Professional Documents
Culture Documents
T H E P R O P H E T
Y U S U F
Translated By Bilif Abduh
Daftar Isi
1. Anak Istimewa
“Kisah Yang Sungguh Menawan…..”
2. Matahari, Bulan, dan Sebelas Bintang
Makna Sebuah Mimpi
3. Sebuah Rencana Mulai Disusun
Iri Hati: Senjata Setan
4. Perjalanan Berburu
5. Manisnya Buah Kesabaran
Usaha Keras dan Rencana Tuhan
6. Kabar Menggembirakan
Perbudakan di Mesir
7. Rencana Allah Untuk Yusuf
Memphis
8. Yusuf Menghadapi Sebuah Ujian
Panggilan Suara Tuhan
9. “Penjara lebih baik untukmu…..”
10. “Hai, Teman Sekamar Selku”
Nabi Yang Paling Mulia
11. Menafsirkan Mimpi
Seni Kuno Bangsa Mesir
12. Tujuh Sapi Gemuk dan Tujuh Sapi Kurus
Kehidupan Ekonomi Zaman Mesir Kuno
13. Seorang Yang Jujur
14. “Lalu, Kita Memuliakan Yusuf”
Raja –raja Hyksos
15. Kelaparan Melanda Mesir
16. Saudara Yusuf Mengunjungi Mesir
Sains dan Teknologi Mesir Kuno
17. “Apa Lagi Yang Dapat Kami Minta?”
Barter – cara kuno pembayaran
18. Beriman pada Allah
19. Gelas Sang Raja
Kejadian Yang Sebenarnya
20. “Jangan Berhenti Berharap!”
21. “Tak Akan Ada Lagi Yang Mencelamu…”
Memaafkan Adalah Kekayaan Yang Tak Ternilai
22. Desah Nafas Yusuf
Keutamaan Memaafkan
23. Mimpi Yang Menjadi Kenyataan
1. Anak Istimewa
Dahulu kala di negeri Kan’an, dekat Nablus, 30 mil sebelah utara Jerussalem,
hiduplah seorang tua yang saleh.Ya’qub nama lelaki tersebut. Dia dan keluarganya
tinggal dalam tenda-tenda yang terbuat dari sulaman bulu domba. Mereka
menggembalakan domba-dombanya di tanah-tanah lapang di sekitar bebukitan dan
lembah. Tanah Kan’an sungguh subur, berhias rerumputan dan pepohonan. Oleh
karenanya, Ya’kub dan keluarganya bisa menetap untuk waktu yang lama di salah satu
tempat yang ada di negeri tersebut tanpa perlu cepat-cepat pindah mencari tempat
penggembalaan yang baru sebagaimana yang kerap dilakukan suku-suku, dan kelompok-
kelompok penggembala lainnya.
Nabi Ya’qub AS dan anggota keluarganya, biasanya selepas menggembalakan domba-
dombnya, mereka mengisi waktu dengan memeras susu domba-domba gembalaannya, serta
menyiapkan keperluan dan kebutuhan rumah tangga. Segala sesuatu yang mereka
kerjakan adalah demi menyokong hidup keluarga yang besar. Bahkan, tidak jarang
mereka berjalan menyisir bebukitan untuk berburu dan pulang dengan membawa hasil
dari perburuan mereka, yaitu daging dan kulit binatang. Sementara Ya’qub dan anak-
anaknya berburu kaum perempuan yang ditinggal di tenda mengerjakan sulaman mereka
dan apapun kain yang mereka hasilkan selanjutnya akan mereka bawa ke tempat
pertemuan para kafilah untuk dijual.
Ya’qub AS merupakan cucu dari Nabi Ibrahim AS. Dia sendiri adalah seorang nabi,
dan juga kepala suku. Dia mempunyai 12 anak laki-laki. Yusuf AS adalah anak ke-11
nabi Ya’qub dan anak pertama dari istrinya, Rahil, yang sampai beberapa waktu
belum dikarunia seorang anak. Rahil mempunyai seorang anak laki-laki lagi,
Bunyamin, adik Yusuf.
Sepuluh saudara Yusuf yang lain adalah merupakan anak Ya’qub dari lain istri.
Sebagaimana lazimnya anak laki-laki seumurnya, Yusuf juga suka bermain. Biasanya,
dia bermain dengan adiknya, Bunyamin. Mereka berlarian kesana-kemari dan terkadang
hingga mencapai tengah gurun pasir.
Yusuf dianugerahi kecerdasan akal dan kelembutan hati. Bapaknya, sangat
menyayanginya. Dia selalu menempatkan Yusuf dalam jangkauan dan timangannya, dan
kerapkali Ya’qub mengajaknya bercanda dan berbicara walaupun Yusuf saat itu masih
sangat kecil. Dari pertama kali, Ya’qub AS telah sangat terkesan oleh kebaikan
hati dan kelembutan jiwanya, padanya pula Ya’qub menaruh segala impian masa
depannya.
‘Kisah Yang Sungguh Menawan……’
Hampir seluruh isi dari surat ke-12 dalam al-Qur’an menceritakan tentang kisah
Yusuf AS. Ini kisah yang mampu menunjukkan pada kita tentang kekuatan cinta,
kasih, dan kemampuan seorang anak manusia, bernama Yusuf, dengan pertolongan
Allah, menemukan jalan kebenaran dalam segala rumitnya hidup yang hampir saja
menjerumuskannya dalam kehinaan.
Allah menceritakan kisah ini pada Nabi Muhammad SAW pada saat musuh-musuhnya
sedang berada pada puncak kekejamannya untuk merencanakan pembunuhan atas diri
Nabi. Itu terjadi pada saat hari terakhir Nabi tinggal di Mekkah setelah wafatnya
istri beliau, Khadijah. Tahun yang kemudian dikenal dalam sejarah Islam sebagai
Tahun Duka. Muhammad menarik diri dari pergaulan, terbawa dalam kedukaan yang
dalam sementara para sahabat dan pengikutnya sangat menantikan kehadirannya
kembali. Pada saat yang sulit ini, para penentangnya menantang Nabi untuk
membuktikan bahwa beliau adalah benar-benar seorang utusan Allah dengan diharuskan
menjawab pertanyaan tentang salah satu dari Nabi Bani Israil – Yusuf AS - yang
kisahnya telah dikenal di kalangan bangsa Arab. Musuh-musuh Nabi Muhammad, pada
saat itu, mengharapakan bahwa nabi akan terlebih dahulu menanyakan rahasia Yusuf
tersebut pada orang-orang Yahudi, dengan demikian akan terlihat bahwa Muhammad
adalah seorang nabi palsu. Dan pada akhirnya, orang-orang kafir Mekkah tersebut
bisa dengan sepuas hati melecehkan dan menghinakannya.
Kisah Nabi Yusuf yang disampaikan pada Nabi pada saat kritis tersebut mengandung
pelajaran dan menjadi sumber inspirasi bagi Muhammad dan para pengikutnya. Sebagai
firmanNya dalam al-Qur’an: “Sesungguhnya pada kisah Yusuf dan saudara-saudaranya
terdapat tanda-tanda (jawaban) bagi mereka yang bertanya.” Kisah Yusuf dan
saudara-saudaranya mempunyai kesamaan dengan Nabi Muhammad dan kemenangannya yang
gemilang. Apa yang dilakukan para penentang Nabi di Mekkah adalah sebagaimana yang
dilakukan saudara-saudara Yusuf padanya. Dan sebagaimana Yusuf AS, Muhammad SAW
pelan tetapi pasti semakin mendapat kedudukan dan tempat yang lebih tinggi dalam
status sosial orang-orang Mekkah, sesuatu yang bahkan tidak pernah dibayangakan
para penentangnya sebelum itu. Nabi Muhammad SAW pada akhirnya berhasil
menyebarkan risalah Islam.
2. Matahari, Bulan dan Sebelas Bintang
Suatu hari Yusuf mendapatkan mimpi yang tidak lazim. Dalam mimipinya itu, Yusuf
melihat matahari, bulan dan sebelas bintang semua bersujud padanya. Saat dia
bangun dari tidurnya, dia segera menceritakan mimpi anehnya tersebut pada
bapaknya. Sebagai seorang nabi,Ya’qub AS memahami makna dari mimpi anaknya
tersebut dan dia meyakini akan ada sesuatu besar yang terjadi atas diri Yusuf,
anak kesayangannya. Mimpi itu juga membawa pertanda bahwa saudara-saudara Yusuf
yang lain sebenarnya merasa iri dan ingin mencelakainya. Ya’qub mengingatkan pada
Yusuf untuk tidak menceritakan ihwal mimpi tersebut pada saudara-saudaranya:
“Anakku, jangan sampai engkau ceritakan pada saudara-saudaramu tentang mimpimu
nanti mereka akan mencelakaimu. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi
manusia.”
Ya’qub memberitahu anak tersayangnya tersebut, “Allah telah memilihmu demi sebuah
tujuan yang luhur. Dia akan mengajarimu menafsirkan makna mimpi dan akan
menyempurnakan rahmatnya atasmu.” Dia menjelaskan pada Yusuf bahwa Allah akan
merahmatinya dan juga seluruh keluarganya sebagaimana Allah merahmati kakeknya,
Ishaq AS dan kakek buyutnya, Ibrahim AS.
Kesepuluh saudara Yusuf dari lain ibu menyadari bahwa Ya’qub AS, bapak mereka
lebih menyayangi dan memberikan perhatian berlebih pada diri Yusuf dari pada diri
mereka sendiri. Kerap mereka mengomel dan menggerutu: “Sungguh bapak kita telah
berada dalam kesesatan yang nyata.” Mereka begitu iri pada Yusuf dan berhasrat
mencelakainya bersama-sama. Akan tetapi, mereka tidak berani menjalankan rencana
jahat mereka secara terbuka karena bapak mereka selalu berada dekat Yusuf dan akan
marah besar jika mereka ketahuan berbuat jahat pada Yusuf. Yusuf kecil sungguh
masih teramat polos dan lugu dan tidak mencurigai sama sekali rencana jahat
saudara-saudaranya padanya. Kesepuluh saudara lain ibu tersebut tidak hanya
membenci Yusuf AS dan Bunyamin yang lugu tetapi bahkan mereka sangat menyimpan
dendam terhadap bapak mereka sendiri. Mereka memperlakukan Ya’qub AS sebagai orang
tua yang tolol.
Tentu saja Ya’qub mengetahui tabiat buruk kesepuluh anak-anaknya, tetapi dia
menganggap seolah tidak pernah terjadi apapun. Seperti bapaknya, Ishaq AS dan
Kakeknya, Ibrahim AS, Ya’qub AS adalah seorang yang arif bijaksana. Seorang hamba
yang ditunjuk Allah untuk menyampaikan pengetahuan tentang risalah Tauhid pada
anggota suku dan keluarganya. Sebagian ada yang mau memenuhi ajakan Ya’kub tetapi
sebagian ada yang menolak. Ketika Ya’qub AS mencoba menasihati anak-anaknya yang
tertua tentang kebajikan mereka enggan mendengarkannya.
Makna Sebuah Mimpi
Menurut Nabi Muhammad SAW, kamu semua akan mendapati tiga macam mimpi: Pertama,
kamu bermimpi tentang sesuatu dari apa yang pernah kamu dengar. Kedua, kamu
bermimipi tentang sesuatu yang menakutkanmu dan itu datangnya dari bisikan setan.
Ketiga, kamu bermimpi tentang sesuatu yang mengandung berita baik dan itu
datangnya dari Allah. Mimpi para nabi adalah petunjuk kenabian dari Allah, yang
bisa dalam bentuk perintah langsung atau secara simbolik.
Mimpi Nabi Yusuf tentang satu matahari, satu bulan dan sebelas bintang yang
bersujud padanya jelas merupakan petunjuk kenabian. Maknanya, pada suatu ketika
Yusuf akan memperoleh derajat yang mulia dan ketika saudara-saudaranya mengetahui
hal tersebut, mereka menjadi tidak suka hingga pada suatu saat saudara-saudara
Yusuf tersebut membutuhkan pertolongannya dan Yusuf memberikan bantuannya.
Menyadarkan mereka atas rencana jahat dan pengkhianatan mereka selama ini.
Tetapi menafsirkan mimpi bukan sesuatu perkara yang mudah. Kebanyakan orang pada
umumnya hanya menduga-duga, dan sebagaimana kita tahu dalam kisah Yusuf bahwa
seorang yang dianggap paling bijak di Mesir sekalipun ternyata tidak mampu
menafsirkan mimpi aneh dari sang raja.
Hanya nabi Yusuf AS yang mampu menafsirkan makna dari mimpi sang raja. Dia
menjelaskan dan mengakui bahwa kemampuannya menafsirkan mimpi merupakan anugerah
semata yang diberikan Allah padanya.
3. Sebuah Rencana Mulai Disusun
Akhirnya kebencian dan kemarahan saudara-saudara Yusuf mencapai puncaknya, lalu
mereka pergi bersama-sama ke sebuah bukit, yang mana tidak ada seorang pun yang
mengetahui dan mendengar mereka. Disana kakak-kakak Yusuf tersebut menyusun sebuah
rencana besar untuk adik mereka - Yusuf. Nampak terjadi pembicaraan yang serius
diantara mereka: “Lihatlah! Yusuf dan adik kecilnya, Bunyamin, lebih disayang oleh
bapak daripada diri kita. Padahal kita semua adalah sama, anak-anaknya. Sungguh,
bapak kita berada dalam kesesatan. Mari kita bunuh saja Yusuf bersama-sama atau
kita bawa dia ke sebuah tempat yang sangat jauh sehingga kita tidak mempunyai lagi
pesaing dalam mendapatkan perhatian bapak kita dan setelah itu baru kita menjadi
orang-orang yang baik.”
Dalam riuh dan gemuruh hati mereka tentang bagaimana mestinya rencana yang paling
tepat untuk Yusuf, maka salah seorang dari mereka yang masih memiliki rasa sayang
terhadap adiknya, Yusuf, menentang rencana pembunuhan Yusuf. “Jangan bunuh Yusuf,
lebih baik kita culik saja dia lalu kita masukkan ke dalam sumur tua yang gelap.
Para kafilah dagang nanti akan menemukannya dan membawanya pergi, “ kata dia.
Mereka semua suka ide tersebut dan menyetujuinya. Mereka telah mengetahui dimana
mesti menemukan tempat tersebut. Itu adalah sebuah sumur tua yang dalam dengan
airnya yang telah mengering.
Tetapi bagi mereka, masalahnya sekarang adalah bagaimana cara mengelabui bapaknya.
Lalu mereka menyusun sebuah rencana berburu di luar desa dengan mengikut sertakan
Yusuf. Kemudian bersama-sama mereka mendatangi Ya’kub dan memohon agar
diperkenankan membawa Yusuf:
“Wahai bapak! Mengapa engkau tidak pernah mempercayai kami? Kami nanti akan
menjaganya dengan baik. Izinkanlah kami mengajaknya berburu besok, dia bisa
bermain dan bersenang-senang dengan kami, kakak-kakanya.” Mereka terus mendesak
bapaknya bahwa mereka sungguh akan menjaga Yusuf dengan baik. Tetapi Ya’kub
merasakan sebuah gelagat yang kurang baik dan tidak mengizinkan Yusuf dibawa serta
berburu.
“Saya akan merasa sangat cemas jika saya biarkan Yusuf pergi dengan kalian,” kata
Ya’qub, “nanti seekor serigala akan memangsanya ketika kalian lengah menjaganya.”
Tetapi kaka-kakak Yusuf dari lain ibu tersebut tetap bersikukuh: “Bagaimana bisa
serigala tersebut memangsa adik kami sementara jumlah kita sangat banyak.” Mereka
menyakinkan bapaknya, Ya’qub AS bahwa mereka bersepuluh akan besedia maju dan
menghadang serigala tersebut sebelum binatang buas tersebut mampu menjangkau
Yusuf!
Akhirnya, dengan berat hati dan linangan air mata Ya’qub AS mengizinkan dan
melepas Yusuf pergi bersama mereka. Apa yang tidak diketahui Ya’qub adalah bahwa
kesepuluh anak-anaknya tersebut benar-benar merencanakan sebuah niat jahat atas
Yusuf, putra kesayangannya. Dan kata-kata ketakutan Ya’qub bahwa bisa saja nanti
Yusuf akan dimangsa serigala secara tidak langsung telah memberikan ide cemerlang
pada kesepuluh anak-anaknya tersebut dalam memuluskan rencana jahat mereka.
Iri hati: Senjata Setan
Kesepuluh saudara Nabi Yusuf sangat iri dan dengki padanya ketika melihat
kepribadiannya yang menarik dan terlebih lagi karena perhatian dan cinta yang
selalu dia dapatkan dari bapaknya – Ya’qub AS. Dengki, iri hati dan hasud
merupakan racun paling berbahaya yang merusak hati. Hanya setan yang sanggup
membisikkan penyakit hati tersebut. Dan oleh karena itulah mengapa iri hati,
dengki dan hasud selalu menjadi senjata andalan setan dalam menjerumuskan manusia.
Sangat berbahaya bila kita menjadi iri hati, dengki serta hasud tatkala melihat
kesuksesan seseorang, atau atas alasan apapun. Jika racun hati ini dibiarkan terus
tumbuh, benih-benihnya akan mampu merusak hati dan jiwa orang-orang yang beriman
sekalipun. Jadi, jika kamu merasakan kedengkian ada di hatimu, segeralah sadar dan
memohon pada Allah agar diselamatkan dari tipu daya setan. Dengki, iri hati dan
hasud pertanda bahwa kamu tidak terima atas apa yang Allah putuskan dan dengan
begitu kamu merelakan dirimu diperdaya oleh setan.
Bila setan berhasil memperbudak dan memperdaya kamu, niscaya kamu tidak akan mampu
lagi membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Oleh karena itulah, al-Qur’an
mengingatkan orang-orang yang beriman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu yang
sebenarnya baik untukmu, dan boleh jadi pula kamu mencintai sesuatu yang
sebenarnya tidak baik untukmu” (2:216).
4. Perjalanan Berburu
Keesokan paginya, ketika melihat putra-putranya berangkat, Ya’qub mendoakan
keselamatan mereka dan keselamatan seluruh umat manusia, terutama keselamatan
Yusuf, putra tercintanya, yang berusia 16 tahun ketika itu. Ya’qub adalah seorang
nabi yang memiliki tingkat kesabaran yang tinggi. Dia selalu percaya bahwa Allah
akan mengawasi dan menjaga putra-putranya dan akan memberikan pertolonganNya pada
saat yang diperlukan walupun dia tidak mengetahui dalam bentuk apa pertolongan
Allah tersebut akan datang.
Rombongan kakak beradik tersebut semakin berjalan menuju pinggiran desa yang mulai
sepi, sambil membawa domba dan kambingnya dan sesekali membiarkan mereka merumput
di sisi-sisi perbukitan. Yusuf merasa sangat senang dan gembira melakukan
perjalanan bersama kakak-kakaknya. Dia berlarian kesana-kemari dan bermain-main di
tengah-tengah kakak-kakaknya dengan puas.
Ketika rombongan tersebut semakin dekat ke sumur tua, tiba-tiba mereka membekap
Yusuf dari belakang. Yusuf berusaha keras melepaskan diri dari bekapan mereka
sampai bagian baju belakangnya robek . Tetapi betapapun keras perlawanannya, Yusuf
tidak sanggup melepaskan diri dari pitingan kakak-kakaknya karena mereka lebih
besar dari dia. Mereka bersama-sama menurunkan Yusuf ke dasar sumur tua tersebut.
Yusuf berteriak minta tolong saat dia berada dalam sumur, tetapi mereka tidak
memperdulikannya.
Walaupun sumur tua tersebut sangat dalam, sumur tersebut benar-benar telah
mengering. Yusuf mendarat ke dasar sumur tersebut dengan empuk. Dia sedikit agak
pening tetapi tidak mengalami cidera yang serius kecuali lecet ringan yang
disebabkan tajamnya batuan pada diding dalam sumur.
Tidak ada sedikitpun ada tempat pijakan di dinding sumur tersebut untuk melepaskan
diri. Kakak-kakak Yusuf telah jauh meninggalkannya sambil tertawa dan bersenda
gurau, mereka tidak sedikitpun memperdulikan tangisan Yusuf yang ketakutan minta
tolong. Tanpa makanan dan air, Yusuf menyandarkan tubuhnya pada dinding sumur tua
tersebut selama tiga hari. Dia kemudian berdoa kepada Tuhannya, memohon
pertolonganNya. Boleh jadi Yusuf telah dikhianati oleh kakak-kakaknya sendiri,
dibiarkan mati atau dijual sebagai budak tetapi yang pasti Yusuf tidak pernah
berkecil hati. Dia selalu menaruh keyakinan dan harapannya hanya pada Allah, dan
memang keyakinannya itu yang menjadi penolongnya. Firman Allah: “Kelak kamu akan
menceritakan kisahmu ini pada saudara-saudaramu sementara mereka tidak mengetahui
lagi siapa dirimu.”
5. Manisnya Buah Kesabaran
Kini saudara-saudara Yusuf yang jahat kembali sibuk merencanakan sebuah tipu daya
buat mengelabui bapaknya. Mereka menyembelih seekor domba muda dan mengolesi baju
Yusuf yang robek dengan darah domba tersebut.
Mereka menunggu hingga larut malam untuk pulang demi menunjukkan kesungguhan usaha
mereka mencari dan menyelamatkan Yusuf. Mereka berpura-pura menangis. “Oh, bapak!”
isak mereka, “Apa yang bapak cemaskan menjadi kenyataan! Ketika kita sedang lomba
berlari dan kita tinggalkan Yusuf sebentar, tiba-tiba seekor serigala menerkam dan
memangsanya.” Mereka menunjukkan pada bapaknya baju Yusuf yang berlumuran darah
kambing tersebut sebagai bukti. Ketakutan bapaknya, Ya’qub, tentang serigala yang
akan memangsa Yusuf menjadikan mereka lebih mudah menyakinkan bapaknya akan cerita
bohong mereka.
Ya’qub AS sangat terguncang dan gundah demi mendengar kabar itu. Dia mendengarkan
cerita anak-anaknya tentang serigala tersebut tetapi dalam hati kecilnya Ya’qub
tidak mempercayainya. Dia seorang yang bijak dan bisa merasakan apa yang
sesungguhnya yang ada dalam benak anak-anaknya. Dia merasakan ada sebuah permainan
yang sengaja dibuat oleh kakak-kakak Yusuf. Saat dia memeriksa dengan seksama baju
itu, dia mendapati bahwa meskipun ada darah di baju Yusuf tetapi tidak dia jumpai
cabikan dan bekas cakaran seekor serigala. Dalam hati kecilnya, dia menolak untuk
menerima cerita itu: bagaimana bisa seeokor serigala memangsa habis Yusuf tanpa
menyentuh sedikitpun bajunya!
“Tidak!” isak dia, “Meski jiwamu dalam bahaya tetapi bersabarlah! Hanya Allah yang
dapat menolongku mengatasi masalah ini.” Ya’qub menghibur diri dan menguatkan
hatinya sendiri seraya memohon pertolongan Allah. Selama beberapa hari dia hanya
membisu.
Jika kakak-kakak Yusuf yang jahat tersebut mengira bahwa kini mereka akan
mendapatkan kasih sayang yang berlebih dari bapaknya, Ya’qub AS, ternyata mereka
salah. Malahan kini Ya’qub lebih banyak menghabiskan waktunya berdoa dan berzikir.
Dia memohon pertolongan Allah atas putra bungsunya, Yusuf. Dia teringata kembali
tentang mimipi Yusuf melihat sebelas bintang, satu matahari dan satu bulan
bersujud padanya. Dia sangat percaya bahwa Yusuf masih hidup dan kini berada di
sebuah tempat dan dengan itu boleh jadi Allah memilihnya sebagai bagian dari
rencanaNya yang baik diri Yusuf untuk waktu mendatang.
Usaha Keras dan Rencana Tuhan
Disamping menceritakan keteguhan iman dan tingginya kesalehan Nabi Yusuf AS,
“kisah yang menawan ini” menawarkan beberapa pelajaran yang luar biasa berharga
bagi keimanan seseorang.
Yaitu bahwa Allah selalu merencanakan segala sesuatunya demi kebaikan hamba-
hambanya yang beriman. Bahkan sesuatu yang awalnya nampak sebagai kesulitan dan
bencana ternyata seringkali berubah menjadi rahmat. Inilah yang terjadi dalam
kasus Yusuf AS. Dia dilemparkan ke dalam sumur hanya untuk ditempatkan pada
kedudukan yang lebih mulia. Dia dibawa oleh kafilah dagang ke sebuah keluarga
bangsawan yang sangat terhormat di Mesir, lalu oleh keluarga tersebut Yusuf
dilatih dan dididik. Dia akhirnya berubah menjadi seorang yang cakap dan bijak.
Tetapi hal ini hanya bisa terjadi pada seseorang yang mempunyai kesabaran yang
tinggi. Kesabaran yang akhirnya berbuah manis tersebut telah ditunjukkan oleh
Yusuf AS dan bapaknya, Ya’qub AS ketika menghadapi saat-saat tersulit dalam hidup
mereka. Sebagai contoh: ketika Nabi Ya’qub AS kehilangan putra kesayangannya, dia
berseru kepada Allah: “Sesungguhnya kegelisahan dan kesedihanku semua kuserahkan
padaNya.”
Meskipun Yusuf telah ditipu dan dilemparkan ke sebuah sumur tua yang dalam oleh
saudara-saudaranya, dijual sebagai budak, dan dituduh bersalah untuk kemudian
dimasukkan penjara di Mesir, Yusuf tetap bersabar dan teguh memegang keimanannya
pada Allah. Untuk itu, Allah selalu menyertainya dan tidak melupakannya. Allah
memang sedang merencanakan sebuah rencana besar atas diri Nabi Yusuf AS. Tetapi
kita meski teruskan cerita kita…..
6. “Kabar Menggembirakan!”
Saat bapaknya sedang gundah memikirkan keadaannya, Yusuf AS masih dalam sumur dan
hanya bisa merenungi nasibnya karena memang tidak ada jalan keluar. Dalam waktu
yang tidak berapa lama, serombongan pedagang (kafilah) dari Syiria yang hendak
menuju Mesir singgah untuk mengambil air minum di sumur itu. Kafilah yang mau ke
Mesir dari Syiria pasti akan melewati Palestina. Pada masa tersebut, sebagian
besar orang-orang, dalam praktik dagang, biasa menukarkan barang yang mereka
miliki dengan barang orang lain (barter) daripada pembayaran langsung dengan uang.
Jadi, tentu saja, para kafilah dagang mesti membawa sejumlah besar barang dagangan
dimana barang-barang tersebut harus dijaga dengan baik.
Kafilah yang singgah di sumur tua tersebut membawa banyak barang dagangan,
diantaranya: buah aprikot, apel kering, buah ara, rempah-rempah, balsem dan
kemenyan. Juga pakaian wool, serta beberapa barang lain. Seluruh barang-barang
tersebut dikemas dalam bungkusan yang ditaruh diatas pungung onta – hewan padang
pasir yang lembut dan tangguh dalam medan-medan berat.
Meskipun cara berjalannya agak pelan dan hampir tidak mengeluarkan suara tetapi
yang menarik adalah bahwa onta mengeluarkan irama bunyi gemerincing khas yang
dihasilkan dari bel kecil yang dikalungkan di lehernya. Ketika kafilah tersebut
sampai di sumur tua, dan salah seorang dari mereka hendak mengambil air di sumur
tersebut untuk onta-onta mereka dan teman-temannya yang lain, betapa terkejutnya
dia ketika yang dia dapati dalam sumur tersebut adalah seorang anak lelaki. “Hai,
kabar gembira! Kemarilah!Kita sugguh beruntung! Lihatlah anak lelaki di dasar
sumur itu!”
Semua teman-teman rombongannya lekas berhamburan untuk melihat apa yang terjadi.
Dan memang di dasar sumur itu terlihat jelas Yusuf berusaha untuk keluar. Mereka
kemudian menurunkan tali dan Yusuf mengikatkan tubuhnya dengan tali tersebut, lalu
kafilah Syiria tersebut ramai-ramai menarik Yusuf keluar dari sumur tua. Betapa
senang mereka dan tak terbayang sebelumnya di benak rombongan itu bahwa mereka
akan mendapatkan seorang anak lelaki yang sangat rupawan dengan wajah yang
bersinar cerah dan mempesona. Bagi mereka, Yusuf lebih mirip seperti malaikat
daripada seorang anak manusia.
Daripada mengembalikan Yusuf ke keluarganya, nampaknya kafilah tersebut lebih
memilih membawa Yusuf ke Mesir dan menjualnya di pasar budak. Mereka telah berada
di tapal batas dan sebentar lagi hampir mencapai pusat kota.
Dahulu kala, jauh sebelum ada mobil dan pesawat terbang, ketika orang-orang hendak
pergi jauh melintasi gurun, mereka biasanya melakukan perjalanan tersebut secara
bersama-sama dalam suatu rombongan. Dan itu dipandang lebih aman. Diperlukan dua
bulan untuk melintasi Gurun Sinai dan selalu saja ada gangguan perjalanan, yaitu
serangan dari para penyamun. Rombongan tersebut biasanya berjalan bersama-sama,
mengenderai onta atau kuda, atau duduk diatas kereta.
Kumpulan kelompok atau rombongan yang besar disebut kafilah. Demi menghindari
terik matahari musim panas, kafilah biasanya bergerak pada malam hari. Dan pada
musim dingin, mereka bergerak pada siang hari. Kafilah dengan jumlah ratusan orang
itu bergerak seolah-olah penduduk sebuah kota yang mau pindah. Mereka dipimpin
oleh seorang amir, yang perannya mirip seperti seorang kapten kapal.
Kafilah biasanya dikawal oleh sepasukan tentara, pemandu dan para petunjuk jalan.
Untuk menjaga semangat, mereka menyanyi seiring dengan langkah-langkah kaki
mereka. Pada malam hari mereka berhenti dan membuat perapian serta memanggang roti
mereka. Mereka kemudian akan duduk melingkari perapian, dan saling bercerita
kisah-kisah lama tentang kejayaan dan para pahlawan suku mereka. Pagi harinya,
mereka akan bersiap kembali melanjutkan perjalanan yang masih panjang.
Perbudakan di Mesir
Pada zaman Nabi Yusuf AS, di Mesir dan hampir di seluruh penjuru negeri, orang-
orang kaya mempunyai budak yang melayani keperluan mereka. Orang-orang mendapatkan
budak dengan beragam cara yang berbeda: Pertama, budak-budak tersebut adalah para
tawanan perang. Kedua, mereka adalah anak-anak yang dengan sengaja dijual oleh
orang tua mereka sebagai budak karena alasan kemiskinan. Ketiga, orang-orang yang
sebatang kara, lemah dan tanpa pengawalan lalu diculik dan dijadikan budak.
Seringkali juga seorang budak mampu menebus kemerdekaan dirinya sendiri atau juga
tuannya yang membebaskannya. Dan yang sering terjadi adalah biasanya budak yang
merdeka tersebut kemudian menjadi tokoh penting di masyarakat. Terkadang mereka
menjadi para ilmuwan dan pemimpin.
7. Rencana Allah Atas Yusuf AS
Ketika kafilah tersebut sampai di Mesir, tepatnya di kota tua Memphis, Yusuf
dijual seharga 20 dirham kepada seorang bangsawan, yang lalu membawanya pulang ke
rumah sebagai pelayan. Bangsawan tersebut adalah seorang hakim agung kerajaan yang
bergelar Aziz (gelar yang diberikan orang-orang padanya atas tingginya status
sosial dia). Sebenarnya nama bangsawan tersebut adalah Fitfir atau Pothipar.
Aziz dengan cepat segera merasakan ada sesuatu yang sangat istimewa dalam diri
Yusuf AS, ketampanan, tindak – tanduk, kepolosan, kecerdasan, tanggung jawab,
kejujuran, keluhuran budi pekertinya dan guratan wajah bangsawan di wajahnya
semakin menawan Aziz. Bahkan Aziz sendiri menduga-duga, Yusuf pastinya adalah
keturunan bangsawan. Dia lalu membawanya pulang dan menyuruh istrinya agar
memperlakukan Yusuf dengan baik dan agar menganggap dia sebagai bagian dari
anggota keluarga sendiri. Dalam kehidupan rumah tangganya selama ini, Aziz dan
istrinya belum dikaruniai seorang anak. Oleh karena itu, kelak Yusuf diangkat
sebagai anak.
Dengan demikian, sesuai rencana Allah, Yusuf AS telah dibawa dari sebuah desa
kecil yang sepi ke sebuah kota yang sangat maju pada waktu itu untuk dilatih dan
dididik demi mengemban tugas-tugas penting di kemudian hari.
Memphis
Pada waktu kisah Yusuf ini terjadi, kota kuno Memphis merupakan sebuah kota paling
besar di Mesir masa itu. Kota tersebut dibangun pada 3000 SM ketika Mesir Depan
dan Mesir Belakang telah dipersatukan. Inilah mula dari dinasti-dinasti di Mesir.
Orang Mesir Kuno menggambarkan negerinya seperti bunga teratai: Sungai Nil
digambarkan sebagai tangkainya, oase Faiyum sebagai kuncupnya, dan delta Sungai
Nil sebagai bunganya, padahal batas-batas negeri Mesir lebih luas dari gambaran
tersebut. Sebagai besar wilayah Mesir adalah tanah-tanah tandus dan hanya sedikit
orang yang mampu bertahan hidup disana. Karena kondisi alam tersebut, maka
sebagian besar orang Mesir tinggal dan hidup di tanah-tanah subur di sepanjang
aliran Sungai Nil, sungai terpanjang di dunia, yang mengalir dari Eithopia.
Sekali dalam satu tahun sungai tersebut membanjiri kawasan yang dilaluinya. Ini
sangat mengerikan dan menimbulkan kecemasan tersendiri bagi orang Mesir yang
tinggal di sepanjang sungai karena air seringkali menenggelamkan tanah-tanah
perkebunan dan rumah-rumah mereka. Bahkan yang lebih parah lagi, Sungai Nil meluap
kembali pada saat air banjir yang pertama belum surut. Tetapi banjir tahunan
tersebut juga membawa banyak material penting dan pasir dari wilayah selatan
Mesir. Seiring berjalannya waktu material dan pasir tersebut mengendap dan
membentuk apa yang dinamakan silt, sebuah pupuk alam yang membuat tanaman dapat
tumbuh subur. Faktor alam inilah yang selama beribu-ribu tahun berlangsung
menjadikan Mesir sebagai tanah paling subur dan kaya di kawasan itu. Sebagai
hasilnya, bagsa Mesir dapat membangun sebuah kerajaan besar dengan raja-rajanya
yang sangat berkuasa, yang kemudian dikenal sebagai Fir’aun atau Pharaohs.
Memphis terletak di ujung delta Sungai Nil, dimana delta tersebut menyatu dengan
lembah dan itu merupakan posisi yang sangat tepat untuk mengontrol dua wilayah
tersebut sekaligus. Selama masa kerajaan Mesir kuno, Memphis tetap dipilih sebagai
ibukota. Kira-kira 1500 tahun kemudian, sejak Yusuf tiba di Memphis, Kerajaan
Mesir Kuno hancur. Ada beberapa penguasa yang silih berganti memerintah, dimana
fase ini kemudian dikenal sebagai masa dinasti pertengahan Mesir, termasuk
beberapa dinasti di Mesir yang dibangun para penakluk dari Timur. Pada masa ini,
setiap raja membangun istana dan gedung pemerintahannya sendiri, dan tindakan ini
telah membuat wajah Memphis terus berubah. Tetapi yang tidak berubah dari Memphis
saat itu adalah kuil-kuil penting dan pelabuhan. Bagaimanapun, Memphis terus
mengalami perubahan dan pada puncaknya adalah kedatangan secara besar-besaran para
pendatang baru di kota tersebut.
Nama Memphis diambil dari bahasa Mesir, Men-ofer yang berarti “kokoh dan cantik.”
Memphis merupakan kota dengan gedung-gedung yang besar dan kuil-kuil indah yang
dibangun sebagai persembahan untuk dewa-dewa bangsa Mesir. Kota tersebut juga
dilengkapi dengan pasar-pasar besar dan alun-alun kota. Di salah satu sudut alun-
alun kota itu pula Yusuf AS pernah diperjual-belikan sebagai seorang budak.
8. Nabi Yusuf Menghadapi Ujian
Tahun demi tahun berganti dan Yusuf AS tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan
dan mempesona. Dengan keberuntungan nasibnya di Mesir, Yusuf memperoleh beragam
pengetahuan, wibawa dan kekuasaan. Aziz memperlalukannya dengan penuh hormat:
Yusuf lebih nampak sebagai seorang tamu dan anaknya daripada seorang pelayan
(budak). Dia dengan cepat belajar bahasa dan sekarang terlihat seperti orang Mesir
sesungguhnya. Dia jujur dan dapat dipercaya sehingga masyarakat kerap meminta
nasihat padanya dan menghargai pendapat-pendapatnya.
Daya tarik pemuda tampan ini menggoda Zulaikha, istri Aziz yang sangat cantik dan
punya banyak kekuasaan di lingkungan istana. Yusuf tetap menjaga jarak dan tidak
pernah membalas bujuk rayunya tetapi Zulaikha tetap bersikukuh dan tak mau
menyerah. Dia selalu mengikutiYusuf kemanapun anak kesayangan Ya’qub ini berada.
Merayunya dengan kata-katanya yang nakal dan menggoda tetapi Yusuf tak pernah
mendengarkannya. Hingga pada suatu ketika saat Aziz sedang pergi ke luar kota dan
dia mendapati Yusuf seorang diri. Perempuan cantik tersebut memanggil Yusuf ke
kamarnya dan mulai merayunya. Zulaikha cepat-cepat menutup pintu dan mengajak
Yusuf bercinta: “Ayolah!” Rayuan istri Aziz tersebut sungguh sangat menggoda, jika
tidak karena kuatnya keimanan Yusuf maka tentulah dia telah jatuh dalam kerusakan
moral.
Yusuf meronta dan melangkah mundur seraya berkata: “Ya Tuhanku, Ampuni aku! Tuanku
Aziz telah begitu baik memperlakukan aku, aku tidak mau mengkhianatinya.” Yusuf AS
sangat hormat dan sayang pada Aziz, dia tidak pernah berfikir untuk terlibat dalam
perselingkuhan dengan Zulaikha di belakang Aziz. Lebih dari itu, Yusuf juga tahu
di hadapan Allah perselingkuhan adalah dosa besar. Lalu, ketika Zulaikha mulai
mendesah dan memejamkan matanya, Yusuf berbalik dan berlari menuju pintu. Zulaikha
mengejarnya, memegang bajunya dan merobeknya. Yusuf berusaha keras membuka pintu
dan ternyata disana tuannya, Aziz telah berdiri di depan pintu.
Zulaikha dengan cepat mereka-reka cerita bohong - sebagaimana pada umumnya orang
yang merasa bersalah – menjelaskan pada suaminya tentang hukuman apa yang paling
pantas diberikan bagi seseorang yang telah berani berbuat kurang ajar padanya.
“Suamiku, apa hukuman yang layak diberikan pada seseorang yang merencanakan
perbuatan nista pada istrimu?” dia terisak menangis. Baru beberapa saat dia
menunjukkan cinta dan rindunya pada Yusuf tetapi sekarang dia telah menuduh Yusuf
bersalah dan pantas diberi hukuman.
Yusuf membela diri dan mengatakan bahwa Zulaikha yang justru berusaha merayunya.
Keributan itu telah mengundang sejumlah anggota keluarga lainnya yang datang untuk
melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi. Lalu salah seorang dari anggota
keluarga yang dikenal sangat bijak dan cerdik memberikan jalan keluar: “Jika
robekan baju Yusuf berada di depan, maka Zulaikha yang benar. Tetapi jika baju
Yusuf robek di bagian belakang maka Yusuflah yang harus dipercaya.” Aziz melihat
kearah baju Yusuf dan mendapati bahwa baju tersebut robek di bagian belakang. Dia
segera tahu bahwa istrinya yang sebenarnya bersalah. “Kamulah yang bersalah!”
tukas dia, dan memperingatkannya agar minta maaf pada Yusuf.
Bisikan Lembut Suara Tuhan
Yusuf AS tetap menjaga nilai-nilai ilahiyah (suara nurani) yang ada pada dirinya,
dan yang telah menyelamatkannya pada saat-saat sulit. Allah telah memberikan pada
setiap orang ‘pusaka’ ini sejak manusia dilahirkan. Orang kebanyakan menyebut
pemberian gratis tuhan tersebut dengan suara nurani atau hati nurani. Nurani
itulah yang dapat membedakan antara kebenaran dan kebatilan juga antara kebaikan
dan kejahatan. Nurani akan memperingatkan kita bilamana kita hendak melakukan
keburukan.
Jika kita mengabaikan nurani kita, itu sama halnya dengan kita tak mengindahkan
suara peringatan Tuhan. Kalau sudah demikian, kita tidak saja akan jauh dari
pertolongan Allah tetapi secara perlahan kita dengan sengaja telah membunuh nurani
kita sendiri. Pada sisi yang lain, seseorang yang patuh pada panggilan nuraninya,
dia akan mendapatkan kepekaan mendengar suara – suara Tuhan. Pertolongan Tuhan
memberikan pada orang tersebut kekuatan untuk melawan segala jenis kejahatan.
Nilai kebenaran tidak berasal dari kebenaran itu sendiri, tetapi nilai dan sumber
kebenaran sejati adalah berasal dari Allah Yang Maha Kuasa. Untuk alasan ini, jiwa
manusia sering disebut dengan nafsu ammarah, yang berarti “jiwa yang selalu
mengikuti panggilan kejahatan.” Tingkatan berikutnya dari jiwa manusia adalah
nafsu lawwamah, yang berarti “jiwa yang penuh dengan kebencian terhadap
sesamanya.”
9. “Penjara Lebih Baik….”
Kabar tentang tak sedap tentang perselingkuhan istri Aziz menyebar ke seluruh
penjuru kota, para gadis dan wanita menjadikannya sebagai bahan gunjingan. Mereka
merasa bahwa Zulaikha yang jelas bersalah. Istri Aziz kemudian mengundang para
wanita bangsawan kota itu ke jamuan yang dia adakan, dan membuktikan pada mereka
bahwa pasti mereka juga akan bersikap yang sama sebagaimana dia lakukan ketika
mereka melihat Yusuf. Zulaikha memberi pada mereka pisau dan buah dan meminta
mereka mengiris buah tersebut, pada saat yang bersamaan dia meminta Yusuf berjalan
melintasi ruang makan. Saat Yusuf muncul, para wanita bangsawan tersebut begitu
terpesona dengan ketampanan Yusuf yang luar biasa sehingga mereka berteriak penuh
kekaguman: “Ya ampun! Ini pastinya malaikat bukan manusia!” Dan dalam ketakjuban,
mereka tanpa terasa mengiris jari-jari mereka sendiri dengan pisau yang mereka
pegang.
Para wanita tersebut tentu saja sangat terpesona dan tertarik dengan ketampanan
dan kepribadian Yusuf, tetapi sebaliknya Yusuf hanya memusatkan perhatiannya untuk
beribadah pada Allah. Dia begitu tenggelam dalam keintimannya dengan Allah dan
tidak ada hal lain yang dapat mengalihkannya.
Istri Aziz, Zulaikha tidak pernah menyerah menggoda dan merayu Yusuf. Saking
jengkelnya dengan upayanya yang selalu gagal, dia lalu mengancam Yusuf dengan
mengirimnya ke penjara jika dia tetap tidak mau diajak berbuat nista. Menghadapi
hal ini, Yusuf berdo’a memohon jalan keluar terbaik: Ya Allah, penjara lebih baik
bagiku daripada aku di paksa melakukan perbuatan hina itu. Jika Engkau tidak
merubah rencana mereka atas diriku maka tentulah aku termasuk orang yang aniaya.”
Sebenarnya Aziz dan yang lain mengetahui bahwa Yusuf tidak berasalah, lalu demi
kebaikan Yusuf dan Zulaikha, mereka memenjarakan Yusuf. Keputusan tersebut memang
tidak adil tetapi hal itu juga merupakan jawaban Allah atas do’a Yusuf. Dan
sungguh, penjara ternyata membukakan jalan lain dalam kehidupan Nabi Yusuf AS.
10. “Hai, Teman Sekamar Selku”
Penjara tersebut sangat gelap dan mustahil dapat melarikan diri dari padanya.
Tidak ada sepotongpun sinar matahari yang masuk. Tidak ada seorangpun, penghuni
kamar penjara, yang mampu mengetahui siang dan malam. Tetapi Yusuf tidak pernah
jemu dan putus asa berdo’a pada Tuhannya. Dia ingat bagaimana Allah telah
menyelamatkannya dari gelapnya sumur. Dia yakin bahwa akan menolongnya kembali.
Yusuf memiliki tingkat kesadaran nurani yang tinggi. Dia tidak bersalah. Oleh
karenanya, Yusuf bukanlah seorang tawanan biasa. Dengan sabar dia memohon pada
Allah agar selalu diberi keteguhan hati dan kekuatan. Dia merasa bahwa berada di
penjara lebih baik karena dia dapat melepaskan diri dari rayuan istri tuannya.
Tetapi ada sesuatu lain yang lebih penting yang terjadi selama keberadaannya di
dalam penjara. Yaitu bahwa disanalah Allah mendaulatnya untuk menjadi seorang
nabi, mengikuti jejak bapaknya, Ya’qub AS, kakeknya, Ishak AS, dan kakek buyutnya,
Ibarahim AS.
Yusuf memulai misi kenabiannya dengan menyampaikan firman Allah pada sesama
manusia lainnya. Dia mengampuni para pelaku kejahatan dan mengajak mereka mengubah
jalan hidup mereka menuju kebaikan. Memberikan simpatinya pada orang-orang yang
menjadi korban salah tuduh. Dia menasihati agar mereka selalu sabar menghadapi
cobaan dan ujian hidup.
Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada
Allah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian. Dan aku mengikuti agama bapak-
bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya’qub. Tiadalah patut bagi kami (para nabi)
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah karunia
Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia itu
tidak mensyukurinya (12:37-38).
Dia merasa inilah saat yang tepat untuk mengajari mereka keimanan yang benar. Lalu
dia mengajari mereka untuk beriman hanya pada Tuhan yang satu, Allah dan
meninggalkan kepercayaan dan keyakinan lama mereka menyembah berhala.
“Hai kedua penghuni penjara! Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan yang bermacam-
macam ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Apa yang kamu sembah selain
Allah itu bukan apa-apa kecuali hanya nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu
membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu.
Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (12:39-40).
Nabi yang Paling Mulia
Pada waktu peristiwa Isra’ Mikraj, dimana ketika malam itu Jibril diutus Allah
untuk membawa Muhammad SAW dari Mekkah ke Masjidil Aqsa di Jerussalem, Palestina
lalu dilanjutkan ke sidratul muntaha, disana Muhammad SAW bertemu Nabi Yusuf. Pada
peristiwa itu Muhammad SAW bertemu dengan para nabi termasuk Yusuf AS dan Muhammad
shalat berjamaah dengan mereka semua, bertindak sebagai Imam. Diakhir
pertemuannya, Muhammad mengatakan bahwa diantara para nabi, Yusuf merupakan yang
paling mulia karena dia memiliki garis keturunan langsung para nabi: Ya’qub AS,
Ishak AS, dan Ibrahim AS.
11. Menafsirkan Mimpi
Ada dua orang pesakitan yang dimasukkan penjara bersamaan dengan Yusuf. Kedua
orang tersebut adalah pelayan kerajaan yang mengkhianati raja. Yang satu adalah
pelayan yang bertugas menuangkan minuman bagi sang raja sementara yang satu lagi
adalah tukang roti sang raja. Kedua orang tersebut telah menyusun konspirasi untuk
meracuni raja. Dalam penjara, kedua tawanan tersebut sangat terkesan dengan
kejujuran dan kebijakan Yusuf. Mereka percaya pada Yusuf dan sering meminta
nasihat-nasihatnya.
Suatu malam, kedua orang tersebut mendapat mimpi aneh. Mereka berdua datang ke
Yusuf dan menceritakan perihal mimpi mereka. Tawanan yang satu menceritakan bahwa
dalam mimpi tersebut dia melihat dirinya memeras buah anggur untuk dijadikan
minuman. Yang satu lagi mengatakan bahwa dia melihat dirinya dalam mimpi tersebut
sedang membawa roti diatas kepalanya tetapi kemudian roti-roti tersebut dibawa
terbang burung-burung. Mereka meminta Yusuf mengartikan mimpi mereka, “katakan
pada kami makna mimpi tersebut dengan begitu kami dapat mengetahui apakah kamu
seorang nabi ataukah hanya manusia pada umumnya.” Yusuf mengatakan pada mereka
bahwa mereka akan mendapatkan jawabannya sesaat sebelum mereka menyantap hidangan
mereka. Yusuf menambahkan bahwa Tuhannya, Allah, yang sesungguhnya telah
memberikan padanya pengetahuan menafsir makna mimpi-mimpi.
Setelah mengajari mereka tentang keimanan (agama), Yusuf menafsirkan makna mimipi
tersebut. Untuk orang yang pertama, Yusuf mengatakan bahwa dalam waktu dekat ia
akan dibebaskan dari penjara dan akan kembali kerja seperti semula, yaitu membuat
dan menuangkan minuman buat sang raja. Kepada orang kedua, Yusuf mengatakan bahwa
dia akan diputus hukuman mati, burung-burung akan mematuk jasadnya sebagai
makanan. Tidak lama berselang, ramalan nabi Yusuf terbukti benar. Dalam
persidangan, tukang roti tersebut diputuskan bersalah karena telah menyusun
rencana jahat untuk meracun raja, dan dia akhirnya di hukum mati. Dan tuduhan
terhadap tukang anggur tersebut tidak terbukti, akhirnya ia dibebaskan dan kembali
kembali ke istana untuk melanjutkan pekerjaan lamanya.
Yusuf meminta tukang anggur tersebut untuk menyampaikan sebuah pesan pada raja
akan kekejaman dan ketidakadilannya selama ini terhadap para pesakitan. Tetapi
tukang anggur tersebut lupa, dan akhirnya Yusuf mendekam lebih lama lagi di dalam
penjara tersebut selama beberapa tahun.
Seni Bangsa Mesir Kuno
Bangsa Mesir kuno merupakan bangsa yang berperadaban tinggi, yang telah mencapai
pengetahuan terkait dengan kehidupan dan kematian. Mereka juga adalah bangsa yang
ahli dalam seni dan arsitektur. Piramid-piramid bangsa Mesir kuno merupakan
susunan bantuan yang paling besar dan tertua di dunia. Piramid pertama dibangun
kira-kira pada 4500 tahun yang lalu. Dan piramid terbesar yaitu Piramid yang
terletak di Giza, yang juga termasuk salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno
dibangun dengan lebih dari 2 juta bata batu kapur, yang tiap-tiap bata tersebut
rata-rata memiliki berat 2,3 meter ton! Kuil-kuil juga dibangun menggunakan batu
kapur. Bagian-bagian dari kuil dirancang menyerupai tanaman: misal, ada bagian
dinding kuil yang dipahat seperti pohon palm atau alang-alang mesir (papyrus)
Seni lukis yang sangat indah dan karya seni lainnya ditorehkan di makam raja dan
kuil. Para seniman melukis dinding makam dengan warna-warna cerah dan gambaran
kehidupan segari-hari, termasuk gambar-gambar panduan memasuki hidup baru setalah
kematian. Lukisan-lukisan ini dikerjakan dengan sangat serius dan indah karena
mereka percaya bahwa gambar-gambar tersebut akan menjadi hidup di dunia
berikutnya. Kuil-kuil dihiasi dengan pahatan-pahatan festival, kemenangan militer,
dan peristiwa penting lain. Para pematung juga membuat patung batu yang sangat
besar bernama Sphinxes (patung singa berkepala manusia). Sphinxes tersebut
dianggap sebagai perwujudan dewa-dewa bangsa Mesir kuno yang bertugas menjaga
makam raja-raja dan kuil.
Para perajin dan seniman yang diperkerjakan keluarga kerajaan disamping membangun
kuil juga diperbolehkan membuat sesuatu yang lain: ornamen dan patung manusia dari
kayu, gading, perunggu, emas, pirus, pualam dan bahan-bahan yang lain. Binatang
yang paling sering dijadikan sebagai obyek untuk patung kecil adalah kucing, yang
menurut kepercayaan bangsa Mesir kuno, kucing adalah hewan suci dan berharga untuk
menjaga dan melindungi ladang dan lumbung mereka dari serangan tikus.
Tell Me About
T H E P R O P H E T
Y U S U F
Mempelajari Kembali Tentang “Sebuah Kisah Yang Paling Menawan”
Kisah Yang Tidak Pernah Usang!
Buku ini menceritakan kisah Nabi Yusuf AS (Joseph) dan saudara-saudaranya. Kisah
itu bermula dari masih kecil Yusuf saat keluarganya biasa tinggal dalam tenda-
tenda di gurun, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Ketika dia
menjelang dewasa, kakak-kakaknya memasukannya dalam sebuah sumur gelap yang telah
mengering airnya. Kisah ini menggambarkan betapa dalam sebuah kejadian yang tidak
menyenangkan terkadang mengandung berkah tersembunyi. Dalam kasusYusuf, dia telah
diangkat dari sumur oleh kafilah dagang, di bawa ke Mesir dijual sebagai budak
tetapi pada akhirnya Yusuf justru menjadi menteri kepercayaan raja Mesir. Disana
juga dia ditunjuk Allah menjadi seorang Nabi.
Beberapa kejadian yang terdapat dalam kisah Yusuf dan saudara-saudaranya ini
mengandung sejumlah pelajaran penting tentang nilai-nilai moral dan etika. Salah
satunya adalah semangat hidup yang ditunjukkan Yusuf saat dia dimasukkan oleh
saudara-saudaranya ke dalam sumur. Lainnya adalah kesabaran dan kesalehannya
ketika dia diperlakukan tidak adil oleh perempuan anggota keluarga kerajaan.
Banyak kejadian penting dan menarik yang dapat anda temukan saat anda membuka
lembar demi lembar buku ini, diantaranya adalah: ketepatan Yusuf dalam menafsirkan
mimpi, kebajikan, ketekunan dan kerja kerasnya dalam mengatasi kelaparan di Mesir,
kebaikan hatinya ketika memperlakukan saudaranya yang telah berbuat jahat padanya
ketika mereka datang ke Mesir minta pertolongan, kehalusan budi pekertinya dalam
memaafkan saudara-saudaranya serta sikap yang dia tunjukkan demi menyambut dan
menghormati kedua orang tuanya ketika mereka datang ke Mesir. Inilah sebagian dari
episode-episode dalam “kisah yang sangat menawan ini” – kisah Nabi Yusuf yang
mengandung banyak pelajaran berharga yang dapat kita ambil.
Fokus utama dari keseluruhan isi buku ini adalah menggambarkan semangat hidup Nabi
Yusuf dan perilaku salehnya serta pelajaran yang banyak terkait langsung dengan
kehidupan sehari-hari. Kejadian-kejadian menarik dalam buku ini disajikan dalam
gaya informatif yang sederhana, dengan ilustrasi (gambar-gambar) yang menarik,
sehingga anak-anak dapat dengan mudah memahami dan menikmati kisah ini.