Professional Documents
Culture Documents
1
The Pursuit
of the Conceptual Framework
2
BAB II
PENCARIAN KERANGKA DASAR AKUNTANSI
Proyek pencarian kerangka dasar (Conceptual Framework Project) adalah usaha yang
dilakukan oleh FASB untuk mengembangkan konsep yang berguna untuk menjadi pedoman bagi
dewan dalam menyusun standar dan memberikan kerangka dasar dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi.
Pada bab II ini menjelaskan bahwa praktik akuntansi dikembangkan dalam menghadapi perubahan
kondisi ekonomi yang sebelumnya tidak dilakukan dalam mencari sebuah ‘teori akuntansi’ sebelum
abad ke-20.
2. John B. Canning
Canning menyarankan konsep dasar penilaian dan pengukuran aset berdasarkan ekspektasi
masa depan seperti model penyandingan pendapatan dan biaya
3. DR . Scott
4. Menyatakan kerangka dasarnya dalam “The Basic for Accounting Principles” :
Bahwa diperlukannya teori akuntansi yang normatif
Teori akuntansi bukan kemajuan dari ide statis tetapi proses yang beradaptasi dengan
3
lingkungannya secara terus menerus.
Menilai pandangan AAA terhadap akuntansi terlalu sempit jika hanya sebatas
memperhatikan fungsi transaksi dalam akuntansi karena akuntansi jugamengarahkan
fungsi-fungsi penting lainnya.
Perlunya pengembangan pelaporan keuangan demi kepentingan investor dalam masa
revolusi industri
Mengemukakan kerangka dasar yang terdiri dari :
Orientation Postulate (Dalil Orientasi).
The Pervasive Principle of justice (Prinsip Keadilan).
The Principles of Truth and Fairness (Prinsip Kebenaran dan Kewajaran).
The Principles of Adaptability and Consistency (Prinsip penyesuaian diri dan
konsistensi).
dalam mengeluarkan standar akuntansi untuk beberapa kasus dibanding dengan teori akuntansi
4
secara umum.
Tahun 1958, AICPA membentuk komite khusus untuk meneliti dan membantu AICPA dalam
pengembangan teori akuntansi. Hasilnya adalah pembentukan Accounting Principle Board (APB)
menggantikan CAP dan mengidentifikasi 4 kisaran yang harus dituju yaitu : dalil asumsi-asumsi
dasar, prinsip yang mendasari kegiatan, aturan penerapan prinsip ke kondisi tertentu, dan
riset. Pada tahun 1959 APB kemudian diresmikan.
Tahun 1961 APB mengeluarkan “Basic Postulates of Accounting”. yang terdiri atas hirarki dalil
meliputi lingkungan, akuntansi dan hal-hal penting lainnya yang meliputi:
- Grup A, Dalil Lingkungan Ekonomi dan Politik
Dalil ini berdasarkan pada lingkungan ekonomi dan politik dimana akuntansi itu timbul.
Aspek-aspek yang relevan ialah:
• A-1. Quantitas
Data kuantitatif membantu akuntan dalam membuat keputusan ekonomi yang rasional
diantara alternatif-alternatif yang mungkin muncul.
• A-2. Pertukaran
Hampir sebagian besar barang dan jasa didistribusikan melalui pertukaran, tidak langsug
dari produsen ke konsumen akhir.
• A-3. Entitas
Aktivitas ekonomi dijalankan oleh beberapa entitas spesifik. Semua itu harus dijelaskan
di dalam laporan keuangan.
• A-4 Periode Waktu
Aktivitas ekonomi berlangsung melewati beberapa periode waktu dimana nantinya di
dalam laporan keuangan harus dicantumkan dengan pasti cut off dari periode waktu
tersebut.
• A-5 Alat ukur
Alat ukur yang umum digunakan adalah uang. Pada laporan keuangan harus dijelaskan
mata uang apa yang digunakan didalamnya.
- Grup B, Dalil Akuntansi
• B-1. Laporan Keuangan
Adalah merupakan hasil dari proses akuntasi yang menyatakan hubungan laporan
keuangan yang mendasar pada masing masing laporan dan mempunyai sandaran yang
sama dengan data yang disajikan dasar.
• B-2. Harga Pasar
Data akuntansi didasarkan pada harga umum lampau, sekarang dan akan datang yang
5
dapt menggantikan harga secara aktual atau yang diharapkan.
• B-3. Entitas
Merupakan hasil dari proses akuntasi yang menyatakan hubungan dari unit tertentu
atau entities
• B-4. Tentativeness
Hasil dari operasi untuk periode relative pendek adalah sebuah percobaan yang mana
alokasi prinsip akuntansi antara periode lalu, sekarang dan akan datang dipergunakan
pasa saat diperlukan.
- Grup C, Dalil Imperative (Penting dan harus dilaksanakan)
• C-1. Kontinuitas
Entitas harus dilihat sebagai unit yang akan berlangsung selamanya / terus-menerus
(going concern).
• C-2. Objektivitas
Aset dan kewajiban baru diakui ketika telah dapat diukur secara objektif.
• C-3. Konsistensi
Prosedur dan pengukuran akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari waktu ke
waktu.
untuk menyediakan informasi kualitatif; terutama mengenai keuangan entitas ekonomi yang
6
diharapkan bermanfaat dalam membuat keputusan ekonomis.”
APB Statement No.4 juga ditujukan untuk isu-isu baru, pengalaman pengguna. Hal ini
menyimpulkan bahwa “ pengguna laporan keuangan seharusnya memiliki pengetahuan dan
mengerti karakteristik dan batasan-batasan laporan keuangan”. Sayangnya, definisi tersebut
disediakan untuk elemen laporan keuangan yang lagi-lagi didasarkan atas praktik berlaku yang
disetujui yang menyatakan bahwa aset dan kewajiban didefinisikan sebagai “diakui dan diukur
dengan kesesuaian dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum”.
Sebagai hasilnya, komite bekerja selama 5 tahun sebelum sekali lagi muncul dengan apa
yang menjadi deskripsi dasar dari praktik yang ada. Sebagai tambahan, laporan APB dipublikasikan
sebagai suatu pernyataan dibandingkan sebagai suatu opini; konsekuensinya, rekomendasinya tidak
mencakup GAAP dan dapat diragukan tanpa melanggar Rule 203 dari Kode Etik AICPA, yang
mensyaratkan ketaatan dengan prinsip akuntansi yang disebarluaskan oleh lembaga otoritatif.
Anggota CAP dan APB utamanya adalah praktisi akuntansi yang rupanya memiliki sedikit
ketertarikan dalam mengembangkan suatu teori normatif akuntansi. Dalam upaya untuk mengisi
kekosongan ini, AAA mempublikasikan A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) di tahun
1966.
Dua ide baru muncul dengan adanya definis akuntansi dari ASOBAT. Anggota komite ini
utamanya adalah akademisi, sehingga mereka melihat akuntansi sebagai suatu sistem informasi.
Oleh karena itu, mereka melihat komunikasi sebagai suatu bagian integral dari proses akuntansi.
Komite juga mencakup konsep entitas dengan mengindikasikan bahwa tujuan akuntansi adalah
untuk membantu pengguna dalam mengambil keputusan. Sebagai konsekuensinya, komite
mengadopsi suatu pendekatan keputusan-bermanfaat dan mengidentifikasi 4 standar untuk
digunakan dalam mengevaluasi informasi akuntansi: relevansi, verifiabilitas, bebas dari bias, dan
dapat dikuantisir.
ASOBAT melihat adanya konflik bawaan antara relevansi dan verifiabilitas dalam pembuatan
suatu rekomendasi akhir. Risalah ditarik kembali karena pelaporan 2 hal biaya historis dan
pengukuran biaya sekarang dalam laporan keuangan. Pengukuran biaya sekarang yang digunakan
termasuk biaya penggantian dan penyesuaian tingkat harga.
Publikasi dari ASOBAT menghasilkan opini yang bermacam-macam. Robert Morrison, praktisi
satu-satunya dalam komite, mengusulkan menerbitkan risalah tetapi meminta untuk perhatia nnya
tersebut dipublikasikan sebagai suatu komentar pada akhir dokumen. Morisson mengindikasikan
bahwa ASOBAT tidak sepenuhnya memenuhi tugas karena ASOBAT menawarkan sedikit jalan teori
akuntansi dasar sebagai pondasi untuk prinsip-prinsip akuntansi. Dia juga tidak setuju dengan
pelaporan informasi biaya sekarang (current cost) dengan dasar bahwa akan mengurangi
7
verifiabilitas.
Pada sisi lain, anggota komite lainnya, George Sorter, menentang pendekatan kebutuhan
pengguna yang mengasumsikan bahwa kebutuhan pengguna dapat dengan mudah diketahui dan
dapat ditetapkan sehingga informasi dapat disediakan untuk memenuhi kebutuhan ini. Akhirnya,
salah satu pemimpin teoris pada saat itu, Robert Sterling menyatakan bahwa ASOBAT mengandung
sedikit hal baru. Dia juga menyatakan bahwa ASOBAT dianggap tidak konsisten dan tidak logis.
Sebagai contoh, dia mempertanyakan dasar pemikiran komite untuk current cost selayaknya bahwa
historical cost tidak sempurna. Dia mempertanyakan, jika biaya historis tidak cukup memadai,
mengapa melaporkannya semua?
Kritik dari APB menyebabkan adanya usaha lain untuk mengembangkan kerangka
konseptual akuntansi. Dalam keadaan yang serupa dengan ASOBAT, komite Trueblood melaporkan
tujuan laporan keuangan yang mencakup kriteria manfaat untuk keputusan sebagai dasar utama
dalam penyiapan dan penyajian informasi keuangan. Komite ini ditugaskan oleh AICPA dengan
mengusulkan tujuan fundamental laporan keuangan untuk memandu peningkatan pelaporan
keuangan. Yang digunakan untuk menjawab 4 pertanyaan:
1. Siapa yang membutuhkan laporan keuangan?
2. Informasi seperti apa yang mereka butuhkan?
3. Seberapa banyak informasi yang dibutuhkan yang dapat disediakan oleh akuntan?
4. Kerangka seperti apa yang dibutuhkan untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan?
Sebagai hasilnya, Komite secara spesifik melaporkan 4 informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna:
1. Membuat keputusan dengan memperhatikan penggunaan sumber daya yang terbatas
2. Efektivitas pengarahan dan pengendalian organisasi
3. Mengurus dan melaporakan penjagaan sumber daya
4. Memfasilitasi fungsi sosial dan pengendalian
Seperti para pendahulunya, Komite Trueblood kesulitan dalam menyetujui jawaban untuk
pertanyaan yang diajukan oleh AICPA. Laporan final Komite Trueblood dianggap sebagai langkah
pertama dalam proses yang menggambarkan tujuan untuk pelaporan keuangan berikut ini:
1. Tujuan dasar laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat
dalam membuat keputusan ekonomi
2. Sebuah tujuan laporan keuangan adalah untuk membantu pemakai utama yang memiliki
wewenang, kemampuan, atau sumber daya yang terbatas untuk memperoleh informasi dan
12. Tujuan laporan keuangan adalah untuk melaporkan aktivitas perusahaan yang
9
mempengaruhi masyarakat yang dapat ditentukan dan dijelaskan atau diukur dan
merupakan peran yang penting dari perusahaan dalam lingkungan sosial.
Pendekatan Klasikal
Studi ini meliputi periode dari 1922 sampai dengan 1962, dengan perkecualian satu risalah
dari tahun 1975. SATTA mengungkapkan bahwa semua hasil kerja tersebut bersifat deduktif dan
mengkritiknya sebagai sesuatu yang secara umum tidak berhubungan dalam hal tidak ditujukan atau
dibangun berdasar hasil kerja sebelumnya. Sebagai catatan bahwa banyak pengarang dari hasil kerja
ini dilatih dalam dunia ekonomi yang dipengaruhi oleh teori ekonomi neoklasikal perusahaan,
dimana meragukan biaya historis dan secara umum menganjurkan penggunaan nilai sekarang.
SATTA membuat subklasifikasi studi dalam kelompok ini menjadi sekolah deduktif
(pendapatan sebenarnya) dan sekolah induktif. Teori sekolah deduktif mempertahankan bahwa
pendapatan diukur dengan basis penilaian tunggal akan memenuhi kebutuhan semua pengguna.
Studi sekolah induktif dipandang oleh SATTA sebagai usaha untuk merasionalkan atau membenarkan
praktek akuntansi yang ada.
keputusan terpisah telah dipilih, informasi yang relevan dengan model ditetapkan dan alternatif
10
akuntansi dibandingkan dengan data penting untuk implementasi model. Sebagai contoh, laporan
Trueblood menyatakan bahwa tujuan dasar laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
bermanfaat untuk membuat keputusan ekonomis.
Informasi Ekonomis
Studi menggunakan pendekatan ini dengan menggunakan teori ekonomi untuk menetapkan
informasi yang penting untuk membuat keputusan ekonomi. Mereka memperlakukan informasi
sebagai suatu komunitas yang memiliki biaya dan harga dan memeriksa apakah peraturan pelaporan
keuangan eksternal diinginkan. SATTA secara jelas meliputi kategori ini seperti munculnya metode
pengembangan teori akuntansi; akan tetapi, informasi ekonomi tidak memiliki keuntungan menonjol
yang diantisipasi oleh SATTA.
Bagian berikutnya dari SATTA mencatat bahwa walaupun pandangan evolusioner akuntansi
dapat dipertimbangkan menarik, bukti-bukti mengesankan bahwa literasi akuntansi yang ada tidak
konsisten dengan pandangan ini. Kuhn menyarankan kemajuan ilmiah mengalami urutan di bawah
ini:
1. Diterimanya paradigma1
2. Pelaksanaan atas paradigma tersebut
3. Ketidakpuasan atas paradigma
4. Mencari paradigma baru
5. Menerima paradigma baru
SATTA berpendapat bahwa teori akuntansi sedang berada di urutan ketiga pada saat itu
11
karena sejumlah teoris merasa tidak puas dengan pendekatan matching untuk mengkhususkan isi
laporan keuangan.
Proyek Kerangka Konseptual oleh FASB (The FASB’s Conceptual Framework Project)
Conceptual Framework Project (CFP) pertama berusaha untuk mengembangkan prinsip atau
standar kualitatif yang luas untuk menerangkan cara pengambilan pilihan secara rational dan
sistematis dari beberapa metode alternatif pelaporan keuangan. Sebagai hasilnya, CFP adalah suatu
jembatan yang menghubungan antara tujuan (objective) dan basis/dasar (fundamental). Objective
didefinisikan sebagai tujuan dan sasaran akuntansi keuangan, sedangkan fundamental diartikan
sebagai konsep yang membatu dalam mencapai tujuan tersebut. Konsep tersebut didesain untuk
menyediakan panduan dalam:
CFP telah menghasilkan 7 pernyataan SFAC : SFAC No.1 “Objective of Financial Reporting of
Business Entity”, SFAC No.2 “Qualitative Characteristics of Accounting Information”, SFAC No.3
“Elements Of Financial Statements of Business Enterprises” , SFAC No.4 “Objective of Financial
Reporting by Non-Business Organization”, SFAC No.5 “Recognition and Measurement in Financial
Statements of Business Enterprises”, SFAC No.6 “Elements of Financial Statements”, SFAC No.7
“Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting Measurement”.
CFP tidak secara langsung mempengaruhi praktik yang ada, dan SFAC tidak dimaksudkan
12
untuk meminta pengaplikasian Rule 203 atau 204 Kode Etik Profesional, yang mana secara khusus
penyimpangan apa saja dari GAAP harus diungkapkan. SFAC mempengaruhi praktik hanya pad a
artian mempengaruhi pengembangan standar akuntansi baru.
SFAC menyediakan bagi dewan suatu pondasi untuk pengaturan standar dan alat yang
digunakan untuk memutuskan akuntansi dan pertanyaan pelaporan. Meskipun CFP tidak
menyediakan semua jawaban, CFP mempersempit alternatif-alternatif dan menghilangkan hal-hal
yang tidak konsisten dengannya.CFP juga digunakan untuk memandu pengembangan standar yang
netral, yang akan membantu dalam alokasi sumber daya yang langka dan efisiensi fungsi dari pasar
modal.
SFAC No. 2 mencatat bahwa pilihan akuntansi dibuat paling sedikit dalam 2 level. Pertama,
13
FASB atau badan lainnya seperti SEC memiliki kekuatan untuk mensyaratkan entitas bisnis untuk
melaporkan dalam beberapa cara terpisah atau untuk melarang suatu metode yang tidak diinginkan.
Kedua, pelaporan perusahaan membuat pilihan akuntansi diantara alternatif-alternatif yang dapat
diterima.
Gambar 2.1 mengilustrasikan Hierarki Kualitas Akuntansi, yang didiskusikan SFAS No. 2
dalam mereview karakteristik informasi akuntansi. Dari gambar 2.1 kita dapat melihat bahwa
karakteristik informasi yang membuatnya sesuatu yang diinginkan, dipandang dalam suatu hierarki
kualitas, dimana manfaat untuk pembuatan keputusan menjadi kualitas yang paling penting. Akan
tetapi hierarki tidak membedakan antara kualitas utama dengan kualitas lainnya, ataupun
memberikan prioritas diantara kualitas-kualitas yang ada.
Keputusan Bermanfaat
Kualitas Spesifik
Keputusan utama Relevansi Keandalan
Secara umum, kecuali manfaat yang akan diperoleh dari suatu komoditas atau jasa melebihi
biaya untuk memperolehnya, komoditas atau jasa ini tidak akan dicari. Akan tetapi informasi
keuangan berbeda dengan komoditas tersebut, dimana biaya untuk mempersiapkan laporan
keuangan tergantung pihak yang mempersiapkan (perusahaan), sedangkan manfaatnya belum bisa
ditentukan karena tertangguhkan oleh pihak yang mempersiapkan dan pengguna.
Dapat dipahami merupakan kombinasi dari karakteristik pengguna dan karakteristik bawaan
dalam informasi. Karakteristik ini menyediakan suatu hubungan antara pembuat keputusan dengan
informasi akuntansi. Agar kriteria dalam SFAS No. 1 berguna, pembuat keputusan harus secara
eksplisit memahami informasi. Dapat dipahami dapat diklasifikasikan sebagai suatu yang
berhubungan khusus dengan pembuat keputusan (apakah pembuat keputusan berbicara dengan
bahasa ini?). Atau berhubungan dengan kelas pembuat keputusan (apakah pengungkapan dapat
dipahami oleh audience yang dituju?).
SFAS No.1 mengindikasikan bahwa informasi keuangan diharapkan dapat bermanfaat untuk
pengambilan keputusan. SFAS No. 1 juga menetapkan bahwa relevansi dan keandalan adalah 2
kualitas utama yang mebuat informasi akuntansi bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Subjek
untuk menentukan batasan biaya-manfaat, peningkatan relevansi, peningkatan keandalan adalah
karakteristik yang membuat informasi menjadi suatu komoditas yang lebih diinginkan-salah satunya
bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
Relevan (Relevance)
Informasi akuntansi yang relevan dapat membuat suatu perbedaan dalam suatu keputusan
dengan membantu pemakai untuk membuat prediksi mengenai hasil kejadian di masa lalu, saat ini,
dan di masa depan atau untuk memperkuat atau mengoreksi ekspektasi sebelumnya. Informasi yang
15
relevan memiliki nilai prediksi, nilai umpan balik, dan ketepatan waktu.
Nilai Prediksi (Predictive Value) dan Nilai Umpan Balik (Feedback Value)
Mendapatkan atau memiliki informasi yang tersedia sebelum informasi tersebut kehilangan
kapasitas atau kegunaannya dalam mempengaruhi keputusan merupakan aspek yang penting dalam
karakteristik relevansi. Jika informasi tidak tersedia ketika dibutuhkan atau jika tersedia begitu lama
setelah kejadian pelaporan yang menyebabkan informasi tidak memiliki nilai untuk tindakan di masa
depan, akan mengurangi relevansinya dan sedikit bahkan tidak digunakan. Meskipun tepat waktu
sendiri tidak dapat membuat informasi relevan, suatu kekurangan dalam ketepatan waktu dapat
menyebabkan hilangnya relevansi dari informasi yang mungkin pada sisi lain dimiliki.
Keandalan (Reliability)
Verifiabilitas dapat ditunjukkan dengan derajat kesepakatan yang tinggi dari berbagai
pengukuran yang independent dengan menggunakan metode yang sama. Sedangkan penyajian jujur
mencerminkan keterkaitan dan kecocokan antara angka-angka dalam akuntansi dengan sumber atau
kejadian yang diwakilkan oleh angka-angka tersebut. Suatu derajat kesepakatan yang tinggi, akan
tetapi, tidak menjamin bahwa suatu pengukuran akuntansi akan relevan dengan kebutuhan
16
pengguna jika sumber atau kejadian yang disajikan oleh pengukuran tidak sesuai dengan tujuannya.
Para sarjana sosial mendefinisikan konsep ini sebagai validitas.
Netralitas
Dalam formulasi dan implementasi standar, perhatian utama adalah keandalan dan relevansi
yang dihasilkan, bukan pada akibat yang disebabkan oleh peraturan baru terhadap hal-hal tertentu.
Pilihan netral diantara alternatif-alternatif akuntansi adalah bebas dari bias terhadap hasil yang
diperkirakan sebelumnya. Tujuan dari laporan keuangan adalah melayani banyak pengguna
informasi yang berbeda-beda, yang memiliki kepentingan yang berbeda, dan tidak ada satu pun hasil
yang ditentukan sebelumnya akan sesuai dengan berbagai kepentingan tersebut.
Kegunaan suatu informasi mengenai perusahaan tertentu akan meningkat dengan tajam bila
dapat dibandingkan dengan informasi serupa dari perusahaan lain dan dengan informasi serupa dari
perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda atau pada suatu waktu. Komparabilitas antar
perusahaan dan konsistensi dalam penerapan metode akan meningkatkan nilai informasional dari
perbandingan kinerja atau kesempatan ekonomi relatif dari waktu ke waktu. Keunggulan informasi,
khususnya informasi kuantitaif, bergantung pada luasnya tingkat kemampuan pengguna untuk
menghubungkannya dengan beberapa tolok ukur.
Hambatan Materialitas
standar yang lebih spesifik di masa yang akan datang, seperti pada masa yang lalu, sebagaimana
17
mestinya.
Dalam SFAC No.5, FASB berusaha untuk memperluas lingkup pengukuran hasil dari operasi
perusahaan bisnis dengan memperkenalkan definisi dari comprehensive income sebagai berikut:
Comprehensive income adalah perubahan dalam ekuitas (aset bersih) dari sebuah entitas
selama satu periode dari transaksi dan kejadian dan keadaan yang berasal dari sumber non-pemilik.
Mencakup semua perubahan dalam ekuitas selama satu periode kecuali semua yang berasal dari
investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik.
Pendekatan ini mewakili usaha FASB untuk mempersatukan pendekatan pemeliharaan
modal dan pendekatan transaksi akuntansi tradisional untuk mengukur pendapatan. Dengan
pendekatan pemeliharaan modal, pendapatan bersih didefinisikan sebagai jumlah maksimum dari
sumber daya perusahaan yang dapat didistribusikan kepada pemilik selama periode tertentu (di luar
investasi dari pemilik baru) dan dengan tetap meninggalkan perusahaan bisnis pada akhir periode
sebaik pada awal periode.
SFAC No.5 menyarankan agar laporan arus kas menggantikan laporan atas perubahan posisi
keuangan dan memberikan dorongan untuk mewajibkan laporan arus kas Menurut SFAC No.5
sebuah set lengkap dari laporan keuangan dalam satu periode harus menggambarkan:
Laporan atas posisi keuangan harus menyediakan informasi mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas sebuah entitas dan hubungan mereka dengan satu sama lain untuk suatu waktu. Laporan ini
juga harus menggambarkan struktur sumber daya yang dimiliki entitas-kelompok besar dan jumlah
aset-dan struktur pembiayaannya-kelompok besar dan jumlah kewajiban serta ekuitasnya.
Penerimaan adalah ukuran kinerja entitas selama satu periode. Penerimaan mengukur
tingkat dimana aliran masuk dari aset (pendapatan dan untung) melebihi aset yang keluar. Konsep
penerimaan yang ada dalam SFAC No.5 serupa dengan pendapatan bersih untuk satu periode yang
ditentukan dengan pendekatan transaksi. Diharapkan bahwa konsep penerimaan akan berlanjut
menjadi subjek untuk proses perubahan gradual yang telah terkarakterisasi dalam
18
pengembangannya.
SFAC No. 5 mendefinisikan comprehensive income sebagai sebuah ukuran yang luas dari efek
transaksi dan kejadian lain pada sebuah entitas. Hal ini terdiri dari seluruh perubahan ekuitas yang
diakui dari sebuah entitas selama satu periode dari transaksi kecuali yang berasal dari investasi oleh
pemilik dan distribusi kepada pemilik. Di bawah definisi SFAC No.5, hubungan antara perolehan dan
comprehensive income diilustrasikan sebagai berikut:
Pendapatan Perolehan
Dikurangi:beban Tambah atau kurang penyesuaian akuntansi kumulatif
Ditambah:keuntungan Tambah atau kurang perubahan ekuitas non pemilik lainnya
Dikurangi:kerugian
= Perolehan = Comprehensive Income
Laporan arus kas harus merefleksikan baik secara langsung maupun tidak langsung
penerimaan kas sebuah entitas, diklasifikasikan berdasar sumber utama dan pembayaran kasnya
yang diklasifikasikan berdasar penggunaan utamanya selama suatu periode. Laporan tersebut harus
memasukkan informasi aliran kas mengenai operasi, pembiayaan, dan aktivitas investasi.
Laporan mengenai investasi oleh dan distribusi kepada pemilik mencerminkan transaski
modal sebuah entitas selama satu periode. Yaitu, mencerminkan dimana dan dengan cara apa
ekuitas dari entitas meningkat atau menurun dari transaksi dengan pemilik.
Sebagai tambahan atas permasalahan comprehensive income, SFAC No.5 menunjuk pada
permasalahan pengukuran tertentu yang berhubungan erat dengan pengakuan. Menurut SFAC No.5,
sebuah item dan informasi mengenai hal tersebut harus memenuhi empat kriteria pengakuan dan
harus diakui ketika kriteria tersebut terpenuhi (subjek atas biaya-manfaat dan hambatan
materialitas).
1. Definisi. Item harus memenuhi definisi sebuah elemen yang terkandung dalam SFAC No.6.
2. Keterukuran. Harus memiliki ciri yang relevan, dapat diukur dengan keandalan yang cukup.
3. Relevan. Informasi mengenai item tersebut dapat membuat perbedaan bagi keputusan
pengguna.
4. Keterandalan. Informasi tersebut bersifat jujur, dapat diverifikasi, dan netral.
Kriteria pengakuan ini konsisten dengan dan secara nyata berasal dari SFAC No.1, 2, dan 6.
SFAC No.5 menyediakan pedoman dalam mengaplikasikan kriteria pengakuan dalam kasus tersebut
ketika penerimaan perusahaan dipengaruhi oleh keputusan pengakuan. Pedoman ini konsisten
dengan doktrin mengenai konservatisme. Dengan kata lain, pengakuan atas pendapatan dan
19
keuntungan didasarkan pada uji tambahan mengenai (1) direalisasi atau dapat direalisasi dan (2)
diperoleh sebelum diakui sebagai pendapatan. Pedoman untuk mengakui beban dan kerugian
tergantung baik pada konsumsi atas keuntungan atau kerugian atas keuntungan di masa yang akan
datang.
Salah satu jurang besar dalam SFAC No.5 adalah kegagalannya dalam mendefinisikan istilah
pendapatan. Lebih jauh lagi, SFAC No.5 tidak memecahkan perdebatan antara nilai sekarang/nilai
historis. Kegagalan ini tampaknya disebabkan oleh posisi yang diambil Dewan dengan menerima
kegunaan bagi pembuatan keputusan sebagai tujuan yang berlebihan dari laporan keuangan.
Pengembangan teori akuntansi di masa mendatang akan menggunakan konsep yang
didefinisikan dalam SFAC No.5 sebagai pedoman operasional. Mereka harus menjadi batasan yang
luas dalam pengembangan respon terhadap masalah akuntansi yang kontroversial.
Statement of Financial Accounting Concepts No.6: “Elemen Laporan Keuangan dari Perusahaan
Bisnis”
SFAC No.6 (dibahas lebih mendalam pada Bab 5 dan 6) mendefinisikan sepuluh elemen dari
laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja dan posisi keuangan dari entitas
ekonomi. Sepuluh elemen ini adalah aset, kewajiban, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi
kepada pemilik, pendapatan komprehensif, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian-mewakili
unsur-unsur yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan. Definisi elemen-elemen dapat
digunakan untuk menentukan kandungan dari laporan keuangan.
Statement of Financial Accounting Concepts No.7: “Menggunakan Informasi Arus Kas dan
Pengukuran Akuntansi dengan Nilai Saat Ini.”
SFAC No.7 menyediakan kerangka untuk menggunakan arus kas di masa yang akan datang
sebagai dasar untuk pengukuran akuntansi pada saat pengakuan awal aset atau fresh-start
measurement dan metode bunga untuk amortisasi. Sebagai tambahan, SFAC No.7 memberikan
prinsip-prinsip umum yang mengatur penggunaan present value, khususnya ketika jumlah arus kas
di masa mendatang, waktu, atau keduanya tidak pasti dan adanya pemahaman umum dari tujuan
present value dalam pengukuran akuntansi. SFAC No.7 tidak mengatur permasalahan mengenai
pengakuan atau menentukan kapan pengukuran fresh-start dapat dilakukan. Kejadian dan keadaan
yang menyebabkan fresh-start measurement dipandang sebagai sesuatu yang berbeda antara satu
situasi dengan situasi yang lain. FASB berharap untuk memutuskan apakah situasi tertentu
memerlukan fresh-start measurement dengan menggunakan dasar dari proyek ke proyek.
Pengukuran akuntansi merupakan topik yang sangat luas. Akibatnya, FASB memfokuskan
20
pada rangkaian pertanyaan yang relevan dengan pengukuran dan konvensi amortisasi yang
menggunakan teknik present value. Pertanyaan diantaranya adalah:
1. Apakah tujuan dari penggunaan present value dalam pengakuan awal atas aset dan
kewajiban? Dan, apakah tujuan ini berbeda dengan pengukuran fresh-start berikutnya atas
aset dan kewajiban?
2. Apakah pengukuran kewajiban dengan present value berbeda dari pengukuran atas aset?
3. Bagaimana seharusnya perkiraan arus kas dan tingkat bunga dikembangkan?
4. Apakah tujuan dari present value ketika digunakan bersamaan dengan amortisasi atas aset
dan kewajiban?
5. Bagaimana seharusnya amortisasi present value digunakan ketika perkiraan arus kas
berubah?
FASB mengindikasikan bahwa tujuan dari pengukuran present value adalah untuk
menangkap perbedaan ekonomis diantara berbagai kemungkinan arus kas di masa yang akan
datang. Sebagai contoh, masing-masing aset berikut dengan arus kas mendatang sebesar $25.000
memiliki sebuah perbedaan ekonomis:
a. Sebuah aset dengan arus kas kontrak tetap dan tertentu jatuh tempo dalam satu hari
sebesar $25.000.
b. Sebuah aset dengan arus kas kontrak dan tertentu jatuh tempo dalam sepuluh tahun
sebesar $25.000.
c. Sebuah aset dengan arus kas kontrak tetap dan tertentu jatuh tempo dalam satu hari
sebesar $25.000. Jumlah aktual yang diterima mungkin lebih kecil tetapi tidak lebih dari
$25.000.
d. Sebuah aset dengan arus kas kontrak tetap dan tertentu jatuh tempo dalam sepuluh
tahun sebesar $25.000. Jumlah aktual yang diterima mungkin lebih kecil tetapi tidak
lebih dari $25.000.
e. Sebuah aset dengan arus kas yang diharapkan sebesar $25.000 dalam sepuluh tahun
dengan jangkauan antara $20.000 sampai $30.000.
Aset-aset ini dibedakan satu sama lain oleh waktu dan ketidakpastian atas arus kas di masa
yang akan datang. Pengukuran berdasarkan arus kas yang tidak didiskonto akan menghasilkan
pencatatan atas masing-masing aset dengan jumlah yang sama. Karena secara ekonomis mereka
berbeda, present value yang diharapkan akan berbeda. Pengukuran present value yang secara
menyeluruh menangkap perbedaan ekonomis diantara kelima aset harus mengandung elemen-
elemen berikut:
- Tradisional. Arus kas single dan tingkat bunga single seperti pada obligasi 12% yang jatuh
tempo dalam sepuluh tahun. Kasus a dan b diatas adalah contoh penggunaan
pendekatan tradisional.
- Arus kas yang diharapkan. Jangkauan arus kas yang mungkin dengan jangkauan
kemungkinan. Kasus c,d, dan e di atas adalah contoh dari pendekatan arus kas yang
diharapkan.
Untuk memberi ilustrasi lebih jauh tentang pendekatan arus kas yang diharapkan, anggaplah
bahwa sebuah bisnis berhadapan dengan kewajiban yang harus diukur. Tidak ada pasar yang
menyediakan informasi tentang harga untuk kewajiban yang dapat diperbandingkan. Pembayaran
yang paling mungkin sebesar $2 juta dalam sepuluh tahun. Tetapi, dengan “skenario paling baik”
kewajiban dapat diselesaikan dengan $1 juta dalam lima tahun dan dengan “skenario paling buruk”
perusahaan mungkin harus membayar $50 juta dalam 25 tahun. Asumsi bahwa tingkat diskonto
bebas risiko sebesar 5% dan kurva hasil rata, penghitungan present value dengan probabilitas yang
tidak diketahui adalah:
Tahun Jumlah PV
Bagaimanapun, fakta bahwa tiga kasus tersebut memiliki kemungkinan yang sama adalah
berlawanan dengan intuisi. Asumsi bahwa manajemen telah memperkirakan bahwa kasus yang
paling mungkin sebesar dua kalinya adalah kasus dengan skenario terbaik dan kasus dengan skenario
22
terburuk hanyalah sepertiga dari skenario terbaik. Perkiraan ini menghasilkan probabilitas sebesar
30, 60, dan 10 persen, secara berurutan, untuk yang paling baik, yang paling mungkin, dan paling
buruk. Dengan memasukkan probabilitas ini ke dalam analisis menghasilkan present value yang
diharapkan:
Tahun PV P Ekstensi
Harus ditekankan bahwa probabilitas hasil secara signifikan mempengaruhi present value
yang diharapkan, dan mengalokasikan probabilitas yang berbeda pada tiga hasil yang mungkin akan
menghasilkan present value diharapkan yang berbeda-beda. Dalam contoh sebelumnya, bila kita
mengubah probabilitas menjadi 35 persen, 45 persen, dan 20 persen, akan dihasilkan present value
diharapkan sebesar $1.060.567.
Tujuannya adalah untuk mengestimasi nilai aset yang diperlukan saat ini untuk
menyelesaikan kewajiban pada pemegang atau memindahkan kewajiban kepada sebuah entitas
yang memiliki posisi kredit yang dapat dibandingkan. Untuk mengestimasi nilai wajar dari note
payable atau obligasi, diperlukan estimasi harga dimana entitas lain akan bersedia mengambil alih
kewajiban tersebut menjadi asetnya. Contohnya, kemajuan dari pinjaman adalah harga yang dibayar
oleh seorang pemberi pinjaman untuk memperoleh arus kas mendatang dari aset yang dijanjikan
oleh peminjam, atau nilai dari obligasi adalah harga sekuritas yang diperdagangkan di pasar. Di lain
pihak, beberapa kewajiban merupakan hutang kepada individu-individu yang tidak terbiasa menjual
hak mereka seperti mereka menjual asetnya. Contohnya, entitas mungkin menjual produk dengan
dilengkapi jaminan. Dalam mengestimasi nilai wajar dari kewajiban semacam itu, diperlukan estimasi
atas harga dimana perusahaan bersedia membayar pihak ketiga untuk mengambil alih kewajiban.
(perhatikan bahwa hal ini akan mencakup syarat-syarat dari keuntungan.)
Ukuran yang paling relevan dari kewajiban harus memasukkan posisi kredit yang wajib
dibayar oleh entitas. Ketika kewajiban terjadi dalam pertukaran dengan kas, peran dari posisi kredit
mudah untuk ditentukan,sehingga sebuah perusahaan dengan posisi kredit yang kuat akan
menerima lebih banyak kas dibandingkan dengan entitas dengan posisi kredit yang lemah.
Contohnya, jika dua buah entitas berjanji untuk membayar $500 dalam lima tahun, entitas dengan
23
posisi kredit kuat akan memperoleh $374 (asumsi tingkat bunga sebesar 6 persen), sementara
entitas dengan posisi kredit lemah hanya akan memperoleh sekitar $284 (asumsi tingkat bunga 12
persen). Efek dari posisi kredit dalam pengukuran kewajiban entitas biasanya tertangkap dalam
penyesuaian tingkat bunga, yang mirip dengan pendekatan tradisional yang memasukkan risiko dan
ketidakpastian dalam pengukuran arus kas. Pendekatan ini sesuai dengan kewajiban arus kas
kontraktual, tetapi pendekatan arus kas yang diharapkan mungkin lebih efektif ketika mengukur efek
dari posisi kredit pada kewajiban lain. Contohnya, kewajiban mungkin memberi entitas dengan
jangkauan kemungkinan arus kas keluar mulai dari yang paling rendah sampai dengan jumlah
tertinggi. Hanya ada sedikit kemungkinan gagal bayar apabila jumlahnya rendah, tetapi kemungkinan
tinggi bila jumlahnya juga tinggi. Dalam situasi demikian akibat dari posisi kredit mungkin lebih
efektif dimasukan kedalam perhitungan arus kas diharapkan.
FASB mencatat bahwa tujuan dari semua alokasi akuntansi adalah untuk melaporkan
perubahan dalam nilai, penggunaan, atau substansi dari aset dan kewajiban dari waktu ke waktu.
Alokasi akuntansi berusaha untuk menghubungkan perubahan dari nilai aset atau kewajiban yang
dicatat dengan beberapa fenomena dunia nyata yang dapat diobservasi. Contohnya, depresiasi garis
lurus menghubungkan perubahan tersebut dengan masa manfaat yang diestimasi atas suatu aset.
Alokasi dengan metode bunga mengasosiasikan perubahan jumlah yang dicatat dengan perubahan
present value dari set arus kas masuk atau keluar di masa yang akan datang. Di bawah GAAP saat ini,
alokasi metode bunga dianggap lebih relevan dibanding metode lain ketika diterapkan pada aset
yang mengandung satu atau lebih karakteristik sebagai berikut:
a. Transaksi yang memberikan kenaikan pada aset atau kewajiban melibatkan peminjaman
atau pemberian pinjaman.
b. Set tertentu dari perkiraan arus kas di masa mendatang berhubungan erat dengan aset atau
kewajiban.
c. Pengukuran pada pengakuan awal didasarkan pada present value.
Perubahan perkiraan awal dari arus kas, baik untuk waktu maupun jumlah, dapat
dikomodasikan dalam skema amortisasi bunga atau dimasukkan ke dalam pengukuran fresh-start
atas aset atau kewajiban. Bila jumlah atau waktu perkiraan arus kas berubah dan item tersebut tidak
dihitung ulang, skema amortisasi bunga harus dimodifikasi untuk mengintegrasikan perkiraan arus
kas baru. FASB mencatat bahwa metode berikut telah digunakan untuk memasukkan perubahan
atas perkiraan arus kas:
- Prospective. Menghitung tingkat bunga efektif yang baru berdasar pada arus kas masa
24
medatang.
- Catch-up. Menyesuaikan jumlah bawaan menjadi present value dari arus kas yang
diperbarui.
- Retrospective. Menghitung tingkat bunga yang baru berdasar arus kas pada tanggal
tersebut dan arus kas diharapkan.
FASB menyatakan preferensinya terhadap metode catch-up ketika mencatat perubahan atas
perkiraan arus kas masa yang akan datang karena hal tersebut konsisten dengan pendekatan
present value. Bila kondisi berubah, perubahan dalam estimasi akan dicatat dan informasi baru akan
dimasukkan.
Pada awal 2000an, FASB mencatat adanya ekspresi keprihatinan mengenai kualitas dan
transparansi informasi akuntansi. Salah satu perhatian utama adalah meningkatnya kompleksitas
dari standar FASB. Dewan menyimpulkan bahwa banyak detil dan kompleksitas diasosiasikan dengan
standar akuntansi adalah hasil dari pedoman implementasi yang diarahkan oleh peraturan, yang
membiarkan “ rekayasa akuntansi “ keluar dari peraturan. Contohnya, SFAS No.13, “Akuntansi untuk
Lease,” mengidentifikasikan empat kriteria yang tidak boleh dilanggar bila lease akan dicatat sebagai
sebuah lease operasi. Akibatnya, perusahaan leasing dan lessee prospektif berusaha untuk membuat
kontrak lease sedemikian rupa sehingga tidak akan melanggar kriteria-kriteria tersebut. FASB
memberikan banyak karakteristik kompleksitas untuk pengecualian sampai bentuk-bentuk prinsip
dalam standar serta pedoman interpretasi dan implementasi.
Untuk menggambarkan perbedaan antara standar berdasar peraturan dan standar berdasar
25
prinsip, proses penetapan standar dapat dipandang sebagai jangkauan variasi mulai dari standar
yang paling kaku di satu ujung sampai pada definisi umum dari konsep berdasar ekonomis di ujung
yang lain. Contohnya, mengenai goodwill sebagai aset tidak nyata. Contoh dari variasi yang paling
kaku adalah praktik yang sebelumnya dapat diterima yaitu:
Persyaratan ini tidak meninggalkan ruang untuk penilaian atau ketidaksetujuan jumlah
beban amortisasi yang harus diakui. Komparabilitas dan konsistensi antar perusahaan dan waktu
dipastikan secara jujur di bawah peraturan semacam itu. Tetapi, persyaratan tersebut mengurangi
relevansi karena hal tersebut tidak merefleksikan sifat ekonomis yang mendasari entitas pelaporan,
dimana hal tersebut dapat berbeda di antara perusahaan-perusahaan dan waktu.
Pada ujung berlawanan dari variasi tersebut adalah aturan baru FASB yaitu:
Goodwill tidak diamortisasi. Semua goodwill yang dicatat harus diuji atas impairment dan
bila impair, harus dicatat berdasarkan nilai sekarang dengan dasar tahunan.
Persyaratan ini memerlukan aplikasi penilaian dan keahlian dari manajemen dan auditor.
Tujuannya adalah untuk mencatat penurunan nilai aset, yaitu goodwill.
pelaporan, dan informasi pendukung yang akan memfasilitasi pemahaman baik ekonomis
26
maupun pelaporannya.
Diluar kekuatan argumen ini, tidak semua akuntan setuju bahwa standar FASB secara
ekstrim didasarkan pada peraturan. Sebagai contoh, Katherine Schipper, seorang profesor akuntansi
dan anggota FASB pada saat itu, menyatakan: “Standar laporan keuangan AS secara umum berdasar
pada prinsip, yang berasal dari Kerangka Kerja Konseptual FASB, tetapi mereka juga mengandung
elemen-elemen-seperti lingkup dan pengecualian perlakuan dan pedoman implementasi mendetil-
yang membuat mereka juga tampak seperti berdasarkan peraturan”
Pada 2003, staf SEC menyerahkan kepada kongres sebuah studi yang menyangkut masalah
ini, termasuk rekomendasi kepada FASB sebagai berikut:
1. FASB harus menerbitkan standar yang berorientasi tujuan.
2. FASB harus menangani kekurangan-kekurangan dalam kerangka kerja konseptual.
3. FASB harus menjadi satu-satunya organisasi yang menetapkan pedoman akuntansi
otoritatif di Amerika Serikat.
4. FASB harus meneruskan usaha konvergensinya.
5. FASB harus berusaha untuk mendefinisikan kembali hirarki pada GAAP.
6. FASB harus meningkatkan akses pada literatur yang dapat diandalkan.
7. FASB harus melakukan review menyeluruh terhadap literatur-literaturnya untuk
mengidentifikasi standar yang lebih berdasar peraturan dan mengadopsi rencana
transisi untuk mengubah standar-standar tersebut.
Pada Juli 2004 FASB memberikan respon terhadap rekomendasi yang ada dalam studi dan
mencatat bahwa beberapa rekomendasinya telah diterapkan dan bahwa Dewan telah
mendiskusikan komentar-komentar dan mamutuskan untuk memberikan respon spesifik yang
diringkas dalam paragraf berikut:
a. Menerbitkan Standar Berorientasi Tujuan
Dewan menyimpulkan bahwa perlu dilakukan perbaikan atas kerangka kerja
konseptualnya. Dewan juga bersepakat dengan SEC bahwa tujuan dari standar-
standarnya harus didefinisikan dengan lebih jelas, pedoman implementasi perlu
diperbaiki, pengecualian ruang lingkup harus dikurangi, dan pendekatan aset-kewajiban
pada penetapan standar harus dipertahankan
b. Kerangka Kerja Konseptual
Dewan mencatat bahwa terdapat beberapa proyek yang sedang berjalan dalam
agendanya dan memfokuskan bagaimana pertukaran antara relevansi, keandalan, dan
negara lain. Kesepakatan pertama adalah membuat laporan keuangan yang telah ada kompatibel
28
dan dapat digunakan secepatnya serta yang kedua adalah menjaga supaya tetap kompatibel.
Dewan membagi proyek tersebut dalam 8 fase yaitu :
1. Objective and Qualitiative characteristic (sasaran dan karakteristik kualitatif)
2. Element and Recognition (unsur dan pengakuan)
3. Measurement (pengukuran)
4. Reporting entity (entitas pelaporan)
5. Presentation and disclosure (penyajian dan pengungkapan)
6. Framework purpose (tujuan kerangka)
7. Applicability to the not-for-profit sector (kemampuan untuk dipakai dalam organisasi nirlaba)
8. Remaining.
The FASB-IASB Financial Statement Presentation Project (Proyek Penyajian Laporan Keuangan
FASB-IASB)
Pada tahun 2004 FASB dan IASB memutuskan untuk mengkombinasikan proyek pelaporan
dan pengklasifikasian atas revenue, expense, gains dan losses. Proyek ini dilaksanakan peningkatan
standard dalam penyajian informasi laporan keuangan, termasuk dalam klasifikasi, penyajian item-
item, dan penyatuan item-item pada subtotal dan total. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kemampuan investor, kreditor dan pengguna lainnya untuk:
1. Pemahaman atas posisi keuangan entitas di masa sekarang dan masa lampau.
2. Pemahaman ata operasi, pembiayaan dan aktivitas lainnya di masa lalu yang mengakibatkan
perubahan posisi keuangan.
3. Penggunaan informasi dalam laporan keuangan bersama-sama dengan sumber informasi
lainnya.
Proyek ini terbagi dalam 3 fase:
Fase A
Dalam fase ini dibahas terdiri dari bagian apa saja sebuah laporan keuangan yang komplit
serta persyaratan yang diperlukan untuk menyajikan informasi yang dapat dibandingkan. IASB telah
menerbitkan Draft Pembukaan pada Maret 2006 berkaitan dengan fase A ini yang antara lain
menarik kesimpulan bahwa laporan keuangan yang komplit terdiri dari laporan posisi keuangan pada
awal dan akhir periode; laporan laba dan comprehensive income; laporan arus kas; dan laporan
perubahan ekuitas.
Fase B
29
Fase ini lebih menitikberatkan isu penyajian laporan keuangan pada bagian muka atau
bentuk laporan keuangan meliputi penyatuan atau pemisahan informasi laporan keuangan;
pendefinisian total dan subtotal;mempertimbangkan kembali atas SFAS no 95 tentang laporan arus
kas.
Dalam fase ini setiap laporan keuangan akan terklasifikasi dalam 2 fungsi primer yaitu:
1. Business, yang selanjutnya dibagi menjadi fungsi operasi dan investasi
2. Financing (pembiayaan) yang selanjutnya dibagi menjadi financing (pembiayaan), treasury dan
equity.
Pengklasifikasian ini merupakan suatu upaya untuk membantu pengguna laporan keuangan
untuk membedakan entity’s value creating dan aktivitas pembiayaan
Fase C
Fase ini menitikberatkan pada penyajian laporan keuangan interim yang meliputi laporan
keuangan yang mana yang akan disajikan dalam laporan keuangan interim; apakah penyajiannya
dapat disajikan dalam bentuk ringkas; periode komparatif yang mana yang akan dimasukkan dalam
laporan keuangan interim serta apakah terdapat perbedaan pedoman antara perusahaan publik
maupun perusahaan non publik.