Professional Documents
Culture Documents
1. Latar Belakang
Dalam perjuangan mencapai tujuannya, bangsa Indonesia senantiasa akan
menghadapi berbagai tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan (TAHG) dari
mana pun datangnya, baik dari luar maupun dari dalam sehingga diperlukan
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional yang disebut Ketahanan Nasional1.
Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya harus memiliki suatu ketahanan
nasional. Dalam hubungan ini cara mengembangkan dan mewujudkan ketahanan
nasional, setiap bangsa berbeda-beda, sesuai falsafah, budaya dan pengalaman
sejarah masing-masing. Bagi bangsa Indonesia, ketahanan nasional dibangun di
atas dasar falsafah bangsa dan negara Indonesia yaitu Pancasila, selain itu
ketahanan nasional juga dibangun sesuai norma UUD 1945, dan Wawasan
Nusantara.
Oleh karena itu Ketahanan Nasional perlu terus ditingkatkan, dipupuk dan
dibina secara terus menerus berdasarkan Wawasan Nusantara melalui
pelaksanaan Pembangunan Nasional dalam segenap aspek dan dimensi
kehidupan (asta gatra), baik yang bersifat statis yaitu trigatra (Geografi,
Demografi, Sumber Kekayaan Alam), maupun yang bersifat dinamis yaitu panca
gatra (Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, dan Hankam).
Ruang lingkup dalam pembahasan tulisan ini difokuskan pada pelaksanaan
pembangunan ketahanan sosial budaya yang diharapkan dapat meningkatkan
ketahanan nasional.
Ketahanan Sosial Budaya adalah kondisi kehidupan sosial budaya bangsa
yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila, yang mengandung
1
Ketahanan Nasional sebagai suatu kondisi, Materi BS. TANNAS, Matrikulasi Program
S2 Lemhannas RI-UGM Tahun 2009.
1
kemampuan membentuk dan mengembangkan hak atas kehidupan sosial budaya
manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas dan sejahtera dalam
kehidupan yang serba selaras, serasi, dan seimbang, serta kemampuan
menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan
nasional.
Namun demikian, pembangunan ketahanan sosial budaya hingga saat ini
belum dapat berlangsung secara optimal, dalam pengamatan penulis setidaknya
masih terdapat berberapa permasalahan yang dihadapi antara lain : Rendahnya
kesejahteraan masyarakat; Terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga pelayanan
sosial, Lemahnya kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman budaya;
Terjadinya krisis jati diri (identitas) nasional; dan Lemahnya penegakan hukum.
Dengan mencermati kondisi diatas, maka muncul pertanyaan : ”Bagaimana
membangun ketahanan sosial budaya guna meningkatkan ketahanan nasional ?”.
2. Pembahasan
Sosial dapat diartikan pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat
yang mengandung nilai-nilai dan norma kebersamaan. Adanya rasa senasib
dan sepenanggungan tertib sosial dan solidaritas yang merupakan unsur
pemersatu, sedangkan Budaya adalah sistem nilai yang merupakan hasil
hubungan manusia dengan pencipta, rasa, dan karsa yang menumbuhkan
gagasan-gagasan utama serta merupakan kekuatan pendukung penggerak
kehidupan yang menghasilkan karya 2.
2
Modul E-learnig, Bidang Studi Ketahanan Nasional, Lemhannas RI, Tahun 2008
2
Kehidupan sosial budaya yang telah tumbuh berkembang secara subur di
Indonesia seperti disampaikan Utomo (2005) 3, adalah sebagai berikut:
a. Musyawarah
Musyawarah sejak lama sudah menjadi budaya bangsa Indonesia,
dalam setiap kesempatan musyawarah ini dilakukan oleh masyarakat
Indonesia pada umumnya, mulai dari hendak mengawinkan anak,
membangun rumah, hingga memilih kepala desa dilakukan dengan
musyawarah. Musyawarah tersebut dilakukan baik dalam internal keluarga.
Biasanya dalam sebuah keluarga ada orang-orang yang dituakan yang
menjadi nara sumber. Namun orang yang dituakan tersebut biasanya
mengundang anggota keluarga lain untuk bermusyawarah membahas
suatu hal. Hasilnya berupa kesepakatan (mufakat) yang kelak akan
dilaksanakan oleh keluarga lain.
3
Utomo. TWW, dalam “Pilkada Langsung dalam Kerangka Reformasi
Birokrasi”, Beberapa Catatan Kritis, Inovasi Online, 2004
3
Dalam pasal 203 ayat (1) juga dijelaskan bahwa kepala desa dipilih
langsung oleh dan dari penduduk desa warga negara republik Indonesia
yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihan diatur dengan Peraturan
Daerah yang berpedoman dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada
ayat (3) dijelaskan bahwa pemilihan kepala desa dalam kesatuan
masyrakat hukum adat beserta kepala desa hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat
setempat yang diterapkan dalam Perda dengan berpedoman pada
Peraturan Pemerintah.
b. Paternalisme
Paternalisme adalah suatu sistem yang menempatan pimpinan
sebagai pihak yang paling dominan. Paternalisme tumbuh subur karena
dipengaruhi oleh kultur feodal yang sebagian besar daerah di Indonesia
masih menganutnya yang semula merupakan daerah bekas kerajaan.
Daerah-daerah bekas kerajaan ini telah mempunyai sistem nilai, norma,
dan adat kebiasaan yang selalu menjunjung tinggi dan mengagungkan
penguasa/pemimpin sebagai orang yang harus dihormati dan dipatuhi
karena mereka telah memberikan kehidupan dan pengayoman kepada
warga masyarakat.
4
Budaya paternalistik sangat dipengaruhi oleh hubungan “bapak”
dengan “anak” yang pada prinsipnya “bapak” menanggung pemenuhan
kebutuhan sosial, material, spiritual, dan emosional “anak”. para bawahan
yang mendapatkan perlindungan dan pemenuhan kebutuhan tersebut,
dengan loyal dan sukarela memenuhi segala perintah atasan, yang
kemudian menjadi sumber legitimasi kekuasaan atasan di dalam
masyarakat. di sini pada hakekatnya “bapak” dan “anak”, keduanya,
mendapatkan sesuatu yang diharapkan, sehingga sulit dikatakan siapa
memeras siapa atau siapa memanfaatkan siapa:. hubungan paternalistik
lebih bersifat informal dan individual. selain itu, kedudukan
pemimpin/atasan khususnya birokrat dalam hubungan paternalisme bersifat
sentralistis, karena itu pengikut itu harus memenuhi semua aturan demi
kepentingan pribadi kepentingan pemimpin itu sendiri.
5
hanyalah karena figur seseorang bukannya program yang ditawarkan oleh
figur tersebut.
c. Gotong Royong
Tidak dapat kita pungkiri bahwa gotong royong sangat kental terjadi
diperdesaaan, namun bukan berarti di perkotaan tidak terdapat gotong
royong. Kita masih dapat menyaksiklan di kota-kota adanya kerja bakti
membersihkan lingkungannya, membangun sekolah, atau saling
memberikan bantuan ketika terjadi bencana alam.
6
Kebudayaan merupakan buah usaha budi, dimensi, dan jatidiri manusia
baik sebagai perorangan, kelompok, maupun sebagai bangsa. Budaya ini akan
mengalami perubahan baik disebabkan oleh faktor internal bangsa maupun faktor
eksternal yang datangnya dari luar sebagai akibat globalisasi. Pembangunan yang
hanya menekankan ekonomi, telah mengakibatkan tertinggalnya pengembangan
kebudayaan. Pemahaman dan penerapan budaya lokal melalui jalur pendidikan,
keluarga dan masyarakat belum berjalan secara optimal sebagai akibat apresiasi
dan penerapan masyarakat terhadap budaya sendiri semakin lemah pula.
Pembangunan yang selama ini dilakukan secara terpusat telah menyebabkan
lunturnya penerapan ciri budaya daerah dalam pelaksanaan pembangunan.
7
sehingga mampu mendukung upaya untuk meningkatkan ketahanan nasional
yang tangguh.
8
yang positif yang mendorong ke arah kemajuan dan modernisasi dan yang
bersifat negatif dapat mempengaruhi persatuan dan kesatuan bangsa serta
sendi kehidupan di seluruh aspek kehidupan nasional. Selain itu adanya
kecenderungan dan dominasi negara adidaya yang selalu memaksakan
kehendaknya merupakan permasalahan yang dihadapi dalam
penyelenggaraan politik luar negeri. Negara-negara yang kuat cenderung
menerapkan kepentingan politik serta dilandasi nilai-nilai yang berlaku di
masyarakanya kepada negara lain dalam hal demokrasi, Ham dan
lingkungan hidup serta pandangan bebas, hal ini menyebabkan tekanan
politik dan krisis ekonomi nasional yang dapat memperlemah ketahanan
nasional.
Ketahanan nasional mempunyai peranan penting dalam pemulihan
krisis ekonomi, karena ketahanan nasional adalah sebagai pedoman atau
sarana untuk meningkatkan dan ketangguhan bangsa yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan
kesejahteraan dan keamanan sehingga terwujudnya ketahanan idiologi,
ketahanan politik, ketahanan ekonomi, ketahanan sosial budaya dan
ketahanan pertahanan keamanan.
4
Farrel, Mary and Bjorn Hette, et al. 2005. Global Politics of Regionalism. Pluto Press. pp. 38-53
9
Kerjasama regional antar negara merupakan regionalisme yang
terbentuk sebagai upaya untuk merespon tantangan eksternal. Dalam
regionalisme ini ditekankan adanya koordinasi untuk menentukan posisi
regional dalam sistem internasional. Di lain sisi, integrasi regional
menekankan pada pengurangan atau bahkan usaha untuk menghilangkan
batas antar negara. Dalam konteks ini bukan batas geografis yang ingin
dihilangkan, namun batas interaksi seperti batasan pajak ekspor dan impor.
Keinginan kawasan untuk menjadi negara industri baru
menyebabkan pembangunan ekonomi di negara-negara Asia Tenggara
semakin dipacu dengan memprioritaskan pembangunan industri substitusi
impor yang menitikberatkan pada industri padat modal dan berpihak pada
pemilik modal. Pola seperti itu di Indonesia menyebabkan hanya segelintir
orang yang dapat terlibat, sementara masyarakat luas belum terlibat secara
aktif. Strategi pembangunan yang benar-benar berpihak dan
memberdayakan keluarga miskin menjadi luput dari perhatian, kesenjangan
sosial semakin melebar. Ketika krisis moneter melanda kawasan Asia, yang
ditandai dengan meningkatnya nilai dollar terhadap mata uang domestik,
beberapa negara di Asia terutama negara-negara Asia Tenggara seperti
Thailand, Malaysia dan Indonesia mengalami krisis dengan meningkatnya
harga-harga barang yang mempengaruhi kenaikan harga disegala bidang.
Kondisi ini diperparah dengan tingginya tingkat ketergantungan atas
barang impor sehingga kenaikan di suatu bidang berimbas pada bidang
lainnya. Namun Negara Asia Tenggara seperti Thailand dan Malaysia
dengan cepat telah bangkit dari krisis, sementara krisis moneter di
Indonesia meluas menjadi krisis multidimensi yang salah satu dampaknya
adalah semakin bervariasinya permasalahan sosial, disamping semakin
bertambahnya masalah sosial laten seperti kemiskinan yang belum
sepenuhnya tertangani. Tentunya yang paling menderita atas timbulnya
krisis moneter ini adalah kaum miskin di Negara-negara Asia Tenggara,
termasuk halnya di Indonesia.
10
c. Pengaruh perkembangan lingkungan Nasional
Pembangunan kesejahteraan sosial yang telah dilaksanakan pada
umumnya telah memberi kontribusi peran pemerintah dan masyarakat di
dalam mewujudkan kesejahteraan sosial yang makin adil dan merata.
Sasaran utama program pembangunan kesejahteraan sosial adalah
manusia, maka perubahan-perubahan yang secara langsung terkait
dengan sasaran program tersebut terutama permasalahan dan
kebutuhannya,serta ukuran-ukuran taraf kesejahteraan sosialnya sangat
berpengaruh terhadap arah,tujuan dan kegiatan-kegiatan program.
Permasalahan dan kebutuhan-kebutuhan manusia tidak terlepas dari
kondisi dan perubahan lingkungan baik fisik maupun non-fisik; dalam
kawasan lokal, nasional dan global. Maka perencanaan yang lebih cermat
perlu dilakukan dengan memperhatikan aspek manusia, lingkungan fisik,
sosial dan lingkungan strategisnya. Hal-hal ini akan mengkaitkan
pembangunan kesejahteraan sosial dengan bidang pembangunan yang
lain; ekonomi, politik, sosial-budaya, pertahanan dan keamanan. Di dalam
konteks inilah sesungguhnya posisi pembangunan kesejahteraan sosial
dapat diperhitungkan sebagai bagian integral dan bagian strategis
pembangunan nasional. Permasalahan kesejahteraan sosial ke depan
masih didominasi oleh permasalahan “konvensional” terutama kemiskinan
dan keterlantaran, kecacatan, keterpencilan dan ketertinggalan, ketunaan
sosial dan penyimpangan perilaku serta akibat bencana. Namun demikian,
permasalahan “aktual” yang terkait dengan kelangsungan kehidupan
kenegaraan seperti disintegrasi sosial, kesenjangan sosial, perlu
memperoleh perhatian yang serius dan berkelanjutan. Demikian pula
permasalahan kesejahteraan sosial “hulu” dan dampak pelaksanaan
berbagai bidang pembangunan lain, secara intensif perlu ditangani melalui
berbagai cara. Apabila hal ini luput dari perhatian, resiko-resiko yang
potensial terjadi akan menjadi beban yang sangat berat baik terhadap
11
meningkatnya beban “murni kesejahteraan sosial” maupun permasalahan
yang bersifat lebih “makro” terkait dengan masalah pembangunan lainnya.
12
menjaga kelestarian lingkungan hidup kita secara bijaksana dan penuh
kearifan.
Nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan, keramahtamahan sosial,
dan rasa cinta tanah air yang pernah dianggap sebagai kekuatan
pemersatu dan ciri khas bangsa Indonesia, makin pudar bersamaan
dengan menguatnya nilai-nilai materialisme. Demikian pula kebanggaan
atas jati diri bangsa seperti penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan
benar, semakin terkikis oleh nilai-nilai yang dianggap lebih unggul. Identitas
nasional meluntur oleh cepatnya penyerapan budaya global yang negatif,
serta tidak mampunya bangsa Indonesia mengadopsi budaya global yang
lebih relevan bagi upaya pembangunan bangsa dan karakter bangsa
(nation and character building). Lajunya pembangunan ekonomi yang
kurang diimbangi oleh pembangunan karakter bangsa telah mengakibatkan
krisis budaya yang selanjutnya memperlemah ketahanan budaya
Ketika krisis ekonomi diikuti dengan perubahan-perubahan politik,
ekonomi, sosial, budaya dan hankam sehingga menjadi krisis multi dimensi.
Hal ini telah menyebabkan situasi keamanan dan perekonomian menjadi
tidak menentu, yang semakin menambah panjang permasalahan
kesejahteraan sosial di Indonesia.
Masalah keterpencilan dan ketertinggalan yang selama ini hanya
dikaitkan dengan soal kemiskinan; dalam arus perubahan yang cepat, telah
menjadi masalah kompleks. Ketertinggalan dan keterpencilan berjalan
seiring dengan masalah yang terkait HAM, Lingkungan, Integrasi Sosial,
dan berbagai kerentanan terhadap eksploitasi dan perlakuan salah.
Kenyataan menunjukkan bahwa dalam kehidupan masyarakat
Indonesia masih terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang belum
sepenuhnya terjangkau oleh proses pelayanan pembangunan baik karena
isolasi alam maupun isolasi sosial budaya. Dengan demikian, mereka
belum atau kurang mendapatkan akses pelayanan sosial dasar. Keadaan
ini dapat menghambat proses pemerataan pembangunan dan hasil-
13
hasilnya menuju ke arah tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Untuk memperkuat jati diri bangsa (identitas nasional) dan
memantapkan budaya nasional, maka perlu upaya untuk memperkokoh
ketahanan budaya nasional sehingga mampu menangkal penetrasi budaya
asing yang bernilai negatif dan memfasilitasi proses adopsi dan adaptasi
budaya asing yang bernilai positif dan produktif. Di samping itu, diupayakan
pula pembangunan moral bangsa yang mengedepankan nilai-nilai
kejujuran, amanah, keteladanan, sportivitas, disiplin, etos kerja, gotong-
royong, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu dan tanggungjawab. Tujuan
tersebut dilaksanakan pula melalui pengarusutamaan nilai-nilai budaya
pada setiap aspek pembangunan. Oleh sebab itu, dibutuhkan langkah-
langkah untuk mengaktualisasikan nilai moral dan agama, revitalisasi dan
reaktualisasi budaya lokal yang bernilai luhur termasuk di dalamnya
pengembangan budaya maritim, dan transformasi budaya melalui adopsi
dan adaptasi nilai-nilai baru yang positif untuk memperkaya dan
memperkokoh khasanah budaya bangsa, seperti: orientasi pada
peningkatan kinerja, budaya kritis, akuntabilitas dan penerapan iptek.
14
melalui koordinasi untuk menentukan posisi regional dalam sistem
internasional. Regionalisme dapat digunakan untuk menciptakan
kesetaraan kekuasaan bagi negara-negara anggotanya.
3) Pembangunan kesejahteraan sosial telah memberi kontribusi
dalam mewujudkan kesejahteraan sosial yang makin adil dan
merata.
4) Pengembangan kebudayaan dapat memberikan arah bagi
perwujudan identitas nasional yang sesuai dengan nilai-nilai luhur
budaya bangsa dan dapat untuk menciptakan iklim kondusif dan
harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan mampu merespon
modernisasi secara positif dan produktif sejalan dengan nilai-nilai
kebangsaan.
b. Kendala
1) Media kamonuikasi elektronik sperti telavisi, komputer, satelit,
internet dan sebagainya menyebabkan terjadinya banjir masuknya
budaya asing dari negara maju ke negara-negara berkembang tanpa
dapat dibendung. Kondisi ini akan menjadi kendala dalam
membangun ketahanan sosial budaya tatkala budaya asing tersebut
tidak disaring (filtering). Pengaruh globalisasi terhadap sosial budaya
adalah timbulnya erosi nilai-nilai budaya suatu bangsa, yang menjadi
jati dirinya. Menghadapi perkembangan ini diperlukan suatu upaya
yang mampu mensosialisasikan budaya nasional menjadi jati diri
bangsa.
2) Krisis moneter di Indonesia meluas menjadi krisis
multidimensi yang telah menyebabkan semakin bervariasinya
permasalahan sosial, disamping semakin bertambahnya masalah
sosial laten seperti kemiskinan yang belum sepenuhnya tertangani.
Kondisi ini berdampak semakin meningkatnya kaum miskin di
Negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.
15
3) Ketika krisis ekonomi diikuti dengan perubahan-perubahan
politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam sehingga menjadi krisis
multi dimensi. Hal ini telah menyebabkan situasi keamanan dan
perekonomian menjadi tidak menentu, yang semakin menambah
panjang permasalahan kesejahteraan sosial di Indonesia.
3. PENUTUP
a. Kesimpulan
1) Bagi bangsa Indonesia, ketahanan nasional dibangun di atas
dasar falsafah bangsa dan negara Indonesia yaitu Pancasila, selain
itu ketahanan nasional juga dibangun sesuai norma UUD 1945, dan
Wawasan Nusantara. Oleh karena itu Ketahanan Nasional perlu
terus ditingkatkan, dipupuk dan dibina secara terus menerus melalui
pelaksanaan Pembangunan Nasional dalam segenap aspek dan
dimensi kehidupan (dalam hal naskah ini melalui pembangunan
aspek sosial budaya).
2) Diterbitkannya UU No 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan
Sosial, merupakan upaya terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang
dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam
bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap
warga Negara yang bertujuan untuk5 : Meningkatkan taraf
kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup; Memulihkan fungsi
sosial dalam rangka mencapai kemandirian; Meningkatkan
ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani
masalah kesejahteraan sosial; Meningkatkan kemampuan,
kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan
berkelanjutan; Meningkatkan kemampuan dan kepedulian
masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara
5
Pasal 3 UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.
16
melembaga dan berkelanjutan; dan Meningkatkan kualitas
manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
3) Pembangunan ketahanan sosial budaya hingga saat ini belum
dapat berlangsung secara optimal dan masih dihadapkan pada
berbagai permasalahan, sehingga belum mampu memberikan
kontribusi terhadap upaya membangun ketahanan nasional yang
tangguh.
4) Kondisi budaya di dalam masyarakat Indonesia yang tumbuh
mengakar sejak lama perlu dikembangkan secara maksimal agar
mampu mendukung ketahanan nasional yang tangguh dari aspek
sosial budaya.
b. Rekomendasi
Untuk membangun ketahanan sosial budaya yang ideal, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu strategi dan upaya-upaya yang
diarahkan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi diantaranya
adalah:
1) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan kegiatan pokok
yang dilaksanakan antara lain: Sinkronisasi kebijakan dan
pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan;
Penyerasian penanganan masalah-masalah strategis yang
menyangkut kesejahteraan rakyat, antara lain pengungsi dan korban
bencana alam dan konflik sosial; dan Penyelarasan kebijakan
bidang kesehatan, bidang lingkungan hidup, pemberdayaan
perempuan, pendidikan, budaya, pemuda, olah raga, aparatur
negara, pariwisata dan agama.
2) Meningkatkan jumlah dan kualitas tenaga pelayanan sosial
melalui: Penyusunan kebijakan pelayanan dan rehabilitasi sosial
bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS);
Peningkatan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana rehabilitasi
kesejahteraan sosial bagi PMKS; Peningkatan pembinaan,
17
pelayanan dan perlindungan sosial dan hukum bagi anak terlantar,
lanjut usia, penyandang cacat, dan tuna sosial; dan
Penyelenggaraan pelatihan keterampilan dan praktek belajar kerja
bagi PMKS; Peningkatan penyuluhan kesejahteraan sosial,
khususnya di daerah kumuh, perbatasan, terpencil, rawan konflik,
rawan bencana, dan gugus pulau; Peningkatan kualitas dan
kuantitas penyuluhan sosial melalui media massa cetak dan
elektronik; dan Peningkatan kualitas penyuluhan kesejahteraan
sosial melalui pelatihan teknik komunikasi.
3) Meningkatkan kemampuan dalam mengelola keragaman budaya
untuk menciptakan keserasian hubungan antar unit sosial dan
antarbudaya dalam rangka menurunkan ketegangan dan ancaman
konflik sekaligus memperkuat NKRI, yang dilakukan melaui kegiatan
pokok antara lain: Pelaksanaan dialog antarbudaya yang terbuka
dan demokratis; Pengembangan pendidikan multikultural untuk
meningkatkan toleransi dalam masyarakat; Pengembangan berbagai
wujud ikatan kebangsaan antara lain melalui pengembangan
infrastruktur untuk meningkatkan akses transportasi dan komunikasi
lintas daerah dan lintas budaya; Pelestarian dan pengembangan
ruang publik untuk memperkuat modal sosial; danPeningkatan
penegakan hukum untuk menciptakan rasa keadilan antarunit
budaya dan antarunit sosial.
4) Mengembangkan nilai-nilai budaya yang bertujuan untuk
memperkuat jati diri bangsa (identitas nasional) dan memantapkan
budaya nasional yang diharapkan dapat memperkokoh ketahanan
budaya nasional sehingga mampu menangkal penetrasi budaya
asing yang bernilai negatif. Kegiatan yang dilakukan antara lain :
Mengaktualisasikan nilai moral dan agama, merevitalisasi dan
mereaktualisasi budaya lokal yang bernilai luhur termasuk di
dalamnya pengembangan budaya maritim, dan transformasi budaya
18
melalui adopsi dan adaptasi nilai-nilai baru yang positif untuk
memperkaya dan memperkokoh khasanah budaya bangsa, seperti:
orientasi pada peningkatan kinerja, budaya kritis, akuntabilitas dan
penerapan iptek.
5) Meningkatkan penegakan hukum dengan upaya: Menata
kembali substansi hukum melalui peninjauan dan penataan kembali
peraturan perundang-undangan untuk mewujudkan tertib perundang-
undangan dengan memperhatikan asas umum dan hirarki
perundang-undangan; dan menghormati serta memperkuat kearifan
lokal dan hukum adat untuk memperkaya sistem hukum dan
peraturan melalui permberdayaan yurisprudensi sebagai bagian dari
upaya pembaruan materi hukum nasional; Melakukan pembenahan
struktur hukum melalui penguatan kelembagaan dengan
meningkatkan profesionalisme hakim dan staf peradilan serta
kualitas sistem peradilan yang terbuka dan transparan;
menyederhanakan sistem peradilan, meningkatkan transparansi
agar peradilan dapat diakses oleh masyarakat dan memastikan
bahwa hukum diterapkan dengan adil dan memihak pada
kebenaran; memperkuat kearifan lokal dan hukum adat untuk
memperkaya sistem hukum dan peraturan melalui pemberdayaan
yurisprudensi sebagai bagian dari upaya pembaruan materi hukum
nasional; dan Meningkatkan budaya hukum antara lain melalui
pendidikan dan sosialisasi berbagai peraturan perundang-undangan
serta perilaku keteladanan dari kepala negara dan jajarannya dalam
mematuhi dan menaati hukum serta penegakan supremasi hukum.
19
DAFTAR BACAAN
Anonim, Budaya, Wikipedia Indonesia, 2007
Anonim, Kebudayaan Indonesia, Wikipedia Indonesia, 2007
Anonim, Ketahanan Nasional dan Pengembangannya, Pokja Geostrategi
dan Ketahanan Nasional, Lembaga Ketahanan Nasional RI Jakarta,
2004.
Anonim, Pilkada : Masalah dan Prospek, CSIS, 2004
Anonim, Revitalisasi Nilai-Nilai Budaya dan Kearifan Lokal menghadapi
Pilkada Langsung, Program Pendidikan Simpul Demokrasi,
Jeneponto, 2007
Anonim, Sosiologi, Wikipedia Indonesia, 2007
Bapennas RI, Pertahanan dan Keamanan Nasional, Jakarta 2008.
Kusni. S, Yang Tercecer dari Supremasi Hukum Selama 2006, Riau Pos,
2006
Mansur Ma’shum, Prof. Ir. Ph.D.,Pembinaan Teritorial Dalam Mendukung
Ketahanan Nasional, Denpasar 26 Pebruari 2009
Modul E-learning BS Ketahanan Nasional Lemhannas RI Tahun 2008 :
- Kondisi Ketahanan Nasional;
- Filosofi Ketahanan Nasional Indonesia;
- Konsep Dasar Ketahanan Nasional;
- Pengertian, Konsepsi, Dan Hakekat Tannas;
- Azaz Tannas;
- Implementasi Konsepsi Ketahanan Nasional Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Dan Pembangunan
Mutakin.A, Prof,Dr. Proses Perubahan Sosial Budaya. 2006
Riza. T, Bagaimana Memilih Pemimpin Yang Tepat, Beranda Net, 2004
Safitri. Indra, Paradigma Baru Penegakan Hukum, Insider Online Jurnal,
1999.
Sayidiman Suryohadiprojo, Perencanaan Ketahanan Nasional Dalam Era
Reformasi, Jakarta 17 Maret 2009.
Suhyar. H, Resiko Seorang Pemimpin, Antara News, 2006
UU No. 17 Tahun 2007 Tentang RPJPN 2005-2025
UU No.7 Tahun 2005 Tentang RPJMN 2004-2009
20