Professional Documents
Culture Documents
Bagikan6
Penggemar
Lencana Facebook
Angga Karisma Putra Buat Lencana Anda
Pebisnis
Angga Karisma Putra | Buat Lencana Anda
www.penyusun.multiply.com
Object 2
Sebaik-baik jalan adalah Jalan hidup
Rasulullah S.A.W
Berita gembira bagi para umat Islam Ini merupakan karya besar, Anda wajib memilikinya...
ANDA PENGGEMARKU ?
Siapa mukmin yang tidak rindu ingin bertemu dengan Rasulullah saw. Jika bertemu, pasti kita
ingin memeluknya. Seperti apa ciri fisik Rasulullah saw.?
Ali bin Abi Thalib r.a. memerinci ciri fisik Rasulullah saw., “Nabi Muhammad saw. tidak terlalu tinggi
dan tidak pula terlalu pendek. Berpostur indah di kalangan kaumnya, tidak terlalu gemuk dan tidak pula
terlalu kurus. Perawakannnya bagus sebagai pria yang tampan. Badannya tidak tambun, wajah tidak
bulat kecil, warna kulitnya putih kemerah-merahan, sepasang matanya hitam, bulu matanya panjang.
Tulang kepalanya dan tulang antara kedua pundaknya besar, bulu badannya halus memanjang dari
pusar sampai dada. Rambutnya sedikit, kedua telapak tangan dan telapak kakinya tebal.
Apabila berjalan tidak pernah menancapkan kedua telapak kakinya, beliau melangkah dengan cepat
dan pasti. Apabila menoleh, beliau menolehkan wajah dan badannya secara bersamaan. Di antara kedua
bahunya terdapat tanda kenabian dan memang beliau adalah penutup para nabi. Beliau adalah orang
yang paling dermawan, paling berlapang dada, paling jujur ucapannya, paling bertanggung jawab dan
paling baik pergaulannya. Siapa saja yang bergaul dengannya pasti akan menyukainya.”
Setiap orang yang bertemu Rasulullah saw. pasti akan berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang
sepertinya, baik sebelum maupun sesudahnya.” Begitulah Rasulullah saw. di mata khalayak, sebah
beliau berakhlah sangat mulia seperti yang digambarkan Al-Qur’an, “Dan sesungguhnya kamu benar-
benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Nasabnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin
Quraisy bin Kilab. Rasulullah saw. memiliki silsilah yang berujung pada Adnan anak keturunan Nabi
Ismail a.s. Semuanya dikenal sebagai orang-orang yang mulia dan shalih. Tak heran jika Rasulullah
saw. adalah anak Adam yang paling mulia kehormatan dan paling utama nasabnya. “Aku adalah
manusia pilihan dari di antara manusia pilihan dari di antara manusia pilihan.”
Rasulullah saw. adalah putra semata wayang Abdullah, anak terakhir Abdul Muthallib. Abdul
Muthalllib pernah bernazar, jika dikaruniai 10 anak lelaki, ia akan menyembelih satu orang di
antaranya untuk Allah. Ketika diundi, keluarlah nama Abdullah. Ketika Abdul Muthallib akan
memenuhi nazarnya, kaumnya bermusyawarah dan menawarkan kepadanya agar menebus putra
bungsunya itu dengan 100 ekor unta atau serata dengan diat 10 orang budak.
Abdullah wafat saat Rasulullah saw. masih dalam kandungan Aminah, ibunya. Aminah adalah anak
Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Rasulullah saw. lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal
tahun Gajah. Aminah mengirimkan bayinya ke Abdul Muthallib. Lantas Abdul Muthallib membawa
bayi yang dinamainya Muhammad itu berthawaf mengelilingi Ka’bah.
Tahun Gajah
Tahun Gajah, apa maksudnya? Di tahun kelahiran Rasulullah saw. ada peristiwa besar di Mekkah.
Abrahah Al-Habsyi seorang panglima perang kebangsaan Habasyah (Ethiopia) berkuasa di sebagai
Gubernur Yaman di bawah pemerintahan Raja Najasyi, Raja Habasyah. Ia membangun sebuah gereja
besar yang diberi nama Al-Qallais. Abrahah ingin gerejanya itu menjadi kiblat seluruh bangsa Arab.
Seorang pria dari Bani Kinanah mendengar obsesi Abrahah itu. Ia pergi ke Yaman dan menyelinap ke
dalam gereja itu di malam hari. Ia buang air besar kemudian membuang kotorannya di kiblat gereja itu.
Mengetahui itu, Abrahah marah. Ia bersumpah akan pergi ke Mekkah dan menghancurkan Ka’bah.
Abrahah mengerahkan tentara dan pasukan gajahnya. Namun, perjalanan pasukan gajah ini terhenti di
Mina. Allah swt. membinasakan pasukan itu dengan mengirimkan serombongan Burung Ababil yang
melemparkan kerikil mematikan. Tahun terjadinya peristiwa itu dinamakan Tahun Gajah.
Sudah menjadi tradisi kalangan terpandang Arab, bayi-bayi mereka disusui oleh murdi’at (para wanita
yang menyusui bayi). Rasulullah saw. ditawarkan kepada murdi’at dari Bani Sa’ad yang sengaja datang
ke Mekkah mencari bayi-bayi yang masih menyusu dengan harapan mendapat bayaran dan hadiah.
Tapi mereka menolak karena Rasulullah saw. anak yatim. Namun Halimah Sa’diyah tidak
mendapatkan seroang bayi pun yang akan disusui. Karena itu, agar pulang tanpa tangan hampa, ia
mengambil Rasulullah saw. yang yatim itu sebagai anak susuannya.
Keberadaan Muhammad mungil memberi berkah kepada keluarga Halimah, bahkan bagi kabilahnya.
Setelah dua tahun, Halimah membawa Muhammad kecil mengunjungi ibunya. Karena sadar bahwa
keberadaan Muhammad kecil memberi berkah kepada kampungnya, Halimah memohon Aminah agar
Muhammad kecil diizinkan tinggal kembali bersama Bani Sa’ad. Aminah setuju.
Muhammad cilik dikembalikan ke Mekkah setelah terjadi peristiwa pembelahan dada. Dua malaikat
datang menghampiri Rasulullah saw. dengan membawa bejana dari emas berisi es. Mereka membelah
dada Rasulullah saw. dan mengeluarkan hatinya. Hati itu dibedah dan dikeluarkan gumpalan darah
yang berwarna hitam. Kemudian dicuci dengan es. Setelah itu dikembalikan seperti semula. Halimah
khawatir dengan keselamatan Muhammad cilik. Ia dan suaminya sepakat mengembalikan Muhammad
kecil kepada ibunya.
Muhammad kecil pun tinggal bersama ibunya. Ketika berusia 6 tahun, Muhammad cilik dibawa ibunya
mengunjungi paman-pamannya dari Bani Adi bin Najjar di Yatsrib (yang kemudian hari berubah nama
menjadi Madinah). Dalam perjalanan ini Aminah wafat di Abwa dan dikuburkan di sana.
Kemudian Muhammad cilik diasuh kakeknya, Abdul Muthallib. Namun tak berlangsung lama, hanya 2
tahun. Abdul Muthallib wafat ketika Rasulullah saw. berusia 8 tahun. Rasulullah saw. kemudian diasuh
oleh pamannya, Abu Thalib.
Perjalanan ke Syam
Abu Thalib pergi berdagang ke Syam. Keponakannya, Muhammad, ikut serta. Kafilah dagang ini tiba
di Kampung Busra. Mereka bertemu dengan seorang pendeta bernama Bahira.
Bahira tahu tentang ajaran Nasrani dan ia paham betul tentang ciri dan sifat Rasul terakhir yang
diberitakan oleh Nabi Isa a.s. Bahira melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad,
keponakan Abu Thalib. Ia menasihati Abu Thalib agar segera membawa pulang keponakannya dan
waspada dengan orang-orang Yahudi.
Ketika berusia 25 tahun, Rasulullah saw. pergi ke Syam membawa barang dagangan milik Khadijah.
Rasulullah saw. ditemani pembantu pria kepercayaan Khadijah bernama Maisaroh. Maisaroh memberi
informasi kepada Khadijah tentang sifat-sifat Rasulullah saw.
Kemudian setelah kembali ke Mekkah, Muhammad muda menikah dengan Khadijah. Saat dinikahi
Muhammad muda, Khadijah bersatus janda. Dari pernikahan ini Muhammad dan Khadijah
mendapatkan beberapa orang anak. Ada riwayat yang mengabarkan Rasulullah saw. dikaruniai 2 orang
anak lelaki dari Khadijah, yaitu Qasim dan Abdullah. Namun keduanya meninggal sebelum beliau
diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Rasulullah saw. juga mendapat anak-anak perempuan dari Khadijah,
yaitu Zainab, Ruqayyah, dan Ummi Kulsum. Mereka mengamalkan Islam dan meninggal sebelum
Rasulullah wafat. Sedangkan putri bungsu Rasulullah saw. dari Khadijah adalah Fathimah. Fathimah
meninggal 6 bulan setelah Rasulullah saw. wafat.
Sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Muhammad suka menyendiri di Gua Hira. Ini dikarenakan
ia begitu membenci paganisme, agama kaumnya, dan setiap perbuatan keji yang dilakukan kaumnya.
Di Gua Hira Muhammad beribadah kepada Rabbnya.
Membangun Ka’bah
Ketika Muhammad menginjak usia 35 tahun, orang-orang Quraisy berkumpul untuk membangun
kembali Ka’bah yang rusak. Saat proses peletakan kembali Hajar Aswad, para kabilah Quraisy
bersengketa. Mereka masing-masing merasa paling berhak melakukannya. Selisih pendapat ini sampai
pada puncaknya. Mereka siap saling berperang.
Tapi, akhirnya mereka sepakat untuk menjadikan orang yang pertama kali masuk dari pintu masjid
sebagai hakim yang memutus perkara mereka. Dan orang yang muncul pertama kali dari masjid adalah
Muhammad. Mereka serempak mengatakan, “Ini dia Al-Amin. Kami ridha dengannya!”
Kemudian Muhammad meminta sehelai selendang, lalu ia ambil hajar Aswad dan meletakkannya
dengan tangannya sendiri. “Setiap kabilah hendaknya mengambil sisi-sisi selendang ini lalu angkatlah
bersama-sama,” begitu katanya kemudian. Setelah diangkat hingga dekat dengan tempatnya,
Muhammad mengangkat dan meletakkan dengan tangannya sendiri Hajar Aswad di tempat yang
seharusnya. Dan pembangunan itu pun selesai dengan semua kabilah merasa senang.
Saat masa remajanya nabi Muhammad saw mencari rizqi dg menggembalakan kambing dan
mengambil upahnya. Beliau bercerita tentang dirinya, “Aku dulu menggembalakan kambing milik
penduduk Makkah dan mendapatkan upah beberapa qirath[2].” Dan selama masa mudanya, Allah
Taala memeliharanya dari berbagai penyimpangan yang biasanya dilakukan oleh para pemuda lain
seusianya, seperti hura-hura, nonton bareng, pacaran dan pelbagai perbuatan maksiat lainnya[3].
1. Bahwa nampak jelas para Ahli Kitab generasi awal (baik Yahudi dan Nasrani) sangat mengetahui
akan tibanya seorang nabi terakhir yang akan menyempurnakan agama mereka. Hal ini nampak dari
hadits di atas. Maha Suci Allah Taala yang telah berfirman, “Dan setelah datang kepada mereka Al-
Qur’an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pd mereka, padahal sebelumnya mereka biasa
memohon (kedatangan nabi) untuk mendapatkan kemenangan atas orang kafir, maka setelah datang
kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat ALLAH-
lah atas orang yang ingkar itu.” (Al-Baqarah: 89)
2. Bahwa nampak pula bahwa mereka tersebut juga sangat mengetahui secara detil tentang ciri fisik
dan pribadi sang nabi terakhir tersebut dalam kitab mereka (Taurat dan Injil), hal ini nampak dari
kesimpulan Bahira ketika ia selesai mengamat-amati nabi Muhammad saw, dan hal ini juga diperkuat
oleh ayat al-Qur’an, “Org Yahudi dan Nasrani yang telah KAMI berikan al-Kitab (Taurat dan Injil)
mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak mereka sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di
antara mereka menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahuinya.” (Al-Baqarah: 146) Umar
bin Khathab ra pernah bertanya kepada Abdullah bin Salam (seorang Yahudi yang masuk Islam):
Apakah benar kamu mengetahui ciri Muhammad lebih dari ciri anakmu sendiri? Jawab Ibnu Salam:
Bahkan lebih, karena Allah Taala telah menjelaskan tentang nabi-Nya dalam al-Kitab, sementara anak
kami tidak mengetahui apa yang akan terjadi pd mereka.
3. Bahwa untuk para Ahli Kitab generasi berikutnya, maka mereka sebagian besar tidak lagi
mendapatkan ciri tersebut dalam kitab mereka, karena berbagai pemalsuan dan perubahan yang terus-
menerus dilakukan oleh para Rahib dan Pendeta mereka atas kitab mereka. Maha Benar Allah Taala
yang telah berfirman, “Dan sebagian mereka adalah buta, tidak mengetahui apa isi al-Kitab kecuali
dongengan yang dusta belaka. Maka kecelakaan besarlah bagi orang yang menulis al-Kitab dg tangan
mereka sendiri, lalu mereka katakan: Ini dari ALLAH. Untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit
dari perbuatan mereka itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka karena apa yang mereka tulis dan
kecelakaan besarlah bagi mereka atas apa yang mereka perbuat.” (Al-Baqarah: 78-79)
4. Bahwa dalam kaitan dg pekerjaan nabi Muhammad saw menggembala kambing ada 3 pelajaran yang
dapat diambil sebagai berikut;
a. Perasaan yang halus, beliau memiliki perasaan yang sangat sensitif, walaupun ia dinafkahi oleh
pamannya yang amat sangat menyayanginya, tapi beliau berusaha sekuat tenaga meringankan beban
pamannya sekemampuan beliau. Walaupun penghasilannya tidak besar, tapi beliau sejak muda telah
memiliki sifat yang mandiri dan tidak manja serta menggantungkan dirinya pd siapa pun walaupun
beliau anak yang sejak kecil yatim-piatu, sehingga beliau dipuji oleh Allah Taala dalam ayatnya,
“Telah datang kepada kalian seorang Rasul dari jenis kalian sendiri (manusia), terasa berat baginya
penderitaan kalian, sangat menginginkan keselamatan dan keimanan bagi kalian, dan amat belas-kasih
kepada orang yang beriman. Dan jika mereka masih berpaling juga maka katakanlah: Cukuplah Allah
bagiku, tidak ada Ilah kecuali Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Pemilik Arsy
yang Agung.” (At-Taubah: 128)
b. Menjelaskan tentang hikmah ujian dan cobaan Allah bagi manusia, Allah Taala Maha Berkuasa
untuk sejak kecil mencukupi dan memberi rezki kepada manusia yang paling dikasihi dan paling
dimuliakan-Nya, tapi Allah Taala berkenan untuk memberikan ujian yang sangat berat kepada hamba
terkasih-Nya itu untuk suatu hikmah penciptaan manusia untuk menguji mereka, siapa di antara hamba-
Nya yang mampu untuk bersabar. Maha Benar Allah Taala ketika Dia berfirman, “Apakah kamu
mengira bahwa kamu akan masuk Jannah? Padahal belum lagi datang kepadamu cobaan sebagaimana
yang dialami oleh orang sebelummu? Mereka itu telah ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta
diguncangkan oleh guncangan yang hebat, sampai berkatalah Rasul dan orang yang bersamanya:
Kapankah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah bahwa pertolongan Allah itu sangat dekat.” (Al-
Baqarah: 214)
c. Pekerjaan menggembala kambing milik orang lain adalah pekerjaan menjaga amanah dari orang,
artinya sejak usia yang sangat belia beliau telah dilatih dg sifat dan akhlaq yang tinggi dan mulia.
Beliau berpanas-panas di siang hari dan berdingin pada malam hari menjaga amanah orang lain,
sehingga dari sejak kecil beliau memiliki budi-pekerti yang mulia, hal ini dipuji oleh Allah Taala dalam
Al-Qur’an dalam ayat-Nya yang mulia, “Dan sesungguhnya engkau wahai Muhammad, benar memiliki
budi-pekerti yang sangat agung.” (Al-Qalam: 4)
5. Berkaitan dengan kisah masa muda beliau yang berbeda dg pemuda-pemudi lainnya, maka terdapat
beberapa pelajaran bagi kita, sebagai berikut;
Bahwa nabi Muhammad saw walaupun beliau seorang nabi tapi beliau tetap seorang manusia yang
memiliki kecenderungan kemanusiaannya untuk juga ingin berbuat kemaksiatan, sebagaimana firman
Allah Taala tentang perkataan nabi Yusuf as, “Dan aku tidak berusaha melepaskan diriku dari
kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu senantiasa cenderung kepada keburukan (ammarah bis
su’)…” (Yusuf: 53) Sehingga dg hal ini Allah Taala ingin menunjukkan kepada kita bahwa nabi
Muhammad saw pun sama halnya dg kita memiliki sifat kemanusiaan, namun yang dilakukan
selanjutnya adalah bagaimana kita mengekang dan mengarahkan semua sifat itu dg disiplin agar ia bisa
cenderung kepada kebaikan dan tidak bertoleransi atau membiarkannya.
Akan kasusnya dengan nabi Muhammad saw, maka beliau tidak memiliki pembimbing dan penjaga
seperti kita, maka oleh karena itu beliau dibimbing dan ditegur langsung oleh Allah Taala jika
melakukan kesalahan, dan Allah Taala tidak pernah mentolerir kesalahan apapun yang dilakukan oleh
manusia yang paling dicintai-Nya itu, sebagaimana firman Allah Taala, “Dia (Muhammad) bermuka
masam dan berpaling. Karena datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia mau
mensucikan dirinya? Atau ia ingin mendapatkan pengajaran lalu pengajaran itu bermanfaat baginya?
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup. Maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada celaan
atasmu jika ia tidak mensucikan dirinya. Dan adapun orang yang datang kepadamu dg bersegera.
Sedang ia takut kepada Allah. Maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan begitu! Karena
sesungguhnya ajaran Allah itu adalah suatu peringatan.” (‘Abasa: 1-11)
Bahwa bimbingan Allah Taala itupun bertahap, dari mulai cara yang paling halus sampai kepada
hukuman (yaitu dg membuat beliau jatuh pingsan). Demikianlah seorang ibu terhadap anaknya pun
hendaklah mengikuti teladan yang sangat tinggi ini, yakni hendaklah ia mendidik anaknya dg cara yang
sehalus mungkin untuk melaksanakan aturan Ilahi akan tetapi jika anaknya tidak juga mau berubah
maka hendaklah ia menjatuhkan teguran dan hukuman/sanksi ketika anaknya tidak menurut, mengapa
harus demikian? Karena kasih-sayang kita pd anak kita hendaklah kita lebih mementingkan agar
bagaimana kita menyelamatkan mereka dari api neraka yang menyala di Hari Akhir kelak,
dibandingkan dg sekadar takut ia sedih atau sakit hati, sebagaimana firman Allah Taala, “Wahai orang
beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang BAHAN BAKARNYA ADALAH
MANUSIA DAN BATU dan PENJAGANYA ADALAH MALAIKAT YANG KEJAM DAN
BENGIS yang tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya, dan mereka
selalu melaksanakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
[1] Diringkas dari Sirah Ibnu Hisyam, 1/80; juga diriwayatkan oleh at-Thabari dalam tarikh-nya, 2/87;
juga Baihaqi dalam sunan-nya; dan Abu Nu’aim dalam al-Hilyah.
[2] HR Bukhari
[3] Diriwayatkan oleh Ibnul Atsir dan Hakim dari Ali ra; juga diriwayatkan oleh Thabrani dari Ammar
ra.
Ketika Anda membuka lembaran sirah kehidupan Muhammad saw., Anda tidak akan pernah berhenti
kagum melihat kemuliaan dan kebesaran pribadi beliau saw.
Sisi kebesaran itu terlihat dari sikap seimbang dan selaras dalam setiap perilakunya, sikap beliau dalam
menggunakan segala sarana untuk meluluhkan kalbu setiap orang dalam setiap kesempatan.
Sarana paling besar yang dilakukan Muhammad saw. dalam dakwah dan perilaku beliau adalah,
gerakan yang tidak membutuhkan biaya besar, tidak membutuhkan energi berlimpah, meluncur dari
bibir untuk selanjutnya masuk ke relung kalbu yang sangat dalam.
Jangan Anda tanyakan efektifitasnya dalam mempengaruhi akal pikiran, menghilangkan kesedihan,
membersihkan jiwa, menghancurkan tembok pengalang di antara anak manusia!. Itulah ketulusan yang
mengalir dari dua bibir yang bersih, itulah senyuman!
Itulah senyuman yang direkam Al Qur’an tentang kisah Nabi Sulaiman as, ketika Ia berkata kepada
seekor semut,
“Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya
Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai;
Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. An
Naml:19
Senyuman itulah yang senantiasa keluar dari bibir mulia Muhammad saw., dalam setiap perilakunya.
Beliau tersenyum ketika bertemu dengan sahabatnya. Saat beliau menahan amarah atau ketika beliau
berada di majelis peradilan sekalipun.
منذ-صلى ال عليه وسلم- ال$ ام ح*ج*بني رسول:-كما في الصحيحين- يقول-رضي ال عنه- فهذا جرير
ب*س<م في وجهي * ول رآني إل ت،$أسملت.
Diriwayatkan dari Jabir dalam sahih Bukhari dan Muslim, berkata, “Sejak aku masuk Islam, Rasulullah
saw tidak pernah menghindar dariku. Dan beliau tidak melihatku kecuali beliau pasti tersenyum
kepadaku.”
Suatu ketika Muhammad saw. didatangi seorang Arab Badui, dengan serta merta ia berlaku kasar
dengan menarik selendang Muhammad saw., sehingga leher beliau membekas merah. Orang Badui itu
bersuara keras, “Wahai Muhammad, perintahkan sahabatmu memberikan harta dari Baitul Maal!
Muhammad saw. menoleh kepadanya seraya tersenyum. Kemudian beliau menyuruh sahabatnya
memberi harta dari baitul maal kepadanya.”
Ketika beliau memberi hukuman keras terhadap orang-orang yang terlambat dan tidak ikut serta dalam
perang Tabuk, beliau masih tersenyum mendengarkan alasan mereka.
Ka’ab ra. berkata setelah mengungkapkan alasan orang-orang munafik dan sumpah palsu mereka:
“Saya mendatangi Muhammad saw., ketika saya mengucapkan salam kepadanya, beliau tersenyum,
senyuman orang yang marah. Kemudian beliau berkata, “Kemari. Maka saya mendekati beliau dan
duduk di depan beliau.”
Suatu ketika Muhammad saw. melintasi masjid yang di dalamnya ada beberapa sahabat yang sedang
membicarakan masalah-masalah jahiliyah terdahulu, beliau lewat dan tersenyum kepada mereka.
Beliau tersenyum dari bibir yang lembut, mulia nan suci, sampai akhir detik-detik hayat beliau.
- م$*ه
ص*ل\ي ب$
ر] يG*ك
و ب$*أ*ب
وFنGن*يGثFل
اFمG*و
يGنF مFرGف*ج
G الFي ص*ل*ة ون* ف$مFلGس$مGل
بينما ا:-كما في الصحيحين- يقول أنس
يF فGم$ و*هGمFهGل*يF
ف*ن*ظ*ر* إ،*ش*ةF*ائ
عFر*ةGج$ر* حGتF
*ش*ف* س كGق*د-صلى ال عليه وسلم- Fلل<ه ا$ول$ل<إ ر*سF
Gم$هGج*أG*ف
يGل*م
$ح*كG*ض
*ب*س<م* ي
م< ت$ ث.لص<ل*ة
اFوف$ف$ص !
Anas bin Malik berkata diriwayatkan dalam sahih Bukhari dan Muslim, “Ketika kaum muslimin berada
dalam shalat fajar, di hari Senin, sedangkan Abu Bakar menjadi imam mereka, ketika itu mereka
dikejutkan oleh Muhammad saw. yang membuka hijab kamar Aisyah. Beliau melihat kaum muslimin
sedang dalam shaf shalat, kemudian beliau tersenyum kepada mereka!”
Sehingga tidak mengherankan beliau mampu meluluhkan kalbu sahabat-shabatnya, istri-istrinya dan
setiap orang yang berjumpa dengannya!
Menyentuh Hati
Muhammad saw. telah meluluhkan hati siapa saja dengan senyuman. Beliau mampu “menyihir” hati
dengan senyuman. Beliau menumbuhkan harapan dengan senyuman. Beliau mampu menghilangkan
sikap keras hati dengan senyuman. Dan beliau saw. mensunnahkan dan memerintahkan umatnya agar
menghiasi diri dengan akhlak mulia ini. Bahkan beliau menjadikan senyuman sebagai lahan berlomba
dalam kebaikan. Rasulullah saw. bersabda,
Meskipun sudah sangat jelas dan gamblang petunjuk Nabi dan praktek beliau langsung ini, namun
Anda masih banyak melihat sebagaian manusia masih berlaku keras terhadap anggota keluarganya,
tehadap rumah tangganya dengan tidak menebar senyuman dari bibirnya dan dari ketulusan hatinya.
Anda merasakan bahwa sebagian manusia -karena bersikap cemberut dan muka masam- mengira
bahwa giginya bagian dari aurat yang harus ditutupi! Di mana mereka di depan petunjuk Nabi yang
agung ini! Sungguh jauh mereka dari contoh Nabi muhammad saw.!
Ya, kadang Anda melewati jam-jam Anda dengan dirundung duka, atau disibukkan beragam pekerjaan,
akan tetapi Anda selalu bermuka masam, cemberut dan menahan senyuman yang merupakan sedekah,
maka demi Allah, ini adalah perilaku keras hati, yang semestinya tidak terjadi. Wal iyadzubillah.
Pengaruh Senyum
Sebagian manusia ketika berbicara tentang senyuman, mengaitkan dengan pengaruh psikologis
terhadap orang yang tersenyum. Mengkaitkannya boleh-boleh saja, yang oleh kebanyakan orang boleh
jadi sepakat akan hal itu. Namun, seorang muslim memandang hal ini dengan kaca mata lain, yaitu
kaca mata ibadah, bahwa tersenyum adalah bagian dari mencontoh Nabi saw. yang disunnahkan dan
bernilai ibadah.
Para pakar dari kalangan muslim maupun non muslim melihat seuntai senyuman sangat besar
pengaruhnya.
Dale Carnegie dalam bukunya yang terkenal, “Bagaimana Anda Mendapatkan Teman dan
Mempengaruhi Manusia” menceritakan:
“Wajah merupakan cermin yang tepat bagi perasaan hati seseorang. Wajah yang ceria, penuh
senyuman alami, senyum tulus adalah sebaik-baik sarana memperoleh teman dan kerja sama dengan
pihak lain. Senyum lebih berharga dibanding sebuah pemberian yang dihadiahkan seorang pria. Dan
lebih menarik dari lipstik dan bedak yang menempel di wajah seorang wanita. Senyum bukti cinta tulus
dan persahabatan yang murni.”
Ia melanjutkan, “Saya minta setiap mahasiswa saya untuk tersenyum kepada orang tertentu sekali
setiap pekannya. Salah seorang mahasiswa datang bertemu dengan pedagang, ia berkata kepadanya,
“Saya pilih tersenyum kepada istriku, ia tidak tau sama sekali perihal ini. Hasilnya adalah saya
menemukan kebahagiaan baru yang sebelumnya tidak saya rasakan sepanjang akhir tahun-tahun ini.
Yang demikian menjadikan saya senang tersenyum setiap kali bertemu dengan orang. Setiap orang
membalas penghormatan kepada saya dan bersegera melaksanakan khidmat -pelayanan- kepada saya.
Karena itu saya merasakan hidup lebih ceria dan lebih mudah.”
Kegembiraan meluap ketika Carnegie menambahkan, “Ingatlah, bahwa senyum tidak membutuhkan
biaya sedikitpun, bahkan membawa dampak yang luar biasa. Tidak akan menjadi miskin orang yang
memberinya, justeru akan menambah kaya bagi orang yang mendapatkannya. Senyum juga tidak
memerlukan waktu yang bertele-tele, namun membekas kekal dalam ingatan sampai akhir hayat. Tidak
ada seorang fakir yang tidak memilikinya, dan tidak ada seorang kaya pun yang tidak
membutuhkannya.”
Betapa kita sangat membutuhkan sosialisasi dan penyadaran petunjuk Nabi yang mulia ini kepada
umat. Dengan niat taqarrub ilallah -pendekatan diri kepada Allah swt.- lewat senyuman, dimulai dari
diri kita, rumah kita, bersama istri-istri kita, anak-anak kita, teman sekantor kita. Dan kita tidak pernah
merasa rugi sedikit pun! Bahkan kita akan rugi, rugi dunia dan agama, ketika kita menahan senyuman,
menahan sedekah ini, dengan selalu bermuka masam dan cemberut dalam kehidupan.
Pengalaman membuktikan bahwa dampak positif dan efektif dari senyuman, yaitu senyuman menjadi
pendahuluan ketika hendak meluruskan orang yang keliru, dan menjadi muqaddimah ketika
mengingkari yang munkar.
Orang yang selalu cemberut tidak menyengsarakan kecuali dirinya sendiri. Bermuka masam berarti
mengharamkan menikmati dunia ini. Dan bagi siapa saja yang mau menebar senyum, selamanya ia
akan senang dan gembira. Allahu a’lam
KONSEP TERBARU
Anda ingin pasang iklan,usaha sendiri,beli buku,dibuatkan website?
Kunjungi :
www.formulawirausaha.blogspot.com
Anda ingin berbisnis informasi tetapi tidak tahu bagaimana cara memulainya?
Kunjungi:
www.scribd.com/Bisnis_Informasi
E-BOOK MUHAMMAD
MUTIARA ILMU
Object 3
“Selamat datang wahai sumber-sumber hikmah dan para penerang kegelapan. Walaupun kalian telah
usang pakaiannya akan tetapi hati-hati kalian tetap baru. Kalian tinggal di rumah-rumah (untuk
mempelajari ilmu), kalian adalah kebanggaan setiap kabilah.”
- Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
Alamat Lengkap :
Jl.Sidosermo Gang Damri No.40 A Surabaya 60239
E-mail
angga.anggakarismaputra.putra@gmail.com
No.Hp :
08819489261
Ttd
Saudara Angga Karisma Putra
(Bagian Iklan)
Referensi
Untuk Pemesanan !
Informasi mengenai tata cara transfer antar bank
Tata cara transaksi Atm Bersama (klik disini)
atau
atau
Mandiri syariah Cabang Ampel Surabaya
No.Rek.0977006791
Atas Nama
Angga Karisma Putra
Setelah menyelesaikan pembayaran ,
Ketik sudah transfer uang sebesar Rp.250.000/E-mail Anda
Kirim ke 08819489261
Anda akan mendapatkan konfirmasi via sms
E-book akan dikirim ke E-mail Anda
dalam 1x24 jam
Tulisan dari hasil reportase sendiri dengan tema menarik akan diutamakan untuk
dimuat di Blog ini,lainnya tetap dimunculkan
di website klikdisini (www.penyusun.multiply.com) atau disini (www.surya.co.id)Mari berkarya!
Ikhwanul Muslimin (Arab: الخوان المسلمونal-ikhwān al-muslimūn) sering hanya disebut (Arab
الخوانAl-Ikhwan) adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya
syariat Allah, hidup di bawah naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah saw,
dan diserukan oleh para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknya, keyakinan yang bersih
menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam akal dan fikrah, syariah yang
mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik [1]. Di kemudian hari, gerakan Ikhwanul
Muslimin tersebar ke seluruh dunia [2],
Perkembangan 1930-1948
Kemudian pada tahun 1934, Ikhwanul Muslimin membentuk divisi Persaudaraan Muslimah. Divisi ini
ditujukan untuk para wanita yang ingin bergabung ke Ikhwanul Muslimin.[4] Walaupun begitu, pada
tahun 1941 gerakan Ikhwanul Muslimin masih beranggotakan 100 orang, hasil seleksi dari Hassan al-
Banna[5]. Pada tahun 1948, Ikhwanul Muslimin turut serta dalam perang melawan Israel di Palestina.
Saat organisasi ini sedang berkembang pesat, Ikhwanul Muslimin justru dibekukan oleh Muhammad
Fahmi Naqrasyi, Perdana Menteri Mesir tahun 1948. Berita penculikan Naqrasyi di media massa tak
lama setelah pembekuan Ikhwanul Muslimin membuat semua orang curiga pada gerakan Ikhwanul
Muslimin.
1950-1970
Secara misterius, pendiri Ikhwanul Muslimin, Hassan al-Banna meninggal dunia karena dibunuh pada
12 Februari 1949. Kemudian, tahun 1950, pemerintah Mesir merehabilitasi organisasi Ikhwanul
Muslimin. Pada saat itu, parlemen Mesir dipimpin oleh Mustafa an-Nuhas Pasha. Parlemen Mesir
menganggap bahwa pembekuan Ikhwanul Muslimin tidak sah dan inkonstitusional. Ikhwanul
Muslimin pada tahun 1950 dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi. Kemudian, tanggal 23 Juli 1952, Mesir
dibawah pimpinan Muhammad Najib bekerjasama dengan Ikhwanul Muslimin dalam rencana
menggulingkan kekuasaan monarki Raja Faruk pada Revolusi Juli. Tapi, Ikhwanul Muslimin menolak
rencana ini, dikarenakan tujuan Revolusi Juli adalah untuk membentuk Republik Mesir yang dikuasai
oleh militer sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat. Karena hal ini, Jamal Abdul Nasir
menganggap gerakan Ikhwanul Muslimin menolak mandat revolusi. Sejak saat ini, Ikhwanul Muslimin
kembali dibenci oleh pemerintah.
1970-sekarang
Ketika Anwar Sadat mulai berkuasa, anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara mulai dilepaskan.
Menggantikan Hudhaibi yang telah meninggal pada tahun 1973, Umar Tilmisani memimpin organisasi
Ikhwanul Muslimin. Umar Tilmisani menempuh jalan moderat dengan tidak bermusuhan dengan
penguasa. Rezim Hosni Mubarak saat ini juga menekan Ikhwanul Muslimin, dimana Ikhwanul
Muslimin menduduki posisi sebagai oposisi di Parlemen Mesir.
Pemikiran
Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah organisasi Islam berlandaskan ajaran Islam. Ia merupakan salah
satu jamaah dari beberapa jamaah yang ada pada umat Islam, yang memandang bahwa Islam adalah
dien yang universal dan menyeluruh, bukan hanya sekedar agama yang mengurusi ibadah ritual (shalat,
puasa, haji, zakat, dll) saja. Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan terbentuknya sosok
individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang
dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan negara mereka yang
terampas, kemudian membawa bendera jihad dan da’wah kepada Allah sehingga dunia mendapatkan
ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam[6]. Ikhwanul Muslimin menolak segala bentuk penjajahan dan
monarki yang pro-Barat.
Dalam perpolitikan di berbagai negara, Ikhwanul Muslimin ikut serta dalam proses demokrasi sebagai
sarana perjuangannya, sebagaimana kelompok-kelompok lain yang mengakui demokrasi. Contoh
utamanya adalah Ikhwanul Muslimin di Mesir yang mengikuti proses pemilu di negara tersebut [7].
Di berbagai media khususnya media negara-negara Barat, Ikhwanul Muslimin sering dikait-kaitkan
dengan Al-Qaeda. Pada faktanya, Ikhwanul Muslimin berbeda jauh dengan Al-Qaeda. Ideologi, sarana,
dan aksi yang dilakukan oleh Al-Qaeda secara tegas ditolak oleh pimpinan Ikhwanul Muslimin.
Ikhwanul Muslimin lebih mendukung ide perubahan dan reformasi melalui jalan damai [8] dan dialog
yang konstruktif yang bersandarkan pada al-hujjah (alasan), al-mantiq (logika), al-bayyinah (jelas), dan
ad-dalil (dalil)[9]. Kekerasan atau radikalisme bukan jalan perjuangan Ikhwanul Muslimin, kecuali jika
negara tempat Ikhwanul Muslimin berada, terancam penjajahan dari bangsa lain. Inipun, kekerasan di
sini sebenarnya lebih tepat disebut sebagai perlawanan, bukan radikalisme atau kekerasan sebagaimana
yang dilakukan oleh kelompok teroris. Sebagai contoh adalah Hamas yang merupakan perpanjangan
tangan Ikhwanul Muslimin di Palestina. Syekh Ahmad Yassin pendiri Hamas adalah tokoh Ikhwanul
Muslimin [10]. Selain mengikuti proses pemilu (baca: demokrasi) di Palestina, Hamas juga melakukan
perlawanan bersenjata melawan penjajah Israel untuk memperjuangkan kemerdekaan negara Palestina
[11].
Di berbagai media, Ikhwanul Muslimin juga sering dikait-kaitkan dengan gerakan Wahabi. Pada
faktanya, antara Al-Ikhwan dengan Wahabi berbeda jauh. Pengkait-kaitan Al-Ikhwan dengan Wahabi
pada dasarnya disebabkan adanya kesamaan nama. Di dalam sejarah Wahabi di Arab Saudi, mereka
memang pernah memiliki pasukan tempur yang bernama Al-Ikhwan, nama yang sama persis dengan
Al-Ikhwan yang di Mesir. Seorang penulis bernama Robert Lacey dalam catatan kaki bukunya yang
berjudul "Kerajaan Pertrodolar Saudi Arabia" di halaman 180 sudah mewanti-wanti bahwa kelompok
Al-Ikhwan dari Nejd ini tidak ada kaitannya dan tak boleh dicampuradukkan dengan Al-Ikhwan Al-
Muslimun yang dibentuk di Mesir di tahun 1930-an dan masih aktif sampai saat ini [12] [13]. Secara
pemikiran pun antara Ikhwanul Muslimin dengan Wahabi saling bertolak belakang. Ikhwanul
Muslimin masuk ke dalam wilayah politik dalam perjuangannya (bahkan membentuk partai politik),
sedangkan Wahabi sebaliknya, yaitu antipati terhadap partai politik.
Kredo
Walaupun begitu, Ikhwanul Muslimin tetap mengikuti perkembangan teknologi dan tidak
meninggalkannya. Sebagai organisasi Islam moderat, Ikhwanul Muslimin diterima oleh segala lapisan
dan pergerakan. Ikhwanul Muslimin menekankan adaptasi Islam terhadap era globalisasi, bukan berarti
umat Islam turut terseret dalam era globalisasi. Pemikiran dan pergerakan Ikhwanul Muslimin
mencakup delapan aspek yang mencerminkan luasnya cakupan Islam sebagai ideologi yang mereka
anut, yaitu Dakwah salafiyah (dakwah salaf), Thariqah sunniyah (jalan sunnah), Hakikat shufiyah
(hakikat sufi), Hai'ah siyasiyah (lembaga politik), Jama'ah riyadhiyah (kelompok olahraga), Rabithah
'ilmiyah tsaqafiah (ikatan ilmiah berwawasan), Syirkah iqtishadiyah (perserikatan ekonomi), dan
Fikrah ijtima'iyah (pemikiran sosial) [14].
Pimpinan
Pimpinan Ikhwanul Muslimin disebut Mursyid 'Am atau Sekretaris Jenderal. Adapun tugas dari
Mursyid 'Am adalah untuk mengatur organisasi Ikhwanul Muslimin di seluruh dunia. Berikut ini
adalah daftar Mursyid 'Am yang pernah memimpin Ikhwanul Muslimin:
Ikhwanul Muslimin masuk ke Indonesia melalui jamaah haji dan kaum pendatang Arab sekitar tahun
1930. Pada zaman kemerdekaan, Agus Salim pergi ke Mesir dan mencari dukungan kemerdekaan.
Waktu itu, Agus Salim menyempatkan untuk bertemu kepada sejumlah delegasi Indonesia.[rujukan?]
Ikhwanul Muslimin memiliki peran penting dalam proses kemerdekaan Republik Indonesia. Atas
desakan Ikhwanul Muslimin, negara Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan
Republik Indonesia, setelah dijajah oleh Belanda. Dengan demikian, lengkaplah syarat-syarat sebuah
negara berdaulat bagi Republik Indonesia[21].
Partai Masyumi kemudian dibredel oleh Soekarno dan dilarang keberadaannya. Kemudian pada Pemilu
tahun 1999 berdiri partai yang menggunakan nama Masyumi, yaitu Partai Masyumi Baru dan Partai
Politik Islam Indonesia Masyumi (PPII Masyumi)[23]. Selain itu berdiri juga Partai Bulan Bintang
(PBB) dan Partai Keadilan (PK) yang sebelumnya banyak dikenal dengan jamaah atau kelompok
Tarbiyah. PBB mendeklarasikan partainya sebagai keluarga besar pendukung Masyumi[24].
Sedangkan menurut Yusuf Qaradhawi, Partai Keadilan (kini berganti nama menjadi Partai Keadilan
Sejahtera atau PKS) merupakan perpanjangan tangan dari gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir yang
mewadahi komunitas terbaik kalangan muda intelektual yang sadar akan agama, negeri, dunia, dan
zamannya [25]. Namun tulisan ulama yang kini bermukim di Qatar itu belum pernah mendapat
konfirmasi dari para pengurus DPP PKS [26]. Jika dilihat dari Piagam Deklarasi PKS [27] dan
AD/ART PKS [28], PKS tidak pernah menyebutkan hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin.
Selain partai-partai di atas, ada juga ormas Islam di Indonesia yang terinspirasi dari Ikhwanul Muslimin
ini, paling tidak itu terlihat dari nama ormas tersebut. Ormas yang dimaksud, antara lain adalah
Parmusi (Persaudaraan Muslimin Indonesia) yang berafiliasi ke PPP, dan Ikhwanul Muslimin
Indonesia (IMI). Parmusi saat ini diketuai oleh Bachtiar Chamsyah[29]. Sedangkan IMI yang
dideklarasikan di Depok pada tahun 2001, diketuai oleh Habib Husein Al Habsyi[30].
Lalu pada Pemilu tahun 2004, Partai Masyumi Baru dan PPII Masyumi tidak dapat mengikuti pemilu
lagi karena tidak lolos electoral threshold. Partai Masyumi Baru bergabung dengan Partai Persatuan
Pembangunan (PPP)[31]. PBB masih dapat terus mengikuti pemilu[32]. Sedangkan PK mengikuti
Pemilu 2004 setelah berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Setelah pemilu 2004,
PBB hampir tidak bisa mengikuti pemilu 2009 karena tidak lolos electoral threshold. Pada akhirnya
PBB bisa mengikuti pemilu 2009 sebagaimana PKS dan PPP yang masih dapat terus mengikuti pemilu
2009 karena lolos electoral threshold.
Jadi secara umum, Ikhwanul Muslimin cukup banyak memberikan inspirasi pada organisasi-organisasi
di Indonesia. Namun tidak jelas mana yang benar-benar berhubungan secara resmi dengan Ikhwanul
Muslimin di Mesir. Jika diringkas, organisasi di Indonesia yang terinspirasi dari Ikhwanul Muslimin
antara lain:
1. Partai Masyumi
2. Persaudaraan Muslimin Indonesia
3. Partai Masyumi Baru (1998)
4. Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (1998)
5. Partai Bulan Bintang (1998)
6. Partai Keadilan (1998)
7. Ikhwanul Muslimin Indonesia (2001)
8. Partai Keadilan Sejahtera (2002)
Foto Sheikh Ahmed Yassin yang diambil pada tanggal 19 Maret, 2004, tiga hari sebelum dibunuh oleh
tentara Israel dalam serangan helikopter.
Sheikh Ahmed Ismail Yassin (Bahasa Arab: )الشيخ أحمد ياسينdilahirkan di desa Al Jaurah,
pinggiran Al-Mijdal, selatan Jalur Gaza (sekarang dekat Ashkelon di Israel). Tanggal lahirnya tak
diketahui secara pasti:menurut paspor Palestinanya, ia lahir pada 1 Januari 1929, namun ia telah
menyatakan sebenarnya telah lahir pada 1938. Sedangkan sumber Palestina mendaftarkan tahun
lahirnya ialah 1937. Saat masih kanak-kanak, ia dan keluarganya telah dipaksa menjadi pengungsi yang
diakibatkan oleh perang dengan Israel pada tahun 1948.
Yassin mendirikan Hamas - al-Harakatul Muqawwamatul Islamiyah - dengan rekannya Abdel Aziz al-
Rantissi dan Khaled Meshal pada tahun 1987. Sheikh Ahmed adalah seorang tuna netra dan juga
seorang paraplegic akibat kecelakaan olahraga pada masa muda-nya sehingga beliau harus
menggunakan kursi roda sepanjang sisa hidupnya. [1]. Ia merupakan pejuang Intifadhah, mujahid
dakwah yang berjuang menegakkan Islam dan penghulu pejuang Palestina.
[sunting] Wafatnya
Sheikh Ahmed Yassin dibunuh pada hari Senin, 22 Maret 2004 ketika helikopter Israel
menghantamkan 3 roket ke kendaraannya seusai solat Subuh.
Sufi adalah istilah untuk mereka yang mendalami ilmu tasawwuf, sejenis aliran mistik dalam agama
Islam.
* Al-Hallaj
* Jalaluddin Rumi
* Shohibul faroji al-robbani
* Syekh Siti Jenar
* Syekh Abdul Qadir Jaelani
* Abu Nawas
Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa arab: تصوف, ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana
cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh
kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi)
dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam. Tarekat (pelbagai aliran
dalam Sufi) sering dihubungkan dengan Syiah, Sunni, cabang Islam yang lain, atau kombinasi dari
beberapa tradisi. Pemikiran Sufi muncul di Timur Tengah pada abad ke-8, sekarang tradisi ini sudah
tersebar ke seluruh belahan dunia.
Etimologi
Ada beberapa sumber perihal etimologi dari kata "Sufi". Pandangan yang umum adalah kata itu berasal
dari Suf ()صوف, bahasa Arab untuk wol, merujuk kepada jubah sederhana yang dikenakan oleh para
asetik Muslim. Namun tidak semua Sufi mengenakan jubah atau pakaian dari wol. Teori etimologis
yang lain menyatakan bahwa akar kata dari Sufi adalah Safa ()صفا, yang berarti kemurnian. Hal ini
menaruh penekanan pada Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf
berasal dari kata Yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan.
Yang lain menyarankan bahwa etimologi dari Sufi berasal dari "Ashab al-Suffa" ("Sahabat Beranda")
atau "Ahl al-Suffa" ("Orang orang beranda"), yang mana dalah sekelompok muslim pada waktu Nabi
Muhammad yang menghabiskan waktu mereka di beranda masjid Nabi, mendedikasikan waktunya
untuk berdoa.
[sunting] Sejarah Paham
Banyak pendapat pro dan kontra mengenai asal-usul ajaran tasawuf, apakah ia berasal dari luar atau
dari dalam agama Islam sendiri.
Sebagian pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakam paham yang sudah berkembang
sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah[1]. Dan orang-orang Islam baru di daerah Irak dan Iran
(sekitar abad 8 Masehi) yang sebelumnya merupakan orang-orang yang memeluk agama non Islam
atau menganut paham-paham tertentu. Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara
kesahajaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan keduniaan. Hal ini didorong oleh
kesungguhannya untuk mengamalkan ajarannya, yaitu dalam hidupannya sangat berendah-rendah diri
dan berhina-hina diri terhadap Tuhan. Mereka selalu mengenakan pakaian yang pada waktu itu
termasuk pakaian yang sangat sederhana, yaitu pakaian dari kulit domba yang masih berbulu, sampai
akhirnya dikenal sebagai semacam tanda bagi penganut-penganut paham tersebut. Itulah sebabnya
maka pahamnya kemudian disebut PAHAM SUFI, SUFISME atau PAHAM TASAWUF, dan
orangnya disebut ORANG SUFI.
Sebagian pendapat lagi mengatakan bahwa asal-usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi
Muhammad. Berasal dari kata "beranda" (suffa), dan pelakunya disebut dengan ahl al-suffa, seperti
telah disebutkan di atas. Mereka dianggap sebagai penanam benih paham tasawuf yang berasal dari
pengetahuan Nabi Muhammad [2].
* Yaitu paham mistik dalam agama Islam sebagaimana Taoisme di Tiongkok dan ajaran Yoga di India
(Mr. G.B.J Hiltermann & Prof.Dr.P.Van De Woestijne).
* Yaitu aliran kerohanian mistik (mystiek geestroming) dalam agama Islam (Dr. C.B. Van Haeringen).
Pendapat yang mengatakan bahwa sufisme/tasawuf berasal dari dalam agama Islam:
* Asal-usul ajaran sufi didasari pada sunnah Nabi Muhammad. Keharusan untuk bersungguh-sungguh
terhadap Allah merupakan aturan di antara para muslim awal, yang bagi mereka adalah sebuah keadaan
yang tak bernama, kemudian menjadi disiplin tersendiri ketika mayoritas masyarakat mulai
menyimpang dan berubah dari keadaan ini. (Nuh Ha Mim Keller, 1995) [3]
* Seorang penulis dari mazhab Maliki, Abd al-Wahhab al-Sha'rani mendefinisikan Sufisme sebagai
berikut: "Jalan para sufi dibangun dari Qur'an dan Sunnah, dan didasarkan pada cara hidup berdasarkan
moral para nabi dan yang tersucikan. Tidak bisa disalahkan, kecuali apabila melanggar pernyataan
eksplisit dari Qur'an, sunnah, atau ijma." [11. Sha'rani, al-Tabaqat al-Kubra (Kairo, 1374), I, 4.] [4].
Pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari luar agama Islam:
* Sufisme berasal dari bahasa Arab suf, yaitu pakaian yang terbuat dari wol pada kaum asketen (yaitu
orang yang hidupnya menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan). Dunia Kristen, neo
platonisme, pengaruh Persi dan India ikut menentukan paham tasawuf sebagai arah asketis-mistis
dalam ajaran Islam (Mr. G.B.J Hiltermann & Prof.Dr.P.Van De Woestijne).
* (Sufisme)yaitu ajaran mistik (mystieke leer) yang dianut sekelompok kepercayaan di Timur terutama
Persi dan India yang mengajarkan bahwa semua yang muncul di dunia ini sebagai sesuatu yang khayali
(als idealish verschijnt), manusia sebagai pancaran (uitvloeisel) dari Tuhan selalu berusaha untuk
kembali bersatu dengan DIA (J. Kramers Jz).
* Al Quran pada permulaan Islam diajarkan cukup menuntun kehidupan batin umat Muslimin yang saat
itu terbatas jumlahnya. Lambat laun dengan bertambah luasnya daerah dan pemeluknya, Islam
kemudian menampung perasaan-perasaan dari luar, dari pemeluk-pemeluk yang sebelum masuk Islam
sudah menganut agama-agama yang kuat ajaran kebatinannya dan telah mengikuti ajaran mistik,
keyakinan mencari-cari hubungan perseorangan dengan ketuhanan dalam berbagai bentuk dan corak
yang ditentukan agama masing-masing. Perasaan mistik yang ada pada kaum Muslim abad 2 Hijriyah
(yang sebagian diantaranya sebelumnya menganut agama Non Islam, semisal orang India yang
sebelumnya beragama Hindu, orang-orang Persi yang sebelumnya beragama Zoroaster atau orang Siria
yang sebelumnya beragama Masehi) tidak ketahuan masuk dalam kehidupan kaum Muslim karena
pada mereka masih terdapat kehidupan batin yang ingin mencari kedekatan diri pribadi dengan Tuhan.
Keyakinan dan gerak-gerik (akibat paham mistik) ini makin hari makin luas mendapat sambutan dari
kaum Muslim, meski mendapat tantangan dari ahli-ahli dan guru agamanya. Maka dengan jalan
demikian berbagai aliran mistik ini yang pada permulaannya ada yang berasal dari aliran mistik
Masehi, Platonisme, Persi dan India perlahan-lahan mempengaruhi aliran-aliran di daam Islam
(Prof.Dr.H.Abubakar Aceh).
* Paham tasawuf terbentuk dari dua unsur, yaitu (1) Perasaan kebatinan yang ada pada sementara orang
Islam sejak awal perkembangan Agama Islam,(2) Adat atau kebiasaan orang Islam baru yang
bersumber dari agama-agama non-Islam dan berbagai paham mistik. Oleh karenanya paham tasawuf
itu bukan ajaran Islam walaupun tidak sedikit mengandung unsur-unsur Ajaran Islam, dengan kata lain
dalam Agama Islam tidak ada paham Tasawuf walaupun tidak sedikit jumah orang Islam yang
menganutnya (MH. Amien Jaiz, 1980)[5].
* Tasawuf dan sufi berasal dari kota Bashrah di negeri Irak. Dan karena suka mengenakan pakaian
yang terbuat dari bulu domba (Shuuf), maka mereka disebut dengan "Sufi". Soal hakikat Tasawuf, ia
itu bukanlah ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dan bukan pula ilmu warisan dari Ali bin
Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu. Menurut Asy Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir rahimahullah berkata: “Tatkala
kita telusuri ajaran Sufi periode pertama dan terakhir, dan juga perkataan-perkataan mereka baik yang
keluar dari lisan atau pun yang terdapat di dalam buku-buku terdahulu dan terkini mereka, maka sangat
berbeda dengan ajaran Al Qur’an dan As Sunnah. Dan kita tidak pernah melihat asal usul ajaran Sufi
ini di dalam sejarah pemimpin umat manusia Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam , dan juga
dalam sejarah para shahabatnya yang mulia, serta makhluk-makhluk pilihan Allah Ta’ala di alam
semesta ini. Bahkan sebaliknya, kita melihat bahwa ajaran Sufi ini diambil dan diwarisi dari kerahiban
Nashrani, Brahma Hindu, ibadah Yahudi dan zuhud Buddha" - At Tashawwuf Al Mansya’ Wal
Mashadir, hal. 28.(Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc) [6].
Paham ini berisi keyakinan bahwa manusia dapat bersatu dengan Tuhan. Penganut paham kesatuan
wujud ini mengambil dalil Al Quran yang dianggap mendukung penyatuan antara ruh manusia dengan
Ruh Allah dalam penciptaan manusia pertama, Nabi Adam AS:
“...Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah
kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya (As Shaad; 72)”
Sehingga ruh manusia dan Ruh Allah dapat dikatakan bersatu dalam sholat karena sholat adalah me-
mi'rajkan ruh manusia kepada Ruh Allah Azza wa Jalla . Atas dasar pengaruh 'penyatuan' inilah maka
kezuhudan dalam sufi dianggap bukan sebagai kewajiban tetapi lebih kepada tuntutan bathin karena
hanya dengan meninggalkan/ tidak mementingkan dunia lah kecintaan kepada Allah semakin
meningkat yang akan bepengaruh kepada 'penyatuan' yang lebih mendalam.
Paham ini dikalangan penganut paham kebatinan juga dikenal sebagai paham manunggaling kawula lan
gusti yang berarti bersatunya antara hamba dan Tuhan.
Syari'at dalam perspektif faham tasawuf ada yang menggambarkannya dalam bagan Empat Tingkatan
Spiritual Umum dalam Islam, syariat, tariqah atau tarekat, hakikat. Tingkatan keempat, ma'rifat, yang
'tak terlihat', sebenarnya adalah inti dari wilayah hakikat, sebagai esensi dari kempat tingkatan spiritual
tersebut.
Sebuah tingkatan menjadi fondasi bagi tingkatan selanjutnya, maka mustahil mencapai tingkatan
berikutnya dengan meninggalkan tingkatan sebelumnya. Sebagai contoh, jika seseorang telah mulai
masuk ke tingkatan (kedalaman beragama) tarekat, hal ini tidak berarti bahwa ia bisa meninggalkan
syari'at. Yang mulai memahami hakikat, maka ia tetap melaksanakan hukum-hukum maupun ketentuan
syariat dan tarekat.
[sunting] Kesenian sufi
Sufisme telah menyumbang cukup banyak puisi dalam Bahasa Arab, Bahasa Turki, Bahasa Farsi,
Bahasa Kurdi, Bahasa Urdu, Bahasa Punjab, Bahasa Sindhi, yang paling dikenal mencakup karya dari
Jalal al-Din Muhammad Rumi, Abdul Qader Bedil, Bulleh Shah, Amir Khusro, Shah Abdul Latif
Bhittai, Sachal Sarmast, Sultan Bahu, tradisi-tradisi dan tarian persembahan seperti Sama dan musik
seperti Qawalli.
AKHWAT
AHKWAT SEJATI 1
Suatu ketika, seorang santri putra bertanya pada Ustadznya: Ya Ustadz, Ceritakan Kepadaku Tentang
Akhwat Sejati…
Sang Ustadz pun tersenyum dan menjawab…Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari sekedar jilbabnya
yang lebar, tetapi dari bagaimana ia menjaga pandangan mata (ghudhul bashar), sikap, akhlak,
kehormatan dan kemurnian islamnya….
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari kelembutan suaranya, tetapi dari lantangnya ia mengatakan
kebenaran di hadapan laki2 bukan mahramnya…..
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari banyaknya jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap
bersahabatnya dengan anak2nya, keluarga dekatnya, para jama’ah, para tetangga dan orang2 di
sekitarnya.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia dihormati di tempat ia bekerja tetapi bagaimana ia
dihormati di dalam rumah tangganya…
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia pintar berhias dan memasak masakan yang enak2,
tapi bagaimana ia bisa faham dan mengerti selera dan variasi makan suami dan anak2nya yang
sebenarnya tidak rewel, pintar mengatur cash flow finansial keluarga, mengerti bagaimana
berpenampilan menarik di hadapan suami dan selalu merasa cukup (qonaah) dengan segala pemberian
dari sang suami di saat lapang maupun di saat sempit.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari wajahnya yang cantik, tetapi dari bagaimana ia bermurah senyum
dan sejuk jika dilihat di hadapan suaminya dengan sepenuh hati tanpa dibuat2/dipaksakan.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari banyaknya ikhwan yang mencoba berta’aruf kepadanya, tetapi dari
komitmennya untuk mengatakan bahwa sesungguhnya “Tidak ada kata “CINTA sebelum menikah.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari gelar sabuk hitam dalam olahraga beladirinya, tetapi dari sabarnya
ia menghadapi lika-liku kehidupan…
Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari sekedar banyaknya ia menghafal Al-Quran, tetapi dari pemahaman
ia atas apa yang ia baca/hafal untuk kemudian ia amalkan dalam kehidupan sehari2.
….setelah itu, Si Murid kembali bertanya…
AKHWAT SEJATI 2
Sebuah renungan tuk para akhwat termasuk diri saya sendiri...
Akhwat sejati tidak dilihat dari jilbabnya yang
anggun, tetapi dilihat dari kedewasaannya dalam
bersikap.
Akhwat sejati tidak dilihat dari retorikanya ketika aksi, tetapi dilihat dari kebijaksanaannya
dalam mengambil keputusan.
Akhwat sejati tidak dilihat dari banyaknya ia berorganisasi, tetapi sebesar apa
tanggungjawabnya dalam menjalankan amanah.
Akhwat sejati tidak dilihat dari kehadirannya dalam syuro�, tetapi dilihat dari kontribusinya
dalam mencari solusi dari suatu permasalahan.
Akhwat sejati tidak dilihat dari tasnya yang selalu membawa Al - Qur�an, tetapi dilihat dari
hafalan dan pemahamannya akan kandungan Al - Qur�an tersebut.
Akhwat sejati tidak dilihat dari aktivitasnya yang seabrek, tetapi bagaimana ia mampu
mengoptimalisasi waktu dengan baik.
Akhwat sejati tidak dilihat dari IP-nya yang cumlaude, tetapi bagaimana ia mengajarkan
ilmunya pada umat.
Akhwat sejati tidak dilihat dari tundukan matanya ketika interaksi, tetapi bagaimana ia mampu
membentengi hati
Akhwat sejati tidak dilihat dari partisipasinya dalam menjalankan kegiatan, tetapi dilihat dari
keikhlasannya dalam bekerja.
Akhwat sejati tidak dilihat dari sholatnya yang lama, tetapi dilihat dari kedekatannya pada
Robb di luar aktivitas sholatnya.
Akhwat sejati tidak dilihat kasih sayangnya pada orang tua dan teman - teman, tetapi dilihat
dari besarnya kekuatan cinta pada Ar - Rahman Ar - Rahiim.
Akhwat sejati tidak dilihat dari rutinitas dhuha dan tahajjudnya, tetapi sebanyak apa tetesan air
mata penyesalan yang jatuh ketika sujud
Seorang akhwat sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dilihat dari
kecantikan hati yang ada di baliknya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang memesona, tetapi dilihat dari sejauh
mana ia menutupi bentuk tubuhnya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan tetapi dari
keikhlasan ia memberikan kebaikan itu.
Akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dilihat dari apa yang
sering mulutnya bicarakan.
Akhwat sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya
ia berbicara.
Akhwat sejati bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian tetapi dilihat dari sejauh
mana ia berani mempertahankan kehormatannya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan tetapi dilihat dari
Kekhawatiran dirinyalah yang mengundang orang jadi tergoda.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani tetapi
dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur.
Dan ingatlah ... Akhwat sejati bukan dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari
sejauhmana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.
Sebenarnya puncak rendahnya martabat wanita adalah datang dari faktor dalam. Bukanlah faktor luar
atau yang berbentuk material sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh para pejuang hak-hak palsu
wanita.
Kerana terlalu sibuk dengan tugas dan kegiatan luar atau memelihara anak-anak, maka tidak heran jika
banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya telah lalai dari mengingat Allah. Dan saat kelalaian
ini pada hakikatnya merupakan saat yang paling berbahaya bagi diri mereka, di mana syetan akan
mengarahkan hawa nafsu agar memainkan peranannya.
" Maka sudahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah
membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya. Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya
dan meletakkan tutupan atas penglihatannya."
Mengingati Allah s.w.t. bukan saja dengan berzikir, tetapi termasuklah menghadiri majlis-majlis ilmu.
Keindahan dunia dan kemewahannya memang banyak menjebak wanita ke perangkapnya. Bukan itu
saja, malahan syetan dengan mudah memperalatkannya untuk menarik kaum lelaki agar sama-sama
bergelimang dengan dosa dan noda.
Tidak sedikit yang sanggup durhaka kepada Allah s.w.t. hanya kerana kenikmatan dunia yang terlalu
sedikit.
Itulah sekelumit rumus yang ada dalam fikiran wanita atau bisa juga akhwat. Sebuah rumus simple
namun amat berbahaya. Darimanakah asal muasal rumus ini? Bisa jadi dari media ataupun oleh opini
masyarakat yang juga telah teracuni oleh media- baik cetak maupun elektronik- bahwa kecantikan
hanya sebatas kulit luar saja. Semua warga Indonesia seolah satu kata bahwa yang cantik adalah
yang berkulit putih, tinggi semampai, hidung mancung, bibir merah, mata jeli, langsing, dll.
Akibatnya banyak kaum hawa yang ingin memiliki image cantik seperti yang digambarkan khalayak
ramai, mereka tergoda untuk membeli kosmetika yang dapat mewujudkan mimpi-mimpi mereka dan
mulai melalaikan koridor syari’at yang telah mengatur batasan-batasan untuk tampil cantik. Ada yang
harap-harap cemas mengoleskan pemutih kulit, pelurus rambut, mencukur alis, mengeriting bulu
mata, mengecat rambut sampai pada usaha memancungkan hidung melalui serangkaian treatment
silikon, dll.
Singkat kata, mereka ingin tampil secantik model sampul, bintang iklan ataupun teman pengajian yang
qadarullah tampilannya memikat hati. Maka tidak heran setiap saya melewati toko kosmetik terbesar
di kota saya, toko tersebut tak pernah sepi oleh riuh rendah kaum hawa yang memilah milih kosmetik
dalam deretan etalase dan mematut di depan kaca sambil terus mendengarkan rayuan manis dari si
mba SPG.
Kata cantik telah direduksi sedemikian rupa oleh media, sehingga banyak yang melalaikan hakikat
cantik yang sesungguhnya. Mereka sibuk memoles kulit luar tanpa peduli pada hati mereka yang kian
gersang. Tujuannya? Jelas, untuk menambah deretan fans dan agar kelak bisa lebih mudah mencari
pasangan hidup, alangkah naifnya. Faktanya, banyak dari teman-teman pengajian saya yang sukses
menikah bukanlah termasuk wanita yang cantik ataupun banyak kasus yang muncul di media massa
bahwa si cantik ini dan itu perkawinannya kandas di tengah jalan. Jadi, tidak ada korelasi antara
cantik dan kesuksesan hidup!.
Teman-teman saya yang sukses menikah walaupun tidak cantik-cantik amat tapi kepribadiannya amat
menyenangkan, mereka tidak terlalu fokus pada rehab kulit luar tapi mereka lebih peduli pada
recovery iman yang berkelanjutan sehingga tampak dalam sikap dan prinsip hidup mereka, kokoh
tidak rapuh. Pun, jika ada teman yang berwajah elok mereka malah menutupinya dengan cadar
supaya kecantikannya tidak menjadi fitnah bagi kaum adam dan hanya dipersembahkan untuk sang
suami saja, SubhanAlloh. Satu kata yang terus bergema dalam hidup mereka yakni bersyukur pada
apa-apa yang telah Alloh berikan tanpa menuntut lagi, ridho dengan bentuk tubuh dan lekuk wajah
yang dianugerahkan Alloh karena inilah bentuk terbaik menurut-Nya, bukan menurut media ataupun
pikiran dangkal kita. Kalau kita boleh memilih, punya wajah dan kepribadian yang cantik itu lebih
enak tapi tidak semua orang dianugerahi hal semacam itu, itulah ke maha adilan Alloh, ada kelebihan
dan kekurangan pada diri tiap orang. Dan satu hal yang pasti, semua orang bertingkah laku sesuai
pemahaman mereka, jika kita rajin menuntut ilmu agama InsyaAlloh gerak-gerik kita sesuai dengan
ilmu yang kita miliki. Demikian pula yang terjadi pada wanita-wanita yang terpaku pada kecantikan
fisik semata, menurut asumsi saya, mereka merupakan korban-korban iklan dan kurang tekun
menuntut ilmu agama, sehingga lahirlah wanita-wanita yang berpikiran dangkal, mudah tergoda dan
menggoda. Mengutip salah satu hadist, Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
“Siapa yang Alloh kehendaki kebaikan baginya, Alloh akan pahamkan ia dalam
agamanya”(Shahih, Muttafaqun ‘alaihi).
Hadist diatas dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Baz bahwa ia menunjukkan keutamaan ilmu. Jika Alloh
menginginkan seorang hamba memperoleh kebaikan, Alloh akan memahamkan agama-Nya hingga ia
dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang bathil, mana petunjuk mana kesesatan. Dengannya
pula ia dapat mengenal Rabbnya dengan nama dan sifat-sifat-Nya serta tahu keagungan hak-Nya. Ia
pun akan tahu akhir yang akan diperoleh para wali Alloh dan para musuh Alloh.
Syaikh Ibnu Baz lebih lanjut juga mengingatkan betapa urgennya menuntut ilmu syari’at:
“Adapun ilmu syar’i, haruslah dituntut oleh setiap orang (fardhu ‘ain), karena Alloh
menciptakan jin dan manusia untuk beribadah dan bertaqwa kepada-Nya. Sementara tidak
ada jalan untuk beribadah dan bertaqwa kecuali dengan ilmu syar’i, ilmu Al-Qur’an dan
as Sunnah”.
Dus, sadari sejak semula bahwa Alloh menciptakan kita tidak dengan sia-sia. Kita dituntut untuk terus
menerus beribadah kepadaNya. Ilmu agama yang harus kita gali adalah ilmu yang Ittibaurrasul
(mencontoh Rasulullah) sesuai pemahaman generasi terbaik yang terdahulu (salafusshalih), itu adalah
tugas pokok dan wajib. Jika kita berilmu niscaya kita akan mengetahui bahwa mencukur alis (an-
namishah), tatto (al-wasyimah), mengikir gigi (al-mutafallijah) ataupun trend zaman sekarang seperti
menyambung rambut asli dengan rambut palsu (al-washilah) adalah haram karena perbuatan-perbuatan
tersebut termasuk merubah ciptaan Alloh. Aturan-aturan syari’at adalah seperangkat aturan yang
lengkap dan universal, sehingga keinginan untuk mempercantik diri seyogyanya dengan tetap
berpedoman pada kaidah-kaidah syara’ sehingga kecantikan kita tidak mendatangkan petaka dan
dimurkai Alloh. Apalah gunanya cantik tapi hati tidak tentram atau cantik tapi dilaknat oleh Alloh dan
rasul-Nya, toh kecantikan fisik tidak akan bertahan lama, ia semu saja. Ada yang lebih indah dihadapan
Alloh, Rabb semesta alam, yaitu kecantikan hati yang nantinya akan berdampak pada mulianya akhlaq
dan berbalaskan surga. Banyak-banyaklah introspeksi diri (muhasabah), kenali apa-apa yang masih
kurang dan lekas dibenahi. Jangan ikuti langkah-langkah syaitan dengan melalaikan kita pada tugas
utama karena memoles kulit luar bukanlah hal yang gratis, ia butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Bukankah menghambur-hamburkan uang (boros) adalah teman syaitan?. JADI, mari kita ubah sedikit
demi sedikit mengenai paradigma kecantikan.
Faham Syari’at = CANTIK
Tidak Faham Syari’at = Tidak CANTIK sama sekali!
Bagaimana? setuju?
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wa sallam bersabda:
”Innallaha la yanzhuru ila ajsamikum wa la ila shuwarikum walakin yanzhuru ila qulubikum”
”Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik kalian dan rupa kalian akan tetapi Allah melihat hati dan
kalian” (HR. Muslim)
Mari kita simak syair indah dibawah ini:
Banyak lebah mendatangi bunga yang kurang harum
Karena banyaknya madu yang dimiliki bunga
Tidak sedikit lebah meninggalkan bunga yang harum karena sedikitnya madu
Banyak laki-laki tampan yang tertarik dan terpesona oleh wanita yang kurang cantik
Karena memiliki hati yang cantik
Dan tidak sedikit pula wanita cantik ditinggalkan laki-laki karena jelek hatinya
Karena kecantikan yang sejati bukanlah cantiknya wajah tapi apa yang ada didalam dada
Maka percantiklah hatimu agar dicintai dan dirindukan semua orang.
Wallahu ‘alam
AKHWAT SALAFFIYAT
Segala puji hanya bagi Allah, sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad yang tiada lagi nabi
sesudahnya. Amma ba’du.
Ini adalah beberapa patah kata ringkas yang aku alamatkan kepada akhwat muslimah di setiap tempat –
melalui jaringan internet – apalagi jaringan internet seperti ini sudah menjadi sarana yang paling cepat
dan bermanfaat untuk menyebarkan dakwah yang bersumber dari Al Kitab dan As Sunnah sesuai
dengan manhaj As Salafush Sholeh -semoga Allah merahmati mereka. Dan aku telah menyusunnya
dalam beberapa poin dan beberapa potongan ringkas. Sebaik-baik perkataan adalah perkataan Allah
dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad shollallaahu’alayhiwasallam. Ini adalah
isyarat dariku bahwa di beberapa bagian, aku akan mencukupkan diri dengan menyebutkan beberapa
ayat yang menjelaskan suatu perkara.
Dari risalah “Secara tulus untuk setiap muslimah”.
Aku katakan wa billaahit tawfiiq:
Aku nasehatkan setiap wanita muslimah, baik yang telah menikah atau masih sendiri, yang kecil atau
yang besar, yang tua atau yang muda, agar ia bertakwa kepada Allah terhadap dirinya karena Allah
telah berfirman kepada Nabi-Nya shollallahu’alayhiwasallam:
“Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah..” (Q.S.33:1)
Maka orang-orang selain Nabi Muhammad shollallahu’alayhiwasallam lebih pantas mendapatkan
arahan dan nasehat ini.
Maka janganlah engkau memandangi pria-pria asing, baik di jalan atau di pasar, atau di televisi, atau di
foto-foto dan majalah-majalah serta koran-koran, atau di jaringan internet. Karena pandangan itu
adalah pintu masuk kepada perkara yang lebih besar lagi. Allah berfirman:
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-
putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-
putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam,
atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Q.S. 24:31)
Dan janganlah seorang wanita melembut-lembutkan suaranya di depan para pria asing – non-mahrom –
sama saja baik perkataannya itu secara langsung seperti ketika berjual-beli di pasar, atau seperti yang
berbicara kepada saudara-saudara suaminya atau salah satu kerabatnya atau suaminya yang bukan
mahrom – sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian masyarakat, atau juga ketika perkataannya itu
dari balik hijab, atau melalui telpon atau Paltalk atau Messenger. Allah berfirman:
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka
janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam
hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik,” (Q.S. 33:32)
Firman ini ditujukan kepada ummahaatul mu`miniin yang bersih dan selalu menjauhkan diri dari
perkara-perkara tidak baik, di dalam suatu masyarakat yang suci murni, yang dipilih oleh Allah untuk
mendampingi Nabi-Nya shollallaahu’alayhiwasallam, maka wanita-wanita di masa kita sekarang ini
lebih pantas untuk mendapatkan arahan dan nasehat ilahi ini.
Dan seorang wanita muslimah hendaknya tetap di rumahnya dan tidak keluar ke pasar kecuali untuk
keperluan yang benar-benar darurat dan dengan keadaan tidak mutabarrijah. Kalau ada orang yang
memenuhi keperluannya di pasar maka hendaknya berhamdalah. Dan hendaknya ia juga waspada
untuk tidak keluar ke taman-taman dan tempat-tempat rekreasi serta tempat-tempat yang bercampur
baur dengan laki-laki, baik anak-anak muda atau yang lain. Allah berfirman:
“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-
orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Q.S.33:33)
Dan wajib atas seorang muslimah yang sungguh-sungguh mencintai Allah dan Rasul-Nya -tidak
sekedar mengaku-ngaku- untuk mengenakan hijab syar’iy yaitu dengan menutup wajahnya dan
memakai pakaian yang longgar dan panjang, bukan yang sempit, pendek atau tembus pandang, kalau ia
ingin keluar dari rumah untuk suatu keperluan. Allah berfirman:
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. 33:59)
Umar rodhiyallaahu’anhu berkata: “Tidak ada sesuatu pun yang menghalangi seorang muslimah, ketika
ia mempunyai suatu keperluan, untuk keluar dengan mengenakan kain penutup miliknya atau milik
tetangganya sambil bersembunyi-sembunyi sehingga tidak ada seorangpun yang mengetahuinya,
sampai kemudian ia kembali lagi ke rumahnya”.
Semua ini, yaitu menetap di dalam rumah dan selalu berhijab, muncul dari buah ilmu syar’iy yang
bersumber dari Al Kitab dan As Sunnah. Allah berfirman:
“Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah nabimu).
Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. 33:34)
Meskipun perkataan ini ditujukan kepada ummahaatul mu`miniin, namun yang dijadikan ibroh adalah
keumuman lafal bukan kekhususan sebab, dan para wanita selain ummahaatul mu`miniin lebih
memerlukan ilmu dan lebih perlu mempelajari hal-hal yang meluruskan agamanya.
Dan yang paling harus diketahui oleh setiap muslim dan muslimah adalah mentauhidkan Allah dan
mengesakan-Nya dalam ibadah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun agar ibadahnya diterima.
Dan seorang muslimah hendaknya menjaga dirinya dan kehormatannya. Allah berfirman:
“Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji
setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak
akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan
kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka
dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (Q.S. 60:12)
Dan ketahuilah wahai akhwat muslimat, bahwa ayat berikut ini begitu mencakup, padat, sarat muatan,
menghimpun dan mencukupi, bagi orang yang mentadabburi, memahami dan mengamalkannya. Yaitu
firman Allah:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki
dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S. 33:35)
Aku nasehatkan para akhwat muslimat untuk memiliki perhatian terhadap ilmu syar’iy yang berasaskan
dalil dari Al Kitab dan As Sunnah, yang tanpanya suatu ibadah wajib tidak akan dapat dilakukan. Dan
aku tidak bermaksud bahwa seorang muslimah mendalami masalah-masalah sekunder dengan
mengorbankan perbuatan-perbuatan wajib yang harus ia kerjakan seperti mengurus suami dan anak-
anak, mengatur rumah. Hal-hal ini lebih wajib untuknya daripada mendalami masalah-masalah
sekunder dalam agama.
Hendaknya ia memulai dengan yang pokok. Dengan memahami tauhid dan segala hal yang
bertentangan dengannya dari perkara syirik yang termasuk pembatal agama. Kemudian dengan
masalah-masalah yang dapat membetulkan sholatnya, demikian juga masalah-masalah thoharoh untuk
wanita, dan dia harus mengetahui kapan harus sholat dan puasa dan kapan harus berhenti sholat dan
puasa misalnya, dan seterusnya. Dia juga perlu mempelajari hal-hal yang membuatnya mengerti soal
pendidikan anak-anaknya, demikian juga kiat-kiat mengurus suami dengan baik. Intinya, seorang
wanita muslimah harus mempelajari hal yang paling wajib terlebih dahulu, kemudian hal yang wajib di
bawahnya, berkaitan dengan segala sesuatu yang membetulkan ibadahnya dan yang tanpanya suatu
perkara wajib tidak dapat dilaksanakan. Dan dia menjauh dari masalah-masalah khilafiyyah sebisa
mungkin, bahkan hendaknya dia berusaha keras untuk itu.
Sebagaimana aku juga menasehatkan para muslimah untuk meninggalkan perdebatan dalam masalah
agama dan memberikan bantahan-bantahan yang menjadi kesibukan sebagian mereka yang mengklaim
diri sebagai penuntut ilmu. Mereka ikut-ikutan para thullaabul ilmi dan masyayikh dalam masalah
memberi bantahan kepada orang yang menyelisih. Si fulanah ini menulis bantahan untuk fulanah ini.
Yang ini menulis bantahan untuk fulanah itu. Sampai-sampai seorang dari muslimah itu menulis
bantahan kepada si fulan yang itu. Maka mereka sibuk dan disibukkan dari perkara wajib yang
tentangnya mereka akan dimintai pertanggungjawaban.
Wahb bin Munabbih -semoga Allah merahmatinya- berkata: “Tinggalkan perbuatan berbantah-
bantahan dan saling mendebat dari urusanmu. Karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat
melemahkan salah satu dari dua orang ini: orang yang lebih berilmu darimu. Bagaimana engkau akan
mendebat dan berbantahan dengan orang yang lebih berilmu darimu? Kemudian orang yang kamu
lebih berilmu darinya. Bagaimana kamu akan mendebat dan berbantahan dengan orang yang kamu
lebih berilmu darinya dan dia tidak mau menurutimu. Maka putuslah hal itu dari dirimu.”
Abdullah al Basriy -semoga Allah merahmatinya- berkata: “Sunnah menurut kami itu bukanlah dengan
engkau membantah para pengikut hawa nafsu, akan tetapi sunnah menurut kami adalah dengan engkau
tidak mengajak bicara seorangpun dari mereka.”
Al Abbas bin Gholib al Warraaq -semoga Allah memberinya rahmat- berkata: “Aku berkata kepada
Ahmad bin Hanbal: “Wahai Abu Abdillah ketika aku berada di suatu majlis yang tidak ada seorangpun
yang mengetahui sunnah kecuali aku, kemudian ada seorang mubtadi’ yang berbicara, apakah aku
membantahnya?”. Imam Ahmad berkata: “Jangan kamu pasang dirimu untuk orang ini. Beritahukan
yang sunnah dan jangan kamu mendebat”. Maka aku ulangi lagi perkataanku itu kepadanya. Lalu ia
berkata: “Aku memandangmu tidak lain hanyalah seorang pendebat”.
Dan tinggalkanlah perbuatan memberitahu orang tentang sesuatu yang masih “katanya” di antara
kalian, wahai para akhwat. Dan janganlah engkau menghukumi seseorang dari kalian dengan suatu
pelanggaran sampai engkau mendapatkan kepastian dan engkau tanyakan kepada salah seorang ulama
atau masyayikh atau kepada para tholabatul ilmi yang dikenal dengan keistiqomahannya di atas manhaj
salaf dan termasuk orang yang memiliki keteguhan dan pertimbangan sehat. Bukan termasuk orang-
orang yang tergesa-gesa dan tertipu oleh dirinya sendiri dengan membangga-banggakannya meskipun
mereka itu adalah salafiyyin. Kamu tanyakan kepada mereka tentang hal yang diyakini oleh seorang
dari kalian sebagai pelanggaran menurut pandangannya. Agar tidak sampai terjadi perpecahan
pendapat, keberselisihan hati dan ke-saling-menjauh-an perasaan.
Dan hendaknya seorang yang menjadikan dirinya sebagai da’i dari kalian, untuk bertaqwa kepada
Allah di dalam dakwahnya. Maka dia menghiasi dirinya dengan akhlak-akhlak seorang da’i kepada
Allah. Yaitu berhias dengan kesabaran terhadap orang yang menyelisihi, dan begitu juga terhadap
orang yang jahil. Dan sebelumnya hendaknya ia menyiapkan persenjataan berupa ilmu tentang hal-hal
yang ingin ia sampaikan dan ia dakwahkan. Dan salah satu hal yang menunjukkan kafaqihan Imam
Bukhori dan pemahamannya yang benar atas Al Kitab dan As Sunnah, bahwasanya beliau membuat
satu bab dalam kitab al Jaami’ ash Shohiih-nya, dan berkata: “Bab, Mengilmui sebelum berkata dan
beramal”. Allah ta’aalaa berfirman: (maka ketahuilah bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq
kecuali Allah dan memohon ampunlah atas dosa-dosamu).
7 Cara Ta'aruf
ala Khadijah-Muhammad
Saya belum begitu paham dengan postingan yang satu ini [yaitu: "Nabi Muhammad SAW pun pernah
pacaran(tetapi secara Islami)"]. Tidak dijelaskan bagaimana Rasulullah SAW menjalin hubungan
dengan Khadijah r.a. Emang, “pacaran”-nya beliau kayak apa?
Jawaban Angga Karisma Putra :
Postingan tersebut memang hanya menjawab pertanyaan apakah Nabi Muhammad saw. pernah pacaran
ataukah tidak. Untuk membahas pacaran beliau kayak apa, kita membutuhkan penjelasan tersendiri
seperti di bawah ini:
Seperti telah kita ketahui bersama, makna asli “pacaran” adalah “persiapan nikah”. Dengan definisi
tersebut, di bawah ini hendak aku paparkan pengamatanku mengenai bagaimana berlangsungnya proses
yang menjadikan Khadijah-Muhammad siap menikah:
1. TA’ARUF PASIF: Khadijah mulai “naksir” Muhammad lantaran mendengar kabar
mengenai kemuliaan akhlak beliau.
Saat itu, masyarakat Makkah sedang ramai membicarakan Muhammad bin Abdullah, seorang pemuda
yang bisa menjaga kejujuran dan keluhuran hati, sementara para pemuda pada umumnya suka berfoya-
foya. Khadijah naksir itu bukan lantaran ketampanan atau pun kekayaannya. Malah, saat itu
Muhammad saw. merupakan pemuda yang miskin.
2. TA’ARUF AKTIF: Khadijah menyaksikan sendiri kemuliaan akhlak Muhammad melalui
perbincangan dalam tatap muka langsung.
Pada mulanya, ketertarikan Khadijah kepada Muhammad bukanlah dalam rangka kepentingan asmara,
melainkan bisnis. Kita tahu, Khadijah ialah seorang pengusaha kaya. Lantas, Khadijah pun memanggil
Muhammad dan mengajaknya berbincang-bincang mengenai perdagangan. Dengan perbincangan
seperti ini, Khadijah bisa mulai mengecek apakah benar bahwa Muhammad berakhlak mulia.
3. TANAZHUR (TA’ARUF INTERAKTIF): Khadijah dan Muhammad menjalin kerja sama
pengembangan karir.
Melalui perbincangan tersebut tadi, Khadijah menganggap bahwa Muhammad adalah sosok yang ia
butuhkan untuk berdagang ke negeri Syam. Muhammad pun menerima tugas itu dengan senang hati.
Dengan interaksi seperti ini, Khadijah dapat me-recheck atau melakukan pengujian terhadap
Muhammad sebelum benar-benar yakin bahwa Muhammad memang berakhlak mulia.
4. TANAZHUR LANGSUNG: Khadijah mengalami sendiri indahnya menjalin kebersamaan
dengan Muhammad yang berakhlak mulia.
Sepulangnya Muhammad saw. dari negeri Syam, Khadijah menerima laporan langsung dari beliau
mengenai penunaian tugas berdagang tersebut tadi. Khadijah sangat gembira dan terlihat antusias sekali
menyimak laporan tersebut. Secara demikian, tumbuhlah rasa cintanya kepada beliau. Dari hari ke hari,
cintanya semakin mendalam.
5. TANAZHUR BERJARING: Khadijah memanfaatkan jaringan (network)-nya untuk
memperlancar interaksinya dengan Muhammad.
Maisarah ialah orang kepercayaan Khadijah yang menyertai Muhammad berdagang ke Syam. Ia pun
menceritakan pengalaman-pengalaman yang ditemuinya selama perjalanan. Laporan-laporannya
mengenai kemuliaan Muhammad menjadikan Khadijah semakin berhasrat untuk menjadi istri beliau.
6. TANAZHUR BERMEDIA: Khadijah mengerahkan “agen cinta” untuk memperlancar
hubungannya dengan Muhammad.
Dalam tradisi Arab ketika itu, bila seorang perempuan kaya mendatangi seorang pemuda untuk
meminta menikahinya, maka itu dipandang memalukan. Untuk menyiasatinya, Khadijah pun mengutus
Nafisah, seorang kepercayaannya lainnya, untuk membujuk Muhammad supaya mau melamar dirinya.
7. KHITBAH: Muhammad melamar Khadijah untuk menjadi istri beliau.
Di depan keluarga Khadijah, Muhammad saw. melamarnya. Maharnya 20 ekor unta. Lamaran pun
diterima. Pernikahan itu sendiri dilaksanakan pada waktu 2 bulan 15 hari setelah Muhammad datang
dari Syam. Usia Muhammad saat itu 25 tahun, sedangkan Khadijah 40 tahun.
Wallaahu a’lam.
Banyak orang yang berjiwa ta'at dan patuh kepada Agama. Tetapi karena pengetahuannya tentang
Hadits sangat terbatas, sehingga ia nampak seperti orang yang hidup dalam kegelapan. Yaitu meraba-
raba dan seperti berjalan tiada tentu arah tujuan. Tidak ada pegangan yang menimbulkan ketenangan
dalam hati untuk menetapkan langkahnya. Dan ia akan berhati-hati dengan tidak ada alasan. Kadang-
kadang mereka bisa bersikap sangat pemberani (agresip). Padahal ia berbuat salah. Maka untuk
menghindarkan segala sifat yang buruk dan merugikan diri sendiri seperti yang demikian itu !!!
Hendaknya kita selalu mencari tambahan ilmu tentang Hadits. Dengan demikian kita berjalan menurut
Cahaya yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw. kepada seluruh umatnya. Kita mengharap kepada Allah
SWT semoga kita jangan sampai terperangkap dengan Hadits-hadits palsu !!! Yang pada akhirnya kita
sendiri yang akan rugi. Karena dari dahulu hingga sekarang. Kebanyakan dari kita, hanya menerima
Cerita-cerita Israiliyat yang sampai kepada kita melalui cerita entah berantah, lalu kita katakan itu
adalah Hadits Nabi Saw. Maka sanksinya adalah Neraka !Oleh karena itu. Wajib bagi kita belajar lagi
untuk memperhalus kaji. Agar jangan menjadi orang yang hanya ikut-ikutan saja, alias ikut saja apa
kata orang. Yakni bertaqlid buta (tiada 'ilmu). Ingatlah ! Neraka tetap menanti kehadiran orang yang
demikian ini !Dan semoga para pembaca yang berminat dengan pelajaran ini, kita harapkan untuk
mencari atau bertanya kepada Ahli Hadits yang banyak liku-likunya, karena maksud dari pelajaran ini
bukan menguraikan ilmu Hadits, tetapi mengurai isi Hadits yang berkaitan dengan ketetapan Ibadah.
Maka dipersilahkan menambah ‘ilmu kepada para Ahli Hadits yang Mu’tabar dimanapun ia berada.
Sunnah ada enam Kitab Hadits yang ternama,
yang merupakan pegangan penjelasan utama bagi umat Islam.
Keenam Kitab tersebut ialah :
1. Shohih Imam Al-Bukhari.
2. Shohih Imam Muslim.
3. Imam Abu Daud.
4. Imam An-Nasa'iy.
5. Shohih At-Turmudzy.
6. Imam Ibnu Majah.
Demikian serba sedikit tentang Hadit dan Sunnah.
Nomor Hadis dalam Kitab Shahih Muslim ( Bahasa Arab saja ) : 1233
Muhammad bin Al Muthanna Anzi Muhammad bin Abi Adi, Said pada Qatada dari Zaraarah bahwa
Saad bin Hisyam bin Amer ingin menyerang demi Allah, memperkenalkan kota ingin menjual
properti kepadanya oleh lengan dan tegas dalam Alkraa buruh dan rum sampai dia meninggal
يFك* فFوا ذ*ل$*ر*اد أuت<ة Fا سuطG*ن<ر*ه أ$وه$ب*رG*أ*خ
ك* وF ذ*لG ع*ن$هGف*ن*ه*و Fين*ة Fم*دGالFلG*ه أGنFا مuن*اس$ي* أFين*ة*ل*ق Fم*دGل
م* اF*د ف*ل*م<ا ق
يF فGم$س* ل*كG*ل*ي *س*ل<م*و*ق*ال* أ وFهG*ل*ي ع$لل<ه ص*ل<ى اFلل<ه ي[ اF*ب نGم$س*ل<م*ف*ن*ه*اه * وFهGا ع*ل*ي$لل<ه ص*ل<ىFلل<ه ي\ اFب * نFح*ي*اة
ع*ن$ل*ه *ن* ع*ب<اس]ف*س*أG*أ*ت*ىاب ه*ا فFع*تG*ل*ى ر*ج ه*د* عGش **ل<ق*ه*ا و*أ
*كان* طGر*أ*ت* و*ق*دGام
$ه *ذ*ر*اج*عFك*بFل
$وه$ف*ل*م< ح*د<ث
ا {و*ةGس
$أ
الل<هFول$ ر*سFرGتFو F بFضGأ*ر G الFلG*ه أFل*مG*عل[ك* ع*ل*ى أ$*د ع*ب<اس] أ*ل*ا أ$نGاب **س*ل<م*ف*ق*ال وFهG*ل*ي
ع$لل<ه ص*ل<ى اFلل<ه اFول$ر*سGتFو Fر
تGط*ل*ق Gك* ف*انG*ل*ير*د\ه*ا ع Fي بFنGرFبGي ف*أ*خFنFت Gم< ائ$
ه*ا ثGأ*لGس ه*ا ف*اFت
G ف*أ$ش*ة F ق*ال* ع*ائGق*ا م*ن *س*ل<م* ل * وFهGا ع*ل*ي$لل<ه ص*ل<ى
FنGات*يه
* يFول* ف$*ق تGه*ا أ*ن$تG*ه*ي أ*ن\ي نF ه*ا لFبFق*ار
Fه*ف*ق*ال* م*ا*نأ*ا بGل*يF
إ ا$ه$تGح*قGت*لGاس *ل*ح* فG*ف
أFنG بFيمFح*ك ع*ل*ى$تGت*ي *ه*ا ف*أGي*لFإ
ه*اGذ*ن<ع*ل*يGت*أGس
ش*ة* ف*ا اFل*ىع*ائF ن*ا إGط*ل*قG*ان
ف*ج*اء* فFهG ع*ل*ي$تGس*مGف*أ*ق ي•ا ق*اFض$
*ل
ل<ا مFم* إFيهFف
ا G*أ*ب*ت
ا فuئGش*يFنGلش\يع*ت*ي ا
ش*ام] ق*ال*تF ه$نG ب$دG*ع*ك* ق*ال* س*ع مG م*نG*ق*ال*ت فG*ق*ال* ن*ع*م ف$هGف*ع*ر*ف*ت {يمFأ*ح*ك Gه*ا ف*ق*ال*تG*ل*ين*ا عG*د*خ*ل*ن*ا ف لGن*تFف*أ*ذ
م$ ي*ا أ$تGل$د]ف*ق$ح$م*أG*و يب* يFص $ك*ان* أ* و$*ال*ق*ت*اد*ة ا قuرG خ*يG*ق*ال*ت وFهGع*ل*ي Gف*ت*ر*ح<م*ت ]رF*ام
ع$نGش*ام{ ق*ال* ابFهGم*ن
*ال*ت ب*ل*ى ق$تGل$ آن* قGر$قGل ا$ر*أGق*ت* تGأ*ل*س G و*س*ل<م*ق*ال*تFهG*ل*ي ع$لل<ه ص*ل<ى اFالل<هFول$ ر*سFق$ل$ خGي ع*نFينFئFبGن *ين* أFنFمGؤ$م Gال
ءG ش*يGا ع*نu*ح*د أ*ل* أ G*ل* أ*س وم* وا$*ق أG أ*ن$تGف*ه*م*م *آن* ق*الGر$قGك* ال *ل<م*ان * و*سFهG اع*ل*ي$لل<ه ص*ل<ىFلل<ه ي\ اFب *ق* ن$ل$ ن< خFف*إ
ي*ا$ر*أG*ق
ت* تGل*س * أGف*ق*ال*ت *س*ل<م * وFهGا ع*ل*ي$لل<ه ص*ل<ىFلل<ه اFول$*س رFي*امF قGي ع*نFينFئFبGن * أ$تGل$ي ف*ق F*دا* ل
م< ب$وت* ث$*م ح*ت<ى أ
Fي[الل<هF*ب *ق*ام* ن فFلس[ور*ة اFهF*ذ
هF*و<ل ي أF فFلGلل<ي ي*ام* اF
ت*ر*ض* قGف *ز<عو*ج*ل< ا *لل<ه
ن< اF*إ
فG ب*ل*ى ق*ال*ت$تGل$ق $ز<م\ل$مGل أ*ي[ه*ا ا
ز*لG*ت<ى أ*ن حFلس<م*اء ي اFا فuرG*ه *ش*ر* ش عGن*يGث م*ت*ه*ا ا F*ات
خ$لل<ه س*ك* اGو*أ*م اuلGح*و$ه$ح*ابG*س*ل<م*و*أ*ص وFهG*ل*ي
ع$لل<ه ص*ل<ى ا
يFينFئFبGن *ين*أFنFمGؤ$مGل م< ا$ ي*ا أ$تGل$ يض*ة] ق*ال* قF*ر د* فGا ب*عu*ط*و[ع تFلGلل<ي ا$ي*امFيف* ف*ص*ار* قFفGلت<خ اFلس[ور*ة اFهFذ * هFرFخ ي آF ف$لل<ه ا
اء* أ*نش
* م*ا$ الل<ه$ه$ع*ثGف*ي*ب $ور*ه$*ط*ه و$و*اك*ه F س$ه *د[ لFع$
ن<ا ن$
كG*س*ل<م*ف*ق*ال*ت وFهG*ل*ي ع$لل<ه ص*ل<ى اFلل<ه اFول$ر*سGتFو F رGع*ن
ه$م*د G*ي*ح
لل<ه* و ا$ر$كG*ي*ذ فFن*ةFام <ي الثFلإ<ا فFيه*اF ف$سFلG*ج ات] ل*ا ي **ك*ع
ع* رGسF ص*ل\ي ت$و*ي$ت*و*ض<أ *و*ي$*ي*ت*س*و<ك فFلGلل<ي اGنF م$ع*ث*هGب *ي
س*ل\م$م<ث ي$ $وه$عGد *و*ي$ه$م*د G*ي*ح
لل<ه* و ا$ر$كG*ي*ذ
ف$د$عG*ق م< ي$ع*ة* ثFس ص*ل\ الت<ا$ ف*ي$وم$ي*ق ث$س*ل\م$
<م$ و*ل*ا ي$ه*ضGن *م< ي$ ث$وه$عGد *و*ي
<*ل*م<ا س*ن ن*ي< ف$ ي*ا بuع*ةG*ك ر*ة* رGد* ع*شGحF ك* إ ىGلFد{و*تFو* ق*اع$*ه و$س*ل\م$ د* م*ا يG ب*عFنGع*ت*يGص*ل\ي ر*ك$ي <م$ن*ا ث$عFمGس $ا يuيمFلGس *ت
كGلF*ت فFأ*و<ل G الFهFيعF*نل* صGثF مFنGع*ت*يGلر<ك ي اF*ص*ن*ع* ف ع] وGس*بF ت*ر* بGأ*و$مGلل<ح ا$س*ل<م*و*أ*خ*ذ*ه * وFهGا ع*ل*ي$لل<ه ص*ل<ىFلل<ه ي[ اFب *ن
ذ*اإ غ*ل*ب*هF **ك*انه*ا وGم* ع*ل*يFاو *د$
يGح*ب< أ*ن * أuاة
*ى ص*ل <ذ*ا ص*لFإ * و*س*ل<مFهG*ل*ي ع$لل<ه ص*ل<ى اFي[الل<هF*ب *ك*ان* ن ن*ي< و$ ع{ ي*ا بGسFت
**س*ل<م وFهG*ل*ي ع$ى الل<ه < ص*لFلل<ه ي< اF*ب ن$ل*مG*ل*أ*ع اوuع*ةGر*ة* ر*كG*ش عGت*يGنF ثFلن<ه*ار اGنF ص*ل<ى مFلGلل<ي اFي*امF
قG*ج*ع{ ع*ن وGم{ أ*وGن*و
نGل*ى ابFإ$تGط*ل*قGان *ال* ف *ر* ر*م*ض*ان* قGا *كغ*يuلFام اuرG*ه
*ام* ش و*ل*ا صFحGلص[ب ل*ى اF إuل*ةG*ي
*ل<ى ل *ل*ا ص ل*ة] وG ل*يFي ف$ل<ه$
آن* كGر$قGل ق*ر*أ* ا
تGل$*ال* ق قFهFي بFه*نFش*اف $ه* ح*ت<ى ت$تGأ*ت*ي
ه*ا ل* اG*ل*ي ع$ل$خGأ*أ*دGه*او$ر*بG أ*ق$تGن$ كG ل*وG*د*ق*ت ه*ف*ق*ال* صFيثFدح* اF ب$ه$تGد<ث
*ع*ب<اس] ف*ح
يث*ه*اF*د
ك* ح$تGد<ث **ا ح ه*ا مGع*ل*ي $ل$خG*د ك* ل*ا ت < أ*ن$تGمFع*لKetika G ل*وia disajikan kota orang-orang dari orang-orang
kota Venhoh tentang hal ini dan mengatakan bahwa mereka ingin Rhta enam dalam kehidupan
seorang nabi Allah saw melarang Nabi Allah dan kedamaian dan berkata tidak kau seperti ini, lihat
Hdthoh ketika istrinya sudah bercerai dan memberi kesaksian kepada Ibnu Abbas Rdjatha terurai
meminta Allah air kedamaian tercurah padanya, berkata Ibnu Abbas tidak bilang kalau aku tahu
orang-orang di bumi Potter Rasulullah Shallallahu atas dia, kata dari kematian, "kata Aisha Vasolha
dan membawa saya kembali mengatakan bahwa ia mulai untuk membalas aku membawa Anda untuk
Hakeem bin Vastelhakth kembali kepada apa yang kukatakan karena aku Bakarabha Nhiha untuk
mengatakan dalam Heotain ini sesuatu yang menolak, hanya dua yang lulus mengatakan Voksmt
kemudian kami sampai Aisha Fastozna oleh mengotorisasi kami Vdechlna oleh Ogim Frvath dia
bilang ya dia berkata tentang Anda, "kata Saad bin Hisyam mengatakan tentang Fterhmt Amer bin
Hisyam dan berkata baik dan berkata Qatada terluka hari Minggu saya bilang Ibu saya Mukminin
Onbiini untuk penciptaan Rasulullah saw berkata Bukankah Anda membaca Alquran "Ya, saya
berkata, penciptaan seorang nabi Allah saw mengatakan Quran adalah Vhmmt bahwa Aku tidak
meminta orang lain tentang apa-apa sampai aku mati dan kemudian rasanya aku berkata Onbiini dari
Rasulullah saw Bukankah Anda membaca, ia berkata keras-keras "Ya, saya berkata, Tuhan Yang
Maha Kuasa kurasa malam pertama dalam Surah, maka ia seorang nabi Allah saw dan para
sahabatnya dan memegang Allah Hula kesimpulan dari dua belas bulan di Allah telah menurunkan
langit, bahkan di akhir surat ini mitigasi sukarela menjadi wajib setelah malam aku berkata: Wahai ibu
orang-orang percaya Onbiini tendon Rasulullah Shallallahu atas dia, kata kami sedang mempersiapkan
dirinya Triphthong dan pemurnian Phipposh apa yang Allah ingin memotivasi Visuk malam dan
berwudu dan shalat sembilan rakaat tidak duduk kecuali dalam menyebut kedelapan Allah dan
Ihmayor dan kemudian panggilan di muka dan kemudian menyampaikan kesembilan, kemudian ia
duduk Faisal menyebut Allah dan meminta kepada-Nya Ihmayor kemudian mengambil begitu saja
dan kemudian mendengar doa dimulai setelah mengenali dasar dan mereka yang sebelas rakaat Hai
anak usia ketika nabi Allah saw dan membawanya tujuh luar manusia, dan makhluk sedemikian
sembilan rakaat Mereka Wahai putra, adalah seorang nabi Allah saw jika ingin doa mempertahankan,
dan kalau drop tidur atau sakit pada malam hari berkat dua belas rakaat aku tidak tahu nabi Allah saw
membaca seluruh isi Alquran pada malam hari dan berdoa untuk pagi atau malam hari untuk berpuasa
seluruh bulan adalah Ramadhan, kata dia mulai Ibnu Abbas berkata, dengan meratifikasi Vhdtth jika
Anda terdekat untuk, atau masukkan Otiha Chavhenne sampai katanya kalau aku belajar bahwa Anda
tidak memasukkan atas apa yang saya katakan dia
Gف*ى ع*نG أ*وFن Gر*ار*ة* ب$زGق*ت*اد*ة* ع*نGي ع*نFي أ*بFح*د<ث*ن ]ش*امF ه$نG ب$ع*اذ$د<ث*ن*ام *ث*ن<ى ح$مGل ا$نG ب$ح*م<د$*د<ث*ن*ام
وح
نG بFرG*كو ب$*د<ث*ن*ا أ*ب
و ح$و*هGح *ر* ن
*ف*ذ*ك$يع* ع*ق*ار*هFي*بFل
Fين*ةFد
*مGل*ى الF ط*ل*ق* إGن م< ا$ ث$ر*أ*ت*هGم
*ل<ق* ا ط$ش*ام]أ*ن<ه F هFنG
بFدGس*ع
Gف*ى ع*نG أ*وFن Gر*ار*ة* ب$زG ع*ن$وب*ة*ح*د<ث*ن*اق*ت*اد*ة$ي ع*ر F أ*ب$نG ب$يدFع
*ث*ن*ا س <ر] ح*دGشF ب$نG ب$ح*م<د$ب*ة*ح*د<ث*ن*امG*ي
ي شFأ*ب
هFص<تFق Fيث* بFد *حG*س*اق* ال وFرGتFوGل
اG ع*ن$ه$تGف*س*أ*ل]*ب<اس عFنG بFلل<ه اFدGل*ىع*بF إ$تGط*ل*قG*ال*ان ق$ش*ام]أ*ن<ه F هFنG
بFدGس*ع
ح*قGسF*د<ث*ن*ا إ د] و ح$ح$م*أGيب* ي*وFص$ر{ أFام * *كان* ع$ءGم*رGل
م* اGعF نGر] ق*ال*تF ع*ام$نGب ا$تGل$ش*ام{قFهG م*نGال*ت * قFيهFو*ق*ا ف
*ل
<ف*ى أ*نG أ*وFنG ر*ار*ة* ب$زGق*ت*اد*ة* ع*نGم*ر{ ع*نGب*ر*ن*ام*عGأ*خ Fلر<ز<اق اFدGع*بGم*ا ع*ن$ل*اه Fع] كFب ر*اف$نG
$ح*م<د$يم*و*مFر*اهGبF
إ$نGب
*ال*ت قFيهFيد]و*فFس*عFيثFد *ن*ى حGع *مFيث* ب
Fح*د
Gت*ص< الGو*اق$ر*أ*ت*هGل<ق* ام* ط$ه < أ*ن$ب*ر*هGخ
* ف*أ$ه
*ا لu*ار
ش*ام] ك*ان* ج Fن* هG
د* بGس*ع
]د$ح$م*أG*س*ل<م*ي*و وFهG*ل*ي
ع$لل<ه ص*ل<ى اFلل<ه اFول$يب* م*ع* ر*سFص$أ * ك$ءGر
*ان
*مGم* الGعF نGر]ق*ال*تF*ام ع$نGش*ام{ ق*ال* ابFهGم*ن
ه*اFيث
Fح*د بF *ك$تGب*أGن
*ه*ا م*ا أG*ل*ي
ع$ل$خGد **ن<ك* *لا ت
أ$تGمFل*ع*لGن\يوFأ*م* إ
ل*ح* اG*ف أ$نG ب$يمF*ق*ال*ح*ك فFيهFو*ف Dan Muhammad bin
Al Muthanna Beritahu kami Maaz bin Hisyam mengatakan kepada saya bahwa Abu Qatada dari
Zaraarah untuk lebih penuh bin Saad bin Hisyam, dan kemudian dia menceraikan istrinya pergi ke
kota untuk menjual properti, ia teringat padanya dan memberi tahu kami Abu Bakr Syaibah bin
Muhammad bin Bisyr meriwayatkan bahwa Abu Sa'id bin Qatada mengatakan kepada kami tentang
Arabisme MARD lebih lengkap bin Hisyam bin Saad berkata bahwa ia mulai Abdullah bin Abbas
bertanya kepadanya tentang Witir dan dia mengutip hadits yang katanya ceritanya dan bilang aku
berkata dari Hisyam bin Amir berkata "ya, ada yang terluka oleh Amer pada satu dan berkata kepada
kami Ishaq bin Ibrahim bin Mohammed Rafi Abd Razak berdua kepada kami tentang Muammar
Qatada dari Zaraarah sepenuhnya bin Saad bin Hisyam adalah tetangga-nya mengatakan kepadanya
bahwa ia menceraikan istrinya dan Reprise pengertian modern yang bahagia bicara dan ketika ia
berkata dari Ibnu Hisyam Amer berkata "ya, ada yang terluka dengan Rasulullah saw hari Minggu dan
ia berkata Hakim Ben kembali tetapi, jika saya tahu bahwa Anda tidak jatuh keluar dengan apa
Onbotk
Sahih Muslim untuk menjelaskan nuklir
) اح ال ك ر اع
ي (ج ع له ف ي الس ل و: ق و لهفBerkata: (tegas dalam pelukan dan Alkraa)
لGخ*يGل
Fم لGسF
ر*اع ا$ك
G ال. Alkraa nama kuda.
) س اكه و ط ه وره ل ه وEن*ا( ن ع د: كق و له اBerkata: (kami mempersiapkan Triphthong dan
pemurnian)
ه*اF
ن*اء بFتGاعFل
ته*ا و*اG*ق
ل وGاد*ة ق*ب
*بFعGل
اFب*ابGس
*أF
لت<أ*ه[ب ب
ك* و*اF*ل
ب*اب ذGحFتGسFا: FيهFف. Di mana: mustahabb bahwa alasan
untuk beribadah dan kesiapan sebelumnya dan menjaga mereka.
) ف (ي ت س و*كي تو و ض*أ: ق و له اBerkata: (Visuk dan wudhu)
مG الن<وGنFي*ام مFقGل
د اGنFلس\و*اك ع ب*اب اGحFتGسFا: FيهFف. Di mana: mustahabb siwaak ketika bangun dari tidur.
ص ل ريك ع ت ي بنع د م ا ي س لم و ه و- ى ق و له ا ي-ع ر ك ع ات ل ا ي ج ل س ف يه إا ل سي صلو(ي ت: ق و له ا
) ق اع دBerkata: (dan berdoa sembilan rakaat tidak duduk mereka - untuk dirinya - setelah doa
mulai mengenali duduk)
اuيبFحه ق*رGر
*ب*ق* ش* سG*د
ه*ذ*ا ق. Ini telah dijelaskan segera.
) م ل*و أ خ ذ ه الل*ح م لل*ه ع لي هو س الل*ه صل*ى اEم*ا س ن* ن ب ي ( :ق و لهفا لBerkata: (Ketika usia
seorang nabi Allah saw dan membawanya daging)
لل[غ*ةي اFور ف$هGم*شGو* ال$ذ*ا ه *و*ه, ) <أ*س*ن ( ضه*اG*ع ي بFو*ف, ) <ول (س*ن$ص$أGلظ*م اGع$
ي مFو* ف$
ك*ذ*ا ه
*ه. Jadi di
sebagian besar aset (umur), dan beberapa dari mereka (gigi), dan ini dikenal dalam bahasa.
) ى م ن الن*ه اارث ن ت يعش ر ة رك ع ة *ك(ان إ ذ ا غ لبنهو م أ و و ج ع ن ق ي امالل*ي لص ل: ق و له او
Berkata: (dan jika drop tidur atau sakit pada malam hari berkat dua belas rakaat)
ض*ىGق$ تGذ*ا ف*ات*تF
و*أ*ن<ه*ا إ
, ر*ادGأ*و
Gاف*ظ*ةع*ل*ى ال*ح$مGب*اب الGحFتGس
F*ل*ى ا
يل عFه*ذ*د*ل
ا. Ini adalah bukti bahwa itu
adalah mempertahankan mustahabb wird, dan jika mereka merindukan dibelanjakan.