You are on page 1of 144

MODUL BELAJAR

MENULIS UNTUK MAHASISWA


dan JURNALIS PEMULA

MENULIS
ACEH
DALAM
DAMAI
CCRPS
Center for Conflict Resolution
and Peace Studies
IAIN Ar-Raniry

didukung oleh: Masyarakat Jepang


(From the People of Japan)
MODUL BELAJAR
Menulis untuk Mahasiswa
dan Jurnalis Pemula

Menulis
Aceh
Dalam
Damai
Katahati Institute
2009
Isi
Pokok-Pokok Pelatihan 001
Materi 1
005 Sejarah Jurnalistik
Materi 2
Kode Etik Jurnalistik 013

lampiran
Kode Etik Jurnalistik 20
Kode Etik AJI 24

Materi 3
027 Reportase Dasar
Materi 4
Angle Liputan 035

Materi 5
Bahasa dan Penulisan 041
Materi 6
049 Teknik Wawancara
Materi 7
Menulis Straight News 065
Materi 8
073 Indepth Reporting

Materi 9
079 Pengantar Investigative Reporting
Materi 10
Merancang TOR Liputan 085
Materi 11
093 Menulis Feature

Materi 12
103 Menulis Opini
Materi 13
Resensi Buku 111
Materi 14
123 Menulis Cerpen
KATA PENGANTAR

Mari Menulis

Sekarang ini, kepandaian menulis bukan lagi hak istimewa


dari seorang penulis dan para jurnalis belaka.. Belakangan
ini semua bidang pekerjaan memerlukan kepandaian
yang satu ini. Tak terkecuali sekretaris, bidang hubungan
masyarakat, dokter, marketing, politisi, musisi bahkan
setingkat keuchik sekalipun. Menulis diperlukan dalam
rangka mendukung aktivitas mereka.

Cukup beralasan, kalau kami berkesimpulan bahwa


menulis penting dipelajari. Kemampuan menulis
merupakan satu dari banyak keahlian berharga yang
tidak bisa dianggap sepele. Apapun karir nantinya, jika
memiliki kemampuan menulis yang baik, anda bisa
mengekspresikan secara jelas kemampuan lewat tulisan.
Setelah itu, akan lebih dihargai orang.

Demi menyebarkan kemampuan menulis itulah, Katahati


Institute mencoba menggelar sebuah pelatihan bertajuk
‘Studi Antropologi dan Jurnalisme Damai’. Pelatihan
ditujukan kepada para generasi muda, di antaranya siswa,
mahasiswa dan para jurnalis junior.

Memilih mereka yang muda bukan tanpa alasan. Ke depan


merekalah yang menulis Aceh lebih bernas dengan segala
kenyataan yang berlaku, dalam damai yang diinginkan
abadi dan dalam tujuan kemakmuran masyarakat Aceh.

Belajar mendengar tak cukup tanpa panduan. Kami


kemudian berusaha mengumpulkan bahan-bahan yang
tercecer untuk disatukan dalam sebuah modul yang
gampang dibaca. Sehingga memudahkan yang belajar
memahami lebih jauh.

G menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]
Lahirlah modul ini, mungkin dapat sedikit membantu
dalam membimbing pelajar dan siapa saja pembacanya.
Bahan pelajaran memang lebih banyak diarahkan
untuk menulis layaknya jurnalis, dari reportase sampai
bagaimana melahirkan sebuah tulisan panjang dan
menarik. Modul juga berisi bagaimana menulis opini,
resensi buku dan juga menulis cerpen.

Sesuai target, ingin menyebarkan ilmu menulis, modul


diberikan tak hanya kepada mereka yang belajar dalam
kelas menulis Katahati Institute. Modul ini juga diberikan
ke kampus-kampus dan sekolah-sekolah. Sebuah harapan,
agar generasi ke depan lebih mampu meneruskan ide-
idenya dan kondisi sosial di sekitarnya dalam sebuah
tulisan.

Akhirnya, ucapan terimakasih dari Katahati Institute


kepada tim pengajar dan penulis modul, CCRPS (Center
for Conflict Resolution and Peace Studies) IAIN Ar-Raniry
dan Kedutaan Jepang yang telah mendanai berjalannya
program pelatihan Jurnalisme Damai ini.

Lewat buku ini kami ingin berpesan, bahwa menulis


itu perlu. Untuk siapa saja dengan segala macamnya
profesinya. Selamat membaca dan mencoba.

Banda Aceh, September 2009

FAHRUL RIZHA YUSUF


Direktur Eksekutif Katahati Institute

Modul belajar H
MODUL BELAJAR
Menulis untuk Mahasiswa
dan Jurnalis Pemula

Menulis
Aceh
Dalam
Damai
Pokok-Pokok
Pelatihan

TUJUAN PELATIHAN Memberikan kemampuan HASIL YANG DIHARAPKAN


peliputan dan menulis laporan Mahasiswa dan Jurnalis
jurnalistik bagi mahasiswa dalam Pemula mengetahui bagaimana
fase damai di Aceh dan menulis menulis laporan dengan baik
opini. Harapannya, mahasiswa
dapat membuat laporan jurnalistik Mengetahui kode etik
dengan baik dan berperspektif jurnalistik
damai, baik dalam merawat
langgengnya perdamaian Aceh Mahasiswa dan Jurnalis Pemula
maupun terkait dengan peliputan mampu menulis laporan
dalam agenda Pemilu 2009, dengan metode peace jurnalism
legislatif dan pemilihan presiden. dan mempertajam kemampuan
indepth reporting
Mahasiwa diharapkan dapat
mengetahui bagaimana Mahasiswa dan Jurnalis Pemula
mengawal perdamaian di Aceh mampu membuat perubahan
sesuai kapasitasnya dengan dalam menulis laporan untuk
mengedepankan profesionalitas medianya, yang berperspektif
jurnalis. Kemudian juga dapat damai, guna memperkuat
memberikan kontrol dan perdamaian Aceh.
pemantauan pascapemilu legislatif
serta pemilihan presiden 2009. Mahasiswa dan Jurnalis Pemula
mampu menulis opini dengan
baik.

Mahasiswa dan Jurnalis Pemula


dapat menulis cerpen dengan
latar belakang perdamaian di
Aceh.

1 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

INDIKATOR KEBERHASILAN METODE BELAJAR


Mahasiswa dan Jurnalis  Teori
Pemula mampu Diajarkan oleh para
menghasilkan laporan sesuai mentor yang telah punya
dengan materi pelatihan pengalaman di Aceh.

Mahasiswa dan Jurnalis  Praktek


Pemula menjadi lebih baik Menulis feature dan opini
dalam menulis laporan yang
berperpektif damai di media
kampus dan media lainnya.

SASARAN
Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula perguruan tinggi di
Aceh

Modul belajar 2
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Kurikulum
Belajar

Materi-materi yang dipilih adalah Adapun materi yang


ilmu jurnalistik dasar sampai diajarkan adalah sebagai
menengah dalam melakukan berikut;
peliputan dan penulisan laporan.  Sejarah Jurnalistik
Kemudian juga penulisan opini,  Sejarah Jurnalistik
resensi buku dan pengantar  Kode Etik Jurnalistik
menulis cerpen. Semua materi  Reportase dasar
akan diarahkan pada liputan dan  Menentukan angle
penulisan yang berperspektif damai liputan
dalam konteks kekinian Aceh.  Teknik menembus
narasumber/teknik
Hal ini mengingat, Aceh baru saja wawancara
memasuki fase damai setelah lama  Membuat Straight News
dalam konflik. Setidaknya laporan  Bahasa jurnalistik
yang dihasilkan mahaiswa, mampu  Indepth Reporting
merawat perdamaian di Aceh yang  Pengantar Investigative
abadi reporting
 Teknik menulis feature
(tema perdamaian dan
pemilu)
 Merancang TOR Liputan
(tema perdamaian dan
pemilu)
 Menulis opini
 Menulis resensi buku
 Pengantar membuat
cerita pendek

3 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
Materi 1.
Sejarah Jurnalistik

TUJUAN
 Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula mengetahui
sejarah awal jurnalistik
 Mengetahui sejarah pers
di Indonesia

kegiatan
 Teori
 Diskusi

5 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
BAHAN

Riwayat Media

Teknologi
Teknologi dapat dikata ‘ibunya’ media massa. Pesatnya
perkembangan media sangat bergantung pada asupan
kecanggihan teknologi. Jenis media, kian waktu terus
bertambah. Kini media tidak hanya cetak, radio dan televisi
tapi juga ada cyber.
 
Internet bahkan telah mengikis sekat-sekat antara
konsumen berita, pembuat berita dan penyedia jasa berita
(media). Sebutan pemirsa, pendengar dan pembaca yang
membangun jarak, kini telah satu; netter.
 
Kecanggihan internet, telah memperkaya ’aliran’
dalam jurnalistik. Tentu tak asing bagi kita istilah citizen

7 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

journalism, grassroot journalism atau participatory


journalism. Kegiatan jurnalistik seperti reportase,
menganalisa dan mempublikasikan tidak lagi menjadi
klaim kerjaannya jurnalis, tapi juga netter.
 
Di Amerika citizen journalism, berkembang sejak dua
dekade terakhir. Akarnya, community based media.
Mulanya perkara ketidakpuasan warga atas pemberitaan
media massa yang dinilai didominasi kepentingan partai.
Puncaknya, bertebarnya pemberitaan yang dilaporkan
masyarakat jelang pemilu 2004 di negeri pamansam itu.
Lamat-lamat, penguna internet memburu informasi di
weblog.
 
Sementara di Indonesia berkembang sejak 2005, salah
seorang pelopornya Lily Yulianti Farid, salah seorang ibu
rumah tangga. Ia mengasuh http://www.panyingkul.com.
Situs yang ‘beriman’ pada citizen journalism, berbasis
Makassar, Sulewesi Selatan.
 
http://www.wikimu.com salah satu portal citizen
journalism terkemuka di Indonesia.
“Portal informasi komunitas independen dengan konsep
partisipatif. Bukanlah situs berita, walaupun berisi
aneka ragam informasi,” begitu tulis Bayu Wardhana,
administrator blog itu. ”Siapa saja bisa mendapatkan
dan mengirimkan informasi, termasuk menambahkan,
melengkapi, atau menyanggah informasi yang sudah ada.”
 
Citizen journalism, mendorong industri media untuk lebih
peka informasi ’arus bawah.’ Pabrik-pabrik informasi,
berlomba turut bersaing di ranah maya. Tak hanya sekedar
membuat website, tapi juga memunculkan tampilan
fisik. Tak terhitung sekarang jumlah media cetak, radio
dan tv yang tayang secara online. Nyaris setiap, situs
menyediakan ruang suplai informasi dari masyarakat.
 
Banyak pakar menilai, riwayat media klasik segera tamat.
Bagaimana tidak, hanya dengan modal handphone,
sekarang siapa saja bisa mengakses dan menyumplai
informasi dimana saja dan kapan saja. Pemimpin Redaksi
situs http://www.acehkita.com , salah seorang yang lebih

Modul belajar 8
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

sering mengunakan telepon gengam untuk menyuplai


informasi pada khalayak dari pada komputer jinjing.
 
Tentulah kemudahan itu tidak dijumpai masyarakat
romawi tahun 60 sebelum masehi. Namun bukan
berarti, tak ada arus informasi kala itu. Walau belum ada
handphone sehingga tidak bisa bertukar informasi, warga
mengunakan papan annals.
 
Di papan yang digantung di serambi rumah itu, berbagai
catatan dicantumkan. Fungsinya, serupa pengumuman
bagi orang yang kebetulan melintas. Papan itulah, ‘nenek
moyangnya’ majalah dinding (mading).
 
Alkisah, Julius Caesar mencari ahli informasi untuk
menyebarluaskan informasi. Salah seorang budak, lulus
seleksi. Ia dibebaskan dari status budak. Tugasnya, sekedar
mengikuti kemana saja Caesar berkunjung, lalu menulis
dan menyebarkan setiap ucapannya. Istilah sekarang;
talking news!
 
Dari pengalaman itu, Caesar lantas mengembangkannya
sampai ke Forum Romanum, stadion romawi yang juga
merupakan pusat kota. Ia tidak lagi sekedar menyebarkan
informasi perjalanan, tapi juga informasi rapat dan sidang
senat romawi. Medianya, tidak lagi papan tapi selembar
kertas. Namanya Acta Diurna, inilah produk jurnalistik yang
diyakini paling tua.
 
Media dan Kekuasaan
Selain teknologi, penentu tumbuh kembangnya pers
tidak lain; kekuasaan. Tak semudah merunut riwayat Acta
Diurna, dalam sejarahnya, pers Indonesia sulit ditemukan
pangkal. Namun begitu, timbul tengelamnya sudah terasa
sejak kolonial Belanda.
 
Terlepas mana ‘nenek moyang’ pers Indonesia, yang pasti
Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnementen, yang
didirikan Jan Erdman Jordens pada 1744, sering dijadikan
awal cerita.
 
Gara-gara bahasa Belanda, ramai kalangan menolak

9 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

menyebutnya; moyang pers Indonesia. Bahasa menjadi


penting bagi pengusut sejarah, bahasa Melayu dipilih
penentu. Namun lagi-lagi buntu, sebab 1850-an sudah ada
surat kabar mengunakan bahasa itu, baik terbit di Jawa
maupun Sumatera. Dari sisi kepemilikkan, bahkan ramai
warga Tionghoa punya surat kabar.  
Almarhum Pramoedya Ananta Toer, justru memilih
dan meyakini pers Indonesia dimulai dari Medan
Prijaji, yang terbit di Bandung pada Januari 1907. Entah
punya keyakinan yang sama dengan Pram atau tidak,
Presiden Susilo Bambang Yoedhoyono, tiga tahun silam,
menobatkan Tirto Adhi Soerjo pelopornya Medan Prijaji
sebagai pahlawan nasional.  
 
Singkatnya, kapan pers Indonesia lahir? Sampai sekarang
masih tak jelas. Debat masih panjang. Setiap hari pers,
ramai khalayak melempar argumen. Terpopuler, mengugat
hari pers, yang sangat identik dengan hari lahirnya
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
 
Kembali kepokok persoalan; pengaruh kekuasaan
terhadap pers. Era kolonial, jelas bukan lahan subur bagi
media. Sederet koran ‘tewas’ kala itu, sebut saja misalnya
Bataviasche Courant, Slompret Melaju, Bintang Timur,
Bintang Barat, Java Bode atau Medan Prijaji. Jelas bukan
bredel saja sumber petaka, tapi ambruknya modal juga
menjadi perkara.
 
Tapi era kekuasaan Jepang, ramai sejarawan bersepakat
hanya Djawa Shimbun yang hidup di era prakemerdekaan.
Selebihnya dicekik bredel, tanpa ampun, penerbitan
diberangus. 
 
Selepas itu, Djawa Shinbunkai lembaga sensor serupa
‘departemen penerangan’ era Soeharto, merestui terbitnya
lima penerbitan Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar
Matahari dan Suara Asia. Agar pengaruhnya kerdil, hanya
boleh berbahasa Indonesia.  
 
Begitu kekuasaan Jepang ‘tumbang’, Belanda
menghidupkan kantor berita Aneta. Selain itu,
menerbitkan dua koran; Het Dagblad dan Nieuwgier,

Modul belajar 10
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

keduanya tak merdeka, isi di bawah kendali penerbitan


Grafische Raad.

Sesunguhnya, bukan cuma kolonialisme yang paling


berbahaya. Diktator juga tak kalah ‘menyeramkan.’ Kondisi
prakemerdekaan, tak jauh beda dengan masa kejayaan
Soeharto; izin terbit, sensor dan bredel.
 
Oktober 1999, Presiden Abdurrahman Wahid, memangkas
membredel Departemen Penerangan. Lantang ia
menegaskan, bukan tugas negara mengontrol informasi
tapi masyarakat penentunya.
 
Sejumlah praktisi bersepakat, walau tak ’merdeka’
benar pers Indonesia sempat merasakan beberapa kali
kebebasan. Pertama, priode 1945-1949 usai bebas dari
Belanda dan Jepang. Lalu, 1966-1972 selepas Soekarno
’jatuh.’ 
 
Jurus ’mencekik’ pers sebetulnya warisan kolonial.
Reglement op de Drukwerken in
Nederlandsch-Indie, peraturan yang dikeluarkan jaman
Negara Hindia Belanda
1856, merupakan akar sistem pengawasan preventif.  
 
Pola represif dimulai 1906. Aturannya, setiap penerbit
wajib mengirim pracetak sebelum masuk mesin. Bredel
mulai diterapkan 1931. Gubernur Jenderal diberikan
kekuasaan untuk melarang terbit media. Sampai sekarang,
Indonesia masih mengenal Haatzaai Artikelen, yang
diberlakukan ‘penjajah’ sejak 1918.   
 
Kala Jepang berkuasa khusus Jawa dan Madura, setiap
media yang memiliki izin terbit wajib pakai shidooin
(penasehat) yang ditentukan pemerintah. Shidooin,
bertugas sensor isi.
 
Tren bredel tak berlanjut, sampai orde baru. 1972, majalah
sendi terjerat delik pers karena dinilai menghina kepala
negara dan keluarga. Hukumannya, majalah tutup. Giliran
Sinar Harapan, 1973 yang naas. Pemerintah, mengangap
mingguan itu membocorkan rahasia negara dengan

11 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

memuat anggaran belanja yang belum dibahas parlemen.


 
Usai petaka Malari 1974, praktisi media ‘terbakar’ hatinya.
Inilah mula tumbuhnya keyakinan; pemerintah Indonesia
anti kebebasan informasi. Bayangkan, 12 penerbitan pers
dibredel sekaligus.
 
Surat Izin Terbit (SIT) dicabut, alasannya kala itu jauh
dari rasional; melemahkan sendi kehidupan nasional,
mengobarkan isu modal asing, membeberkan korupsi,
mengrogoti dwi fungsi TNI, menghasut rakyat serta
mendorong makar. Laksus Kopkamtib Jaya, bahkan
mencabut Surat Izin Cetak (SIC).
 
Soeharto emosi benar pada media yang meributkan
pencalonannya menjadi presiden, tahun 1978. Tujuh
penerbitan besar menjadi korban pembekuan sementara,
diantaranya Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The
Indonesian Times, Sinar Pagi dan Pos Sore. Dibekukan
lewat telepon dan diperbolehkan terbit kembali setelah
meminta maaf.
 
Nyaris setiap tahun saat Soeharto berkuasa, ada saja
media yang dilumat. 1982, tempo ditutup sementara
gara-gara memberitakan kerusuhan kampanye Pemilu di
Lapangan Banteng, Jakarta. 1983, Jurnal Ekuin dilarang
terbit setelah mengabarkan penurunan patokan harga
ekspor minyak.
 
Tahun 1984, giliran majalah Expo hanya karena memuat
serial Seratus Milyader Indonesia.Selang dua bulan
selanjutnya, majalah Topik menuai bencana setelah
menurunkan editorial; Mencari Golongan Miskin.
 
Ah sudahlah, terlalu panjang kisah buram pers Indonesia!

Modul belajar 12
Materi 2.
Kode Etik Jurnalistik

TUJUAN
 Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula mengetahui kode
etik jurnalistik
 Menjadikan kode etik
sebagai panduan dalam
meliput

kegiatan
 Teori
 Diskusi

13 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
BAHAN

Etika

Alkisah sekitar abad ke-5 SM, Hipokrates menanam


pesan pada murid-muridnya. Isinya, agar mendahulukan
kesembuhan orang lain di atas segalanya. Bahkan ‘dokter’
Yunani kuno itu mencatat sebagai sumpah.

Perjanjian yang dikenal dengan sebutan Sumpah


Hipokrates itu, diyakini para pakar sejarah sebagai
kode etik tertua. Kisah tokoh yang digelar bapak ilmu
kedokteran tersebut, melahirkan dua kata subtansi; janji
dan profesi.

Profesi sendiri berarti pekerjaan yang dilakukan sebagai


bentuk kegiatan pokok untuk mengumpulkan pendapatan
ekonomi. Tentu yang diandalkan keahlian individu dan

15 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

kelompok dengan cita-cita dan nilai bersama.

Cerita lain. Aristoteles, filusuf asal Yunani, sekitar tahun


384 sebelum masehi menetapkan ethos sebagai dasar
filsafat moral. Secara epistemologi, kata yang yang
bermakna watak dan karakter itu, muasal etik.

Bentuk jamak dari ethos yakni ta etha, artinya, adat


kebiasaan. Indonesia membatasi etika; ilmu tentang
beda baik dan buruk prilaku yang diterima atau ditentang
masyarakat.

Sementara kode, tanda atau simbol berupa kata-kata.


Lamat-lamat, kode dipahami sebagai kesepakatan bersama
yang harus ditaati. Dalam konteks ini, kode berupa
kumpulan peraturan yang sistematis.

Dengan begitu dapat ditarik kesimpulan, kode etik


berfungsi sebagai ’kompas’ penunjuk arah moral suatu
profesi, serta ukuran profesionalitas seseorang. Kode etik
merupakan produk etika terapan.

Sebab itu, kode etik selalu harus dilahirkan dari


musyawarah. Bila tidak, sulit untuk bisa diterapkan.
Menjadi percuma, bila nilai-nilai yang dicantumkan dalam
etik tidak dijiwai dan dicita-citakan personal bersangkutan.

Negara tentu punya peran penting untuk menegakan etik.


Fungsinya, secara konsisten mengawasi. Indonesia sejak
sepuluh tahun silam, sudah memiliki Dewan Pers. Tugas
pokok lembaga tersebut jelas disebut dalam pasal 15 ayat 1
undang-undang no 40 tahun 1999, bunyinya; ”dalam upaya
mengembangakan kemerdekaan pers dan meningkatkan
kehidupan pers nasional, dibentuk Dewan Pers yang
independen.”

Walau Dewan Pers tak lagi berusia ’belia’ untuk ukuran


lembaga negara. Namun angka pelanggaran etik, justru
bergerak naik. Tahun lalu, ’penjaga moral’ pers ini
mencatat 424 kasus pengaduan.

Maret lalu, Abdullah Alamudi, anggota Dewan Pers

Modul belajar 16
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

mengumumkan pada tahun 2007, kasus pelanggaran etik


mencapai 240 kasus atau 20 pengaduan. Tapi catatan
2008, sunguh menempatkan profesi jurnalis Indonesia
diambang cemar. 34 kasus setiap bulan. Kronis!

Apa sebabnya? Catatan dewan juga berpotensi


menyatakan kesadaran warga untuk mengawasi media
menanjak. Tapi Alamudi lebih yakin, disebabkan lemahnya
pengetahuan jurnalis terhadap kode etik. "Berdasarkan
survei, hampir 85 persen wartawan atau jurnalis tidak
pernah membaca kode etik jurnalistik," kata Alamudi.
Tragis !

Alamudi mengatakan, dengan tidak pernah membaca kode


etik jurnalistik maka sulit memahami Undang-undang Pers
dan bagaimana menjalankan tugas jurnalistiknya dengan
benar.

Menurut Alamudi, permasalahan kode etik yang sering


dilanggar; tidak melakukan verifikasi pada narasumber.
Seringkali lupa menerapkan asas praduga tak bersalah.
"Tugas wartawan menyampaikan informasi, bukan
menghakimi. Seorang tersangka tidak boleh dianggap
bersalah sampai hakim menyatakan sebaliknya," kata
Alamudi. Padahal verifikasi merupakan esensi jurnalisme.

Uniknya, walau tak memiliki budaya jurnalisme investigasi.


Sekat-sekat hukum acapkali turut dilompati. Padahal,
investigasi memiliki konteks yang jauh beda dari jenis
lainya. Kode etik, seakan takdirnya selalu bertabrakkan
dengan hukum.

Hukum, tidak berpretensi menentukan sebuah tindakan


etis atau tidak, hanya mengenal legal atau ilegal. Sejarah
jurnalisme, mencatat sering media atau jurnalis secara
sadar melawan hukum demi etika.

Kasus “Pentagon Papers” misalnya. The New York


Times memuat dokumen curian itu melanggar hukum.
Tanggungjawab etik, alasan editor-nya waktu itu, sehingga
berani memuatnya. Pemerintah langsung mengugat, Koran
itu dijerat dengan tuduhan membocorkan rahasia negara.

17 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

“Tanggungjawab fundamental  sebuah media massa


dalam masyarakat demokratis adalah mempublikasi
informasi yang dapat membantu setiap warga negara
Amerika Serikat untuk mengerti proses yang terjadi dalam
pemerintah.” Tulis Koran tersebut dalam editorialnya
16 Juni 1971, sebagai ‘deklarasi’ menentang pemerintah
meminta Koran tersebut menghentikan publikasi.

Beberapa hal yang sering menjadi bahan debat dalam


setiap pertemuan jurnalis. Debat seru biasanya mengalir
saat membicarakan sumber anonim. Kapan dan saat
seperti apa sumber layak ‘ditutup’ identitasnya?

Menarik sejenak mengingat kembali Bob Woodward,


jurnalis The Washington Post. Lebih dari 30 tahun, ia
menjaga kerahasian sumber anonim dari Gedung Putih
yang membocorkan skandal watergate. Sampai Presiden
Richard M Nixon, tumbang, tetap tak terbongkar si “Deep
Throat”.

Selain sumber anonim, penyamaran juga sering


dipertanyakan. Atas nama kepentingan publik, metode
undercover boleh atau tidak? Ada kisah seru ihwal ini.
Chicago Sun-Times, sempat menjadi finalis Pulitzer,
namun para juri tak bersepakat memilihnya jadi jawara.
Perkaranya, media tersebut membuat sebuah bar. Niatnya,
mengungkap korupsi polisi. Tapi juri mempertanyakan
demi story yang bagus, atau menjebak aparat?

Bukan hanya itu, alat rekam tersembunyi juga acap kali


menjadi bahan debat panjang. Media televisi Indonesia,
sering sekali mengunakan metode ini. Bahkan hanya
sekedar untuk kepentingan buletin info artis. Adakah
kepentingan publik untuk mengetahui hal-hal pribadi
selebritis?

Bagaimana dengan boleh tidak menyergap narasumber


untuk wawancara? Itu juga bisa menyebabkan diskusi
tanpa ujung. Peristiwa narasumber ketakutan saat
bersamaan berhadapan dengan mic, tipe atau kamera,
jelas sudah menjadi keseharian jurnalisme Indonesia. Tapi,
bolehkah itu?

Modul belajar 18
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Terakhir yang selalu ‘panas’ bila dibahas, kisah politisi atau


pejabat negara berselingkuh. Apakah aspek pribadi layak
dipublikasikan? Bukankah itu penyebaran aib? Apakah
prilaku itu mempengaruhi kinerjanya mengurus negara?

Ada baiknya, dibahas dalam diskusi!

19 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

LAMPIRAN #1
Kode Etik
Jurnalistik
Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah
hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat
untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna
memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas
kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers
itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan
bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat,
dan norma-norma agama.

Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya,


pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers
dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh
masyarakat.

Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak


publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan
Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi
sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan
publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme.
Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati
Kode Etik Jurnalistik:

Pasal 1
Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan
berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

Penafsiran
a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta
sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan,
paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik

Modul belajar 20
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]
perusahaan pers. Penafsiran
b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai a. Menguji informasi berarti melakukan
keadaan objektif ketika peristiwa terjadi. check and recheck tentang kebenaran
c. Berimbang berarti semua pihak mendapat informasi itu.
kesempatan setara. b. Berimbang adalah memberikan ruang
d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada atau waktu pemberitaan kepada masing-
niat secara sengaja dan semata-mata untuk masing pihak secara proporsional.
menimbulkan kerugian pihak lain. c. Opini yang menghakimi adalah pendapat
pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan
Pasal 2 opini interpretatif, yaitu pendapat yang
Wartawan Indonesia menempuh cara-cara berupa interpretasi wartawan atas fakta.
yang profesional dalam melaksanakan tugas d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip
jurnalistik. tidak menghakimi seseorang.

Penafsiran Pasal 4
Cara-cara yang profesional adalah: Wartawan Indonesia tidak membuat berita
a. menunjukkan identitas diri kepada bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
narasumber;
b. menghormati hak privasi; Penafsiran
c. tidak menyuap; a. Bohong berarti sesuatu yang sudah
d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas diketahui sebelumnya oleh wartawan
sumbernya; sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta
e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau yang terjadi.
penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang
dengan keterangan tentang sumber dan dilakukan secara sengaja dengan niat
ditampilkan secara berimbang; buruk.
f. menghormati pengalaman traumatik c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal
narasumber dalam penyajian gambar, foto, belas kasihan.
suara; d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku
g. tidak melakukan plagiat, termasuk secara erotis dengan foto, gambar, suara,
menyatakan hasil liputan wartawan lain grafis atau tulisan yang semata-mata untuk
sebagai karya sendiri; membangkitkan nafsu birahi.
h. penggunaan cara-cara tertentu dapat e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari
dipertimbangkan untuk peliputan berita arsip, wartawan mencantumkan waktu
investigasi bagi kepentingan publik. pengambilan gambar dan suara

Pasal 3 Pasal 5
Wartawan Indonesia selalu menguji Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan
informasi, memberitakan secara berimbang, menyiarkan identitas korban kejahatan susila
tidak mencampurkan fakta dan opini yang dan tidak menyebutkan identitas anak yang
menghakimi, serta menerapkan asas praduga menjadi pelaku kejahatan.
tak bersalah.

21 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]
Penafsiran atau data dari narasumber yang tidak
a. Identitas adalah semua data dan informasi boleh disiarkan atau diberitakan.
yang menyangkut diri seseorang yang
memudahkan orang lain untuk melacak. Pasal 8
b. Anak adalah seorang yang berusia kurang Wartawan Indonesia tidak menulis atau
dari 16 tahun dan belum menikah. menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau
diskriminasi terhadap seseorang atas dasar
Pasal 6 perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis
Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan
profesi dan tidak menerima suap. martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa
atau cacat jasmani.
Penafsiran
a. Menyalahgunakan profesi adalah segala Penafsiran
tindakan yang mengambil keuntungan a. Prasangka adalah anggapan yang
pribadi atas informasi yang diperoleh kurang baik mengenai sesuatu sebelum
saat bertugas sebelum informasi tersebut mengetahui secara jelas.
menjadi pengetahuan umum. b. Diskriminasi adalah pembedaan
b. Suap adalah segala pemberian dalam perlakuan.
bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak
lain yang mempengaruhi independensi. Pasal 9
Wartawan Indonesia menghormati hak
Pasal 7 narasumber tentang kehidupan pribadinya,
Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk kecuali untuk kepentingan publik.
melindungi narasumber yang tidak bersedia
diketahui identitas maupun keberadaannya, Penafsiran
menghargai ketentuan embargo, informasi a. Menghormati hak narasumber adalah
latar belakang, dan “off the record” sesuai sikap menahan diri dan berhati-hati.
dengan kesepakatan. b. Kehidupan pribadi adalah segala segi
kehidupan seseorang dan keluarganya
Penafsiran selain yang terkait dengan kepentingan
a. Hak tolak adalak hak untuk tidak publik.
mengungkapkan identitas dan keberadaan
narasumber demi keamanan narasumber Pasal 10
dan keluarganya. Wartawan Indonesia segera mencabut,
b. Embargo adalah penundaan pemuatan meralat, dan memperbaiki berita yang keliru
atau penyiaran berita sesuai dengan dan tidak akurat disertai dengan permintaan
permintaan narasumber. maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau
c. Informasi latar belakang adalah segala pemirsa.
informasi atau data dari narasumber
yang disiarkan atau diberitakan tanpa Penafsiran
menyebutkan narasumbernya. a. Segera berarti tindakan dalam waktu
d. “Off the record” adalah segala informasi secepat mungkin, baik karena ada maupun

Modul belajar 22
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]
tidak ada teguran dari pihak luar.
b. Permintaan maaf disampaikan apabila
kesalahan terkait dengan substansi pokok.

Pasal 11
Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan
hak koreksi secara proporsional.

Penafsiran
a. Hak jawab adalah hak seseorang atau
sekelompok orang untuk memberikan
tanggapan atau sanggahan terhadap
pemberitaan berupa fakta yang merugikan
nama baiknya.
b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk
membetulkan kekeliruan informasi yang
diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya
maupun tentang orang lain.
c. Proporsional berarti setara dengan bagian
berita yang perlu diperbaiki.

Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik


jurnalistik dilakukan Dewan Pers.

Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik


dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau
perusahaan pers

Jakarta, Selasa, 14 Maret 2006

23 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

LAMPIRAN #2
Kode Etik AJI
[Aliansi Jurnalis Independen]

1. Jurnalis menghormati hak masyarakat untuk


memperoleh informasi yang benar.

2. Jurnalis senantiasa mempertahankan prinsip-prinsip


kebebasan dan keberimbangan dalam peliputan dan
pemberitaan serta kritik dan komentar.

3. Jurnalis memberi tempat bagi pihak yang kurang


memiliki daya dan kesempatan untuk menyuarakan
pendapatnya.

4. Jurnalis hanya melaporkan fakta dan pendapat yang


jelas sumbernya.

5. Jurnalis tidak menyembunyikan informasi penting


yang perlu diketahui masyarakat.

6. Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk


memperoleh berita, foto dan dokumen.

7. Jurnalis menghormati hak nara sumber untuk memberi


informasi latar belakang, off the record, dan embargo.

8. Jurnalis segera meralat setiap pemberitaan yang


diketahuinya tidak akurat.

9. Jurnalis menjaga kerahasiaan sumber informasi


konfidensial, identitas korban kejahatan seksual, dan
pelaku tindak pidana di bawah umur.

10. Jurnalis menghindari kebencian, prasangka, sikap


merendahkan, diskriminasi, dalam masalah suku, ras,

Modul belajar 24
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

bangsa, politik, cacat/sakit jasmani, cacat/sakit mental


atau latar belakang sosial lainnya.

11. Jurnalis menghormati privasi, kecuali hal-hal itu bisa


merugikan masyarakat.

12. Jurnalis tidak menyajikan berita dengan mengumbar


kecabulan, kekejaman kekerasan fisik dan seksual.

13. Jurnalis tidak memanfaatkan posisi dan informasi yang


dimilikinya untuk mencari keuntungan pribadi.

14. Jurnalis tidak dibenarkan menerima sogokan. (Catatan:


yang dimaksud dengan sogokan adalah semua bentuk
pemberian berupa uang, barang dan atau fasilitas
lain, yang secara langsung atau tidak langsung,
dapat mempengaruhi jurnalis dalam membuat kerja
jurnalistik.)

15. Jurnalis tidak dibenarkan menjiplak.

16. Jurnalis menghindari fitnah dan pencemaran nama


baik.

17. Jurnalis menghindari setiap campur tangan pihak-


pihak lain yang menghambat pelaksanaan prinsip-
prinsip di atas.

18. Kasus-kasus yang berhubungan dengan kode etik akan


diselesaikan oleh Majelis Kode Etik.

25 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
Materi 3.
Reportase Dasar

TUJUAN
 Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula mengetahui apa itu
reportase
 Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula mengetahui cara
melakukan liputan
 Dapat melaksanakan tugas
dengan benar

kegiatan
 Teori
 Diskusi

27 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
BAHAN

Reportase

Pengantar
Jurnalistik dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
padanannya “kewartawanan”. Demikian juga dalam
Undang-Undang Pokok Pers Indonesia, dikenal dengan
istilah kewartawanan. Kewartawanan adalah kegiatan,
usaha yang sah yang berhubungan dengan pengumpulan,
pengolahan dan penyiaran berita dalam bentuk berita,
pendapat, ulasan, gambar dan sebagainya dalam bidang
komunikasi massa. Sedangkan wartawan maksudnya
adalah orang yang melakukan pekerjaan kewartawanan.
(Undang-Undang Pokok Pers Indonesia; pasal 1 ayat 3 dan
ayat 4)

Hasil kegiatan jurnalistik kemudian disiarkan pada

29 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

beberapa sarana media massa seperti:


 Surat kabar harian
 Surat kabar mingguan
 Majalah
 Radio
 Televisi
 Buletin, dsbnya

Di manapun seorang jurnalis bekerja ia harus memiliki


atau menguasai terlebih dahulu dasar-dasar ilmu dan
keterampilan jurnalis yang sama, dan yang sesuai dengan
spesifikasi bidang tugas pada media tempatnya bekerja.
Bahasa tulisan digunakan untuk mengkomunikasikan atau
menyampaikan ide (pikiran), perasaan, ciptaan, informasi
atas kejadian dan peristiwa (fakta) dengan berbagai bentuk
tulisan.

Salah satu bentuk tulisan tersebut adalah berbentuk Berita


(news story). Bentuk tulisan ini banyak digunakan jurnalis
untuk disampaikan kepada umum melalui mass media.
Agar mudah dibaca dan dipahami oleh umum, berita
disusun tertulis sedemikian rupa sehingga berita tersebut
dapat diterima, dibaca, dipahami dengan baik oleh seluruh
lapisan masyarakat. Mulai dari dosen di perguruan tinggi
sampai kepada pesuruh di kantor desa, dari seorang
jendral hingga prajurit, harus bisa memahami berita yang
ditulis seorang jurnalis.

Bahasa yang digunakan tentu berbeda dengan bahasa


buku atau bahasa laporan administrasi kantor. Bahasa
seorang jurnalis dalam menulis berita untuk disiarkan di
media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi
bersifat umum dan tegas serta banyak menggunakan
kalimat aktif. Hal ini karena masyarakat pembaca berita
luas dan umum, sedikit berbeda dengan bahasa buku
untuk penerbitan buku dengan pembaca yang terbatas.

Pengertian Reportase
Reportase adalah kegiatan meliput, mengumpulkan fakta-
fakta tentang berbagai unsur berita, dari berbagai sumber/
narasumber dan kemudian menuliskannya dalam bentuk
berita (produk) jadi.

Modul belajar 30
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Berdasarkan tahapan atau tingkatannya, seperti


dikemukakan dalam Vademekum Wartawan (1997), ada
tiga, yaitu: reportase dasar, reportase madia (menengah),
dan reportase lanjutan. Reportase dasar menghasilkan
berita langsung (straight news), reportase madia
menghasilkan berita-kisah (news feature), dan reportase
lanjutan menghasilkan berita analisis (news analysis).

Berita adalah informasi hangat yang disajikan kepada


umum mengenai apa yang sedang terjadi, informasi yang
sering penting sekali untuk pria dan wanita yang mencoba
memutuskan tentang apa yang harus dipikirkan dan
bagaimana bertindak. Ini berarti, berita adalah laporan
kejadian yang harus tepat pada waktunya, ringkas, cermat,
dan bukan kejadian itu sendiri.

Empat pertanyaan harus dijawab oleh seorang reporter


(syarat reportase), yaitu:
 Apa syarat utama menjadi reporter?
 Apakah berita?
 Bagaimana proses pencarian berita?
 Bagaimana menulis berita

Proses Pembuatan Berita


Mempersiapkan peliputan
1. Mencari informasi awal tentang kejadian yang bernilai
berita
Informasi awal dapat diperoleh dari berbagai sumber.
Media massa (koran harian, internet, radio, televisi)
adalah salah satu sumber informasi yang terus
mengalir tak pernah henti. Bisa pula dari berbagai
sumber personal, seperti pimpinan lembaga, atau
kolega (kenalan) yang bekerja untuk suatu perusahaan
dan memiliki cukup informasi tentang perusahaan/
lembaga tersebut.
Contoh kejadian: rapat anggaran DPRD, wisuda
perguruan tinggi swasta, peresmian cabang baru bank
syari’ah, lomba ilmiah remaja, seminar kebebasan
pers/ berekspresi, peringatan hari bumi, pelatihan PR
khusus BUMN.

2. Memastikan kejadian/ peristiwa yang akan diliput/

31 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

dicari informasinya
Melakukan konfirmasi berarti mengecek kepastian;
baik kepastian jadi-tidaknya acara, kepastian
partisipan/ peserta, penyelenggara, pihak/ pejabat
yang akan membuka acara, rangkaian berserta
waktu/ lamanya acara, aturan atau tata tertib
peliputan (jika ada). Dengan demikian, reporter dapat
mempersiapkan segala sesuatu; baik fisik, mental,
peralatan, maupun tim peliput.

3. Mendokumentasikan seluruh informasi yang


didapatkan
Informasi yang didapatkan setelah peliputan perlu
dikumpulkan, disatukan, ‘ditabung’ sehingga siap
untuk diolah lebih lanjut menjadi berita. Informasi
dapat berupa: keterangan tentang 5W+1H, foto-foto
dokumentasi, press release, profil lembaga, pidato,
pernyataan tertulis, komentar (wawancara) dua-tiga
narasumber, dan kesaksian saksi mata.

Tahapan-tahapan reportase adalah sebagai berikut:


 Menemukan peristiwa dan jalan cerita
 Cek, ricek, dan tripel cek jalan cerita
 Memastikan sudut berita
 Menentukan sudut berita
 Menentukan lead atau intro
 Menulis berita

Menurut keluasan informasi yang diberikan reportase


dibagi menjadi 3 (tiga):
 Reportase Dasar (straight news)
 Reportase Madya (news feature)
 Reportase Lanjutan (news analysis)

Tiga kegiatan jurnalistik diatas ibarat sebuah rumah.


Reportase Dasar mutlak dipakai dalam Reportase Madya
serta Reportase Lanjutan. Tetapi tidak demikian sebaliknya.
Banyak teknik-teknik Reportase Lanjutan yang tidak perlu
dipakai dalam Reportase Madya dan Reportase Dasar.
Demikian juga halnya teknik Reportase Madya dalam
Reportase Dasar.

Modul belajar 32
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Perbedaan pokok diantara ketiganya adalah cakupan


informasi. Berita tidak lagi sekedar peristiwa langsung
(straight) seperti pada Reportase Dasar, tetapi sudah
dilengkapi dengan sosok (featured) seperti dalam
Reportase Madya karena lebih luas informasinya. Atau
akan menjadi Reportase Lanjutan, jika Reportase Madya
tersebut dilengkapi dengan analisa (News analysys).

Dja’far N. Assegaf, memberikan lima pegangan pokok


dalam penerapan bahasa jurnalistik:
 Laporan berita harus bersifat menyeluruh.
 Ketertiban dan keteraturan mengikuti gaya menulis
berita.
 Tepat dalam penggunaan bahasa dan tata bahasa.
 Ekonomi kata harus diterapkan.
 Gaya penulisan haruslah hidup, punya makna, warna
dan imajinasi.

Untuk dapat menguasai keterampilan jurnalistik,


diperlukan latihan yang intensif dan terus menerus.

Selamat mencoba.

33 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
Materi 4.
Angle Liputan

TUJUAN
 Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula menentukan isu
dalam melakukan liputan
 Tajam melihat angle

kegiatan
 Teori
 Diskusi

35 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
BAHAN

Teknik Peliputan

Berbagai cara untuk mencari gagasan peliputan bisa


dilakukan. Mulai dari ide melihat peristiwa sampai
dengan gagasan yang melintas di kepala. Tentu saja setiap
orang atau setiap lembaga media memiliki cara untuk
mengembangkan liputan dari peristiwa yang terjadi.

Bisa pula “diciptakan” sebuah gagasan baru untuk


melakukan liputan bidang baru yang sama sekali
tidak diperhatikan media lain. Membuat liputan baru
merupakan tantangan tersendiri dan bisa menguras
banyak energi. Namun peluang sukses yang bisa diikuti
oleh media lain juga sangat besar.

Bagi media massa, gagasan tidak boleh kering apalagi

37 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

kehabisan. Setiap hari selalu harus ada pilihan angle


dan liputan yang bisa diangkat untuk diberitakan atau di
“feature” kan.

Beberapa cara mencari ide liputan antara lain:


1. Mengembangkan liputan yang sudah ada dalam
berbagai media massa. Manakala kita membaca,
mendengar atau melihat media massa maka setiap
orang memiliki sudut pandang sendiri. Sudut pandang
yang sifatnya personal inilah yang bisa dibeberkan
lebih luas dan mendalam dengan sebuah liputan cara
baru. Harga kedelai yang melonjak menyebabkan tahu
dan tempe mahal. Mungkinkah menyusuri kacang
kedelai sampai ke industri perkebunan di luar negeri?
2. Diskusi dengan rekan kerja atau kalangan profesional
dan praktisi. Menanyakan sesuatu kepada kaum
profesional dan praktisi bisa melahirkan banyak
gagasan. Dengan cara bertanya apa yang sedang
berlangsung dan mengapa terjadi seperti ini -misalnya
dalam kasus kedelai naik atau minyak mencapai 100
dollar per barel - maka apa implikasinya terhadap
masyarakat bawah bisa melahirkan liputan segar.
Diskusi yang produktif tentu diskusi yang tidak debat
kusir. Pencarian ide dari diskusi merupakan sebuah
cara yang mudah dilakukan.
3. Membaca berita kecil yang tidak menarik tetapi
mengandung potensi besar. Sebuah berita di surat
kabar daerah atau lokal atau sebuah berita kecil di
televisi juga berpotensi untuk mengundang gagasan
baru. Penangkapan pembobol makam mungkin bisa
dikembangkan seberapa luas terjadi pembobolan dan
apa saja barang yang dicuri lalu siapa penadahnya.
Cara ini bisa dilakukan setiap hari. Jika terlalu sukar
bisa saja gagasan itu diendapkan dulu.
4. Mengantisipasi peristiwa. Sebuah peristiwa yang
terjadi tahunan misalnya mudik Lebaran bisa
dijadikan inspirasi dalam penulisan atau liputan.
Bisa dikembangkan angle yang luar biasa banyaknya.
Berbagai peringatan dan upacara rutin bisa dijadikan
bahan liputan baru jika dikaitkan dengan berbagai
peristiwa yang berlangsung. Hari Pendidikan Nasional
atau Hari Penerbangan merupakan sumber berita yang

Modul belajar 38
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

tidak akan ada habisnya.


5. Peristiwa di luar negeri. Hukuman bagi koruptor di luar
negeri seperti di Cina antara lain dengan eksekusi akan
memunculkan ide bagaimana membuat jera koruptor.
Tentu tidak sampai dengan hukuman mati namun
banyak hal bisa dikembangkan dari peristiwa yang
terjadi di mancanegara. Kita bisa mengembangkan
banyak cerita di dalam negeri jika meminjam berbagai
insiden di luar negeri.

Wilayah Liputan
Keberhasilan seorang jurnalis, di samping kemampuannya
menulis berita, ditentukan pula oleh keterampilannya
menemukan fakta berita, juga kemampuannya
menyesuaikan diri dengan situasi di lapangan.

Berdasar kepada situasi dan objek yang diamati, dapat


dibedakan atas wilayah liputan:

1. Manusia dan situasinya
a. Alam terbuka; pasar, perjalanan, tempat kerja,
tempat hiburan, tempat upacara, dan lain-lain.
b. Ruang tertutup; upacara, rapat, pengadilan, rumah
sakit, tahanan, kantor, dan lain-lain.
2. Alam dan gejalanya Indah, subur, gersang, gunung,
banjir, longsor dan sebagainya.
3. Binatang
Binatang peliharaan, sumber penyakit menular, kebun
binatang, dan sebagainya.

Setelah mengetahui wilayah dan sudut berita langkah


selanjutnya kita siapkan rencana, antara lain; jenis berita
dan dampak yang diharapkan, tempat atau sumber berita
dan jumlah sumber yang berkaitan/berelasi menentukan
alat-alat yang dibutuhkan menghitung jumlah biaya yang
harus disediakan memperkirakan jumlah waktu yang
disediakan.

Rencana-rencana diatas akan sangat membantu


menggambarkan secara keseluruhan tentang hasil,
situasi dan keadaan yang bakal dihadapi di lapangan,
membayangkan kendala-kendala yang mungkin ditemukan

39 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

dan cara-cara mengatasinya.

Liputan Lapangan
Ketika berada di lapangan mengadakan observasi, jurnalis
akan merekam peristiwa atau fakta yang ditemukan
tersebut secara teratur, sesuai dengan rencana berita. Di
sini kita dituntut untuk menggunakan seluruh alat indera;
mata, telinga, hidung, kulit, lidah serta intuisi. Seluruh
fakta tersebut disimpan dan diendapkan untuk kemudian
direproduksi kembali dalam bentuk tulisan (berita).
Ketelitian sangat dibutuhkan untuk menangkap fakta.
Ketidaktelitian akan menimbulkan efek yang buruk, baik
ketika menyusun berita ataupun setelah berita disiarkan.

Modul belajar 40
Materi 5.
Bahasa dan Penulisan

TUJUAN
 Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula dapat menulis
laporan dengan bahasa
yang baik
 Mengetahui metode
penulisan yang baik

kegiatan
 Teori
 Diskusi

41 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
BAHAN

Bahasa dan Penulisan

Akurasi penulisan
Akurasi dalam penulisan berita sangat penting artinya.
Salah satu krediilitas tulisan sangat dipengaruhi ini.
Kesalahan kita dalam detail-detail kecil bisa merusak selera
orang untuk membaca dan membuat kepercayaan orang
kepada tulisan itu berkurang. Beberapa detail itu antara
lain; nama, jabatan, tempat dan kutipan.

Penggunaan istilah asing


Tulisan di media diharapkan menjangkau sebanyak
mungkin pembaca. Oleh karena itu, istilah dan idiom
yang digunakan, juga sebisa mungkin harus yang mudah
dimengerti. Kalau ada istilah asing, terjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia. Begitu juga dengan bahasa daerah.

43 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Kecuali terpaksa.

Hindari singkatan atau akronim yang berlebihan


Penggunaan singkatan memang tidak dilarang sepanjang
proporsional. Namun, kalau bisa, hindari pemakaiannya.
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi
singkatan adalah dengan membuat kata ganti yang berasal
dari kata depan lembaga.
Lembaga Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kata ganti Departemen Tenaga Kerja
Perusahaan PT Angin Kencang Sehari Semalam
Kata ganti PT Angin

Mengurangi pengulangan
Pengulangan dalam tulisan terjadi dalam banyak bentuk.
Entah itu nama orang, kata kerja mauapun kata sifat.
Pengulangan ini mengurangi rasa bahasa dari sebuah
tulisan. Salah satu cara menguranginya adalah dengan
menyediakan kata ganti sebanyak-banyaknya.

Untuk kata ganti orang bisa dengan menyebutkan identitas


lain atau informasi tambahan tentang nara sumber.
Misal, asal sekolah, istri, anak, penghargaan, karya dan
semacamnya. Identitas-identitas itu bisa menjadi kata
ganti yang memberi warna pada tulisan.

Untuk mencegah pengulangan kata kerja dan kata sifat


bisa dengan memperkaya kosa kata. Tentu saja tetap harus
akurat.

Utamakan deskripsi
Tulisan yang kuat dan bagus sangat kaya dengan fakta.
Entah itu fakta obyektif maupun fakta psikologis. Fakta
psikologis itu bisa berupa pernyataan atau pandangan-
pandangan pribadi seseorang. Sedang fakta obyektif
adalah peristiwa. Dalam tataran fakta obyektif
inilah deskripsi itu penting dipakai. Dan, ini juga bisa
memperkuat argumentasi kita dalam tulisan bahwa kita
memang mengetahui kejadian itu. Salah satu caranya
adalah dengan deskripsi yang kuat. Misal, kita menuliskan
bahwa ada pertemuan yang membahas soal pembahasan
tentang suatu masalah. Dalam deskripsi, harus tergambar

Modul belajar 44
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

suasana rapatnya. Kapan pelaksanaanya, siapa saja yang


datang, apa saja perdebatannya. Siapa ngomong apa. Ada
yang berdebat, nggak. Dan deail-detail lainnya.

Deskripsi yang bagus tak hanya mendapatkan argumentasi


meyakinkan tentang rangkaian fakta yang membangun
hipotesa kita. Selain itu juga memamerkan kepada
pembaca bahwa penulis tahu banyak soal kasus tersebut.
Termasuk detail seperti itu.

Pemakaian kutipan
Pemakaian kutipan disarankan untuk proporsional. Untuk
pernyataan yang sifatnya penting dan kontroversial,
gunakanlah kutipan langsung. “Saya menolak keputusan
itu,” kata salah seorang pejabat. Begitu juga sebaliknya.
Kalau pernyataan itu sifatnya umum, jadikan saja jadi
kutipan tidak langsung. Apalagi jika kutipan itu brupa
petunjuk dan data. Karena disampaikan dalam bahasa
lisan, biasanya kutipan seperti itu agak susah dicerna kalau
dikutip langsung.

Satu tulisan, satu fokus


Saat membuat berita kita dianjurkan untuk menulis satu
ide dalam satu kalimat. Ini membuat kalimat itu mudah
dicerna. Begitu juga dengan tulisan. Dalam tulisan panjang,
pemisahan tulisan dalam beberapa bagian adalah salah
satu cara yang lazim dipakai.

Dalam Tempo Edisi NO. 28/XXX/10 - 16 September 2001,


tulisan tentang amplop dan sogok di DPR itu dipecah
menjadi 7 tulisan. Judulnya:
⇒ Tiga Lembar Cek dari Senayan (tulisan utama)
⇒ Antara Senayan dan Gresik
⇒ Indira Damayanti Sugondo: "Amplop-Amplop itu
Berseliweran"
⇒ Gaji Besar, tapi Hibah Lebih Besar
⇒ Pundi yang Tiba-Tiba Membengkak
⇒ Yang Tersembunyi di Laci Komisi
⇒ Dewan untuk Ke(tidak)hormatan Anggota

Hati-hati penggunaan anak kalimat


Penggunaan anak kalimat selama ini dipakai untuk

45 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

menyisipkan informasi ke dalam suatu kalimat. Namun,


penggunaan anak kalimat yang panjang dan rumit bisa
membuat kalimat itu tak bisa langsung dipahami.

Salah satu contoh sederhananya begini:


Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Menteri Koordinator
bidang Politik dan Keamanan, dipastikan mengikuti Pemilu
Presiden putaran kedua.

Kalimat itu bisa dipecah dengan cara begini:


Susilo Bambang Yudhoyono dipastikan mengikuti Pemilu
Presiden putaran kedua. Mantan Menteri Koordinator
bidang Politik dan Keamanan itu...

Pemilihan Kata (Diksi)


“Mulutmu, Harimaumu.” Kalimat ini deskripsi tepat
tentang bahayanya lidah dan kata. Dalam salah satu aksi
demonstrasi, misalnya terjadi bentrok yang berujung pada
pemukulan terhadap mahasiswa. Kita bisa teliti, apa yang
ditulis media keesokan harinya untuk medeskripsikan
peristiwa itu? Polisi memukuli mahasiswa? Polisi
menggebuki mahasiswa? Polisi menghajar mahasiswa?
Atau apa? Manakah kata yang paling tepat?

Tentu saja kita harus merujuknya kepada peristiwa


di lapangan. Carilah kosa kata yang paling mendekati
kebenaran. Untuk itu, pengujian silang sangat diperlukan.
Begitulah dalam kita memilih kata untuk mendeskripsikan
masalah-masalah lainnya.

Ekonomi Kata
Salah satu penyakit dari penulis pemula adalah kurang
hemat dalam kata-kata. Mungkin karena banyak data yang
didapat sehingga merasa perlu memasukkan semuanya
dalam berita. Atau, karena anglenya kurang tajam.
Padahal, space media terbatas. Karena itulah, prinsip
ekonomi kata itu juga penting.

Memang tak semata-mata soal ketersediaan tempat. Yang


juga tidak bisa diabaikan adalah rasa bahasa dari tulisan.
Tulisan yang tidak ekonomis akan terlihat bertele-tele.
Sebab, ada kalimat yang sebenarnya tak memiliki makna

Modul belajar 46
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

banyak tapi tetap dimasukkan. Padahal, kalau dibuang, itu


tak mengganggu makna kalimat.

Ekonomi kata bisa dilakukan atas kata atau kalimat. Kata


yang bisa dihemat antara lain; tetapi jadi tapi, daripada
jadi dari, dan sebagainya. Untuk kalimat, harus dilakukan
dengan membaca kalimat secara utuh. Setelah itu dilacak
kata-kata yang tak memberi arti kepada kalimat

47 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
Materi 6.
Teknik Wawancara

TUJUAN
 Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula mengetahui
bagaimana melakukan
wawancara
 Bentuk-bentuk wawancara
 Menembus narasumber

kegiatan
 Teori
 Diskusi

49 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
BAHAN

Teknik Wawancara

Wawancara barangkali merupakan salah suatu bentuk


kagiatan jurnalistik yang paling penting dan paling
sulit. Wawancara menuntut sejumlah keterampilan;
pengetahuan yang cukup, diplomasi, energi, keterampilan
manusiawi, ketekunan dan keberanian.

Wawancara yang bagus seringkali kedengaran seperti


orang bercakap-cakap, namun orang bercakap-cakap
bukanlah wawancara. Percakapan biasa cenderung tidak
tersusun dengan baik; dan tidak selalu bertujuan jelas.
Sedangkan wawancara mengikuti rencana tertentu. Suatu
wawancara dirancang untuk memperoleh informasi atau
untuk menguji kebenaran suatu argument. Jadi, sangat
penting untuk itu dan persisnya apa yang ingin anda

51 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

peroleh dari wawancara itu.

Bentuk Wawancara
Berdasarkan bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan,
wawancara dapat dibedakan atas tujuh macam:
 Man in the street interview
 Casual interview
 Personality interview
 News interview
 Telephone interview
 Prepared question interview
 Group interview

Man in the street interview


Menanyai orang-orang di jalanan, untuk mengetahui
tanggapan dan pendapat khalayak terhadap peristiwa
tertentu. Orang-orang yang ditanyai/tanggapan tidak
ditentukan, tetapi dipilih secara acak. Kelemahan dari
wawancara jalanan ini adalah sempitnya waktu untk
mengajukan pertanyaan serta untuk memberikan
kejelasan. Dengan demikian reaksi yang diwawancarai
akan dangkal pula, karena keterbatasan waktu.

Untuk lebih amannya dari tuduhan mengada-ada


sebaiknya menggunakan recorder waktu wawancara serta
kamera, sebab yang diwawancarai sulit ditemukan kembali
untuk re-checking.

Casual interview
Adalah wawancara yang dilakukan secara mendadak
atau mendesak, atau wawancara yang dilakukan lantaran
kebetulan bertemu dengan nara sumber yang relevan
dengan masalah yang tengah aktual.

Personality interview
Atau wawancara mengenai pribadi seseorang yang
ditokohkan. Biasanya dimuat dalam bentuk profil,
tokoh siapa dan mengapa yang menonjolkan sikap dan
pandangannya yang patut dijadikan contoh yang baik oleh
khalayak. Wawancara pribadi juga bisadilakukan terhadap
orang yang menunjukkan keluarbiasaan, aneh dan
bertingkah eksklusif.

Modul belajar 52
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

News interview
Adalah satu bentuk wawancara yanbg paling banyak
digunakan jurnalis dalam mengumpulkan fakta yang akan
disiarkan, baik sebagai sumber berita, maupun untuk
mendapatkan suatu konfirmasi atas fakta lainnya.

Biasanya, wawancara berita ini dilakukan untuk


mendapatkan bahan berita langsung (straight news) sesuai
dengan penetapan jadwal berita (news schedule).

Telepohone interview
Telephone interview adalah wawancara yang dilakukan
dengan menggunakan telepon, sering digunakan untuk
berita-berita yang sangat mendesak deadline. Atau yang
sering kita lihat akhir-akhir ini di televisi wawancara
dengan nara sumber langsung dilakukan pada saat
siaran berlangsung. Kelemahan interview ini, tidak bisa
mengetahui reaksi dan mimik air muka yang diwawancarai.

Prepared question interview


Adalah wawancara yang sering digunakan mass media
untuk memperoleh tanggapan dan pendapat terhadap hal-
hal yang rumit, menyangkut data-data, dan menyangkut
disiplin keilmuan.

Untuk jenis ini, daftar pertanyaan dipersiapkan dan ditulis


terlebih dahulu kepada nara sumber atau dikirimkan
melalui pos atau kurir. Saat nara sumber menjawab
pertanyaan yang mewawancarai tidak perlu hadir.

Wawancara tertulis ini akan memberikan waktu yang


cukup kepada nara sumber guna mempertimbangkan dan
memberikan jawabannya.

Group interview
Group interview adalah wawancara antara serombongan
jurnalis dengan sekelompok nara sumber, bisa juga disebut
symposium.

Wawancara seperti ini biasanya dimulai dengan sejenis


konferensi pers yang kemudian dilanjutkan dengan
menghadirkan sekelompok sumber (ahli) dan jurnalis juga

53 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

terdiri atas beberapa media.

Wawancara (interview) adalah salah satu cara wartawan


untuk mendapatkan berita besar secara eksklusif,
yakni berita yang tidak bisa dimiliki oleh media lain.
Sebelum melakukan wawancara, seorang jurnalis harus
mempersiapkan diri sebaik-baiknya, agar wawancara
berlangsung dengan baik sebagaimana yang diharapkan
antara lain:
 Tentukan sasaran/topik yang akan ditanyakan. pelajari
juga latar belakang dari nara sumber.
 Pelajari sebanyak mungkin segala sesuatu yang
menyangkut topic yang hendak diajukan kepada nara
sumber.
 Siapkan semua alat bantu yang dibutuhkan (buku
catatan, pena, kamera, dan sebagainya).
 Setelah menetapkan topik atau masalah yang
hendak ditanyakan, kita sebaiknya menuliskan daftar
pertanyaan, fakta-fakta, atau pandangan yang akan
dikorek dari nara sumber.

Suatu wawancara dapat bersifat ringan, seperti obrolan,


bahkan menghibur. Ada juga wawancara yang semata
berisi fakta. Wawancara berusaha menjawab pertanyaan
dasar seperti siapa? Apa? di mana? dan kapan? Inilah
pertanyaan mudah dan dalam beberapa hal memang
itulah yang diperlukan. Namun kita bisa menambahkan
pertanyaan analisa seperti apa? dan mengapa?

Tentu ada banyak cara untuk melakukan wawancara bagi


suratkabar, radio atau televisi, namun secara umum ada
beberapa aturan yang berlaku apapun medianya.
 Putuskan apa yang menjadi fokus wawancara dan
apa yang dapat diliput secara realistis mengingat
pertimbangan waktu yang tersedia. Fokus ini harus
tidak terlalu sempit dan tidak terlalu luas.
 Buatlah persiapan. Cek nama, terutama nama orang
yang akan Anda wawancara, fakta-fakta dan angka-
angka. Ketegasan anda dan kerjasama dari orang
yang anda wawancara akan berpengaruh bila anda
membuat kesalahan dan bodoh atas kesalahan fakta.
 Buatlah garis besar apa persisnya yang Anda inginkan

Modul belajar 54
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

dari wawancara itu (anda bisa menulisnya dalam


secarik kertas atau membayangkan dalam kepala
anda). Anda bisa juga menulis pertanyaan-pertanyaan
anda di kertas sebagai panduan, namun jangan pernah
mengikuti pertanyaan itu sepenuhnya. Anda bisa lupa
pokok persoalan yang sangat penting untuk ditanyakan
jika anda hanya berkonsentrasi pada urutan-urutan
pertanyaan tertulis yang sudah anda biat tanpa
menghiraukan jawaban yang mengalir dari orang yang
anda wawancara.
 Bicarakan topik wawancara dengan orang yang anda
wawancara. Dia harus mengetahui hasil apa yang anda
inginkan dari wawancara itu, sehingga dia dapat siap
dengan jawaban yang layak untuk dibaca didengar
atau dilihat oleh khalayak.
 Lebih baik wawancara dilakukan sendiri saja.
Wawancara di depan banyak orang lain dapat berubah
menjadi seperti pertunjukkan.
 Dengarkan selalu apa yang dikatakan oleh orang yang
anda wawancara dan berikan respon selayaknya.
 Selama wawancara itu anda harus tetap independen.
Bersikaplah tegas, otoritatif dan menantang, namun
anda harus tetap sopan dan bersikap adil.
 Jangan biarkan orang yang anda wawancara
mengendalikan jalanya wawancara dan malah
mengajukan pertanyaan.

Pertanyaan-pertanyaan harus pendek dan tepat, langsung


ke permasalahan. Dengan mengajukan pertanyaan yang
panjang dan rumit, anda hanya akan membingungkan
orang yang anda wawancara dan audiens.

Berikut beberapa saran yang mungkin membantu:


1. Tanyakan apa yang kira-kira juga ingin ditanyakan oleh
pembaca/pendengar anda
2. Hindari pertanyaan ‘tertutup’ yang bisa dijawab
dengan ‘ya’ atau ‘tidak’. Orang yang sulit mungkin
akan memberikan jawaban seperti itu. Lebih banyak
anda memulai pertanyaan dengan kata Apa. Siapa.
Mengapa, Bagaimana, Kapan dan Di mana?
3. Ajukan pertanyaan satu demi satu. Orang yang anda
wawancarai (dan anda sendiri) mungkin lupa atau

55 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

dengan sengaja menghindari pertanyaan yang kedua


atau ketiga
4. Jangan membuat asumsi. Seseorang yang
berpengalaman mungkin akan mengatakan sesuatu
untuk membelokkan wawancara. Dia juga mungkin
juga dapat menunjukkan bahwa anda tidak paham
akan apa yang sedang anda bicarakan.
5. Jangan mengajak bertengkar! Kalau anda kehilangan
kesabaran atau mengambil sikap memihak, orang
yang anda wawancarai mungkin akan memanfaatkan
kesempatan tersebut untuk menentang anda secara
langsung dan mengambil alih kendali jalannya
wawancara.
6. Jangan pernah mencoba mencakup topik yang terlalu
luas.
7. Buatlah pertanyaan akhir untuk membungkus
pertanyaan anda.

Dalam proses wawancara, si pewawancara memantau


semua yang diucapkan oleh dan bahasa tubuh dari orang
yang diwawancarai, sambil berusaha menciptakan suasana
santai dan tidak-mengancam, yakni suasana yang kondusif
bagi berlangsungnya wawancara.

Dalam prakteknya, berbagai pikiran muncul di benak si


pewawancara ketika wawancara sedang berlangsung.
Seperti: Apa yang harus saya tanyakan lagi? Bagaimana
nada bicara orang yang diwawancarai ini? Dari gerak tubuh
dan nada suaranya, apakah terlihat ia bicara jujur atau
mencoba menyembunyikan sesuatu?

Seorang pewawancara secara sekaligus melakukan


berbagai hal: mendengarkan, mengamati, menyelidiki,
menanggapi, dan mencatat. Kadang-kadang ia seperti
seorang penginterogasi, kadang-kadang secara tajam
ia menyerang dengan menunjukkan kesalahan-
kesalahan orang yang diwawancarai, kadang-kadang ia
mengklarifikasi, kadang-kadang pula ia seperti pasif atau
menjadi pendengar yang baik. Seberapa sukses suatu
wawancara tergantung pada kemampuan melakukan
kombinasi berbagai keterampilan yang ini secara
pas, sesuai dengan tuntutan situasi dan orang yang

Modul belajar 56
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

diwawancarai.

Sifat wawancara bermacam-macam, tergantung dari


informasi apa yang diinginkan si pewawancara dan
bagaimana situasi serta kondisi yang dihadapi orang yang
diwawancarai. Sifat wawancara bisa sangat bervariasi, dari
yang biasa-biasa saja sampai yang antagonistik. Dari yang
mempertunjukkan luapan perasaan sampai yang bersifat
defensif dan menutup diri.

Jika seorang wartawan mewawancarai seorang pejabat


pemerintah tentang keberhasilan salah satu programnya,
tentu si wartawan akan mendapat tanggapan yang baik
dan panjang-lebar. Namun jika si wartawan mencoba
mengungkap praktek korupsi yang diduga dilakukan oleh
pejabat bersangkutan, tentu si pejabat akan bersikat
defensif bahkan tertutup.

Wartawan yang baik harus mengerti bagaimana cara


“memegang” orang yang diwawancarai dan menangani
situasi. Wartawan harus bisa merasakan, apa yang harus
dilakukan pada momen tertentu ketika berlangsung
wawancara –kapan ia harus bersikap lembut, kapan harus
ngotot atau bersikap keras, kapan harus mendengarkan
tanpa komentar, dan kapan harus memancing dengan
pertanyaan-pertanyaan tajam.

Persiapan Wawancara
Persiapan-persiapan tersebut penting untuk mendapat
perhatian, karena jangan sampai mempermalukan diri
sendiri, lebih-lebih lembaga yang menjadi induk dari
kegiatan wawancara ini. Dengan persiapan yang matang
insya Allah mampu menggali sumber berita atau informasi
yang diperlukan untuk mengembangkan berita dan sekali
lagi sebelum bertemu dengan nara sumber cek ulang
peralatan jurnalistik.

Untuk mendapatkan hasil yang baik maka harus mampu


menemukan orang yang, sesuai dengan bidang dan
keahlian, atau bisa juga karena hobi terkait dengan
permasalahan yang akan menjadi topik wawancara.
Misalnya, soal kerusakan lingkungan tentunya wawancara

57 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

di arahkan kepada orang-orang menguasai masalah


tersebut, sehingga pembicaraan ‘nyambung’.

Kalau sudah ada janji mau wawancara dan waktu sudah


ditentukan maka sudah selayaknya menepati waktu
yang sudah disepakati bersama. Namun wawancara itu
bisa dilakukan di manadan kapan saja, asal sama-sama
dalam kondisi yang memang sifatnya serba mendadak,
tetapi penguasan masalah tetap harus dipegang, supaya
informasi yang didapatkan sesuai dan memberi nilai
tambah pada berita yang diharapkan.

Wawancara bisa dilaksanakan di mana saja, seperti di


depan pintu, ketika nara sumber sedang masuk mobil asal
nara sumber memberi kesempatan seperti itu. Namun
itu diperlukan persiapan matang dari wartawan yang
bersangkutan, terutama pengenalan lebih dulu pewancara
dengan nara sumber.

Untuk melakukan wawancara memerlukan persiapan


dengan langkah-langklah sebagai berikut:
Pertama, sebelum melakukan wawancara harus
menguasai persoalan yang akan dipercakapkan, kalau
perlu membuat daftar pertanyaan dari yang bersifat
umum sampai detail.

Kedua, tahapan berikutnya menentukan arah


permasalahan yang digali dengan dilengkapi berbagai
berita berkaitan dengan bahan yang akan dijadikan
bahan wawancara.

Ketiga, setelah menentukan permasalahan,


menetapkan siapa-siapa saja yang akan menjadi nara
sumber untuk diwawancarai. Dalam hal ini harus
jelas kriterianya mengapa dalam masalah ini harus
mewawancarai nara sumber tersebut.

Keempat, mengenali sifat-sifatnya yang akan menjadi


nara sumber sebelum terjadi wawancara. Untuk
mengenali lebih dekat nara sumber, bertanya kepada
oranglain yang tahu atau dekat dengan nara sumber,
atau membaca tulisan dan riwayat hidup termasuk

Modul belajar 58
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

hobi, keluarganya, dan kesukaan lainnya.

Kelima, sebelum bertatap muka membuat janji dulu


sebelum melakukan wawancara, untuk meminta dan
m,enentukan kapan waktu yang luang dan tepat tepat
untuk melakukan wawancara, karena biasanya sumber
berita person yang sibuk, sehingga pengaturan waktu
cukup ketat.

Keenam, yang tak kalah pentingnya persiapan


mental untuk mengadakan wawancara, karena
masing-masing pribadi punya karakter yang berbeda,
sehingga diperlukan membaca karakter calon nara
sumber. Persiapan lainnya, peralatan yang diperlukan
antara lain, bloknote, ballpoint, tape recorder atau
kamera kalau memang diperlukan. Dianjurkan untuk
berpakaian rapi dan menghindari penampilan yang
kurang sopan.

Pelaksanaan Wawancara
Dalam wawancara yang perlu mendapat perhatian adalahh
hal-hal sebagai berikut:

Menjaga Suasana
Ini sangat penting dalam pelaksanaan wawancara
dibuat lebih rileks, sehingga berjalan dengan santai
tidak terlalu formal meskipun membahas masalah
yang serius. Untuk menciptakan suasana yang nyaman
dan baik memerlkan waktu, karena itu sebelum
memasuki materi yang akan dipercakapkan lebih enak
kalau dibuka dengan hal-hal yang umum. Misalnya,
soal keadaan nara sumber baik itu masalah kesehatan,
hobi dan sebagainya yang mungkin menyetuh hati.

Meski sifat basa-basi ini diperlukan untuk menarik


simpati supaya nara sumber sehibngga tidak terlalu
pelit dengan pernyataan atau pendapat baru. Kecuali
kalau pewawancara sudah sangat dekat basa-basi
itu bisa dikurangi, lebih-lebih kalau memang waktu
untuk wawancara sangat terbatas, pewawancara
harus tanggap. Itupun juga kita dibicarakan sebelum
melangsungkan wawancara.

59 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Dalam menjaga suasana ini sudah selayaknya


dilakukan, antara lain jangan membuat nara sumber
marah atau tersinggung, sehingga percakapan
langsung diputus. Jangan marah-marah atau
memojokkan nara sumber.

Bersikap Wajar
Dalam wawancara seringkali berhadapan dengan nara
sumber yang benar-benar pakar, tetapi tidak jarang
yang dihadapi tidak menguasai persoalan. Namun
demikian tidak perlu rendah diri atau merasa lebih
tinggi dari nara sumber, seharusnya bisa mengimbangi
atau mengangkatnya. Pewawancara juga harus bisa
mencegah supaya nara sumber tidak berceramah,
karena itu persiapan menghadapi berbagai karakter ini
sangat diperlukan.

Karena itu dalam persiapan wawancara ini


diperlukan,menguasai materi, selain menguasai nara
sumber dan pandai-pandai membawakan diri agar
tidak direndahkan. Apabila menghadapi nara sumber
yang tidak menguasai masalah bisa mengarahkan
tetapi tanpa harus menggurui, sehingga bisa
memahami persoalan yang akan digali.

Memelihara Situasi
Secara sadar sering terbawa emosi, sehingga lupa
sedang menghadapi nara sumber, karena itu dalam
wawancara harus pandai-pandai memelihara situasi
supaya mendapat informasi yang dibutuhkan dan
jangan sampai terjebak ke dalam situasiperdebatan
dengan nara sumber yang diwawancarai. Juga perlu
dihindari situasi diskusi yang berkepanjangan atau
bertindak berlebihan sampai menjurus ke arah
interograsi apalagi menghakimi.

Misalnya, wawancara dengan seorang direktur rumah


sakit terkait dengan kasus flu burung, karena etika
kedokteran, sehingga harus dijaga dirahasiakan.
Namun pewawancara memaksakan kehendak,
sehingga menimbulkan ketegangan dan menghakimi
direktur tersebut, bukan mendapat informasi malah

Modul belajar 60
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Dalam


menghadapi kasus seperti itu pewawancara harus
mampu mencari celah untuk kembali pada situasi,
agar mendapatkan informasi yang lebih jelas.

Tangkas Menarik Kesimpulan


Pada saat wawancara berlangsung dituntut untuk
secara setia mengikuti setiap jawaban yang diberikan
nara sumber untuk menarik kesimpulan dengan
tangkas. Dengan kesimpulan yang tepat wawancara
terus bisa dilanjutkan secara lancer. Kesalahan yang
sering dilakukan wartawan pada saat mengambil
kesimpulan kurang tangkas, sehingga nara sumber
harus mengulang kembali apa yang telah disampaikan.

Kalau itu terjadi berulangkali maka akan membuat


nara sumber bosan, sehingga wawancara tidak
berkembang, membuat pintu informasi menjadi
tertutup. Akibat yang paling parah kehilangan sumber
berita, karena nara sumber takut salah kutip. Bagi
nara sumber yang teliti dan kritis, satu persatu kalimat
akan menjadi pengamatan. Salah kutip ini harus
dihindari dalam setiap wawancara, Jangan takut minta
pernyataan diulang atau bahkan ada kata yang kurang
jelas seperti ucapan bahasa Inggris harus selalu dicek
kebenaran arti dan ejaannya.

Menjaga Pokok Persoalan


Menjaga pokok persoalan sangat penting dalam
setiap wawancara agar dalam menggali informasi
mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan hasil
yang memuaskan. Seringkali dalam menjaga pokok
persoalan ini diliputi perasaan rikuh kalau kebetulan
ayng diwawancari pejabat atau mempunyai otoritas
dalam hal tertentu. Serngkali untuk menjaga situasi
ini ada anjuran pewawancara mengikuti apa yang
dikatakan nara sumber.

Meski harus mengikuti pembicaraan nara sumber


diharapkan tidak lari dari pokok persoalan bahkan
berusaha mempertajam pokok masalah, agar tetap
mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Contohnya,

61 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang


kerusakan lingkungan, pada awalnya memang
bercerita tentang lingkungan tetapi di tengah-tengah
pembicaraan membelok ke arah lain dan menyimpang
dari pokok persoalan. Kalau sudah demikian maka
yang dilakukan segera mengembalikan inti persoalan.

Kritis
Sikap kritis perlu dikembangkan dalam wawancara
agar mendapat informasi yang lebih terinci dan
selengkap-lengkapnya. Untuk itu diperlukan kejelian
dalam menangkap persoalan yang berkaitan dengan
pokok pembicaraan yang sedang dikembangkan. Jeli
dan kritis merupakan kaitan dengan kemampuan
menangkap setiap kata dan kalimat yang disampaikan
oleh nara sumber.

Kekritisan tersebut tidak hanya menyangkut pokok


persoalan, tetapi juga menangkap gerakan-gerakan
yang diwawancarai. Berkait dengan pokok persoalan
kalau kritis menangkapnya maka bisa meluruskan
data bila nara sumber salah mengungkapkannya. Baik
itu tentang angka, tempat kejadian dan sebagainya.
Ini penting sebagai bahan untuk menuliskan laporan,
sehingga benar-benar utuh dan penuh warna.

Kalau perlu ketika nara sumber sedang memberikan


keterangan dalam keadaan gelisah, terus menerus
mengepulkan asap rokok dan sebagainya, hal ini
harus ditangkap sebagai isyarat yang bisa dituangkan
dalam tulisan. Dengan demikian pembaca mendapat
gambaran utuh dan laporan tidak kering.

Sopan Santun
Dalam wawancara sopan santun perlu dijaga, karena
ini menyangkut etikat pergaulan di dalam masyarakat
yang harus mendapat perhatian dan dipegang teguh.
Dalam menghadapi nara sumber kendali sudah
mengkenal betul, tidak bisa bersikap sembarangan,
sombong atau perilaku yang tidak simpatik lainnya.
Bila akan merokok, sementara nara sumber tidak
merokok harus minta izin. Apalagi kalau ruangan

Modul belajar 62
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

tempat wawancara ber-AC maka sopan santun perlu


dijaga.

Di awal maupun di akhir wawancara jangan lupa


mengucapkan rasa terima kasih kepada nara
sumber,. Karena telah memberikan kesempatan
dan mendapatkan informas dari hasil wawancara.
Pada akhir wawancara pesan kepada nara sumber
untuk tidak keberatan dihubungi bila ada data yang
diperlukan ternyata masih kurang.

Hal-hal praktis yang perlu mendapat perhatian dalam


mengadakan wawancara berkaitan dengan sopan
santun:

Tidak perlu gusar bila nara sumber yang menjadi target


wawancara menolak dengan alasan sibuk. Mencoba
dan mencoba lagi, agar diberi waktu untuk wawancara
merupakan suatu upaya, sampai mendapat
kesempatan untuk membuat perjanjian waktu.

Untuk mendapat perjanjian bisa melalui telepon


atau mendatangi langsung kantor atau rumahnya.
Dihindari datang terlambat pada saat akan melakukan
wawancara dan lebih baik datang lebih awal. Jangan
sampai salah mengeja nama orang yang diwawancarai
dan lebih baik minta kartu nama atau paling tidak
ketika nama nara sumber itu sulit dieja diminta dengan
hormat untuk menuliskan di bloknote yang digunakan
untuk mencatat hasil wawancara.

Cek kembali peralatan tulis apakah sudah lengkap,


karena kalau sampai ada peralatan tidak terbawa
bisa membuat suasana awal dari wawancara menjadi
kurang berkesan. Sebutkan alasan melakukan
wawancara dengan tempat kerja, sehingga nara
sumber yang diwawancarai mengerti benar maksud
wawancara.

Tidak perlu menjanjikan kepada nara sumber hasil


wawancara pasti dimuat, namun bisa meberikan
keyakinan kegunaan dari hasil wawancara tersebut.

63 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Penulisan Wawancara
Hasil wawancara bisa dituangkan dalam beberapa bentuk
penulisan sesuai dengan tujuan wawancara yang telah
dilakukan. Bila hasil wawancara akan digabungkan dengan
hasil wawancara yang lain, cara menuliskannya akan lain
dengan bentuk penulisan yang didasarkan pada satu
wawancara. Hasil wawancara dapat dipergunakan untuk
bahan penulisan berita atau straight news, laporan atau
tulisan khusus wawancara.

Dengan demikian berita yang disajikan merupakan


perpaduan antara fakta (fact news) dan opini atau
pendapat atau omongan (talk news). Untuk menggali
keterangan atau informasi atau keterangan dari seseorang,
wawancara yang diperlukan tidak sekadar sambil lalu,
tetapi memerlukan kekhususan. Dalam dunia jurnalistik
wawancara khusus opini mempunyai nilai tambah, lebih-
lebih kalau yang menjadi sumber wawancara memiliki
nama atau keistimewaan dan opini yang dikemukakan
merupakan suatu yang sama sekali baru dan belum pernah
dikemukakaan kepada media lain.

Modul belajar 64
Materi 7.
Menulis Straight News

TUJUAN
 Peserta dapat menulis
berita pendek dengan
baik
 Membuat lead berita
 Megetahui nilai-nilai
berita

kegiatan
 Teori
 Diskusi
 Praktek

65 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
BAHAN

Menulis Berita Pendek

PEG (Sudut Berita)


Menulis berita dengan baik hanya mungkin setelah lebih
dahulu memastikan sudut berita. Dan prasyarat liputan
yang terarah ialah memastikan sudut berita sejak kita
berada di lapangan.

Lead (Intro)
Setelah sudut berita, kegiatan selanjutnya adalah
menentukan Lead atau Intro. Dalam beberapa buku, lead
diartikan dalam banyak arti, seperti Amerika menyebutnya
lead atau nose; Inggris menyebutnya intro.

Lead sangat penting. Ingat, lead adalah awal cerita,


suatu janji kepada pembaca mengenai apa yang terjadi

67 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

mendatang. “Tiga detik dan pembaca akan menentukan


untuk membaca atau pindah ke cerita lain. Itulah seluruh
waktu yang ada bagi kita untuk menangkap pandangan
selintas pembaca dan menahannya,” kata Donal Muras
dalam bukunya Writing for your readers.

Waktu sangat berharga bagi pembaca. Mereka akan


memutuskan untuk mulai membaca atau pindah. Bila
mereka mulai membaca, banyak diantaranya hanya
sepintas. Dua sampai empat paragraf.

Selanjutnya kita akan membahas beberapa jenis lead atau


intro, termasuk lead peg, yang biasa digunakan dalam
Reportase Dasar atau Straight News. Patut diingat, bahwa
kita tak mungkin menentukan Lead atau Intro, tanpa
lebih dulu memastikan Sudut Berita. Sama halnya dengan
tak mungkin memastikan Sudut Berita tanpa lebih dulu
mencek Jalan Cerita, dan seterusnya.

Lead, atau dalam bahasa Indonesia bias diterjemahkan


menjadi teras berita, terletak di alinea atau paragraph
pertama. Lead merupakan bagian dari komposisi atau
susunan berita, yakni setelah judul berita (head) dan
sebelum badan berita (news body).

Lead umumnya disusun dalam bentuk;


• Summary lead atau conclusion lead (teras berita yang
menyimpulkan dan dipadatkan). Contoh: Gubernur
Nanggroe Aceh Darussalam, Sabtu (2/4), mengunjungi
korban kebakaran di ruang gawat darurat Rumah Sakit
Umum Zainoel Abidin Banda Aceh.
• Statement lead (teras berita berupa pernyataan).
Contoh: Kepala Negara menegaskan, pemerintah akan
bertindak tegas terhadap pelaku peledakan Bom II di
Bali yang mengakibatkan tewasnya beberapa warga.
• Quotation lead (teras berita kutipan). Contoh: “Kami
akan menampilkan aksi panggung yang berbeda dalam
pergelaran nanti malam,” demikian dikatakan Rafli,
vokalis Kande Group kemarin, menjawab keluahan
fansnya yang menganggap penampilan mereka
monoton.
• Contrast lead (teras berita kontras). Contoh: “Wali Kota

Modul belajar 68
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

mencanangkan Banda Aceh, sebagai Bandar Wisata


Islami, yang bersih rapai dan indah. Tapi, dibeberapa
pojok pasar sampah berserakan.
• Exclamation lead (teras berita yang menjerit). Contoh:
“ Tidak…!” demikian teriak histeris terdakwa AP,
mendengar putusan hakim yang memvonisnya dengan
hukuman mati.

Ada sepuluh pedoman mengenai penulisan teras berita:


 Teras berita yang menempati alinea pertama harus
mencerminkan pokok terpenting berita. Alinea
pertama dapat terdiri dari satu kalimat atau lebih,
akan tetapi sebaiknya jangan sampai melebihi tiga
kalimat.
 Teras berita jangan mengandung lebih dari 30-45 kata.
 Teras berita harus ditulis semenarik mungkin dan
sebaik-baiknya, sehingga: mudah ditangkap dan cepat
dipahami. kalimatnya singkat, sederhana, susunan
bahasanya memenuhi prinsip ekonomi bahasa, dan
menjauhkan kata mubazir. satu gagasan dalam satu
kalimat. dibolehkan memuat lebih dari satu unsur
5W+1H.
 Hal yang tidak mendesak, berfungsi sebagai
pelengkap, hendaknya dimuat dalam badan berita.
 Teras berita lebih baik mengutamakan unsure “apa”
(what).
 Teras berita juga dapat dimulai dengan unsure “siapa”
(who). Tetapi, bila unsur siapa itu kurang menonjol,
sebaiknya dimuat pada badan berita.
 Teras berita jarang menonjolkan unsur “kapan/
bilamana” (when), kecuali bila unsure itu punya makna
khusus dalam berita itu.
 Bila harus memilih dari dua unsure, yakni unsur
tempat (where) dan waktu (when), maka pilihlah
unsure tempat dulu, baru waktu.
 Unsur lainnya, yakni bilamana dan mengapa, diuraikan
dalam badan berita, tidak dalam teras berita.
 Teras berita dapat dengan kutipan pernyataan
seseorang (quotation lead), asalkan kutipan itu tidak
berupa kalimat panjang. Pada alinea berikutnya, tulis
nama orang itu, tempat, serta waktu dia membuat
pernyataan itu.

69 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Nilai Berita
Literatur jurnalistik di barat merumuskan nilai berita
ini sebagai: besar kecilnya dampak peristiwa pada
masyarakat; menarik atau tidak dari segi ragam cara hidup
manusia; besar kecilnay ketokohan orang yang terlibat
peristiwa; jauh dekatnya lokasi peristiwa dari orang yang
mengetahui beritanya; dan baru-tidaknya atau penting
tidaknya saat peristiwa itu terjadi.

Dalam bahasa Inggris berturut-turut disebut;


Consequences; Human interest; Prominence; Proximity;
Timeless. Atau disingkat CHOPPT.

Consequences (akibat); yaitu jika kejadian yang


berkemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak,
atau kejadian yang memiliki kepentingan terhadap
kehidupan pembaca. Human interest (manusiawi);
yaitu kejadian yang memberikan sentuhan perasaan
bagi pembaca, kejadian yang menyangkut orang biasa
dalam situasi luar biasa, atau orang besar dalam situasi
biasa. Prominence (tenar); yaitu yang menyangkut hal-
hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca.
Proximity (dekat); yaitu kejadian yang dekat dari pembaca,
kedekatan ini bersifat geografis maupun emosional.
Timeless (waktu); yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal
baru terjadi atau baru ditemukan.

Hal-hal diatas kita perlukan untuk menakar nilai berita.


Singkatnya, dalam berita terdapat dua masalah penting
yang harus selalu menjadi patokan dalam menulis, yaitu
6 Unsur Berita (apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana,
mengapa) dan 5 Nilai Berita (Consequences; Human
interest; Prominence; Proximity; Timeless).

Seorang jurnalis begitu di lapangan, harus segera


menemukan peristiwa, menguasai jalan ceritanya, mencek,
mericek, dan kalau perlu tripel cek. Setelah itu menakar
nilai beritanya, melakukan cek dan ricek lagi.

Badan Berita (Body)


Setelah menentukan Lead, kita menginventarisasi jenis-
jenis keterangan yang telah dikumpulkan di lapangan, yaitu

Modul belajar 70
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Jalan Cerita dari Peristiwa yang hendak kita laporkan.

Lead dan badan berita dipisahkan oleh sebuah jembatan,


yakni kalimat peralihan yang mempermanis bergesernya
pokok pikiran dari inti berita ke jalan cerita. Dengan lead
yang baik, pembaca sudah tertarik perhatiannya, bukan
oleh kepala beritanya saja, tetapi juga oleh kata-kata
pertama dari kalimat pertama dalam lead itu.

Pilihan kata tidak bias sembarangan. Jangan sekali-kali


memulai lead dengan kalimat: “sebagaimana pernah kita
kabarkan..” Sebab sesuatu hal yang pernah dikabarkan
bukanlah hal baru lagi. Juga bila kita memulai lead dengan
kalimat: “ Menyambung berita tentang..”. Sebaiknya,
mulailah segera dengan beritanya baru kemudian
jelaskan bahwa berita itu adalah sambungan dari berita
sebelumnya. Lead yang paling buruk adalah yang didahului
dengan kalimat: “ Sebagaimana diketahui..”. Sesuatu yang
sudah diketahui, tidak perlu diberitakan lagi.

Tahapan berikutnya adalah menata Badan berita. Yang


harus diingat bahwa kita sebaiknya menempatkan hasil
inventarisasi yang kurang penting di bagian belakan berita.
Mulailah dengan berita yang penting dan akhiri dengan
berita yang kurang penting. Ini disebut dengan model
Piramida terbalik.

Penutup Berita
Setelah menyelesaikan bagian tubuh berita, akan
terlihat rangkaian fakta yang rinci dan terang yang
hendak disampaikan. Namun bentuk berita akan terlihat
sepenuhnya, jika penutupnya telah ditulis.

Paragraf terakhir dari sebuah tulisan, sekaligus akan


menjadi penutup. Kalau dalam penulisan berita umumnya
berbentuk piramida terbalik, isi alinea terakhir adalah hal-
hal yang tidak begitu penting, kalau dipotong oleh redaktur
tidak akan mengganggu berita secara keseluruhan.

Note : Mahasiswa dan Jurnalis Pemula diberikan tugas


membuat berita pendek dan kemudian diberikan penilaian
oleh pengajar.

71 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
Materi 8.
Indepth Reporting

TUJUAN
 Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula mampu
melakukan peliputan
mendalam
 Mengetahui proses
perencanaan liputan
mendalam

kegiatan
 Teori
 Diskusi

73 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
BAHAN

Indepth Reporting

Jauh beda dengan jenis laporan straight news, dalam


‘kasta’ ragam berita indepth reporting berada persis di
bawah laporan investigasi. Untuk melaporkan jenis Indepth
reporting (laporan mendalam), tentu butuh energi,
waktu, dana dan berhadapan dengan resiko yang lebih
menantang.

Investigasi dan indepth punya garis beda yang jelas. Garis


start, investigasi selalu hipotesis. Sementara indepth lebih
lentur, modal awalnya bisa saja newspage berita harian
atau straight news.

Tujuan utama reportase keduanya juga tak serupa. Indepth


sekedar melaporkan peristiwa secara lebih dalam dengan

75 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

detail, memapar sebab akibat serta mempertegas posisi


‘sosok’ dalam sebuah peristiwa.

Walau juga ‘bermain’ dalam lingkup kasus atau sesuatu


yang ditutupi, indepthh tidak membongkar peristiwa
hingga pembaca mengetahui pelaku kejahatan. Kasus,
bukan pijakan dasar indepth. Sebab itu, isu-isu ringan juga
layak dilaporkan. Dalam jenis ini manipulasi bukan unsure
utama.

Sementara investigasi, selalu mengabdi pada


pembongkaran perkara. Tujuannya tegas, menemukan
pelaku, modus dan menunjuk bukti. Hanya kasus
merugikan publik yang layak disebut tema investigasi.
Bukan investigasi, bila peristiwa yang diulas tidak
ditutup-tutupi. Artis bercerai atau pejabat berselingkuh,
bukan ranah jenis laporan ini. Tapi korupsi, jelas pantas
diinvestigasi.

Sebagai ilustrasi, melaporkan adanya money politik


saat Pemilu itu straight news. Memberitakan adanya
partai politik yang melakukan money politik, lengkap
dengan bukti-bukti dan skenario itu sudah indepth.
Nah, membocorkan ada konspirasi para legislator untuk
memanipulasi data APBD dan mengunakan uang negara
untuk money politik, itu tentu temanya investigasi.

Dari sisi pola memaparkan masalah, indepth punya ciri


khas mengali akar, mendeskripsikan trigger (pemicu),
mengurai stakeholders (para pihak), menjelaskan eskalasi
serta mengambarkan resolusi.

Selain itu mereportase secara komprehensif, mengungkap


fakta di balik peristiwa (story behind the news), juga
menegaskan background. Dengan begitu, maka jelas
sangat mencolok indepth sudah pasti laporan panjang dari
sebuah peristiwa. Biasanya, sajian juga diperkaya dengan
grafik, animasi atau diagram.

Piramida terbalik, tentu bukan gayanya jenis laporan ini.


Tema-tema yang diangkat ’berat’, maka indepth berwatak
feature (berita kisah). Sedapat mungkin membuat

Modul belajar 76
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

pembaca hadir dalam peristiwa. Deskripsi menjadi


andalan. Beda dengan straight news, dua hal menjadi
kewajiban indepth; riset dan observasi.
Sebagai bagian dari jenis berita. Indepth tentu berumuskan
5W+1H. Namun, kedalaman diukur dari unsur seberapa
luas eksplorasi why (mengapa), how (bagaimana) serta
what (apa). Bukan berarti unsur lain tak penting.

Sedapat mungkin keterangan atau informasi yang


diperoleh datang dari narasumber utama. Jangan
membuat laporan mendalam bila tidak mengamati
langsung ke lapangan (first hand observation). Ada
baiknya, sebelum turjun ke medan liputan terlebih dahulu
mengorganisir file dasar serta sedikit menganalisa.

Sebelum laporan dipublikasikan, jangan lupa baca kembali.


Lantas lakukan pengecekan fakta (fact checking) kembali.
Ingat, setiap laporan indepth berdaya ledak tinggi.
Sehingga potensi munculnya gugatan hukum juga terbuka
lebar. Bukan hanya fakta yang perlu dipastikan, tapi juga
ketepatan. Termasuk nama sumber, jangan pandang
remeh. Jurnalis sering dijerat pencemaran nama baik,
sebab itu penting (libel check).

Sudahkah mengorganisir potensi masalah dalam pemilu?


Daerah mana yang berkemungkinan bermasalah?
Siapa bakal menjadi korban dalam Pemilu? Sudah
mengumpulkan data-data di surat kabar harian? Jika
semua terjawab. Berarti anda sudah siap untuk mencoba
menulis indepth reporting Pemilu. Selamat mencoba.

77 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
Materi 9.
Pengantar
Investigative Reporting

TUJUAN
 Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula mampu
membedakan dengan
indepth reporting
 Mengetahui dasar
peliputan investigasi

kegiatan
 Teori
 Diskusi

79 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
BAHAN

Pengantar
Liputan Investigasi

Sejarah
Kata Investigative berasal dari bahasa latin, Vestigium yang
berarti jejak kaki. Kemudian Reporting, bahasa latinnya
Reportare yang artinya membawa sesuatu dari suatu
tempat.

Reportase Investigasi sudah lama populer di dunia. Sejarah


reportase tersebut sudah ada sejak 1902 di Amerika Serikat
(AS). Awal populernya saat seorang wartawan masa itu,
Joseph Pulitzer mengungkap kasus suap Presiden Theodore
Roosevelt.

Pulitzer yang pendiri Columbia Universuty School of


Jurnalism, membongkar kasus dalam pembelian tanah

81 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

untuk membangun Kanal Panama, yang diduga berkaitan


dengan Roosevelt.

Pulitzer yang meninggal pada 1911, namanya diabadikan


sebagai penghargaan karya jurnalistik paling prestisius bagi
jurnalis berprestasi di dunia.

Reportase Investigasi kemudian makin populer pada 1974,


lewat laporan investigasi dua wartawan The Washington
Post; Carl Bernstein dan Bob Woodward. Mereka berhasil
membongkar penyelewengan dana pemilu partai demokrat
yang menjagokan Richard Nixon sebagai Presiden AS.

Karya mereka kemudian diterbitkan dalam buku berjudul


All The President’s Men, yang kemudian difilm-kan. Karya
itu pula yang mengilhami didirikannya perkumpulan
reporter dan editor reportase investigasi, Investigative
Reporters and Editors Inc (IRE) di Columbia, AS, tahun 1975.

Di Indonesia, sejarah reportase investigasi sangat kelam.


Masa orde baru dan orde lama, sama saja. Laporan
investigasi lebih banyak dianggap sebagai buah terlarang,
sehingga banyak media yang dibredel saat itu.

Beberapa media yang pernah dibredel adalah harian


Indonesia Raya, Sinar Harapan, Prioritas, Tabloid Detik,
Editor dan Tempo. Tiga yang terakhir karena laporan
investigasi tentang pembelian kapal-kapal perang eks
Jerman Timur yang melibatkan pejabat pemerintah. Tempo
dibredel pada 21 Juni 1994.

Setelah orde baru lewat, kebebasan pers di Indonesia


membaik. Hal ini membuka peluang kepada media untuk
terus mempopulerkan liputan investigasi dan terus
memberikan informasi berharga kepada publik.

Ciri-ciri Reportase Investigasi


Sering sulit membedakan antara reportase investigasi
dengan indepth reporting. Bahkan media pun sering salah
menempatkan definisi tersebut. Kerap laporan indepth
reporting diklaim sebagai investigasi.

Indepth reporting adalah penulisan berita secara


Modul belajar 82
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

mendalam dan tidak menuntut fakta yang detail. Kasusnya


juga sudah pernah diketahui publik atau tidak lagi
tersembunyi. Tidak mesti eklusif, berdampak luas dan
berskala besar. Paragrafnya tak sebanyak laporan investigasi
dan biasanya bisa dikerjakan dalam waktu yang singkat.

Sementara Reportase Investigasi dapat dicirikan sebagai


berikut;
· Pencarian berita dengan penelusuran dan peyelidikan
Gunanya mengungkap informasi yang tersembunyi
atau ditutupi baik oleh individu maupun institusi.
· Kasusnya masih misterius dan tertutup
Hanya bagian kecil dari sebuah masalah yang tampak
ke permukaan dan tak diketahui masyarakat banyak.
· Memerlukan data dan fakta yang cukup
· Penulisan laporannya detail, sehingga laporannya akan
panjang. Biasanya dibagi dalam beberapa bagian atau
judul.
· Mengungkap penyelewengan atau penyimpangan
secara total
· Punya target perubahan
Artinya dengan membaca laporan, objek akan tergugah
dan mengatasi persoalan yang sedang terjadi. Perlu
semangat bagi penulis bahwa hasil investigasi akan
membawa perubahan bagi publik.
· Masalah yang diinvestigasi mengandung eksklusifitas,
kontroversi, berdampak luas, unsur ketokohan,
berskala besar.

Lainnya adalah jumlah paragraf yang banyak dan gaya


penulisan yang disampaikan teramat bebas. Ditulis detail
untuk menyampaikan hal-hal kecil sekalipun yang dianggap
mendukung keseluruhan bangun laporan.

Melakukan Liputan
Umumnya sebuah liputan investigasi memerlukan waktu
yang lama dan menghabiskan cukup banyak uang. Dana
kadang dibutuhkan juga untuk membangun jaringan,
membeli dokumen-dokumen yang mendukung laporan.

Liputan biasanya akan bagus dikerjakan tim, kendati


banyak juga yang dapat dilakukan sendiri. Tidak jarang

83 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

membutuhkan penyamaran-penyamaran saat terjun ke


lapangan.

Target yang ditentukan harus tegas, jangan sekali-sekali


terpengaruh oleh hal-hal yang subjektif. Karena ini akan
mengurangi bobot investigasi itu sendiri. Misalnya hanya
karena ingin membela masyarakat kecil pada sebuah
jejaring praktek penyimpangan, maka kita hilangkan fakta
itu.

Tahapannya awalnya adalah menangkap informasi awal.


Biasanya diperoleh dari jaringan, kadangkala memperoleh
dokumen dari pejabat yang kebetulan mempercayai kita.
Data itu dikembangkan untuk mencari data sekunder.
Dapat diperoleh dari sumber-sumber yang dekat dengan
dokumen atau isu awal yang kita peroleh.

Sumber pendukung akan semakin bagus kalau semakin


banyak. Perlu juga mencari riset literatur sebagai
pembanding. Kadang ada juga kasus serupa yang pernah
terjadi sebelumnya. Ini amat membantu menulis laporan.

Insting juga diperlukan di sini serta militansi peliput


yang tidak gampang menyerah. Perlu juga observasi
untuk memetakan masalah yang akan diliput. Ini sangat
membantu mengetahui dulu awal masalahnya, sebelum
terjum ke lapangan.

Menulis hasil Investigasi


· Perlu diperhatikan, jangan sekali-sekali memanipulasi
data
· Perlu merapikan dokumen pendukung yang didapat
dan menyimpannya untuk sementara waktu
· Kadang diperlukan infografis dan menampilkan
dokumen ke publik
· Memikirkan dampak tulisan
Penting untuk kesiapan kemungkinan akan digugat oleh
pihak yang dirugikan karena laporan yang diturunkan
· Cek kembali hasil tulisan dengan memperhatikan
kesesuaian data dan menghindari kemungkinan adanya
berita-berita fitnah

Modul belajar 84
Materi 10.
Merancang
TOR Liputan

TUJUAN
 Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula mampu
merancang liputan untuk
melakukan indepth
reporting
 Membiasakan membuat
TOR dalam liputan

kegiatan
 Teori
 Diskusi
 Praktek

85 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
BAHAN

Teknik Membuat TOR

TOR adalah kependekan dari Term of Reference.


Sebuah acuan kerangka kerja yang kerap dipakai untuk
memudahkan penyusunan laporan bagi siapa saja; aktivis,
penulis, pegawai negeri, pejabat pemerintahan, TNI/Polri
dan juga jurnalis. Jadi membuat TOR bukan hanya hak veto
para jurnalis saja.

Kerangka ini penting, agar menulis tidak lari dari pokok


permasalahan yang ingin dilaporkan atau disampaikan
kepada siapa saja. Di dunia pers, TOR adalah pekerjaan
yang wajib, sebelum membuat sebuah laporan atau berita.
Umumnya dipakai pada berita yang ditulis dalam format
yang lengkap dan panjang. Sebut saja misalnya bentuk
Feature.

87 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Langkah Merancang TOR


1. Tentukan tema
Bukan berarti judul, tapi sebuah acuan umum, ke arah
mana tulisan atau laporan akan dibawa.
2. Tentukan Agle-nya atau sudut pandang.
Ini lebih khusus dari tema. Dari sisi mana peliputan
akan dilakukan untuk ditulis sesuai dengan keinginan.
Misal :
Tema tulisan : Pemilu 2009 di Aceh
Angle : Intimidasi dalam pemilu 2009 di Aceh
3. Buat latar belakang masalah.
Memuat alasan kenapa itu menarik ditulis. Juga
memudahkan rekan-rekan kita dalam melakukan
peliputan, jika liputan dilakukan oleh tim.
Mengetahui masalah, sangat penting, selain
memudahkan kita juga agar kita punya modal sebelum
terjun ke lapangan.
4. Mengumpulkan bahan
Wawancara
- Tentukan nara sumber yang sesuai dengan tulisan
- Buat daftar pertanyaan untuk para narasumber
- Pertanyaan harus fokus pada masalah yang akan
dituliskan.
Riset data
- Artikel
- Buku-buku
5. Pahami TOR yang telah dibuat
6. Siap melakukan peliputan.

 NOTE
 Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula diberikan tugas
membuat TOR dan
kemudian diberikan
penilaian oleh
pengajar.

Modul belajar 88
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Perhatikan contoh berikut :


Term Of Reference (TOR)
Tema : Pemilu 2009 di Aceh
Deadline : 17 Mei 2009
Untuk : Redaktur
Angle : Adakah Intimidasi Pemilu 2009 di Aceh
Disetujui : Rapat redaksi

Masalah :
Silang sengkarut pendirian partai politik lokal di Aceh
yang pernah terjadi sepanjang 2008 usai sudah. Sebanyak
enam partai lokal telah lolos verifikasi Komisi Pemilihan
Umum: Partai Aceh, Partai Rakyat Aceh, Partai Aceh Aman
Sejahtera, Partai Bersatu Aceh, Partai Suara Independen
Rakyat Aceh dan Partai Daulat Aceh. Ke-enamnya
sebentar lagi, pada 9 April nanti, akan menemui panggung
kompetisinya yang pertama untuk merebut suara 3 juta
pemilik hak pilih dari populasi 4,4 juta jiwa penduduk
Aceh.
Sejak Irwandi Yusuf – eks kombatan – terpilih sebagai
Gubernur pada November 2007, situasi di politik di Aceh
bisa dibilang tenang. Insiden politik tak banyak terdengar,
demikian pula insiden keamanan. Ada sejumlah insiden
yang muncul belakangan, meski belum cukup dinilai
sebagai sebuah pola yang membahayakan keamanan
provinsi.
Tapi situasi mulai menghangat. Pemilu 2009 telah
dilaksanakan dan Partai Lokal menguasai parlemen Aceh,
anggota. Tentunya menjadi institusi legislatif paling unik di
Indonesia –satu-satunya yang memiliki suara lokal-
Peneliti Aceh Institute Fajran Zain menulis, awal tahun
2009 Aceh diwarnai dengan beberapa insiden kriminal
yang belum pernah terungkap motifnya. Insiden itu terkait
langsung dengan ikhwal pemilu, seperti konflik akibat
atribut partai, intimidasi dan teror verbal, pemboman
dan pelemparan granat pada kantor partai hingga
pengrusakan. Tapi tak ada satu partai pun yang konsisten
menjadi target. “Bila dulu yang menjadi target adalah
Partai Aceh (bekas Gerakan), kini Partai Rakyat Aceh dan
partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA) juga menjadi
target. Bahkan, juga partai nasional,” ia menulis.
Situs International Crisis Group mengungkap hawa

89 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

kecemasan itu dengan menarik pada September 2008 lalu:


“Militer Indonesia cemas terhadap Partai Aceh – bentuk
baru dari Gerakan Aceh Merdeka – yang bisa menang,
meraih dominasi kursi parlemen lokal dan menantang
kekuasaan pusat. Partai Aceh justru cemas terhadap
intervensi dari Jakarta. Partai- partai kecil cemas mendapat
intimidasi dari Partai Aceh, yang anggotanya kebanyakan
terdiri dari eks kombatan. Banyak orang Aceh yang cemas
terhadap maraknya kejahatan kriminal, yang banyak
melibatkan bekas anggota Gerakan.
Lalu kita ingin membidik bagaimana sebenarnya proses
pemilu 2009 di Aceh, adakah intimidasi-intimidasi kepada
pemilih? Siapa yang melakukan? Apakah kemenangan
partai lokal diperoleh dengan intimidasi pemilih?
Hal ini untuk memberikan gambaran kepada pembaca
sekalian, dan yang perlu diingat, mengusung jurnalisme
damai, sangat penting untuk tetap menjaga perdamaian
yang abadi di Aceh.

Bahan / wawancara :
Nara sumber
- Pengamat Politik Aceh
Tanyakan:
Bagaimana pandangannya tentang pemilu 2009 di
Aceh? apakah sudah berlangsung demokratis? Ada
banyak laporan intimidasi, bagaimana pandangannya?
Siapa menurutnya yang melakukan? Dll kembangkan.

- Kepolisian
Tanyakan:
Menjelang pemilihan, banyak terjadi teror, kenapa
polisi belum berhasil membongkar kasusnya? Siapa
menurut mereka yang melakukan? Bagaimana
dengan pelaksanaan Pemilu di Aceh? adakah laporan
kekerasan? Dll kembangkan

- Komisi Independen Pemilihan


Tanyakan:
Bagaimana pandangannya terhadap Pemilu 2009 di
Aceh? ada banyak laporan intimidasi, apakah benar
adanya? Apakah pemilu sukses menurut mereka? Dll
kembangkan

Modul belajar 90
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

- Panwaslu Aceh
Buat pertanyaan ....

- Masyarakat
Buat petanyaan ...

- Unsur partai pemenang dan yang tidak menang


Buat pertanyaan ....

- Unsur partai lokal dan partai nasional


Buat pertanyaan ...

Bahan : buku-buku dan artikel


- Tentang awal pendirian partai lokal dan dasar
hukumnya
- Proses pemilu di Aceh sejak merdeka

91 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
Materi 11.
Menulis Feature

TUJUAN
 Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula mampu
menulis laporan feature
berdasarkan liputan
 Mampu merangkai kata
dengan baik

kegiatan
 Teori
 Diskusi
 Praktek

93 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
BAHAN

Menulis Feature

Pernah makan bakso diberapa tempat? Kenapa walau


sama-sama bernama bakso, namun cita rasa satu warung
dengan  lainnya berbeda. Yup, cara mengolahnya tak
sama. Andai bakso diracik dengan cara sama, apa citarasa
serupa? Jelas beda. Sebab, bahan menentukan rasa. Bakso
ikan dan bakso daging benar-benar beda.
 
Lalu apa yang paling menentukan agar bisa membuat
bakso yang nikmat? Tak lain; bahan, cara mengolah dan
keteguhan hati saat mengerjakan. Syarat tersebut mutlak
hukumnya, tak bisa lepas satu sama lainnya.
 
Serupa dengan membuat bakso,menulis  feature sangat
mengandalkan keseriusan penulisnya. Yakinlah, tak ada

95 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

pemalas yang bisa menulis jenis ini. Kenapa? Sebab, jauh


sebelum penulisnya duduk di depan komputer untuk
menulis, ia harus mengumpulkan bahan lebih komplit dan
tak sebanding straight news. Itulah sebab, dalam industri
media harga laporan jenis ini lebih mahal dari berita
lempang.
 
Apa saja bahan menulis feature? Potongan gambar.
Pengambaran atau sering disebut deskripsi, merupakan
‘ruh’ tulisan. Gambar apa? Apa saja asalkan fakta. Sebab
feature merupakan jenis berita, sama sekali bukan sastra.
Kondisi sekitar peristiwa dan ekspresi narasumber, juga
penting dilukiskan.
 
Contoh:
Saban ayam berkokok sahut-sahutan, Putri selalu
menangis histeris. Ia kembali terlelap, bila ibunya
menganti pembalutnya di balik celana dalam. “Kalau
subuh dia harus ganti popok,” jelas Rahmi, sambil
melipat pakaian bayinya yang baru berumur tiga bulan
itu. 
Catatan: Suara ayam, juga harus benar-benar fakta.
Sebab, berfungsi sebagai penunjuk waktu (kapan).
 
Jangan lupa, feature bertumpu pada pengambaran
realitas yang terperinci. Selalu berusaha menarik imajinasi
pembaca ke peristiwa. Membuka selubung yang tertutup.
Serta mengaduk emosi pembaca seakan bagian dalam
kejadian.
 
Empat hal yang sangat identik dengan berita kisah.
Pertama, saat menuliskannya menuntut penulis kreatif.

 NOTE
Termasuk berfikir ulang, apakah pembaca sudah betah
pada laporannya. Kedua, kadar informasi lebih dalam dan
awet. Arti awet, enak dan perlu dibaca kapanpun. Ketiga,
gaya penulisannya menarik tak kaku seperti straight news.
 Mahasiswa dan Jurnalis Terakhir, mengizinkan penulis mengisahkan dengan cara
Pemula diberikan tugas subjektif.
menulis feature dan  
kemudian diberikan Keunikkan lainnya, hanya berita kisah yang memiliki
penilaian oleh pengajar. banyak jenis. Kembali perkara awal, soal bahan. Bakso
ikan disebut demikian karena berbahan dasar ikan. Begitu

Modul belajar 96
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

feature, jenisnya bergantung bahan apa yang hendak


diolah.
 
Bila anda menulis tentang peliknya Pemilu tahun ini,
dengan mengungkapkan segala keharuan, kegembiraan,
simpati dan kehebatan, maka laporan anda termasuk
feature human interest. Selain itu, juga ada feature
profil yang menceritakan tentang keunikkan, prestasi,
kemalangan atau jalan hidup seseorang.
 
Pengalaman liburan anda juga menarik dituliskan, jenis
laporan ini bisa disebut feature perjalanan. Selain itu,
juga ada laporan sejarah. Bahkan kemampuan seseorang
mengerjakan setiap profesinya, juga menarik ditularkan
pada yang lain. Umumnya, disebut feature tips atau
petunjuk praktis.
 
Berbeda dengan straight news,  unsur penting dari
rumusan 5 w + 1 H berada di awal tulisan, tapi, feature
tak mengunakan hirarki piramida terbalik. Sebab disemua
bagian merupakan hal penting.
 
Walau bukan sastra, jenis tulisan ini lazimnya mengunakan
pola cerpen atau novel. Agar pembaca betah melahap
laporan, penting ‘memainkan’ plot, karakter bahkan dialog.
Sehingga muncul istilah baru dalam dunia pemberitaan
yang disebut jurnalisme sastrawi.
 
Bahkan pada judul juga bergaya sastra. Tak sedikit bahkan
yang berstruktur ‘sajak’ misalnya, Cahaya Bersalin Cemas.
Atau plesetan film, contohnya; Kejar Daku Kau Kutangkap.
Tapi feature, sunguh tak kaku. Jadi pilihlah judul, sesuai
keinginan anda.
 
Namun penting diperhatikan, judul yang baik selain hanya
mengunakan maksimal lima kata juga harus menarik.
Tentunya juga mengambarkan isi laporan. Berbeda dengan
judul straight news yang kaku.
 
Struktur selanjutnya, lead. Ini bagian penting, serupa
‘mantra’ yang bermuatan sihir agar pembaca bersedia
masuk sampai akhir cerita. Ada banyak sekali jenisnya.

97 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Tidak penting diafal, cukup sekedar paham dan sesekali


mencoba.
 
Lead
Berikut beberapa contoh lead;
Lead ringkasan: Walaupun dengan tangan buntung, Pak
Saleh sama sekali tak merasa rendah diri bekerja sebagai
tukang parkir di depan kampus itu.
 
1. Lead Bercerita: Anggota Reserse itu melihat dengan
tajam ke arah senjata lelaki di depannya. Secepat
kilat ia meloncat ke samping dan mendepak senjata
lawannya sambil menembakkan pistolnya. Dor...
Preman itu tergeletak sementara banyak orang
tercengang ketakutan menyaksi kan adegan yang
sekejap itu.
2. Lead Deskriptif: Keringat mengucur di muka lelaki
tua yang tangannya buntung itu, sementara pemilik
kendaraan merelakan uang kembalinya yang hanya
dua ratus rupiah. Namun lelaki itu tetap saja merogoh
saku dengan tangan kirinya yang normal, mengambil
dua koin ratusan. Pak Saleh, tukang parkir yang
bertangan sebelah itu, tak ingin dikasihani .....
3. Lead Kutipan:  "Saya lebih baik tetap tinggal di penjara,
dibandingkan bebas dengan pengampunan. Apanya
yang diampuni, saya kan tak pernah bersalah," kata
Sri Bintang Pamungkas ketika akan dibebaskan dari
LP Cipinang. Walau begitu, Sri Bintang toh mau juga
keluar penjara dijemput anak-istri....
4. Lead Pertanyaan: Untuk apa mahasiswa dilatih
jurnalistik?Memang ada yang sinis dengan Pekan
Jurnalistik Mahasiswa dan Jurnalis Pemula yang
diadakan ini. Soalnya, penerbitan pers di kampus ini
tak bisa lagi mengikuti kaidah-kaidah jurnalistik karena
terlalu banyaknya batasan-batasan dan larangan ....
5. Lead Gabungan: "Saya tak pernah mempersoalkan
kedudukan. Kalau memang mau diganti, ya, diganti,"
kata Menteri Sosial sambil berjalan menuju mobilnya
serta memperbaiki kerudungnya. Ia tetap tersenyum
cerah sambil menolak menjawab pertanyaan
wartawan. Ketika hendak menutup pintu mobilnya,
Menteri berkata pendek: "Bapak saya sehat kok,

Modul belajar 98
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

keluarga kami semua sehat...."Ini gabungan lead


kutipan dan deskriptif. Dan lead apa pun bisa
digabung-gabungkan.
6. Lead Stakato:Wus, wus, wus! Lima mobil balap
serentak meraung. Kuning-merah-hijau-putih-hitam.
Hayo, hayo, hayo! Penonton serentak berteriak dan
berjingkrak. Laki-perempuan-tua-muda. Urutan
warna tidak berubah. Finish! Mobil kuning sudah pasti
menang setelah tikungan maut itu, kemarin sore di
sirkuit Sentul.
7. Lead Ledakan: Seorang lelaki keriput bagai buah
markisa tua tertatih-tatih di tengah peserta seminar
parapsikologi kemarin di Jakarta. Tiba-tiba sidang
gempar. Lelaki itu menghamburkan serbuk merica ke
seluruh ruangan, menyebabkan orang ramai bersin.
Dengan itulah seminar resmi dibuka.
8. Lead Epigram (Ungkapan khas): Sudah diberi hati
minta jantung pula. Seorang suami diancam cerai oleh
istrinya di PN Jakarta Pusat kemarin pagi. Suami itu
dituduh memperkosa anak tirinya, anak si istri dari
perkawinan terdahulu, sementara istri membanting
tulang dengan berjualan di pasar. Si suami menolak
tuduhan. Katanya malah dirinya yang dipaksa oleh
anak tirinya.
9. Lead Literer: Kisah Si Kabayan terulang di Ciputat
kemarin sore. Seorang lelaki muda dituduh oleh
penduduk mencuri sapi. Lelaki itu membantah.
Alasannya, dia hanya memungut tali jerami yang
melintang di jalan. Bukan salahnya, kata lelaki itu, jika
di ujung tali tersebut terikat seekor sapi.
10. Lead Parodi: Gara-gara terlalu bersemangat
mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatan
olahraga, rumah pun disatroni maling. Itulah yang
menimpa keluarga X ketika seisi rumahnya, termasuk
pembantu, meninggalkan rumah untuk lari di Monas
Minggu pagi.
11. Lead Kutipan:“Akan saya gebuk,” kata Presiden
Soeharto kemarin di Boyolali, mereka yang mencoba
mengganti presiden dengan cara-cara yang tidak
konstitusional.
12. Lead Dialog: “Betulkah Saudara mencuri sapi?”
“Tidak Pak Hakim. Saya hanya menarik tali. Eh, tahu-

99 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

tahu ada anak sapi di ujungnya.” Begitulah dialog


hakim dan tersangka kemarin siang di PN Jakarta
Selatan.
13. Lead Kumulatif:Polisi menerima laporan seorang
gadis di Menteng, Jakarta Pusat kemarin sore. Konon
di rumahnya ada cairan nitrogliserin, bahan pokok
pembuat bom. Sepasukan polisi segera datang
menggeledah kulkas, tempat cairan itu. Si gadis
mengatakan, ia panik saat menerima botol itu dari
temannya dan disuruh untuk melemparkannya pada
siapa pun yang berani mengganggu. Ketika polisi
menemukan dan memeriksanya, benda itu ternyata
cuma lem.

Tubuh berita 
Usai lead, tentulah isi atau tubuh berita. Baiknya, pada
paragraf tiga pembaca sudah diberitahukan konteks
ceritanya. Artinya, pembaca sudah paham penulis hendak
bercerita apa. Aspek dekoratif dalam peristiwa bisa saja
ditempatkan di awal.

Penulis feature  yang ramah hatinya selalu berusaha


menunjukkan gambar. Bukan pendapatnya atas apa yang
dilihatnya. Jadi, “show not tell!”  

Contoh kalimat telling: “ Kasihan Priandy tak punya pacar”

Lalu diubah jadi showing:


Teman sekantor, memangilnya “Priandy.” Ia selalu
memakai kemeja putih dengan stelan dasi kupu-kupu
berwarna pink. Walau penampilannya trendy, pria yang
baru saja berusia 25 tahun itu, selalu buang wajah bila
disapa wanita sekantornya. Eva Nurlina , mantan pacarnya
sendiri yang membuka kedok Priandy. Ternyata  namanya
akronim, disemat sejak masih di pesantren. Singkatan dari,
“Putra Aceh Kelahiran Idi”.
 
Bila akhir straight news, berisikan informasi yang tak
penting. Berbeda dengan feature, bagian akhirnya justru
tak kalah pentingnya dengan lead. Fungsinya menanam
kesan bahkan berupaya agar pembaca mengenang
ceritanya.
 
Modul belajar 100
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Tak jarang, pemula sering macet ditahap ini serupa


kebuntuan saat memulai tulisan. Beberapa jenis ending,
yang sering digunakan yakni ringkasan (merangkum
kembali cerita dan kembali ke lead), Penyengat (membuat
pembaca kaget), Klimaks dan anti klimaks. Serupa film,
feature juga mengenal ending yang mengambang.
 
Terakhir, bayangkan semangkuk bakso di hadapan anda.
Semoga nikmat hidangannya. Selamat belajar!

101 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
Materi 12.
Menulis Opini

TUJUAN
 Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula dapat menulis
opini dengan baik
 Mengetahui isu-isu yang
layak diangkat untuk
menulis opini

kegiatan
 Teori
 Diskusi
 Praktek

103 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
BAHAN

Menulis Opini

Banyak orang yang mendefinisikan opini dengan sangat


bebas. Segala prasangka, sentimen, tuduhan, dan segala
jenis omongan yang tanpa dasar seringkali disebut sebagai
sebuah opini. Namun, opini yang ingin disampaikan di sini
adalah sebuah esai atau kerap disebut Artikel Opini.

Opini adalah sebuah kepercayaan yang bukan berdasarkan


pada keyakinan yang mutlak atau pengetahuan sahih,
namun pada sesuatu yang nampaknya benar, valid atau
mungkin yang ada dalam pikiran seseorang; apa yang
dipikirkan seseorang; penilaian.

Opini juga dibangun dari fakta dari sebuah topik. Misalnya:

105 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Fakta menunjukkan bahwa jumlah penduduk


negara kita tahun ini adalah sekian ratus juta. Untuk
mengubah fakta tersebut menjadi sebuah opini,
tugas Anda sekarang adalah menilainya. Anda bisa
menilai bahwa budaya negara kita berubah karena
pertambahan penduduk yang demikian cepat; atau
perlunya perubahan kebijakan ekonomi yang dapat
menjamin setiap warga bisa mencukupi kebutuhannya,
dll.

Dengan membuat sebuah penilaian/tanggapan, maka


Anda telah mengubah fakta menjadi sebuah opini. Dengan
demikian, Anda telah memiliki topik esai yang baik.

Artikel Opini
Jenis tulisan/karangan yang berisi gagasan, ulasan, atau
kritik terhadap suatu persoalan yang ada dan berkembang
di masyarakat, dan ditulis dengan bahasa ilmiah-populer.
Oleh karena itu, seorang penulis artikel opini harus jeli
dalam memandang aktualitas persoalan yang ditulisnya.
Tentu saja, hal itu berkorelasi positif dengan sifat media
cetak (baca koran).

Paling sedikit, ada dua hal yang setali tiga uang dengan
aktualitas Artikel Opini.
 Aktual karena berkaitan dengan kejadian yang
ada di masyarakat, seperti demam berdarah, flu
burung, pilkada, Pemilu 2004, unjuk rasa mahasiswa

 NOTE
dan buruh, demo RUU PP, kongres partai politik,
pertemuan tokoh bangsa, dsb.
 Aktual karena adanya hari-hari besar nasional (Hari
Pendidikan Nasional, Hari Pers), hari besar agama
 Contoh-contoh opini (Idul Fitri, Natal, Waisak), hari internasional (Hari
dapat dilihat pada Perempuan lntemasional, Hari Kesehatan), obituan (in
media massa memoriam), dsb

 Mahasiswa dan Jurnalis Dari situlah, kita pun dituntut untuk mengetahui data
Pemula diberikan tugas tentang tanggal-tanggal penting. Misalnya, pada bulan Mei
menulis opini dan ini, ada enam momentum yang bisa kita tuliskan sebagai
kemudian diberikan ide dari artikel opini.
penilaian oleh pengajar.  1 Mei Hari Buruh Sedunia
 2 Mei Hari Pendidikan Nasional

Modul belajar 106


[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

 4 Mei Hari Pers Dunia


 17 Mei Hari Buku Nasional
 20 Mei Hari Kebangkitan Nasional
 21 Mei Hari Reformasi

Proses Penulisan Artikel Opini


Kendati dalam penulisan artikel opini ini semua persoalan
dapat ditulis, namun perlu diperhatikan beberapa hal
berikut.
 Hendaknya topik yang akan ditulis berkaitan erat
dengan masalah aktual.
 Masalah yang ditulis tidak menghasut, mengadu
domba, memfitnah, dan sejenisnya. Ketiga, isi tulisan
ada baiknya lebih berupa suatu solusi/jalan keluar atas
persoalan yang ada.

Oleh karena itu, proses penulisan artikel opini dimulai


dengan kalimat-kalimat pembuka (lead). Isinya merupakan
pengantar awal terhadap apa yang dibahas dan disajikan.
Lantas dilanjutkan dengan uraian/ulasan yang berisi
pemaparan data, pembahasan yang boleh jadi berupa
pengungkapan teori, analisis, dan ditutup dengan bagian
kesimpulan yang berisikan saran/masukan.

Bahasa yang digunakan ialah bahasa jurnalistik, bersifat


ilmiah-populer, yaitu pemakaian bahasa yang tetap
menggunakan kaidah-kaidah bahasa baku, komunikatif,
dan mudah dicerna oleh pembaca dari berbagai tingkatan.
Prinsip ini perlu mendapat perhatian khusus, mengingat
sasaran pembaca cetak umumnya sangat beragam.

Tulisan artikel opini ialah jenis tulisan yang memiliki


peluang besar untuk dimuat di media cetak. Namun, ia
juga paling banyak saingannya. Oleh karena itu, hanya
jenis-jenis tulisan yang paling aktual dan berkualitas saja
yang dapat lolos dari tangan redaksi untuk dimuat. Hal
itu penting, mengingat ada koran yang justru memiliki
kelebihan dalam hal menyajikan opini yang cerdas dan
bermutu.

Proses penulisan opini mirip dengan proses penulisan


artikel. Menurut Syafii lewat Suroso (2001), paling sedikit

107 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

ada tiga tahap yang harus dilalui, yakni (1) kegiatan


sebelum menulis (pre-writing), (2) kegiatan menulis
(writing), dan (3) kegiatan pasca-menulis (revision). Mari
kita bahas tahap demi tahap tersebut.

Tahapan Menulis Artikel Opini


 Mencari pokok persoalan yang akan ditulis, mencari
referensi dan sumber rujukan, menulis outline.
 Penulis artikel opini dituntut harus lincah
menggunakan idiom-idiom segar, simpel, dan
komunikatif Selain itu, hal kelugasan, obyektif, serta
bahasa tetap terjaga selama menjalani tahap menulis.
Usahakan Anda menulis dengan konsentrasi tinggi,
dan tidak memikirkan hal lain yang kiranya bisa
mengganggu konsentrasi Anda.
 Penulis artikel opini harus mampu bertindak sebagai
penyunting berkaitan dengan keamanan tulisan,
pemakaian kalimat, bentukan kata, pemakaian tanda
baca, pemilihan kata/diksi, sampai pada pembetulan
hal-hal yang salah/keliru dalam ejaan. Selain itu,
penggunaan kata serapa juga patut dijadikan perhatian
khusus.

Selain itu, penulis artikel opini dituntut untuk mau terns


belajar membaca artikel opini penulis lain yang dianggap
bermutu dan cerdas. Hampir di semua media massa
penulis artikel opini berasal dari dunia akademik.

Sumber-sumber Artikel Opini


Guna melengkapi data-data dan pemaparan fakta, seorang
penulis artikel opini harus melengkapi tulisannya dengan
memburu sumber-sumber seperti di bawah ini.
 Wawancara. --- Bila kita ingin menulis tentang
pendidikan, mungkin kita bisa mewawancarai guru-
guru di sekolah, pengamat pendidikan, dsb. Dari situ,
kita bisa mendapat banyak informasi untuk kemudian
dituangkan ke dalam tulisan.
 Penelitian/Riset. Pengumpulan data di lapangan
sangat membantu penulis artikel opini, apalagi penulis
mampu mempraktikkan metode penelitian sesuai
dengan masalah yang akan ditulisnya.
 Sumber Pustaka. Mulai dari buku, referensi, kamus,

Modul belajar 108


[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

novel, ensiklopedi, biografi tokoh, karya penelitian,


jumal, koran, majalah, hingga ungkapan bijak seorang
tokoh patut dijadikan referensi seorang penulis artikel
opini.
 Perpustakaan Pribadi. Ide/informasi penting yang
akan dituangkan dalam tulisan akan lengkap jika ada
referensi yang pas. Oleh karena itu, di sinilah betapa
pentingnya keberadaan perpustakaan pribadi/keluarga
 Biasakan Membaca --- untuk mendukung penulisan.

Note :
• Contoh-contoh opini dapat dilihat pada media massa
• Mahasiswa dan Jurnalis Pemula diberikan tugas
menulis opini dan kemudian diberikan penilaian oleh
pengajar.

109 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
Materi 13.
Resensi Buku

TUJUAN
 Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula dapat menulis
resensi buku
 Menulis resensi yang
menarik

kegiatan
 Teori
 Diskusi
 Praktek

111 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
BAHAN

Meresensi
Buku dan Film

Bagi seorang kutu buku atau yang gemar membaca,


alangkah indahnya dan berguna bila hobbynya itu bisa
dinikmati oleh orang lain. Alangkah bagusnya, jika buku-
buku, novel-novel maupun cerita-cerita lain yang anda
baca, anda pahami dan anda singkatkan menjadi sebuah
resensi.

Menjadi perensi bukan hal yang susah, apalagi bila


punya kegemaran melahap bacaan. Hanya saja, kadang
melelahkan tapi sungguh asyik. Lelah, karena harus susah
payah memahami isinya, bukan hanya sekedar baca. Asyik,
karena kita bisa berbagi cerita dengan orang lain dan
bermanfaat. Artinya, sebuah pekerjaan mulia.

113 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Kalau ada yang mengatakan meresensi buku itu sulit,


anggap saja sebagai berita bohong. Kecuali anda memang
malas melakukannya. Kalau Anda bisa membaca dan
menulis, yakinlah...Anda juga bisa menulis resensi buku,
asalkan ada kemauaan, itu kata kuncinya.

Untuk menjadi seorang peresensi, sudah tentu kita harus


doyan membaca terlebih dahulu. Dari aktivitas membaca
itulah kita berbagi cerita tentang isi buku kepada orang
lain. Tujuannya, membantu orang lain memahami sepintas
tentang sebuah buku terkait dengan kekurangan dan
kelebihannya. Maka dari itu, seorang peresensi, dia perlu
menjadi seorang pembaca yang baik

Untuk menjadi pembaca yang baik, mari kita berguru


pada Mortimer J. Adler dan Charles Van Doren. Di dalam
bukunya yang berjudul How Read A Book, kedua orang ini
memperkenalkan bagaimana prosedur membaca buku
yang baik;

Membaca Permulaan :
Kemampuan untuk mengenal huruf, kata dan kalimat.
Misalnya ketika kita membaca buku berbahasa Indonesia,
kita tidak terlalu kesulitan dalam memahaminya isinya,
lain ketika buku berbahasa Inggris, kita harus sedikit
berjuang memahaminya dengan sesekali melihat kamus.
Anggap saja buku yang kita hadapai berbahasa Indonesia,

 NOTE
prosedur pertama itu bisa kita lalui karena huruf, kata dan
kalimatnya mudah kita kenali dan pahami.

Membaca Inspeksional :
 Contoh-contoh resensi Kemampuan membaca sekilas. Membaca sinopsisnya,
dapat dilihat pada kata pengantarnya, daftar isi, judul per-bab yang dirasa
media massa menarik serta lampiran yang ada didalamnya. Langkah ini
memudahkan kita untuk memahami garis besar isi buku
 Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula diberikan tugas Membaca Analitis :
menulis resensi buku Kemampuan untuk menilai buku. Mulai dari memetakan
dan film, kemudian apakah buku yang kita baca itu buku teori atau praktek.
diberikan penilaian Kemudian, setelah membaca keseluruhan isi buku, bisa
oleh pengajar. menyarikan isi buku dengan beberapa kalimat, mencatat
hal-hal penting dalam buku tersebut, termasuk informasi

Modul belajar 114


[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

penulisnya. Semua ini sebagai bekal dan amunisi untuk


membuat resensi nantinya.

***

Teknik Meresensi

Empat Cara
Ada empat cara yang bisa digunakan untuk bisa
membuat karya resensi buku. Masing-masing mempunyai
kekurangan dan kelebihannya;

Catatan Buku (The Book Notice)


Adalah meresensi yang paling mudah. Kita tidak perlu
membaca isi buku secara keseluruhan atau mendalam. Kita
hanya melaporkan yang tampak tanpa menganalisis isinya.
Tujuan dari merensi buku dengan cara ini, hanya sekedar
memperkenalkan buku secara sekilas kepada pembaca.
Tapi, tetap saja perlu dilihat mengenai kekurangan dan
kelebihannya agar tidak dianggap hanya sekedar “Iklan
Buku”.

Tinjauan Buku (intisai buku/ The Book Digest).


Dengan cara ini, pembaca bisa memahami buku lebih
menyeluruh karena peresensi telah membuat catatan
tentang intisari sebuah buku, membuat ringkasan buku,
serta memberikan catatan kelemahan dan kekurangannya.
Dengan cara ini, perensensi harus bisa membaca dengan
analitis dan bisa memahami betul isi buku agar bisa
membuat penilaian secara tepat terhadap isi buku
tersebut. Petikan-petikan langsung isi buku diperlukan
untuk meyakinkan pembaca. Cara ini sangat tepat
digunakan dalam meresensi buku-buku ilmiah (non fiksi)

Kritik Buku (The Book Critism).


Tujuan utama cara ini adalah menilai suatu buku.
Membuat penilaian dengan sungguh-sunguh tentang
isi buku. Membuat penilaian sejara jujur dan “objektif”
terhadap sebuah buku, menganalisis tujuan penulisan
buku, kualifikasi penulisnya serta membandingkannnya
dengan buku-buku lain.

115 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Tinjauan Fiction (The Fiction Review)


Ini adalah cara meresensi yang biasa digunakan dalam
buku-bukum fiksi. Selain harus menguasai isi buku.

Mencari perimbangan antara jalan cerita (plot, sinopsis)


dan tema cerita. Kadang dipaparkan juga tentang
proses kreatif pembuatakan karya oleh penulis buku itu
sementara isi buku sendiri hanya dipaparkan sekilas saja.
Keempat cara tersebut bebas kita pilih, disesuaikan dengan
kebutuhan saja.

Perlu dilihat :
Secara garis besar ada dua aspek yang perlu dilihat dalam
meresensi buku; aspek luar (penampilan) dan aspek dalam
(isi).

Aspek luar, misalnya:


Perwajahan/kulit muka
Apakah kulit mukanya enak dipandang dan menarik?

Berat dan ketebalan


Apakah ukuran buku ini terlalu besar, atau justru terlalu
kecil? Apakah terlalu berat, terlalu tebal, atau terlalu
ringan dan tipis?

Desain halaman dalam


Apakah desainnya menarik sehingga enak dipandang, atau
malah membosankan?

Jenis kertas yang digunakan


Apakah jenis kertasnya (kertas koran, HVS, art paper, kertas
daur ulang, dan sebagainya) berwarna terang atau suram?
Apakah terlalu berat atau ringan? Apakah kuat atau rapuh.

Jenis huruf/tipografi yang digunakan


Apakah tipografi yang digunakan terlalu kecil, sehingga
menyulitkan pembaca? Atau justru terlalu besar, sehingga
boros halaman? Apakah tipografinya terkesan terlalu kaku?

Foto, gambar, sketsa, grafik, tabel yang digunakan


Apakah foto dan gambar yang dipasang itu jelas
dipandang? Apakah grafik dan tabel yang dipasang mudah

Modul belajar 116


[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

dipahami dan efektif?

Harga buku. Apakah terlalu mahal?


Dan lain-lain.

Aspek isi, misalnya:


Pokok pikiran yang diajukan penulis?
Data dan argumen apa saja yang ia ajukan untuk
mendukung pokok pikiran tersebut? Apakah pokok pikiran,
argumen, data dan ide-ide yang tertuang di dalam buku itu
cukup orisinil?

Pendekatan atau metodologi


Adakah unsur, pendekatan, perspektif atau pengetahuan
baru, yang bisa diperoleh dengan membaca buku ini?
Ataukah isinya sama saja dengan buku-buku lain yang
sudah lebih dulu beredar? Apakah isinya relevan dengan
konteks situasi yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa
ini? Apa kontribusi buku ini dalam memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan tertentu, yang terkait dengan tema
buku ini?

Susunan buku
Apakah buku disusun secara cermat, teliti, mendalam, atau
terkesan ceroboh dan tergesa-gesa? Apakah sistematika
pembahasan dalam buku ini bersifat logis, teratur dan
memudahkan pembaca untuk memahami, atau justru
sebaliknya rumit, berbelit-belit dan membingungkan?
Adakah kesalahan fakta, data, atau analisis, dalam buku
ini? Apakah datanya valid? Adakah bias dari si penulis
dalam melihat permasalahan?

Tujuan pengarang menulis buku ini?


Apakah tujuan itu tercapai dengan terbitnya buku ini?
Apakah si pengarang memiliki kompetensi yang cukup
untuk menulis buku ini? Seorang sosiolog tentu akan
dipertanyakan kredibilitasnya jika ia menulis buku tentang
Ilmu Bedah Kedokteran.

Kategori pembaca
Siapa yang layak membaca buku itu? Apakah isi buku ini
bersifat terlalu mendalam, sehingga lebih tepat untuk

117 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

pembaca tertentu yang memang memiliki kualifikasi


khusus (kalangan akademis atau profesional), atau buku ini
cocok juga untuk kalangan pembaca yang lebih awam?

Dan lain-lain.

***

Struktur Karya Resensi


Tidak ada pedoman baku dalam penulisan resensi. Namun
secara kasar, penulisan resensi untuk media massa
mengikuti konvensi umum seperti dalam penulisan artikel
lain. Unsur-unsurnya sebagai berikut:
Judul...
Judul resensi harus menarik. Ini perlu dan mutlak
untuk menarik pembaca.
Selanjutnya dituliskan sebagai berikut;
1. Judul Buku :
2. Penulis :
3. Penerbit :
4. Cetakan :
5. Tebal :
6. Peresensi :

Isi...
Alinea pembuka (dalam teknik penulisan berita, disebut
sebagai Lead). Alinea pembuka atau Lead ini bersifat
sebagai pemancing agar pembaca mau membaca resensi,
maka Lead ini harus dibuat semenarik mungkin. Dalam
membuat Lead, peresensi, misalnya, bisa mengaitkan isi
buku ini dengan konteks situasi yang sedang hangat di
masyarakat.

Deskripsi atau rangkuman tentang isi buku. Di sini


peresensi merangkum isi atau esensi buku secara ringkas.
Tentu saja, pembaca tidak bisa menilai suatu buku jika
bahkan gambaran ringkas isinya pun ia belum tahu. Dalam
merangkum isi buku ini, peresensi boleh mengutip satu
atau dua kalimat atau alinea yang menarik dari buku
tersebut, yang bisa makin memperjelas gambaran isinya.

Modul belajar 118


[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Komentar, evaluasi dan penilaian. Inilah esensi dari suatu


resensi, yakni si peresensi mengomentari dan menilai
suatu buku dari berbagai aspek: aspek luar dan aspek isi.
Karena keterbatasan ruang di media cetak, tentu tidak
perlu seluruh aspek ini dibahas secara rinci. Peresensi
boleh memilih aspek-aspek mana yang menurutnya paling
penting untuk diulas dan disampaikan kepada pembaca.

Kalimat penutup dan rekomendasi. Dalam kalimat


penutup ini, peresensi kadang-kadang secara tegas
merekomendasikan bahwa buku bersangkutan memang
layak atau tidak-layak dibaca. Kadang-kadang, rekomendasi
tegas semacam itu tidak diungkapkan, karena pembaca
dianggap sudah bisa menyimpulkan sendiri berdasarkan
ulasan panjang sebelumnya.

***

Merensensi Film
Melakukan resensi film tidak ada bedanya dengan buku,
hanya objeknya saja yang berbeda. Menonton film
menjadi syarat utamanya, kemudian mempelajari alur dan
hal-hal teknis lainnya, layaknya meresensi buku. Selamat
mencoba.

Contoh :
Sisi Lain ke Helsinki

Sebuah pengalaman yang tak lazim. Sisi lain dalam


meretas perdamaian di Aceh, dari sebuah amanah Yusuf
Kalla sampai hawa dingin Helsinki singgah di hutan-hutan
bumi serambi. Lewat ‘To See the Unseen’, Farid Husain
mengisahkan pengalamannya.

Judul : To See the Unseen


Penulis : Farid Husain
Editor : Salim Shahab dan EE Siadari
Penerbit : Health & Hospital Indonesia
Tebal : xxviii + 291 halaman

Menulis Helsinki adalah sejarah. Perlu sebuah kerja keras


berbagai tokoh, Aceh dan Indonesia untuk mengukirnya

119 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

pada selembar MoU yang lahir pada 15 Agustus 2005


silam. Setelah gempa besar dan tsunami menggada Aceh.
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Indonesia
sepakat; hentikan konflik.

Tak seperti membalikkan badan, perang yang berakar


sejak lama itu dihentikan. Ada beragam kisah, harapan dan
perjuangan ke arah sana. Ada kepercayaan yang dibangun
hingga jalan ke kota di Filandia tercapai, kendati ada beribu
lobang menghadang.

Satu di antara sekian banyak perintis jalur itu adalah Farid


Husain, dokter yang bekerja sebagai Direktur Jenderal
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Indonesia,
Jakarta. Punya pengalaman dalam merintis upaya
perdamaian di Poso dan Ambon, membuatnya dipanggil
sang karib, Jusuf Kalla, Wakil Presiden.

Saat itu, Juni 2003, Kalla masih sebagai Menteri


Koordinator Kesejahteraan Rakyat dalam kabinet
Presiden Megawati, memanggil Farid. Dia diperintahkan
untuk menjajaki upaya perdamaian di Aceh. Farid tak
menolak dan mulailah dia berusaha membangun jaringan
mengupayakan perdamaian. Belajar karakter orang Aceh,
naik ke gunung menjumpai pasukan GAM, menyakinkan
pejabat-pejabat gerakan sampai berusaha berjumpa Hasan
Tiro, Wali Nanggroe Aceh.

Pengalaman Farid itulah yang ditulis kembali dalam buku


ini, detail sampai hal-hal kecil yang tak bisa didapat dari
buku-buku lain yang menulis umum tentang jalan menuju
damai Aceh. Maklum, Farid adalah pemain utama

Misalnya saja bagian yang paling mendebarkan, cerita


tentang bagaimana Farid menuju ke hutan menjumpai juru
bicara GAM, Sofyan Dawood, dua bulan sebelum damai
lahir. Ini tak diketahui publik, super rahasia. Perjalanan
diatur dari Jakarta, lalu mendaki bukit dan menyamar
dengan ditemani Mahyuddin, orang yang dekat dengan
GAM.

Tujuan ke sana untuk menanyakan bagaimana tanggapan

Modul belajar 120


[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

para awak gerilyawan di lapangan, kalau perunding RI dan


GAM sepakat damai, dalam bingkai Indonesia. “Apapun
yang disepakati di Helsinki, akan kami dukung,” begitu kira-
kira Sofyan menjawab.

Sebelumnya, ada cerita bagaimana Farid dan Juha


Cristensen berusaha bertemu untuk menyakinkan para
petinggi GAM semisal Malek Mahmud, Zaini Abdullah
di luar negeri dan para perunding GAM yang ditahan di
penjara pulau Jawa.

Banyak lainnya yang bercerita tentang bagaimana


komunikasi dibangun dan kepercayaan diraih. Banyak
cerita belakang layar yang disodorkan sampai kemudian
perdamaian itu ada.

Begitulah pengalaman Farid tertuang dengan racikan dua


editornya. Alurnya gampang dipahami dan tak berbelit-
belit. Juga tertuang secara lengkap siapa sebenarnya Farid,
tokoh utama dalam lakon itu. Buku juga dilengkapi dengan
foto-foto pertemuan Farid dengan para tokoh perdamaian
lainnya.

Kelemahannya adalah pada berulang-ulangnya jalan cerita.


Kadang pada satu bab awal, kisah telah tertuang, tapi
kemudian disampaikan lagi pada bab-bab selanjutnya.
Sepertinya penulis buru-buru menyelesaikan buku ini.
Andai saja, semua cerita dituangkan tidak bertele-tele,
seperti narasi, maka buku ini akan semakin baik dan
menarik.

Tapi apapun, Farid telah menuliskan idenya dengan


sempurna. Banyak kisah yang bisa dijadikan pelajaran
untuk penyelesaian konflik. Sangat layak dijadikan referensi
dalam melihat sisi lain perdamaian Aceh. Karena menulis
Helsinki adalah sejarah untuk peradaban Aceh. ***

121 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
Materi 14.
Menulis Cerpen

TUJUAN
 Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula dapat mbelajar
menulis cerpen
 Menemukan ide-ide
penulisan karya fiksi

kegiatan
 Teori
 Diskusi

123 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
BAHAN

Menjadi Penulis Cerpen

Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra yang tergolong


ke dalam fiksi. Sebagai fiksionaris, kisah dalam cerpen
hanya ada dalam hayalan. Namun, ia dapat beranjak
dari dunia nyata semisal pengalaman pribadi maupun
pengalaman orang lain, kejadian alam, dan segala hal yang
tertangkap pada panca indra.

Bermimpi menjadi penulis cerpen menjadi sebuah


keniscayaan, apalagi bagi remaja. Beberapa remaja yang
saya temui mengaku suka pada cerpen atau novel—
keduanya adalah jenis karya fiksi. Namun, sebagian
besar dari mereka mengaku kesulitan menulis cerpen,
meskipun sudah mencobanya. Maka, warkah ini mencoba
‘membongkar kabut kesukaran’ menulis cerpen tersebut.

125 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Sebelumnya, mari mengingat kembali apa yang pernah


diucapkan Arswendo Atmowiloto dua puluh lima tahun
silam. “Mengarang Itu Gampang,” kata dia dalam sebuah
buku yang diterbitkan oleh PT Gramedia, Jakarta, 1984.
Sangking mudahnya pekerjaan mengarang, Arswendo
membahasakannya dengan sebutan “gampang”. Menulis
cerpen merupakan sebuah kegiatan mengarang yang
dimaksudkan gampang tersebut.

Hal yang perlu diperhatikan bagi seorang penulis cerpen


adalah kreativitas, baik dalam menyusun kata-kata
(membahasakan) maupun dalam mengotak-atik jalan
cerita dengan bumbu-bumbu yang dapat mempengaruhi
pembaca larut dalam cerita yang dibaca. Tamsilnya
begini, gulai kambing akan berbeda citarasanya tatkala
hanya digulai sederhana (kambing semata). Namun, saat
diberikan sedikit campuran semisal buah nangka, kelapa,
merica, cabai, ditambah penyedap rasa lainnya, gulai
kambing tersebut akan berubah citarasa menjadi tambah
nikmat. Namun demikian, mencampuradukkan segala
bumbu tersebut tanpa kelihaian mengolahnya, sama saja
bohong. Rasa yang diharapka sedap bisa saja menjadi
tambah amburadur. Demikian halnya cerpen, jika hendak
mengisahkan sebuah peristiwa semisal kecelakaan dalam
cerita tanpa pengaruh alam dan segala apa yang terdapat
di sekitar peristiwa tersebut, ceritanya pasti biasa saja,
karena kisah kecelakaan nyaris pernah dialami setiap
orang. Oleh sebab itu, perlu kelihaian mendeskripsikan
peristiwa kecelakaan dimaksud. Kelihaian inilah yang
disebut proses kreatif pencerita dan pencitraan.

Penggunaan Paragraf
Dalam menulis cerpen dibutuhkan seni bertutur
(bercerita). Ada beberapa jenis paragraf atau ungkapan
yang dapat digunakan dalam seni bertutur. Ungkapan atau
paragraf tersebut, dalam konteks cerpen, akan menjadi
kuat jika menggunakan ungkapan deskripsi. Ungkapan atau
paragraf deskripsi menjadi kekuatan detail dalam sebuah
cerita (baik cerpen maupun novel) meskipun kedua karya
sastra ini sering disebut sebagai karangan narasi. Saya
misalkan ada paragraf begini:

Modul belajar 126


[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

“Perempuan itu berkulit kuning langsat.


Wajahnya oval, bulu matanya lentik, alisnya
tebal, hidungnya mancung sekitar lima senti
dan ada tahi lalat di pipi sebelah kiri. Dagunya
sekilas bagai sangkar burung tempua. Sesekali
barisan putih menyembul dari balik bibirnya
saat tersenyum. Ah, bibir yang tipis dan
basah…”

Sekarang coba bandingkan paragraf tersebut dengan


kalimat “Perempuan itu sangat cantik.” Dengan deskripsi
seperti di atas, semua orang dimungkinkan untuk
mengambil kesimpulan bahwa si perempuan memiliki
rupa yang cantik. Cantik sebagai sebuah kata adjektiva
(sifat) bisa disimpulkan secara relatif. Cantik bagi seseorang
bisa saja mesti memiliki lesung pipit, tetapi bagi yang lain
tidak mesti ada lesung pipit asalkan berkulit putih. Maka
kekuatan deskripsi mengaburkan kesimpulan cantik atas
sebuah persepsi. Karena itu, deskripsi sangat dibutuhkan
dalam sebuah kisah cerpen. Pendeskripsian tersebut bisa
pada tokoh (orang atau hewan), bisa pula pada benda-
benda lainnya yang menjadi properti dalam teks cerita.

Selanjutnya, paragraf narasi sering mendominasi


penceritaan, sebab narasi sendiri memiliki makna cerita.
Kelihaian menggunakan kata-kata dalam bernarasi
menjadi kreativitas tersendiri. Dari sini kemudian kita bisa
menangkap stile (gaya) seorang penulis. Ada yang suka
menggunakan ungkapan-ungkapan metafora misalnya,
ada pula yang suka bermain dengan simbol, tetapi ada
juga bercerita apa adanya. Semua ini sah digunakan, yang
terpenting tidak sampai melakukan pemubaziran kata-kata
(pleonasme).

Mungkin kita pernah mendengar orang mengeluh


terhadap sebuah cerita seseorang dengan sebutan
garing atau terlalu dibuat-dibuat. Hal ini biasanya terjadi
karena pandangan terhadap seni sastra dalam cerpen
mesti bermain kata sehingga menimbulkan ‘kejenuhan’
makna yang hendak diungkapkan. Bermain kata yang
mengharapkan seni berkisah bukan berarti mesti
memperbanyak simbul puitis. Ingat, Anda sedang menulis

127 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

cerpen, bukan puisi. Jika setiap kata dalam sebuah puisi


cenderung mewakili makna ambiguitas, dalam cerpen
usahakan dihindari ambiguitas kata. Cerpen sesungguhnya
mengisahkan apa adanya dengan penguasaan diksi yang
memadai, tidak perlu terlalu muluk dengan simbol,
dan tiak bertele-tele. Sebagai sebuah cerita yang dapat
diangkat dari pengalaman nyata, kisah lakon dalam cerpen
ditulis seperti apa adanya di alam nyata, kecuali Anda
sedang menulis cerpen surealis (untuk jenis cerpen ini kita
bicarakan di lain kesempatan jika waktu mengizinkan).

Paragraf lainnya yang dapat dipakai dalam menulis


cerpen adalah argumentasi (pendapat). Namun, dalam
pengungkapan argumen, penulis cerpen mesti dapat
memilah dirinya sebagai tokoh atau sebagai narator.
Kencenderungan ini bisanya menimbulkan cerpen yang
menggurui. Sebagai sebuah karya sastra, cerpen bukanlah
teks pidato yang tidak mesti memberikan nasihat
menggurui. Memberikan kebebasan kepada pembaca
dalam memberi penafsiran terhadap kisah dalam cerpen
akan membuat cerpen itu berdikari. Sebagai sebuah
karya yang ditujukan kepada publik, ini menjadi penting.
Memang diakui banyak penulis cerpen (cerpenis) sulit
memilah diri sebagai narator atau sebagai tokoh. Apalagi,
terhadap cerita yang menggunakan tokoh “Aku” lirik.
Namun, di sinilah letak kreativitas tersebut sehingga cerita
dapat berjalan mengalir seperti keinginan tokoh dalam
cerita, bukan keinginan penulis.

Dalam kaitan tersebut, ungkapan/paragraf persuasif


sebanyak mungkin mesti dihindari. Lebih baik
menggunakan paragraf eksposisi daripada persuasif yang
akan menjebak penulis menjadi ‘khatib’ dalam karya.

Mengenali Bagian-bagian Cerpen


Sebagai sebuah cerita pendek yang kemudian dinamakan
cerpen, kisah di dalamnya sangat singkat, habis dibaca
sekali duduk sehingga cerpen disebut juga sebagai karya
fiksi yang hanya menceritakan satu pokok masalah atau
persoalan. Maksud “satu pokok masalah” adalah punya
satu konflik.

Modul belajar 128


[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Yang dimaksud dengan konflik adalah persoalan. Konflik


dalam cerpen dapat terjadi secara lahir atau secara batin.
Konflik lahir merupakan persoalan yang terjadi di luar diri
si tokoh, biasanya dengan menghadirkan tokoh lainnya.
Konflik batin adalah persoalan yang terjadi dan dialami
dalam diri si tokoh. Konflik dimaksud bisa berupa tekanan
batin, kegelisahan, duka mendalam, dan sejenisnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bagian
terpenting dalam sebuah cerpen adalah tokoh, disusul
konflik. Tak mungkin sebuah cerita dapat terjadi tanpa ada
yang mengalami. Pengalaman yang tidak melalui masalah
tidak akan menarik pendengar atau pembaca. Karenanya,
dua hal ini (tokoh dan konflik) menjadi bagian terpenting
dalam sebuah cerpen, yang dalam novel konflik tersebut
bisa lebih dari satu.

Bagian lainnya yang terdapat dalam cerpen adalah alur


atau jalan cerita. Alur dapat terjadi dari dua sisi—alur
maju atau alur mundur. Alur maju berarti cerita bergerak
ke depan terus. Sedangkan alur mundur kisah berupa
flashback, mengingat kejadian yang telah pernah
dilewati si tokoh. Misalkan si tokoh yang sudah dewasa
menceritakan kejadian saat dirinya masih kanak-kanak.

Bagian selanjutnya yang akan mendukung cerita dalam


cerpen adalah setting atau tempat kejadian atau lokasi
berlangsungnya cerita dalam cerpen tersebut. Tempat
kejadian ini bisa digambarkan atau disebutkan seperti
nama-nama tempat sungguhan (benar-benar ada), biasa
pula hanya sekedar tempat rekaan, yang hanya ada dalam
cerpen yang diceritakan.

Hal berikutnya yang biasa ada dalam cerpen adalah


tema dan amanat/nasihat. Dua hal ini biasanya menjadi
wilayah kerja pembaca/penikmat/pengkritis karya sastra.
Bagi penulis, tidak usah dulu berpikir tema, amanat, atau
nasihat apa yang akan disampaikan melalui cerpen yang
akan ditulis, kecuali memang permintaan yang biasanya
ada dalam lomba. Penulis cukup menulis saja cerita
seperti adanya. Kemudian, serahkan kepada pembaca
yang akan menangkap dan memberi penilaian terhadap
tema, amanat, dan pesan dalam cerpen dimaksud. Artinya,

129 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

melakukan pemetaan pemikiran akan menulis cerpen


tentang apa, cukup sampai di situ. Langkah selanjutnya
adalah tuliskan apa yang ada dalam pikiran Anda, jangan
pikirkan apa yang akan Anda tuliskan. Biarkan cerita
mengalir apa adanya.

Satu hal mesti dicoba saat menuliskan apa yang ada


dalam pikiran Anda adalah jangan berusaha mengedit
cerita atau bahasa atau pengungkapan sebelum cerita
tuntas dituliskan. Bagian pengeditan letakkan tersendiri
setelah Anda merasa tulisan (cerpen) selesai dituliskan.
Setelah usai, baca kembali cerpen tersebut, saat itulah
baru lakukan pengeditan. Seusai Anda mengedit, diamkan
sebentar untuk beberapa saat atau beberapa jam, boleh
juga unuk sehari semalam. Setelah itu, baru baca kembali
sambil melakukan perbaikan-perbaikan kecil yang disebut
dengan pemolesan.

Sebelum Dikirimkan ke Media


Jika cerpen tersebut Anda maksudkan untuk dikirim ke
media semisal koran atau majalah, alangkah lebih baik
memperlihatkan terlebih dahulu kepada orang sekitar
cerpen yang Anda tulis tersebut. Orang sekitar dimaksud
boleh jadi teman, kakak/abang atau adik, guru, atau
kepada siapa saja yang Anda harapkan dapat memberikan
komentar terhadap cerpen Anda. Ya, Anda mesti meminta
komentar dari orang-orang tersebut, karena bisa jadi
komentarnya dapat dijadikan tambahan dalam cerpen
tersebut sehingga akan dimuat saat dikirimkan ke media
cetak.

Jika kurang puas dengan komentar orang-orang tersebut,


Anda dapat pula meminta komentar dari orang yang
Anda anggap paham tentang sebuah cerpen. Persoalan
komentar tersebut mau digunakan atau tidak, kembali
kepada pribadi Anda. Karena itu, menyaring setiap
komentar yang diterima adalah sebuah keniscayaan.
Intinya, jangan takut dikomentari, meskipun komentar
itu barangkali tidak Anda sukai. Perlu diingat bahwa Anda
menulis cerpen untuk dibaca oleh orang lain, bukan
untuk diri sendiri. Maka komentar orang menjadi penting
didengarkan.

Modul belajar 130


[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]

Hal lainnya yang mesti diperhatikan sebelum megirim


cerpen ke media adalah melihat media apa yang menjadi
tujuan Anda. Penyesuaian tema cerita dengan visi-misi
media mesti diperhatikan. Selera koran dan redaktur
dipelajari sehingga kemungkinan untuk karya dimuat lebih
besar. Misalkan saja, cerpen berbau remaja dan agama,
tentu akan lebih layak dikirimkan ke Majalah Annida
daripada koran harian seperti Kompas atau Tempo.

Baik koran lokal maupun koran nasional, masing-masing


memiliki stile tersendiri. Misalkan Harian Republika;
mengarah kepada cerpen agamis. Sebagai sebuah koran
nasional, Republika tak ubahnya seperti Harian Kompas,
Koran Tempo, Media Indonesia, Seputar Indonesia,
dan lainnya, setiap cerpennya cenderung tidak terlalu
keremajaan. Kompas sendiri biasanya lebih memilih
cerpen-cerpen yang memiliki informasi berita, berkaitan
dengan apa yang sedang hangat terjadi/dibicarakan.

Begitulah sekilas catatan untuk melakukan proses kreatif


penulisan cerpen. Anda dapat pula memotivasi diri
menulis cerpen dengan embel-embel bahwa setiap karya
yang dimuat akan diberikan imbalan honor. Namun,
pemikiran ke arah sana jangan terlalu besar. Jadikah saja ia
sebagai motivasi, tapi bukan untuk dikejar. Yang terpenting
adalah menulis terlebih dahulu. Masalah honor, akan
datang dengan sendirinya saat Anda telah menjadi. Nah,
sekarang tunggu apa lagi? Lekas ambil kertas dan pulpen,
lalu menulis. Bagi yang sudah biasa menulis langsung
di komputer (laptop), nyalakan segera laptop Anda dan
langsung mencoba. Sesungguhnya, “yang bisa hanya
orang-orang yang mau dan berani mencoba”. Salam!!!

131 menulis untuk mahasiswa


& JURNALIS PEMULA
SILUNE
HEC
MA LA
CCRPS
IAMA
Center for Conflict Resolution
and Peace Studies
IAIN Ar-Raniry

Jl. Lamreung No-17 Ulee Kareng didukung oleh:


Telp.(0651) 7410466
Fax. (0651) 636947
Email: info@katahati.or.id
Website: www.katahati.or.id
Banda Aceh 23117,
Nanggroe Aceh Darussalam Masyarakat Jepang
Indonesia (From the People of Japan)

You might also like