You are on page 1of 23

SHALAT TARAWIH

Disusun Oleh :
Fauzy Yudistira
08.11.252

Dosen Pembimbing :
Suparman, S. Ag

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI


SATYA NEGARA PALEMBANG
TAHUN 2010/2011
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah, sang Pencipta alam semesta beserta isinya untuk

kepentingan hidup manusia. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Nabi

penutup semua risalah samawi, yaitu Muhammad SAW, beserta keluarga, para

sahabat, dan pengikutnya.

Alhamdulillah, dengan izin Allah kami dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul Shalat Tarawih. Oleh karenanya, kami mengharapkan makalah ini dapat

digunakan sebagai monitoring terhadap mahasiswa/i lainnya dan untuk menambah

wawasan dan pengetahuan bagi kami dan kelompok lain mengenai shalat tarawih.

Walaupun dalam makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan kekhilafan,

kami mengharapkan kritik dan saran dari Dosen Pembimbing untuk perbaikannya,

agar makalah ini bisa lebih baik lagi. Mudah-mudahan makalah yang saya buat ini

dengan sangat sederhana, dapat bermanfaat bagi kita bersama. Amin

Penulis

Fauzy Yudistira
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bulan Ramadhan adalah merupakan bulan suci, bulan yang dimuliakan
Allah Swt, bulan penuh maghfiroh (ampunan) dan berkah-Nya, bulan dimana
pintu-pintu surga dibuka lebar-lebar dan pintu neraka ditutup rapat, syaiton-
syaiton dibelenggu, bulan dimana jiwa menjadi tenang dan hati menjadi
tentram.
Oleh sebab itulah Rasul Saw dalam bulan Ramadhan mengajak umatnya
agar meningkatkan ibadah, termasuk didalamnya beliau menggalakkan
tuntunannya dalam melaksanakan shalat dimalam bulan Ramadhan yang
dinamakan Shalat Tarawih.
Didalam shalat tarawih ini, Rasul Saw hanya memberikan contoh
tuntunan dan tidak memberikan batasan dalam jumlah raka’atnya. Hal tersebut
tentunya memberikan kebebasan, kelonggaran kepada umatnya untuk
menentukan sendiri pilihannya dengan melihat kondisi dan kemampuan sendiri,
apakah ia mampu melaksanakan dengan 11 raka’at atau 23 raka’at atau bahkan
dengan 39 raka’at.
Dengan demikian, ini adalah merupakan rahmat bagi umatnya, Allah
telah berfirman didalam Al-Quran :

‫ل يكلف ال نفسا إل وسعها‬


Artinya :
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya” (Qs. Al-Baqarah : 286)
Dari kasus-kasus yang kita hadapi mengenai shalat tarawih dalam
perbedaan jumlah rakaat dikalangan umat muslim terutama di Kota Palembang,
maka kelompok kami akan membahas dalam bentuk sebuah makalah yang
berjudul Shalat Tarawih.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Pengertian Shalat Tarawih.
2. Bagaimana Waktu dan Hukum Shalat Tarawih.
3. Fadhilah/keutamaan Shalat Tarawih.
4. Bagaimana Cara Mengerjakan Shalat Tarawih.
BAB II
SHALAT TARAWIH

‫ كان رسول ال صلى ال عليه وسلم‬: ‫عن أبى هريرة رضى ال عنه قال‬
‫ من قام رمضـان‬: ‫ فيقول‬:‫يرغب فى قيام رمضان من غير أن يأمر بعزيمة‬
(‫ )رواه الجماعة‬.‫إيمانا واحتسابا غفرله ما تقدم من ذنبه‬
Artinya :
“Dari Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah Saw mengajak mengerjakan shalat
(tarawih) dalam bulan Ramadhan dengan tanpa menyuruh dengan sungguh-
sungguh, seraya bersabda : Barang siapa melaksanakan shalat (tarawih) kerena
iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang
telah lewat” (HR. Al-Jama’ah)

A. Arti Tarawih

Lafadz Tarawih ( ‫ ) تراويح‬bentuk jamak dari mufrad Tarwihah ( ‫ترويحة‬


) yang mempunyai arti istirahat.
Shalat Tarawih adalah : Shalat malam yang dikerjakan pada bulan suci
Ramadhan sesudah mengerjakan shalat fardhu isya’. H. Mochtar mendefinisikan
Shalat Tarawih ialah Shalat malam pada bulan Ramadhan hukumnya sunnah
mu’akkad, bagi pria dan wanita boleh dikerjakan sendiri-sendiri, boleh
berjama’ah dengan waktunya setelah shalat isya’ sampai terbit fajar.
Disebut Shalat Tarawih oleh karena shalat ini mempunyai rakaat dan
bacaan yang panjang sehingga dalam melaksanakannya memakan waktu yang
lama dengan demikian memerlukan istirahat, dan istirahat ini biasanya dilakukan
pada setiap 2 kali salam dari 4 rakaat.
B. Waktu dan Hukum Shalat Tarawih
Waktu untuk mengerjakan shalat tarawih adalah dari sesudah
dikerjakannya shalat isya sampai terbitnya fajar. Adapun waktu yang utama dan
afdhol untuk mengerjakan shalat tarawih para ulama membagi atas 2 (dua)
bagian, apakah dikerjakan pada awal atau akhir malam.
1. Awal malam lebih utama, bagi mereka yang tidak terbiasa atau khawatir
tidak mampu untuk bangun malam.
2. Akhir malam lebih utama, bagi yang terbiasa dan tidak mempunyai
kekhawatiran sama sekali untuk bangun malam.
Hukum Shalat Tarawih adalah Sunnah Mu’akkadah.

C. Fadhilah Shalat Tarawih


Sebagaimana disebutkan dalam hadits diatas, yang diriwayatkan oleh Al-
Jama’ah dari Abu Hurairah ra menunjukkan bahwa fadhilah bagi orang yang
mengerjakan shalat tarawih adalah mendapatkan ampunan dosa-dosanya yang
telah lewat.
Sedangkan fadhilah yang lain adalah mendapatkan fitrah (bersih suci
bagaikan bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya), sebagaimana hadits yang
diriwiyatkan oleh Imam Ahmad, Nasai dan Ibn Majah dari Abdurrahman Ibn Auf,
yaitu :

‫عن عبد الرحمن بن عوف رضى ال عنه أن النبى صلى ال عليه‬


،‫ إن ال عز وجل فرض صيام رمضان وسننت قيامه‬: ‫وسلم قال‬
‫ه‬Q‫فمن صامه وقامه إيمانا واحتسابا خرج من ذنوبه كيوم ولدته أم‬
(‫)رواه أحمد والنسائى وابن ماجه‬
Artinya :
“Dari Abdurrahman Ibn Auf ra : Sesungguhnya Nabi Saw bersabda :
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla telah mewajibkan puasa bulan
Ramadhan dan Aku telah menuntunkan shalat (tarawih)nya. Barang
siapa puasa Ramadhan dan shalat Tarawih karena Iman dan mengharap
pahala dari Allah, maka dosa-dosanya akan keluar bagaikan bayi yang
baru dilahirkan oleh ibunya” (HR. Imam Ahmad, Nasai dan Ibn Majah)

D. Cara Mengerjakan Shalat Tarawih


1. Jumlah Rakaat Dalam Satu Malam
Sebagaimana diketahui bahwa hukum shalat tarawih adalah sunnah
mu’akkadah dapat dilaksanakan sendiri ataupun berjamaah dengan dua
rakaat satu kali salam, sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah Saw dalam
menjawab pertanyaan seorang sahabat yang bertanya tentang cara (kaifiyah)
shalat tarawih, yaitu :

‫ يا رسول ال كيف صلة الليل؟ فقال رسول‬: ‫ فقال‬V‫قام رج ل‬


‫ صلة الليل مثنى مثنى فإذا خفت‬: ‫ال صلى ا ل عليه وسلم‬
‫ )رواه الجماعة( وزاد أحمد فى رواية‬.‫بح فأوتر بواحدة‬Q‫الص‬
.‫ صلة الليل مثنى مثنى تسلم فى كل ركعتين‬:
Artinya :
“Berdiri seorang laki-laki dan bertanya : Ya Rasulullah bagaimana
(cara) shalat malam? Rasulullah menjawab Shalat malam itu (terdiri
dari) dua rakaat, dua rakaat, jika kamu khawatir (datangnya) subuh,
maka shalat witirlah kamu denga satu rakaat” (HR. Al-Jamaah) Imam
Ahmad menambahkan dalam riwayat lain : “Shalat malam itu (terdiri
dari) dua rakaat, dua rakaat, dimana kamu melaksanakan salam
pada setiap dua rakaat”
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim
dari Kuraib ra dari Abdullah Ibn Abbas ra, dalam menceritakan kisahnya
sewaktu beliau menginap dirumah bibinya Maemunah Binti Al-Harits, yang
menerangkan bahwa Rasulullah Saw shalat malam sebanyak 13 rakaat,
demikian haditsnya :

‫أنه صلى ال عليه وسلم صلى ثلث عشرة ركعة ثم نام حتى‬
‫نفخ فلما تبين له الفجر صلى ركعتين خفيفتين‬
Artinya :
“Sesungguhnya Rasul Saw shalat malam (dengan) 13 (tiga belas)
rakaat lalu tidur sampai mendengkur, kemudian ketika fajar sudah
mulai nampak beliau lalu shalat dua rakaat ringan”
Begitu juga penegasan senada dengan Imam Nawawi, DR. Wahbah Al-
Zuhaili dalam kitabnya : Al-Fiqh Al-Islamy Wa Adillatuhu, demikian beliau
menjelaskan

‫ م ن‬:‫ ف ى ك ل لي ل ة‬:‫ ت س ليمات‬:‫والتراوي ح ع ش رون رك ع ة بع ش ر‬


‫نة م ع‬Q‫رمضان بين ص لة الع شاء وطل وع الفج ر اتباع ا للس‬
، ‫ وي ن وى الشخ ص بك ل ركعتي ن‬،‫مواظ ب ة ال ص حابة علي ه ا‬
.‫ لم تصح‬:‫التراويح أو قيام رمضان ولو صلى أربع ركعات‬
Artinya :
“Shalat Tarawih itu terdiri dari dua puluh rakaat dengan sepuluh kali
salam setiap malam bulan Ramadhan, (waktunya) antara shalat isya
dan shalat subuh, demikian ini karena mengikuti sunnah Rasul dan
rutinitas para sahabat dalam mengerjakan shalat tarawih. Dan
hendaknya untuk setiap mengerjakan dua rakaat niat shalat tarawih
atau shalat malam Ramadhan, dan apabila shalat dengan empat
rakaat, maka tidak sah”.
Dari beberapa riwayat diatas yang menerangkan tentang jumlah
rakaat dalam shalat tarawih, maka kelompok kami menyimpulkan bahwa
shalat tarawih dapat dilaksanakan dengan 11 rakaat atau 23 rakaat
tergantung diri sendiri yang menentukan pilihannya dan melihat kondisi dan
kemampuannya sendiri. Tapi dalam melaksanakan shalat tarawih harus dua
rakaat satu kali salam, tidak boleh empat rekaat satu kali salam.
2. Yang Afdhol Dikerjakan Sendiri Atau Berjama’ah
Ada 2 macam cara dalam mengerjakan shalat sunnah :
a. Tidak disunnahkan cara mengerjakannya dengan berjama’ah, seperti :
shalat rawatib, tahiyyatul masjid, dhuha, tahajud, witir, istikhoroh, tasbih
dan shalat mutlak.
b. Disunnahkan cara mengerjakannya dengan jama’ah, seperti shalat iedul
fitri dan iedul adha, kusufain (gerhana matahari dan rembulan), istisqo’
(mohon hujan) dan shalat tarawih.
Dalam hal mengerjakan shalat tarawih para ulama berbeda pendapat,
sebagian ulama berpendapat sunnah dikerjakan dengan berjama’ah dan
sebagian lagi tidak disunnahkan dikerjakan dengan berjama’ah (dikerjakan
sendiri). Tetapi yang afdhol (lebih utama) dalam melaksanakan shalat
tarawih dikerjakan dengan berjama’ah, sebagaimana yang diriwayatkan
sebagian jumhur ulama diantaranya Imam Syafe’i, Imam Abu Hanifah Imam
Ahmad Bin Hambal dan sebagian Ashab Imam Maliki, alasan mereka karena
hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam At-
Turmudzi dari Abu Dzar, yaitu :

‫ أنه‬: ‫أن النبى صلى ال عليه وسلم جمع أهله وأصحابه وقال‬
‫ )روه‬:‫م ن ق ام م ع ال م ام ح ت ى ين ص رف كت ب ل ه ق ي ام لي ل ة‬
(‫أحمد وصححه الترمذى‬
Artinya :
“Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw telah mengumpulkan keluarga
dan sahabatnya dan bersabda : Barang siapa melaksanakan shalat
(malam) berjama’ah bersama imam sampai selesai, maka baginya
pahala seolah ia mengerjakan shalat satu malam penuh”.

3. Bacaan Dalam Shalat Tarawih


Cara mengerjakan shalat tarawih sama seperti mengerjakan shalat
fardu (wajib), mempunyai syarat sah shalat, rukun-rukun shalat dan hal-hal
yang membatalkan shalat.
Syarat sah shalat ada lima, yaitu :
a. Suci anngota badannya dari hadats kecil dan hadats besar
b. Menutup aurat
c. Berdiri shalat ditempat yang suci dari najis
d. Mengetahui bahwa waktu shalat telah masuk, atau dengan
memperkirakannya
e. Menghadap ke kiblat (ke Ka’bah)
Rukun-rukun shalat, yaitu :
a. Niat. Golongan Syafei dan Maliki memasuki niat sebagai rukun shalat,
sedangkan golongan Hanafi dan Hambali memasuki niat sebagai syarat
sah shalat.
b. Berdiri bagi yang kuasa/mampu
c. Takbiratul Ihram
d. Membaca Al-Fatihah
e. Ruku’
f. I’tidal serta tuma’ninah
g. Sujud dua kali serta tuma’ninah
h. Duduk diantara dua sujud serta tuma’ninah
i. Duduk akhir
j. Membaca tasyahud akhir
k. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad
l. Memberi salam, yang pertama kekanan
m. Menertibkan rukun-rukun.

Hal-hal yang membatalkan shalat, yaitu :


a. Sengaja berbicara, berbincang-bincang layaknya dengan manusia, baik
berbicara dalam rangka pembenahan shalat atau bukan
b. Banyak bertingkah gerak tidak termasuk rukun dan sunnah shalat, seperti
3x melangkah, disengaja atau tidak. Tetapi gerakan kecil yang tidak
berarti tidak membatalkan shalat
c. Ditimpa hadats (waktu shalat) hadats kecil atau besar seperti kentut,
kencing
d. Tertimpa najis yang bukan najis ma’fu, kecuali najis kering dan menimpa
pakaian, dan dengan dikibaskan pakaian itu maka tidak batal shalatnya.
e. Sengaja membuka auratnya, bukan karena ditiup angin
f. Terjadi perubahan niat, seperti berkeras (hatinya) keluar shalat
g. Makan minum sekalipun sedikit adalah membatalkan shalat
h. Tertawa besar dapat membatalkan shalat
i. Murtad (riddah) terputus Islamnya, dia bukan lagi muslim karena ucapan,
perbuatan.
Sebagaimana shalat tarawih adalah shalat yang mempunyai banyak
keistimewaan, diantaranya adalah mempunyai bacaan Al-Quran yang
panjang, didalam membaca Al-Quran inipun ada beberapa pendapat yang
muncul, antara manakah yang afdhal dalam shalat tarawih, apakah Al-Quran
yang terdiri dari 30 juz itu dikhatamkan dalam jangka 1 minggu, 1 bulan atau
hanya cukup membaca surat-surat pendek dari akhir Al-Quran?
Ada beberapa riwayat yang dapat dikemukakan disini, antara lain :
Hadits Hudzaifah ra yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :
‫أنه صلى مع النبى صلى ال عليه وسلم ليلة فقرأ البقرة و آل‬
‫ سبح أو‬V‫ة فيها تسبيح‬: ‫ وكان إذا مر بآي‬:‫عمران والنساء فى ركعة‬
‫ ثم ركع نحوا مما قام ثم قام نحوا مما‬،‫ تعوذ‬V‫ سأل أو تعوذ‬V‫سؤال‬
(‫ركع ثم سجد نحوا مما قام )رواه مسلم‬
Artinya :
“Sesungguhnya sahabat Hudzaifah ra shalat (tarawih) bersama
dengan Nabi Muhammad Saw pada suatu malam, kemudian beliau
(dalam shalat itu setelah membaca surat Al-Fatihah) membaca surat
Al-Baqarah, Ali Imran dan An-Nisa dalam satu rakaat, dan dalam
membaca Al-Quran beliau apabila menjumpai ayat yang ada
tasbihnya beliau membaca tasbih dan apabila menjumpai ayat
permohonan, beliau memohon kepada Allah dan begitu juga apabila
ada ayat perlindungan, beliau memohon kepada-Nya, (setelah selesai
membaca Al-Quran) beliau lalu ruku’ (lamanya ruku’ tersebut) sama
seperti waktu berdiri, kemudian berdiri dari ruku’ (iktidal), dimana
lamanya sepadan dengan lamanya ruku’, kemudian beliau sujud,
yang lamanya juga sepadan dengan waktu berdiri dari ruku’ (iktidal).
Atsar yang diriwayatkan oleh Imam Malik, dari Muhammad Ibn Yusuf
dari As-Saib Ibn Yazid :

‫ وتميما الدارى أن يقوما‬:‫امر عمر بن الخطاب أبي بن كع ب‬


‫ وقد كان القارئ يقرأ بالمئين‬: ‫ قال‬،‫للناس بإحدى عشرة ركعة‬
‫حتى كنا نعتمد على العصى من طول القيام وما كنا ننصرف‬
(‫ )رواه الزرقانى‬.‫إل فى بزوغ الفجر‬
Artinya :
“Khalifah Umar Ibn Khattab memerintahkan sahabat Ubay Ibn Ka’ab
dan Tamim Ad-Dary agar mengimami shalat tarawih bersama orang-
orang dengan 11 rakaat, Rowi berkata : dan waktu itu imam
membaca surat Al-Quran yang terdiri ratusan ayat sehingga kita
bersandar kepada tongkat karena panjangnya berdiri, dan kita tidak
selesai shalat kecuali sudah masuk (terbit) fajar.
Dari hadits diatas, kelompok kami menyimpulkan bahwa tidak
disunnahkan kurang dari satu kali khatam Al-Quran dalam shalat tarawih
dibulan Ramadhan, dan harus melihat kondisi makmum, jika mereka siap dan
sepakat menghendaki bacaan Al-Quran yang panjang maka lebih yang
afdhol/utama adalah mengerjakan dengan apa yang menjadi kehendak,
kesiapan dan kesepakatan mereka. Sebaliknya kalau mereka siap dan
sepakat menghendaki bacaan Al-Quran yang pendek maka lebih yang afdhol/
utama adalah mengerjakan dengan apa yang menjadi kehendak, kesiapan
dan kesepakatan mereka.
4. Doa Qunut Dalam Shalat Witir
Sebagian besar (jumhur) Ulama Salaf dan Khalaf berpendirian
menganggap sunnah hukumnya membaca doa qunut dalam shalat witir yang
dikerjakan bersama-sama dengan shalat tarawih. Adapun tempat membaca
doa qunut adalah setelah ruku’. Sedangkan waktunya adalah mulai masuk
hari ke 16 sampai akhir Ramadhan. Dalil yang digunakan para ulama adalah :
a. Hadits Abdullah Ibn Mas’ud ra diriwayatkan oleh Imam Muslim :

(‫كوع )رواه مسلم‬Q‫أن النبى صلى ال عليه وسلم قنت بعد الر‬
Artinya :
“Bahwasanya Nabi Muhammad Saw berdoa qunut sesudah ruku” (HR.
Muslim)
b. Atsar Hasan yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud :
‫ فكان يصلى‬:‫أن عمر بن الخطاب جمع الناس على أبى بن كع ب‬
‫لهم عشرين ليلة ول يقنت إل فى النصف الباقى من رمضان‬
(‫)رواه أبو داود‬
Artinya :
“Bahwasanya khalifah Umar Ibn Khattab ra memerintahkan kepada
orang-orang agar shalat tarawih dengan (imam) Ubay Ibn Ka’ab ra,
maka beliau shalat tarawih bersama mereka selama 20 malam, dan ia
tidak berdoa qunut kecuali dalam separo yang kedua (hari ke 16 keatas)”

E. Tahapan Diperintah-Nya Shalat Tarawih


Sebagaimana dijelaskan oleh As-Syaikh Athiyah Muhammad Salim, Imam
Masjid An-Nabawy As-Syareef dalam bukunya : At-Tarawih Aktsar Min Alf Aam
Fi Masjidi An-Nabiy Alaihi As-Salam, bahwa shalat tarawih itu mempunyai
tahapan-tahapan dalam perkembangan diperintah-Nya shalat tarawih, yang
terdiri dari 3 tahapan.
1. Tahapan Pertama
Yaitu tahap dimana Rasulullah Saw secara umum baru memberikan
semangat dan anjuran (At-Targhib al-Muthlaq), tanpa menyebut jumlah
rakaat dan tanpa embel-embel, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim dari Abu Hurairah ra :

‫ من قام رمضـان‬: ‫أن رسول ا ل صلى ا ل عليه وسلم قال‬


(‫ )رواه مسلم‬.‫إيمانا واحتسابا غفرله ما تقدم من ذنبه‬
Artinya :
“Bahwasanya Rasulullah Saw bersabda : Barang siapa melaksanakan
shalat (tarawih) karena iman kepada Allah dan mengharap ridha
Allah, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lewat”
Dalam hadits ini Rasulullah Saw hanyak mengajak dan menggugah
kepada siapa saja dengan memberitahukan tentang fadilah shalat tarawih
pada bulan Ramadhan dengan tanpa menyebut jumlah rakaat, tanpa
memberikan contoh dan bahkan tanpa menyuruh dengan sungguh-sungguh.

2. Tahapan Kedua
Tahap anjuran, dalam anjuran ini dikaitkan antara shalat tarawih
dengan bulan Ramadhan, bahwa shalat tarawih itu hukumnya sunnah, dalam
tahapan ini Rasulullah Saw belum memberikan contoh dan tuntunan, hanya
anjurannya saja yang lebih dipertegas dari tahap pertama, yaitu bagi yang
mengerjakan shalat tarawih karena iman dan mengharap ridha Allah, ia akan
kembali seperti waktu dilahirkan oleh ibunya, yaitu bersih tanpa noda dan
dosa, seperti yang diterangkan hadits dibawah ini :

‫عن عبد الرحمن بن عوف رضى ال عنه أن النبى صلى ال‬


‫ إ ن ا ل ع ز وج ل فر ض ص يام رم ض ان‬: ‫علي ه و س لم ق ال‬
‫ فمن صامه وقامه إيما نا واحتسابا خرج من‬،‫وسننت قيامه‬
‫ ه )رواه أح مد والن سائى وا بن‬Q‫ذ ن وبه ك ي وم و ل دته أم‬
(‫ماجه‬
Artinya :
“Dari Abdurrahman Ibn Auf ra : Sesungguhnya Nabi Saw bersabda :
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla telah mewajibkan puasa bulan
Ramadhan dan Aku telah menuntunkan shalat (tarawih)nya. Barang
siapa puasa Ramadhan dan shalat Tarawih karena Iman dan
mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya akan keluar
bagaikan bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya” (HR. Imam Ahmad,
Nasai dan Ibn Majah)
3. Tahapan Ketiga
Pada tahap ini Rasulullah memberikan contoh dan tuntunan dengan
mengerjakannya sendiri, yang lalu diikuti oleh sahabat. Dari sinilah lalu shalat
tarawih berkembang ada diantara para sahabat yang mengerjakannya
dengan keluarganya dirumah, sebagaimana hadits Jabir ra yang diriwayatkan
oleh Imam Al-Marwazy :

‫ إلى رسول ال صلى ا ل عليه وسلم فى‬:‫ بن كع ب‬Q‫جاء أب ى‬


: ‫ قال‬،V‫ يا رسول ال كان معى فى الليلة شيئ‬: ‫رمضان فقال‬
‫ إنا ل نقرأ القرآن فنصلى‬: ‫ نسوة دارى قلن‬: ‫وماذاك؟ قال‬
‫ فسكت عنه وكان‬:‫ فصليت بهن ثمان ركعات‬،‫خلفك بصلتك‬
.‫شبه الرضا‬
Artinya :
“Sahabat Ubay Ibn Ka’ab ra menghadap kepada Rasulullah Saw
dalam bulan Ramadhan, ia bertanya : Ya Rasulullah tadi malam saya
ada suatu masalah? Rasulullah bertanya : Apa itu? Ubay menjawab :
perempuan-perempuan keluargaku berkata : kita tidak membaca
(hafal Al-Quran), maka sebaiknya kita shalat (tarawih) berjamaah
denganmu, dan kemudian aku shalat bersama mereka dengan 8
rakaat, Rasulullah diam (tidak menjawab), itu pertanda beliau
meridhoinya”
Dari hadits tersebut diatas telah nampak jelas bahwa shalat tarawih
pada tahapan ini dilaksanakan dan dikerjakan dengan cara berjama’ah

F. Beberapa Riwayat Menerangkan Banyaknya Jumlah Rakaat Shalat Tarawih


Pada masa sekarang ini banyak menunjukkan adanya kecenderungan
gejala atau fenomena yang menghawatirkan karena disini muncul saling
menyalahkan, membid’ahkan antara yang mengerjakan shalat tarawih 11 rakaat
dengan yang mengerjakan shalat tarawih 23 rakaat.
Contohnya di Kota Palembang, Jamaah Masjid Agung Palembang pada
shalat tarawih di bulan Ramadhan mengerjakannya 23 rakaat, sedangkan di
Masjid Ukhwah pada waktu shalat tarawih di bulan Ramadhan mengerjakannya
hanya 11 rakaat. Disini terjadi perbedaan, dan perbedaan ini tidak untuk
dipertentangkan atau saling menyalahkan antara satu dengan yang lainnya
tetapi harus saling menghargai, karena setiap kelompok mempunyai dalil atau
alasan kenapa mengerjakannya demikian. Ada beberapa riwayat yang
menerangkan tentang banyaknya jumlah rakaat shalat tarawih yang akan kami
kemukakan disini adalah sebagai berikut :
1. Tarawih 8 rakaat dan witir 3 rakaat = 11 rakaat
Berdasarkan riwayat Imam Malik dari Muhammad Ibn Yusuf Ibn Yazid :

‫ وتميما الدارى أن يقوما للناس‬:‫امر عمر بن الخطاب أبي بن كع ب‬


‫ وقد كان القارئ يقرأ بالمئين حتى كنا‬: ‫ قال‬،‫بإحدى عشرة ركعة‬
‫نعتمد على العصى من طول القيام وما كنا ننصرف إل فى بزوغ‬
(‫ )رواه الزرقانى‬.‫الفجر‬
Artinya :
“Khalifah Umar Ibn Khattab memerintahkan sahabat Ubay Ibn Ka’ab dan
Tamim Ad-Dary agar mengimami shalat tarawih bersama orang-orang
dengan 11 rakaat, Rowi berkata : dan waktu itu imam membaca surat Al-
Quran yang terdiri ratusan ayat sehingga kita bersandar kepada tongkat
karena panjangnya berdiri, dan kita tidak selesai shalat kecuali sudah masuk
(terbit) fajar.
2. Tarawih 12 rakaat dan witir tidak disebutkan
Riwayat Imam Malik dari Dawud Ibn Hushein, bahwa ia mendengar dari Abd.
Rahman Ibn Hurmuz Al-A’raj berkata :

‫ قال وكان‬،‫ما أدركت الناس إل وهم يلعنون الكفرة فى رمضان‬


‫ فإذا قام بها فى إثنتى‬:‫القارئ يقرأ سورة البقرة فى ثمان ركعات‬
‫عشرة ركعة رأى الناس أنه قد خفف‬
Artinya :
“Aku tidak pernah menjumpai orang-orang (sahabat dan tabi’in) kecuali
mereka melaknati (dalam doanya) orang-orang kufur dalam bulan
Ramadhan, Rowi berkata : Dan Imam (ketika itu) membaca surat Al-Baqarah
dalam 8 rakaat, dan jika imam dengan surat Al-Baqarah (tersebut,
membaca) dalam 12 rakaat, maka orang-orang melihat kalau imam telah
meringankan (shalatnya)
3. Tarawih 10 rakaat, witir 3 rakaat = 13 rakaat
Riwayat Muhammad Ibn Nashr Al-Marwazy dan Muhammad Ibn Ishaq dari
Muhamad Ibn Yusuf dari eyangnya Al-Saib Ibn Yazid :

‫كنا نصلى زمن عمر فى رمضان ثلث عشرة‬


Artinya :
“Kita shalat tarawih pada masa Umar Bin Khattab ra dalam bulan
Ramadhan dengan 13 rakaat”
4. Tarawih 20 rakaat, witir 3 rakaat = 23 rakaat
Riwayat dari Imam Malik dari Yazid Ibn Ruman :

‫ وعشرين‬:‫كان الناس يقومون فى زمان عمر بن الخطاب فى رمضان بثلث‬


‫ركعة‬
Artinya :
“Orang-orang (sahabat dan tabi’in) menjalankan shalat pada masa khalifah
Umar Bin Khattab ra di bulan Ramadhan dengan 23 (dua puluh tiga) rakaat”
5. Tarawih 34 rakaat, witir 1 rakaat = 35 rakaat
Riwayat dari Imam Zararah Ibn Aufa :

‫أنه كان يصلى بهم بالبصرة أربعا و ثلثين و يوتر‬


Artinya :
“Sesungguhnya ia shalat Tarawih dengan mereka dikota Bashrah dengan 34
rakaat dab 1 witir”

6. Tarawih 36 rakaat, witir 3 rakaat = 39 rakaat


Riwayat dari Muhammad Ibn Nashr dari riwayat Imam Dawud Ibn Qois, ia
berkata :

‫ يعنى‬- ‫أدركت الن|اس فى إمارة أبان بن عثمان وعمر بن عبد العزيز‬


:‫ و يوترون بثلث‬،‫ يقومون بست} وثلثين ركعة‬- ‫بالمدينة‬
Artinya :
“Aku menjumpai orang-orang pada masa pemerintahan Abas Ibn Utsman
dan Umar Ibn Abd. Aziz di Madinah Al-Munawwarah, mereka mengerjakan
shalat tarawih dengan 36 rakaat dan witir 3 rakaat” (Fathul Bari : 205/4)
7. Tarawih 40 rakaat, witir 1 rakaat = 41 rakaat
Riwayat Imam Turmudzi :

‫أكثر ما قيل فيه أنها تصلى إحدى و أربعين ركعة بالوتر‬


Artinya :
“Yang paling sering dikatakan : bahwasanya shalat tarawih itu dikerjakan
dengan 41 rakaat dengan witir”
Demikian beberapa riwayat yang menggambarkan begitu banyaknya
ragam dan macam jumlah rakaat dalam shalat tarawih dan witir yang dikerjakan
oleh para sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in, yang dapat kelompok kami
simpulkan bahwa semua sepakat, sependapat, tidak ada seorang pun dari
mereka yang mengingkari dan tidak menyetujui.
Permasalahannya adalah sebagaimana yang dikemukakan Imam Malik
dan Imam As-Syafe’i berikut ini, dan bahkan Imam As-Syafe’i mempertegas
pendapatnya dengan mengemukakannya demikian :

‫ فإن‬،V‫ق ول حد ينتهى إليه لنه نافل ة‬


V ‫من هذا ضي‬: ‫وليس فى شئ‬
‫ وإن أكثروا‬،‫ إلى‬Q‫ وهو أح ب‬V‫جود فحس ن‬Q‫وا ال س‬Q‫أطالوا القيام و أق ل‬
V‫وا القراءة( فحسن‬Q‫جود )وأخف‬Q‫كوع والس‬Q‫الر‬
Artinya :
“Dan tidak ada masalah dan kesulitan dalam hal ini, dan tidak ada batas
habisnya (berapa saja jumlah rakaatnya) karena ini adalah merupakan
shalat sunnah, jika menghendaki memperpanjang berdiri (karena
banyaknya bacaan Al-Quran dan bacaan lain) dan memperpendek sujud
(menyedikitkan rakaat), maka itu adalah (perbuatan) baik, dan lebih aku
sukai. Dan apabila menghendaki memperbanyak ruku’ dan sujud
(rakaat)nya dan memperpendek bacaan, maka (yang demikian ini) juga
baik.
BAB III
KESIMPULAN

Lafadz Tarawih bentuk jamak dari mufrad Tarwihah yang mempunyai arti
istirahat. Shalat Tarawih adalah : Shalat malam yang dikerjakan pada bulan suci
Ramadhan hukumnya sunnah mu’akkad, bagi pria dan wanita boleh dikerjakan
sendiri-sendiri, boleh berjama’ah dengan waktunya setelah mengerjakan shalat
fardhu isya’ sampai terbit fajar.

Waktu untuk mengerjakan shalat tarawih adalah dari sesudah dikerjakannya


shalat isya sampai terbitnya fajar. Adapun waktu yang utama/afdhol untuk
mengerjakan shalat tarawih, ialah : 1. Awal malam lebih utama, bagi mereka yang
tidak terbiasa atau khawatir tidak mampu untuk bangun malam; 2. Akhir malam
lebih utama, bagi yang terbiasa dan tidak mempunyai kekhawatiran sama sekali
untuk bangun malam. Sedangkan hukum Shalat Tarawih adalah Sunnah
Mu’akkadah.

Fadhilah atau keutamaan mengerjakan shalat tarawih adalah mendapatkan


ampunan dosa-dosanya yang telah lewat, dan mendapatkan fitrah (bersih suci
bagaikan bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya).

Cara mengerjakan shalat tarawih sama seperti mengerjakan shalat fardu


(wajib), mempunyai syarat sah shalat, rukun-rukun shalat dan hal-hal yang
membatalkan shalat.
Syarat sah shalat, yaitu :
1. Suci anngota badannya dari hadats kecil dan hadats besar.
2. Menutup aurat.
3. Berdiri shalat ditempat yang suci dari najis.
4. Mengetahui bahwa waktu shalat telah masuk; dan
5. Menghadap ke kiblat (ke Ka’bah).
Rukun-rukun shalat, yaitu :
1. Niat;
2. Berdiri bagi yang kuasa/mampu;
3. Takbiratul Ihram;
4. Membaca Al-Fatihah;
5. Ruku’;
6. I’tidal;
7. Sujud dua kali;
8. Duduk diantara dua sujud;
9. Duduk akhir;
10. Membaca tasyahud akhir;
11. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad;
12. Memberi salam, yang pertama kekanan; dan
13. Menertibkan rukun-rukun. Sedangkan

Hal-hal yang membatalkan shalat, yaitu :


1. Sengaja berbicara, berbincang-bincang;
2. Banyak bertingkah gerak tidak termasuk rukun dan sunnah shalat;
3. Ditimpa hadats (waktu shalat) hadats kecil atau besar;
4. Tertimpa najis yang bukan najis ma’fu;
5. Sengaja membuka auratnya;
6. Terjadi perubahan niat;
7. Makan minum sekalipun sedikit;
8. Tertawa besar; dan
9. Murtad (riddah) terputus Islamnya.
DAFTAR PUSTAKA

“Makalah ini boleh kamu salin n edit tapi inget baca dulu ya biar ilmunya
dapet oce”

KH. M. Hanif Muslih, Lc, Kesahihan Dalil Shalat Tarawih 20 Rakaat, 1997, Penerbit
Santri & Dinamika Press, Surabaya

DR. H. Mochtar Effendy, SE, Fiqh Islam Seri Islamologi II, 2003, Penerbit Universitas
Sriwijaya, Palembang

Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, 2003, Penerbit Media, Jakarta
Timur

Drs. H. Ahmad Rivai MM, Apt, Memakmurkan Masjid Melalui Shalat Jama’ah, 2006,
Dicetak oleh IAIN Raden Fatah Press, Palembang

You might also like