You are on page 1of 49

SOSIALISASI PENGELOLAN

BARANG MILIK NEGARA/DAERAH


(PP NO. 6 TAHUN 2006)

Oleh:
Bidang Pengelolaan Kekayaan Negara

Departemen Keuangan RI
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
KANWIL II DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA MEDAN

Medan, Pebruari 2010


1
LATAR BELAKANG

PP No.6/2006
Tentang Pengelolaan BMN/D

1. Usaha ke arah unifikasi peraturan


2. Pengelolaan secara tertib, tepat dan benar
3. Menampung kebutuhan dalam praktek
4. Adanya prosedur yang baku
5. Adanya data BMN/D yg valid
 PELAKSANAAN UU NO.1/2004

2
UU No. 17 / 2003 : TENTANG KEUANGAN NEGARA

PRESIDEN:
PEMEGANG KEKUASAAN
DIKUASAKAN DISERAHKAN
PENGELOLA. KEU. NEG
( PSL. 6 )

GUB/BUPT/WALKOTA
MENTERI/PIMP.LBG KEPL. PEMR. DRH
MENTERI KEUANGAN
SELAKU PENGGUNA UTK MENGELOLA KEU DAERAH &
PENGELOLA FISKAL& WK. PEM.
ANGGARAN/BARANG WK PEMDA ATAS KEKAYAAN
DL. KEKY. NEG YG DIPISAHKAN
DAERAH YG DIPISAHKAN

UU No. 1 / 2004 : TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA


PEMERINTAH PUSAT
PEMERINTAH DAERAH

MENTERI KEUANGAN MENTERI/PIMP LMBG GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA


BEND UMUM NEGARA : PENGGUNA BARANG PADA
(MENETAPKAN KEBIJ & KEMENTERIAN/LMBG •MENETAPKAN PJBT PENGELOLA BMD (PS 5)
PEDOMAN PENGELOLA BMN) PUSAT. •MENETAPKAN KEBIJKN PENGELOLA BMD (Ps 43)

PP No. 6 / 2006 : TENTANG PENGELOLAAN BMN/D


MENTERI KEUANGAN MENTERI / PIMP. LBG GUB./BUPT/WALIKOTA
SELAKU BUN ADALAH SELAKU PIMPINAN KMNTRN / PEMEGANG KEKUASAAN
PENGELOLA BMN LMBG ADALAH PENGGUNA PENGELOLAAN BMD (PS 5)
(PS 4) BARANG (PS 6)

KEPALA KANTOR KASATKER


SEKRETARIS DAERAH
ADALAH KUASA PENGGUNA PERANGKAT DAERAH
ADALAH PENGELOLA
BMN DI LINGKUNGNNYA ADALAH PENGGUNA
BMD (PS 5)
(PS 7) BMD (PS 8)
3
LINGKUP BMN/D
Barang Milik Negara/Daerah meliputi:
1. barang yg dibeli/diperoleh atas beban APBN/D
2. barang yg berasal dari perolehan lainnya yg sah.

Perolehan lainnya yg sah meliputi barang :


1. hibah/sumbangan atau yg sejenis.
2. pelaksanaan perjanjian/ kontrak;
3. berdasarkan ketentuan undang-undang;
4. berdasarkan putusan pengadilan yg telah
Pasal 2
memperoleh kekuatan hukum tetap.
4
LINGKUP PENGELOLAAN BMN/D
Pengaturan Pengelolaan BMN/D dlm PP No. 6/2006 meliputi
keseluruhan siklus pengelolaan barang yg meliputi:
1. Perencanaan dan penganggaran;
2. Pengadaan;
3. Penggunaan;
4. Pemanfaatan;
5. Pemeliharaan;
6. Penilaian;
7. Penghapusan;
8. Pemindahtanganan;
9. Penatausahaan;
10.Pengawasan/pengendalian.
5
PEJABAT PERBENDAHARAAN
DALAM PENGELOLAAN BMN/D
1. Pemerintah Pusat
 Menteri Keuangan selaku BUN adalah pengelola
barang;
 Menteri/pimpinan lembaga adalah pengguna
barang.
 Kepala kantor adalah kuasa pengguna barang
2. Pemerintah Daerah
 Gubernur/bupati/walikota adalah pemegang
kekuasaan pengelolaan barang milik daerah;
 Sekretaris daerah adalah pengelola barang;
 Kepala kantor satuan kerja perangkat daerah adalah
pengguna barang. Pasal 4 s.d 8
6
PERUBAHAN PENGATURAN (BMN)
LAMA (Keppres 42/2002, KMK 470 dll)
1. Presiden adalah Pembina Umum
2. Menteri Keuangan adalah selaku Penerima Kuasa/Pelaksana
Pembina Umum, berwenang dalam pemberian perijinan.
3. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah Pembina Barang Inventaris
(PEBIN), berwenang dalam pelaksanaan pengelolaan BMN.
BARU (UU No. 17/2003, UU No. 1/2004 dan PP No. 6 Tahun 2006)
1. Presiden adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara
2. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara adalah
Pengelola Barang, memiliki kewenangan penetapan status
penggunaan, pemanfaatan dan pemindahtanganan;
3. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah Pengguna Barang, memiliki
kewenangan sebatas kewenangan penggunaan BMN.

7
PERUBAHAN PENGATURAN (BMD)
LAMA (Kepmendagri No. 11/ 2001, Kepmendagri No. 152/2004)
1. Kepala Daerah sbg pemegang kekuasaan barang daerah.
2. Sekretaris daerah sbg pembantu pemegang kuasa barang.
3. Kepala biro/kepala bagian perlengkapan sbg pembantu kuasa
barang.
4. Kepala unit kerja adalah penyelenggara pembantu kuasa barang.

BARU (UU No. 17/2003, UU No. 1/2004 dan PP No. 6/2006)


1. Gubernur/bupati/walikota sbg pemegang kekuasaan pengelolaan
BMD.
2. Sekretaris daerah sbg pengelola barang BMD.
3. Kepala satuan kerja perangkat daerah sbg pengguna BMD

8
KEWENANGAN PENGELOLA BARANG MILIK NEGARA

1. Merumuskan kebijakan, mengatur dan menetapkan


pedoman pengelolaan BMN
2. Meneliti, menyetujui rencana kebutuhan BMN
3. Menetapkan status penguasaan dan penggunaan BMN
4. Memberikan keputusan, pertimbangan, dan penerusan
kepada DPR atau Presiden atas usul pemindahtanganan,
penggunaan, atau pemanfaatan BMN sesuai batas
kewenangannya
5. Melakukan inventarisasi, pengawasan, pengendalian, dan
pelaporan atas pengelolaan BMN Pasal 4
9
KEWENANGAN PENGGUNA BARANG MILIK NEGARA

1. Menetapkan Kuasa Pengguna Barang dan menunjuk pejabat yang


mengurus dan menyimpan BMN
2. Mengajukan rencana kebutuhan, penganggaran, dan pengadaan
BMN untuk kementerian/lembaga yang dipimpinnya
3. Melakukan penatausahaan atas penguasaan dan penggunaan BMN
4. Menyerahkan tanah dan/atau bangunan yang tidak dimanfaatakan
untuk penyelenggaraan tupoksi kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya kepada Pengelola Barang
5. Melakukan pengamanan dan pemeliharaan, pengawasan, dan
pengendalian atas penggunaan, pencatatan dan inventarisasi, serta
pelaporan atas BMN yang ada dalam penguasaannya Pasal 6

10
KEWENANGAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA

1. Merumuskan kebijakan, mengatur dan


menetapkan pedoman pengelolaan BMD;
2. Menetapkan penggunaan, pemanfaatan dan
pemindahtanganan tanah dan/atau bangunan;
3. Mengajukan usul pemindahtanganan BMD yang
memerlukan persetujuan DPRD;
4. Menyetujui usul pemindahtanganan dan
pemanfaatan BMD sesuai dengan batas
kewenangannya Pasal 5
11
KEWENANGAN PENGELOLA BARANG MILIK DAERAH

1. Menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan


barang milik daerah;
2. Meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan dan
pemeliharaan BMD;
3. Mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan
dan pemindahtanganan BMD;
4. Melakukan inventarisasi, pengawasan, pengendalian,
dan pelaporan atas pengelolaan BMD

Pasal 5
12
KEWENANGAN PENGGUNA BARANG MILIK DAERAH

1. Mengajukan rencana kebutuhan, penganggaran, dan pengadaan BMD


untuk satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya
2. Menggunakan BMD yang berada dalam penguasaannya untuk
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi;
3. Mengajukan usul penetapan status penggunaan, pemanfaatan dan
pemindahtanganan BMD yang berada dalam penguasaannya;
4. Menyerahkan tanah dan/atau bangunan yang tidak dimanfaatakan untuk
penyelenggaraan tupoksi kepada Gubernur/Bupati/Walikota;
5. Melakukan pengamanan dan pemeliharaan, pengawasan, dan
pengendalian atas penggunaan, pencatatan dan inventarisasi, serta
pelaporan atas BMD yang ada dalam penguasaannya
Pasal 6

13
PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH
 Penggunaan BMN/D sebatas untuk penyelenggaraan tugas pokok
dan fungsi departemen/lembaga/satuan kerja perangkat daerah
yang bersangkutan (pasal 4 UU 1/2004 dan pasal 6 ayat 2e PP
6/2006)
 Tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan oleh Pengguna
untuk penyelenggaraan tupoksi wajib diserahkan ( pasal 49 UU
1/2004) kepada Pengelola Barang, untuk:
• Dialihkan status penggunaan kpd Pengguna Barang lainnya;
• Dimanfaatkan;
• Dipindahtangankan.
 Pengelola Barang mengatur penggunaan aset yang berlebih di
Pengguna Barang untuk dialihkan status penggunaannya kepada
Pengguna Barang lainnya.
Pasal 13 s.d 18 14
15
PENGERTIAN
1. Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik
negara/daerah yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi kementerian/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah, dalam bentuk:
 sewa;
 pinjam pakai;
 kerjasama pemanfaatan;
 bangun serah guna/bangun guna serah;
dengan tidak mengubah status kepemilikan.
2. Pemanfaatan barang milik negara/daerah dilaksanakan dalam
rangka :
− optimalisasi barang milik negara/daerah;
− mengamankan barang milik negara/daerah;
− meningkatkan pendapatan negara/daerah.
16
KETENTUAN POKOK
Subjek dan Objek:
1. BMN
a. Pengelola Barang  Tanah dan/atau bangunan yang sdh
diserahkan kpd Pengelola Barang

b. Pengguna dg. Persetj  Sebagian tanah dan/atau bangunan yang


Pengelola Barang masih digunakan oleh Pengguna
 BMN selain tanah dan/atau bangunan
2. BMD
a. Pengelola Barang dg.  tanah dan/atau bangunan yg sdh diserahkan
perstj Gubernur/ kepada Gubernur/Bupati/Walikota
Bupati/Walikota

b. Pengguna dg. persetj  Sebagian tanah dan/atau bangunan yang


Pengelola Barang masih digunakan oleh Pengguna
 BMD selain tanah dan/atau bangunan
17
SEWA
1. Sewa adalah pemanfaatan barang milik negara/daerah
oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan
menerima imbalan uang tunai
2. Syarat pokok  menguntungkan negara/daerah;
3. Jangka waktu maksimal 5 tahun dan dapat
diperpanjang
4. Formula besaran tarif sewa ditetapkan oleh Pengelola
Barang (BMN), Gubernur/Bupati/Walikota (BMD)
5. Dituangkan dalam perjanjian sewa menyewa
6. Hasil sewa di setor ke rekening kas umum
negara/daerah Pasal 21&22
18
7. Pihak-pihak yang dapat menyewa barang milik negara/
daerah meliputi :
• Badan Usaha Milik Negara;
• Badan Usaha Milik Daerah;
• Badan hukum lainnya;
• Perorangan.
8. Selama masa sewa, pihak penyewa tidak diperkenankan
mendirikan bangunan, merubah bentuk, baik menambah
dan/atau mengurangi konstruksi dasar bangunan;
9. Seluruh biaya yang timbul dalam rangka penilaian termasuk
biaya tim penilai atau penilai independen dibebankan pada
APBN/D;
19
PINJAM PAKAI
Pokok-pokok Pengaturan
1. Pinjam Pakai barang milik negara/daerah dilaksanakan
antara:
 pemerintah pusat dengan pemerintah daerah; atau
 antar pemerintah daerah;
dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan
setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan kembali
kepada Pengelola Barang;
2. Jangka waktu  paling lama 2 (dua) tahun  dapat
diperpanjang.
3. Pinjam Pakai dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian.
4. Biaya pemeliharaan ditanggung peminjam
20
KERJASAMA PEMANFAATAN
1. Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik
negara/daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu
dalam rangka peningkatan penerimaan negara/daerah bukan
pajak dan sumber pembiayaan lainnya.
2. Jangka waktu : maksimal 30 th dpt diperpanjang
3. Pemilihan Mitra KSP : Tender minimal 5 peminat
4. Hasil untuk negara/daerah:
- Kontribusi tetap
- Pembagian keuntungan hasil KSP
- Dpt menerima kontribusi barang (optional)
5. Dituangkan dalam perjanjian KSP Pasal 24 s/d 26

21
6. Pihak-pihak yang dapat menjadi mitra kerjasama pemanfaatan
adalah :
• Badan Usaha Milik Negara.
• Badan Usaha Milik Daerah.
• Badan hukum lainnya.
7. Besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan ditetapkan
dari hasil perhitungan tim yang dibentuk pejabat yang berwenang,
dan harus mendapatkan persetujuan pengelola barang;
8. Selama jangka waktu pengoperasian, obyek KSP tidak dapat
dijaminkan atau digadaikan;
9. Semua biaya berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan KSP
tidak dapat dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah.

22
BGS/BSG
1. Bangun Guna Serah (BGS) adalah pemanfaatan tanah milik pemerintah
pusat/daerah oleh pihak lain dengan cara:
• mendirikan bangunan dan atau sarana berikut fasilitasnya,
• mendayagunakan obyek BGS;
• diserahkan kembali Obyek BGS kepada Pengelola Barang (BMN),
Gubernur/Bupati/Walikota (BMD).
2. Bangun Serah Guna (BSG) adalah pemanfaatan tanah milik pemerintah
pusat/daerah oleh pihak lain dengan cara:
• mendirikan bangunan dan atau sarana berikut fasilitasnya,
• diserahkan kembali Obyek BGS kepada Pengelola Barang ((BMN),
Gubernur/Bupati/Walikota (BMD);
• mendayagunakan obyek BGS;
3. Pihak-pihak yang dapat menjadi mitra BGS/BSG adalah :
• Badan Usaha Milik Negara;
• Badan Usaha Milik Daerah;
• Badan Hukum Lainnya. Pasal 27 s/d 30
23
BGS/BSG
4. IMB untuk BGS/BSG harus atas nama Pemerintah RI/Daerah.
5. Penetapan mitra BGS/BSG  tender minimal 5 (lima) peminat
6. Jangka waktu maksimal 30 tahun;
7. Selama waktu operasi, sebagian hasil BGS/BSG harus dapat
digunakan langsung utk penyelenggaraan tupoksi;
8. Kewajiban mitra BGS/BSG:
• Membayar kontribusi ke rekening kas negara/daerah;
• Memelihara obyek BGS/BSG;
• Tidak boleh menggadaikan/menjaminkan.
9. Pada saat berakhirnya masa operasi, obyek BGS/BSG beserta
dokumen kepemilikannya wajib diserahkan kepada pengelola
barang (BMN), gubernur/bupati/walikota (BMD).
24
25
PENGERTIAN
 Pemindah tanganan adalah pengalihan kepemilikan
barang milik negara sebagai tindak lanjut dari
penghapusan melalui:
• penjualan;
• tukar menukar;
• hibah;atau
• penyertaan modal pemerintah.
 BMN yang diperlukan dalam penyelenggaraan tugas
pemerintahan negara tidak dapat dipindahtangankan.

26
PEMINDAHTANGANAN
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

 Pemindahtanganan BMN/D berupa tanah dan atau bangunan,


dilakukan setelah mendapat persetujuan DPR/D, kecuali:
• Tidak sesuai dengan tata ruang wilayah/penataan kota;
• Anggaran untuk bangunan pengganti sudah tersedia
dalam dokumen anggaran;
• Untuk kepentingan pegawai negeri;
• Untuk kepentingan umum;
• Dikuasai negara berdasarkan putusan
pengadilan/ketentuan undang-undang, yang jika
kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara
ekonomis;
Pasal 45 s.d 66
27
KEWENANGAN PEMINDAHTANGANAN
BARANG MILIK NEGARA
Tanah dan atau bangunan, yang tidak memerlukan
persetujuan DPR
• sampai dengan 10 M dilakukan pengelola barang.
• diatas 10 M dilakukan pengelola barang dengan
persetujuan presiden
Selain tanah dan/atau bangunan
• sampai dengan 10 M dilakukan pengguna dengan
persetujuan pengelola
• bernilai 10 M sampai dengan 100 M dilakukan
pengguna dengan persetujuan Presiden
• di atas 100 M dilakukan pengguna dengan persetujuan
DPR Pasal 45 s.d 66
28
KEWENANGAN PEMINDAHTANGANAN
BARANG MILIK DAERAH
Tanah dan atau bangunan, yang tidak memerlukan
persetujuan DPRD
• dilakukan pengelola barang dengan persetujuan
gubernur/bupati/walikota
Selain tanah dan/atau bangunan
• sampai dengan 5 M dilakukan pengelola barang
dengan persetujuan gubernur/bupati/walikota.
• di atas 5 M dilakukan pengelola barang dengan
persetujuan DPRD.
Pasal 45 s.d 66
29
PENJUALAN
Pokok-pokok Pengaturan
1. Pertimbangan:
• untuk optimalisasi BMN/D yang berlebih atau idle;
• secara ekonomis lebih menguntungkan apabila dijual;
• sebagai pelaksanaan ketentuan perundang-undangan.
2. Penjualan Barang Milik Negara/Daerah dilakukan secara lelang, kecuali:
a. Barang milik negara/daerah yang bersifat khusus, antara lain:
i. rumah negara golongan III yang dijual kepada penghuninya;
ii. kendaraan dinas perorangan pejabat negara yang dijual kepada
pejabat negara;
b. Barang milik negara/daerah yang ditetapkan oleh pengelola barang;
i. barang milik negara/daerah yang dengan pertimbangan secara
fisik dan/atau ekonomis tidak dapat dijual secara lelang:
ii. barang milik negara/daerah berupa tanah dan/atau bangunan
yang akan digunakan untuk kepentingan umum. Pasal 51 s/d 53
30
iii. barang milik negara/daerah yang jika dijual secara
lelang akan merusak tata niaga, misalnya gula atau beras
selundupan yang disita oleh negara;
iv. barang milik negara/daerah berupa tanah yang
merupakan tanah kavling yang menurut perencanaan
awal pengadaannya digunakan untuk pembangunan
perumahan pegawai negeri;
5. Kewenangan Pelaksanaan Penjualan
Tanah dan/atau bangunan Selain Tanah dan/atau bangunan

Barang Milik Negara Pengelola Barang Pengguna Barang dengan


persetujuan Pengelola Barang
Barang Milik Daerah Pengelola Barang dgn Pengelola Barang dgn
persetujuan Gubernur persetujuan Gubernur
/Bupati/Walikota /Bupati/Walikota

31
TUKAR MENUKAR
Pokok-pokok Pengaturan
1. Pertimbangan:
• untuk memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraan
pemerintahan;
• untuk optimalisasi Barang Milik Negara/ Daerah;dan
• tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah .
2. Tukar menukar dilakukan dengan pihak:
• Pemerintah Pusat/Daerah;
• Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau Badan Hukum Milik
Pemerintah Lainnya;
• Swasta.
32
3. BMN/D yang dapat dijadikan obyek tukar menukar:
• Tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan;
• Tanah dan/atau bangunan yang masih dipergunakan untuk
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna Barang tetapi
tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;
• Barang Milik Negara/Daerah selain tanah dan/atau bangunan.
4. Kewenangan Pelaksanaan Tukar Menukar

Tanah dan/atau Tanah dan/atau Selain Tanah dan/atau


bangunan yg sudah Bangunan yg msh bangunan
diserahkan digunakan
Barang Milik Negara Pengelola Barang Pengguna Barang Pengguna Barang
dgn persetujuan setelah dpt perstjn
Pengelola Barang Pengelola Barang

Barang Milik Daerah Pengelola Barang dgn Pengelola Barang dgn Pengguna Barang
persetujuan Gubernur persetujuan Gubernur setelah dpt perstjn
/Bupati/Walikota /Bupati/Walikota Pengelola Barang

33
HIBAH
Pokok-pokok Pengaturan
1. Pengertian
pengalihan kepemilikan barang dari:
• pemerintah pusat kepada pemerintah daerah,
• pemerintah daerah kepada pemerintah pusat,
• antar pemerintah daerah, atau
• pemerintah pusat/ daerah kepada pihak lain,
tanpa memperoleh penggantian.
2. Pertimbangan:
untuk kepentingan sosial, keagamaan, kemanusiaan; dan penyelenggaraan
pemerintahan negara/daerah.
3. Syarat-syarat Hibah :
• Bukan merupakan barang rahasia negara;
• Bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang banyak;
• Tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi dan
penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah .
34
4. BMN/D yang dapat dihibahkan:
• Tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan;
• Tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaaannya
direncanakan untuk dihibahkan sesuai yang tercantum dalam
dokumen penganggaran;
• Barang Milik Negara/Daerah selain tanah dan/atau bangunan.
5. Kewenangan Pelaksanaan Hibah
Tanah dan/atau Tanah dan/atau Bngn yg dr Selain Tanah dan/atau
bangunan yg sudah awal utk dihibahkan bangunan
diserahkan
Barang Milik Pengelola Barang Pengguna Barang Pengguna Barang
Negara dgn persetujuan Pengelola setelah dpt perstjn
Barang Pengelola Barang

Barang Milik Pengelola Barang dgn Pengelola Barang dgn Pengguna Barang
Daerah persetujuan Gubernur persetujuan Gubernur/ setelah dpt perstjn
/Bupati/Walikota Bupati/Walikota Pengelola Barang

35
PENYERTAAN MODAL
PEMERINTAH PUSAT/DAERAH

Pokok-pokok Pengaturan
1. Pengertian:
• pengalihan kepemilikan BMN/D dan/atau uang
• dari kekayaan tidak dipisahkan menjadi kekayaan dipisahkan
• diperhitungkan sebagai modal/saham negara atau daerah pada:
i. Badan Usaha Milik Negara,
ii. Badan Usaha Milik Daerah, atau
iii.badan hukum lainnya yang dimiliki negara.
2. Pertimbangan:
• BMN/D yang dari awal pengadaaannya sesuai dokumen penganggaran
diperuntukkan bagi Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum
lainnya yang dimiliki negara/daerah dalam rangka penugasan pemerintah;
atau
• Barang Milik Negara/Daerah lebih optimal apabila dikelola oleh Badan Usaha
Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara/daerah
baik yang sudah ada maupun yang akan dibentuk.
36
3. BMN/D yang dapat di-PMPP/D-kan:
• Tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan;
• Tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaaannya
direncanakan untuk di-PMPP/D-kan sesuai yang tercantum
dalam dokumen penganggaran;
• Barang Milik Negara/Daerah selain tanah dan/atau bangunan.
4. Kewenangan Pelaksanaan PMPP/D
Tanah dan/atau Tanah dan/atau Bngn yg Selain Tanah dan/atau
bangunan yg sudah dr awal utk di-PMPP/D- bangunan
diserahkan kan
Barang Milik Pengelola Barang Pengguna Barang setelah Pengguna Barang
Negara dpt perstjn Pengelola setelah dpt perstjn
Barang Pengelola Barang
Barang Milik Pengelola Barang dgn Pengelola Barang dgn Pengguna Barang
Daerah persetujuan Gubernur/ persetujuan Gubernur/ setelah dpt perstjn
Bupati/Walikota Bupati/Walikota Pengelola Barang

37
38
PENGHAPUSAN
1. Penghapusan adalah tindakan menghapus catatan barang milik
negara/daerah dari:
− Daftar Barang Pengguna oleh pengguna barang
− Daftar Barang Milik Negara/Daerah oleh pengelola barang
dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang.
2. Tujuan penghapusan
membebaskan kuasa pengguna dan/atau pengguna dan/atau pengelola
barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang
berada dalam penguasaannya.
3. Penghapusan BMN/D dari Daftar Barang Pengguna dilakukan dalam
hal:
− Penyerahan kepada pengelola barang;
− Pengalihan penggunaan kpd pengguna lain;
− Pemindahtanganan kepada pihak lain;
− Pemusnahan;
− Sebab-sebab lain Pasal 41 s.d 44
39
PENGHAPUSAN BMN/D
3. Penghapusan BMN/D dari Daftar Barang Milik
Negara/Daerah dilakukan dalam hal:
- sudah beralih kepemilikannya
- pemusnahan
- sebab-sebab lain (hilang, kecurian, terbakar, susut,
mencair)
4. Penghapusan BMN/D dengan tindak lanjut pemusnahan,
dilakukan dengan ketentuan:
- tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, tidak
dapat dipindahtangankan
- alasan lain sesuai ketentuan perundang-undangan
40
DOKUMEN KEPEMILIKAN BMN/D
1. Barang Milik Negara
 Tanah dan/atau bangunan disertifikatkan atas nama
Pemerintah RI;
 Bangunan harus dilengkapi dengan dokumen kepemilikan atas
nama Pemeritah RI;
 Selain tanah dan/atau bangunan dilengkapi dengan dokumen
kepemilikan atas nama pengguna barang.
2. Barang Milik Daerah
 Tanah dan/atau bangunan disertifikatkan atas nama
Pemerintah Daerah;
 Bangunan harus dilengkapi dengan dokumen kepemilikan atas
nama Pemeritah Daerah;
 Selain tanah dan/atau bangunan dilengkapi dengan dokumen
kepemilikan atas nama Pemerintah Daerah. Pasal 33
41
PENILAIAN BMN/D
1. Penilaian Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dalam rangka
penyusunan neraca pemerintah daerah, pemanfaatan, dan
pemindahtanganan BMN/D.
2. Penetapan nilai Barang Milik Negara/Daerah berpedoman pada
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
3. Penilaian Barang Milik Negara/Daerah dapat melibatkan penilai
independen.
4. Penilaian Barang Milik Negara/Daerah:
• tanah dan/atau bangunan  untuk mendapatkan nilai
wajar, dengan estimasi terendah menggunakan NJOP .
• selain tanah dan/atau bangunan  untuk mendapatkan
nilai wajar.
42
PEMBINAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH
1. Menteri Keuangan menetapkan kebijakan umum pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah.
2. Menteri Keuangan menetapkan kebijakan teknis dan
melakukan pembinaan pengelolaan Barang Milik Negara.
3. Menteri Dalam Negeri menetapkan kebijakan teknis dan
melakukan pembinaan pengelolaan Barang Milik Daerah
sesuai dengan kebijakan umum pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah Pasal 74

£ Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan barang milik negara


diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan;
£ Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan barang milik daerah
diatur dalam Peraturan Daerah; Pasal 66&81

43
KETENTUAN LAIN-LAIN
1. Ketentuan lain-lain
 Pejabat/pegawai yang melaksanakan pengelolaan BMN/D yang
menghasilkan penerimaan negara/daerah dapat diberikan insentif;
 Pejabat/pegawai selaku pengurus barang diberikan tunjangan
sesuai kemampuan keuangan negara/daerah;
 Penyusunan regulasi pembentukan BLU dan/atau penunjukan
pihak lain dalam hal-hal khusus untuk melaksanakan
pemanfaatan dan pemindahtanganan.
2. Ketentuan peralihan
 Wajib dilakukan inventarisasi tanah dan/atau bangunan serta
penyelesaian dokumen kepemilikannya;
 Biaya yang timbul dalam pelaksanaan inventarisasi dan
pensertifikatan dibebankan pada APBN/D;

Pasal 78 s.d 83
44
TERIMA KASIH

45
ALUR KEBIJAKAN PENGELOLAAN BMN/D

Presiden Menteri Dalam Gubernur/Bupati/


Menteri Keuangan Negeri Walikota

Peraturan Kebijakan Umum


Pemerintah Pengelolaan
No. 6 Th 2006 BMN/D

Kebijakan Teknis
Pengelolaan
BMN
(Permenkeu)

Kebijakan Teknis
Pengelolaan
BMD
Kebijakan
Pengelolaan BMD
(Perda)

46
KONSEPSI DASAR PERMENKEU
TERKAIT PENJUALAN RUMAH NEGARA GOL. III
1. Cara Penjualan  tanpa melalui lelang kepada penghuninya.
2. Subyek Penjualan  Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola.
3. Harga Jual  berdasarkan penilaian tim dgn estimasi terendah
NJOP.
4. Tata Cara penjulan rumah negara golongan III
 Pengguna barang mengusulkan penjualan kpd pengelola barang;
 Pengelola meneliti dan menyetujui usulan;
 Berdasarkan surat persetujuan pengelola barang, pengguna barang
membentuk tim penilai untuk menentukan nilai penjualan;
 Berdasarkan hasil penilaian tersebut, pengguna barang melakukan
penjualan rumah negara sesuai dengan ketentuan;
 Pengguna barang menandatangani surat perjanjian penjualan (sewa
beli) dengan calon pembeli;
47
ALUR PENGELOLAAN BMN
Menteri/Pimp Lembaga Menteri Keuangan
Selaku Selaku Pengguna Barang Pihak Lain (Selain
Pengguna Barang Pengelola Barang Lainnya Kementerian/Lembaga)

Perolehan Penggunaan sebatas


BMN Penetapan Pemanfaatan:
Status Penggunaan utk penyelenggaraan
Sewa
tupoksi
BMN KSP
Penyelesaian
BSG/BGS
Dok. Kepemilikan
Pinjam pakai

Penggunaan sebatas
untuk penyelenggaraan Fungsi
Pelayanan
Pemindahtanganan:
tupoksi Tanah / bangunan
yg telah diserahkan Jual
Tukar menukar
Hibah
Barang Milik Negara: PMPP
Tindak Lanjut:
•Tidak sesuai Tupoksi • Pengalihan Status
•Berlebih Penggunaan
• Pemanfaatan
• Pemindahtanganan
Tanah/bangunan idle
wajib diserahkan kpd
Pengelola Barang
Persetujuan
Non tanah dan bangunan Fungsi
pemanfaatan dan
Budgeter
pemindahtanganan

48
ALUR PENGELOLAAN BMD
Kepala satuan kerja Sekretaris Daerah Gubernur/Bupati/ Pengguna Barang
Selaku Selaku Walikota Lainnya Pihak Lain
Pengguna Barang Pengelola Barang

Perolehan
Penetapan Penggunaan sebatas
BMD Usulan Penetapan Pemanfaatan:
Status Penggunaan utk penyelenggaraan
Status Penggunaan Sewa
tupoksi
BMD BMD KSP
Penyelesaian
Dok. Kepemilikan
BSG/BGS
Pinjam pakai

Penggunaan sebatas
untuk penyelenggaraan Fungsi
Pemindahtanganan:
tupoksi Tanah / bangunan Pelayanan
yg telah diserahkan Jual
Tukar menukar
Hibah
Barang Milik Daerah: PMPD
Tindak Lanjut:
•Tidak sesuai Tupoksi • Pengalihan Status
•Berlebih Penggunaan
• Pemanfaatan
• Pemindahtanganan
Tanah/bangunan idle
wajib diserahkan kpd
Gub/Bupati/Walikota
Persetujuan
Fungsi
Non tanah dan bangunan pemanfaatan dan
Budgeter
pemindahtanganan

49

You might also like