You are on page 1of 4

INTERAKSI ANTARA JENIS MEDIUM DAN FREKUENSI PENYIRAMAN SERTA

PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI


TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var saccharata)

Elisabeth Connie Puspa1, Munifatul Izzati2 dan Sarjana Parman2


1
Mahasiswa jurusan Biologi Universitas Diponogoro Semarang,
2
Dosen jurusan Biologi Universitas Diponogoro Semarang

ABSTRACT
Corn production per area in Indonesia is relatively low. Therefore, it is necessary to increase corn
production, particularly in using of marginal land to produce the corn, such as sandy soil. However,
sandy soil is tend to infiltrate water and difficult to hold it. Based on that reason, this research was aimed
to improve sandy soil fertility by increasing watering frequency. This research was to investigate the
interaction between medium type (sandy soil and clay soil) with watering frequencies (1x/week with 954
mL water, 2x/week with 477 mL water, and 3x/week with 318 mL water) and its effect on growth and
production of sweet corn. The study was conducted from January to May 2008; in the Greenhouse belong
to Plant Physiology Laboratory, Department of Biology, Faculty of Mathematic and Natural Science,
Diponogoro University. The experimental study was designed by Complete Random Design (CRD)
factorial (2x3). Each treatment was replicated 3 times. The growth of sweet corn is measured by plant
height, fresh and dry weight. Whereas, sweet corn production was measured by fresh also dry weight of
harvested seed corn. Collected data was analyzed by Univariate Anova, at the level 5%. Result indicated
that in sandy soil, the increase of watering frequency tend to increase growth and production of sweet
corn. Whereas, in clay soil, the optimum growth and production of sweet corn was resulted when the
plant was watering with 2x/ week.

PENDAHULUAN
Jagung (Zea mays L.) sebagai pangan adalah Tanah pasir bertekstur kasar, dicirikan dengan
sumber karbohidrat kedua setelah beras. Selain itu adanya ruang pori besar diantara butir-butirnya.
juga digunakan pula sebagai bahan makanan ternak Kondisi ini menyebabkan pasir menjadi bertekstur
(pakan) dan bahan baku industri. Sejak Amerika lepas dan gembur (Buckman and Brody, 1982).
Serikat mengeluarkan kajian baru tentang Kemampuan pasir dalam menyerap dan menyimpan
penggunaan jagung sebagai bahan baku etanol pada air sangat rendah, hal ini disebabkan karena tanah
bulan Juli 2006, terjadi pergeseran konsumsi jagung pasir tersusun atas 70% partikel tanah berukuran
yang semula sebagai pakan ternak (80%) pada tahun besar (0,05-2 mm).
1960 menjadi konsumsi jagung sebagai bahan baku Jika dibandingkan dengan lempung, pasir
etanol (51%) pada tahun 2006 (Anonim, 2006). mempunyai aerasi udara yang lebih baik. Struktur
Kebutuhan dan konsumsi jagung di Indonesia juga pori-pori pasir yang besar menyebabkan air dapat
terus meningkat seiring dengan meningkatnya dengan mudah hilang, lalu tergantikan dengan
jumlah penduduk dan permintaan dunia (ekspor). oksigen (Foth, 1994). Meskipun demikian, pasir
Peluang untuk peningkatan produksi jagung tetap bukanlah media tanam yang produktif karena
dalam negeri masih terbuka. Salah satu cara yang tanaman memerlukan baik oksigen maupun air.
dapat dipakai ialah perluasan areal tanam, dengan Kadar oksigen dan air dapat mempengaruhi
pembukaan lahan baru terutama pemanfaatan lahan- penyerapan hara oleh akar, jika kekurangan salah
lahan marjinal (Adisarwanto dan Widyastuti, 2000). satu unsur tersebut maka tanaman akan terhambat
Lahan marjinal seperti lahan pasir dapat pertumbuhannya. Oleh karena itu, diperlukan usaha
ditingkatkan menjadi lahan produktif jika diolah untuk meningkatkan produktifitas lahan pasir
secara tepat. dengan penambahan frekuensi penyiraman.
Penelitian mengenai pengaruh penambahan pasir (Vs). Selanjutnya karena frekuensi penyiraman
frekuensi penyiraman air pada pertumbuhan dibedakan sebanyak 1 minggu, 1/2 minggu dan 1/3
tanaman pada media tanah pasir pernah dilakukan. minggu. Maka volume penyiraman (VS) juga
Namun, penelitian tersebut menggunakan volume dikalikan 1/2 dan 1/3 menjadi Vs/2 dan.Vs/3.
air yang sama pada tiap penyiramannya. Tanaman Pemanenan dilakukan apabila kelobot sudah
dapat menyerap air apabila kandungan air tanah bewarna kuning, bijinya sudah cukup keras dan
terletak diantara kapasitas lapang dan titik layu tetap mengkilap, apabila ditusuk dengan kedua ibu jari
(Salisbury dan Ross, 1985). Penambahan frekuensi biji tersebut tidak berbekas.
penyiraman dengan volume yang sama Parameter pertumbuhan yang digunakan dalam
kemungkinan dapat menyebabkan kondisi kelebihan penelitian ini adalah tinggi tanaman (cm), berat
air pada medium, sehingga berdampak buruk bagi basah tanaman (gr) dan berat kering tanaman (gr).
tanaman. Jika penambahan frekuensi tersebut Untuk parameter produksi tanaman digunakan berat
disertai dengan pembagian volume air setiap kali basah biji (gr) dan berat kering biji (gr). Penelitian
melakukan penyiraman, diharapkan kondisi tersebut menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
tidak terjadi. faktorial 2x3, masing-masing dengan 3 ulangan.
Penelitian dengan melakukan penambahan Faktor yang pertama adalah medium tanam (tanah
frekuensi penyiraman yang disertai dengan lempung 100% dan tanah pasir 100%) dan faktor
pembagian volume air belum pernah dilakukan, atau yang ke dua adalah metode penyiraman (seminggu
setidaknya belum pernah dipublikasikan. Karena satu kali dengan volume 954 mL, seminggu dua kali
alasan itulah perlu dilakukan penelitian mengenai dengan volume 477 mL, seminggu 3 kali dengan
pengaruh pembagian volume air yang disesuaikan volume 318 mL). Data yang diperoleh diolah
dengan penambahan frekuensi penyiramannya. melalui program SPSS 13 menggunakan metode
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Univariate ANOVA (Analysis of Variance) dengan
penambahan frekuensi penyiraman terhadap nilai taraf uji sebesar 5%.
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung yang
ditanam pada medium lempung dan pasir. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian untuk masing-masing
METODOLOGI parameter pertumbuhan (tinggi tanaman, berat basah
Penelitian ini dilangsungkan dari bulan Januari tanaman dan berat kering tanaman) serta produksi
sampai Mei 2008 di Laboratorium BSF Tumbuhan (berat basah dan berat kering biji) jagung manis
dan Greenhouse Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, (Zea mays L. var saccharata) tercantum pada
Universitas Diponegoro. Tahap pertama dalam Gambar 1. sampai Gambar 3.
penelitian ini adalah persiapan medium, yaitu
pengeringan pasir yang diambil dari sungai dan
180.00
lempung yang diambil dari kawasan tegalan di 160.00
daerah Tembalang. Kemudian biji jagung yang telah
tinggi tanaman (cm)

140.00
terpilih ditanam pada pot-pot yang telah berisi 120.00
medium pasir dan lempung. Pada tiap pot ditanam 3 100.00
Lempung
– 5 biji jagung, setelah 1 minggu masa tanam 80.00
dilakukan seleksi dengan menyisakan 1 tanaman per 60.00
40.00 Pasir
pot dengan pertumbuhan yang seragam. Pemupukan
20.00
awal dilakukan berbarengan dengan penanaman, 0.00
sedangkan pemupukan susulan dilakukan pada 21 1x 2x 3x
hari setelah tanam dan 35 hst. Pemberantasan gulma
Frekuensi penyiraman/minggu
dan hama dilakukan pada saat muncul gulma dan
serangga melalui pencabutan dan penyemprotan Gambar 1. Histogram rata-rata tinggi tanaman
insektisida. Penyiraman dilakukan dengan frekuensi jagung (cm) yang ditanam pada medium
1 kali per minggu, 2 kali per minggu dan 3 kali per lempung dan pasir dengan frekuensi
minggu. Volume air yang digunakan untuk penyiraman berbeda di minggu ke-9
penyiraman diperoleh berdasarkan pengukuran
kapasitas penyimpanan tanah air maksimal oleh
pertumbuhan dan produksi, penyiraman 2x/minggu
140.00
menghasilkan tinggi, berat basah dan berat kering
120.00 berat basah pada tanaman serta biji yang lebih tinggi. Hal ini dapat
berat tanamaan (gr)

100.00 lempung
berat basah pada
terjadi karena luas permukaan partikel lempung
80.00 pasir yang besar sehingga mampu menahan air jauh lebih
60.00 berat kering pada kuat dari pada partikel pasir, sehingga kekeringan
lempung
40.00 berat kering pada
terjadi lebih lambat. Penyiraman 2x seminggu pada
20.00 pasir medium lempung mampu mendukung pertumbuhan
0.00
tanaman, karena kandungan air yang cukup banyak
1 kali 2 kali 3 kali pada medium tetapi tidak berlebihan sehingga
menurunkan aerasinya. Kebutuhan akar akan
Frekuensi penyiraman/minggu
oksigen tercukupi sehingga respirasi akar tidak
Gambar 2. Histogram rata-rata berat basah dan berat terhambat. Penyerapan air dan unsur hara pun dapat
kering tanaman jagung (gr) yang ditanam pada berlangsung baik sehingga pertumbuhan serta
medium lempung dan pasir dengan frekuensi proses pengisian biji pun berlangsung dengan baik.
penyiraman berbeda Peningkatan frekuensi penyiraman tidak
berpengaruh baik terhadap tanaman jagung di
medium lempung, terlihat pada menurunnya
20.00 pertumbuhan dengan frekuensi penyiraman 3 kali
18.00
16.00 berat basah pada seminggu. Pada medium lempung, penambahan
14.00
lempung penyiraman akan menyebabkan pori-porinya penuh
berat biji (gr)

berat basah pada


12.00
pasir
terisi air. Sehingga muncul kondisi anaerobik pada
10.00 akar yang akhirnya menghambat proses penyerapan
berat kering pada
8.00
6.00
lempung hara. Menurut Baver (1951) dalam Hanafiah (2007)
berat kering pada
4.00 tanah dengan aerasi buruk akan mengakibatkan
pasir
2.00 penghambatan pertumbuhan tanaman akibat
0.00 tertekannya pertumbuhan dan perkembangan akar;
1 kali 2 kali 3 kali respirasi akar; absobsi air dan unsur hara; serta
Frekuensi penyiraman/minggu aktifitas mikrobia yang mendukung pertumbuhan
tanaman.
Gambar 3. Histogram rata-rata berat basah dan berat Untuk medium pasir, kecenderungan untuk
kering biji jagung (gr) yang ditanam pada menghasilkan pertumbuhan tanaman lebih baik
medium lempung dan pasir dengan frekuensi terdapat pada penyiraman 3 kali seminggu, terlihat
penyiraman berbeda pada semua parameter pertumbuhan penyiraman 3
kali menghasilkan tanaman yang lebih baik.
Hasil analisis Anova menunjukkan bahwa tidak Demikian juga dengan produksi tanaman jagung
ada interaksi antara medium tanam dengan frekuensi yang ditanam pada medium pasir dengan
penyiraman pada pertumbuhan dan produksi penyiraman 3 kali menunjukkan hasil yang lebih
tanaman jagung manis. Melalui parameter tinggi, baik daripada penyiraman 2 dan 1 kali. Senada
berat basah dan berat kering tanaman, serta berat dengan yang dikatakan Sarie (2004) bahwa kacang
basah dan berat kering biji terlihat bahwa nilai p tunggak yang ditanam dalam pasir juga memberikan
lebih besar dari 0,05. Berarti interaksi antara jenis hasil terbaik dengan penyiraman 3 kali seminggu.
medium dengan frekuensi penyiraman tidak Kondisi pasir dengan struktur pori yang besar
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan menyebabkan air mudah hilang akibat gravitasi atau
produksi jagung manis. Tetapi, masing-masing penguapan. Penyiraman dengan volume air yang
medium ternyata memiliki kecenderungan lebih kecil tetapi dengan frekuensi yang lebih sering
menghasilkan tanaman lebih baik pada frekuensi membuat ketersediaan air pada medium pasir akan
penyiraman yang berbeda. selalu tersedia dalam jumlah yang cukup untuk
Tanaman jagung pada medium lempung kebutuhan tanaman. Tso (1972) dalam Harwati
cenderung lebih baik dengan penyiraman 2 kali (2007) menyatakan, tanaman membutuhkan cukup
seminggu, terlihat pada semua parameter air untuk mempertahankan turgor sel. Turgor adalah
penentu utama pertumbuhan dan perluasan daun. medium lempung frekuensi penyiraman 2 kali
Penutupan dan pembukaan stomata juga banyak per minggu menghasilkan pertumbuhan dan
dikendalikan oleh tersedianya air. Tanaman yang produksi jagung paling tinggi.
cukup air, maka stomatanya dapat dipertahankan c. Tanah pasir dapat digunakan sebagai medium
selalu membuka untuk menjamin kelancaran tanam jika diberikan penyiraman yang teratur.
pertukaran gas-gas di daun yang berguna dalam
aktifitas fotosintesis (Bayer, 1976). Laju fotosintesis
yang tinggi menjamin pula tingginya pertumbuhan
dan produksi tanaman jagung. DAFTAR PUSTAKA
Dibandingkan dengan penyiraman 2x dan 1x Adisarwanto, T. dan Y. E. Widyastuti. 2000.
seminggu, penyiraman 3x seminggu pada medium Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan
pasir menghasilkan pertumbuhan dan produksi Kering, Sawah dan Pasang Surut. Penebar
tanaman jagung yang lebih baik. Penambahan Swadaya, Jakarta.
frekuensi penyiraman pada medium pasir tidak Anonim. 2006. Saatnya Petani Jagung Bangkit
mengakibatkan pori-pori pasir menjadi jenuh (Kompas 8 September 2006).
dengan air. Tekstur tanah pasir yang porus http://www.litbang.
menyebabkan udara dan air mudah bersirkulasi, deptan.go.id/berita/one/361. 26 Desember
sehingga aerasi medium tetap baik dan kebutuhan 2007.
akar akan oksigen tetap terpenuhi. Selain itu, dalam Bayer. J, S. 1976. Water Deficits and
tiap penyiraman tidak seluruh volume air yang Photosynthesis in Water Deficit and Plant
disiramkan dapat diserap oleh akar tanaman secara Growth TT Kozlowski (ed): Vol. IV 153-190.
langsung. Oleh sebab itu, medium tanam harus Academic Press Inc., New York.
mempunyai kemampuan menahan air dalam pori- Buckman, H. O. dan N. C. Brady. 1982. Ilmu
porinya. Dalam hal ini pasir, dengan sifat porusnya, Tanah. Alih bahasa: Soegiman. Bharatara
memiliki kemampuan menahan air yang sedikit. Karya Aksara, Jakarta.
Maka volume penyiraman yang besar tetapi dengan Foth, H. D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Alih
frekuensi yang lebih sedikit akan menyebabkan air bahasa: Soenartono Adisoemarto. Penerbit
dalam medium pasir lebih mudah hilang. Erlangga, Jakarta.
Melalui penelitian ini terlihat bahwa medium Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja
tanam dengan sifat aerasi yang baik dapat Gravindo Persada, Jakarta.
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman Harwati, C. T. 2007. Pengaruh Kekurangan Air
jagung, jika dijaga ketersediaan airnya. Perlakuan (Water Deficit) terhadap Pertumbuhan dan
penambahan frekuensi penyiraman mempunyai Perkembangan Tanaman Tembakau. Jurnal
pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan dan Inovasi Pertanian Vol. 6, No. 1, 2007: 44 - 51.
produksi tanaman jagung manis pada tiap jenis Hehanussa, P. E. 1982. Aspek Biologi dalam
medium. Pengelolaan Wilayah Pesisir. Journal of The
Indonesia Associations of Geologist. Vol IX/II/
KESIMPULAN 1992.
Melalui penelitian ini dapat diambil Sallisbury, F. B. dan W. C. Ross. 1992. Fisiologi
kesimpulan bahwa: Tumbuhan Jilid 2. Alih bahasa: Lukman D. R.
a. Jenis medium berpengaruh nyata terhadap dan Sumaryono. Penerbit ITB, Bandung.
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Sarie, Haryati. 2004. Pengaruh Frekuensi
Sedangkan, frekuensi penyiraman berpengaruh Pemberian Air dan Takaran Bahan Organik
tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi Terhadap Sifat-sifat Tanah dan Pertumbuhan
jagung. Kacang Tunggak di Tanah Pasir Pantai Bugel,
b. Penambahan frekuensi penyiraman pada Kulon Progo. Tesis. Jurusan Ilmu-Ilmu
medium pasir dapat meningkatkan pertumbuhan Pertanian Program Pascasarjana Universitas
dan produksi jagung, sementara itu pada Gadjah Mada, Yogyakarta, (Abstrak)

You might also like