You are on page 1of 11

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

MELALUI PENDEKATAN CTL YANG DIORIENTASIKAN PADA TIPE STAD


DI KELAS VIII.1 SMP NEGERI 1 INDRALAYA SELATAN

Latifawati

Penelitian bertujuan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa


melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang diorientasikan
dengan tipe Student Teams Achievement Division (STAD) serta menganalisis aktivitas
siswa saat diterapkan gabungan pendekatan tersebut. Penelitian menggunakan metode
tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Pengumpulan data menggunakan
teknik tes, observasi, dan angket. Subjek penelitian adalah 36 siswa kelas VIII1 SMP
Negeri 1 Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir tahun pelajaran 2008/2009. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa sebelum dilakukan tindakan, ketuntasan belajar siswa
hanya 19,4% dengan nilai rata-rata 40,42. Siklus I sebesar 47,22% dengan nilai rata-rata
sebesar 64,31, dan siklus II 97,22% dengan nilai rata-rata 80. Dari hasil analisis di atas
juga diperoleh untuk nilai ≥ 65 antara siklus I dan siklus II mengalami kenaikan yaitu
sebesar 50%. Untuk nilai < 65 antara siklus I dan siklus II mengalami penurumnan
sebesar 45%. Aktivitas siswa saat diterapkan pendekatan CTL yang diorientasikan
dengan tipe STAD mengalami peningkatan dari siklus I sampai pada siklus II. Kenaikan
keaktifan siswa 19,5%, kenaikan aktivitas kerjasama siswa naik 0,9%, dan aktivitas
interaksi antarsiswa naik 5,6%.

kata kunci : Contextual Teaching and Learning, Student Teams Achievement Division

1. PENDAHULUAN yang sederhana, menarik, dan gampang


Penyebab rendahnya prestasi dimengerti-- apalagi yang berkaitan
belajar siswa karena kondisi dengan lingkungan siswa (kontekstual).
pembelajaran yang kurang Proses pembelajaran yang disampaikan
memperhatikan pemahaman konsep kepada siswa cenderung dimulai dengan
yang dimiliki oleh siswa. Dalam penyampaian informasi berupa definisi,
penyampaian materi pelajaran, guru pengertian-pengertian suatu objek
terlalu teoritis sehingga siswa tidak abstrak yang dituliskan dalam bentuk
pernah tahu kegunaan belajar. Konsep rumus-rumus, lalu diikuti contoh-contoh
yang seharusnya dikuasai siswa soal, kemudian diakhiri dengan latihan
bergeser hafalan rumus-rumus soal-soal. Hal ini menyebabkan siswa
matematis semata. Sukarnya tidak termotivasi untuk belajar yang
matematika bagi siswa dapat dimaklumi pada akhirnya dapat menurunkan hasil
karena umumnya buku teks matematika belajar siswa.
lebih didominasi hitungan matematis; Demikian halnya pembelajaran
guru kurang bisa menjelaskan materi matematika yang berlangsung di SMP
pembelajaran dengan contoh-contoh Negeri 1 Kecamatan Indralaya Selatan
Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera proses pembelajaran di SMP
Selatan yang selama ini menggunakan Muhammadyah Tanjung Raja
metode pembelajaran konvensional, Kabupaten Ogan Ilir dari tes awal yang
misalnya pemberian tugas, ceramah, dan hanya sebesar 32, naik menjadi 74 pada
latihan. Para siswa kurang diajak belajar siklus I, 68 pada siklus II, dan mencapai
secara kelompok yang biasanya disebut 81 pada siklus III. Jumlah siswa yang
dengan model pembelajaran kooperatif. mendapat nilai  60 terus meningkat,
Siswa menjadi kurang terlatih pada siklus I mencapai 64%, pada siklus
menjawab soal secara bergiliran, soal II mencapai 75%, dan siklus III naik
yang diberikan pun kurang dipahami lagi hingga 93%.
oleh siswa. Hal tersebut berakibat hasil Pada penelitian ini penulis
belajar matematika yang selama ini mengkolaborasikan pendekatan CTL
masih jauh dari harapan. Diketahui dari dengan model pembelajaran tipe STAD.
pelaksanaan ulangan harian pertama, Selain dilhami penelitian Selasih dan
siswa mendapat nilai rata-rata 50,25 dan Dewi, penggabungan ini mencoba
pada ulangan harian kedua hanya 55 inovasi baru dalam perbaikan
(data diperoleh dari guru matematika pembelajaran matematika di kelas.
kelas VIII 1). Untuk itu, dalam penelitian ini
Untuk memperbaiki situasi proses dirumuskan permasalahan 
pembelajaran di atas peneliti ingin 1. Apakah hasil belajar matematika
menerapkan pendekatan Contextual siswa meningkat melalui pendekatan
Teaching and Learning (CTL) dan CTL yang diorientasikan pada tipe
diorientasikan dengan model Student Teams Achievement Division
pembelajaran kooperatif tipe Student (STAD) di kelas VIII1 SMP Negeri 1
Teams Achievement Division (STAD). Indralaya Selatan ?
Kombinasi pendekatan CTL dengan 2. Bagaimana aktivitas siswa saat
model pembelajaran kooperatif ini diterapkan pendekatan CTL yang
diperlukan dengan alasan peneliti ingin diorientasikan dengan tipe STAD di
menguji keberhasilan model kelas VIII1 SMP Negeri 4 Indralaya
pembelajaran yang pernah diterapkan Selatan ?
Selasih (2008) yang membuktikan
proses pendekatan CTL dapat Penelitian bertujuan mengetahui
diterapkan pada siswa kelas V.A SDN peningkatan hasil belajar matematika
95 Palembang berlangsung dengan baik, siswa melalui pendekatan CTL yang
aktivitas yang dilakukan siswa selama diorientasikan dengan tipe Student
proses penerapan pembelajaran rata-rata Teams Achievement Division (STAD)
baik dengan skor 78,29. Hasil tes akhir serta menganalisis aktivitas siswa saat
seluruh siswa rata-rata tercatat 66,58. diterapkan pendekatan CTL yang
Penelitian Dewi (2008) tentang model diorientasikan dengan tipe STAD.
pembelajaran kooperatif tipe STAD
dalam pembelajaran matematika
menyimpulkan penerapan teknik model 2. TINJAUAN PUSTAKA
pembelajaran kooperatif tipe STAD 2.1. Hasil Belajar dan Skala Penilaian
pada pembelajaran matematika dapat Menurut Sudjana (2009:55),
meningkatkan hasil belajar siswa dalam

2
”Hasil belajar adalah suatu akibat dari membuat penilaian dan membuat
proses belajar dengan menggunakan alat laporan, (7) ingat bahwa siswa tidak
pengukuran yaitu berupa tes yang berkembang dalam kecepatan yang
disusun secara terencana, baik tes sama, (8) usahakan mengembangkan
tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.” situasi belajar yang memungkinkan
Sedangkan Nasution (2005:36) setiap anak bekerja dengan
berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuannya masing-masing pada
suatu perubahan pada individu yang tiap pelajaran, dan (9) usahakan untuk
belajar, tidak hanya mengenai melibatkan siswa dalam berbagai
pengetahuan tetapi juga membentuk kegiatan.
kecakapan dan penghayatan dalam diri
pribadi individu yang belajar. Untuk 2.2. Contextual Teaching and
melihat hasil belajar dilakukan suatu Learning (CTL)
penilaian terhadap siswa yang bertujuan Definisi yang mendasar tentang
untuk mengetahui apakah siswa telah pembelajaran kontekstual (Contextual
menguasai suatu materi atau belum. Teaching and Learning) adalah konsep
Penilaian merupakan upaya belajar dimana guru menghadirkan
sistematis yang dikembangkan oleh dunia nyata ke dalam kelas dan
suatu institusi pendidikan yang mendorong siswa membuat hubungan
ditujukan untuk menjamin tercapainya antara pengetahuan yang dimilikinya
kualitas proses pendidikan serta kualitas dengan penerapannya dalam kehidupan
kemampuan siswa sesuai dengan tujuan mereka sehari-hari; sementara siswa
yang telah ditetapkan (Cullen dalam memperoleh pengetahuan dan
Himam, 2004:65). keterampilannya dari konteks yang
Menurut Mulyasa (2004:185), terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari
beberapa hal yang harus dipahami guru proses mengkontruksi sendiri, sebagai
dari siswa agar siswa mendapatkan hasil bekal untuk memcahkan masalah dalam
belajar yang baik antara lain kehidupannya sebagai anggota
kemampuan, potensi, minat, hobi, sikap, masyarakat.
kepribadian, kebiasaan, catatan Ada tujuh indikator pembelajaran
kesehatan, latar belakang keluarga, dan kontekstual sehingga bisa dibedakan
kegiatannya di sekolah. Agar dengan model lainnya, yaitu modeling
implementasi kurikulum berhasil (pemusatan perhatian, motivasi,
dengan baik hendaknya guru kelas penyampaian kompetensi-tujuan,
memperhatikan hal-hal berikut: (1) pengarahan-petunjuk, rambu-rambu,
mengurangi metode ceramah, (2) contoh), questioning (eksplorasi,
memberikaan tugas yang berbeda bagi membimbing, menuntun, mengarahkan,
setiap siswa, (3) mengelompokkan mengembangkan, evaluasi, inkuiri,
siswa berdasarkan kemampuannya, serta generalisasi), learning community
disesuaikan dengan mata pelajaran, (4) (seluruh siswa partisipatif dalam belajar
bahan harus dimodifikasi dan diperkaya, kelompok atau individual, minds-on,
(5) jangan ragu berhubungan dengan hands-on, mencoba, mengerjakan),
spesialis, bila dan siswa yang inquiry (identifikasi, investigasi,
mempunyai kelainan, (6) gunakan hipotesis, konjektur, generalisasi,
prosedur yang bervariasi dalam menemukan), constructivism

3
(membangun pemahaman sendiri, tersebut. Kemudian, seluruh siswa
mengkonstruksi konsep-aturan, analisis- diberi tes tentang materi, pada saat tes
sintesis), reflection (reviu, rangkuman, ini mereka tidak diperbolehkan saling
tindak lanjut), authentic assessment membantu (Trianto, 2007:52). Lebih
(penilaian selama proses dan sesudah lanjut Slavin mengemukakan bahwa
pembelajaran, penilaian terhadap setiap pembelajaran kooperatif tipe STAD
aktvitas-usaha siswa, penilaian biasanya digunakan untuk penguatan
portofolio, penilaian seobjektif- pemahaman materi.
objektifnya dari berbagai aspek dengan Tim Kelompok STAD merupakan
berbagai cara). jenis pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana, di mana siswa
2.3. Model Pembelajaran Kooperatif dikelompokkan menjadi beberapa
Tipe STAD kelompok dengan anggota 4-5 orang,
Menurut Suherman (2007:5) dan setiap kelompok haruslah
model pembelajaran koperatif heterogen. Guru menyajikan pelajaran,
merupakan kegiatan pembelajaran dan kemudian siswa bekerja di dalam
dengan cara berkelompok untuk tim mereka untuk memastikan bahwa
bekerjasama saling membantu seluruh anggota tim telah menguasai
mengkontruksi konsep, menyelesaikan pelajaran tersebut. Akhirya seluruh
persoalan, atau inkuiri. Menurut teori siswa dikenai kuis tentang materi itu
dan pengalaman agar kelompok kohesif dan pada saat kuis ini mereka tidak
(kompak-partisipatif), tiap anggota boleh saling membantu. Skor yang
kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa didapat hingga mencapai kriteria
heterogen (kemampuan, gender, tertentu dapat diberi sertifikat atau
karekter), ada control dan fasilitasi, dan penghargaan yang lain (Hadi, 2007:1).
meminta tanggung jawab hasil
kelompok berupa laporan atau 2.4. Kolaborasi Pendekatan CTL dan
presentasi. Santoso (2003:5) STAD
menyatakan bahwa pembelajaran Sebagai inovasi guru dalam proses
kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, pembelajaran maka kombinasi
tujuan, dan penghargaan kooperatif. pendekatan CTL dengan pembelajaran
Sementara Lie (2002:30) kooperatif tipe STAD dapat dilakukan
mengemukakan pembelajaran dengan langkah-langkah berikut ini:
kooperatif menitikberatkan pada gotong a. Guru menyampaikan materi
royong dan kerja sama kelompok. pembelajaran atau permasalahan
Pembelajaran kooperatif tipe kepada siswa sesuai kompetensi
STAD dikembangkan oleh Slavin dasar yang akan dicapai, yaitu kubus
(2005:45) bahwa siswa ditempatkan dan balok.
dalam tim belajar beranggotakan 4-5 b. Persiapan materi yang ada
orang yang merupakan campuran hubungannya dengan kehidupan
menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, nyata siswa (kontekstual), misalnya
dan suku. Guru menyajikan pelajaran, gambar semangka yang dijual di
kemudian siswa bekerja dalam tim pasar dapat digunakan untuk
mereka mamastikan bahwa seluruh memulai pembelajaran kubus.
anggota tim telah menguasai pelajaran Beberapa soal kontekstual misalnya

4
bentuk kubus semangka, seperti kehidupan nyata siswa juga digunakan
terlihat pada gambar di bawah ini. untuk melatih kooperatif. Guru memberi
bantuan dengan memperjelas perintah,
mengulang konsep dan menjawab
pertanyaan.
e. Evaluasi
Dilakukan selama 45 - 60 menit
secara mandiri untuk menunjukkan apa
yang telah siswa pelajari selama bekerja
dalam kelompok. Hasil evaluasi
digunakan sebagai nilai perkembangan
individu dan disumbangkan sebagai
nilai perkembangan kelompok.
Gambar 1. Contoh Soal Kontekstual f. Penghargaan kelompok
Dari hasil nilai perkembangan,
Sebelum menyajikan guru harus maka penghargaan pada prestasi
mempersiapkan lembar kegiatan dan kelompok diberikan dalam tingkatan
lembar jawaban yang akan dipelajarai penghargaan seperti kelompok baik,
siswa dalam kelompok-kelompok sedang, dan rendah. Langkah pertama
kooperatif. Kemudian menetapkan sebelum memberikan penghargaan
siswa dalam kelompok heterogen kelompok adalah menghitung rerata
dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang, skor kelompok. Untuk memilih rerata
aturan heterogenitas. Cara pembentukan skor kelompok dilakukan dengan cara
kelompok dilakukan sebagai berikut: menjumlahkan skor yang diperoleh oleh
1) Mengurutkan hasil belajar siswa masing-masing anggota kelompok
berdasarkan nilai tes awal siswa, dibagi dengan banyaknya anggota
dari nilai nilai terendah sampai kelompok. Pemberian penghargaan
tertinggi. didasarkan atas rata-rata poin yang
2) Mengelompokkan nilai siswa ke didapat oleh kelompok tersebut.
dalam enam interval, 0–16, 17–33, g. Perhitungan ulang skor awal dan
34–50, 51– 67, 68 – 84, 85–100. pengubahan kelompok.
3) Masing-masing nilai siswa Satu periode penilaian (3–4
diambil perwakilan satu setiap minggu) dilakukan perhitungan ulang
interval dan dikelompokkan dalam skor evaluasi sebagai skor awal siswa
kelompok 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.. yang baru. Kemudian dilakukan
c. Penyajian materi pelajaran (materi perubahan kelompok agar siswa dapat
dikaitkan dengan contoh kehidupan bekerja dengan teman yang lain.
nyata siswa), serta ditekankan pada
Pendahuluan, Pengembangan, dan 3. HASIL PENELITIAN DAN
Praktik terkendali. PEMBAHASAN
d. Kegiatan kelompok 3.1. Hasil Belajar Siswa Sebelum
Guru membagikan LKS kepada Penelitian
setiap kelompok sebagai bahan yang Sebelum dilakukan penelitian,
akan dipelajari siswa. Isi LKS selain peneliti memberikan tes awal kepada
materi pelajaran yang dikaitkan dengan siswa. Diberikannya tes awal ini untuk

5
mengukur kemampuan siswa sebelum Tabel 1
siswa diberi tindakan pendekatan CTL Ditribusi Hasil Belajar Siklus I
yang diorientasikan dengan model Nilai Frekuensi %
%
pembelajaran STAD. Hasil tes awal Kumulatif
siswa sebelum dilakukan tindakan 80,00 6 16,7 16,7
70,00 9 25,0 41,7
diperoleh nilai tertinggi 80 ada 1 orang,
65,00 2 5,6 47,2
siswa yang memperoleh nilai terendah 60,00 12 33,3 80,6
yakni nilai 10 ada 1 orang. Dari data 55,00 3 8,3 88,9
tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai 50,00 2 5,6 94,4
siswa berada pada rentangan 10 – 80. 45,00 2 5,6 100,0
Kemudian, siswa yang mengalami Total 36 100,0
ketuntasan belajar dengan nilai ≥ 65 Hasil belajar siswa belum tuntas
ada 7 orang atau 19,4%, sedangkan dalam penguasaan soal materi
siswa yang memperoleh nilai di bawah pembelajaran. Jadi, tindakan yang
65 sebanyak 29 orang atau 80,6%. dilakukan pada siklus I ini perlu
3.2. Siklus I perbaikan pada siklus selanjutnya. Hasil
Perencanaan merupakan tahap pengamatan penelitian selama siklus I
awal sebelum melaksanakan tindakan. adalah sebagai berikut.
Pada tahap perencanaan ini peneliti 1. Sebanyak 28 siswa (77,7%)
melakukan kegiatan persiapan. memberikan pendapat selama proses
Pelaksanaan pembelajaran siklus I pada pembelajaran, 18 siswa (50%) siswa
tanggal 3 April 2009. Waktu mencatat hasil kerja kelompok, dan
pelaksanaan pembelajaran 2 x 40 menit. 29 siswa (80,5%) siswa mengerjakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, tugas pada LKS. Dari data tersebut
peneliti memberi pertanyaan-pertanyaan diketahui rata-rata keaktifan visual
untuk mengetahui sejauh mana siswa pada siklus I sebesar 69,4%
pengetahuan disamping membangkitkan (aktif).
kreativitas siswa dalam mengungkapkan 2. Sebanyak 36 siswa (100%) selalu
pendapat serta apa yang diketahui bersama dalam kelompok, sebanyak
tentang materi pembelajaran. 29 siswa (80,5%) siswa berbagi tugas
Setelah memberikan kesempatan dalam kelompok, dan hanya 5 siswa
untuk bertanya dan siswa mendapat (97,2%) bekerja-sama membahas
pemahaman, peneliti memberikan soal soal. Dari data tersebut diketahui
dalam bentuk LKS untuk dikerjakan rata-rata aktivitas kerjasama siswa
secara kelompok dengan anggota 4–5 pada siklus I sebesar 92,6% (sangat
orang. Setelah selesai dikerjakan, aktif).
peneliti menunjuk siswa menuliskan 3. Sebanyak 36 siswa (100%)
hasil kerja kelompok mereka di depan mendengar dan memperhatikan
kelas. Sebelum kegiatan pembelajaran pendapat kelompok / teman saat
tes siklus I berakhir, peneliti jalannya diskusi, sebanyak 36 siswa
memberikan 5 butir soal dengan alokasi (100%) diam atau tidak ribut dalam
waktu 15 menit untuk mengukur kelas, sebanyak 36 siswa (100%)
keberhasilan tindakan yang gambaran mengajak kelompok lain berdiskusi,
hasilnya sebagai berikut. sebanyak 22 siswa (87%). Dari data
tersebut diketahui rata-rata aktivitas

6
interaksi antar siswa pada siklus I Pelaksanaan pembelajaran siklus II pada
sebesar 87% (sangat aktif). tanggal 14 April 2009. Waktu
4. Sebanyak 21 siswa (58,3%) mampu pelaksanaan pembelajaran 2 x 40 menit.
menjawab pertanyaan kelompok lain, Pada tahap pelaksanaan tindakan,
menghargai pendapat kelompok lain, peneliti memberi pertanyaan-pertanyaan
sebanyak 36 siswa (100%) untuk mengetahui sejauh mana
menghargai pendapat kelompok lain, pengetahuan disamping membangkitkan
sebanyak 28 siswa (77,7%) kreativitas siswa dalam mengungkapkan
memberikan masukan dan saran. Dari pendapat serta apa yang diketahui
data tersebut diketahui rata-rata tentang materi pembelajaran.
aktivitas emosional siswa pada siklus Setelah masing-masing kelompok
I sebesar 78,7% (aktif). mendiskusikan kegiatan di atas, masing-
Berdasarkan hasil pelaksanaan masing anggota kelompok berusaha
dan pengamatan pada siklus I ditemukan untuk menjawab soal berdasarkan
kegagalan yaitu: pertanyaan hasil diskusi kelompok yang
1. Dilihat dari perolehan nilai tes, siswa jawabannya dibuat secara individu
yang mencapai ketuntasan belajar Setelah memberikan kesempatan untuk
atau memperoleh nilai ≥ 65 adalah bertanya dan siswa mendapat
17 orang (47,2%), siswa yang pemahaman, diberikan soal LKS untuk
memperoleh di bawah ketuntasan dikerjakan secara kelompok dengan
belajar atau memperoleh nilai < 65 anggota 4–5 orang serta kuis sebagai
adalah 19 siswa (52,8%). Dengan pendalaman materi pembelajaran.
demikian siswa yang belum Setelah selesai dikerjakan, peneliti
mencapai ketuntasan belajar masih menunjuk siswa menuliskan hasil kerja
cukup tinggi yakni mencapai kelompok mereka di depan kelas.
52,78%. Sebelum kegiatan pembelajaran
2. Dilihat dari keaktifan mencatat berakhir, peneliti memberikan soal-soal
materi yang diberikan, siswa yang latihan (evaluasi 2) yang harus
tidak aktif mencatat ada 18 orang (50 dikerjakan siswa yang gambaran
%) dari 36 siswa. hasilnya sebagai berikut.
3. Dilihat dari keaktifan siswa Tabel 2
menjawab pertanyaan kelompok lain, Ditribusi Hasil Belajar Siklus II
siswa yang tidak aktif ada 15 siswa Nilai Frekuensi %
%
(41,7%) dari 36 siswa. Kumulatif
100,00 3 8,3 8,3
90,00 6 16,7 25,0
3.3. Siklus II 85,00 5 13,9 38,9
Pelaksanaan penelitian pada siklus 80,00 7 19,4 58,3
II merupakan langkah perbaikan 75,00 6 16,7 75,0
pembelajaran dari apa yang telah 70,00 5 13,9 88,9
dilakukan pada siklus I yaitu ingin 65,00 3 8,3 97,2
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas 60,00 1 2,8 100,0
Total 36 100,0
siswa. Perencanaan merupakan tahap
awal sebelum melaksanakan tindakan.
Pada tahap perencanaan ini peneliti Dari data hasil belajar siklus II
melakukan kegiatan persiapan. jumlah sebanyak 35 siswa yang tuntas

7
belajarnya (97,2%) atau lebih dari 85% menjawab pertanyaan kelompok lain
dari jumlah keseluruhan siswa. Hal ini sebanyak 21 orang atau 58,3%, siswa
menunjukan pemberian tindakan pada menghargai pendapat kelompok lain
siklus II telah berhasil dan tidak perlu sebanyak 33 orang atau 91,6%, dan
diadakan perbaikan. Hasil pengamatan siswa memberikan masukan dan
penelitian selama siklus II adalah saran sebanyak 24 orang atau 66,6%.
sebagai berikut. Dari data tersebut rata-rata aktivitas
1. Dari 36 siswa, yang memberikan emosional siswa pada siklus I
pendapat selama proses pembelajaran diketahui 72,2% atau tergolong aktif.
sebanyak 26 orang atau 72,2%, siswa Berdasarkan hasil pelaksanaan
mencatat hasil kerja kelompok dan pengamatan pada siklus II dilihat
sebanyak 34 orang atau 94,4%, dan adanya peningkatan bila dibadingkan
siswa mengerjakan tugas pada LKS dengan siklus I yaitu :
sebanyak 36 orang atau 100%. Dari a. Dilihat dari distribusi frekuensi
data tersebut rata-rata keaktifan perolehan nilai adanya peningkatan
visual siswa pada siklus I diketahui peningkatan yaitu nilai 65 – 100
88,9% atau tergolong sangat aktif. sebanyak 35 siswa dari 36 siswa
2. Aktivitas kerjasama dari 36 siswa (97,22%)
dapat dijelaskan siswa selalu bersama b. Dilihat dari keaktifan siswa dalam
dalam kelompok sebanyak 35 orang belajar kelompok, siswa yang tidak
atau 97,2%, siswa berbagi tugas aktif tidak ada.
dalam kelompok sebanyak 34 orang Meskipun nilai siswa pada siklus I
atau 94,4%, dan siswa bekerjasama ke siklus II ada yang mengalami
membahas soal sebanyak 32 orang peningkatan dan ada yang mengalami
atau 88,8%. Dari data tersebut rata- penurunan tetapi semua sudah mencapai
rata aktivitas kerjasama siswa pada ketuntasan belajar di atas 65. Dengan
siklus I diketahui 93,5 atau tergolong demikian pelaksanaan siklus II
sangat aktif. dikatakan berhasil.
3. Aktivitas interaksi antarsiswa dari 36
siswa dapat dijelaskan siswa 3.4. Pembahasan
mendengar dan memperhatikan Penghitungan kenaikan
pendapat kelompok/teman pada saat keberhasilan secara keseluruhan
jalannya diskusi sebanyak 28 orang diperoleh dari rata-rata setelah diadakan
atau 77,7%, siswa diam atau tidak PTK atau siklus II dikurangi rata-rata
ribut dalam kelas sebanyak 36 orang sebelum diadakan PTK. Dengan analisa
atau 100%, dan siswa mengajak = 80,00 – 40,42 = 39,58.
kelompok lain untuk berdiskusi
sebanyak 27 orang atau 75%. Dari Tabel 3
data tersebut rata-rata aktivitas Data Hasil Kenaikan Nilai Ulangan
interaksi antarsiswa pada siklus I Secara Keseluruhan
diketahui 84,2% atau tergolong Uraian
Pra Siklus Siklus Kena-
sangat aktif. PTK I II ikan
4. Aktivitas emosional siswa dalam Rerata nilai 40,42 64,31 80,00 39,58
ulangan harian
mengemukakan pendapat, dari 36
siswa dapat dijelaskan siswa mampu

8
Hasil analisa dari distribusi siswa dinyatakan sangat aktif mengikuti
frekuensi perolehan nilai dari proses pembelajaran.
keseluruhan siklus sebagai berikut. Melalui pendekatan CTL yang
TABEL 4 diorientasikan dengan pembelajaran
DATA HASIL DISTRIBUSI kooperatif tipe STAD ini terlihat adanya
FREKUENSI PEROLEHAN NILAI peningkatan hasil belajar siswa dan
DARI SIKLUS I DAN SIKLUS II peningkatan aktivitas siswa yang sangat
No. Uraian
Pra Siklus Siklus signifikan. Hasil temuan lapangan
PTK I II menunjukkan guru tidak dianggap sosok
1. Nilai ≥ 65 7 17 35 yang menakutkan tetapi sebagai
2. Nilai < 65 29 19 1 fasilitator dan mitra untuk berbagi
Jumlah 36 36 36 pengalaman sesuai dengan konsep
creatif learning yaitu melalui
Hasil analisa dari keaktifan pembelajaran kooperatif serta creativity
siswa dari keseluruhan siklus dapat and diversity sangat menunjol dalam
dilihat pada tabel berikut ini. model pembelajaran ini. Dengan
Tabel 5 memadukan pendekatan CTL dengan
Data Hasil Pengamatan Aktivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD
Siswa Secara Keseluruhan guru hanya mengarahkan strategi yang
Aktivitas
Siklus Siklus Kete- efektif dan efisien yaitu belajar
I II rangan bagaimana cara belajar (learning how to
Keaktifan 69,4% 88,9% Naik learn). Dalam metode learning how to
(aktivitas visual) 19,5%
learn guru hanya sebagai guide
Kerjasama 92,6% 93,5% Naik
(aktivitas oral) 0,9%
(pemberi arah/petunjuk) untuk
membantu siswa jika menemukan
Interaksi antar 87,0% 92,6% Naik
siswa (aktivitas 5,6% kesulitan dalam mempelajari dan
mental) menyelesaikan masalah.
Aktivitas 78,7% 72,2% Turun Pada akhir siklus II peneliti
mengemukakan 6,5% menyebarkan angket kepada siswa.
pendapat Sebaran hasilnya sebagai berikut.
(aktivitas
Sebanyak 32 siswa (89%) menyenangi
emosional)
proses pembelajaran yang diberikan
guru, sedangkan ada 4 orang siswa
Ditinjau dari hasil pengamatan
(11,1%) tidak menyenangi. Sebanyak 34
terhadap aktivitas siswa dalam proses
siswa (94%) memahami dengan mudah
pembelajaran juga mengalami kenaikan.
materi materi yang disampaikan guru,
Aktivitas keaktifan siswa naik 19,5%,
yang menyatakan masih sulit
aktivitas kerjasama siswa naik 0,9% dan
memahami materi pelajaran ada 2 orang
aktivitas interaksi antarsiswa naik 5,6%.
(5,6%). Sebanyak 33 siswa (92%)
Hanya aktivitas mengemukakan
mengaku sangat mudah memahami
pendapat (aktivitas emosional)
contoh-contoh yang diberikan guru,
mengalami penurunan sebesar 6,5%.
hanya 3 orang (8,3%) yang “Tidak.”
Secara keseluruhan aktivitas siswa pada
Sebanyak 34 siswa (94%) siswa
siklus kedua mengalami kenaikan dan
menyukai kegiatan yang dilakukan guru
selama berlangsungnya proses

9
pembelajaran, dan 2 orang (5,6%) sampai pada siklus II. Kenaikan
menjawab “Tidak”. Sebagian besar keaktifan siswa 19,5%.
siswa (32 orang, atau 88,9%) dapat
mengikuti kegiatan dengan baik tanpa 4.2. Saran
kendala. sedangkan 4 orang (11,1%) Dari simpulan di atas penulis
tidak bisa mengikuti dengan baik. memberikan saran sebagai berikut :
Sebanyak 32 siswa (89,9%) tidak 1. Guru mata pelajaran Matematika
mengalami kesulitan dalam memberikan kiranya dapat menerapkan
contoh benda atau bangun sisi luar sisi pendekatan CTL yang diorientasikan
datar yang ada di sekitar mereka, dan dengan tipe Student Teams
hanya 4 orang (11,1%) yang menemui Achievement Division (STAD)
kesulitan. sebagai pilihan alternatif dalam
Dari keseluruhan proses meningkatkan hasil belajar siswa.
pembelajaran yang dilakukan guru 2. Kepada para mahasiswa atau calon
dengan menerapkan pendekatan CTL guru dapat menjadikan hasil
yang diorientasikan dengan penelitian sebagai acuan dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD melaksanakan tugas mengajar.
diketahui hasilnya 55,6% sangat baik, 3. Kepada para peneliti lain, kiranya
22,2% baik, 11,1% cukup baik, 8,3% dapat memodifikasi kembali
kurang baik, dan 2,8% sangat tidak baik. pelaksanaan penelitian tindakan kelas
misalnya dengan menambah variabel
motivasi belajar siswa.
4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
Hasil penelitian ini telah DAFTAR PUSTAKA
menjawab dua permasalahan yang
terdapat pada bab 1. Dari hasil analisis Hadi, Nur. 2007. Pembelajaran Kontekstual
data dan pembahasan dapat disimpulkan dan Penerapannya dalam Kurikulum
sebagai berikut: Berbasis Kompetensi.
1. Peningkatan hasil belajar matematika http://muhlis.files.wordpress.com.
siswa melalui pendekatan CTL yang Diakses pada tanggal 10 April 2008.
diorientasikan dengan tipe Student Himam, Fathul. 2004. Peningkatan
Teams Achievement Division (STAD) Pemahaman Siswa pada Mata
di kelas VIII1 SMP Negeri 1 Pelajaran PKn Melalui Pembelajaran
Indralaya Selatan. Ada peningkatan Kooperatif Tipe STAD Materi Sistem
dari siklus ke siklus, hal ini dilihat Hukum Nasional di Kelas Xa SMA
Negeri 2 Pontianak (makalah hasil
dari hasil belajar siswa dengan nilai penelitian, tidak dipublikasikan).
rata-rata 75,16. www.sman2-pontianak.sch.id. Diakses
2. Aktivitas siswa saat diterapkan tanggal 28 Oktober 2008.
pendekatan CTL yang diorientasikan
dengan tipe STAD di kelas VIII1 Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning :
Mempraktikkan Cooperative Learning
SMP Negeri 4 Indralaya Selatan di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT.
mengalami peningkatan selama Grasindo.
dilakukan penelitian dari siklus I
Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis

10
Kompetensi. Konsep, Karakteristik Rosdakarya..
dan Implementasi. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya. Suherman, H. Herman. 2007. Model Belajar
Nasution, Noehi. 2005. Penilaian Hasil dan Pembelajaran Berorientasi
Belajar. Jakarta : Universitas Terbuka. Kompetensi Siswa.
http://pkab.wordpress-com. Diakses pada
Santoso, Leonita. 2003. Pembelajaran tanggal 12 April 2008.
Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Theory, Research and Practice, Second Jakarta : Prestasi Pustaka.
Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses


Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Remaja

11

You might also like