You are on page 1of 3

qultummedia.

com

Strategi Rasulullah dalam Perang Uhud


Ditulis oleh Newsroom
Jumat, 06 Maret 2009
Terakhir Diperbaharui Senin, 16 Maret 2009

Sebelum terjadinya perang Uhud, suku Quraisy melakukan persiapan dan mobilisasi besar-besaran untuk menyongsong
peperangan pembalasan dendam setelah kekalahan mereka dalam perang Badar. Terkumpullah 1.000 unta dan 1.500
dinar. Setelah persiapan genap setahun, terkumpul 3000 unta, 200 penunggang kuda dan yang mengenakan baju besi
sebanyak 700 orang. Pemimpin tertinggi dipegang oleh Abu Sufyan, sedangkan pasukan berkuda dipimpin oleh Khalid
bin Walid dan Ikrimah bin Abu Jahal. Kemudian, mereka bergerak menuju ke Madinah.

Adapun di pihak Islam, dengan fasilitas dan pasukannya yang sangat minim. Rasulullah pun membuat strategi tersendiri
guna membela kehormatan dan kemuliaan Islam dan umatnya. Di antara strategi ini, salah satunya adalah strategi yang
terkait dengan persiapan sebelum perang. Yaitu sebagai berikut.

1. Menempatkan Inteligen di Sarang Musuh


Setelah perang Badar, satu strategi Rasulullah saw yang sangat urgen adalah menempatkan para inteligennya di
Mekah untuk memberikan informasi-informasi yang terkait tentang pasukan Quraisy. Salah satunya adalah Abbas bin
Abdul Muthalib, pamannya sendiri. Melihat pasukan Quraisy yan sudah berangkat ke Madinah untuk melakukan
penyerangan, beliau mengirimkan surat melalui utusannya untuk disampaikan kepada Rasulullah. Dalam waktu tiga hari,
utusan tersebut sampai di Madinah la menyerahkan surat itu kepada Rasulullah yang sedang berada di masjid Quba.
Setelah menerima surat itu, Rasulullah meminta ahli bahasanya, Ubay bin Ka'ab, membacakan surat tersebut. la juga
diperintahkan untuk menjaga kerahasiaan isi surat tersebut.

2. Membentuk Majelis Permusyawaratan Militer


Rupanya, salah satu kelebihan Rasulullah sebagai seorang pemimpin adalah mendengarkan jajak pendapat dari para
sahabatnya. Sekalipun posisi beliau sebagai seorang nabi, beliau mampu mengatur sendiri jalannya strategi yang akan
digunakan dan tentunya mendapat arahan dan wahyu dari langit, beliau masih memusyawarahkannya dengan para
sahabat. Pada saat itu, mayoritas suara sahabat jatuh pada upaya melakukan penyerangan kafir Quraisy di Bukit Uhud.
Sementara, informasi tentang pasukan Mekah terus dilaporkan oleh badan inteligen Rasulullah, termasuk kabar tentang
posisi militer yang diambil pasukan Quraisy. Selesai shalat Ashar, Rasulullah masuk ke rumahnya diikuti oleh Abu Bakar
dan Umar. Kedua sahabatnya ini memakaikan Rasulullah sorban dan baju besi. la juga mengenakan pedangnya.
Sementara, para sahabat di luar sedang ramai bertukar pikiran. Usaid bin Hudzair dan Sa'ad bin Mu'adz, dua sahabat
yang berpendapat ingin bertahan di dalam kota, berkata kepada mereka yang berpendapat ingin menyerang musuh di
luar.

“Tuan-tuan mengetahui bahwa Rasulullah ingin bertahan di dalam kota. Lalu, tuan-tuan berpendapat lain dan
memaksanya bertempur keluar. Dia sendiri enggan berbuat demikian. Serahkan sajalah persoalan ini kepadanya. Apa
yang diperintahkan kepadamu, jalankanlah. Taatilah pendapatnya dan sesuatu yang disukainya."

Setelah mendengar keterangan itu, mereka yang berseru supaya menyerang saja menjadi lebih lunak. Mereka
menganggap telah menentang Rasulullah mengenai sesuatu yang mungkin datang dari Tuhan. Setelah Rasulullah
datang kembali ke tengah-tengah mereka dengan memakai baju besi dan sudah menyiapkan pedangnya, mereka yang
sebelumnya menghendaki supaya mengadakan serangan berkata, "Ya Rasulullah, bukan maksud kami hendak
menentang engkau. Lakukanlah apa yang engkau kehendaki. Kami juga tidak bermaksud memaksa engkau, karena
engkau mendapatkan berita dari langit, yang kemudian dikabarkan kepadamu."

Namun, Rasulullah menjawab, "Tidak layak bagi seorang nabi yang apabila sudah mengenakan pakaian besinya, lalu
menanggalkannya kembali sebelum Tuhan memberikan putusan antara dirinya dan musuh-Nya. Perhatikanlah apa yang
saya perintahkan kepada kamu sekalian dan ikutilah. Atas ketabahan hatimu, kemenangan akan berada di tanganmu."

3. Pembagian Komando
Jumlah pasukan kaum muslimin ketika itu 1000 orang. Pasukan itu terdiri atas 100 prajurit mengenakan baju besi dan
50 penunggang kuda dan sisanya pasukan berpedang. Kemudian, pasukan ini dibagi menjadi tiga batalion, yaitu:
1. Batalyon Muhajirin, benderanya diserahkan kepada Mush'ab bin Umair.
2. Batalyon Aus, benderanya diserahkan kepada Usaid bin Hudhair.
3. Batalyon Khazraj, benderanya diserahkan kepada Al-Hubab bin Al-Mundzir Al-Jamuh.
http://qultummedia.com Powered by: Joomla! Generated: 5 November, 2009, 16:11
qultummedia.com

4. Menginspeksi Pasukan
Setibanya Rasulullah dan pasukannya di Syaikhani, beliau selaku komandan tertinggi menginspeksi pasukan. Ternyata,
di dalam pasukan terdapat anak-anak yang usianya sangat belia. Beliau menolak keikutsertaan mereka, kecuali yang
mempunyai spesialisasi dalam peperangan, seperti Rafi’ bin Khudaij yang mahir memanah dan Samurah yang ahli
beladiri. Hari itu adalah hari Jumat. Karena hari sudah petang, mereka menginap di tempat itu dan memerintahkan lima
puluh orang pasukan mengadakan hirasah, yakni menjaga di sekitar pasukan.

5. Tidak Meminta Pertolonga Orang-orang Kafir


Rasulullah melakukan hal itu ketika berangkat dari Madinah ke Uhud. Ia mendapati sekelompok Yahudi, sekutu
Abdullah bin Ubay yang ingin turut serta membantu Rasulullah. Namun, Rasulullah menolaknya dengan mengatakan
"Jangan minta pertolongan orang-orang musyrik dalam melawan orang musyrik sebelum mereka masuk Islam."

Kemudian, orang-orang Yahudi itu pun kembali ke Madinah. Lalu mereka berkata kepada Abdullah bin Ubay, "Kau
sudah menasihatinya dan sudah kauberikan pendapat berdasarkan pengalaman orang-orang tua dahulu. Sebenarnya,
dia sependapat denganmu. Lalu, dia menolak dan menuruti kehendak pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya."

Keesokan harinya, ia berbalik menggabungkan diri dengan pasukan teman-temannya dan kembali ke Madinah. Hampir
sepertiga pasukan mundur. Mereka adalah orang-orang munafik yang bertujuan melemahkan semangat pasukan kaum
muslimin. Tinggal Alabi dan orang-orang yang benar-benar beriman yang berjumlah 700 orang. Mereka akan berperang
menghadapi 3000 orang yang terdiri dari orang-orang Quraisy Mekah. Semuanya sudah memikul dendam yang tak
terpenuhi ketika di Badar. Mereka ingin menuntut balas.

Akhirnya, Allah SWT mengokohkan hati mereka dengan menurunkan firman-Nya.


"Ketika dua golongan dari kalian ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah Penolong bagi kedua golongan itu.
Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal." (QS Ali Imran [3]: 122)

Kemudian, turun lagi ayat yang menceritakan kondisi orang-orang munafik.


"Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik, kepada mereka dikatakan, 'Marilah berperang di jalan
Allah atau pertahankanlah (diri kalian).' Mereka berkata, 'Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah
kami mengikuti kalian.' Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan
dengan mulutnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan." (QS
Ali Imran [31:167)

Ternyata, dalam sejarah tercatat bahwa keberadaan orang-orang munafik dalam tubuh kaum muslim seperti duri dalam
daging. Mereka sangat membahayakan. Sebanyak 1000 pasukan kaum muslim berkurang menjadi 700 orang setelah
melawan 3000 pasukan kafir Quraisy.

6. Meredakan Konflik Internal Sebelum Peperangan


Munir Muhammad Al-Ghadhban dalam Fiqh As-Sirah An-Nabawiyahnya mengatakan bahwa Perang Uhud ini
merupakan pembeda antara orang-orang mukmin dan orang-orang munafik, seperti dalam firman Allah.

"Dan apa yang menimpa kamu ketika terjadi pertemuan (pertempuran) antara dua pasukan itu adalah dengan izin Allah,
dan agar Allah menguji siapa orang yang benar-benar beriman, dan untuk menguji orang-orang yang munafik, kepada
mereka dikatakan, 'Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankan dirimu.' Mereka berkata, 'Sekiranya kami tahu
bagaimana cara berperang, tentu kami akan bersamamu.' Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada
keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa
yang mereka sembunyikan." (QS All Imran [3]:166-167)

7. Memilih Posisi yang Strategis


Lagi-lagi, salah satu penentu kemenangan seorang komandan adalah penentuan tempat yang strategis. Barangsiapa
yang menempati posisi strategis, kemungkinan besar akan menang dalam pertempuran. Rasulullah merupakan salah
satu panglima yang ahli dalam pengaturan strategi militer. Hingga ketika itu, pasukannya dibawa ke kaki Bukit Uhud.
Pasukan muslim mengambil tempat dengan proses menghadap ke arah Madinah dan memunggungi Uhud. Dengan
posisi ini, pasukan musuh berada di tengah antara mereka dan Madinah.

8. Pembagian Pos Militer


Rasulullah membagi pos militer para prajuritnya, prajurit dakwah, serta prajurit yang siap mengorbankan harta, waktu,
tenaga dan bahkan jiwa untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT.

Beliau pun menempatkan satuan pasukan khusus yang dipimpin oleh Abdullah bin Jubair. Anggotanya terdiri dari 50
pemanah ulung di bukit Uhud, tepatnya 150 meter dari pasukan kaum muslim. Tujuannya jelas, yakni melindungi
pasukan di bawah yang sedang bertempur dari laju serangan depan yang menggelombang, juga menahan pasukan
kavaleri Khalid bin Walid yang sangat membahayakan. Berikut ini instruksi-instruksi yang disampaikan Rasulullah
kepada mereka, mengingat pentingnya posisi mereka.
http://qultummedia.com Powered by: Joomla! Generated: 5 November, 2009, 16:11
qultummedia.com

1. “Lindungi kami dari belakang, sebab kami khawatir mereka akan mendatangi kami dari belakang. Bertahanlah dan
jangan tinggalkan tempat itu. Kamu jangan meninggalkan tempatmu kalau melihat kami berhasil menghancurkan dan
memasuki pertahanan mereka. Jika melihat kami diserang, jangan dibantu. Kami juga tidak mempertahankan. Tugas
yang kauemban adalah menghujani kuda-kuda mereka dengan panah, karena kuda itu tak akan dapat maju dengan
serangan panah."

2. "Lindungilah punggung kami jika kami sedang bertempur, maka kalian tidak perlu membantu kami. Jika kalian melihat
kami telah mengumpulkan harta ghanimah, kalian jangan ikut bergabung bersama kami." Imam Bukhari meriwayatkan,
"Jika kalian melihat kami disambar burung sekalipun, janganlah kalian meninggalkan tempat itu, kecuali ada utusanku
yang mendatangi kalian. Jika kalian melihat kami berhasil mengalahkan mereka, janganlah kalian meninggalkan tempat
hingga ada utusan yang mendatangi kalian."

Dalam hal ini, kepiawaian Rasulullah dalam mengatur strategi perang terlihat jelas. Dengan menempatkan posisi
pemanah di bukit Uhud, berarti menutup celah-celah pasukan Quraisy untuk mengadakan penyerangan, terutama dari
kubu Khalid bin Walid.

Kemudian, sayap kanan dipimpin oleh Al-Mundzir bin Amr. Sementara, sayap kiri dipimpin oleh Zubair bin Awam dengan
dibantu satuan khususnya, Al-Miqdad bin Al-Aswad untuk menghadang penyerangan pasukan Khalid bin Walid. Barisan
terdepan diisi oleh para pemberani yang mencari syahid, yakni para pahlawan Islam yang langsung dipimpin oleh
Rasulullah.

Sementara itu, pihak Quraisy juga sudah menyusun barisan. Barisan kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid, sedangkan
sayap kiri dipimpin oleh Ikrima bin Abu Jahal. Bendera diserahkan kepada Abdul Uzza Thalhah bin Abu Thalhah. Wanita-
wanita Quraisy sambil memukul tambur dan genderang berjalan di tengah-tengah barisan itu. Terkadang, mereka di
depan barisan dan di belakang. Mereka dipimpin oleh Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan, seraya berteriak, "Ayo, Banu
Abdud Dar! Ayo, pengawal barisan belakang! Hantamlah dengan segala yang tajam. Kamu maju, kami peluk. Kami
hamparkan kasur yang empuk. Jika kamu mundur, kita berpisah. Berpisah tanpa cinta."

Kedua belah pihak sudah siap bertempur dan mengerahkan pasukannya. Yang selalu diingat oleh Quraisy ialah
peristiwa Badar dan korban-korbannya, sedangkan yang selalu diingat oleh kaum muslim ialah Allah dengan
pertolongan-Nya.

9. Mengobarkan Semangat Jihad


Begitulah yang seharusnya dilakukan oleh para pemimpin perang, mengobarkan semangat untuk maju pantang
mundur. Hal itu telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam perang Uhud. Beliau mengobarkan semangat para kadernya
untuk sabar, teguh, berani, serta patriotik dalam menyongsong syahid dan memperoleh surga Allah SWT.

Rasulullah berpidato untuk memberikan semangat dalam menghadapi pertempuran itu. Beliau menjanjikan pasukannya
akan mendapat kemenangan apabila mereka tabah. Lalu, beliau mengambil sebilah pedang sambil bersabda, "Siapa
yang akan memegang pedang ini untuk disesuaikan dengan tugasnya?"
Beberapa orang tampil, namun pedang itu tidak pula diberikan kepada mereka. Kemudian, Abu Dujana Simak bin
Kharasya dari Bani Sa'ida tampil seraya berkata, "Apa tugasnya, ya Rasulullah?" "Tugasnya ialah menghantamkan
pedang kepada musuh sampai ia bengkok," jawabnya.

Abu Dujana, seorang laki-laki yang sangat berani, mengenakan pita (kain) merah. Apabila ia sudah mengikatkan pita
merahnya itu, orang akan mengetahui bahwa ia sudah siap bertempur. Saat itu, ia pun sudah mengeluarkan pita
mautnya.

Ia mengambil pedang, mengeluarkan pita, lalu mengikatkannya di kepala. Seperti biasa, ia berlagak di tengah-tengah
dua barisan itu bila sudah siap menghadapi pertempuran. "Cara berjalan seperti ini sangat dibenci Allah, kecuali dalam
bidang ini," kata Rasulullah setelah melihat gaya berjalan Abu Dujana.

*Artikel ini dikutip dari buku "Strategi Perang Rasulullah" yang ditulis oleh Muhammad Abu Ayyasy

http://qultummedia.com Powered by: Joomla! Generated: 5 November, 2009, 16:11

You might also like