Professional Documents
Culture Documents
PERT-9
A. Latar Belakang dan Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan
1. Latar Belakang
Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan,
kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era
pengisian kemerdekaan menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan zamannya.
Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi oleh bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan
nilainilai perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai-nilai ini dilandasi
oleh jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan. Kesemuanya itu tumbuh menjadi kekuatan yang mampu
mendorong proses terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam wadah Nusantara.
Nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia dalam Perjuangan Fisik merebut, mempertahankan, dan
mengisi kemerdekaan telah mengalami pasang surut sesuai dengan dinamika kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Semangat perjuangan bangsa telah mengalami penurunan pada titik yang
kritis. Hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh globalisasi.
Globalisasi ditandai oleh kuatnya pengaruh lembaga-lembaga kemasyarakatan internasional, negara-
negara maju yang ikut mengatur percaturan perpolitikan, perekonomian, sosial budaya serta pertahanan,
dan keamanan global. Kondisi ini akan menumbuhkan berbagai konflik kepentingan, baik antara negara.
maju dan negara berkembang, antara negara berkembang dan lembaga internasional, maupun
antarnegara berkembang. Di samping itu, isu global yang meliputi demokratisasi, hak asasi manusia, dan
lingkungan hidup turut pula mempengaruhi keadaan nasional.
Globalisasi yang juga ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
khususnya di bidang informasi, komunikasi, dan transportasi, membuat dunia menjadi transparan
seolaholah menjadi sebuah kampung tanpa mengenal batas negara. Kondisi ini menciptakan struktur
baru, yaitu struktur global. Kondisi ini akan mempengaruhi struktur dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara di Indonesia, serta akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan
masyarakat Indonesia. Pada akhirnya, kondisi tersebut akan mempengaruhi kondisi mental spiritual
bangsa Indonesia.
Semangat perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan mental spiritual telah melahirkan kekuatan
yang luar biasa dalam masa perjuangan fisik. Sedangkan dalam menghadapi globalisasi dan menatap
masa depan untuk mengisi kemerdekaan, kita memerlukan perjuangan non fisik sesuai dengan bidang
profesi masing-masing, yang dilandasi oleh nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia, sehingga. kita tetap
memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan perilaku yang cinta tanah air, dan mengutamakan
persatuan serta kesatuan bangsa dalam rangka bela negara demi tetap utuh dan tegaknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Perjuangan non fisik sesuai bidang profesi masing-masing tersebut memerlukan sarana kegiatan
pendidikan bagi setiap warga negara Indonesia pada umumnya dan mahasiswa sebagai calon
cendekiawan pada khususnya, yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
B. Hak dan kewajiban warga negara dan penduduk menurut uud’1945 hasil
amandemen
Pasal 26
(1) Yang menjadi warga. negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga. negara.
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. (A-2)
(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang. (A-2)
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. (A-2)
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan. dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang.
(2) Setiap orang. berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (A-2)
Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum. yang adil serta
perlakuan yang sama dihadapan hukum. (A-2)
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak. dalam
hubungan kerja.(A-2)
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. (A-2)
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.(A-2)
Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan. dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
Negara dan meninggalkan serta. berhak kembali.(A-2)
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai
dengan hati-nuraninya.(A-2)
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.(A-2)
Pasa1 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi
dan. lingkungan sosialnya, serta berhak. untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan. informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.(A-2)
Pasal 28G
(1) Setiap, orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda
yang di bawa kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan ancaman ketakutan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu merupakan hak asasi. (A-2)
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat
manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.(A-2)
Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup, sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. (A-2)
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan
manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. (A-2)
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat.(A-2)
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih
secara sewenang-wenang oleh siapa pun (A-2)
Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama,
hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk
tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun.(A-2)
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. (A-2)
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan
peradaban. (A-2)
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab
negara, terutama pemerintah. (A-2)
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang
demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan. (A-,2)
Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (A-2)
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang, wajib tunduk kepada. pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil. sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilal agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. (A-2)
BAB XI Agama
Pasal 29
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu.
PERT-10
PPBN, HAM DAN DEMOKRASI
Perkembangan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
A. Pengertian - Pengertian
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) adalah pendidikan dasar bela negara guna menumbuhkan
kecintaan kepada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, keyakinan akan kebenaran
Pancasila sebagai ideologi negara, kerelaan berkorban untuk negara, serta memberikan awal bela negara.
Bela Negara adalah tekad, sikap dan tindakan yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang
dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia serta keyakinan
akan kebenaran Pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan berkorban guna meniadakan setiap
ancaman, baik dari luar maupun dari dalam negeri, yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan
negara, kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional serta nilai – nilai
Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.
Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan,
yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional, di dalam menghadapi dan
mengatasi segala ancaman, baik dari luar maupun dari dalam negeri dalam bentuk apapun, yang
langsung maupun tidak langsung membahayakan identitas, keutuhan kelangsungan hidup bangsa dan
negara serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan nasionalnya.
Disiplin nasional adalah sikap mental yang mengandung kepatuhan total terhadap moral pembangunan
yang dijiwai oleh ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menyatu dalam kehidupan setiap warga
negara Indonesia dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional
Berbagai akftifitas positif warga negara dalam menjalankan roda kehidupan masyarakat merupakan implementasi riil bela
negara
2. Demokrasi
a. Konsep Demokrasi
Definisi demokrasi adalah sebuah bentuk kekuasaan (kratein) dari/ oleh/ untuk rakyat (demos). Menurut
konsep demokrasi, kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintahan, sedangkan rakyat beserta
warga masyarakat didefinisikan sebagai warga negara. Kenyataannya, baik dari segi konsep maupun
praktek, demos menyiratkan makna diskriminatif. Demos bukanlah rakyat keseluruhan, tetapi hanya
populus tertentu, yaitu mereka yang berdasarkan tradisi atau kesepakatan formal mengontrol akses ke
sumber-sumber kekusaan dan bisa mengklaim kepemilikan atas hak-hak prerogratif dalam proses
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan urusan publik atau pemerintahan.
Dalam perkembangan zaman modern, ketika kehidupan memasuki skala luas, tidak lagi berformat lokal,
dan demokrasi tidak mungkin lagi direalisasikan dalam wujud partisipasi langsung, masalah
diskriminasi dalam kegiatan politik tetap berlangsung meskipun prakteknya berbeda dari pengalaman
yang terjadi di masa Yunani kuno. Tidak semua warga negara dapat langsung terlibat dalam perwakilan.
Hanya mereka yang karena sebab tertentu seperti kemampuan membangun pengaruh dan menguasai
suara politik yang terpilih sebagai wakil. Sementara sebagian besar rakyat hanya dapat puas jika
kepentingannya terwakili. Mereka tak memiliki kemampuan dan kesempatan yang sama untuk
mengefektifkan hak-hak mereka sebagai warga negara.
PERT 11
WAWASAN NUSANTARA
A. Latar Belakang wawasan suatu bangsa
Allah berfirman ‘Sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang
wanita, dan Kami menjadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, untuk saling mengenal’.
Dari firman ini dapat dipahami bahwa Tuhan menciptakan manusia beraneka ragam. Keaneka
ragaman tersebut menimbulkan perbedaan pendapat, kehidupan, kepercayaan dalam hubungan dengan
penciptanya dan melaksanakan hubungan dengan sesamanya, dan dalam cara melihat serta memahami
sesuatu. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keanekaragaman tersebut memerlukan perekat agar
bangsa yang bersangkutan dapat bersatu memelihara keutuhan negaranya.
Pemerintah dan rakyat memerlukan suatu konsepsi berupa wawasan nasional untuk
menyelenggarakan kehidupannya. Wawasan ini dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan hidup,
keutuhan wilayah serta jati diri bangsa.srta harus mampu memberi inspirasi pada suatu bangsa dalam
menghadapi berbagai hambatan dan tantangan yang ditimbulkan oleh lingkungan strategis dan dalam.
mengejar kejayaannya.
Dalam mewujudkan aspirasi dan perjuangan, satu bangsa perlu memperhatikan tiga faktor utama
yaitu pertama bumi atau ruang di mana bangsa itu hidup, kedua jiwa, tekad. dan semangat manusianya
atau rakyatnya, dan ketiga lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, wawasan nasional adalah cara
pandang suatu bangsa yang telah menegara tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang
serba terhubung (melalui interaksi dan interrelasi) dan dalam pembangunannya di lingkungan nasional,
regional, serta global.
Bangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi Pancasila menganut paham tentang perang dan
damai: "Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta. kemerdekaan." Wawasan nasional bangsa
Indonesia tidak mengembangkan ajaran tentang kekuasaan dan adu kekuatan, karena hal tersebut
mengandung benih-benih persengketaan dan ekspansionisme. Ajaran wawasan nasional bangsa
Indonesia menyatakan bahwa: ideologi digunakan sebagai landasan idiil dalam menentukan politik
nasional, dihadapkan pada kondisi dan konstelasi geografi Indonesia dengan segala aspek kehidupan
nasionalnya. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia dapat menjamin kepentingan bangsa dan
negaranya di tengah-tengah perkembangan dunia.
2. Geopolitik Indonesia
Pemahaman tentang kekuatan dan kekuasaan yang dikembangkan di Indonesia didasarkan pada
pemahaman tentang paham perang dan damai serta disesuaikan dengan kondisi dan konstelasi geografi
Indonesia. Sedangkan pemahaman tentang negara Indonesia menganut paham negara kepulauan, yaitu
paham yang dikembangkan dari asas archipelago yang memang berbeda dengan pemahaman
archipelago di negara-negara Barat pada umumnya. Perbedaan yang esensial dari pemahaman ini adalah
bahwa menurut paham Barat, laut berperan sebagai "pemisah" pulau, sedangkan menurut paham
Indonesia laut adalah "penghubung" sehingga wilayah negara menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai
"Tanah Air" dan disebut Negara Kepulauan.
PERT 12
A. Pengertian Wawasan Nusantara
1. Pengertian Wawasan Nusantara berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun
1993 dan 1998 tentang GBHN adalah sebagai berikut ‘Wawasan Nusantara yang merupakan
wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD 1945 adalah cara pandang
dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional
2. Pengertian Wawasan Nusantara menurut Prof DR. Wan Usman (Ketua Program S-2 PKN-UI) adalah
‘Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai
negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.
3. Pengertian Wawasan Nusantara, menurut Kelompok Kerja Wawasan Nusantara, yang diusulkan
menjadi Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan dibuat di Lemhannas tahun 1999 adalah
sebagai berikut "Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang
serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kebidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
untuk mencapai tujuan nasional’
B. Yurisdiksi Nusantara
Batas wilayah nusantara berada pada :
Utara 06.08 LU
Selatan 11.15 LS
Barat 94.45 BT
Timur 141.05 BT
Utara-Selatan 1.888 km
Barat-timur 5.110 km
Terdiri dari 17.508 pulau, 65 % wilayah laut dan 35% wilayah darat.
C. Unsur Dasar Konsepsi Wawasan Nusantara
Konsepsi Wawasan Nusantara terdiri dari tiga unsur dasar yaitu wadah (contour), isi (content), dan tata
laku (conduct).
1. Wadah (Contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara meliputi seluruh wilayah Indonesia
yang memiliki kekayaan alam dan penduduk dengan aneka ragam budaya. Setelah menegara dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia, bangsa Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang
merupakan wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud suprastruktur politik. Sementara itu,
wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah berbagai lembaga dalam wujud infrastruktur politik.
2. Isi (Content)
Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan citacita serta tujuan nasional yang
terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai aspirasi yang berkembang di masyarakat
maupun cita-cita dan tujuan nasional seperti tersebut di atas, bangsa Indonesia harus mampu
menciptakan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan dalam kehidupan nasional. Isi menyangkut
dua hal yang esensial, yaitu:
a. Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama serta pencapaian cita-cita dan tujuan
nasional.
b. Persatuan dan kesatuan dalam kebinekaan yang meliputi semua aspek kehidupan nasional.
3. Tata laku (Conduct)
Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan isi, yang terdiri dari tata laku batiniah dan
lahiriah. Tata laku batiniah mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas yang baik dari bangsa
Indonesia, sedangkan tata laku lahiriah tercermin dalam tindakan, perbuatan, dan perilaku dari
bangsa Indonesia. Kedua hal tersebut akan mencerminkan identitas jati diri atau kepribadian bangsa
Indonesia berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta kepada
bangsa dan tanah air sehingga menimbuhkan nasionalisme yang tinggi dalam semua aspek
kehidupan nasional.
D. Hakikat Wawasan Nusantara
Hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan nusantara, dalam pengertian cara pandang yang selalu
utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara demi kepentingan nasional. Hal tersebut berarti bahwa
setiap warga bangsa dan aparatur negara harus berpikir, bersikap, dan bertindak secara utuh
menyeluruh demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Demikian juga produk yang dihasilkan
oleh lembaga negara harus dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia, tanpa
menghilangkan kepentingan lainnya, seperti kepentingan daerah, golongan, dan orang per orang.
E. Asas Wawasan Nusantara
Asas Wawasan Nusantara merupakan ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah dasar yang harus dipatuhi,
ditaati, dipelihara, dan diciptakan demi tetap taat dan setianya komponen pembentuk bangsa Indonesia
(suku bangsa atau golongan) terhadap kesepakatan bersama. Harus disadari bahwa jika asas wawasan
nusantara diabaikan, komponen pembentuk kesepakatan bersama akan melanggar kesepakatan bersama
tersebut, yang berarti bahwa tercerai berainya bangsa dan negara Indonesia. Asas Wawasan Nusantara
terdiri dari: kepentingan yang sama, tujuan yang sama, keadilan, kejujuran, solidaritas, kerjasama, dan
kesetiaan terhadap ikrar atau kesepakatan bersama demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan dalam
kebhinekaan. Adapun rincian dari asas tersebut berupa:
a). Kepentingan yang sama,
b). Keadilan, yang berarti kesesuaian pembagian hasil dengan andil, jerih payah usaha, dan kegiatan
baik orang perorangan,, golongan, kelompok, maupun daerah,
c). Kejujuran, yang berarti keberanian berpikir, berkata, dan bertindak sesuai realita serta ketentuan yang
benar biarpun realita atau ketentuan itu pahit dan kurang enak didengarnya. Demi kebenaran dan
kemajuan bangsa dan negara, hal ini harus dilakukan.
d). Solidaritas, yang berarti diperlukannya rasa setia kawan, mau memberi dan berkorban bagi orang lain
tanpa meninggalkan ciri dan karakter budaya masing-masing.
e). Kerja sama berarti adanya koordinasi, saling pengertian yang didasarkan atas kesetaraan sehingga
kerja kelompok, baik kelompok yang kecil maupun kelompok yang lebih besar, dapat tercapai demi
terciptanya sinergi yang lebih baik.
f). Kesetiaan terhadap kesepakatan bersama
F. Kedudukan.
Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari stratifikasinya sebagai berikut:
1 Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa dan dasar negara berkedudukan sebagai landasan idiil.
2 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusi negara, berkedudukan sebagai landasan
konstitusional.
3 Wawasan Nusantara sebagai visi nasional, berkedudukan sebagai landasan visional.
4. Ketahanan Nasional sebagai konsepsi nasional, berkedudukan sebagai landasan konsepsional.
5. GBHN sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai kebijaksanaan dasar nasional,
berkedudukan sebagai landasan operasional.
G. Fungsi
Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-rambu dalam
menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggara negara di
tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
H. Tujuan
Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan
rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan individu,
kelompok, golongan, suku bangsa, atau daerah. Hal tersebut bukan berarti menghilangkan
kepentingan-kepentingan individu, kelompok, suku bangsa, atau daerah. Kepentingan-kepentingan
tersebut tetap dihormati, diakui, dan dipenuhi, selama tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional atau kepentingan masyarakat banyak.
I Sasaran Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Nasional
Sebagai cara pandang dan visi nasional Indonesia, Wawasan Nusantara harus dijadikan arahan,
pedoman, acuan, dan tuntunan bagi setiap individu bangsa Indonesia dalam membangun dan
memelihara tuntutan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena itu, implementasi atau
penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang
senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
1. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan politik akan menciptakan iklim
penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut nampak dalam wujud pemerintahan
yang kuat aspiratif dan terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat.
2. Implementasi Wawasan Nusantara dalam. kehidupan ekonomi akan menciptakan tatanan ekonomi
yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
secara merata dan adil. Di samping itu, implementasi Wawasan Nusantara mencerminkan tanggung
jawab pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antardaerah
secara timbal balik serta kelestarian sumber daya alam itu sendiri.
3. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan menciptakan sikap batiniah
dan lahiriah yang mengakui, menerima, dan menghormati segala bentuk perbedaan atau kebhinekaan
sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia Sang Pencipta. Implementasi ini juga. akan menciptakan
kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu tanpa membedabedakan suku, asal usul
daerah, agama atau kepercayaan, serta. golongan berdasarkan status sosialnya.
4. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan hankam akan menumbuh-kembangkan
kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada
setiap warga negara Indonesia. Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta bela negara ini
akan menjadi modal utama yang akan menggerakkan partisipasi setiap warga negara Indonesia
dalam menanggapi setiap bentuk ancaman, seberapa pun kecilnya dan dari mana pun datangnya, atau
setiap gejala yang membahayakan keselamatan bangsa dan kedaulatan negara.
PERT 13
KETAHANAN NASIONAL
A. Latar Belakang
Sejak Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia tidak luput dari
berbagai gejolak. dan ancaman dari dalam maupun luar negeri yang nyaris membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Meskipun demikian, bangsa Indonesia telah mampu
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatannya terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam.
Dengan posisi geografis, potensi sumber kekayaan alam, serta besarnya jumlah dan kemampuan
penduduk yang dimilikinya, Indonesia menjadi ajang persaingan kepentingan dan perebutan pengaruh
negara-negara besar dan adikuasa. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung, dan akan
menimbulkan dampak negatif terhadap segenap aspek kehidupan dan mempengaruhi, bahkan
membahayakan, kelangsungan hidup dan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, namun masih tetap tegak berdiri sebagai satu bangsa
dan negara yang merdeka, bersatu, dan berdaulat. Hal tersebut membuktikan bahwa bangsa Indonesia
memiliki keuletan dan ketangguhan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam mengatasi setiap
bentuk tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan dari mana pun datangnya. Dalam rangka
menjamin eksistensi bangsa dan negara di masa kini dan di masa yang akan datang, bangsa Indonesia
harus tetap memiliki keuletan dan ketangguhan yang perlu dibina secara konsisten dan berkelanjutan.
Republik Indonesia bukanlah negara kekuasaan yang penyelenggaraannya didasarkan atas kekuasaan
semata sehingga menciptakan sistem dan pola kehidupan politik yang totaliter, melainkan negara
hukum. Di dalam negara hukum, penyelenggaraan kekuasaan dibenarkan dan diatur menurut hukum
yang berlaku. Hukum sebagai pranata sosial disusun bukan untuk kepentingan golongan atau
perorangan, tetapi untuk kepentingan seluruh rakyat dan bangsa sehingga dapat menjaga ketertiban
seluruh masyarakat.
Dengan demikian kondisi Kehidupan Nasional merupakan pencerminan Ketahanan Nasional yang
didasari oleh landasan idiil Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, dan landasan visional
Wawasan Nusantara. Ketahanan Nasional adalah kondisi yang harus dimiliki dalam semua aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
PERT 14
A. Perwujudan Ketahanan Nasional
1. Ketahanan Ideologi; Perwujudan ketahanan pada aspek ideologi memerlukan kondisi mental
bangsa Indonesia yang berlandaskan keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila sebagai ideologi
bangsa dan negara serta berlandaskan pengamalan Pancasila secara konsisten dan berlanjut.
2. Katahanan Politik; Perwujudan pada aspek politik memerlukan kehidupan politik bangsa yang
sehat, dinamis, dan mampu memelihara stabilitas nasional.
3. Ketahanan Ekonomi; Wujud ketahanan ekonomi tercermin dalam kondisi kehidupan
perekonomian bangsa yang mampu memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis,
menciptakan kemandirian ekonomi nasional yang berdaya saingtinggi, dan mewujudkan
kemakmuran rakyat yang adil dan merata.
4. Ketahanan Sosial Budaya; Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam kehidupan sosial
budaya bangsa yang mampu membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan
masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, rukun, bersatu, cinta tanah
air, berkualitas, maju, dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi, dan seimbang serta
mampu menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kehidupan nasional.
5. Ketahanan Pertahanan Keamanan; Wujud ketahanan pada aspek pertahanan keamanan tercermin
dalam kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi oleh kesadaran bela negara seluruh rakyat.
Kondisim ini mengandung kemampuan bangsa dalam memelihara stabilitas pertahanan dan
keamanan negara, mengamankan pembangunan dan hasil-hasilnya serta mempertahankan kedaulatan
negara dan menangkal segala bentuk ancaman.
PERT 15
POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL (POLSTRANAS)
A. Pengertian Politik dan Strategi dalam Polstranas
Politik secara umum menyangkut proses penentuan tujuan negara dan cara melaksanakannya.
Dengan demikian politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan negara, kekuasaan,
pengambilan keputusan, kebijakan, dan distribusi atau alokasi sumber daya.
Politik Nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan pengambilan kebijakan untuk mencapai
suatu cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian definisi politik nasional adalah asas, haluan,
usaha serta kebijaksanaan negara tentang pembinaan (perencanaan, pengembangan, pemeliharaan,
dan pengendalian) serta penggunaan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
Strategi adalah seni dan ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan
(ipoleksosbudhankam) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Strategi nasional
disusun untuk pelaksanaan politik nasional, misalnya strategi jangka pendek, menengah, dan
panjang. Jadi strategi nasional adalah cara melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran
dan tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional.
B. Proses Penyusunan Polstranas
Polstranas terbagi atas suprastruktur politik dan infrastruktur politik. Suprastruktur politik
meliputi MPR, DPR, Presiden, DPA, BPK dan MA. Sedangkan badan-badan yang ada di masyarakat
seperti parpol, ormas, media massa, kelompok kepentingan, kelompok penekan disebut infrastruktur.
Suprastruktur dan infrastruktur harus dapat bekerjasama dan memiliki kekuatan yang seimbang.
Mekanisme penyusunan polstranas di tingkat suprasutruktur politik diatur oleh Presiden dan
dibantu oleh lembaga tinggi negara dan dewan yang merupakan badab kordinasi seperti Dewan
Stabilitas Nasional, Dewan Pertahanan Keamanan Nasional, dan sebagainya.
Proses penyusunan polstranas di tingkat suprasturktur politik dilakukan oleh Presiden setelah
menerima GBHN. Selanjutnya Presiden menyusun program kabinet dan memilih menteri-menteri
yang akan melaksanakan program tersebut. Program kabinet dapat dipandang sebagai dokumen
resmi yang memuat politik nasional yang digariskan oleh Presiden. Strategi Nasional dilaksanakan
oleh para menteri dan pimpinan lembaga pemerintah non departemen berdasarkan petunjuk
Presiden.
Proses polstranas di tingkat infrastruktur politik merupakan sasaran yang akan dicapai oleh
rakyat Indonesia. Sesuai dengan kebijakan politik nasional, penyelenggaran Negara harus
mengambil langkah-langkah pembinaan terhadap semua lapisan masyarakat dengan mencantumkan
sasaran sektoralnya. Melalui pranata-pranata politik, masyarakat ikut berpartisipasi dalam kehidupan
politik nasional yang semakin tahun semakin berkembang.