Professional Documents
Culture Documents
Oleh
NIM : PO.71.21.1.3.08.52
Tingkat : IIB
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, yaitu tentang
Prosedur Tindakan Khusus Pada Gangguan Hematology sehingga dapat berguna bagi
mahasiswa/i Program Studi DIII Keperawatan Manokwari angkatan ke-4 Tahun Akademik
2009/2010.
Ucapan terimakasih tak lupa penulis ucapkan kepada Dosen mata kuliah Asuhan
Keperawatan pasa Sistem Hematology Ibu N G Susantie Makabori, S.Kep, Ns.
M.Kes yang telah membimbing dan mengarahkan Penulis, sehingga makalah yang
membahas tentang “ Prosedur Tindakan Khusus Pada Gangguan Hematology” dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan dan menerima kritik dan saran yang
membangun dari pembaca, untuk menyempurnakan isi makalah ini.
Akhirnya semoga materi ini dapat bermanfaat bagi upaya peningkatan Sumber
Daya Kesehatan di Lingkungan Kabupaten Manokwari Propinsi Papua Barat khususnya
bagi Para mahasiswa/i Program Studi D III Keperawatan Manokwari.
Penulis
2
Daftar isi
Halaman
Halaman
judul......................................................................................................
1
Kata
pengantar..................................................................................................
.. 2
Daftar
isi..............................................................................................................
3
Bab I
Pendahuluan..............................................................................................
5
1.1. Latar
Belakang.....................................................................................
5
1.2. Rumusan
Masalah...............................................................................
6
1.3. Tujuan
Penulisan.................................................................................
6
1.4. Metode
Penulisan...............................................................................
7
1.5. Sistematika
Penulisan.......................................................................... 7
3
Bab II
Pembahasan..............................................................................................
. 8
2.1 Produser tindakan umum pada sistem
hemetologi..................... 8
2.1.1 Biopsi sum-sum
tulang....................................................... 8
2.1.2 Pungsi sum-sum
tulang....................................................... 9
2.1.3 Pungsi
vena......................................................................... 12
2.1.4
Flebotomi............................................................................ 12
2.2 Pendarahan Intra selebral
Nontraumatik.................................... 15
2.2.1 Pengelolahan secara
medik ............................................... 17
Penilaian dan pengelolaan
inisial.................................... 17
Pencegahan perdarahan
ulang....................................... 18
Mengurangi efek
massa.................................................. 19
Perawatan
umum........................................................... 20
Pemeriksaan
lain............................................................ 21
2.2.2 Pengelolaan secara
bedah................................................. 21
Indikasi
operasi............................................................... 21
Etiologi
perdarahan........................................................ 21
4
Lokasi dan ukuran perdarahan hipertensif....................
23
Status
klinis.................................................................... 25
Saat melakukan
operasi................................................. 25
Bab III
Penutup.................................................................................................
26
3.1 Kesimpulan.............................................................................
.. 26
3.2 Saran.......................................................................................
. 26
Daftar
pustaka.................................................................................................
27
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
otak dapat menimbulkan pennggian TIK. Dilain fihak peninggian TIK
mempunyai konsekuensi yang buruk terhadap outcome pasien. Jadi
peninggian TIK tidak hanya menunjukkan adanya masalah, namun
sering bertanggung-jawab terhadapnya. Massa bersama edema
sekitarnya, serta hidrosefalus obstruktif yang diakibatkannya, akan
meninggikan TIK dan juga akan mendistorsikan jaringan otak.
7
arterial, TIK, autoregulasi, stimulasi metabolik, serta distorsi atau
kompressi pembuluh darah oleh massa intrakranial atau oleh herniasi
yang langsung merusak kapasitas autoregulasi, menyebabkan
bendungan vena atau iskemia akibat kompressi arteria.
8
BAB II
PEMBAHASAN
9
Kecurigaan adanya gangguan sel darah dan menentukan stadium
keganasan non-hematology.
♣ KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi dari prosedur ini adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada kontraindikasi mutlak
2. Pada Trombositopenia berat (<20.000) pemberian tranfusi
trombosit sebelumtindakan akan lebih baik
3. Melakukan biopsi sum-sum tulang pada sternum
♣ PERSIAPAN
Persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut
Bahan dan Alat
1. Jarum biopsi
2. Perlengkapan standar minor set sederhana, yaitu: antiseptik,
alkohol 70%, kapas lidi, duk berlubang, spuit 5 cc, lidokain, sarung
tangan steril, kasa steril, plester, botol kaca dan formalin 10%.
♣ PROSEDUR TINDAKAN
Cara melakukan tindakan biopsi sum-sum tulang adalah sebagai
berikut.
1. Klien diminta untuk buang air besar/kecil sebelum tindakan
dimulai
2. Posisikan klien pada posisi tengkurap
3. Cuci tangan
4. Gunakan sarung tangan steril
5. Aseptik dan antiseptik pada daerah sekitar lokasi, yaitu krista
iliaka superior dan posterior
6. Lakukan setiap tindakan secara steril
7. Pasang duk bolong
8. Anestesi dengan lidokain 2% pada krista illiaka posterior3-6 cc
samai mencapai periostinum
10
9. Suntikan jarum biopsi dengn cara twisting morion sambil
melakukan penekanan sampai terasa menembus tulang dan
dilanjutkan sepanjang 1-2 cm
10. Melakukan gerakan empat arah (atas, bawah, kiri, dan
kanan), setelah itu angkat jarumnya
11. Luka biopsi ditutup kasa steril yang dibasahi povidone
iodine dan di tutup dengan kasa kering kemudian di plaster dan
tidak boleh dibasahi selama 3 hari
12. Rapikan klien
13. Cuci tangan
♣ KOMPLIKASI
Posedur ini dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan dan infeksi.
11
1. Bahan tindakan antiseptik
2. Povidone Iodine
3. Kapas lidi steril dan kapas steril
4. Prokain/lidokain 3% dan spuit 5 cc, spuit 20 cc, serta jarum
hipodermik 23-25 gaus.
5. Sarung tangan steril dan duk berlubang yang steril
6. Zar jarum ampirasi sum-sum tulang (14-16) yang sesuai dengan
tempat yang akan dilakukan dan spuit yang sesuai dengan jarum
aspirasi sumsum tulang
7. Botol bersih untuk koleksi aspirat sebagai gelas objek untuk
preparat
8. Antikoagulan (heparin atau EDTA)
9. Perlengkapan untuk mengatasi renjatan neurogenis dan
anavilaksis (adrenalin, atropin, sulfat, dan cauran set infus)
♣ TEMPAT ASPIRASI
Tempat yang biasa digunakan aspirasi untuk pungsi sumsum tulang
adalah sebagai berikut
1. Spina illiaka posterior superior (SIPS)
2. Krista illiaka
3. Spina illiaka anterior superior (SIAS)
4. Sternum diantara iga ke-2 dan ke-3 mid sternal atau sedikit di
kanannya (jangan lebih dari 1 cm)
5. spina dorsalis/prosesus spinosus vertebra lumbalis
♣ PROSEDUR TINDAKAN
Cara melakukan prosedur pungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut
1. Klien diminta untuk membuang air kecil/besar sebelum tindakan
2. Periksa kelengkapan serta kelayakan bahan dan alat tindakan
3. Cuci tangan yang bersih kemudian keringkan
4. Gunakan sarung tangan steril
5. Periksa kelengkapan serta kesesuaian jarum aspirasi dan spuit
untuk aspirasi tersebut dengan sedikit antikoagulan
12
6. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik daerah tindakan serta
prosedurterjaga aseptik
7. Tentukan titik tindakan
8. Lakukan anastesi lokal tegak lurus permukaan, mulai dari subkutis
sampai periosteal
9. Lakukan penetrasi jarum aspirasi tegak lurus dengan di putar dari
kiri ke kanan becara lembut menembus kulit hingga membentur
tulang/periosteum, kemudian perhatikan tingginya jarum
selanjutnya cabut mandrein dan pasang spuit 20 cc yang sudah
dibilas antikoagulan kemudian lakukan aspirasi perlahan tapi
mantap, cabut souit, biarkan saja jarumnya
10. Teteskan aspirat secukupnya kegelas objek, diratakan
diatas kaca objek, kemudian akan terlihat partikel-pertikel
sumsum tulang
11. Sisanya masukkan kedalam botol
12. Setelah selesai, jaru aspirasi di cabut pelan-pelan tetapi
mantap dengan cara diputar seperti ketika memasukkan tadi
13. Pada daerah perlukaan dilakukan penutupanluka dengan
kasa yang telah diberikan antiseptik.
14. Daerah perlukaan jangan dibasahi selama 3 hari dan
penutup luka dibuka setelah 3 hari
♣ KOMPLIKASI
Pneumomediastinum jika dilakukan pada sternum akan mengakibatkan
terjadinya perdarahan.
13
Mengumpulkan darah, memasukan obat, memulai infus IV, atau
menginjeksikan bahan kontras untuk pemeriksaan sinar X dari bagian
atau sistem tubuh atau menginjeksikan substansi untuk uji nuklir.
♣ PERSIAPAN
Bahan dan Alat
1. Alkohol swab atau antiseptik
2. Jarum tangan steril sekali pakai
3. Bantal kecil atau lipatan handuk
4. Bantalan kas steril
5. Torniquet karet
6. Plester
7. Tabung darah yang ukurannya sesuai
8. Label Identifikasi lengkap
9. Permintaan laboratorium lengkap
10. Kantong plastik untuk mengirimkan spesimen
11. jarum, adapun jarum yang biasanya digunakan adalah
sebagai berikut
o Metode spuit
Jarum steril 20-21 gaus untuk dewasa, 23-25 gaus untuk
anak-anak
o Metode butterfly
o Jarum butterfly 20-21 gaus untuk dewasa. 23-25 gaus
untuk anak-anak dan lansia
o Metode vacutainer
Tabung vacutainer dengan pemegang jarum
Jarum berujung ganda steril 20-21 gaus untuk dewasa,
23-25 gaus untuk anak-anak
♣ PROSEDUR TINDAKAN
Prosedur tidakan pada klien yang akan dilakukan pungsi vena adalah
sebagai berikut
14
1. Bantu klien pada posisi terlentang atau semi fowler dengan
lengan lurus
2. Tempatkan handuk kecil dibawah lengan atas
3. Buka kemasan steril menggunakan teknik steril
4. Pilih sisi distal pada vena yang akan digunakan
5. Bila memungkinkan, tempatkan lengan klien pada posisi
dependen
6. Pasang torniquet 5-15 cm diatas tempat pungsi vena. Lingkarkan
torniquet dan kencangkan pada lengan klien, ikatkan satu sama
lain, jangan menggunakan ikatan mati.
7. Kenakan sarung tangan
8. Palpasi nadi distal dibawah torniquet, bila tidak dapat memalpasi,
lepaskan tornikuet dan berikan tekanan yang lebih ringan
9. Pilih vena yang terdilatasi dengan baik
10. Bersihkan sisi punsi vena povidone iodin kemudian alkohol
11. Gerakan dalam gerakan melingkar dari tempat tusukan kira-
kira 5 cm
12. Lepaskan penutup jarum dari spuit atau vacutainer dan
informasikan klien bahwa ia akan merasakan sakit
13. Tempatkan ibu jari atau telunjuk tangan nondominan 2,5 cm
di bawah tempat injeksi dan tarik kulit pasien ke arah Anda
14. Pegang spuit, butterfly atau vacutainer, dan jarum pada
sudut 15-30 derajat dari lengan klien dengan pangkal jarum spuit
ke atas
15. Masukan jarum kedalam vena dengan perlahan
16. Dengan menggunakan spuit, tarik gagang penghisap
(plunger) secara perlahan smbil memegang tabung spuit
17. Perhatikan aliran darah ke dalam spuit, tabung buterfly,
atau jarum vacutainer
18. Ambil jumlah yang diharapkan dari darah
19. Bila spesimen telah didapatkan, lepaskan tornikuet
20. Lepaskan jarum dari vena: tempatkan kasa 2 x 2 atau
bantalan alkohol di atas sis pungsi vena tanpa memberikan
15
tekanan. Gunakan tangan yang lain untuk menarik jarum dengan
menari ke belakang dari sis pungsi vena
21. Berika tekanan padatempat injeksi
22. Untuk darah yang di dapatkan melalui spuit, pindahkan
spesimen pada tabung, masukan jarum melalui penghenti tabung
darah dan biarkan vacum mengisi tabung. Jangan di paksakan
23. Untuk tabung darah mengandung tambahan, rotasi
kebelakang dan ke depan delapan sampai sepuluh kali dengan
perlahan
24. perhatikan sisi pungsi untuk perdarahan dan berikan plester
(bandaid)
25. Tempelkan label identifikasi lengkap pada setiap tabung,
lekatkan daftar permintaan, dan kirim ke laboratorium
♣ KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pungsi vena adalah terjadinya
infeksi.
2.1.4 FLEBOTOMI
Flebotomi merupakan suatu tindakan menurunkan volume darah
dengan cara mengeluarkannya melalui pembuluh vena secara bertahap
dan cepat.
♣ TUJUAN
Menghilangkan gejala-gejala distres.
♣ INDIKASI
Tindakan ini diindikasikan pada klien dengan masalah polisitemia vena,
eritrositosis, dan hemokromatis.
♣ KONTRAINDIKASI
Klien dengan masalah gagaljantung tidak dianjurkan untuk melakukan
prosedur ini.
♣ PERSIAPAN
Bahan dan Alat
16
1. Tensimeter dan stetoskop untuk memantau status hemodinamik
sebelum, selama, dan sesudah tindakan serta untuk membendung
aliran vena pada potongan vena
2. Tempat tidur untuk berbaring klien
3. Set donor
4. Botol (plaboof) atau kantong penampung darah dengan skala
volume
5. Set infus atau kateter vena dan cairan plasma atau dekstran
6. Perangkat standar antiseptik antar lain: pengukur (gauge) steril,
povidone iodine, alkohol, dan plaster.
♣ PROSEDUR TINDAKAN
Adapun langkah-langkah dalam melakukan indikasi ini adalah sebagai
berikut
1. Klien diminta untuk membuang air besar/kecil sebelum dilakukan
tindakan
2. Klien dalam posisi berbaring dilakukan evaluasi status
hemodinamik
3. Bila status hemodinamik stabil, klien berbaring diatas tempat tidur
4. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada lengan daerah
potongan yang dilanjutkan dengan pembendungan vena dengan
tensimeter tekana 60 mmHg
5. Kebanyakan klien dapat menerima pengeluaran darah sebanyak
tuga unit (sekitar 450-600 cc) per minggu
6. Setelah tercapai target pengobatannya, yaitu hemotokrit antara
40-45 %, maka tindakan flebotomi dikurangi.
♣ KOMPLIKASI
Komplikasi yang biasanya muncul pada tindakan ini adalah perdarahan,
hematom, dan gangguan hemodinamik.
17
hiperventilasi, diuretik osmotic dan steroid (bila perdarahan tumoral)
digunakan untuk mengurangi hipertensi intrakranial yang disebabkan
oleh efek massa perdarahan. Sudah dibuktikan bahwa evakuasi
perdarahan yang luas meninggikan survival pada pasien dengan
koma, terutama yang bila dilakukan segera setelah onset
perdarahan.
18
Bila tanpa disertai efek massa jelas, tidak terbukti bahwa operasi
terhadap PIS kecil, terutama bila terletak superfisial pada substansi
putih subkortikal, akan memperbaiki outcome.
19
Saat pasien datang atau berkonsultasi, evaluasi dan pengelolaan
awal harus dilakukan bersama tanpa penundaan yang tidak perlu.
Pemeriksaan neurologis inisial dapat dilakukan dalam 10 menit, harus
menyeluruh. Informasi ini untuk memastikan prognosis, juga untuk
membuat rencanatindakan selanjutnya. Pemeriksaan neurologis serial
harus dilakukan.
20
Foley terpasang, diberikan mannitol 1.5 g/kg IV. Tindakan ini juga
dilakukan pada pasien dengan perburukan neurologis progresif seperti
perburukan hemiparesis, anisokoria progresif, atau penurunan tingkat
kesadaran. Dilakukan elektrokardiografi, dan denyut nadi dipantau.
21
dikoreksi. Pasien dengan kelainan perdarahan lain dikoreksi sesuai
dengan penyakitnya.
22
Pasien sadar dipantau dengan pemeriksaan neurologis serial,
pemantauan TIK jarang diperlukan. Pada pasien koma yang tidak
sekarat (moribund), TIK dipantau secara rutin. Disukai ventrikulostomi
karena memungkinkan mengalirkan CSS, karenanya lebih mudah
mengontrol TIK. Perdarahan intra-ventrikuler menjadi esensial karena
sering terjadi hidrosefalus akibat hilangnya jalur keluar CSS. Lebih
disukai pengaliran CSS dengan ventrikulostomi dibanding hiperventilasi
untuk pengontrolan TIK jangka lama. Pemantauan TIK membantu
menilai manfaat tindakan medikal dan membantu memutuskan apakah
intervensi bedah diperlukan.
• Perawatan Umum
23
hipoksia dan asidosis sering tampak selama aktifitas kejang,
potensial untuk menambah cedera otak sekunder.
• Pemeriksaan Lain
• Indikasi Operasi
24
Evakuasi stereotaktik atau pembedahan secara neuroendoskopi
dilakukan pada perdarahan intraparenkhimal PIS yang terletak dalam
dan sulit dijangkau.
• Etiologi Perdarahan
25
Waktu operasi atas aneurisma serebral yang ruptur tidak
ditentukan oleh PIS yang terjadi kecuali pasien memburuk karena efek
massa. Bila diperlukan evakuasi hematoma, harus dilakukan tindakan
atas aneurismanya pada saat operasi yang sama.
26
tengah atau yang berkaitan dengan tanda-tanda kompresi batang otak
tidak akan bermanfaat dengan evakuasi bedah, kecuali pada kelompok
terakhir ini tindakan bedah adalah penyelamat jiwa, namun
perbaikan jarang akan melebihi keadaan vegetatif atau cacad berat.
27
pasien yang stupor atau koma prabedah. Penting diingat bahwa
evakuasi bedah pada hematoma serebeler adalah diindikasikan, bahkan
pada pasien koma dengan bukti-bukti adanya kompresi batang otak.
28
etiologinya tak diketahui. Evakuasi endoskopik diindikasikan pada
beberapa keadaan.
• Status Klinis
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
29
1. Prosedur tindakan khusus pada gangguan hematologi dapat
dilakukan dengan cara Biopsi sumsum tulang, Pungsi
sumsum tulang, Pungsi vena, dan Flebotomi
2. Perdarahan intraserebral nontraumatik terjadi akibat adanya
tekanan intracranial pada otak dan penanganan medikalnya
yaitu mencegah terjadinya perdarahan ulang dan
mengurangi tekanan yang diakibatkan oleh adanya massa
di otak dan tindakan lebih lanjut yaitu dilakukan
pembedahan sesuai prosedur operasional yang harus
dilakukan dengan sangat hati-hati karena langsung
berhubungan dengan saraf.
3.2 Saran
Bagi rekan-rekan mahasiswa nanti dalam melakukan tindakan
pada pasien dengan gangguan haematology agar tetap
melaksanakannya sesuai dengan prosedur yang ada untuk
mencegah kemungkinan yang tidak kita inginkan dan agar kita
juga melakukan tindakan asuhan keperawatan yang sesuai dan
secara profesional.
30
Daftar Pustaka
www.angelfire.com
31