Etika berasal dari perkataan yunani “ethes” berarti kesediaan jiwa
akan kesusilaan, atau secara bebas dapat diartikan kumpulan dariperaturan-peraturan kesusilaan. Dalam bahasa Latin dikenal dengan perkataan Mores yang berarti pula kesusilaan, tingkat salah satu perbuatan lahir 9 perilaku, tingkah laku ). Perkataan mores kemudian berubah menjadi mempunyai arti sama dengan etika atau sebaliknya.
Etika disebut pula “moral phiciolophy” karena mempelajari
moralitas dari perbuatan manusia. Sedangkan moralitu adalah apa yang baik atau apa yang buruk, benar atau salah dengan menggunakan ukuran norma atau nilai. Moral terjadi bila dikaitkan dengan masyarakat, tidak ada moral bila tidak ada masyarakat, dan ini berkaitan dengan kesadaran kolektif.
Baik dan buruk merupakan kategori imperative dalam arti yang
boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Ini dating dari kesadaran dari dalam diri dan tidak merupakan paksaan. Sikap dasar dari moral antara lain: moral merupakan social faets yang bersifat obyektif penmgaruh dari luar yang bersifat ada pembatasan /hambatan dari individu. Masyarakat mempunyai ukuran moral tersendiri. Moralitas dikaitkan dengan kepentingan kolektif dan keterlibatan pada kelompok.moral berkaitan dengan fungsi masyarakat. Perbuatan jahat atau melanggar kepentingan masyarakat terjadi karena tidak sesuai dengan ukuran kolektif.
Etika erat hubungannya dengan hokum, hokum mempertanyakan
apakah suatu perbuatan melanggar atau tidak. Etika tidak tergantung dari peraturan hokum, sedangkan peraturan hokum tergantung pada etika.etika hanya membicarakan tingkah laku seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan yang menyadari bahwa orang tersebut bertanggungjawab.
2. Kode Etika Negara
Negara kita mempunyai kode etik dalam arti yang setinggi-
tinginya dan yang berlaku bagi seluruh bangsa dan warga Negara Indonesi, yaitu Naskah Proklamasi dan Pembukaan UUd 1945. Proklamasi merupakan titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia dan merupakan puncaknya daripada tenaga nasional lahiriah dan batiniah. Pembukaan UUD 1945 memberikan pedoman-pedoman untuk mengisi kemerdekaan dalam bentuk perwujudannya Pembangunan Nasional untuk melaksanakan kenegaraan kita, untuk mengetahui tujuan nasional dalam memperkembangkan kebangsaan Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara atau “ pandangan hidup bangsa dan dasar negara”.
3. Pemerintahan Negara
Pengertian Pemerintah dapat dibedakan pemerintah sebagai
organ negara yang menjalankan tugas dan pemerintah sebagai fungsi dari pemerintah. Pemerintah dalam arti sempit dimaksudkan khusus kekuasan eksekutif sedangkan dalam arti luas kekuasaan eksekutif, legeslatif, dan yudikatif. Pemerintah dalam arti sempit berdasarkan UUD yang pernah berlaku di Indonesia, yaitu UUD 1945, UUDS 1950, dan UUD Konstitusi RIS 1949. Selanjutnya dalam pengertian luas, alat perengkapan negara dapat didasarkan atas UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950.
4. Sistem Pemerintahan Indonesia
System pemerintahan Indonesia merupakan pedoman dalam
dasar dan kerangka mekanisme bagi penyelenggaraan pemerintahan negara, karena dalam system pemerintahan negara itu antara lain telah ditetapkan berbagai perangkat pemerintah negara berupa lembaga- lembaga negara dengan tugas, wewenang dan kewajiban masing- masing serta mekanisme hubungan kerja antar lembaga negara tersebut dalam rangka menjalankan tugas negara. System Pemerintahan Indonesia sesuai dengan Demokrasi Pancasila dengan tujuh kunci pokok:
a. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hokum tidak
berdasarkan atas kekuasaan.
b. Pemerintahan berdasarkan atas system konstitusi
c. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan MPR
d. Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi di
bawah MPR
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
f. Menteri negara ialah pembantu presiden, tidak bertanggung jawab kepada DPR
g. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.
Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai penjelmaan seluruh
rakyat Indonesia dan merupakan Lembaga Negara Tertinggi dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat Indonesia.
5. Kedudukan, Fungsi, dan Wewenang Lembaga-Lembaga
Negara
Dalam UUD negara Indonesia Lembaga Negara adalah lembaga
yang dibentuk berdasarkan UUD 1945 terdiri dari Lembaga tertinggi dan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara. Kedudukan lembaga negara adalah keadaan yang menempatkan lembaga tersebut dengan lembaga negara lainnya , apakah lebih rendah, sejajar, atau lebih tinggi. Fungsi lembaga negara ialah suatu lingkungan kerja dalam hubungan dengan keseluruhannya tidak melepaskan diri satu sama lain untuk mencapai tujuan.suatu fungsi dipegang oleh satu badab atau sebaliknya beberapa fungsi dapat dipegang oleh satu badan. Untuk m elaksanakan fungsi suatu badab harus dilengkapi dengan wewenang yang diberikan oleh badan yang lebih tinggi dan ditetapkan berdasarkan ketentuan atau peraturan yang telah dimuat dalam UUD. Untuk terselenggaranya hubungan tata kerja yang baik dalam rangka pelaksanaan tugas lembaga tertinggi negara dengan atau antar lembaga-lembaga tinggi negara ditetapkan dengan ketetapan MPR.
6. Etika Pemerintahan
Prinsip etika bersifat author yang bersifat perintah menjadi suatu
perintah. Dalam etika pemerintahan, apa yang dianjurkan merupakan paksaan yang dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan kesulita. Etika digantungkan dengan authori y menghendaki orang harus tunduk pada perintah. Pemerintah tidak dapat melaksanakan perintah sekehendaknya yang bertentangan dengan nilai etika masyarakat. Kebijakan sebagai prinsip etika memang baik, tetati tidak memberikan suatu kepastian. Sedangkan dalam masyarkat perlu adanya tindakan yang praktis yang dapat membawa kearah perbaikan.
Agama sebagai unsure perkembangan adalah subjek dalam Etika
Pemerintahan. Agama sebagai subjek, adalah agent of change dan agent bmodernization. Etika itu sebenarnya didalam suatu jenjkang dari usaha manusia untuk menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan apa yang dikehendaki. Dalam kehidupan terdapat dua keadaan, di satu pihak manusia menghendaki kesempurnaan untuk dirinya sendiri dan di lain pihak manusia ingin bersama-sama masyarakat untuk mencapai kesempurnaan, ini m otif agama. Oleh karena itu motif agama tidak dapat dilepaskan dari segala aktivitas keduniawian. Manusia mengetahui ketentuan peraturan ajaran agama untuk mengetahui hakiki kebenaran menimbulkan keyakinan dalam hati dan secara mantap tanpa rasa paksaan mendekatkan diri pada pencipta. Cara tersebut harus dicapai kesempurnaan dirinya dan mendekatkan diri dengan Tuhan. Tanpa melalui jenjangan tersebut maka tidak dibenarkan dapat secara langsung mencapai kesempurnaan diri dan dekat dengan Tuhan. Suatu kebiasaan diikatkan dengan ukuran-ukuran yang bersifat dan ukuran-ukuran yang bersifat pancaindera, hal yang bersifat fisik tersebut disebut estetika. Pelanggaran estetika akan memperoleh hukuman. Dalam agama ada jenjang tindakan terhadap manusia untuk mencapai kesempurnaan. Karena kesempurnaan demikian tinggi maka manusia hanya berusaha mendekati, tidak menyatu. Filsafat sama sekali dikerjakan oleh rasio, dengan teknik yang demikian sempurna, sehingga orang mingkin tidak dapat ada kesalahan. Sedangkan agama tidak terlepas dari etika dan kesempurnaan. Dalam mencapai kesempurnaan manusia harus dapat melaksanakan tindakan-tindakan dan nilai-nilai yang riilkepada nilai-nilai ideal. Kesempurnaan adalah relative, karenanya hany dapat ditafsirkan secar analogi. Untuk mencapai tingkatan yang leih tinggi ia harus mengetahui tingkatan yang lebih rendah, menyangkut conduct, custom, agama.
Etika Pemerintahan, di dalam mencapai kesempurnaan harus ada
adjustment dengan politik negara, den gan memperhatikan nilai-nilai moral, etik sesuai dengan nilai-nilai. Etika pemerintahan harus mempunyai adjustment dan penyesuaian segala sesuatu yang tidak ada batasnya. Pemerintahan selalu berubah menurut power yang berkuasa. Etika pemerintahan harus berpegang pada power, authority dan otoritas. adanya power setelah adanya authority. Adanya power dan authority tersebut yang penting adalah penggunaannya. Power berhubungan dengan factor wibawa. Dalam negara modern orang yang diberi hak dan kewajiban harus ada partisipasi. Dalam etika pemerintahan harus ada partisipasi yang intensive dengan masyarakat.pengintensivan partisipasi sangat penting karena yang diperhatikan bukan yang memimpin tetapi yang dipimpin. Dalam welfare state harus ada spesialisasi dalam suatu bidang. Karena agar seorang pemimpin dapat dengan mudah dalam pengkoordinasiannya. Inti dari etika pemerintahan adalah penggunaan kekuasaan yang sesuai dengan kehendak rakyat. Di dalam mempergunakan authority harus mempunyai pedoman yaitu UUDdan peraturan perundang-undangan. Penggunaan kekuasaan itu harus berpedoman pada punlik service. Pemerintahan yang baik harus mendahulukan kepentingan masyarakat, bukan semata;mata bersifat corrective. Untuk mendapat anticipate harus memiliki skill between brain and heart.
Public service adalah pelayanan seefektif mingkin dengan
coordination of power, jadi public service tidaklah pelayanan umum akan tetapi pelayanan kepada masyarakat umum. Kehancuran pemerintahan disebabkan oleh tidak adanya coordination of fungtion. Dalam kenyataan kita tidak boleh melihat formalitas akan tetapi juga harus memperhatikan hal-hal yang material dan yang informal. Dalam etika pemerintahan semua unsure-unsur yang ideal, riil, formal, dan materiel. Pemerintahan perlu ada rasionalisasi sedemikian rupa dengan masyarakat yang ada, diusahakan penciptaan aparatur negara yang bersih dan berwibawa.
7. Birokasi
Birokasi mempunyai fungsi positif dalam upaya-upaya
mengintegrasikan masyarakat Indonesia yang memiliki latar belakang yang ditunjukkan oleh Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Birokrasi diharapkan mampu bersikap netral dan obyektif dalam melaksanakan tugas sebagai aparatur birokrasi dapat bersikap a politis dan epenuhnya menjadi kepentingan umum yang bersifat langgeng dan eksplisit ditetapkan dalam konstitusi.
Aparat birokrasi di Indonesaia dalam melaksanakan tugas-tugas
sebagai aparatur Negara, abdi Negara, dan abdi masyarakat dalam pemerintahan Indonesia telah diatur antara lain Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978, Eka Prasetia-Pancakarsa, dimana para birokrat menjalankan tugas-tugas selalu bernapaskan dan berpedoman kepada Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar Negara. Para birokrat harus menyadari bahwa setiap tindakannya harus selalu bernapaskan, gaya, dan cara selalu meresapi, menghayati, dan melaksanakantugas-tugasnya tidak lepas dari Pancasila. 8. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila senagai ideologi terbuka karena dinamika internalnya
telah melaksanakan tugas-tugas secara wajar. Senagaimana dimaklumi bahwa ideology tersebut sebagai tuntutan, bersifat subyektivitas, dan bersifat pembenaran. Dalam ideology tidak perlu a priori dan berprasangka. Aparatur pemerintahan diharapkan tetap menjaga dan memelihara agar nilai-nilai yang ada sesuai dengan butir-butir Pancasila tetap actual dan tetap kemantapan berdiri pada landasan budaya Pancasila dan bertumpu kepada bhineka tunggal ika.