Professional Documents
Culture Documents
MODUL PELATIHAN
2
Bab 1
Pendahuluan
Evaluasi sistem AKIP (Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) merupakan salah
satu hal yang seyogianya dilaksanakan dalam mengevaluasi LAKIP. Langkah awal
dalam mengevaluasi LAKIP ini untuk mengetahui dan meyakinkan bahwa instansi
pemerintah telah menerapakan sistem manajemen kinerja dan pengendalian
mutunya dengan baik. Evaluasi ini diperlukan dengan mengasumsikan bahwa jika
sistem-nya baik akan dapat mewujudkan hasil yang baik.
Aksioma tersebut di atas tidaklah selalu benar adanya secara empiris. Namun
secara normatif jika kita ingin memperbaiki hasil tentulah harus diperbaiki proses
atau sistem yang menghasilkan output/outcome tertentu yang kita rencanakan.
Dalam manufakturing misalnya, proses yang baik dan efisien akan dapat
menghasilkan output barang atau jasa yang baik pula. Analog dengan sistem yang
dipakai dalam proses produksi pada perusahaan manufaktur itulah maka riviu atau
penelahaan sistem dan proses produksi barang dan jasa pada instansi pemerintah
dalam menghasilkan layanan kepada masyarakat akan lebih baik jika prosesnya
baik.
Terlepas dari berhasil tidaknya memperoleh output atau hasil yang baik atau tidak,
sudah selayaknya instansi pemerintah selalu memperbaiki manajemen kinerjanya
agar dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan akuntabilitasnya. Hal ini
penting, dan agaknya peningkatan kinerja tidak terlepas dari perbaikan sistem.
Walaupun kita mengetahui bahwa perbaikan sistem saja tidaklah cukup. Masih
diperlukan perbaikan-perbaikan lainnya seperti perbaikan kapasitas staf, kultur
(budaya) organisasi, kepemimpinan, struktur, dan lainnya.
Teknik yang sangat dianjurkan dalam mengevaluasi sistem AKIP ini antara lain
adalah teknik logic model atau program logic dan criteria referrenced test. Dua
teknik ini dapat dilaksanakan dalam rangka pengumpulan data guna dilakukan
3
analisis dan pemetaan apa yang sesungguhnya ada. Mengidentifikasi ”apa yang
ada” (what it is) dan kemudian membandingkannya dengan apa yang seharusnya
ada (what should be) akan dapat menuntun kita kepada simpulan apakah sistem
manajemen kinerja dan akuntabilitas kinerja atau apa yang disebut sistem AKIP
telah diterapkan secara baik.
Dalam modul pelatihan ini beberapa petunjuk yang ada di dalam buku Pedoman
Umum Evaluasi LAKIP dieksplorasi kembali dan diberikan petunjuk dan contoh-
contoh yang diperlukan dalam memahami pemakaian teknik tersebut untuk tujuan
evaluasi. Hal-hal yang sekiranya secara nyata ditemui dalam praktik dan dianggap
baik oleh instansi dapat dijadikan acuan guna memperluas praktik terbaik tersebut.
Modul pelatihan ini lebih dimaksudkan untuk memicu para evaluator dalam
melakukan evaluasi terutama dalam pengumpulan data, pemetaan dan identifikasi
masalah kesisteman, dan analisis yang dapat dituangkan dalam kertas kerja
evaluasi.
Sistematika modul ini secara sederhana ditulis dalam dua bab besar yaitu tentang
penggunaan teknik logic model atau analsis logika program dan penggunaan teknik
criteria referrenced test. Di samping itu disajikan bahan untuk latihan, contoh dan
alat-alat atau media untuk mendokumentasikan langkah-langkah analisis dan
evaluasi dalam kertas kerja evaluasi.
4
Bab 2
A. PENGERTIAN
Logika sangat bermanfaat dan sangat penting untuk meningkatkan
kemampuan manusia berpikir rasional, kritis, tepat, tertib, metodis/ sistematis dan
koheren. Logika juga dapat dipakai untuk meningkatkan kemampuan berpikir
secara abstrak, cermat, obyektif dan berfikir lebih tajam.
Analisis logika program atau analiis logika atau program logic merupakan
teori tentang hubungan sebab-akibat di antara berbagai komponen dari suatu
program : sumber daya dan kegiatan-kegiatannya, keluarannya, serta dampak
jangka pendek dan hasil jangka panjangnya. Teknik analisis dengan meneliti logika
program ini sering disebut analisis logika program atau program logic. Analisis
logika program (program logic) berguna untuk mendapatkan pemahaman dan
pencapaian kesepakatan serta untuk mengetahui secara rinci tujuan program, baik
secara mikro maupun makro.
5
pencapaian hasil akhir. Hasil antara ini membentuk suatu diagram yang disebut
hirarki hasil (hierarchy of outcomes).
Untuk tujuan evaluasi atau riset maka logika dipakai sebagai metode atau
teknik analisis. Dengan demikian maka analisis logika haruslah memperhatikan
asas-asas penalaran yang sistematis.
Program logic dibuat secara singkat dan jelas, sehingga dengan hanya melihat
alat ini, garis besar isi keseluruhan program sudah dapat diketahui. Program
logic ini dibuat pada saat program direncanakan untuk disertakan dalam
dokumen usulan program. Alat ini sebaiknya selalu diperbaiki dan diperbaharui
pada setiap perubahan yang terjadi pada suatu program guna tetap menjaga
keterkaitan sebab-akibat di antara berbagai komponen dari suatu program.
B. PROGRAM THEORY
Teori ini mendasari penataan program yang menjelaskan suatu perencanaan dan
penataan suatu program yang meliputi berbagai komponen program. Komponen
utama dari program misalnya, yaitu kegiatan-kegiatan dan hasil yang diinginkan,
haruslah dirancang satu sama lain saling mengkait dan ada hubungan yang logis.
Disini penciptaan kerangka kerja logis haruslah baik, walaupun hanya baik ”di atas
kertas”.
Teori program adalah teori yang menjelaskan rantai yang lengkap dari berbagai kejadian
(events) yang menghubungkan input dengan output, output dengan short-terms outcome,
short-term outcomes dengan medium-term outcomes dan medium-term outcome kepada
long-term outcome atau tujuan akhir.
Teori program, adalah teori yang menjelaskan hubungan antara berbagai komponen
program secara logis yang berdasarkan pada:
1) adanya hubungan sebab akibat berdasarkan asumsi tertentu (hypothesized
cause-effect relationship);
2) adanya terterkaitan kausalitas (causal linkage) yang jelas;
3) adanya serangkaian urut-urutan atau series of IF-THEN;
6
4) adanya perkiraan aksi dan reaksi;
5) asumsi-asumsi tertentu.
Teori ini dapat dijadikan dasar untuk perencanaan dan evaluasi suatu program.
Program teori ini dikembangkan dari suatu model logis atau logic model, seperti
berikut:
s
i Input Output Outcomes
t
u
a
s
i
Dari model logis ini dapat dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari seperti berikut:
Sakit
kepala Mendapat- Minum Sembuh /lebih
kan pil pil baik
7
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan ruang lingkup yang menjadi
fokus evaluasi, yaitu kelayakan , efisiensi, dan/atau efektivitas melalui
kegiatan :
1) memisahkan antara tujuan program dengan proses penyampaian
program;
2) mengidentifikasi input, proses dan out put dari masing-masing aktivitas;
3) mengidentifikasi outcome yang bertentangan (negatif);
4) merumuskan kembali tujuan program dalam bentuk yang mudah
dievaluasi.
3. Menyusun diagram logika program
Bertujuan untuk memperoleh gambaran secara visual mengenai alur pikir
program dalam bentuk hubungan sebab akibat antara input, proses, output
dan outcome. Hal tersebut dapat dilakukan melalui:
1) mempelajari data-data logika program yang ada;
2) mengidentifikasi komponen input, proses, out put dan outcome;
3) menentukan hirarki outcome (low-level, midle-level, atau high-level)
4) mengidentifikasi outcome positif dan outcome negatif
5) menuangkan hasil butir (3) dan (4) ke dalam suatu diagram
6) mendiskusikan dan meminta tanggapan/persetujuan dari pihak evaluatan
4. Mengidentifikasi tingkat outcome yang dapat dievaluasi
Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran/perkiraan
mengenai hasil maksimum yang mungkin diberikan/dicapai dari kegiatan
evaluasi yaitu dengan cara :
1) memisahkan outcome yang mungkin dicapai
2) menentukan outcome mana yang dapat dievaluasi berdasarkan batasan
waktu, biaya , dan tujuan evaluasi.
5. Mengidentifikasi indikator pencapaian outcome serta menentukan data yang
relevan .
Kegiatan ini bertujuan untuk menentukan dasar dalam rangka (i) membantu
memfokuskan pengukuran outcome, (ii) menyepakati kriteria keberhasilan
program, dan (iii) membantu mengidentifikasi data yang relevan.
8
D. STRUKTUR PROGRAM LOGIC
Sebagai penggambaran bentuk dari program logic dapat dilihat dari contoh-
contoh di bawah ini :
a. Gambar 1 Program pengarahan tingkah laku oleh salah satu instansi
pemerintah
b. Gambar 2 Suatu contoh kasus manajemen pada salah satu instansi
pemerintah
c. Gambar 3 Program peningkatan kesehatan masyarakat dengan
mengurangi jumlah perokok
Contoh lain alat ini juga dapat ditampilkan dalam format matrik 5 x 4 yang
menunjukkan tingkatan tujuan program, serta hubungan antara masukan, keluaran,
hasil, manfaat dan dampak program. Logika vertikal dibaca dari baris ke baris,
menjelaskan tentang logika pelaksanaan program. Logika horizontal dibaca dari
kolom ke kolom, menjelaskan pencapaian tujuan program pada setiap tingkatan.
Informasi yang disajikan dalam program logic dengan format ini akan
menggambarkan secara jelas seluruh pelaksanaan program beserta informasinya,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Format bentuk ini dapat dilihat dalam
gambar 4.
Suatu instansi yang memakai hirarki hasil ini akan mengembangkan suatu
sistem pengukuran kinerja yang akan memberikan indikator pada setiap hasil
antara sebagaimana juga pada hasil akhir. Dengan mengidentifikasikan masukan-
masukan serta faktor-faktor lain yang dapat dikendalikan oleh instansi (dan juga
yang di luar kendali) instansi tersebut menjadi lebih fokus akan pencapaian hasil
yang diinginkannya. Peningkatan focus ini akan menuju kearah pengukuran dan
target kinerja yang lebih baik.
9
Gambar 1
Gambar di bawah ini menunjukkan hubungan sebab-akibat yang dimulai dari
penetapan output program yang layak bagi organisasi/instansi pemerintah dalam
rangka mencapai hasil akhir (ultimate outcome) yang diinginkan. Dalam proses
pencapaian hasil akhir tersebut terdapat hasil antara yang ingin dicapai sebagai
target tahunan, triwulanan, atau bulanan.
10
Gambar 2 :
11
Gambar 3 :
HASIL
Tingkat Kematian akibat merokok berkurang
AKHIR
A
Pendapat perokok atas rokok telah berubah
S
I
Perokok mencari informasi lebih lanjut
L
A
Perokok membaca pamflet
N
A
Instansi yang berwenang membagikan pamphlet
pada target area
Keluaran
Instansi Instansi yang berwenang mempersiapkan
pamphlet anti-merokok
12
E. PENGGUNAAN TEKNIK PROGRAM LOGIC UNTUK EVALUASI
Teknik ini merupakan salah satu teknik yang sangat dianjurkan dalam melakukan
evaluasi LAKIP. Berikut ini beberapa tips untuk menggunakan teknik ini dalam
evaluasi :
1) Melakukan pemetaan terhadap apa yang ada (existing systems and facts);
Ini merupakan gambaran atau deskripsi singkat mengenai apa yang ada
(what is). Untuk itu para pembaca diharapkan dapat melakukan latihan
dengan menggunakan lembar kerja 1 dan 2.
2) Melakukan pemetaan terhadap apa yang seharusnya (what should be).
3) Membandingkan kedua hasil pemetaan tersebut, kemudian meriviu kembali
dan meneliti perbedaannya. Perbedaan inilah yang seharusnya merupakan
saran perbaikan yang perlu dikemukakan dalam uraian hasil evaluasi.
Oleh karena itu perlu dilakukan pendokumentasikan langkah demi langkah tersebut
di atas. Pertama dilakukan pemetaan secara vertikal hubungan antara kegiatan,
program, kebijakan dan sasaran, tujuan, serta hubungannya dengan visi dan misi
organisasi. Langkah pertama ini dituangkan dalam lembar kerja 1 seperti berikut:
Lembar Kerja 1:
PROGRAM LOGIC
Untuk latihan, test 5-10 kegiatan dari kegiatan-kegiatan yang
ada dengan menggambarkan sbb:
Visi
Misi
TUJUAN
SASARAN
13
KEBIJAKAN
PROGRAM
KEGIATAN
Hal kedua yang perlu dilakukan dengan menggunakan teknik logic model ini yaitu
meneliti keterkaitan horisontal, antara kegiatan/program dengan input, output dan
outcome yang dihasilkan. Langkah ini dapat didokumentasikan dalam lembar kerja
seperti berikut:
14
LEMBAR KERJA 2:
PROGRAM LOGIC
Program: Peningkatan …….
KEGIATAN INPUT OUTPUT OUTCOME
Sekali lagi, langkah yang dilakukan adalah menulis apa yang sesungguhnya ada
(senyatanya) dan kemudian menganalisis hubungan logis antara komponen-
komponen tersebut. Jika ditemukan hubungannya tidak logis atau tidak nalar maka
ini merupakan hal yang harus dibahas atau dikonfirmasikan dengan evaluatee dan
segera dicari kemungkinan perbaikannya.
Glossary
Logika, berasal dari kata logikos yang artinya sesuatu yang diutarakan, suatu
pertimbangan akal (pikiran), kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa logika adalah suatu pertimbangan
akal atau pikiran yang diutarkan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
15
Program. Program adalah se-seri (serangkaian) dari berbagai kegiatan dan
penggunaan sumber daya yang terorganisasi guna membantu masyarakat
meningkatkan mutu kehidupannya.
Evaluasi Program. Evaluasi program adalah suatu proses yang sistematis dari
memberikan pertanyaan kritis, mengumpulkan informasi yang tepat,
menganalisis, menginterpretasi, dan menggunakan informasi agar supaya
dapat memperbaiki program dan berakuntabilitas untuk hasil yang positif
dan setara (equitable) untuk sumber daya yang diinvestasikan.
Daftar Bacaan
Lynch, Richard L. & Kevin F. Cross, (1991), Measure Up !, The Essential Guide
to Measuring Business Performance, Blackwell Publisher, London.
Owen, John M. and Patricia J. Rogers, (1999), Program Evaluation, Forms and
Approaches-International Edition, SAGE Publications, London.
Wholey, Joseph S., (1979), Evaluation: Promise and Performance, the Urban
Institute, Washington.
16
Bab 3
LATAR BELAKANG
Criteria reference test merupakan suatu metode yang paling lazim dan mudah
dilakukan untuk melakukan evaluasi. Evaluasi LAKIP juga dapat dilakukan dengan
metode ini dengan berbagai desain yang bervariasi. Metode ini paling tua dan
digunakan diberbagai bidang, termasuk bidang pendidikan yang sudah sangat
maju dalam hal evaluasi.
Pemakaian metode ini dapat dilakukan dari mulai yang sederhana (dengan sedikit
kriteria) sampai pada yang rumit dan bertingkat-tingkat. Mengevaluasi dengan
metode ini membutuhkan perancangan struktur apa yang dinilai, apa kriterianya,
jika lebih rinci setiap kriteria memiliki kriteria yang tingkatannya lebih kecil atau
parameter yang secara jelas dan spesifik dapat dicek. Penilaian dengan
menggunakan metode ini memerlukan penghitungan, pembobotan setiap kriteria,
dan petunjuk atau uraian setiap kriteria.
Metode ini dapat digunakan untuk menilai secara bertahap langkah demi langkah
(step by step assessment) setiap komponen sistem AKIP dan menilai secara
keseluruhan (overall assessment). Pada praktiknya penggunaan metode ini dapat
juga digunakan sekaligus yaitu baik untuk step by step assessment maupun overall
assessment.
LANGKAH-LANGKAH PERANCANGAN
17
Pertama, perlu diidentifikasi mengenai apa yang harus dinilai atau diukur. Misalnya,
untuk mengukur kecakapan seseorang dalam mengajar anak didik di tingkat taman
kanak-kanak ditentukan beberapa kriteria, seperti:
- Kejelasan dalam menyampaikan pesan;
- Penggunaan bahasa yang baik dan halus;
- Kemampuan untuk membujuk dan mengarahkan;
- Kemampuan menjawab pertanyaan anak didik;
- Keramahan;
- Kerapian dalam berpakaian, dsb.
Kedua, menyediakan nilai (score) untuk setiap hal yang dinilai. Pemberian nilai ini
dapat menggunakan continumn nilai tertentu. Misalnya:
0, 1
1, 2, 3
1, 2, 3, 4, 5
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dst.
Pemilihan rentang score ini juga harus dikaitkan dengan klasifikasi hasil penilaian.
Jika klasifikasi yang dibuat hanya perlu penggolongan (pengkategorian) yang
sedikit tentulah pertimbangan yang dilakukan pihak penilai semakin berat. Akan
tetapi jika penggolongan itu banyak, dengan kata lain rentang-nya panjang maka
akan lebih mudah untuk memberi nilai. Pemilihan rentang nilai ini juga harus
dikaitkan dengan tujuan penilaian. Jika tujuan penilaian hanya untuk menyeleksi
siapa yang lulus dan yang tidak lulus, maka rentang nilainya tidak perlu terlalu
banyak.
18
Kelima, memberikan interpretasi dari nilai yang didapat dari proses agregasi
tersebut. Interpretasi ini menyangkut tafsir, sehingga tafsiran berarti menilai obyek
evaluasi dan menentukan dampak penilaian tersebut. Pandangan evaluator juga
mempengaruhi penafsiran data. Pandangan sebagai hasil pengalamannya,
pandangan yang unik, berkembang, dan berorientasi pada keunikan pengalaman
hidupnya. Ini berarti bukan hanya tafsiran tetapi juga sebab-musababnya harus
dibuat dengan jelas.
EVALUASI LAKIP
Dalam mengevaluasi LAKIP baik isi substansi maupun bentuk atau format
penyajian dan pengungkapannya dapat dilakukan dengan metode criteria
referenced test. Oleh karena luasnya lingkup evaluasi LAKIP, maka evaluator
harus menentukan prioritas mengenai apa yang akan dievaluasinya. Sebagai
contoh, di dalam LAKIP dimuat akuntabilitas dari berbagai program dan kegiatan
penting organisasi, evaluator dalam hal ini hendaknya memilih atau melakukan
sampling satu atau dua kegiatan atau program saja untuk dievaluasi yang agak
mendalam.
Evaluasi LAKIP juga dapat dilakukan dengan mengevaluasi dari sisi implementasi
sistem AKIP-nya, yaitu penerapan sistem manajemen stratejik dan manajemen
kinerja yang mengacu pada Inpres nomor 7 tahun 1999. Terhadap penerapan
sistem ini dapat dilakukan evaluasi yang bersifat evaluasi sistem dan bukan
terhadap kinerja instansi dalam melaksanakan program-program atau kegiatannya.
Oleh karena isi LAKIP sangat tergantung pada luas kewenangan dan tanggung
jawab instansi, maka evaluasi LAKIP cenderung dilakukan sebagian saja. Evaluasi
yang lingkupnya hanya sebagian saja ini tentulah mempengaruhi penyimpulan
terhadap keseluruh hasil evaluasi LAKIP. Dengan demikian evaluator diharapkan
dapat mendesain evaluasi LAKIP dengan menentukan prioritas yang ketat,
sehingga evaluasi yang dilakukannya dapat menghasilkan saran/ rekomendasi
yang bermanfaat untuk mendorong akuntabilitas instansi dan juga untuk
meningkatkan kinerja instansi.
Evaluasi LAKIP dengan metode ini (criteria referenced test/ survey) dapat
dikategorikan ke dalam 3 kelompok besar berdasarkan apa yang akan dievaluasi,
yaitu:
1) Evaluasi atas Penyajian dan Pengungkapan Informasi dalam LAKIP;
2) Evaluasi atas sistem AKIP;
3) Evaluasi kinerja instansi ditilik dari kebijakan, program dan kegiatan-nya.
19
Kelompok pertama, evaluasi atas penyajian dan pengungkapan informasi dalam
LAKIP, kebanyakan bertujuan agar LAKIP dapat dijadikan instrumen untuk wahana
umpan balik (feed back) guna perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas.
Evaluasi terhadap LAKIP untuk kategori ini pada dasarnya menilai hal-hal yang
tangible dan wujud dari laporannya sendiri baik disajikan dalam hard copy maupun
penyajian dalam file elektronik. Evaluasi terhadap suatu laporan dapat dilihat dari
bentuk penyajian, kejelasan pengungkapan, dan pentingnya isi yang disampaikan
dalam laporan.
Hal yang perlu diingat bahwa dengan wujud dan tujuan LAKIP yang dimaksudkan
untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas, kadang-kadang terdapat
hal-hal yang kontradiksi atau bertentangan. Untuk keperluan peningkatan
akuntabilitas evaluasi ini lebih berorientasi masa kini dan masa lalu, akan tetapi
untuk kepentingan perbaikan kinerja evaluasi ini berorientasi ke masa depan,
bertitik tolak dari proses berkaca (insight) pada masa lalu dan kehendak masa kini.
Dalam memilih kriteria-kriteria haruslah sesedikit mungkin memasang kriteria yang
bertentangan. Contoh yang paling klasik adalah kriteria akurasi sebuah laporan
dengan kecepatan dan ketepatan waktu penyampaian laporan. Di satu sisi jika
memfokuskan akurasi mungkin saja membutuhkan waktu lama untuk menyiapan
laporan ini. Di sisi lain jika laporan disiapkan dengan terburu-buru mungkin saja
akurasinya kurang.
Evaluator juga dihadapkan lagi mengenai bobot masing-masing kriteria yang harus
dipenuhi dalam evaluasi. Desain evaluasi haruslah ditetapkan utamanya untuk
memenuhi tujuan evaluasi. Jika evaluasi ini mengarah pada goals free evaluation
maka hal ini akan timbul kesulitan lain dalam mengagregasi dan mengambil
simpulan hasil evaluasi. Evaluasi dan para perencana evaluasi diharapkan dapat
mengetahui dan mengantisipasi kelemahan yang ada pada desain evaluasi yang
sudah ditetapkan, dan memberitahukan kepada pemberi penugasan ini.
Sebagai contoh:
20
Kemudian beberapa kriteria penyajian dan pengungkapan informasi dalam laporan,
seperti:
- mudah dimengerti;
- dapat diperbandingkan
- kejelasan yang memadai;
- enak dibaca,
- mudah diingat;
- mengutamakan yang penting sehingga mudah ditemukan pembaca;
- menarik;
- tidak redundant;
- tidak kontradiksi, dsb.
Semakin jelas suatu kriteria semakin mudah melakukan asesmen, sebaliknya
semakin ambigu (bermakna banyak dan kabur) semakin sulit melakukan asesmen.
Berbagai clue, indikasi, atau hints yang menandakan bahwa laporan telah disusun
dengan menggunakan prinsip-prinsip yang baik, telah ternyata jadi laporan yang
baik, dan telah dimanfaatkan secara optimal, dapat di-generate atau diciptakan
sebanyak-banyaknya sehingga evaluator menjadi yakin atau percaya diri dapat
melakukan penilaian. Signal-signal penting, bukti-bukti awal, tanda-tanda awal,
indikasi-indikasi, dapat di-list (dibuatkan daftarnya) dan dipilih yang paling
menjawab suatu kriteria dapat dipenuhi.
21
Penyusunan prinsip menyajikan hal hal-hal yang perlu
LAKIP pengecualian penting yang diketahui
perlu mendapat pimpinan;
perhatian
pimpinan
-LAKIP
menyajikan hal-
hal yang
digunakan dalam
memantau
program
- hal-hal yang
biasa, reguler,
rutin, dan tidak
perlu mendapat
penanganan
pimpinan tidak
mendominasi
laporan.
LAKIP -terdapat
mengungkap penyajian
mengapa target pencapaian
tidak dapat target, dengan
dipenuhi pembandingan
target dan
realisasi
-terdapat analisis
mengapa target
tidak tercapai;
-LAKIP
menyediakan
argumentasi yg
memadai
-LAKIP
menyajikan
informasi dari
hasil monitoring
program dengan
indikasi yang
mencolok
- analisis dalam
laporan
menyajikan
hubungan sebab
akibat yang
masuk akal.
- analisis dalam
laporan
menyediakan
22
data yang
memadai.
Dengan mengetahui hubungan antara kriteria besar dengan kriteria dan sub-
kreteria (kriteria yang lebih kecil) seperti contoh di atas, maka penyimpulan tentang
apakah proses penyusunan LAKIP telah dilakukan dengan penggunakan prinsip
pengecualian dapat dilakukan. Di sini para perancang evaluasi harus
memperhatikan struktur penataan hirarki dari kriteria yang dipasang, karena akan
mempengaruhi pada penarikan simpulan hasil evaluasi.
Evaluasi atas sistem AKIP pada dasarnya mengevaluasi setiap komponen sistem
tersebut. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan mendalam dan rinci atau bisa juga
hanya dengan riviu beberapa komponen yang dianggap perlu saja. Penetapan
komponen apa saja yang perlu diteliti lebih mendalam dan aspek apa yang perlu
mendapat fokus perhatian haruslah ditetapkan pada saat mendesain evaluasi. Jika
mengikuti pedoman penyusunan dan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah sebagaimana diatur dalam surat keputusan Kepala LAN nomor :
239/IX/6/8/2003 tanggal 25 Maret 2003, beberapa komponen penting dalam sistem
AKIP dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, misalnya:
1) Evaluasi atas Perencanaan instansi (perencanaan stratejik dan
perencanaan kinerja);
2) Evaluasi atas sistem pengukuran dan evaluasi kinerja instansi;
3) Evaluasi atas sistem pelaporan.
23
EVALUASI ATAS KINERJA INSTANSI
Evaluasi atas kinerja instansi dapat dilakukan dengan meneliti perbagai kebijakan,
program-program dan kegiatan-kegiatan instansi. Hal ini dilakukan dengan asumsi
bahwa keberhasilan program/ kegiatan yang dilakukan instansi dapat diartikan
sebagai keberhasilan instansi juga.
Dapat disimpulkan bahwa untuk evaluasi kinerja instansi hanya dapat dilakukan
dengan metode ini (criteria referenced test) jika untuk tujuan penyederhanaan dan
untuk kriteria yang memang bisa dicek kemudian. Misalnya:
- Ketepatan waktu penyelesaian kegiatan / program;
- Penelitian sisa anggaran atau kekurangan anggaran yang digunakan untuk
pelaksanaan kegiatan/ program;
- Beberapa complience test atas pelaksanaan kegiatan / program apakah
sudah sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Sekali lagi, evaluasi atas kinerja instansi dapat dilakukan dengan teknik ini jika
memang kriteria penilaian sudah disusun dengan baik. Dan jika tujuan evaluasi
lebih dimaksudkan untuk menilai kinerja instansi hal ini cukup baik, terutama jika
untuk melakukan rating beberapa instansi yang dinilai.
SIMPULAN
Metode criteria referenced test merupakan metode yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan evaluasi LAKIP. Akan tetapi penerapan metode ini haruslah
dilakukan dengan tepat, sehingga kesalahan metodologi dalam evaluasi dapat
dihindarkan. Untuk evaluasi terhadap format penyajian dan pengungkapan
informasi dalam LAKIP dan evaluasi atas implementasi sistem AKIP metode ini
dapat digunakan. Evaluasi yang sifatnya cepat, murah dan masal sangat cocok
menggunakan metode ini.
24
Daftar Bacaan
BPKP, Pedoman Pelaksanaan Evaluasi LAKIP, 2002.
Cutt, James and Vic Murray, (2000), Accountability and Effectiveness Evaluation in
Non-Profit Organization, Routledge, London and New York.
Department of Health & Human Services, Office of Inspectorat General, (1994), Practical
Evaluation for Public Managers, Getting The Information You Need, Office of Inspector
General.
Di Kamp, (1992), Penilaian yang Sukses, Dalam Sepekan, PT Kesaint Blanc Indah Corp,
Jakarta.
Gray, Sandra T. and Associates, (1998), Evaluation with Power, A New Approach to
Organizational Effectiveness, Empowerment, and Excellence, A publication of Independent
Sector, Jossey-Bass Publishers, San Francisco.
Lynch, Richard L. & Kevin F. Cross, (1991), Measure Up !, The Essential Guide to
Measuring Business Performance, Blackwell Publisher, London.
Owen, John M. and Patricia J. Rogers, (1999), Program Evaluation, Forms and
Approaches-International Edition, SAGE Publications, London.
Tim Studi Pengembangan Sistem AKIP, BPKP, (2000), Pengukuran Kinerja, Suatu
Tinjauan Pada Instansi Pemerintah.
Walting, Brian (1995), The Appraisal Checklist, Help Your Team to Get The Results You
Both Want, Prentice Hall, London.
Wholey, Joseph S., (1979), Evaluation: Promise and Performance, the Urban Institute,
Washington.
25
LATIHAN
SCENARIO:
NO URAIAN 1 2 3 4 5 Keterangan
I PERENCANAAN STRATEJIK
1 Penyusunan
2 Isi substansi
3 Pemanfaatan
1 Indikator kinerja
2 Perencanaan kinerja
3 Pengukuran kinerja
4 Analisis kinerja
5 Evaluasi kinerja
6 Sistem Informasi untuk
memperoleh data kinerja.
1 Penyusunan
2 Isi substansi
3 Penyajian dan pengungkapan
4 Penyampaian (distribusi &
ketepatan waktu)
26
PERENCANAAN STRATEJIK (RENSTRA)
NO URAIAN 1 2 3 4 5 KETERANGAN
NO URAIAN KETERANGAN
27
Sedang penilaian terhadap setiap kriteria dari setiap unsur lebih baik
menggunakan skala nominal saja, yaitu: ya atau tidak.
Timbul pertanyaan bagaimana jika jawaban ya atau tidak sulit ditentukan? (”setengah” ya
dan tidak).
Jawaban: Pertama, jika banyaknya kriteria genap, maka harus dilakukan ditentukan kriteria
mana yang bobotnya lebih tinggi dari yang lain, jika bobot setiap kriteria sama diusahakan
jumlah kriteria ganjil. Kedua, dibuat ”decision rule” tertentu agar tetap dapat diambil
simpulan penilaian, misalnya, jika setengah kriteria tidak dipenuhi dianggap tidak dipenuhi
semuanya.
GOAL SETTING:
NO URAIAN 1 2 3 4 5 KETERANGAN
28
hirarki dan urut-urutannya logis
5 Penataan hasil yang diinginkan
(output, outcome ataupum
impact) berdasarkan teori yang
kuat dan logis.
6 Perumusan tujuan dan sasaran
pada umumnya realistis
dibandingkan kemampuan
pengerahan sumber daya
7 Perumusan tujuan dan sasaran
pada umumnya sesuai dengan
keinginan dan harapan
stakeholders.
8 Jangka waktu pencapaian tujuan
dan sasaran realistis.
Agar lebih tajam penilaian, sebetulnya lebih baik setiap unsur sub-
komponen dinilai tersendiri, jadi perumusan tujuan ditentukan
kriterianya dan juga sasaran ditentukan kriteria tersendiri.
PENATAAN PROGRAM
NO URAIAN 1 2 3 4 5 KETERANGAN
1 Penataan program
memperhatikan setiap tingkatan
hasil yang diinginkan
2 Penataan program sesuai
dengan inisiatif strategi yang
menjadi dasar perencanaan dan
pemrograman
3 Penataan program sesuai
dengan visi, misi dan kebijakan
yang ditentukan
4 Penataan program telah
mempertimbangkan teori dan
praktik serta pengalaman masa
lalu
5 Penataan program telah
dilakukan dengan urut-urutan
yang logis
6 Penataan program telah
dilakukan dengan
mengindentifikasi semua
tingkatan hasil yang diinginkan
dan hubungannnya satu sama
lain
7 Penataan program telah alur pikir
29
yang logis dan memberi
keyakinan tentang perolehan
atau pencapaian hasil yang
diinginkan
PEMANFAATAN RENSTRA:
NO URAIAN 1 2 3 4 5 KETERANGAN
30
komitmen saat evaluasi program
10 Renstra digunakan untuk referensi
dan patok ukur saat pengukuran
dan evaluasi kinerja organisasi.
INDIKATOR KINERJA
NO URAIAN 1 2 3 4 5 KETERANGAN
PERENCANAAN KINERJA:
NO URAIAN 1 2 3 4 5 KETERANGAN
31
hasil tahun yang bersangkutan
5 Target-target dalam rencana
kinerja terkait langsung
dengan sasaran-sasaran yang
telah ditetapkan dalama
Renstra
6 Penetapan target realistis
7 Rencana digunakan dalam
menyusun rencana
operasional
8 Rencana kinerja digunakan
sebagai komitmen untuk
menyediakan sumber daya
9 Rencana kinerja digunakan
dalam proses penganggaran
10 Rencana kinerja digunakan
sebagai komitmen kinerja,
service agreement, ataupun
performance agreement di
dalam organisasi
11 Digunakan untuk pemantauan
program/ kegiatan.
PENGUKURAN KINERJA:
NO URAIAN 1 2 3 4 5 KETERANGAN
32
ANALISIS KINERJA:
NO URAIAN 1 2 3 4 5 KETERANGAN
EVALUASI KINERJA:
NO URAIAN 1 2 3 4 5 KETERANGAN
33
SISTEM INFORMASI UNTUK PENGUMPULAN /PENGOLAHAN DATA KINERJA:
NO URAIAN 1 2 3 4 5 KETERANGAN
NO URAIAN 1 2 3 4 5 KETERANGAN
34
EVALUASI TERHADAP: PENGUNGKAPAN ISI INFORMASI KINERJA DALAM
LAKIP
NO URAIAN 1 2 3 4 5 KETERANGAN
35