Professional Documents
Culture Documents
Etika merupakan satu bidang falsafah yang membicarakan tentang tingkah laku manusia dari
aspek-aspek lahiriah dan batiniahnya .dalam hubungan dengan sains, etika adalah satu bidang
ilmu yang mengkaji soal kebaikan dan keburukan dalam sains; berhubung dengan tatacara untuk
mempraktiskan kebaikan dan menolak keburukan dalam amalan dan penggunaan sanis dan
teknologi.
Islam telah menyediakan panduan yang sempurna untuk mengatur segala perlakuan manusia
dalam apa jua bidang kerjaya sepanjang zaman. Terdapat konsep-konsep asas yang mampu
membimbing ahli sains dalam urusan peribadi dan profesyennya. Konsep asas tersebut terdiri
daripada tiga unsur utama:
i. Keimanan kepada Allah s.w.t.
Iman adalah teras kepada semua jenis amalan dalam Islam. Seorang ahli sains perlu mempunyai
keimanan serta keyakinan yang kukuh kepada Allah dan sentiasa memohon bantuan
daripadaNya. Mereka perlu sedar Allah sentiasa melihat segala pemikiran dan perlakuan
manusia. Allah merupakan Pencipta dan Pemilik alam yang menjadi bahan kajian dan
penggunaan sains dan teknologi. Sesungguhnya keimana kepada Allah akan menyediakan asas
yang kukuh kepada kelahiran generasi muslim yang bermoral.
Dipetik dari “Pengenalan falsafah dan konotasi aksiologi atau etika Islam dalam sains dan
teknologi” oleh Zulfikri bin Mohd Zain.
Posted by Maznah Daud at 9:49 PM
2 comments:
davidlando4445 said...
I read over your blog, and i found it inquisitive, you may find My Blog interesting. My
blog is just about my day to day life, as a park ranger. So please Click Here To Read My
Blog
http://www.juicyfruiter.blogspot.com
2:30 AM
eddyharolds6381892428 said...
Do you want free porn? Contact my AIM SN 'abunnyinpink' just say 'give me some pics
now!'.
No age verification required, totally free! Just send an instant message to AIM screen
name "abunnyinpink".
9:02 PM
Post a Comment
We Speak Your
Sains-Teknologi, Etika dan Wahyu
Ketika berbicara sains, kadang menjadi salah kaprah ketika selalu dinisbatkan kepada ilmu-ilmu alam
semata. Karena pada kenyataannya seorang saintis adalah seorang yang mendalami suatu pengetahuan
yang sistematis atau kemudian disebut sebagai ilmu. Ilmu bisa dianggap sebagai sains. Apapun ilmu itu.
Sehingga kemudian pada kenyataannya kita mengenal natural science, Economic science, Social
Science dan banyak lainnya. Dalam hirarki filsafat ilmu kemudian dikenal sebagai turunan dari filsafat.
Filsafat sebagai sarana pencrian hakekat ‘sesuatu’ yang kemudian menghasilkan pengetahuan, ketika
pengetahuan tersebut telah mencapai sebuah sistematika tertentu maka akan disebut ilmu. Kemudian
sains ketika diterapkan akan menjadi sains terapan, dan ketika menemukan bentuk praksisnya
berdasarkan rekayasa dan kemanfaatannya akan berubah menjadi teknologi. Teknologi pada awalnya
juga hanya merupakan ilmu rekayasa yang membasiskan pada dasar-dasar yang dianut pada natural
sains, namun belakangan kemudian dikenal adanya social engineering. Asumsi bahwa natural science
selalu kuantitatif dan social science selalu kualitatif ternyata juga tidak berlaku lagi. Sehingga batas
antara eksakta dan sosial kemudian bukan berada pada metode atau konsep filsafat ilmunya, namun
berada pada jenis obyek yang diamati.
Namun, kesimpulan terakhir di atas menjadi sulit diterapkan ketika kita melihat pada Psikologi contohnya.
Seperti yang kita tahu, saat ini ada dua aliran besar di Indonesia pada jurusan Psikologi yang
menganggap bahwa psikologi adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam dan ada kelompok lain yang
mengangap sebagai bagian dari ilmu pengetahuan sosial. Secara praktis kita bisa melihat dalam
pengelompokan jurusan pada SPMB, di UGM Psikologi masuk dalam kelompok IPS sedangkan di UNDIP
masuk dalam kelompok IPA.
Dimana matematika ? Matematika sejatinya berada pada wilayah lain, yaitu wilayah kuantitatif yang
merupakan wilayah logika atau pemodelan kenyataan menjadi model-model yang hanya ada pada
khayalan. Sehingga dalam praktiknya kita tahu ketika matematika diterapkan pada suatu bidang sains
(apapun bidangnya), sains tersebut akan menemukan bentuk kuantitatifnya. Dengan melakukan
pendekatan kuantitatif, maka biasanya sebuah ilmu akan ‘dianggap’ menjadi semakin prediktif. Ketika
sebuah sains berubah menjadi engineering maka kuantitatifikasi akan semakin besar. Hal itulah yang
menyebabkan mengapa kemudian sebuah bidang engineering menjadi sangat materialis-literal
(dhahirriyah), kuantitatif-matematis dan prediktif sekaligus manipulatif.
Sains dan Engineering kemudian menjadi berbeda karakteristik secara mendasar. Sains yang
berkembang dalam paradigma ‘terpisahnya pengamat dari obyek’ dan ‘sains untuk sains’ sehingga yang
dikejar adalah obyektifitas sejati yang memisahkan manfaat/ kegunaan dari aktifitas penelitian.
Sedangkan Engineering berkembang dalam paradigma ‘kegunaan untuk kehidupan manusia’ atau lebih
dekat dengan filsafat pragmatisme sehingga manusia dianggap sebagai bagian integral dari
pengembangan engineering. Dalam praktiknya, khususnya di Indonesia, seorang engineering (khususnya
mahasiswa teknik) sering mengabaikan unsur manusia dalam aktifitasnya, karena menganggap dirinya
adalah bagian dari komunitas IPA/eksakta murni. Sehingga kadang ada kecenderungan ‘menolak’ ketika
mendapat mata kuliah-mata kuliah tentang humanism. Padahal engineering yang tidak humanis tentu
saja hanya akan membuat kerusakan pada manusia dan lingkungan.
Ilmu Politik ketika menemukan bentuk praksis nya (politik Praksis) juga merupakan sebuah Engineering.
Seperti halnya ilmu kedokteran ketika menjadi kedokteran klinik akan kental aspek engineeringnya.
Bahkan mungkin saja saat ini mulai berkembang sebuah bidang ilmu ‘spiritual engineering’ yang
berfungsi merekayasa aspek spiritual manusia.
Dimana Etika ? Nah kemudian yang sering manjadi masalah adalah karena tidak include-nya antara etika
dengan sains dan teknologi. Dalam sains dan teknologi etika berfungsi untuk membimbing agar aktifitas
penelitian sains dan rekayasa Teknologi tidak mengancam eksistensi manusia (keseluruhan aspek
manusia : Jasad, Ruh, dan Intelek). Bahkan dengan masuknya etika sebagai bagian dari sains dan
teknologi bertujuan agar bisa meningkatkan nilai tambah manusia di mata dirinya, sesama manusia,
lingkungan hayati dan non hayatinya, dan dimata Tuhannya. Dalam kata lain : Manusia menjawab
pertanyaan ‘Apa’ dengan sains, manusia menjawab pertanyaan ‘untuk apa’ dengan teknologi, manusia
menjawab pertanyaan ‘mana yang boleh dan tidak’ dengan etika. Etika ini merupakan sesuatu yang
bersumber dari hati nurani yang selalu menyuarakan kebenaran moral atau sering dikenal sebagai suara
Tuhan. Karena itu dalam hubungannya dengan wahyu, Fitrah merupakan ‘sesuatu’ yang dipanggil oleh
wahyu .
The Underground Scienties
Pendidikan Tanpa Refleksi
1. tengkyu mengatakan:
???????????
Balas
2. marmotji mengatakan:
Kategori
Film (1)
Gerakan Mahasiswa (2)
Islam (10)
Muhammadiyah (5)
Pendidikan (3)
Sains (7)
Komentar
Meta
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
About Us…….
Indeks…
Disisi lain, banyak kekhawatiran akan perkembangan Ilmu dan teknologi ini. Kekhawatiran itu
beragam mulai dari adanya kerusakan fisik bumi, biologis (fisik manusia), kerusakan budaya,
kerusakan sistem sosial dan kerusakan mental manusia.
Kekahwatiran ini sebenarnya sudah berkembang semenjak awal abad modern, dimana terjadi
permasalahan dengan ditemukannya teori-teori yang meruntuhkan ‘keyakinan’ saintis
sebelumnya. Walaupun kemudian dikisahkan selanjutnya sebagai bentuk pertentangan yang
bermotif teologis, namun sebenarnya semua itu hanyalah pertentangan antara kenmapanan lama
dan ‘usaha’ untuk memperjuangkan kemapanan yang baru.
Benar, Ilmu Pengetahuan dan teknologi adalah identik dengan sesuatu yang baru, sekaligus lama.
Sebagai sesuatu yang baru karena dari hari ke hari selalu saja dihasilkan berbagai ‘produk
kebudayaan’ hasil dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan disebut lama
karena ilmu pengetahuan dan teknologi selalu saja berpijak dari bentuk ilmu pengetahuan yang
lama. Hadirnya ‘sesuatu’ yang baru dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi bukan
merupakan sesuatu yang benar-benar baru, namun merupakan sesuatu yang merupakan hasil
revisi dari konsep-konsep lama, atau merupakan bentuk gabungan beberapa konsep.
Dari penjelasan di atas, maka seharusnya tidak ada masalah antara perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan masa depan ummat manusia. Ilmu pengetahuan dan
Teknologi ada karena manusia (tentunya karena intervensi Pencipta Manusia), dan Manusia
hidup membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun mengapa kemudian selalu saja
muncul ketegangan antara perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan para humanis ?
Mungkinkan selalu ada ‘sesuatu’ sebagai agen ketiga yang menyebabkan ketegangan itu ?
Mungkin mirip dengan konsep teologis agama apapun di dunia ini dimana di dunia ini selalu ada
dua pertentangan antara kebaikan dan keburukan. Dari konsep ini hubungan harmonis yang
seharusnya terjadi antara perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan masa depan
umat manusia ini ada ‘setan’ pengganggu yang membuat keduanya sering mengalami
ketegangan.
Dalam dunia modern ini, bentuk setan penganggu itu bisa dipetakan dalam berbagai indikasi.
Sebagai contoh adalah ketika ada kekahwatiran perkembangan teknologi rekayasa genetika.
Semenjak teknologi ini mulai dikembangkan selalu saja ada suara-suara miring yang
mengkhawatirkan penyalahgunaan teknologi ini. Sepertinya, ada ketidak percayaan para
humanis terhadap para teknolog akan rambu-rambu etika yang sudah diakui secara universal.
Contoh kedua adalah dengan berkembangnya teknologi nuklir dalam berbagai varian
penggunaannya untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Teknologi ini memang merupakan
teknologi yang khas pada abad ke dua puluh. Teknologi pemecahan atom yang kemudian
ternyata terbukti bisa menghasilkan energi yang sangat besar ini walaupun akan digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan manusia selalu menimbulkan kekahwatiran akan penyalahgunaannya. Hal
ini mungkin seperti kisah ketika Albert Einstein sang ilmuan yang Meraih Nobel atas teori fisika
itu yang juga bersedih setelah teorinya ‘terbukti’ dengan luluh lantaknya Hirosima dan Nagasaki
setelah di Bom oleh Amerika Serikat.
Dengan asumsi diatas, sebenarnya setiap ilmu pengetahuan dan teknolgi selalu baik, namun
kemudian ada ‘penyelewangan’ oleh agen karena kepentingannya yang tentu saja ‘egois’.
Dari kenyataan di atas maka peran agen menjadi sangat vital. Agen yang menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi seharusnya memiliki alat kontrol agar selalu positif. Alat kontrol
inilah yang kemudian disebut sebagai etika teknik.
Etika Teknik dikembangkan dari konsep Aksiologis dalam Filsafat Ilmu. Seperti yang kita
ketahui, dalam filsafat ilmu dikembangkan konsep ontologi, epistimologi dan aksiologi. Menurut
aliran filsafat Theistik kemudian dikenal juga cabang Filsafat berupa Teleologis. Dimana selain
masalah etik yang merupakan bidang kajian dari cabang Aksiologi juga harus diperhitungkan
motifasi seseorang untuk mempelajari dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologinya itu.
Tulisan Lain:
The Underground Scienties
Pendidikan Tanpa Refleksi
One Response
1. Peranan Sains dan Teknologi Dalam Penentuan Bentuk Peradaban Baru « lembar
digital mengatakan:
Balas
Leave a Reply
Name
Kategori
Film (1)
Gerakan Mahasiswa (2)
Islam (10)
Muhammadiyah (5)
Pendidikan (3)
Sains (7)
Komentar
Meta
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
About Us…….
Indeks…
Sains dan Teknologi adalah institusi manusiawi; artinya Sains dan Teknologi adalah karya yang
dilahirkan manusia. Maka tanpa adanya manusia kedua karya tersebut juga tidak akan ada. Namun ada
beda fundamental antara kedua institusi tersebut. Perbedaannya terletak pada sumbernya.
Sains sebagai “body of knowledge” yang kita ketahui saat ini adalah hasil abstraksi manusia dari sumber
alami melalui berbagai fenomena yang diamatinya. Kemudian fenomena tersebut direpresentasikan
kedalam berbagai model yang membentuk suatu paradigma. Maka kebenaran sains adalah bila dan hanya
bila suatu fenomena alami dapat cocok (fit) pada model-model dari suatu paradigma yang berlaku. Bila
model dalam suatu paradigma yang dianut tidak lagi dapat merepresentasikan suatu fenomena alami
tertentu, maka fenomena tersebut merupakan suatu anomali. Namun anomali tidak dapat terjadi berulang
kali. Bila hal demikian ditemui maka paradigma tersebutpun mengalami krisis dan gugur sebagai
paradigma yang absah untuk kemudian digantikan oleh model baru yang membentuk paradigma baru pula
(Kuhn, 1996). Fenomena alami dan kebenaran yang ada dibaliknya sebenarnya telah beroperasi sejak jauh
sebelum manusia ada, misalnya gaya gravitasi dan elektromagnetik, adanya elektron dan neutron didalam
atom, proses radioactive decay dan lain sebagainya merupakan kebenaran alami yang telah beroperasi
sejak awal sejarah jagad raya ini, jauh sebelum manusia menghuni planet Bumi. Oleh karena itu berbagai
kebenaran alami yang terhimpun dalam sains merupakan temuan (discovery) manusia. Namun tanpa
manusiapun kebenaran alami tetap beroperasi sebagai sumber dari sains.
Berbeda dari sains, teknologi sepenuhnya bersumber pada manusia itu sendiri. Teknologi diciptakan
manusia sebagai instrumen dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Teknologi merupakan suatu fenomena
sosial. Oleh karena itu tanpa manusia, tanpa masyarakat, teknologipun tiada.
Teknologi diciptakan manusia melalui penerapan (exercise) budidaya akalnya. Manusia harus
mendayakan akal pikirannya dalam me-reka teknologi berdasarkan ratio (nalar) dan kemudian
membuatnya, me-yasanya, menjadi suatu produk yang kongkrit. Jadi perlu penerapan rekayasa dalam
menciptakan teknologi, dan sebaliknya teknologi kemudian akan membantu manusia dalam merekayasa.
Inter-relasi dan interaksi antara rekayasa dan teknologi sering sulit dipahami karena seakan terjadi secara
obvious atau terjadi sepenuhnya dilatar belakang sehingga luput dari pengamatan. Maka untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari peran rekayasa dalam penciptaan teknologi dan sebaliknya,
perlu digresi sebentar sampai pada saat asal mula terbentuknya masyarakat manusia.
Sains itu sendiri secara umum didefinisikan sebagai pengetahuan (knowledge) yang didapatkan dengan
cara sistematis tentang struktur dan perilaku dari segala fenomena yang ada di jagad raya dan isinya, baik
fenomena alam maupun sosial. Sementara itu, teknologi merupakan aplikasi dari sains sebagai respons
atas tuntutan manusia akan kehidupan yang lebih baik.
Teknik secara umum diartikan sebagai alat perlengkapan dan metode membuat sesuatu. Teknologi adalah
suatu cara untuk teknik memproduksi atau memproses membuat sesuatu yang lebih mengembangkan
ketrampilan manusia.
Ada beberapa fase proses teknik yang dialami dalam kehidupan manusia yakni :
a. Fase teknik destruktif. Pada fase ini, untuk memecahkan segala permasalahan dan
kebutuhannya, manusia langsung mengambil dari alam, tidak ada usaha untuk
mengembalikannya ke alam.
b. Fase teknik konstruktif. Masyarakat pada fase ini telah mampu melakukan penciptaan
sehingga menghasilkan kebudayaan baru yang sebelumnya tidak ada di alam. Dengan
penciptaan baru ini, sedikit demi sedikit manusia telah menciptakan lingkungan baru yang
selalu bermodalkan alam sekitar sehinggamerupakan “ the second nature “ atau alam kedua.
c. Fase modern. Fase ini merupakan puncak perkembangan teknik yang telah dicapai anusia.
Teknik modern ini bertitik tolak dari analisa matematis alam, sehingga manusia mampu
membangun suatu peradaban baru yaitu peradaban mesin. Cirri peradaban mesin
diantaranya adalah kesatuan bahasa internasional sebagai pengantar dan diciptakannya
bahasa symbol yang satu , seragam, dan internasional yaitu bahasa “ matematika “.
Dengan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang teknologi informasi dan
teknologi transportasi yang dicapai manusia pada unjung pertengahan kedua abad ke XX, memungkinkan
arus informasi menjadi serba cepat: apa dan oleh siapa dari seluruh muka bumi (bahkan sebagian jagat
raya) - menembus ke seluruh lapisan masyarakat dengan bebas tanpa membedakan siapa dia si penerima.
Tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang
dapat menghambat bertukar pikiran. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengaruh perkembangan
IPTEK terhadap beberapa pola kemasyarakatan.
Link random .