Professional Documents
Culture Documents
Panduan Fasilitator
Orientasi Multipihak
Perencanaan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
dengan Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Tim Kabupaten/Kota
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI
306.874 3
Ind Indonesia. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal
d Bina Kesehatan Masyarakat.
DTPS-KIBBLA: Perencanaan Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir dan Anak dengan Pemecahan Masalah melalui
Pendekatan Tim Kabupaten/Kota.– Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2008.
Buku 1 - Pedoman Proses Perencanaan
Buku 2 - Panduan Fasilitator Orientasi Multipihak
Buku 3 - Panduan Fasilitator Proses Perencanaan
Buku 4 - Referensi Advokasi Anggaran dan Kebijakan
Buku 5 - Panduan Fasilitator Advokasi Anggaran dan Kebijakan
Perencanaan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak dengan Pemecahan
Masalah melalui Pendekatan Tim Kabupaten/Kota
ISBN 978-979-9254-19-1
Editor
Dr. Sri Hermiyanti, M. Sc
Dr. Lukman H.L., MBA
Dr. Muh. Ilhamy, Sp.OG
Doni A. Baruno
Benito Lopulalan
Dicky Lopulalan
Dyah Indrapati Maro
Kontributor
Dr. Reginald Gipson, MPH
Dr. Anhari Achadi, MPH SCD
Laurel MacLaren
Dr. Broto Wasisto, MPH
Dr. Budi Utomo, MPH
Dr. Astrid Sulistomo
Dr. Setyawati Budiningsih
Dr. Lukas C. Hermawan, M.Kes
Dr. Imran Pambudi
Dr. J. Prastowo N., MHA
Dr. Christina Manurung
Adriati Adnan, SKM
Drg. Wara Pertiwi, MA
Dr. Kirana Pritasari MQIH
Dr. Erna Mulati, M.Sc
Dr. Bagus Satria Budi, M.Kes
Dr. Nida Rohmawati
Dra. Fatimah Umar, Apt
Dra. Sri Kusminarti
Susri Rahayu, SKM
Bambang Wahyudianto, SSos
Khairul Abidin, SKM, M.Kes
Rusdin Pinem, SKM, MSi
Ridesman, SH, M.Kes
Dr. Naomi Yosiati
Yusuf R. Romli, SKM, M.Epid
Dr. Andah S
Dr. Reniati
Dr. M. Syah Sinar Rambey, M.Kes, DAN, AAK
Drg. Titien Irawati, M.Kes
Bambang Harianto, SKM, MSc
Dr. Frankie Hartanto
Dr. Witasari
Dr. Lies Zakaria
Dr. Wihardi Triman
Noor Alam Wirasendjaja, MBA, MSc
Funding and technical support for the development and printing of this material was provided by the United States
Agency for International Development (USAID) through its Health Services Program, Cooperative Agreement
No.497-A-00-05-00031-00.
This publication is made possible in part by the generous support of the American people through USAID. The
contents are the responsibility of the Republic of Indonesia Ministry of Health and do not necessarily reflect the
views of USAID of the United States Government.
iv – DTPS-KIBBLA
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Kata Sambutan
Sesuai dengan Strategi utama dan salah satu program prioritas Departemen
Kesehatan dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu, Bayi, dan Balita di
Indonesia perlu dilakukan upaya terfokus berdasarkan perencanaan yang berbasis
data melalui proses yang sistematis dan partisipatif.
Berbagai kajian menunjukkan bahwa Indonesia perlu memberikan prioritas utama
pada upaya peningkatan Kesehatan untuk Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak balita
(KIBBLA), karena angka kesakitan dan angka kematian kelompok umur penduduk
tersebut masih tinggi. Kematian dan kesakitan pada ibu, bayi baru lahir dan anak
balita sebenarnya dapat dicegah dan ditangani sedini mungkin.
Sesuai dengan nuansa desentralisasi di mana kewenangan untuk melaksanakan
program kesehatan telah diserahkan kepada daerah, maka pengelola program
diharapkan dapat menjawab tantangan dan mampu menerima tanggung jawab
dalam penyelenggaraan program KIBBLA dengan memanfaatkan potensi lokal
yang tersedia. Oleh karena itu, perlu diselenggarakan suatu perencanaan
program KIBBLA oleh para pemangku kepentingan di daerah berupa Lokakarya
Perencanaan oleh Tim Kabupaten/Kota (District Team Problem Solving/DTPS) yang
dapat menjangkau seluruh kelompok sasaran, melalui suatu proses perencanaan
tahunan yang partisipatif, sistematis dan berkesinambungan sesuai dengan
peraturan dan perundangan yang berlaku.
Saya menyambut baik diterbitkannya buku serial DTPS-KIBBLA, yang diharapkan
dapat digunakan sebagai panduan bagi tim kabupaten/kota dalam menyusun
perencanaan program KIBBLA.
Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan buku serial DTPS-KIBBLA melalui proses yang sistematis dan
partisipatif.
ii – DTPS-KIBBLA
Kata Pengantar
Direktur Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan ridho-Nya buku serial
DTPS-KIBBLA (District Team Problem Solving–Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan
Anak balita) ini berhasil disusun dengan baik.
Buku serial DTPS-KIBBLA terdiri dari 5 buku yaitu: 1) Pedoman Proses
Perencanaan, 2) Panduan Fasilitator Orientasi Multipihak 3) Panduan Fasilitator
Proses Perencanaan, 4)Referensi Advokasi Anggaran dan Kebijakan, 5) Panduan
Fasilitator Advokasi Anggaran dan Kebijakan.
Saya menyambut baik diterbitkannya buku Panduan Fasilitator Orientasi Multipihak
bagi pengelola program KIBBLA di propinsi dan kabupaten/kota, yang dimaksudkan
untuk meningkatkan pemahaman pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan
di tingkat propinsi dan kabupaten/kota tentang masalah dan strategi program
KIBBLA serta proses perencanaan lokakarya DTPS-KIBBLA.
Buku ini merupakan bagian awal dari buku Panduan Fasilitator Proses
Perencanaan DTPS-KIBBLA, yang menguraikan secara sistematis proses serta
tahapan penyelenggaraan orientasi DTPS-KIBBLA sejak persiapan, pembukaan,
membangun visi, membangun jejaring, pembentukan tim perencana dan tim
advokasi kabupaten/kota sampai pada proses penutupan.
Buku Panduan Fasilitator Orientasi Multipihak ini disusun bersama, dengan
melibatkan Direktorat terkait di Departemen Kesehatan, bekerjasama dengan
Health Service Program (HSP/USAID) dengan bantuan dari Penala Hati dan IKK
FKUI. Proses uji coba dan revisi draft buku dilakukan dengan melibatkan staf dinas
kesehatan dari 6 propinsi dan 31 kabupaten/kota.
Dr. Budihardja DTM&H, MPH
iv – DTPS-KIBBLA
Daftar Isi
Hal
Bab I
PENDAHULUAN 1
I.1. Latar Belakang 1
I.2. Tujuan 2
Bab II
PENYELENGGARAAN ORIENTASI DTPS-KIBBLA 5
II.1. Persiapan 5
II.2. Fasilitas dan Sarana 6
Bab III
FASILITASI PROSES ORIENTASI 11
III.1. Kriteria Fasilitator 11
III.2. Karakteristik Fasilitator 12
III.3. Keterampilan Dasar Fasilitator 12
III.4. Tugas Fasilitator 14
Bab IV
PELAKSANAAN ORIENTASI 15
Bab V
PENUTUP 47
Sejak lama telah disadari, baik di Indonesia, maupun di belahan dunia lain, bahwa
kesehatan merupakan persoalan yang bersifat lintas sektoral (selain lintas wilayah).
Peningkatan derajat KIA, misalnya, bisa didekati melalui pemberdayaan ekonomi,
yang mungkin saja ditangani oleh Dinas Koperasi dan UKM atau dengan melibatkan
pula Dinas Pertanian. Secara konseptual dan praksis, pendekatan DTPS-KIBBLA
menyadari pula bahwa berbagai pihak di tingkat kabupaten/kota dapat proaktif
berperan dalam usaha-usaha memelihara dan memperbaiki status kesehatan ibu,
bayi baru lahir, bayi dan anak balita. Tidak saja petugas Dinas kesehatan dari
program KIA, Imunisasi, Gizi, Farmasi, serta Rumah sakit, tetapi juga eksponen
dari sektor lain seperti BKKBN, PMI, serta Bappeda dan kalangan parlemen (DPRD),
bahkan kalangan masyarakat sipil seperti organisasi profesi, LSM, dan Media.
Orientasi merupakan tahap awal dari proses perencanaan dan advokasi DTPS-
KIBBLA, untuk memberikan pemahaman Grand Strategy nasional dan strategi DTPS-
KIBBLA secara khusus. Proses Orientasi dalam DTPS-KIBBLA merupakan tahap
awal proses perencanaan multipihak di tingkat Kabupaten, untuk memberikan
penjelasan serta wawasan kepada pihak-pihak pemangku kepentingan dan
pengambil keputusan, tentang masalah KIBBLA dan bagaimana proses DTPS dapat
memberikan solusi efektif bagi KIBBLA. Melalui keterlibatan dalam tahap orientasi
ini, diharapkan tim DTPS-KIBBLA dan para pelaku advokasi kabupaten (advokator
Pada Tahap orientasi diperlukan fasilitator yang dapat memotivasi berbagai pihak di
kabupaten/kota untuk membuka diri terhadap pentingnya membangun kolaborasi
dalam pemecahan masalah kesehatan, khususnya Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir,
dan Anak balita.
Buku ini memberikan penjelasan mulai dari penentuan siapa yag hendak diundang,
persiapan orientasi, teknik melakukan fasilitasi, langkah setiap tahapan/sesi
dan tindak lanjut pasca orientasi. Walaupun memberikan wawasan secara detil,
panduan ini hanya memberikan garis besar fasilitasi yang perlu dilakukan, fasilitator
diharapkan mampu mengembangkan sendiri ketrampilan fasilitasi sesuai dengan
kebutuhan kelompok. Sebagai acuan, fasilitator dapat melihat ‘Acuan Fasilitator
Perencanaan DTPS-KIBBLA’ yang dilampirkan sebagai CD pada buku Pedoman
Proses Perencanaan ini DTPS-KIBBLA.
I.2. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
2 – DTPS-KIBBLA
3. Membuat setiap anggota tim nyaman untuk mengemukakan pendapat.
4. Menjaga agar tidak ada anggota tim yang mendominasi proses.
5. Memandu kelompok dalam menyelesaikan tugas, tanpa menggurui.
6. Mengingatkan tim untuk memperhatikan waktu yang tersedia.
7. Memberikan informasi/rujukan yang dibutuhkan tim KIBBLA kabupaten/kota.
Luaran
Perlu diperhatikan bahwa acara orientasi ini diselenggarakan sebagai bagian awal
dari proses perencanaan dan advokasi DTPS-KIBBLA. Fasilitator bukanlah penyelenggara
Orientasi. Proses Orientasi diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi
setempat dengan/tanpa bantuan dari pusat/institusi lain. Ketika penyelenggara
Orientasi DTPS-KIBBLA meminta kesediaan fasilitator untuk memfasilitasi proses
orientasi perencanaan tersebut, maka fasilitator harus berkoordinasi dengan pihak
penyelenggara untuk memastikan bahwa semua kebutuhan untuk penyelenggaraan
lokakarya akan tersedia dan sesuai dengan standar. Apabila lebih dari satu fasilitator
yang diminta oleh penyelenggara, maka segera tentukan siapa koordinator fasilitator.
Koordinasi dengan penyelenggara dilakukan untuk mempersiapkan penyelenggaraan
lokakarya agar berjalan lancar dan memenuhi tujuannya.
II.1. Persiapan
Pada tahap ini fasilitator perlu mempelajari Pedoman Proses Perencanaan dan Pedoman
Advokasi. Semua pihak yang terlibat dalam proses orientasi harus benar-benar
menyiapkan diri: penyelenggara, peserta, dan fasilitator. Ketiganya harus paham
benar tujuan orientasi. Jika semuanya siap, maka efektivitas pembelajaran pun
akan makin efektif.
Khusus fasilitator, perlu memahami empat hal berikut secara lebih seksama:
1. Tujuan proses orientasi diselenggarakan.
2. Peserta orientasi.
3. Lingkungan orientasi.
4. Faktor pendukung orientasi.
Dengan memahami empat hal itu, fasilitator harus menyusun Rancangan Sesi
Lokakarya Orientasi yang mencakup aspek:
1. Siapa saja yang akan diundang?
2. Materi apa saja yang akan disajikan?
3. Apa tujuan pembelajaran dari kegiatan ini?
4. Bagaimana alur proses?
5. Metoda apa yang akan digunakan?
6. Siapa fasilitator dan nara sumbernya?
6 – DTPS-KIBBLA
Pertimbangan Penyelenggaraan
Kesuksesan proses Orientasi sebagai proses awal DTPS, akan mempermudah
proses selanjutnya. Penyelenggara lokakarya perlu melakukan persiapan dengan
sebaik-baiknya dan melakukan koordinasi untuk menetapkan beberapa hal:
1. Peserta yang akan diundang.
2. Waktu, tempat, dan undangan.
3. Materi presentasi yang berkaitan dengan Proses DTPS-KIBBLA, termasuk Pengantar
tentang Advokasi dan ’Membangun Jejaring’.
4. Jadwal acara, dan presentasi masing-masing materi.
5. Hasil dari pengumpulan data, baik dari laporan rutin program atau dari pengisian.
6. Formulir pengumpulan data DTPS-KIBBLA (Form 1-7 yang juga dilampirkan pada
CD).
Peserta Orientasi berasal dari peserta dari tingkat provinsi dan peserta dari tingkat
kabupaten/kota, dengan fasilitator propinsi dan atau advokator dari kabupaten.
Peserta terdiri dari petugas kesehatan dan aparat instansi terkait serta perwakilan
masyarakat sipil (LSM) yang akan terlibat dalam proses perencanaan multipihak.
Jumlah Peserta
Jumlah peserta yang diundang adalah 45 orang namun perlu disesuaikan dengan
kebutuhan daerah.
8 – DTPS-KIBBLA
Proses Komunikasi dalam Rangka Mengundang Peserta
Pihak pengundang atau penyeleggara sebaiknya memperhatikan hal berikut:
12 – DTPS-KIBBLA
d. Memberikan penekanan pada pesan esensial/kritis.
e. Menggunakan suara dan intonasi yang jelas.
f. Menggunakan alat bantu audio-visual yang efektif.
14 – DTPS-KIBBLA
BAB IV
PELAKSANAAN ORIENTASI
Persiapan Akhir
Mempersiapkan Ruang
PENGATURAN KURSI dan MEJA disesuaikan dengan jumlah peserta yang ada. Teknik
pengaturan kursi dapat dipilih dengan memperhitungkan jumlah kabupaten yang
ikut serta dalam lokakarya, karena akan ada diskusi-diskusi yang intensif dalam
kabupaten maka pembagian “wilayah kabupaten” perlu diperhitungkan agar tidak
terjadi kegamangan dalam sirkulasi orang saat acara berlangsung.
16 – DTPS-KIBBLA
Rapat Fasilitator
Penyiapan Session-Plan
Orientasi hanya berlangsung satu hari, maka penting sekali merencanakan ‘irama
pelaksanaan’. Bila rapat-rapat sebelumnya belum mengatur perhitungan detil setiap
acara, maka kini saatnya. Gambaran terencana dan detil tentang bagaimana harus
berbuat akan memperkuat rasa percaya dan keyakinan fasilitator. Kepercayaan
diri fasilitator meningkatkan rasa percaya peserta terhadap profesionalitas
penyelenggara. Hal-hal yang bisa direncanakan penting untuk dibahas detil,
sehingga hal-hal darurat yang datang mendadak lebih bisa ditanggulangi. Rapat
diadakan sehari menjelang penyelenggaraan.
Rapat Membutuhkan:
1. Seorang pemimpin rapat yang dapat pula berfungsi sebagai ’koordinator’ atau
’pengatur irama’ fasilitasi dalam lokakarya esok.
2. Seorang pengundang yang mengundang semua peserta.
3. Notulis.
4. Kehadiran semua fasilitator yang siap berkomitmen.
5. Lembar daftar hadir.
6. Buku panduan dan buku pedoman.
7. Flipchart.
8. Spidol marker.
9. Alat tulis.
Persiapan Rapat:
1. Agenda Rapat.
2. Pemberitahuan Waktu dan Tempat kepada semua yang diharapkan hadir.
3. Penyiapan tempat (sebaiknya di lokasi yang sama dengan pelaksanaan acara
lokakarya).
4. Checking jumlah dan ketersediaan peralatan (metacard, sticky-note, dan lain-
lain).
Aktivitas Rapat:
1. Rapat dibuka dengan toss fasilitator untuk penyemangat, setiap yang hadir
saling menepuk tangan.
2. Memeriksa kembali jumlah peserta lokakarya yang akan hadir. Dituliskan di
flipchart.
3. Para fasilitator, satu demi satu, ditanya kembali komitmennya, apakah dapat
sepanjang hari di tempat, ataukah hanya bisa bertugas setengah hari, dari jam
berapa hingga jam berapa. Kesediaan dan waktu dituliskan di flipchart.
4. Hasil checking peralatan dilaporkan, hingga semua tahu berapa yang
tersedia. Bila ternyata karena satu dan lain hal jumlahnya kurang, maka dapat
Agenda Orientasi
DTPS-KIBBLA
WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
08.30 - 08.30 PENDAFTARAN PESERTA Panitia
PEMBUKAAN
Dinkes Provinsi,
Tujuan
dan/atau
08.30 - 10.00 Perkenalan
kabupaten/kota
Norma
Fasilitator
Envisioning
10.00 - 10.15 Rehat Sehat
STANDARISASI INPUT
• Masalah KIBBLA Multipihak
Narasumber
• Strategi Kesehatan Nasional (MPS dan Anak)
• Gambaran Anggaran Kesehatan dan KIBBLA
• Advokasi Membangun Jejaring
10.15 - 12.30
PENJELASAN LOKAKARYA DTPS-KIBBLA
IDENTIFIKASI STAKEHOLDER
Fasilitator
PEMBENTUKAN TIM DTPS-KIBBLA
(Tim DTPS dan Calon advokator kabupaten)
12.30 - 13.30 ISHOMA
ANALISIS DATA Fasilitator
13.30 - 15.00
PENJELASAN PENGISIAN TABEL Narasumber
15.00 - 15.30 Rehat
Lanjutan
15.30 - 17.00
PENUTUP
18 – DTPS-KIBBLA
Penyambutan dan Pendaftaran Peserta
Sejak pendaftaran akan dimulai dan para peserta berdatangan di lokasi
penyelenggaraan, berbagai kelengkapan yang terkait pendaftaran, termasuk
dokumen yang diperlukan, penting untuk diperiksa kembali.
1. Apakah semua formulir lengkap, dan apakah jumlahnya sesuai dengan undangan
yang akan datang.
2. Checklist mengenai kelengkapan yang harus dibawa peserta juga penting.
Apakah peserta membawa surat tugas atau undangan yang dibutuhkan sebagai
kelengkapan administrasi?
3. Apakah data pendukung atau makalah yang penting untuk pembicaraan dalam
sesi lokakarya sudah dibawa peserta? Bila ada data penting yang tertinggal,
panitia dapat memberikan nomor fax dari hotel tempat penyelenggaraan, atau
alamat email yang dapat dihubungi.
Yang Diperlukan:
Persiapan:
Kertas penyambut dilekatkan pada bunga. Bunga diletakkan pada jambangan yang
kemudian ditaruh di meja resepsionis. Memberikan informasi kepada resepsionis
untuk memberikan satu kuntum pada setiap tamu yang check-in sebagai peserta
lokakarya.
Aktivitas:
1. Persis ketika datang ke meja resepsionis, para peserta yang baru turun dari
kendaraannya diberi sekuntum bunga.
2. Para peserta dipersilakan membaca kertas informasi yang tertulis pada setiap
kuntum bunga.
3. Peserta diminta membawa bunga tersebut, yang akan menjadi penanda peserta
sebelum acara dibuka. Penanda ini diharap akan membuat para peserta mulai
saling berkenalan.
Seperti sudah diungkapkan, bunga bukanlah satu-satunya pilihan, ada banyak cara
lain yang bisa digunakan secara kreatif dan bisa diperoleh dengan harga murah.
Yang penting adalah bahwa Welcome Item diharapkan dapat menyentuh rasa dari
setiap peserta dan membuat mereka mulai menggulirkan perkenalan satu dengan
yang lain. Percayalah, hal ini juga akan berfungsi untuk meningkatkan rasa ingin
tahu peserta terhadap lokakarya yang akan berlangsung.
20 – DTPS-KIBBLA
Sesi Pembukaan Orientasi
Pembangun Suasana dan Pemahaman Awal
Sesi pembukaan berfungsi sebagai pintu pengkondisian suasana pertemuan
orientasi. Inilah saat untuk membangun kehangatan antar peserta, serta kehangatan
antara peserta dengan fasilitator. Inilah saat tepat untuk mulai mengakrabkan
berbagai pihak yang terlibat dan diundang, terhadap issue KIBBLA.
Tujuan Umum:
Marilah Menyadari:
1. Walaupun para peserta berasal dari kantor yang sama atau wilayah kerja
yang sama, tidak ada jaminan bahwa mereka saling mengenal dengan akrab
satu sama lain. Menghilangkan keraguan untuk lebih akrab mengenal harus
diusahakan sejak awal.
2. Peserta dalam pertemuan multipihak berasal dari berbagai kalangan, maka
kehangatan perlu dibangun untuk membuat para eksponen mengakrabi
pertemuan.
3. Penjelasan mengenai problema yang terkait dengan DTPS-KIBBLA, dimulai
sejak saat pembukaan agar para peserta/undangan perlu merasa terlibat dalam
pembenahan DTPS-KIBBLA.
Yang Diperlukan:
Persiapan:
Aktivitas:
22 – DTPS-KIBBLA
3. Pidato pembukaan sebaiknya menguraikan problema Kesehatan Ibu, Bayi Baru
Lahir dan Anak Balita; serta mengungkapkan kebutuhan untuk berjuang bersama
secara multisektoral atau multipihak. Penting untuk dijelaskan bahwa orientasi
diselenggarakan sebagai bagian penting dari perencanaan dan advokasi.
4. Segera pidato pembukaan selesai, yang bersangkutan membuka acara secara
resmi. Balon dan tusuk gigi yang dipegang oleh salah satu asisten diberikan
kepada Pejabat Pembuka Acara. Balon ditusuk dengan tusuk gigi, dan begitu
meletus diikuti oleh dua letusan balon dan suara drum roll dari pengeras suara.
MC mengajak seluruh ruangan bertepuk tangan.
Yang Diperlukan:
Persiapan:
1. Semua fasilitator yang akan bertugas bersiap di ruangan dan telah menuliskan
nama masing-masing di label nama yang dipegang, belum ditempelkan.
2. Alat tulis (spidol) dan label tempel dibagikan ke setiap meja peserta.
Aktivitas:
24 – DTPS-KIBBLA
Contoh (bisa diganti yang lain)
Salam Magis
SERUAN JAWABAN
Selamat Pagi Luar biasa
Selamat Siang Segar ah ah
Selamat Sore Gak ada matinya
Perencanaan! Berjuang untuk KIBBLA
Advokasi Berjuang untuk KIBBLA
DTPS-KIBBLA Pelopor, pengawal perubahan
Yang Diperlukan:
Persiapan:
Metacard berwarna, diletakkan di atas meja terpisah. Pilihan warna dari peserta
akan menjadi sarana pembagian kelompok.
Aktivitas:
1. Ajaklah peserta memandang keluar ruangan untuk menemukan apa saja yang
ada di halaman sekitar ruang pertemuan. Minta peserta untuk memilih satu hal
yang paling menarik perhatiannya.
2. Minta peserta menggambar ulang hal yang menarik perhatiannya, dan bisa
mewakili pengalaman terindah dalam dunia kerja yang pernah dialaminya.
Gambar pada kertas metacard yang diletakkan di atas meja. (ada lima warna
berbeda)
3. Minta peserta bergerak mencari teman yang memiliki metacard berwarna
sama.
4. Persilakan setiap kelompok yang tercipta dari warna kertas diminta untuk duduk
di meja yang sama. Berikan tugas kepada kelompok, yakni:
a. Masing-masing peserta menceritakan kekuatan dirinya dikaitkan dengan
gambar yang telah dibuatnya.
b. Kelompok membuat satu gambar utuh hasil rangkaian gambar-gambar yang
dibuat anggota kelompok. Kelompok menciptakan kalimat slogan indah yang
menggambarkan kekuatan kelompok.
c. Setiap kelompok diminta presentasi dengan cara semenarik mungkin.
Framing:
Dalam menghadapi AKI, AKA, AKABA, atau menghadapi masalah yang berat kita
sering lupa bahwa kita memiliki kekuatan. Melalui perkenalan ini kita tahu bahwa
kita punya pengalaman luar biasa, dan hal itu bisa menjadi sumber kekuatan dalam
menghadapi berbagai masalah berat. Lebih dari itu, kekuatan itu bisa dipadukan
bersama menjadi suatu yang indah.
26 – DTPS-KIBBLA
Sesi Pembukaan Orientasi
Tahap III: Memahami Tujuan
Yang Diperlukan:
Persiapan:
Aktivitas:
Framing:
Pangkal dari alur adalah kesediaan untuk bekerja sama, yang selama proses
masing-masing akan mengetahui kekuatan dan bagaimana implementasinya.
28 – DTPS-KIBBLA
Norma Pertemuan
Untuk memberikan peserta pemahaman tentang tujuan lokakarya. Untuk
membangun nuansa keterbukaan dan rasa saling menghargai selama lokakarya.
Yang Diperlukan:
Persiapan:
Aktivitas:
Yang Diperlukan:
Persiapan:
Aktivitas:
30 – DTPS-KIBBLA
9. Fasilitator kemudian membacakan harapan dan kekhawatiran yang sudah
ditempelkan, lalu menanyakan pada para peserta perasaan mereka setelah
menempelkan kertas.
10. Setelah Framing, Fasilitator menyerahkan tugas pada fasilitator selanjutnya.
Framing:
Yang Diperlukan:
Persiapan:
Aktivitas:
Framing:
Dalam menghadapi AKI, AKB, AKABA, atau menghadapi masalah yang berat kita
sering lupa bahwa kita memiliki kekuatan yakni energi kekompakan di daerah masing-
masing. Kita telah tahu bahwa kita punya kekuatan serta kekompakan. Melalui proses
pembuatan poster/bendera, kita diajak menyadari bahwa kita memiliki kreativitas
untuk menjadikan kekuatan itu menghasilkan sesuatu yang bermutu. Kekuatan itu
bisa dipadukan bersama menjadi suatu yang indah, melalui kreativitas.
32 – DTPS-KIBBLA
Standarisasi Input
Talk Show DTPS di Studio KIBBLA
Acara ini akan membantu peserta memahami permasalahan KIBBLA baik di tingkat
Nasional atau Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Peserta dibantu untuk memahami
Grand Strategy Departemen Kesehatan untuk mencapai target “Millenium
Development Goals (MDGs)” serta tentang Strategy MPS (Making Pregnancy Safer),
tentang Membangun Jaringan serta mendapat penjelasan tentang tujuan dan
tahapan DTPS-KIBBLA.
Yang Diperlukan:
Persiapan:
Marilah mengingat:
Framing:
34 – DTPS-KIBBLA
Probing
Kegunaan Probing:
1. Mengeluarkan orang dari situasi sulit
2. Mengklarifikasi pertanyaan, input dan atau opini
3. Menciptakan dialog agar peserta bicara lebih banyak
4. Menyelesaikan masalah
Probing dapat membantu kelompok belajar untuk mencari akar masalah, membantu
orang lain memahami permasalahan lebih jauh dan mendorong peserta berpikir
lebih dalam.
Yang Diperlukan:
Persiapan:
36 – DTPS-KIBBLA
No. Pertanyaan/Tugas
1 Gambarkan peran institusi/unit kerja anda dalam KIBBLA, tuliskan pada metacard.
2 Untuk mendukung peran anda, institusi/unit kerja apa saja yang berkaitan
langsung? Tuliskan pada metacard anda.
3 Bila anda menempatkan institusi/unit kerja anda pada peta KIBBLA, apakah
anda termasuk kelompok pelaksana langsung (kp), pendukung langsung (pl),
ataukah pendukung strategis (ps)? Silakan berdiskusi dalam kelompok.
4 Bekerjasamalah dengan kelompok anda untuk membuat sebuah peta keterkaitan
institusi/unit kerja dengan isu KIBBLA (AKI, AKB, AKABA) beri label warna untuk
masing-masing kp,pl dan ps.
5 Bekerjasamalah dengan kelompok anda untuk melihat peran-peran apa saja
yang penting dalam advokasi KIBBLA dan apa saja tanggung jawab dari para
pemeran yang tergabung dalam jejaring untuk melakukan kegiatan advokasi
tapi belum dicantumkan pada peta KIBBLA.
6 Mulailah mengidentifikasi siapa-siapa dalam kelompok anda yang nantinya akan
menjadi anggota Tim Advokasi KIBBLA baik dari Dinas Kesehatan maupun dari
kalangan masyarakat sipil.
1. Mintalah masing-masing orang untuk menuliskan peran institusi atau unit kerja
masing-masing di atas metacard (lihat pertanyaan/tugas dalam tabel di atas).
2. Lanjutkanlah hingga tugas/pertanyaan pada tabel dapat diselesaikan.
3. Bagikan kartu ke kelompok dan minta mereka menggambar simbol AKI, AKB,
AKABA.
4. Petakan pihak mana saja yang memiliki pengaruh pada AKI, AKB, AKABA.
5. Minta kelompok untuk memetakan institusi dan pihak-pihak yang berperan dan
berpotensi untuk menurunkan AKI, AKB, AKABA. Dengan kartu-kartu yang telah
dibuat minta kelompok melengkapi gambar sistem kesehatan.
6. Agar dapat dipahami, kelompok perlu memberi keterangan pada peta mengenai
peran masing-masing pihak.
7. Persilakan kelompok untuk mempresentasikan gambar mereka.
8. Bandingkanlah hasil dari kelompok-kelompok yang berasal dari satu
kabupaten.
9. Diskusikan perbedaan yang ada. Apakah ada institusi yang dianggap ps oleh
satu kelompok dan pl oleh kelompok lain.
Framing
Apalagi dalam masa otonomi daerah seperti sekarang ini, kesediaan untuk berperan
akan menentukan aturan-aturan yang akan dibuat.
38 – DTPS-KIBBLA
Pembentukan Tim Perencana
Komitmen Kongkrit
Para peserta telah secara mandiri melakukan identifikasi stakeholder dan mendaftar
peran dan tanggung jawab masing-masing. Kini saatnya membangun komitmen
konkrit dalam pembentukan Tim Perencana yang akan bekerjasama dengan Tim
Advokasi untuk mendapatkan dukungan politis dari para pemangku kepentingan
di kabupaten/kota.
Yang Diperlukan:
Persiapan:
1. Membuat pertanyaan untuk peserta agar mengambil peran dalam pembentukan
tim DTPS-KIBBLA sesuai institusi atau unit kerja asal masing-masing. Pertanyaan:
Peta pemecahan masalah KIBBLA telah dilakukan. Bagaimanakah komposisi
ideal tim DTPS-KIBBLA menurut kabupaten anda? Berapakah kp, ps dan pl
dalam tim yang beranggota maksimum 12 orang tersebut?
2. Menyediakan tempat untuk display peta masalah agar dapat dilihat oleh semua
anggota kelompok kabupaten/kota.
Marilah Mengingat
Sesi ini sangat penting, fasilitator harus mampu mendorong agar peserta
memberikan kontribusi terbaiknya dan tidak sekadar mengungkapkan komitmen
asal-asalan saja. Sentuh perasaan mereka dengan menyatakan bahwa tim DTPS-
KIBBLA baik yang akan menjadi tim perencana maupun yang akan menjadi tim
advokasi adalah penyelamat jiwa bayi dan ibu hamil serta Balita!
Framing
Mengapresiasi tim yang telah terbentuk dan memberikan semangat, bahwa apa
yang dilakukan para pemangku kepentingan ini sesuatu yang sangat penting untuk
kemajuan bangsa. Sejarah akan mencatat orang-orang yang mau berkontribusi.
Ini sebuah peluang bagi para pemangku kepentingan menjadi pelopor perubahan
dengan cara memberikan dukungan pada proses implementasi Perencanaan
DTPS-KIBBLA dan diteruskan oleh tim advokasi. Selain itu bisa ditambahkan
bahwa kerjasama mutipihak dan saling mendukung antar daerah yang telah terjadi
melalui proses penyerbukan dapat menjadi proses yang berguna. Apa yang terjadi
di satu daerah dapat menjadi pelajaran bagi daerah lain.
Dapat pula dijelaskan bahwa proses selanjutnya akan difokuskan pada pemberian
bekal bagi Tim Perencana DTPS-KIBBLA Kabupaten/Kota yang telah terbentuk.
Ini berkaitan dengan persoalan-persoalan teknis, seperti data-data dan cara-cara
pengisian tabel. Peserta yang tidak tergabung sebagai anggota Tim Perencana
dapat meninggalkan pertemuan, namun bila berkenan mereka dapat pula tetap
mengikuti acara sampai selesai.
40 – DTPS-KIBBLA
Ice Breaker
Kitu Kiye Bleh
Untuk membangkitkan energi peserta dan membantu mereka saling nyaman satu
sama lain.
Yang Diperlukan:
Persiapan:
Tak ada
Aktivitas:
Yang Diperlukan:
Persiapan:
42 – DTPS-KIBBLA
Rencana Tindak Lanjut
Untuk menjamin kelancaran komunikasi perlu dibahas dan didiskusikan tentang
Rencana Tindak Lanjut, baik untuk tim perencana maupun tim advokasi, misalnya
menyusun rencana untuk Lokakarya Perencanaan DTPS-KIBBLA dan Lokakarya
Advokasi KIBBLA.
Tim Perencana dan Tim Advokasi secara bersama-sama akan bertanggung jawab
dalam melakukan pengawalan serta melakukan upaya-upaya lanjutan advokasi.
Tim Perencana bertanggung jawab dalam melakukan advokasi internal Dinas
Kesehatan sedangkan Tim Advokasi akan melakukan upaya-upaya advokasi
eksternal kepada legislatif dan eksekutif.
Yang Diperlukan:
Persiapan:
Aktivitas:
Yang Diperlukan:
Persiapan:
1. Persilakan para peserta untuk duduk pada tempat masing-masing.
2. MC siap di depan para peserta dengan mikrofon.
3. Satu fasilitator membawa masing-masing satu balon dan sembilan sisanya
dibawa peserta, masing-masing memegang satu tusuk gigi.
Aktivitas:
44 – DTPS-KIBBLA
Evaluasi
Evaluasi mengisi sesi terakhir sebuah lokakarya untuk mengetahui sejauh mana
harapan peserta telah tercapai. Evaluasi dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Framing
Framing dalam pengakhiran sebuah lokakarya bukan sekedar menyajikan sebuah
kesimpulan akhir; melainkan sebuah reinforcement untuk penyampaian pesan.
Framing mirip sebuah ‘paraphrasing’ seluruh proses orientasi ditambah dengan
penegasan tentang ‘moral pelatihan’ apa yang harus diperhatikan oleh peserta.
Kata kunci dalam setiap lokakarya perlu dikemukakan kembali sebelum penutupan
secara resmi. Misalnya:
Framing juga perlu mendorong langkah kreatif fasilitator dan berbagai pihak
lainnya agar mereka mampu merancang proses komunikasi dengan pemerintah
kabupaten/kota, propinsi, pusat, dan korporat. Fasilitator harus menyadarkan
berbagai pihak bahwa langkah-langkah strategik yang berhasil mereka bangun
itu bukan hanya bisa ‘dijual’ kepada pemerintah kabupaten/kota, melainkan bisa
ditawarkan juga kepada pemerintah propinsi, pusat, dan korporat.
Evaluasi Reflektif
Evaluasi juga dapat dipandu dengan lebih dari satu pertanyaan, yang diungkapkan
satu per satu secara bergiliran. Evaluasi bentuk lain, dapat dilakukan juga dengan
metoda fish bowl, atau dengan menggunakan tabel evaluasi reflektif.
Tabel telah disiapkan pada sebuah papan flipchart atau ditempelkan di dinding.
Tiap peserta menempelkan post-it pada kolom yang tersedia sesuai dengan pilihan
mereka.
46 – DTPS-KIBBLA
BAB V
PENUTUP
Buku Panduan Orientasi Multipihak ini merupakan Buku 2 dari seri buku DTPS-
KIBBLA, dimana dengan penggunaan buku ini diharapkan para pemangku
kepentingan dan pengambil kebijakan memahami masalah kesehatan Ibu Bayi
Baru Lahir dan Anak balita di wilayah kerja masing masing sehingga dapat terlibat
langsung dalam proses penyelenggaraan lokakarya DTPS-KIBBLA selanjutnya
yaitu Lokakarya Perencanaan KIBBLA serta Lokakarya Advokasi Anggaran dan
Kebijakan.
Buku ini merupakan panduan awal untuk fasilitator DTPS-KIBBLA, yang dilanjutkan
dengan penggunaan Buku seri lanjutan yaitu Panduan Fasilitator Proses Perencanaan
(Buku 3) dan Panduan Fasilitator Advokasi Anggaran dan Kebijakan (Buku 5),
melalui proses lokakarya masing-masing.