipanggil Bapa. Hari Senin saya masuk mengajar
saya terkenal dengan sangar, mudah marah. di kelas III IPS, anak-anak minta maaf karena
Terima kasih sahabatku karena keberadaanmu minta traktir di mana sebenarnya ayah saya sakit.
saya menjadi dewasa dan lebih baik. Saya hanya bisa berkata semua sudah diatur Tuhan,
tidak ada yang salah tidak ada yang perlu
Bagiku anak-anak Van Lith sangat berbeda dengan dimaafkan. Saya tidak akan pernah lupa akan
anak-anak sekolah lainnya. Enak diajak ngobrol, anak-anak III IPS angkatan 5.
dekat dengan pendamping,` dan saya banyak
belajar dari anak. Apalagi masalah TIK, anak Per 1 Juli 1998 saya mendapatkan SK sebagai
menjadi sumber belajarku. Sampai sekarang saya Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan untuk
lebih senang belajar bersama dengan anak masa periode 1998 – 2002. Sungguh kesempatan
Homestay tahun 2004 di Kerug
daripada dengan pendamping. yang sangat berharga bagi saya, dan selama
Pada saat saya akan berangkat, Ayah saya menjadi wakasek saya mengalami pergantian
memperkirakan kalau Heni (nama panggilan saya Pengalaman jadi wali kelas kepala sekolah sebanyak 4 kali. Suatu pengalaman
di rumah ) beruntung, saya ditempatkan di SMA Awalnya, selain membantu Bruder di asrama, di yang baik bagaimana bekerja dengan berbagai
Van Lith. Dan, memang benar saya ditempatkan di sekolah saya diminta mendampingi anak-anak gaya kepemimpinan.
SMA PL Van Lith. Dengan penuh semangat saya kelas IB sebagai wali kelas. Sungguh suatu
menerima tugas ini dengan perasaan senang sekali kepercayaan yang besar bagi saya karena pertama
dan penuh syukur. Sungguh ini merupakan karunia kali mengajar langsung menjadi wali kelas.
Tuhan yang sangat besar bagi saya, karena saat itu
saya punya pacar yang tempat tinggalnya di Di Van Lith saya banyak belajar dari anak-anak
Borobudur. bagaimana menghadapi anak-anak yang latar
belakangnya beraneka macam, ya suku, daerah, dan
Pengalamanku di Van Lith bahasa. Pada tahun 1993 saya diberi kesempatan
Tahun pertama saya diminta tinggal di asrama menjadi wali kelas IA, wali kelas kedua saya berada
untuk mendampingi anak-anak. Satu tahun saya di Van Lith. Bulan Juli, saya harus meninggalkan
hidup bersama dengan mereka di asrama. Banyak asrama dan kost di luar karena saya mempersiapkan
pengalaman hidup yang saya peroleh. Pernah saya pernikahan saya. Kalau sudah berkeluarga tidak
diminta Br. Theodorus Suwariyanto, FIC untuk boleh tinggal asrama.
menemani anak yang mabuk di UKS, udah Pak Wahyu dan keluarga
ndleming, muntah-muntah baunya tidak enak. Mulai dari tahun 1994 hingga 1998 saya selalu
Sampai sekarang tahun 2005 – 2007 saya masih
Namun saya dengan senang hati berteman dengan menjadi wali kelas III IPS. Tidak mudah menjadi
menjadi wali kelas III IPS. Tahun 2008 sampai
anak-anak yang mendapat julukan anak-anak wali kelas III apalagi kelas III IPS yang siswa-
sekarang wali kelas XI IPS 2. Di dalam organisasi
nakal. Banyak hal yang saya dapatkan dari siswanya sering dijuluki biang kerok. Tetapi, saya
sekolah saya diberi kesempatan menjadi pengurus
berteman dengan anak-anak yang sering dijuluki dengan senang hati mendampingi anak-anak IPS.
FKOP selama 10 tahun. Di paguyuban non-formal,
trouble maker. saya dari berdirinya sampai sekarang, saya masih
Tahun 1997 adalah tahun yang tidak akan pernah
menjadi pengurus. Semua itu saya jalani dengan
Sebenarnya anak-anak seperti itu butuh saya lupakan, tanggal 14 agustus 1997 anak-anak III
senang hati. Selama saya masih bisa membantu
pengertian, kasih sayang. Di asrama lah saya IPS meminta ulang tahun saya dirayakan dan minta
keluarga Pangudi Luhur, saya akan berusaha
belajar melihat orang bukan dari sisi negetatifnya ditraktir. Saya dan istri saya dengan senang hati
sebaik-baiknya.
saja, tetapi dari sisi positifnya lebih membuat saya mempersiapkan makanan untuk disantap bersama.
lebih hidup. Dalam hal ini Pak Ratin lah yang Sebelum makan, saya minta anak-anak untuk Terima kasih bruder kami boleh ikut berkarya di
membesarkan saya di asrama, satu tahun saya membantu memasukkan tanah urug ke dalam rumah Van Lith. Special untuk saudara-saudariku yang
bersama Pak Ratin dan Pak Haryadi hidup bersama yang tanahnya belum rata. Setelah capai, mereka muda: saya banyak belajar hidup darimu
di asrama. Terima kasih Bruder, saya diberi beristirahat dan mencuci tangan. Lalu, anak-anak
kesempatan hidup bersama di asrama. Di situlah menyalakan lilin untuk saya tiup dan berdoa. AM Wahyu Hendranta, Wali kelas XI IPS 2 SMA PL Van Lith
KARTIKA - kartini satu impian kita / 001 / Januari / 2010 Halaman 05
Kartini satu impian kita

Menggeser Pikiran ke Samping


S uatu siang 15 tahun lalu, sehabis kuliah
Pengantar Ekonomi Mikro, saya dan
seorang teman mengunjungi sebuah rumah di tepi
manusia sebagai para penerima sakramen-
sakramen sukses.
Dalam ritual yang hampir tak terhindarkan itu,
Kali Code di Jogjakarta. Beberapa orang tampak
sedang berbincang santai di satu kamar. saya memutuskan bergeser ke samping setelah
setahun tekun beribadat tiap hari di Perguruan
Tuan rumah menyambut kami. Tinggi. Pada tahun pertama masa studi di lembah
“Wah, Pitik datang! Sama siapa?” Kali Code saya diajari mengenal lingkungan
“Kenalkan. Temenku, mau gabung sama kita,” aku sekitar seperti anak TK yang diajak jalan-jalan kelompok tukang becak, atau kelompok pedagang
diperkenalkan. menyusuri kampung. Dari lembah itu aku diminta lainnya. Di kalangan warga desa Tobong kami
mengikuti kegiatan paguyuban solidaritas tukang melibatkan diri dalam upaya warga untuk
“Sopo ki?” tanya seorang tuan rumah lagi.
becak, begadang bareng pedagang kaki lima di memecahkan masalah pertanian yang sentral di
“Budi, Mas!” Malioboro, dan kunjungan-kunjungan ke sana, misalnya bagaimana meningkatkan
“Nggak usah panggil Mas atau Mbak!” lokalisasi WTS kelas teri di sepanjang rel kereta produksi di lahan pertanian yang hampir
“Oh…. kenapa, Mas? Eh,…” api di belakang stasiun Tugu. Di samping itu, seluruhnya berlapis tanah yang sangat tipis karena
bersama mahasiswa lain dua bulan sekali saya sebagian besar lahan adalah pegunungan batu.
“Di sini enggak ada Mas dan Mbak. Kita di sini
naik bus umum mengunjungi petani-petani di desa
pengin semua egaliter. Enggak boleh panggil Mas
Tobong di Gunung Kidul. Semua kunjungan itu
atau Mbak. Saling panggil nama saja.”
dimaksudkan sebagai kegiatan belajar langsung
“Emmm……” dari lapangan. Maksudnya, dari orang-orang yang
ditemui, juga dari lingkungan fisik mereka,
Rumah Kita termasuk adat, kebiasaan dan tradisi mereka.
Sambutan yang sangat mengesankan! Di markas
sekelompok mahasiswa, lintas disiplin, lintas Masuk dalam suasana sehari
universitas. Dan kami menyebutnya Rumah Kita. Kami diarahkan untuk masuk ke dalam suasana
sehari-hari di masing-masing komunitas. Mirip
Itulah mula pertama pengalamanku keluar dari
model live-in yang sering dipraktekkan dalam
kondisi terkekang, yang di kemudian hari kukenal
latihan-latihan kepemimpinan di kalangan
dari Ivan Illich sebagai belenggu sekolah. Pada
mahasiswa kala itu. Kami selalu memulai
hari-hari berikutnya Rumah Kita menjadi tiga pertanyaan kunci
kunjungan dengan semacam disposisi batin.
universitas kedua selain Sanata Dharma. Lumayan Biasanya kami membahas setiap isu yang terlontar
Tahap ini merupakan proses menyadari diri untuk
lama di sana, 5 tahun kurang lebihnya. dalam pertemuan dengan teknik yang sangat
meminimalisir konsep-konsep yang ada di kepala
sederhana. Setiap pembahasan selalu
Ada anggapan yang berkembang luas dalam kami tentang tukang becak, pedagang kaki lima
dikembalikan kepada tiga pertanyaan kunci. Apa
masyarakat bahwa seseorang tumbuh mengikuti atau petani. Selama setahun itu hasil-hasil
yang menjadi impian paguyuban? Apa yang
suatu ritual sukses, dan ritual yang terpenting kunjungan kami diskusikan. Sebagian dari diskusi
sekarang telah dimiliki atau dicapai? Ketika
dalam dunia modern dilaksanakan oleh sekolah. itu membahas masalah-masalah yang dihadapi
dibandingkan, kami mengetahui seberapa besar
Dari pengasuhan di dalam bilik keluarga inti, setiap komunitas. Tentu saja diskusi diarahkan
gap-nya. Dan kami segera diskusi, apa saja yang
seseorang menanjak tahap demi tahap menapaki untuk menggali pemahaman yang utuh mengenai
akan dikerjakan paguyuban atau komunitas untuk
kelas-kelas persekolahan: TK ke SD, SD ke SMP, realitas masing-masing komunitas. Kami
memperkecil gap itu?
SMP ke SMA, dan SMA ke Perguruan Tinggi. berharap sekali bisa memahami bagaimana setiap
Sesudah itu barulah dia kembali ke masyarakat komunitas memandang realitas mereka sendiri, Dari pertemuan-pertemuan itu kami mengetahui
masuk ke lembaga pemberi kerja, meniti karir dari dengan bahasa mereka sendiri. bahwa pada setiap komunitas telah berkembang
bawah, menikah, mempunyai anak, untuk akhirnya suatu cara hidup model paguyuban lengkap
Selain membahas masalah-masalah rumah tangga
akan kembali lagi ke TK mengantar kanak- dengan pemimpin atau tokoh utama, dan
sehari-hari seperti anak-anak mereka yang mulai
kanaknya agar dilahirkan kembali di sekolah. mekanisme kelembagaan dalam mengambil
nakal atau kriminal, setiap pertemuan dengan
Begitulah ritual diputar kembali dengan anak berbagai keputusan yang mempengaruhi hidup
warga selalu diisi dengan diskusi tentang masalah-
orang banyak. Yang sangat menonjol dari
masalah paguyuban atau komunitas. Untuk
komunitas-komunitas itu adalah semangat mereka
mengatasi masalah ekonomi, misal keringnya
untuk menghidupkan desa tempat mereka tinggal
likuiditas saat warga dikejar keperluan sekolah
atau dari mana mereka berasal. Di antara para
anak atau karena sakit, mereka mendirikan arisan
tukang becak dan pedagang kaki lima nampak
simpan-pinjam. Fund raising dari sumber daya
nyata sekali komitmen yang besar untuk
internal mereka sendiri, sebab mereka jelas tidak
memajukan desa asal mereka. Baik dalam bentuk
bankable apalagi membayar premi asuransi.
sumbangan-sumbangan pembangunan maupun
Masalah lainnya, seperti ancaman negara melalui
partisipasi aktif dalam acara-acara desa seperti
SATPOL PP (masalah politik), cukup mereka
bersih desa, perayaan perkawinan atau perayaan
hadapi dengan protes rame-rame ke walikota atau
17 Agustusan. Cerita-cerita tentang kemajuan-
sultan, bareng-bareng dengan kelompok-

Halaman 06 - KARTIKA - kartini satu impian kita / 001 / Januari / 2010


Kartini satu impian kita

aspirasi kota. Hal itu mungki terjadi karena keterlibatan aktif dengan komunitas-komunitas
mereka mempunyai banyak waktu untuk masyarakat dalam upaya-upaya mereka mengatasi
berdialog, sharing, berkomunikasi dengan bebas problem-problem yang langsung dirasakan
baik antara warga desa dengan para perantaunya ternyata mengalir dari sikap egaliter dalam
maupun di antara warga desa itu sendiri. Entahlah, hubungan personal yang dimanifestasikan
apa yang kemudian terjadi bila di setiap keluarga menjadi solidaritas dalam hubungan sosial.
dalam komunitas-komunitas itu hadir suatu
Pada 500 tahun sebelum Kristus Yesus, Lao Zi
kekuatan yang membetot mereka untuk tak keluar
menuliskan bait tentang “lembah” yang
rumah.
mengalirkan kekuatan hidup ketika setiap
Itulah pengalaman sekedarnya belajar di luar makhluk, termasuk manusia, tersambung secara
kemajuan desa mereka tak pernah terlewatkan sekolah formal. Pertama, saya jadi mengerti intens dengan realitas. Semangat lembah tidak
dalam setiap pertemuan. kemacetan intelektual dalam sekolah formal pernah mati/Dia dijuluki sebagai feminin yang
Begitu juga yang dilakukan warga desa pada sebagian besar karena para pelajar kurang sekali misterius/Pintu gerbang feminin itu adalah akar
umumnya. Di antara warga desa rupanya masih diajak untuk merefleksikan pertautan antara ilmu sumbernya/Semua ciptaanNya diberi kehidupan
kuat tertanam keguyuban hidup, begitu kuatnya pengetahuan dengan perkembangan dalam tanpa henti/Diberi segala kenikmatan tiada
sehingga selalu ada semacam resistensi senyap realitas, ya realitas sosial, ekonomi, politik atau habisnya. Pernah ada “lembah” seperti itu di Jogja.
atas simbol-simbol perkotaan yang norak. Sampai realitas kebudayaan pada umumnya termasuk Dan banyak sekali di sekitar kita.
dengan masa itu saya tidak melihat terjadinya perkembangan dalam perkara-perkara
Budi ‘Bodong’ Sanyoto, VL angkatan 1, sekarang bekerja di
proses urbanisasi cara hidup orang-orang di desa spiritualitas. Sebaliknya, involusi dalam kegiatan-
Balikpapan, Kalimantan Timur
Tobong yang sering saya kunjungi. Mereka kegiatan sosial seringkali terjadi karena para
bukanlah orang-orang yang hidup di desa dengan aktivisnya terjebak dalam aktivisme. Kedua,

Photo REUNI AKBAR VL 2009


Catatan Pengurus exvanlith yang telah terdaftar. Jumlah yang
terdaftar 1400 orang, dari sekitar 2100 orang
totalnya.
3. Adanya discount untuk exvanlith yg ber-EMC.

S aya sedikit lega akhirnya kita bisa


melaksanakan reuni Desember 2009. Reuni
bukan klimaks tetapi awal pertemuan. Saya ucapkan
Manfaatnya, teman-teman yang memberi diskon
dan mendapat diskon adalah exvanlith.
Harapannya tercipta hubungan yang sinergis
terima kasih untuk semua yang sudah bersusah antara teman-teman.
payah datang dan terlibat dalam mempersiapkan 4. Mempererat komunikasi lintas angkatan dalam
reuni yang pertama. hubungan yang saling menguntungkan.
5. Hanya dengan mendaftar EMC maka teman-
Pavali (Paguyuban Van Lith), meski menggunakan teman sudah membantu pavali.
nama Van Lith, ibarat manusia yang baru lahirbaru 6. Cara mendaftar EMC, bisa dilihat di
memiliki banyak ide, namun masih miskin aksi. Ya, http://web.exvanlith.net/.
karena baru pula banyak sekali ide, tetapi belum
menemukan bentuknya. Mudah-mudahan dengan Beasiswa Pavali
adanya babak baru ini, Pavali yang dinamis, aktif, Satu lagi program kerja unggulan Pavali adalah
dan peduli bisa terwujud. Sementara ini barus satu beasiswa pendidikan Pavali,ini untuk menjawab
tantangan bersama bahwa ada sahabat-sahabat kita
Exvanlith Member Card (EMC) yang belum memiliki kesempatan mengeyam
Salah satu program jangka panjang pengurus Pavali pendidikan lanjutan .
saat ini dan sudah berjalan adalah Exvanlith Member
Card (EMC). Kami mengajak teman-teman untuk Melihat tantangan tersebut, Pavali mencoba
bergabung dalam program exvanlith member card. membantu. Bagi yang ingin terlibat dan bersedia
Konsep EMC dicetuskan pertamakali oleh Octave menjadi orangtua asuh, sebagai donatur tetap atau
Kenz (VL5). Harapannya melalui konsep awal yang tidak tetap silahkan mendaftarkan diri ke Divisi
sederhana ini kita bisa bekerja bersama-sama. Pendidikan Melalui Mas Dedet (nama
lengkapnya Eduardus Windya Sadewa,
Tujuan utama EMC adalah saling membantu. angkatan 1), via email : dedet007@yahoo.com
Sedangkan kegunaan lain antara lain:
1. Data exvanlith makin lengkap, dan diharapkan Teman-teman maka mari kita dengan sikap penuh
komunikasi pasca sekolah tidak terputus. peduli dan proaktif terlibat dan mendorong program
2. Memberikan ruang bisnis bagi exvanlith yang kerja di atas utk terus berkembang.
memiliki usaha mandiri. Misalnya tiap exvanlith
tidak perlu repot-repot beriklan, karena promosi Alf.Tommy Basoeki, Kornas Pavali, bisa dihubungi di
usaha akan diiklankan ke seluruh jaringan E-mail: imot_bazz@yahoo.co.id

KARTIKA - kartini satu impian kita / 001 / Januari / 2010 Halaman 07


Kartini satu impian kita

Mengajar Adalah Menyentuh Hidup yang akhirnya saya dapatkan bersama dengan seorang teman? Di kelas saya, hampir tidak ada
Selamanya (hal 1) ... Menjadi guru nyaris tak murid-murid saya. Pada akhirnya, saya belajar anak yang berkelahi dengan temannya. Hampir
pernah menjadi pilihan pertama dalam hidup saya. untuk menghidupi sebuah pilihan dan dengan tidak ada anak yang berlaku bodoh, bahkan kalau
Tak terbayang, kehidupan seperti apa yang harus demikian membentuk diri saya sendiri untuk lebih itu adalah dunia anak-anak. Kenapa bisa begitu?
dijalani seorang guru. Menjadi guru adalah pilihan bisa memaknai hidup, untuk bersikap bijak dan Karena mereka tahu konsekuensi sebuah pilihan
terakhir bagi banyak orang. Umumnya ketika pintu menjadi dewasa dalam perjalanannya. dan itu bukan sesuatu yang sulit untuk diajarkan.
yang lain telah tertutup. Saya berharap kesadaran ini ada pada tiap
Apa sih kebahagiaan jadi guru?
orangtua. Ketika pendidikan moral, dimulai dari
Kenapa jadi guru? Ada hal yang saya pelajari ketika akhirnya pilihan rumah dan didukung oleh sekolah. Saya percaya
Saya, sama dengan kebanyakan orang, tak pernah ini saya hidupi. Saya belajar untuk menghargai dunia yang lebih baik akan tercipta manakala
berpikir untuk menjadi guru. Bukan karena saya hal-hal kecil. Berhadapan dengan anak-anak anak-anak diajar dari kecil untuk mengikuti
membuat saya mengerti, apa yang sering tidak kita standar moral tertentu. Pendidikan tidak pernah
lihat, apa yang sering kita anggap tak berharga, bebas nilai.
hal-hal yang bagi kita adalah hal biasa, sering
menjadi hal yang sungguh berharga untuk mereka. Meminjam bahu untuk menangis
Saya sering mendapatkan sepotong kue, kartu Tetapi dalam ketegasan yang luar biasa dan
kecil ucapan terima kasih (Thank you for teaching tuntutan kesempurnaan yang nyaris tak
me, for an A+ teacher, I love you dan ucapan terbendung, saya berjuang untuk meletakkan diri
sederhana lainnya) atau hadiah-hadiah kecil yang saya sebagai teman bagi mereka. Bermain catur
sungguh sederhana yang sesuai dengan kehidupan bersama, bermain UNO, bahkan lari-lari bersama
anak-anak: sebuah pensil, sebuah penghapus, atau dengan mereka ketika waktu bermain tiba adalah
notes kecil. Saya belajar tentang sebuah ketulusan. hal-hal yang saya lakukan untuk
Mereka tidak takut untuk memberi, bahkan kalau menyeimbangkan sebuah tuntutan. Maka dengan
itu sebuah kesederhanaan. sedikit sombong, saya mau menulis bahwa
Di dunia, yang ketulusan nyaris menjadi barang sekalipun saya sangat menuntut secara akademik
takut dengan realitas yang nantinya akan saya langka, hidup dengan anak-anak membuat kita dan integritas yang dengan sendirinya membuat
hadapi sebagai konsekuensi pilihan itu melainkan mengerti bahwa hal-hal sederhana itu bisa menjadi saya harus bersikap tegas dan keras pada mereka,
lebih karena saat itu, dunia keberpihakan jauh lebih hal yang sungguh berharga. Pada titik dimana saya anak-anak itu tidak pernah sekalipun membenci
menarik minat saya. Saya ingin bekerja di LSM merasa tak punya siapapun atau saat saya saya, karena akhirnya saya ada bersama dengan
karena tertarik dengan ‘option for the poor’-nya. kehilangan arah (saat-saat itu akan selalu ada mereka ketika mereka menghadapi hal-hal yang
Untuk menghidupi impian itu, saya aktif terlibat di dalam hidup kita kan?), saya sering membuka tidak mudah.
dunia gerakan kemahasiswaan dengan impian koleksi ucapan yang saya terima dari murid-murid Misalnya, saat pulang sekolah, tiba-tiba seorang
terlibat di dunia LSM setelah lulus. Saya menyukai saya. Tidak ada satu kartu pun yang saya buang anak datang hanya untuk meminjam telinga.
heroismenya. Aroma keindahannya, karena buat dan itu, cukup untuk membuat saya mengerti ‘Miss, aku boleh ndak telpon? Please Miss, aku
saya, orang-orang di LSM adalah mereka yang bahwa saya telah melewati jalan yang begitu telpon ya, aku mau curhat nih!’
tulus berjuang untuk menciptakan dunia yang lebih panjang dan bermakna.
baik. Sebuah dunia yang berpihak persis seperti Atau meminjam bahu untuk menangis ketika saya
Ketika semua orang berkutat dengan mengejar baru saja mau keluar kelas dan tiba-tiba ada murid
yang selalu diajarkan kepada kita saat di Van Lith. uang sebagai ukuran kesuksesan terbesar, saya masuk kelas dan tanpa babibu memeluk saya dan
Tetapi hidup bukanlah kepingan rel yang selalu belajar bahwa kita boleh membuat pilihan yang menangis di pelukan saya. Hingga hari ini, saya
lurus. Hidup lebih berupa perjalanan yang nyaris berbeda. Saya mempersiapkan hari depan sebuah masih menjaga hubungan baik dengan beberapa
tanpa peta. Langkah yang memang sering tak bangsa. Saya terlibat untuk mendidik generasi murid. Menerima e-mail mereka, cerita mereka,
terprediksi. Saya, yang bermimpi bertahun-tahun yang semoga, ke depannya, akan berani membuat bukan lagi hal yang baru. Mungkin itu sebabnya
untuk menjadi seorang aktivis LSM, akhirnya pilihan untuk menciptakan dunia yang lebih baik. saya tak merasa kekurangan cinta ha..ha.. karena
menjadi seorang guru, profesi terakhir yang pernah Maka kelas saya, terkenal sebagai kelas yang saya merasa cukup menerima banyak cinta dari
terpikir dalam hidup. Saya terdampar di Sekolah paling keras dalam tuntutan akademik, dalam murid-murid saya. (Yang benar Miss?)
Pelita Harapan (SPH), sebuah sekolah tuntutan integritas. Tidak akan ada anak
internasional di ujung Cikarang. menyontek di kelas saya, karena tanpa ampun saya Teman-teman saya heran ketika melihat saya
akan memberikan nilai nol. Konsekuensi dari membuat pilihan ini dan menghidupinya dengan
Di SPH, saya pernah mengajar TK, untuk anak usia
setiap perbuatan mendapatkan tempatnya di sana. bahagia. Menjadi guru bagi saya adalah sebuah
3 dan 4 tahun selama kurang lebih 2,5 tahun dan
pilihan hidup, juga sebuah pilihan politis. Saya tak
kemudian menjadi guru SD. Saat ini saya mengajar Anak-anak belajar bahwa nilai hidup, bukanlah
kelas 5 SD dan tahun ini adalah tahun kedelapan sesuatu yang jauh dari mereka, bahwa mereka,
saya menjadi guru. dalam usia dini, sudah harus membuat pilihan
Menjadi guru, akhirnya menjadi keseharian saya yang sering kali tak mudah. Pilihan-pilihan moral
dan sungguh, saya tak pernah menyesalinya karena yang sederhana bisa diajarkan sejak dini. Moral
ternyata saya menemukan begitu banyak hal dalam dan integritas bukanlah hal yang jauh dari hidup
keseharian itu. Saya belajar tentang nilai-nilai anak-anak. Mereka bisa diajak membuat pilihan
hidup, tentang bagaimana mengasuh dan mendidik moral yang benar dan baik, ketika hidup tidak
seorang anak, tentang bagaimana bersikap arif semata hitam dan putih. Mana yang harus
ketika berhadapan dengan karakter anak yang dilakukan ketika seorang teman baik meminta
beragam bahkan bagaimana memotivasi anak agar jawaban dalam sebuah tes? Menolak dengan
bisa terus berjuang. Terlalu banyak nilai hidup resiko kehilangan teman baik atau
memberikannya dengan resiko menjerumuskan
Halaman 08 - KARTIKA - kartini satu impian kita / 001 / Januari / 2010
Kartini satu impian kita

ingin menciptakan manusia pragmatis yang tak Surat Pelangi (hal 1) ... kuda beradu dengan (Bodong), cerita belajar di pesantren (Harry),
berintegritas. Yang bahkan berani berpihak pada aspal kita sempat belajar. Alam adalah guru yang surat dari Femi, cerita dari Tombas dan dua
saat mereka dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit lain. Jadi, kalau segarnya udara pagi, saat bangun cerita tetap tentang beasiswa (dari Indra dan
sebuah kebenaran. Saya berharap ada Indonesia tidur di asrama saat liburan (tanpa bel), masih Jeni).
yang lebih baik dengan orang-orang yang tak kecut segar di ingatan kita mungkin alam adalah guru
membela kebenaran dan berani berseberangan. Menyebut guru, kita juga mengenal saat berjalan
yang lain sempat kita lupakan.
Menjadi guru adalah sebuah pilihan spiritual, saya menuju sebuah sekolah tua peninggalan era
meletakkan satu kepingan nilai hidup pada puzzles Ya, tidak semua cerita adalah pelangi. Tetapi Belanda itu terletak di Jalan Kartini, tepat di
hidup murid-murid saya, kepingan abadi yang akan bagaimana kita berdamai dengan yang pahit itu depan sebuah makam Belanda (Kerkhof). Mulai
terus mereka bawa dalam sadar maupun tak sadar lah diri menjadi ada. Sebab pada saatnya, diri pun dari guru agama hingga dosen pernah duduk di
tentang kejujuran, tentang kesetiaan, tentang merupakan guru. bangku-bangku sekolah ini.
kerendahhatian, tentang toleransi, tentang
Kartika menampung catatan perjalanan para Dalam Kartika edisi Guru ini, kita mendapatkan
perjuangan hidup, tentang begitu banyak hal yang
sahabat yang sudah pernah bertemu maupun kesempatan untuk membaca cerita hidup, dari
tak mungkin dituliskan di sini: tentang hidup itu
belum. Saling berbagi dari apa yang ada. Mulai Pak Guru kita, Pak Wahyu, dari bekas kawan-
sendiri. Belajar bukanlah persiapan untuk sebuah
kehidupan, belajar adalah hidup itu sendiri. dari Pak Wahyu yang masih mengajar di Jalan kawan kita yang memilih menjadi guru, Fidel
Saya sedang menyentuh kehidupan: to Kartini, cerita pengalaman menjadi guru (Linda dan Linda.
teach is to touch life forever. dan Fidel), cerita belajar di tepi Kali Code

Di dunia di mana percepatan ilmu pengetahuan dan


informasi nyaris tak terbendung. Tempat di mana
anak-anak sedang dan akan tumbuh nantinya,
penting untuk menekankan keteguhan hati. Bahwa
Melukis Pribadi
tak salah untuk menjadi berbeda dari orang lain,
bahwa tak salah untuk menikmati keunikan
pribadi. Saya bermimpi, murid-murid saya akan
T ugas perkembangan manusia yang
merupakan puncak hidup seseorang adalah
menjadi pribadi yang dewasa. Pribadi yang mampu
menjadi manusia yang berani berdiri untuk pilihan berdiri sendiri, menentukan arah hidup sendiri dan
yang diyakininya, bahkan bila pilihan itu melepaskan ketergantungan dari orang tua. Masa
berseberangan dengan pilihan komunal. Persis dewasa bisa tercapai setelah kita berhasil
seperti yang Viktor Frankl tulis: segala sesuatu menyelesaikan serentatan tugas-tugas
dapat diambil dari seseorang kecuali satu hal: perkembangan, dari bayi, anak-anak, dan remaja.
kebebasan manusia yang terakhir, untuk Tak hanya tubuh kita yang bertumbuh, tetapi juga pola pikir, kepribadian dan kematangan. Kesemua unsur
menentukan sikap dalam situasi apapun yang tersebut saling berkait dan dalam perkembangannya membutuhkan dukungan dari lingkungan, keluarga
dihadapinya, untuk memilih jalannya sendiri. Saya
serta kekuatan diri, kemudian mengalami proses yang tak mudah, terkadang menyakitkan serta tak jarang
bermimpi tentang Indonesia yang lebih baik. Saya
yang mengalami kegagalan dan berujung pada tindakan bunuh diri, penyakit mental seperti depresi,
bermimpi tentang dunia yang lebih baik dengan
schizophrenic, serta kepribadian yang kekanakan.
murid-murid saya hidup didalamnya.
Dan untuk menutup tulisan ini biarkan saya
Syair hidup
bercerita. Cerita ini saya baca, ketika saya masih Saat coba kusentuh periode masa dewasa, aku tercenung pada sebuah syair yang kutemukan di sebuah buku:

{ {
kuliah. Sebuah ingatan yang tak sudah. Terekam Tuhan adalah pelukis hidupku
dengan indah, lebih karena dia menginspirasi saya, Ia belum selesai melukis hidupku
bahkan hingga kini. Saya tidak tahu siapa Ia masih bekerja sampai larut malam
penulisnya, dan cerita ini mungkin bukan versi Mencampur warna-warna istimewa
aslinya. Untuk lukisannya yang istimewa
Untuk membuatku jadi mahal dan indah
Tapi, biarkan saya bercerita dengan versi ingatan
saya yang terbatas. Ia masih mempunyai rencana besar untuk ciptaanNya
Ia masih mempunyai rencana yang indah untuk hidupku
Seorang laki-laki berjalan di tepi laut. Dia melihat
(Anonim)
seorang perempuan yang tiap kali membungkuk
lalu melemparkan sesuatu ke laut. Laki-laki itu Syair yang menurutku sangat indah dan mampu menumbuhkan harapan serta semangat tatkala aku merasa
penasaran. Dia berjalan mendekati perempuan itu menjalani hidup menuju kedewasaan diri itu sangatlah sakit dan sulit. Aku harus menghadapi banyak
dan bertanya, “ Apa yang kamu lakukan?” benturan dan tuntutan dari berbagai pihak yang kadang menjatuhkan air mata, kekecewaan, kebingungan,
Perempuan itu menjawab, “Aku sedang melempar rasa marah, muak atau entah apalagi nama perasaan itu jika munculnya secara bersamaan.
bintang laut ini ke laut. Kalau aku tidak Kuliah di fakultas psikologi ternyata tidak menjamin diriku untuk tumbuh menjadi pribadi yang dewasa
melakukannya, mereka akan mati.” Kata lelaki itu, secara mudah, tetap saja harus mengalami proses yang sama dengan orang lain. Ternyata memberikan
“Tapi tepi laut ini sangat panjang, ada ribuan
nasehat, masukan atau sugesti ke orang lain dalam rangka mengantarkannya ke pribadi yang dewasa lebih
bintang laut yang terdampar. Usahamu akan sia-
mudah daripada memasukkannya ke dalam diri sendiri. Sesuai kata pepatah “dokter juga butuh dokter”,
sia saja. Tidak akan ada bedanya.” Perempuan itu
begitupun aku yang sudah mengenyam bangku kuliah fakultas psikologi, masih memerlukan bantuan orang
tersenyum, dia mengambil satu lagi bintang laut,
lain untuk melihat pribadiku secara objektif dan melukisku menjadi pribadi yang dewasa dan matang.
sambil melempar bintang itu ke dalam lautan, dia
menjawab, “Aku membuat perbedaan untuk yang Teringat pengalaman ketika menjadi guru BK dan trainer di sebuah sekolah bergengsi di ibukota. Banyak
satu ini.” kujumpai murid-murid yang mengalami ketidakbahagiaan dan kepahitan dalam hidup terutama berkaitan
dengan hubungan dalam keluarga. Secara materi, mereka berkelimpahan, tetapi keluarga tempat mereka
Fidelia Ratri Yojani, VL angkatan 2, Guru Sekolah Dasar.
KARTIKA - kartini satu impian kita / 001 / Januari / 2010 Halaman 09
Kartini satu impian kita

bertumbuh tak dapat menjadi tempat yang kondusif Mengatakan tidak


untuk mengantar mereka menjadi pribadi yang Persis seperti kata-kata yang sering diungkapkan
dewasa dan berkualitas baik secara pola pikir oleh salah satu klien schizophrenic yang
maupun tingkah laku. Mereka sangat kudampingi “aku ini di setir hidupnya, rohku
membutuhkan didengarkan, dikasihi, diperhatikan, diambil orang trus disetir kayak mayat hidup yang
diarahkan dan dimotivasi. Dari proses konseling tidak punya perasaan dan keinginan”. Terkadang
dan pendekatan dengan murid, aku dapat merasa sedih melihatnya, bukan hanya karena
menganalisis duduk permasalahan, solusi serta penderitaan seorang schizophrenic yang
langkah-langkah yang perlu diambil untuk dialaminya tapi karena melihat cerminan hidupku
membimbing dan mengarahkan murid agar juga ada di dalamnya. Ironis, aku mencoba
menjadi pribadi yang dewasa dan berkualitas. meringankan bebannya dan berusaha mengubah
Kerjasama dengan partner guru serta orang tua mind setnya, sedangkan aku sendiri belum bisa
dijalin demi membenahi kepribadian murid yang keluar dari keadaan yang melilitku dan tak jauh
dianggap masih kurang. Ada yang menerima dari yang dialaminya.
kemudian mengalami perkembangan dalam Aku selalu dikelilingi permasalahan yang dialami
kepribadiannya ada juga yang melakukan oleh orang lain dan harus kuanalisis serta
penolakan. mengambil langkah-langkah yang dapat dilakukan
Tiap hari aku selalu sibuk mencari celah agar dapat pelukan hangat orang tua yang seakan tak pernah untuk memperbaiki keadaan kepribadian mereka.
melakukan pendekatan dan pembenahan pada rela melepaskan anaknya terjatuh dan tertatih saat Berusaha membantu mereka melukiskan
murid yang kuanggap masih kurang, hingga suatu mencoba belajar berjalan. kepribadian mereka agar lukisan yang terbentuk
hari ada seorang sahabat yang mengatakan padaku Mereka menangis ketika mendengar ceritaku menjadi indah dan mahal, tetapi ironisnya aku
dengan suara cukup keras, bahwa aku bangun di pagi-pagi buta dan harus seperti tak memiliki kuas untuk lukisan pribadiku.
“ Kamu selalu sibuk membenahi orang lain, menempuh perjalanan selama satu jam, pulang di Ketika kucoba memegang kuasku, tanganku
mendidik orang lain..sedang dalam dirimu pun sore hari dengan keadaan jalanan yang macet dan seperti di pegangi oleh orang tua dan digerakkan
banyak yang harus kamu benahi...kamu harus bahaya kriminal yang mengintai. Padahal aku sekehendak hati mereka.
dapat mendidik dirimu sendiri barulah kamu coba menjalani rutinitas tersebut dengan sukacita dan Aku ingin memegang kuasku sendiri dan belajar
mendidik orang lain” bangga, karena aku sudah merasa menjadi dewasa. mengatakan “ Tidak!” pada kedua orang tuaku
Kucoba menjelaskan pada orang tua, bahwa ketika mereka memaksaku melakukan hal yang
Kata-kata tersebut seperti sebuah tamparan bagi anaknya telah bertumbuh dan mencoba berjalan
diriku. Fokus pandangku pun berubah, tak lagi tidak sesuai kata hatiku, aku ingin mendidik diriku
menapaki kehidupan sendiri. Bukan pemahaman menjadi dewasa dan bisa menanggung
melihat kekurangan orang lain tapi melihat dulu ke dan kesempatan yang kudapatkan tetapi
dalam diri, merefleksikan apa yang ada dalam konsekuensi dari semua tindakanku.
kemarahan yang dilakukan atas nama cinta orang
pribadiku. tua pada anak. Aku ingin menentukan arah hidupku dan menjadi
Sudahkah aku menjadi pribadi dewasa yang pribadi dewasa yang kumau. Aku ingin melukis
Ketika ingin berteriak dan memberontak aku sendiri pribadiku dengan kuas yang ada di
kuinginkan? Sudah benarkah apa yang kulakukan? dibenturkan pada kultur Jawa yang sedari kecil
Apa saja yang harus kubenahi dalam diriku?sudah tanganku. Tapi ketika kucoba lakukan itu, yang
kudengar yakni bahwa anak harus menurut pada terjadi adalah...bapak tiba-tiba sakit, ibu tiba-tiba
benarkah jalan hidup yang kupilih? Sudah tepatkah orang tua dan tak ada hak bicara jika orang tua
aplikasi ilmu yang kupelajari?hendak kubawa sakit dan mereka menanyakan tanda baktiku pada
sudah sudah menjatuhkan keputusan. Bahkan mereka jika aku tak mau menuruti kemauan
kemana arah hidupku? Untuk siapakah diriku keluar kalimat “meski usiamu sudah seratus tahun
hidup? Dapatkah aku berguna bagi orang lain? mereka. Mereka menanyakan tanda kasihku pada
pun, kamu tetap anak bapak ibu...dan bapak ibu mereka yang notabene telah memelihara dan
Who am I? takkan pernah rela anaknya susah”. Semakin membesarkanku dengan susah payah. Alhasil aku
Serentetan kekurangan dan PR untuk membenahi kujawab, semakin kuberontak semakin kuat orang hanya bisa terdiam tanpa bisa melakukan apapun.
diri bermunculan dalam ruang pikirku. Konflik, tua terasa mengikat dan menekanku. Akhirnya aku Bagaimana aku bisa mendidik diriku sendiri untuk
permasalahan, serta perjalanan hidup sepanjang menurut dan meninggalkan pekerjaan yang menjadi dewasa dan belajar berdiri sendiri jika
aku pernah alami bermunculan dalam otakku sebenarnya sangat aku sukai dan banggakan. keadaan demikian??
seperti katak yang berlompatan di atas lumpur, “Pengekangan” dari orang tua tidak berhenti
muncul kemudian menghilang. Hufh...sulitnya Ternyata seseorang yang telah mempelajari
sampai di sana, pekerjaan selanjutnya yang karakter, kepribadian dan seluk beluk tentang
mendidik diri sendiri. Jadi teringat rekoleksi “who kuambil harus melewati kriteria yang mereka
am i ?” yang kuikuti sewaktu SMU dulu, ternyata manusia, selalu menganalisis permasalahan dan
ajukan. Bahkan penentuan pasangan hidup pun kepribadian orang lain, masih kewalahan untuk
kehidupan terus bergulir dan pertanyaan “who am harus melalui seleksi ketat orang tua, sampai-
i?” itu terus mengikuti tiap langkah kehidupan mendidik dirinya sendiri dan menjadi pribadi
sampai keberadaan setelah menikah pun sudah yang dimaunya. Melukis sendiri kepribadian
yang dijalani. Aku seperti tersedot ke dalam ditentukan oleh orang tua. Hatiku berontak dan
kehidupan pribadiku yang ternyata masih ternyata lebih sulit daripada ikut campur tangan
marah,merasakan bahwa hidupku dan pribadiku menorehkan warna pada lukisan kepribadian
memerlukan banyak perhatian dan pembenahan. tidak kulukis sendiri tapi dilukis oleh orang tuaku. orang lain.
Saat kucoba melangkah ke masa dewasa, ketika Warna dan campuran-campurannya ditentukan
hatiku meneriakkan “Yup, akhirnya aku bisa Mesi Widiana, nama pena seorang sahabat
oleh mereka. Aku merasa seperti mayat hidup
menghidupi diri sendiri dan bisa menentukan yang tak punya perasaan dan keinginan. Hidup
langkah sendiri.” Tiba-tiba saja suara sayup orang seperti tak ada arti dan maknanya karena aku tak
tua memanggilku dan memintaku kembali dalam memegang kendali dalam hidupku.
Halaman 10 - KARTIKA - kartini satu impian kita / 001 / Januari / 2010
Kartini satu impian kita

Merajut Persaudaraan di
Pondok Edi Mancoro
S elama sepuluh hari di Bulan Juli 2009 saya
berkesempatan tinggal di Pondok
Pesantren Edi Mancoro, Salatiga, Jawa Tengah.
Sementara itu, biaya makan, minum, dan
pemeliharaan kesehatan, ditanggung sendiri. Para
santri putri kebanyakan memilih memasak
Tinggal besama (live in) merupakan bagian dari sendiri, sementara para santri putra makan di
aktivitas para frater dan bruder SJ yang kebetulan warung.
sedang belajar di STF Driyarkara, Jakarta.
Sebagai penunjang ekonomi, pesantren memiliki
Ponpes Edi Mancoro Koperasi Pesantren, penyewaan komputer, Taman
Hawa sejuk pedesaan menyentuh, menyapa lewat Pendidikan Al-Quran, dan perpustakaan. Anggota
sepoi angin. Beberapa santri terlihat koperasi dapat memilih kelompok usaha di unit- Harry Setianto Soenaryo

membersihkan lingkungan pondok, menyapu unit koperasi, seperti unit simpan-pinjam,


pertanian, peternakan, dan perdagangan. “Setiap ajaran Islam. Ia pun terbuka pada ajaran dari agama
halaman dan membersihkan kaca jendela.
santri bebas memilih unit kegiatan koperasi sesuai lain. Tidak semua orang Islam dapat berpandangan
Sebagian yang lain bermain bola di halaman
dengan minat dan bakatnya. Bahkan, tidak aktif sedemikian-terbukanya, sampai mengatakan
pondok. Senyap, tenang. Itulah kesan yang dapat
pun tidak apa-apa,” ujar Ustaz Nurrokhim, ‘peduli amat dengan orang (Islam) yang berpindah
ditangkap di sana.
pembimbing para santri. Selain usaha untuk agama’. Dalam fikih dan hadis Islam, orang pindah
Pesantren ini terletak di Dusun Bandungan, desa agama dianggap murtad dan bahkan bisa dihukum
menunjang perekonomian, adapula kegiatan
Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten rajam. Sifat dinamis dan inklusif dari NU yang
penunjang ketrampilan para santri, seperti
Semarang (kira-kira 15 km arah selatan Kota dimiliki oleh Kyai Mahfudz begitu mengesankan.
misalnya usaha bengkel yang dikelola oleh
Bawen, Semarang). Ponpes ini letaknya kira-kira Keterbukaannya juga tampak dalam Ponpes yang
ponpes. Hasil keuntungan dari usaha-usaha
15 menit perjalanan dari tempat wisata kolam didirikannya itu.
tersebut sebagian digunakan sebagai zakat
renang Muncul, Ambarawa.
(sumbangan bagi warga desa sekitar ponpes yang Ponpes ini menggunakan nama dalam bahasa Jawa,
Para santri di Ponpes Edi Mancoro berasal dari kurang mampu. yaitu ”Edi Mancoro”, yang artinya ”Kebaikan yang
kota-kota di sepanjang pantai utara Jawa, seperti terpancar”. Lazimnya, Ponpes di Jawa
Pesantren Inklusif
Demak, Kudus, Jepara, Rembang, Kendal, menyertakan nama Arab sebagai nama ponpes.
Kopeng, Magelang. Namun ada beberapa di ”Menurut saya, peduli amat dengan orang yang Sebagian besar santri mengisi waktu luang dengan
antaranya yang dari luar Jawa. Sebagian besar berpindah agama. Agama itu kan milik Tuhan. membaca buku, terutama buku-buku tentang
santri merupakan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tetapi, kalau mengetahui ajaran agama (secara remaja, di perpustakaan, termasuk majalah dan
Agama Islam Negeri, Salatiga. Ada pula yang mendalam), kita memiliki wawasan sebagai koran. “Kecuali menjelang ujian atau tugas
kuliah di pegangan yang sekolah, mereka banyak yang pinjam buku-buku
Universitas kuat. Kalau kita pelajaran,” kata Ali Masykur, ketua unit
Kristen Satya tetap berada perpustakaan.
W a c a n a . dalam bingkai
keimanan kita, Secara rutin mereka menunaikan ibadah, yaitu
L a i n n y a
kita tidak akan sholat lima waktu. Pada pagi hari mereka sekolah
merupakan
mudah beralih atau kuliah di sekolah atau universitas di luar
siswa SD,
ke mana-mana” Ponpes. Kemudian, sore hari mereka mengikuti
s e k o l a h
demikian tutur kegiatan pondok seperti belajar bahasa Arab dan
menengah, baik
KH Mahfudz pengajian kitab kuning. Pada malam harinya, santri
SMA, STM, atau
Ridwan, ketika yang lebih senior membantu santri yang lebih muda
Ts a n a w i y a h .
d i t a n y a mengerjakan tugas sekolah. Santri yang masih SD
Para santri
mengenai biasa juga mengobati rindu dengan meminjam HP
terdiri dari
pandangannya dari santri senior, untuk menelpon keluarga di desa.
kurang lebih 30
t e r h a d a p Santri senior dan yang lebih muda tinggal bersama
santri putra dan
Harry bersama para santri k e b e b a s a n dalam satu kamar (per kamar terdiri dari 4-5 orang).
20 santri putri.
Sebagian besar memilih belajar di pesantren ini berpindah agama dalam Islam. Persaudaraan juga dibangun bersama dengan
karena memang ingin mendapat pendidikan Kyai Mahfudz adalah seorang ulama Nahdlatul warga sekitar ponpes. Kegiatan yang dilakukan
agama. Tetapi, untuk mendukung pendidikan Ulama (NU). Beliau merintis Ponpes Edi bersama warga adalah kegiatan membersihkan
umum dari sekolah formal di luar ponpes, para Mancoro semenjak tahun 1970-an, setelah ia makam setiap hari Jumat sore. Tradisi
santri dipersilakan untuk mengikuti pendidikan menyelesaikan kuliahnya di Baghdad, Irak. Gus membersihkan makam itu juga menjadi bagian dari
formal di luar pondok. Dur menjadi rekannya ketika kuliah dan kos di ziarah, mendoakan keluarga atau kerabat yang
Baghdad. Kyai Mahfudz menghargai budaya dan sudah meninggal. Dengan kerja bakti dan ziarah
Iuran tempat tinggal para santri tidak mahal, hanya
kearifan lokal sambil tetap berpegang teguh pada tersebut, relasi para santri dapat terjalin erat dengan
Rp 10.000—15.000,- per bulan (tahun 2009).

KARTIKA - kartini satu impian kita / 001 / Januari / 2010 Halaman 11


Kartini satu impian kita

warga setempat. Islam sebagai teroris hanya karena maraknya berita sharing-studi tentang Islam dari beberapa dosen
Dalam bulan Ramadhan, pesantren selalu tendensius di media massa terhadap Islam. Tamu itu atau pembicara. Sharing tersebut mengenai
menyelenggarakan diskusi lintas agama. Diskusi berjanji bahwa ia akan menceritakan sesuatu yang sejarah Islam, aliran2 dalam Islam, teologi-
dilakukan bersama narasumber yang terdiri dari mengesankan (tentang keterbukaan dan keramahan filsafat Islam, dsb-nya. Para pembicara itu
para pemimpin agama untuk berdiskusi dengan para santri) yang dialaminya dalam kunjungan itu, sebagian merupakan lulusan Ponpes Edi
para santri, juga para tamu undangan dari berbagai kepada anak-anak SD di Australia (tempat ia Mancoro.
agama. bekerja). Mereka berharap dalam tahun berikutnya, Para alumni Ponpes juga menjadi tokoh di desa
mereka dapat mengajak anak-anak itu berkunjung mereka. Misalnya saja, tempat-tempat yang
“Berkumpul dengan pemeluk agama lain kan ke Ponpes Edi Mancoro.
sangat jarang. Saya kira, pondok lain yang salafi sudah kami kunjungi, Qoriyah Toyibah,
Model Ponpes seperti itu menarik, karena pendidikan alternatif, yang dirintis oleh
juga jarang. Kegiatan ini bertujuan agar para santri membuka wawasan dan cara pandang para santri Bahruddin. QT ini mengingatkan kita pada
siap menerima perbedaan, bisa saling berbagi, dan mengenai sesuatu di luar Islam. Apa yang kita sekolah Mangunan yang dirintis oleh romo
berdiskusi,” ujar Nurrokhim. dapatkan bukan hanya kajian tentang ke-Islam-an. Mangun. Di rumah belajar itu kebebasan dan
Selain yang bersifat diskursif ada pula kegiatan Ini berbeda dengan kebanyakan ponpes yang ada, segala bentuk kreativitas anak sangat dihargai.
lintas agama yang bersifat rekreatif, seperti rekreasi di mana para santri belajar formal dan tinggal Selain itu juga ada, tempat untuk
ke lokasi wisata di Jogja bersama dengan kelompok hanya di dalam kompleks Ponpes, dan melulu memberdayakan para petani-petani desa dan
kristen dari Universitas Satya Wacana, atau belajar tentang Islam. Selain itu, lingkungan pemberdayaan ternak, dsb-nya. Pembagian
bersama dengan komunitas ’Kita Beda Kita Sama’ ponpes tidak terasa mengekang dan kegiatannya pembicara dalam studi, tempat-tempat
(KBKS). Komunitas KBKS adalah program tidak monoton. Tujuan pesantren adalah mendidik kunjungan, dan waktu-waktunya, semuanya
khusus untuk anak-anak usia TK – SD dari berbagai santri agar menjadi pendamping masyarakat. Para diatur secara rapi oleh para ex-ponpes.
latar belakang agama, suku, etnis, dan lain-lain. santri tidak dibina untuk menggurui atau menjadi Keterlibatan, perhatian, dan loyalitas mereka
Komunitas ini mempunyai beberapa program kiainya yang menganggap diri selalu benar dan sungguh mengesankan.
kegiatan yang merupakan wadah anak-anak untuk selalu berada di atas. Belajar dari santri
mengembangkan diri dengan tetap menghargai Para Alumni Ponpes Edi Mancoro
perbedaan yang ada. Para santri Ponpes Edi Mancoro layaknya seutas
Ke manakah para santri itu setelah lulus sekolah jarum. Tujuan jarum adalah untuk menyatukan,
Selain dalam lingkup lokal, keterbukaan juga terjadi atau kuliah? Ya, mereka akan melanjutkan sekolah melekatkan dan merajut kain dan benang
dalam lingkup mancanegara. Kyai Mahfudz atau bekerja. Dan sebagian besar dari mereka menjadi pakaian yang indah. Demikianlah,
mengatakan bahwa sudah lebih dari 40 negara dan masih tetap menjalin hubungan dengan pihak teman-teman Ponpes merajut perbedaan agama,
beberap kelompok agama yang berbeda berkunjung ponpes khususnya Kyai Mahfudz. Di dalam live- suku, dan budaya. Perbedaan tidak dipandang
ke ponpes tersebut. Ketika kami live-in, Ponpes in, tidak hanya kepekaan atau rasa yang sebagai ancaman, melainkan sebagai sarana
mendapat kunjungan satu hari dari tamu beragama dikembangkan, melainkan juga pemahaman untuk berdialog dan membangun persaudaraan
Kristen yang berasal dari Australia. Mereka tentang Islam. Setiap hari selama live-in kami yang mendalam.
mengungkapkan keprihatinannya terhadap anak- menyediakan waktu kurang lebih 2 jam untuk
anak di sekolah yang mereka kelola. Anak-anak Harry Setianto Soenaryo, Mahasiswa STF Driyarkara, e-
belajar tentang Islam. Kami mendengarkan mail: hry_setia@yahoo.com
sekolah tersebut dengan mudahnya mengklaim

rubrik
beasiswa
Memenangkan Beasiswa
Dari “Jalur Sulit”
S
aya menduga,
penerima beasiswa
untuk studi lanjut (S2 atau
memenangkan seleksi beasiswa.

Mengapa demikian? Karena rata-rata pemberi


beasiswa ingin beasiswa yang diberikannya kelak
Contohnya teman saya, sebut saja namanya Andi.
Dia bekerja di perusahaan swasta asing terkemuka
di Jakarta. Andi pun rajin mengirimkan aplikasi
S3) baik di dalam maupun untuk melamar beasiswa S2 di dalam dan luar
di luar negeri didominasi bisa berguna untuk masyarakat luas, bukan negeri, namun selalu gagal. Setelah sekian lama
oleh orang-orang dengan semata-mata untuk kemajuan karir si penerima bekerja di Jakarta, Andi memutuskan untuk
latar belakang profesi beasiswa. kembali ke kota asalnya dan menjadi dosen. Di
tertentu. Para penerima Jadi, kalau profesi teman-teman saat ini BUKAN tahun yang sama, Andi melamar beasiswa ke
beasiswa kebanyakan memiliki latar belakang termasuk profesi yang beasiswa-friendly, silakan Australia dan dia mendapatkannya!
profesi yang bisa dibilang: beasiswa-friendly. disimak beberapa trik di bawah ini yang bisa Stands out amongst the crowd
Beberapa profesi yang termasuk ‘gampang’ meningkatkan daya saing untuk memenangkan Kompetisi beasiswa selalu saja ketat. Dengan
memperoleh beasiswa antara lain: dosen, guru, beasiswa. kompetisi yang ketat ini, dibutuhkan kualitas yang
PNS, peneliti, jurnalis, pekerja media dan pekerja Ganti profesi extraordinary dibanding pelamar lain untuk lolos
sosial (badan PBB, LSM dan sejenisnya). Ini cara yang (barangkali) paling ekstrim namun ke tahapan seleksi selanjutnya.
Sementara, pelamar beasiswa dengan latar bukanlah tidak mungkin dilakukan. Saya punya Secara umum, proses seleksi beasiswa biasanya
belakang profesi lain terbilang lebih sulit untuk beberapa teman yang memilih melakukan cara ini. diawali dengan seleksi aplikasi alias paper

Halaman 12 - KARTIKA - kartini satu impian kita / 001 / Januari / 2010


Kartini satu impian kita

s c re e n i n g . P e m b e r i b e a s i s w a b i a s a n y a rubrik
mensyaratkan Indeks Prestasi (IP) tertentu dan
memiliki skor kemampuan bahasa Inggris.
beasiswa
Disamping itu, biasanya ada juga beberapa
pertanyaan di formulir aplikasi menyangkut
motivasi dan alasan kenapa kita pantas mendapat
beasiswa tersebut.
Strategi Menulis
Untuk syarat IP, pasti sudah terlambat untuk
mengubahnya, Jadi tidak ada yang bias dilakukan.
Proposal penelitian
Nah, yang masih bisa dilakukan adalah
meningkatkan skor kemampuan bahasa inggris dan
menjawab semua pertanyaan di formulir aplikasi
dengan sebaik mungkin. Apabila anda tidak yakin
D ari awal saya harus jujur bahwa saya
tidak ahli dalam menulis proposal
penelitian. Jadi, saya hanya ingin berbagi tentang
4. Research benefit’, ‘5. Research method’, ‘6.
Research schedule’, ‘7. Accomplished most
relevant researches’, ‘8. Most relevant
hal ini, berdasarkan pengalaman ketika saya references’).
dengan jawaban anda, jangan segan minta saran
menyusun proposal penelitian untuk program • Mengisi bagian (dari layout) yang bisa diisi
dari teman atau kenalan yang pernah
doktoral yang sedang saya jalani. terlebih dahulu, secara random.
memenangkan beasiswa.
• Menulis hal-hal yang muncul di kepala dalam
Sebelum dapat mulai menulis, yang dibutuhkan
Berdasarkan pengalaman, jawaban yang jujur, bentuk pointers, untuk menghindari ‘lupa’.
adalah materi yang akan ditulis. Sebelum materi
reflektif dan realistis-lah yang akan ‘dibeli’ oleh • Menulisnya langsung menggunakan bahasa
ini ada, yang dibutuhkan adalah ide besarnya,
panitia seleksi. Bukan jawaban ‘normatif’, generik, Inggris, supaya tidak dua kali kerja.
dalam hal ini ide penelitian yang akan dilakukan.
dan menggebu-gebu. • Menggunakan bahasa seilmiah mungkin.
Ide penelitian muncul karena memang saya terus
• Mohon bantuan orang lain sebagai reader,
Ini juga berlaku ketika anda sudah sampai di tahap memikirkannya, dalam segala situasi, dengan
untuk memberi tanggapan dan masukan.
wawancara. Banyak berlatih dengan ‘kisi-kisi’ demikian ide itu terus berkembang di kepala. Itu
pertanyaan akan membantu anda terlihat natural semua berawal dari 'imajinasi', yang coba untuk Di atas semua itu, yang penting untuk diingat
dan meyakinkan ketika wawancara tiba. direalisasikan secara ilmiah. adalah ‘just start writing, or you’ll write nothing!’
Persisten dan berdoa Mengembangkan ide Strategi mencari supervisor
Berikut ini adalah beberapa langkah efektif untuk
Walaupun anda merasa bahwa aplikasi sudah Mencari supervisor adalah hal penting yang perlu
mengembangkan ide:
disiapkan dengan sangat baik, dan wawancara dilakukan ketika akan melakukan penelitian.
• Membaca banyak artikel ilmiah yang bisa
sudah anda lakukan dengan lancar dan Karena kita akan berhubungan secara intensif
diunduh (download) dari internet.
meyakinkan, namun tidak semua orang bisa punya dengan beliau paling tidak untuk sekian tahun ke
• Membaca literatur tentang teori yang
kesempatan (plus keberuntungan) untuk depan, maka akan jauh lebih baik kalau beliau
berhubungan dengan topik.
memenangkan beasiswa dalam 1 atau 2 kali usaha. bukan hanya sebagai pembimbing secara formal,
• Banyak berdiskusi dengan orang lain,
melainkan juga bisa berperan sebagai teman.
Bukanlah hal yang aneh bila seseorang sudah meskipun teman diskusi kita mungkin tidak
melamar sampai belasan bahkan puluhan kali terlalu mengerti tentang hal tersebut. Sering Dalam rangka mencari supervisor, beberapa hal
sebelum akhirnya mendapat beasiswa. Kata kali masukan atau ide segar datang dari sini. berikut ini bisa menjadi pertimbangan untuk
kuncinya adalah: persistensi. Jangan menyerah. • Membuat daftar pertanyaan hal-hal yang masih dilakukan:
Kalau anda percaya dengan kekuatan doa, maka membingungkan di kepala dan mencari • Membaca profil atau CV-nya secara detil
berdoalah. jawabannya. dalam rangka ‘mengenal’ beliau.
• Menggambar diagram (lebih tepatnya corat- • Perhatikan bagian ‘research interest’ dan
Persistensipun juga harus dilakukan dengan
coret) tentang penelitian yang akan dilakukan, ‘publications’ ketika membaca profil atau CV
‘cerdas’ bukan asal persisten saja. Albert Enstein
sehingga alur penelitian dan entitas yang terkait dalam rangka menentukan apakah beliau
pernah berkata, Insanity is doing the same
dapat dilihat dengan lebih jelas. adalah orang yang tepat sebagai pembimbing
thing over and over again and expecting
akademik.
different results. Kalau anda ingin Ketika diagram penelitian telah cukup jelas, baru
• Mencari informasi tentang beliau di luar
mendapatkan hasil yang berbeda dengan saya mulai memikirkan tentang bagaimana dan apa
kehidupan akademik untuk mencoba
aplikasi dan wawancara beasiswa yang akan ditulis dalam proposal. Format
mengenalnya lebih jauh dan menilai apakah
anda, jangan bosan untuk mereview penulisan saya ‘rangkum’ dari informasi di buku,
beliau akan bisa berperan sebagai teman.
dan memperbaiki kualitas aplikasi artikel, atau proposal-proposal penelitian doktoral
• Menulis template e-mail untuk dikirim ke
dan wawancara anda, dari waktu ke yang pernah ada. Setelah memiliki draft proposal
kandidat supervisors.
waktu. yang menurut saya paling ‘baik’, barulah saya
• Kirim e-mail!
mulai menulis.
Semoga berguna dan selamat berburu
Mudah-mudahan tulisan ini membantu teman-
beasiswa. Berikut ini adalah proses penulisan yang saya
teman untuk semakin mudah membuat proposal
lakukan:
Indra Soeharto, Mahasiswa pasca-sarjana di penelitian!
Manchester Business School, University of • Membuat layout tulisan (‘1.Introduction’, ‘2.
Gloria “Jeni” Virginia, Mahasiswa PhD Universitas
Manchester, British Chevening Scholar Research objective’, ‘3. Research questions’, Warsawa, penerima beasiswa Erasmus 2009
2009/2010

KARTIKA - kartini satu impian kita / 001 / Januari / 2010 Halaman 13


Nikmati malam romantis bersama
pasangan anda di pulau Bali
PACKAGE
BALI VALENTINE DAY
Package:
3 hari 2 malam di hotel The Oasis/Melasti Kuta Bungalow
1X Full day tour
1 X Sunset Dinner di Jimbaran GK Tour Travel
Jl. TB Simatupang No. 25, Cilandak Timur
Antar Jemput dari Airtport - Hotel
Jakarta Selatan

Rp. 1.700.000,- / 2 person Contact Person:


Bp. Deni (021-68737799)
Ofice: 021-7817199

space
iklanuntuk
usaha
anda
Untuk memasang iklan di media ini,
silahkan menghubungi bagian Pemasaran
dan promosi: Anastasia Widya (Yuyung),
Adhit dan Desta atau kirim email ke
redaksikartika@googlemail.com

Halaman 14 - KARTIKA - kartini satu impian kita / 001 / Januari / 2010

You might also like