You are on page 1of 22

KONFLIK PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN SUMBERDAYA

DALAM ERA OTONOMI DAN TRANSISI MASYARAKAT


(Pemahaman Teoritis dan Pemaknaan Empiris)

M. Baiquni∗ & R. Rijanta@

Abstrak

Kebijakan otonomi daerah yang diluncurkan di tengah krisis multidimensi dan


transisi masyarakat madani, membawa sejumlah implikasi dan komplikasi dalam
pelaksanaannya di berbagai tingkatan. Reformasi rezim dan perubahan kebijakan secara
mendadak dari sentralisasi ke desentralisasi, berlangsung dalam situasi ketidakpastian yang
diwarnai krisis ekonomi, konflik sosial dan gejolak politik. Sementara itu ketegangan,
perselisihan, konflik, dan bahkan konflik dengan kekerasan masih berlangsung di berbagai
wilayah di Indonesia.
Pemahaman teoretis dan pemaknaan empiris terhadap fenomena konflik sosial dan
spatial kaitannya dengan pengelolaan sumberdaya dan lingkungan, dipetakan dan
didiskusikan dalam tulisan ini. Tulisan ini dimulai dengan analisis perubahan peradaban
yang cepat dan transisi masyarakat, pemetaan teori konflik, kemudian menukik pada
persoalan konflik lingkungan dan sumberdaya alam di Indonesia dengan menganalisis data
empirik mengenai berbagai kasus konflik antardaerah dan antarsektor serta stakeholders.
Diskusi diakhiri dengan agenda riset untuk memahami persoalan dan resolusi konflik.

Kata kunci: teori konflik, manajemen konflik, perubahan dan tansisi masyarakat,
otonomi daerah, pengelolaan sumberdaya


) Dr. M. Baiquni, M.A. adalah dosen pada Jurusan Sains Informasi Geografi dan Pengembangan Wilayah, Fakultas
Geografi, Deputi Direktur Pusat Studi Pariwisata, Universitas Gadjah Mada. (Korespondensi: baiquni@lead.or.id)
@
) Dr. R. Rijanta, M.Sc. adalah dosen pada Jurusan Sains Informasi Geografi dan Pengembangan Wilayah, Fakultas
Geografi, Sekretaris Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional, Universitas Gadjah Mada. (Korespondensi:
masrijanta@yahoo.com)

1
1. Pendahuluan tandingannya. Dinamika dan pola konflik
bergeser ke internal negara yang berwujud
Periode setelah perang dunia II konflik lokal kedaerahan, konflik etnis,
ditandai dengan konflik dan persaingan dua konflik kelompok militan agama, konflik
kutub kekuatan antara Amerika Serikat dan antarkelompok yang ingin menjadi
Uni Soviet dalam berbagai kancah seperti penguasa, konflik perebutan sumberdaya
perseteruan intelijen, perlombaan senjata, antar sektor maupun antarstakeholders.
pengembangan senjata nuklir, hingga Berbagai teori dan metodologi mengenai
program perang bintang. Mereka berlomba- perang dan konflik termasuk perdamaian
lomba mengeksploitasi sumberdaya alam dan dan resolusi konflik juga mengalami
manusia untuk menunjukkan keungulan pegeseran, seperti yang diungkapkan oleh
ideologi dan sistem yang dibangunnya, baik Porto (2002) yang menyatakan bahwa the
itu yang berwajah kapitalisme maupun tools of srategic and war studies seemingly
komunisme. Perang dingin tersebut lebih irrelevant to explain ethno-nationalism,
bernuansa persaingan dan konflik dalam religious militancy, environmental
memperebutkan pengaruh geografisnya degradation, resource scarcity, preventive
dalam memperluas ideologi dan sistem ke diplomacy, peacekeeping or humanitarian
berbagai negara, yang disebut periode perang intervention.
dingin atau Cold War (Porto, 2002; Billon, Konflik setelah perang dingin,
2001). menurut Billon (2001) dicirikan dengan
Perang dingin tersebut terkait juga meningkatnya konflik bersenjata pada
perang dagang dan perebutan wilayah berbagai wilayah kaya sumberdaya alam.
pengaruh geografis di negara-negara yang Konflik sering muncul berkaitan dengan
kaya sumberdaya alam, seperti Kawasan perebutan akses dan kontrol atas
Timur Tengah (minyak), Afrika (tambang sumberdaya alam, seperti mineral tambang,
mineral), Amerika Latin (lahan perkebunan sungai, danau, lembah subur (Jones, 1998).
dan hutan), termasuk Indonesia (minyak, gas, Akhir-akhir ini banyak muncul konflik
mineral, hutan). Masing-masing pihak kontemporer atau perang baru seperti
menanamkan pengaruhnya dengan berbagai resource war, globalized war economy,
label bantuan yang sebenarya adalah hutang organized crime, state terrorism maupun
yang diwujudkan dalam bentuk bantuan radical terrorism yang diwarnai oleh nuansa
teknis tenaga ahli, pendidikan dan pelatihan, kepentingan global. Porto (2002) terkait
teknologi, keuangan, maupun peralatan berat dengan transformasi struktural perang yang
dan mesin perang. terjadi karena perubahan radikal berkaitan
Jatuhnya Uni Soviet dan sekutu- dengan tujuan konflik, mengemukakan
sekutunya termasuk fenomena runtuhnya bahwa the profile of wars has changed
Tembok Berlin menandai berakhirnya perang because ‘new wars’ are about identity
dingin. Dengan demikian ketegangan dua politics in contrast to the geo-political or
kutub tidak ada lagi. Struktur kekuatan yang ideological goals of earlier wars. Ranging
ada menjadi unipolar di bawah pimpinan from ethnic politics to nationalist movement
Amerika Serikat yang sampai saat ini tiada claiming independence or sucession, the

1
vast majority of groups engaged in dan orang kaya yang mengkonsumsi energi
contemporary armed conflicts define dan membuang limbah lebih besar,
themselves or the basis of their identity, dibandingkan negara sedang berkembang
whether of a national, ethnic, religious or dan orang miskin. Dampak lingkungan
cultural character. (p. 5) global justru paling diderita oleh orang
Konflik kontemporer terkait dengan miskin di negara sedang berkembang
isu yang lebih luas dan komplekss seperti padahal mereka tidak memiliki kemampuan
hak asasi manusia, gender, keadilan untuk mengatasinya. Sebaliknya orang kaya
antargenerasi, dan penghargaan terhadap di negara maju dapat mengatasi dampaknya
alam yang tidak hanya berdimensi lokal, untuk menyelamatkan diri sendiri dengan
tetapi bahkan berdimensi global. Konfik ini berbagai cara dan teknologi yang semuanya
juga memiliki dimensi waktu, pembangunan bisa mereka bayar (Baiquni dan
yang berorientasi kepentingan sesaat dengan Susilawardani, 2002).
resiko lingkungan yang hebat, akan Dalam kontek Indonesia, sejak
berhadapan dengan kebijakan pembangunan reformasi terjadi perubahan drastis dari
yang berorientasi kepentingan jangka pemerintahan yang sentralistis ke otonomi
panjang generasi berikutnya. Pada dasarnya menimbulkan perubahan pola dan dinamika
konflik kontemporer tesebut didorong oleh konflik internal. Berbagai konflik horizontal
agenda ekonomi, terutama konflik di negara maupun vertikal muncul dan bahkan konflik
sedang berkembang (Porto, 2002). dengan kekerasan (violence conflicts)
Sementara itu, konflik dengan kekerasan, merebak di berbagai daerah. Konflik dengan
cenderung terus meningkat dan semakin kekerasan memiliki pola yang beragam,
kompleks dari waktu ke waktu (Cornwall, antara lain konflik antara pusat dan daerah
2002). (center and periphery) seperti terjadi di
Realitas pertumbuhan ekonomi Aceh dan Papua, ada sekelompok gerakan
ternyata justru memperluas kesenjangan dan bersenjata yang ingin merdeka, demikian
berkembang tidak sesuai dengan yang pula dalam bentuk konflik pada tingkat
diharapkan oleh banyak orang, terutama di wacana oleh sejumlah kelompok di daerah
negara miskin dan sedang berkembang. Riau dan Kalimanan Timur yang kaya
Keangkuhan negara maju dalam sumberdaya alam ingin mandiri. Konflik
mengeksploitasi sumberdaya alam dan etnis terjadi di sejumlah daerah di
memonopoli perdagangan global, telah Kalimantan. Konflik dengan membawa
menyebabkan sejumlah krisis ekonomi dan identitas agama juga terjadi di Ambon,
krisis ekologi, bahkan menimbulkan berbagai Maluku Utara dan Poso. Konflik antardesa
krisis kemanusiaan, seperti kemiskinan, terjadi di sejumlah daerah di Jawa yang pada
kelaparan dan konflik peperangan. awalnya hanya perkelahian antar pemuda
Sementara pemanasan global dan kerusakan merembet konflik antar masyarakat, baik di
ozon (global warming) merupakan salah satu desa maupun di kota.
contoh pola konflik yang bersifat global. Konflik dalam bentuk ketegangan
Kerusakan lingkungan global merupakan dan perselisihan dengan kadar kekerasan
kontribusi semua pihak terutama negara maju yang rendah semakin banyak terjadi di era

2
otonomi. Selain itu eksklusivitas kedaerahan kelompok masyarakat di Indonesia. Lebih
juga muncul di beberapa daerah dalam lanjut diusulkan sejumlah agenda riset untuk
bentuk aturan-aturan lokal yang diarahkan memahami akar persoalan konflik dan
untuk membatasi mobilitas sosial maupun bagaimana konflik dari yang sering
mobilitas spasial kelompok tertentu, dianggap negatif dapat diubah menjadi
khususnya para migran pencari kerja peluang positif (conflict resolutions).
(Rijanta, 2002). Di beberapa daerah
kabupaten/kota ditemukan produk-produk
hukum, khususnya peraturan daerah yang 2. Perspektif Teori Konflik Lingkungan
diciptakan untuk memberi peluang bagi putra dan Sumberdaya Alam
daerah untuk memperoleh akses yang lebih Pemahaman teoretik dan pemaknaan
besar dalam berbagai kesempatan ekonomi empirik mengenai perubahan dan transisi
yang ada. Beberapa di antaranya justru masyarakat kaitannya dengan konflik atas
kontra produktif karena isinya mewajibkan sumberdaya sebenarnya sangat kompleks.
investor untuk mempekerjakan sejumlah Fink (1968) mengemukakan betapa panjang
persentase tertentu warga putra daerah yang dan kompleks sejarah konflik sosial.
dari segi ketrampilan justru kurang memadai. Pertanyaan ilmiah mengenai hal itu sama
Arus migrasi antardaerah di Indonesia tuanya dengan ilmu sosial itu sendiri.
sebagai salah satu mekanisme redistribusi Artinya studi-studi mengenai konflik telah
sumberdaya alam secara moderat telah lama dilakukan. In many disciplines and
mengalami penurunan, terutama ke daerah- from many viewpoints, great bodies of data
daerah rawan konflik di kawasan timur have been collected, and countless
Indonesia. Dalam perkembangan lebih lanjut, generalizations, hypotheses and theories
pemekaran wilayah juga telah dipakai have been constructed to account for sosial
sebagai salah satu cara menghindari konflik conflict phenoema (p. 412).
atas ketidakpuasan terhadap pengelolaan Studi mengenai fenomena konflik
sumberdaya pembangunan (Rijanta, 2006) lingkungan lebih mudah daripada studi
meskipun seringkali juga menimbulkan konflik sosial, yaitu ketika isu lingkungan
konflik baru. mengemuka dan menjadi fokus perhatian.
Tulisan ini bertujuan memahami Perselisihan mengenai lingkungan dapat
konflik dalam pengelolaan sumberdaya dan menimbulkan konflik sosial bahkan perang
lingkungan pada aras teoretik dan antarbangsa tidak hanya berujud perebutan
memberikan pemaknaan empirik atas konflik akses sumberdaya alam, tetapi pada
perebutan sumberdaya maupun konflik peradaban modern dapat berupa pencemaran
lingkungan sebagai salah satu pemicu konflik air atau polusi atmosfer. Konflik lingkungan
antardaerah dan antarkelompok masyarakat. yang terjadi memiliki dimensi yang
Pembahasan diawali dengan perspektif kompleks dan melibatkan berbagai
teoretik atas konflik perebutan sumberdaya kepentingan antarsektor dan stakeholders
dan perselisihan lingkungan yang kemudian pembangunan. Glasbergen (1995)
diikuti dengan mengkaji pengalaman empiris menunjukkan bahwa kebijakan
konflik di sejumlah daerah dan antar pembangunan dan lingkungan seringkali

3
terjadi kesenjangan antara kondisi yang diberikan pada para pengusaha pusat dan
diharapkan dan hasil yang terjadi. Kondisi investor asing. Meskipun kebijakan hutan
tersebut menunjukkan bahwa permasalahan telah dapat menggerakkan ekonomi lokal
lingkungan bukan persoalan fisik tetapi juga dan bermanfaat meningkatkan devisa, tetapi
mencakup dimensi kepentingan subjek pada saat yang bersamaan juga
pelakunya. menimbulkan degradasi sumberdaya alam
Pada uraian berikut ini disajikan peta dan lingkungan sekaligus marjinalisasi
teori konflik, khususnya yang berkaitan kehidupan suku-suku masyarakat pedalaman
dengan konflik sumberdaya dan lingkungan. yang hidup secara turun temurun mengelola
Sejumlah literature tentang teori konflik yang hasil hutan.
relevan dengan kondisi konflik sumberdaya Kepentingan ekonomi nasional
dan lingkungan di Indonesia saat ini. Secara memang memperoleh manfaat dari devisa
berturut-turut dikemukakan empat teori atau hasil hutan, tetapi daya hidup masyarakat
perspektif memahami konflik sumberdaya lokal mengalami penurunan. Kebijakan
dan lingkungan, yaitu teori ketamakan (the lingkungan yang dikembangkan kemudian
greedy theory), NIMBY syndrome, teori adalah pemberian kompensasi misalnya
mengail di air keruh (profit taking), teori dengan program bina desa hutan dan
kemerosotan dan kelangkaan (deprivation reboisasi. Dalam jangka pendek pemberian
and scarcity). Teori-teori ini digunakan kompensasi ini dapat meredam konflik atau
sebagai latar pengetahuan dalam memahami menyembuhkan luka permukaan, tetapi
kondisi empirik konflik sumberdaya dan beban psikologis dan kemunduran
lingkungan di Indonesia. masyarakat hutan memiliki konsekuensi
buruk dan berjangka panjang. Demikian
a. Teori Ketamakan (The Greedy Theory) pula dana reboisasi banyak yang
Kerakusan dan ketamakan merupakan berhamburan salah sasaran atau sengaja
salah satu sifat buruk manusia yang secara disalahgunakan atau dikorupsi, sehingga
sengaja atau tidak dapat muncul dalam upaya penghutanan kembali banyak yang
perilaku hubungan manusia dengan alam, gagal.
maupun manusia dengan manusia lainnya. Keuntungannya jelas telah dinikmati
Konflik lingkungan yang ditimbulkan dari oleh para konglomerat dan pengusaha yang
penguasaan sumberdaya alam lebih dipicu bekerjasama dalam mata rantai tersebut,
oleh nafsu tamak dan rakus, yang berakibat tetapi kerugian jelas-jelas sangat dirasakan
pada diskriminasi, ketidakadilan, dan oleh masyarakat setempat. Bahkan para
marjinalisasi kepentingan masyarakat lain pekerja pendatang yang semula turut
(Billon, 2001; Porto, 2002). Eksploitasi menikmati tetesan ekonomi, akhirnya juga
sumberdaya tersebut mengakibatkan harus menanggung kerugian akibat
kelangkaan dan kerusakan lingkungan munculnya konflik di tingkat bawah.
sehingga menurunkan daya hidup Pelajaran yang dapat dipetik adalah
masyarakat yang lain. Contoh di Indonesia eksploitasi sumberdaya alam yang melebihi
secara singkat mengenai kasus penguasaan batas dan tidak mengindahkan tradisi
sumberdaya hutan melalui HPH yang masyarakat setempat akan mengalami

4
kehancuran. Pengusaha dan pemerintah pusat b. NIMBY (Not In My Back Yard)
merasakan keuntungan dan menikmati Syndrome
kemakmuran, tetapi kerugian ekologis turun- Konflik lingkungan yang bersumber
temurun dirasakan oleh masyarakat asli dan pada pemindahan masalah ke tempat lain.
kepedihan psikologis diderita oleh para Berkaitan dengan pola ini muncul idiom
penduduk pendatang. NIMBY (Not In My Back Yard) yang
Kerakusan eksploitasi sumberdaya merupakan gejala munculnya sikap
alam berlangsung secara bertahap dan individualistis bahwa masyarakat tidak mau
hierarkis. Dari wilayah piggiran di luar Jawa menanggung masalah di sekitarnya akibat
disedot ke Jawa terutama Jakarta sehingga pencemaran lingkungan. Fenomena ini
ibarat vacum cleaner atas nama terkait dengan kebangkitan kesadaran
pembangunan nasional maka mengalirlah tentang lingkungan pada dasawarsa 1960-an
surplus nilai sumberdaya itu masuk ke pusat di negara-negara maju terutama Eropa dan
(Baiquni, 2003). Meskipun secara normatif Amerika. Mereka sadar bahwa polusi dan
akan terjadi revenue sharing sebagai pencemaran akan menurunkan kualitas
konsekuensi dari keberadaan Indonesia hidup. Kemudian mereka mendesak untuk
sebagai kesatuan, tetapi realitanya banyak mengalihkan industri dan produk teknologi
dirasakan ketidakpuasan dari berbagai daerah yang tidak ramah lingkungan ke negara-
yang kaya sumberdaya, seperti yang muncul negara lain.
dalam waktu sepuluh tahun terakhir. Dari Fenomena NIMBY ini misalnya
perspektif hubungan center-periphery ditunjukkan dengan relokasi industri yang
sebagian dari akumulasi sumberdaya sudah tidak efisien dan kotor dari negara
keuangan di Jakarta sebenarnya hanya maju ke negara sedang berkembang. Bila
sebagai pengumpul untuk disedot lagi oleh dicermati secara kritis, kebijakan relokasi
pusat-pusat kekuatan global. Dalam industri dan alih teknologi yang
hubungan seperti ini Jakarta adalah pinggiran dikampanyekan negara maju ke negara
dari pusat-pusat kekuatan dunia yang sedang berkembang, tidak lepas dari
bermarkas di New York, London, Tokyo, sindrom NIMBY. Sepintas kebijakan dan
Paris, Brussel dan Amsterdam. Mekanisme program itu sangat mulia membantu
eksploitasi sumberdaya dari periphery dalam masyarakat negara sedang berkembang dari
kaitan hubungan center-periphery seperti ini keterbelakangan ekonomi, tetapi di
di antaranya dilakukan melalui lembaga- belakangnya ada pengalihan industri yang
lembaga donor internasional maupun usaha- polutif dan penjualan teknologi yang sudah
usaha multinasional dalam bentuk usaha usang dengan label transfer teknologi yang
lisensing berbagai makanan cepat saji dan didukung dengan hutang luar negeri yang
minuman ringan serta usaha eksport dan dikemas sebagai bantuan.
import. Sementara itu pemerintah di negara-
negara sedang berkembang merasa dengan
bangga menerima program-program
internasional yang dikemas secara halus
dengan bantuan tenaga ahli, bantuan teknis,

5
bantuan pinjaman lunak dan berbagai paket terjadi dalam meletakkan tempat sampah
bantuan. Apa yang terjadi di lapangan bisa sementara di sebuah lingkungan
berbeda jauh dengan harapan. Berbagai permukiman. Pada dasarnya tidak ada satu
produk teknologi yang diterima seringkali rumahtangga pun yang rela jika depan
tidak sesuai dengan kebutuhan riil rumahnya menjadi tempat penampungan
pembangunan dan bahkan beberapa peralatan sampah sementara dari para tetangga.
tidak dapat digunakan karena tidak ada Seringkali persoalan sampah menjadi
infrastruktur dan material yang persoalan rumit yang menguras energi
mendukungnya. warga, terutama di lingkungan yang sempit
Sebagai contoh banyak peralatan berkepadatan tinggi pada saat-saat musim
laboratorium di perguruan tinggi dan badan hujan. Solusinya seringkali menimbulkan
litbang departemen yang didatangkan, tetapi masalah baru, misalnya menjadikan sungai
nganggur karena tidak sesuai kebutuhan. sebagai tempat sampah. Respon
Jumlah kasus-kasus alih teknologi yang ketidakpuasan pun sangat mungkin muncul
terbengkalai jumlahnya cukup besar, belum di bagian lain dari sungai akibat dari
lagi teknologi yang tidak sesuai dengan perlakuaan warga terhadap sungai sebagai
lingkungan. Barang-barang teknologi tempat pembuangan sampah atau respon
tersebut sering di negara asalnya sudah tidak dalam bentuk yang paling lazim adalah
dipakai dan bahkan ada sejumlah industri sama-sama ikut membuang sampah ke
yang telah dilarang berproduksi di sungai. Akibatnya, semua warga dapat
negaranya, dialihkan ke Indonesia. Pada memelihara lingkungan rumahnya tetap
gilirannya sering juga terjadi berbagai bersih, tetapi mengorbankan sungai sebagai
bantuan teknologi dari negara maju tidak bagian dari sistem hidrologi menjadi
berlanjut karena tidak adanya suku cadang, tercemar.
peralatan maupun personil yang mendukung
keberlanjutannya. Bahkan di negara asal c. Memancing di Air Keruh (Profit
teknologi tersebut perusahaan yang Taking)
meproduksinya sudah ditutup dan beralih ke Berbagai konflik yang muncul dapat
usaha lain yang tidak polutif. menjadi ajang memperoleh keuntungan bagi
Banyak kasus-kasus limbah nuklir segelintir atau sekelompok orang di atas
dari negara maju yang dibuang ke wilayah penderitaan orang lain. Para pengusaha baik
negara-negara miskin, melibatkan birokrasi penghasil maupun penjual dan broker
pemerintah yang korup dan jaringan mafia. senjata adalah para pengambil keuntungan
Kebetulan sampah nuklir tidak dibuang di baik di saat damai maupun perang. Para
Indonesia, tetapi banyak kasus telah penghasil senjata canggih justru negara kaya
ditimbun di bekas tambang di sejumlah dan besar seperti Amerika Serikat, Inggris,
negara Afrika dan dibenamkan di Lautan Perancis dan Jerman; Demikian pula para
Pasifik. pengusaha pemasok senjata baik yang legal
Sindrom NIMBY, pada dasarnya juga maupun illegal adalah orang kaya dan kuat.
terjadi pada lingkungan kecil di sekitar kita. Maka sesunguhnya konflik dan perang tidak
Ketegangan dan konflik kecil juga bisa terlepas dari penyalahgunaan peran ilmu

6
pengetahuan dan teknologi yang mestinya d. Teori Kemerosotan dan Kelangkaan
untuk kesejahteraan umat manusia. (Deprivation and Scarcity)
Invasi Amerika ke Irak diduga kuat Ohlsson, (2000) dalam tulisannya
merupakan upaya menguasai sumberdaya Water Conflicts and Sosial Resource
minyak, sedangkan penegakan demokrasi Scarcity menampilkan index mengenai
hanya sebagai kedok belaka. Buktinya Hydrological Water Stress Index (HWSI)
banyak rezim yang tidak menerapkan dan Sosial Water Stress Index (SWSI). Ia
demokrasi di negara-negara Timur Tengah memprediksi bahwa antara 1995 hingga
tidak diganggu, asal tetap menuruti 2025 terus terjadi peningkatan tekanan atas
kepentingan negara adikuasa tersebut. sumberdaya alam menuju kelangkaan yang
Penguasaan sumber minyak untuk semakin parah di berbagai negara,
kepentingan pasokan energi negara adidaya khususnya negara miskin. Data ini akan
merupakan bentuk kerakusan dan penciptaan lebih menarik bila dikaitkan dengan peta
konflik bersenjata dapat dilihat sebagai konflik, dilihat dari perspektif kelangkaan
perdagangan produk industri mesin perang. sumberdaya sebagai pemicu konflik dalam
Jika dirunut lebih mendalam pihak yang melihat akar permasalahan di sejumlah
membiayai perang Teluk 1992 dan 2003 negara miskin atau daerah terbelakang.
adalah negara-negara di kawasan Teluk itu Menurut para penganut teori Scarece
sendiri seperti Kuwait, Saudi Arabia, Qatar, Resource Wars bahwa seseorang,
Uni Emirat Arab, yang juga kaya sekelompok orang atau bangsa akan berebut
sumberdaya minyak. Maka menurut teori ini, dan bahkan berkelahi atau berperang untuk
konflik dan perang selalu akan diciptakan mempertahankan dan mengamankan akses
sebagai upaya membuka peluang bisnis dan kontrol atas sumberdaya yang
paling tidak menjual senjata dan mesin diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
perang. hidup atau survival; Semakin langka
Perbendaharaan kata dalam Bahasa sumberdaya, semakin dasyat perebutannya
Indonesia mengenal berbagai konsep terkait (Billon, 2001; Jones, 1998; Porto, 2002).
dengan adu domba, belah bambu, dan Kelangkaan berarti kesenjangan yang tak
memancing di air keruh. Adanya konflik dapat lagi ditoleransi atau diterima antara
justru memberi peluang bagi pihak tertentu apa yang diingikan dan apa yang dapat
untuk mengambil keuntungan di atas diraih. Kelangkaan ini dalam kurun waktu
penderitaan orang lain, baik secara langsung tertentu menyebabkan orang atau kelompok
maupun tidak langsung. Amat sulit untuk orang mengalami kesulitan dan frustrasi,
menganalisis peran orang, kelompok atau sehingga dapat memicu tindakan yang dapat
negara yang sepak terjangnya suka merugikan orang lain atau melanggar hak
mengambil keuntungan di tengah-tengah orang. Ketika orang harus antri untuk
kesulitan orang lain. Kadang mereka mendapatkan sesuatu, maka berarti masih
menyamar sebagai juru damai, juru runding, ada aturan yang dapat mengatur hak orang
atau bahkan seolah-olah sebagai pembela yang datang lebih dahulu untuk
bagi yang lemah. memperoleh kesempatan yang pertama,
first come, first serve. Konflik sering

7
muncul ketika terjadi penyerobotan dan
pelanggaran yang tidak lagi dapat
dikendalikan. Maka dalam situasi demikian 3. Studi Empiris Konflik Antar dan
perebutan dan konflik akan terjadi dalam Intern Daerah
memperebutkan sumberdaya yang terbatas. Sebagai bahan refleksi, dikemukakan
Masalah semacam ini juga sering suatu fenomena konflik antaretnis Madura
terjadi dalam perspektif deprivation atau dan Dayak, yang tidak bisa dilepaskan dari
kemerosotan yaitu suatu kondisi yang secara perubahan konstelasi kekuatan dan
bertahap mengalami penurunan semakin permasalahan lingkungan. Suku Madura
memburuk. Dalam kaitannya dengan konflik yang bermigrasi ke Kalimantan sebagai
sumberdaya dapat berarti adanya pekerja di HPH dan perkebunan maupun
kemerosotan relatif dan absolute (resource yang datang sebagai transmigran, memiliki
depletion). Kemerosotan dapat terjadi ketika persepsi dan nilai yang berbeda dengan suku
seseorang atau kelompok menganggap atau asli Dayak dalam memperlakukan dan
merasa yang lain lebih maju sedangkan memanfaatkan hutan. Suku Dayak memiliki
seseorang tadi berada dalam posisi stagnan kebudayaan hutan yang kuat, adat istiadat
atau mengalami kemandekan. Kesenjangan yang begitu dekat dengan alam yang
yang tidak lagi dapat ditolerir akan menganggap hutan sebagai rumah dan
mengakibatkan berbagai symptom rendah sumber penghidupan yang lestari. Suku
diri atau justru tak tahu diri. Banyak Madura tidak banyak memiliki tradisi hutan,
fenomena kesenjangan yang terjadi mengingat di daerah asalnya di Pulau
diakibatkan oleh warga mayoritas yang Madura kondisinya relatif kering dan
rendah diri dan warga minoritas yang tak tandus. Mereka didatangkan untuk bekerja
tahu diri; seperti orang yang kaya raya yang di perusahaan HPH yang tugasnya
secara demonstratif selalu pamer kekayaan di memotongi pohon hutan dan sebagai tenaga
tengah para tetangganya yang miskin. kasar di bidang kehutanan dan perkebunan.
Sumberdaya lahan dan air di Pada era Orde Baru, bisnis
sejumlah tempat menjadi ajang perebutan kehutanan tidak lepas dari peran aparat
yang sengit apalagi pada saat paceklik. Di keamanan yang turut mengontrol konflik di
kawasan Tanduk Afrika (Horn of Africa) lapangan. Ketika reformasi awal
misalnya Sudan, Ethiopia dan Somalia; berlangsung, peranan aparat kemanan agak
konflik kerap terjadi antarsuku yang menetap mengendor, sehingga terjadi kekosongan
dengan suku nomaden. Konflik ini tidak saja kekuatan. Akibatnya, pekerja etnik Madura
menyangkut kelompok suku, tetapi telah langsung berhadapan dengan penduduk
melampaui batas-batas antarnegara. Perang Dayak. Letupan konflik tidak terhindarkan,
sipil yang terjadi di Sudan diwarnai oleh karena penduduk asli merasa lingkungan
kompetisi kontrol atas lembah subur dan air dan penghidupannya terganggu oleh
Sungai Nil; menyebabkan pemerintah Sudan kegiatan HPH.
dan Mesir harus memfasilitasi upaya Persoalan konflik etnis semacam ini
perdamaian di antara stakeholders yang sesungguhnya telah terjadi beberapa kali di
bertikai (Porto, 2002). Kalimantan. Sambas termasuk salah satu

8
wilayah yang telah mengalami sejarah beragam lagi konflik yang terjadi antara
konflik etnis yang panjang, berkali-kali dan pusat dan daerah, antar daerah dan intern
masih dalam skala kecil. Konflik etnis skala daerah. Berbagai konflik yang
besar dalam perhitungan jumlah korban, terdokumentasikan dalam pemberitaan
tingkat kekerasan dan kerugian harta benda, berbagai surat kabar di Indoesia disajikan
terjadi setelah rezim Orde Baru tumbang. dalam Tabel 1. Dari tabel tersebut dapat
Masa transisi ini menimbulkan perubahan diamati bahwa sejak tahun 1998 sampai saat
pola kekuatan di sejumlah daerah, khususnya ini kejadian konflik berlatarbelakang
di wilayah pinggiran. Kemarahan penduduk sumberdaya alam di Indonesia ada
yang sudah lama marjinal dan tertindas, kecenderungan semakin meningkat sejalan
seperti meluap tanpa dapat dibendung dengan otonomi daerah. Banyak di antara
menimbulkan akumulasi kekerasan yang contoh-contoh konflik pemanfaatan
mengerikan. sumberdaya tersebut semakin kuat
Penduduk lokal Dayak yang telah artikulasinya justru setelah dimulainya
lama marjinal merasa bahwa yang mereka otonomi daerah.
lihat di lapangan merusak hutan adalah suku Tema-tema konflik yang terjadi
pendatang Madura. Padahal para pekerja asal setelah otonomi pada dasarnya dapat
etnis Madura ini sesungguhnya adalah buruh diklasifikasikan menjadi konflik antara
perusahaan besar menjadi mata rantai paling masyarakat dengan pemerintah daerah
depan dari bisnis main kayu yang juga kabupaten/kota, konflik antara pemerintah
tereksploitir tenaganya. Sayangnya yang pusat dan daerah propinsi atau
terjadi di lapangan adalah kekerasan kabupatan/kota dan konflik antar kelompok
antarpenduduk yang sesungguhnya sama- masyarakat dengan kelompok masyarakat
sama menjadi korban dari sistem eksploitasi yang lain. Tipe-tipe konflik yang terjadipun
hutan yang tidak adil dan berkelanjutan juga beragam mulai dari konflik yang
(Baiquni dan Susilawardani, 2002). tingkatnya kognitif (terdapat perbedaan pada
Berbagai konflik antar stakeholders ilmuwan tentang sesuatu tindakan
dan sektor dalam memperebutkan pemanfaatan sumberdaya yang terbaik),
sumberdaya maupun mempersoalkan nilai (terdapat dua kegiatan eksploitasi
lingkungan muncul di berbagai daerah. sumberdaya atau lebih yang tidak saling
Dalam kaitannya dengan otonomi lebih kompatibel), interest (terdapat keragaman

Tabel 1.
Contoh Konflik Berbasis Pemanfaatan Sumberdaya Alam

No. Lokasi Stakeholders Berkonflik Inti konflik Resolusi Konflik


1. Salatiga dan Petani Petani hanya memperoleh sebagian kecil dari air Tidak diketahui
Kabupaten PDAM Kab. Semarang Umbul Senjoyo, sementara pipa-pipa besar
Semarang Batalion 411 melintang melalui lahan mereka
Pabrik Tekstil Damatek
2. Klaten Masyarakat dan petani Masyarakat dan petani di sekitar umbul merasa PDAM beri kompensasi
Desa Arunsari keberatan dengan penggunaan air oleh PDAM dana pembangunan
PDAM Klaten sejak tahun 1970an tanpa kompensasi desa Rp800.000,- yang
kemudian naik Rp
2.000.000,- per tahun

9
3. Kabupaten Masyarakat desa umbul Masyarakat sekitar Umbul Sungsang menolak Negosiasi sudah
Boyolali dan Pemerintah desa pemanfaatan air untuk PDAM Surakarta, meskipun berjalan 2 tahun sampai
Kota Surakarta setempat pemerintah desa sudah mengalokasikan banyak berita diturunkan
Pemkot Surakarta uang untuk membangun umbul tersebut
4. Propinsi Riau Pemerintah pusat Pemerintah pusat mengijinkan penambangan pasir Tidak diketahui
Pemerintah propinsi laut untuk ekspor ditentang pemerintah propinsi
Masyarakat dan masyarakat karena merusak lingkungan
5. Propinsi Riau Pemerintah pusat Pemerintah daerah dan masyarakat menuntut Dibentuk Badan Operasi
Pemerintah daerah dan agar pengelolaan CPP Block diserahkan kepada Bersama (BOB) untuk
masyarakat masyarakat, sedangkan pemerintah pusat masih mengelola CPP Block
bermaksud mengelolanya
6. Kabupaten Pemerintah Kabupaten Pemerintah Kabupaten Tangerang mengancam Tidak diketahui
Tangerang dan Tangerang memutus saluran air untuk PDAM jika tuntutan
DKI Jakarta Pemerintah DKI Jakarta kenaikan harga tidak dipenuhi
7. Kabupaten Pemerintah Kabupaten Pemerintah Kota Surakarta mengancam Tidak diketahui
Boyolali dan Boyolali menerapkan pajak kepala terhadap pekerja asal
Kota Surakarta Pemerintah Kota Kabupaten Boyolali
Surakarta
8. Kabupaten Pemerintah Kabupaten Pemerintah Kabupaten Kendal mengancam Tidak diketahui
Kendal dan Kendal memutus saluran air untuk PDAM jika tuntutan
Kota Semarang Pemerintah Kota kenaikan harga air dari Umbul Boja tidak dipenuhi
Semarang
9. Kepulauan Nelayan asal Kabupaten Masyarakat sekitar Masalembo melarang nelayan Tidak diketahui
Masalembo Pekalongan dari Kabupaten Pekalongan untuk menangkap
Masyarakat Masalembo ikan di sekitar perairan Masalembo
10. Jawa Tengah Pemerintah beberapa Beberapa kabupaten di Propinsi Jawa Tengah Tidak diketahui
kabupaten menyiapkan peraturan untuk dapat memungut
ongkos penggunaan jalan bagi kendaraan yang
melewati kabupaten yang bersangkutan
11. Jawa Timur Beberapa Desa yang Kebebasan melintasi desa menggunakan ojek Tidak diketahui
berdekatan yang tidak berpangkalan di desa tersebut dibatasi,
sehingga sistem transportasi menjadi ruwet,
antagonistic dan mahal
12. Kabupeten PDAM Kabupaten Masyarakat Badung Utara memutuskan pipa PDAM berpikir untuk
Badung Badung PDAM, karena pasokan air ke sawah terganggu kerjasama dengan
Warga Badung Utara serta perasaan tereksploitasi oleh orang kota kabupaten lain untuk
memperoleh sumber air
baku
13. Kabupaten Warga Klaim masyarakat yang merasa dirugikan oleh Tidak diketahui
Kutai Barat Perusahaan HPH HPH dan klaim kepemilikan lahan mulai dari
antarkampung, antarkecamatan, antarprovinsi,
hingga lintasnegara dengan Malaysia.
14. Kabupaten Warga masyarakat Warga menuntut agar kebun inti dirubah menjadi Tidak diketahui
Paser PT Perkebunan Nasional perkebunan plasma sebagai resiko pemanfaatan
tanah adat oleh PT. Perkebunan Nasional
Sumber: Suwondo, 2002, McCarthy, 2002 dan Thorburn, 2002 ditambah beberapa pemberitaan Harian Kompas berbagai edisi.

persepsi tentang distribusi keuntungan)


maupun yang tingkatnya perilaku (terdapat
sebagian personal stakeholders yang 4. Memahami Akar Persoalan dan
mungkin rakus dan mengabaikan Resolusi Konflik
kepentingan stakeholders lain). Kemunculan Pengelolaan sumberdaya merupakan
konflik-konflik tersebut sebagian sudah serangkaian proses pembuatan keputusan
sampai pada tindakan perusakan, yang sistematik untuk mengalokasikan
menghalangi akses stakeholders yang lain sumberdaya dalam ruang dan waktu tertentu
dengan ancaman fisik maupun non-fisik, menurut kebutuhan, aspirasi dan keinginan
maupun yang sifatnya masih konflik wacana dalam suatu kerangka kemampuan
(discourses). teknologi, institusi sosial politik,

2
administrasi dan hukum. Pembuatan administrasi yang lebih rendah akan
keputusan dalam pengelolaan sumberdaya memberikan peluang untuk (a).
seringkali menjadi tidak mudah, karena di diperolehnya
dalamnya terdapat berbagai pihak yang partisipasi stakeholders dalam perumusan
semuanya ingin dipenuhi kebutuhannya maupun implementasi kebijakan, (b).
dengan sumberdaya yang terbatas. Sementara desentralisasi kewenangan dan kekuasaan
itu kebutuhan sumberdaya setiap stakeholder memberikan paluang terwujudnya peranan
dalam pembangunan seringkali sangat masyarakat sipil dan (c). memberikan
berbeda dan bahkan saling bertentangan satu peluang terjadinya proses interaksi yang
dengan yang lain. Dengan demikian dapat intensif antar stakeholders dalam
dikatakan pembuatan keputusan dalam pengelolaan sumberdaya alam. Pada
pengelolaan sumberdaya dilakukan dengan periode transisi dari sentralisasi ke
mempertimbangan aspek-aspek pengetahuan desentralisasi dalam pengelolaan
dan teknologi, aspek politik, sosial dan sumberdaya alam memang di berbagai
ekonomi. pengalaman negara lain juga terjadi anomi
Pembuatan keputusan dalam atau kebimbangan yang pada intinya terjadi
pengelolaan sumberdaya selain karena nilai-nilai baru belum diterima secara
memperhatikan aspek-aspek di atas juga mapan sementara nilai-nilai lama sudah
perlu memperhatikan sifat-sifat dasar dari harus ditinggalkan.
sumberdaya itu sendiri sebagai suatu Pengalaman dari Nicaragua (Larson,
komponen yang merupakan bagian tak 2002) dalam proses desentralisasi
terpisahkan dari lingkungan dalam arti luas. pengelolaan hutan mungkin yang paling
Beberapa sifat dasar sumberdaya perlu mirip dengan yang sekarang terjadi di
dipahami secara utuh, karena perubahan Indonesia. Terdapat empat issu penting yang
pengelolaan sumberdaya dari model menjadi penghambat proses desentralisasi
sentralistik ke model otonomi dapat pengelolaan hutan di Nicaragua, yaitu (a)
membawa kerusakan yang tidak terpulihkan merajalelanya korupsi, (b) terbatasnya
pada sumberdaya itu sendiri. Beberapa kapasitas institusi lokal, (c) terbatasnya
contoh mengenai hubungan antara insentif bagi aparat, serta (d) terbatasnya
desentralisasi dan pengelolaan sumberday komitmen jangka panjang semua
alam dari Benua Asia (World Bank, 2000, stakeholders. Pengalaman-pengalaman lain
Ross, 2001; Suwondo, 2002), Afrika seperti di Mali (Benjaminsen, 1997) juga
(Benjaminsen, 1997, Mabogunje, 1980), menunjukkan kemiripan dengan pengalaman
Amerika Latin (Larson, 2002), Australia Nicaragua.
(Lane, 2003) secara bersama-sama Selain karena persoalan-persoalan di
menegaskan bahwa desentralisasi dalam atas sebagian, masalah dalam pengelolaan
pengelolaan sumberdaya alam merupakan sumberdaya alam sebenarnya juga terletak
satu hal yang tidak perlu ditawar-tawar lagi. pada kurangnya pengetahuan substansi
Secara teoretik desentralisasi dalam tentang sifat-sifat sumberdaya alam itu
pengelolaan sumberdaya alam oleh unit-unit sendiri (Ashby, 1998). Adapun sifat-sifat
dasar sumberdaya alam yang perlu

2
memperoleh perhatian khusus dari semua menyiratkan perlunya kehati-hatian yang
stakeholders, yaitu : ekstra bagi pembuat keputusan untuk
1). Memiliki stakeholders yang banyak meminimalisir konflik kepentingan yang
dengan kebutuhan dan aspirasi yang akan terjadi sebelum pembuatan
berbeda-beda dan bahkan keputusan dilakukan. Kajian mendalam
bertentangan satu dengan yang lain. tentang konsekuensi sistemik dari setiap
Dengan demikian dalam pengelolaan keputusan pengelolaan sumberdaya alam
sumberdaya konflik kepentingan antar tertentu perlu memperoleh penekanan.
stakeholder merupakan hal yang wajar 3). Dampak praktek pengelolaan
terjadi dan dengan demikian dalam sumberdaya yang sifatnya di tempat
pengelolaan sumberdaya termasuk di (in situ) maupun di tempat lain
dalamnya adalah pengelolaan aspirasi biasanya sulit diamati dalam jangka
berbagai stakeholder yang mungkin pendek. Jangkauan observasi yang
saling bertentangan. Keragaman dapat dilakukan para stakeholders
stakeholder yang seperti ini sebenarnya pemanfaatan sumberdaya secara
juga melahirkan keragaman perspektif tradisional sangat terbatas, sejauh panca
jangka waktu juga sekaligus indera dan intuisi dapat menjangkaunya.
mencerminkan keragaman persepsi Dengan demikian pemahaman
terhadap pengelolaan sumberdaya itu masyarakat terhadap sistem sumberdaya
sendiri. secara utuh dalam konteks jalinan
2). Memiliki aspek saling ketergantungan sistemik akan sulit diharapkan, sehingga
secara spasial, temporal dan biofisikal dalam situasi yang seperti ini ide-ide
(spatial, temporal and biophysical tentang keutuhan sumberdaya sebagai
interrelationship). Sumberdaya, suatu sistem akan sulit dipahami oleh
khususnya sumberdaya alam memiliki para stakeholders tertentu yang
aspek ketergantungan biofisikal antar berorientasi waktu ke depan yang sangat
wilayah dalam kerangka waktu tertentu. pendek. Tindakan-tindakan pamanfaatan
Perlakuan terhadap sumberdaya alam sumberdaya di satu tempat dan risikonya
tertentu di satu bagian permukaan bumi di tempat yang sama di kemudian hari
selalu ada konsekuensinya terhadap maupun di tempat yang secara sistemik
sumberdaya yang sama atau berbeda baik berkaitan dengan tempat itu merupakan
di tempat itu maupun di tempat lain hal yang sulit dipahami oleh sebagian
dalam waktu yang sama maupun anggota masyarakat sebagai salah satu
berbeda. Komplekssitas hubungan aspek stakeholders. Perbedaan yang penting di
spasial, temporal dan biofisikal sini adalah dalam hal skala ruang dan
sumberdaya yang seperti ini seringkali waktu observasi oleh berbagai
tidak dipahami secara utuh oleh para stakeholders pamanfaatan sumberdaya,
pembuat keputusan itu sendiri, apalagi sehingga dalam memahami berbagai
masyarakat awam. Hubungan erat dinamika pengelolaan sumberdaya
antaraspek spasial, temporal dan secara esensial sulit dipertemukan
biofisikal sumberdaya itu sendiri perbedaan pandangan antarstakeholders.

3
Hal ini juga yang membuat berbagai sumberdaya dapat dipertahankan.
keputusan yang berdimensi waktu jangka Diversitas sumberdaya juga akan sangat
panjang seringkali tidak dapat dengan menetukan ketahannya terhadap
mudah diterima stakeholders tertentu berbagai ancaman kerusakan dan
yang kadang berpandangan jangka degradasi. Jika diversitas sumberdaya
pendek karena desakan sosial dapat dipertahahankan maka
ekonominya. kepentingan berbagai stakeholders
4). Ketahanan sumberdaya akan dengan beragam preferensinya relatif
terbentuk, jika umpan balik positif akan dapat dipenuhi dan dipertahankan,
dapat ditanggapi dengan baik. baik untuk kepentingan-kepentingan
Sumberdaya alam sebagai suatu sistem jangka panjang, menengah maupun
memiliki ketahanan yang berbeda-beda pendek. Salah satu kemungkinan
sebagai bentuk responnya terhadap munculnya konflik adalah adanya upaya
eksploitasi. Umpan balik positif dalam memaksakan spesialisasi pada satu jenis
sistem sumberdaya alam sebagai bagian sumberdaya alam yang merupakan
dari sistem lingkungan akan dapat preferensi dari salah satu stakeholder
meningkatkan ketahanan sumberdaya saja, sehingga kepentingan stakeholders
alam yang bersangkutan. Untuk yang lain terabaikan. Dengan keragaman
meningkatkan ketahanannya, suatu sumberdaya yang tinggi pilihan yang
sistem pengelolaan sumberdaya harus sesuai kepentingan setiap stakeholders
dapat merespon secara positif setiap akan lebih dapat dijamin, sehingga
umpan balik yang terjadi. Dengan konflik dapat diminimalisir.
demikian pengelolaan sumberdaya alam Kelima sifat dasar tersebut
perlu dilengkapi perangkat sistem hendaknya menjadi acuan yang penting bagi
informasi yang dapat menjamin respon para peneliti sebagai kerangka teori dalam
yang tepat waktu terhadap masalah- memahami dinamika pengelolaan
masalah yang kritikal. Satu hal yang sumberdaya alam yang menjadi sangat
perlu memperoleh penekanan di sini menantang dalam era otonomi. Para peneliti
adalah kemauan politik untuk yang memposisikan dirinya sebagai salah
mengadopsi sistem informasi sebagai satu stakeholders penting dalam upaya-
sistem pendukung dalam pembuatan upaya pengelolaan sumberdaya alam perlu
keputusan yang lebih rasional dan tepat membekali dirinya tidak hanya dengan
waktu. Optimalisasi sistem informasi pengetahuan dan skill tentang alat (tools)
untuk monitoring dan evaluasi dalam untuk inventarisasi, analisis maupun
pengelolaan sumberdaya perlu mencakup presentasi data sumberdaya alam itu sendiri.
adanya jaminan bahwa keputusan- Lebih dari semua itu saat ini diperlukan
keputusan dalam pengelolaan usaha-usaha sistematis memahami substansi
sumberdaya harus dilandasi hasil tentang sumberdaya alam beserta substansi
monitoring dan evaluasi. tentang pengelolaan sumberdaya alam itu
5). Ketahanan sumberdaya akan sendiri, termasuk di dalamnya adalah
terbentuk jika kekayaan ragam substansi tentang resolusi konflik

4
sumberdaya alam yang pada dasarnya pendekatan politik, administrasi dan judisial.
mengelola berbagai kepentingan berbagai Pertama, pendekatan politik dalam resolusi
stakeholders yang terdiri atas manusia dan konflik biasanya dilakukan melalui
lembaga-lembaga ciptaan manusia juga. lembaga-lembaga politik yang dibuat
Dalam pengelolaan sumberdaya alam melalui proses pemilihan yang melibatkan
sebenarnya lebih baik dihindari konflik masyarakat melalui lobi dan penggunaan
daripada harus menyelesaikannya jika pengaruh orang atau tokoh tertentu. Kedua,
konflik tersebut terjadi. Untuk itu yang perlu pendekatan administratif merupakan proses
dilakukan untuk menghindari konflik resolusi konflik melalui suatu proses dan
pemanfaatan sumberdaya adalah membawa mengikuti aturan birokrasi tertentu yang
semua stakeholders pada pemahaman yang hanya sesuai untuk solusi konflik-konflik
sama tentang sistem sumberdaya itu sendiri. yang sifatnya rutin dalam jajaran
Beberapa perangkat yang tersedia untuk administrasi. Ketiga, pendekatan judisial
menghindari konflik semacam itu antara lain yang dilakukan melalui jalur hukum di
partisipasi publik dalam pembuatan pengadilan yang akan menghasilkan pihak
keputusan untuk mengurangi peluang pemenang dan pihak yang kalah serta
tuntutan di pengadilan oleh mereka yang biasanya akan memakan waktu yang
tidak puas, perencanaan dan monitoring yang panjang.
digunakan untuk mengurangi konflik Ketiga macam pendekatan dalam
kepentingan antarpenggunaan sumberdaya resolusi konflik seperti di atas dengan
oleh berbagai stakeholders dan kerjasama, kelebihan dan kekurangannya seringkali
koordinasi serta komunikasi untuk tidak dapat dimanfaatkan secara efektif
melibatkan stakeholders dalam suatu untuk resolusi konflik sumberdaya yang
mekanisme saling memahami satu dengan sifatnya meluas dan komplekss dengan
yang lain. Ketiga perangkat ini dapat banyak stakeholders. Oleh karena itu ada
dikatakan sebagai prosedur normatif yang juga pendekatan alternatif yang sekarang
tidak akan dibahas lebih lanjut dalam tulisan banyak dianut untuk penyelesaian konflik di
ini. berbagai bagian dunia. Pendekatan alternatif
Menghidari konflik merupakan dalam penyelesaian konflik sumberdaya
langkah yang sifatnya preventif, tetapi tersebut adalah yang disebut negosiasi,
seringkali konflik terjadi tanpa diduga dan mediasi dan arbitrasi. Perbandingan lengkap
justru baru disadari ketika sudah menjadi ketiga macam alternatif resolusi konflik ini
masalahnya menjadi besar dan komplekss. diberikan pada Tabel 2 berikut.
Untuk situasi seperti ini yang dibutuhkan Pendekatan resolusi konflik alternatif
adalah resolusi konflik, yang pada dasarnya seperti ini semakin banyak digunakan di
adalah mengelola kepentingan stakeholders
berbagai belahan dunia. Keunggulan
yang berbeda-beda sambil tetap
pendekatan ini dibandingkan dengan
mempertahankan integritas dan
pendekatan-pendekatan politik, administrasi
sustainabilitas pemanfaatan sumberdaya.
Secara teoretik terdapat tiga pendekatan maupun judisial adalah sifat-sifatnya yang
untuk melakukan resolusi konflik, yaitu persuasif bukan koersif, fleksibel tidak rigid,

5
lebih efektif, dapat mencapai komitmen yang oleh Santosa dan Hutapea (1992) dinamakan
lebih baik untuk penyelesaian jangka panjang dengan Mekanisme Alternatif Penyelesaian
dan sangat potensial memfasilitasi Sengketa (MAPS). Mekanisme penyelesaian
terbentuknya saling kesepahaman antarpihak masalah ini dilakukan dengan negosiasi,
yang bertikai. Meskipun pendekatan- mediasi dan arbitrasi untuk melihat
pendekatan alternatif semacam ini dapat penyelesaian kasus lingkungan. Kedua
memberikan penyelesaian yang terbaik, penulis mengangkat studi kasus yang telah
tetapi prosesnya sendiri seringkali tidak diselesaikan dengan mekanisme MAPS.
mudah. Metode resolusi konflik alternatif ini

Tabel 2.
Perbandingan Antara Negosiasi, Mediasi dan Arbitrasi dan Resolusi Konflik

Negosiasi Mediasi Arbitrasi


Pembicaraan langsung antar dua Ada bantuan pihak lain (bukan pembuat Ada bantuan pihak lain yang akan
atau lebih pihak yang berkonflik keputusan) untuk membantu membuat keputusan
penyelesaian konflik
• Konsensus dikehendaki • Konsensus dikehendaki • Konsensus tidak selalu dikehendaki
• Konflik diselesaikan sendiri oleh • Fokus pada isu konflik • Pihak yang bertikai menyajikan
pihak yang bertikai argumen
Proses yang sukarela dan terbuka Proses yang sukarela dan menuju Hasilnya dapat mengikat atau tidak
konsensus mengikat
Sumber: Ashby, 1998

Mekanisme semacam ini dalam ilmu dirugikan, maka prinsip ini diberlakukan
ekonomi mirip dengan prinsip Pareto pada yang beruntung untuk menutup atau
optimal dalam penyelesaian masalah. Istilah memberikan kompensasi bagi yang tidak
ini diperkenalkan oleh ahli ekonomi Vilfredo beruntung. Prinsip tersebut terkait dengan
Pareto yang banyak digunakan oleh para ahli proses pnyelesaian yang dilakukan secara
lain dalam penyelesaian masalah. Pengertian partisipatif, inklusif, transparan dan yang
Pareto optimal menurut Mac Millan lebih penting adalah menyentuh rasa
Dictionary of Modern Economics adalah: A keadilan semua pihak, yang tidak hanya
realocation of resources which make at least bicara untung dan rugi.
one person better off while making no one Penyelesaian sengketa lingkungan di
worse off (Pearce, 1979). luar pengadilan melalui negosiasi, mediasi
Prinsip ini mengandung upaya dan arbitrasi di Indonesia tampaknya
penyelesaian yang sama-sama cenderung banyak dilakukan oleh pihak-
menguntungkan atau setidaknya tidak ada pihak pencemar (industriawan) dan
yang dirugikan. Bila ada satu pihak yang masyarakat sekitar (penduduk, petani,
merasa diuntungkan dan pihak lain petambak, dan buruh). Berkaitan dengan

6
upaya tersebut terlibat pula pemerintah pesat, tata organisasi (ekonomi, sosial dan
(pusat dan daerah), LSM, media masa dan politik) yang bergerak lintas batas dan
kalangan perguruan tinggi. Mereka berperan jaringan informasi yang semakin mudah
sebagai fasilitator dan mediator untuk diakses.
mempercepat penyelesaian masalah. Di Perubahan global jelas akan
pihak lain ada yang mengkritik metode berpengaruh pada tingkat lokal, demikian
memiliki sejumlah kelemahan terutama pula sebaliknya. Dari interaksi global-lokal
berkaitan dengan penegakan hukum. Kalau nampak terjadi perubahan yang
semua masalah diselesaikan secara menunjukkan bahwa semakin menganga
musyawarah, bagaimana dengan penegakan jurang antara negara kaya dan miskin,
hukumnya? Menurut pendapat kelompok ini, maupun secara mikro dapat disaksikan
sudah semestinya berbagai persoalan yang ketidakadilan dan kesenjangan di
terjadi diselesaikan secara hukum melalui masyarakat. Selain itu hubungan hirarkhis
proses pengadilan. dan asimetris antara negara-negara sedang
Di luar kedua kelompok tersebut, ada berkembang dan negara-negara maju yang
sekelompok yang mementingkan masih akan tetap menyiratkan adanya
kepentingan dan keuntungan sendiri. ketergantungan atau bahkan konflik yang
Kelompok semacam ini sering disebut satu dengan lainnya. Hal ini perlu
oknum yang menghambat penyelesaian memperoleh perhatian yang lebih besar.
dengan mengambil keuntungan sendiri Sifat-sifat hubungan yang asimetris
(vested interest) atau melakukan agitasi semacam ini membawa konsekuensi yang
untuk memperkeruh konflik sehingga konflik buruk pada ekploitasi sumberdaya alam dan
menjadi lebih besar dan luas dalam rangka kerusakan lingkungan di negara sedang
memperoleh keuntungannya sendiri tadi. berkembang dan layak menjadi salah satu
Pola pemasalahan dan konflik lingkungan agenda penelitian untuk pengelolaan
berbagai studi kasus yang telah diungkapkan sumberdaya yang lebih adil dan berlanjut.
sebelumnya, dapat dicermati bahwa Dengan demikian persoalan sumberdaya
perubahan lingkungan terkait dengan alam dan lingkungan hidup perlu dilihat dan
perkembangan pembangunan yang begitu diletakkan dalam konteks hubungan global
cepat. Perubahan sosial ekonomi yang antar kekuatan negara sedang berkembang
berlangsung secara cepat dan dramatis, dapat dan negara maju atau hubungan utara
pula merubah kondisi dan kemampuan selatan. Selain itu konsekuensi hubungan
lingkungan. Kecenderungan perubahan asimetris utara-selatan seperti disebutkan di
global terkait dengan perkembangan jumlah atas juga sangat menarik dikaji pada tingkat
kependudukan yang semakin besar dalam 50 mikro dan rumahtangga, khususnya dalam
tahun terakhir, teknologi yang berkembang hal strategi penghidupan (livelihood

2
strategy) masyarakat yang lokal basis ekologi, sejarah lingkungan, hubungan
sumberdaya alamnya bersinggungan internasional, antropologi, ekonomi
langsung dengan eksploitasi oleh kekuatan- kelembagaan, geografi, ilmu politik dan
kekuatan global. Gambar berikut sosiologi. Sementara itu metode yang
memberikan illustrasi bahwa penelitian digunakan juga harus lebih flesible dengan
tentang pengelolaan sumberdaya alam perlu mengkombinasikan teknik-teknik penelitian
mewadahi dinamika pada tingkat global yang partisipatoris, etnografis dan studi kasus
memiliki konsekuensi perubahan pada untuk melengkapi teknik survei
perspektif lokal tentang lingkungan dan konvensional termasuk penggunaan teknik
strategi penghidupan. inderaja dan sistem informasi geografis.
Secara substansi penelitian dalam Integrasi antara teknik pemetaan
tema pengelolaan lingkungan dan menggunakan teknik inderaja dan metode
sumberdaya alam meliputi bidang yang partisipatoris sudah dimulai dalam satu-dua
sangat luas dan komplekss. Karena itu tahun terakhir ini. Ini sangat diperlukan
penelitian-penelitian semacam ini tidak karena cakupan wilayah studi dalam
mungkin dilakukan secara monodisiplin, pengelolaan sumberdaya alam menjadi multi
tetapi justru memberi peluang bagi level yang melibatkan stakeholders lokal
penelitian-penelitian interdisipliner dengan tetapi juga pelaku-pelaku global.
melibatkan berbagai spesialisasi seperti

DISKURSUS DAN
TATAKELOLA GLOBAL

INSTITUSI DAN PENGHIDUPAN, PENGETAHUAN,


BERBAGAI TEKNOLOGI DAN KEWARGANEGARAAN
KETIDAKPASTIAN TATAKELOLA & MASYARAKAT

PERSPEKTIF LOKAL
TENTANG LINGKUNGAN DAN
PENGHIDUPAN

Gambar 1. Kontinuum antara Diskursus Global dan Dinamika Lokal


dalam Penelitian Tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam
Sumber: http://www.ids.ac.uk/ids/env/enreag.html (tanggal 9 Agustus 2003)

3
5. Simpulan menguat setelah otonomi ternyata dapat
Teori-teori tentang konflik berlatar dijelaskan melakui keempat teori yang telah
sumberdaya dan lingkungan hidup dibahas sebelumnya. Setiap kali terjadi
memberikan gambaran tentang dominasi konflik sumberdaya dan atau lingkungan
kekuatan-kekuatan utama dunia dalam dapat dengan relatif mudah dijelaskan
eksploitasi sumberdaya dan lingkungan melalui teori ketamakan, syndrome NIMBY,
secara global. Dalam konstelasi ini negara- teori mengail di air keruh dan teori
negara maju memiliki posisi dominan dan kelangkaan. Sebuah konflik lingkungan dan
memperoleh keuntungan yang lebih besar, sumberdaya seringkali sulit dijelaskan
sedangkan negara-negara sedang dengan penjelasan yang tunggal, tetapi dapat
berkembang cederung berada pada posisi dijelaskan lebih memuaskan menggunakan
marginal. Selain relevan menjelaskan berbagai teori di atas. Komplekssitas
berbagai knflik pada lingkup global, beragam masalah dalam suatu konflik lingkungan dan
teori tentang konflik sumberdaya dan sumberdaya alam merupakan tantangan
lingkungan yang telah dibahas dalam artikel tersendiri yang dapat dijadikan agenda riset
ini ternyata memiliki relevansinya masing- multidisipliner. Berbagai cabang ilmu
masing dalam menjelaskan terjadinya seperti geografi, hukum, sosiologi, pertanian
berbagai konflik lingkungan dan sumberdaya dalam arti luas, ekonomi, administrasi
pada tingkatan yang lebih kecil. publik, sosiologi maupun teknologi dapat
Konflik-konflik berkait sumberdaya memainkan kontribusi unik masing masing
dan lingkungan di Indonesia yang justru dalam penelitian tersebut.

Daftar Pustaka
Allen, J. C. 2001. Community Conflict Resolution: the Development of Sosial Capital Within an
Interactional Field. The Journal of Socio-Economics. Elsevier Science.
Ashby, Jacqueline. 1998. Alternative Approaches to Managing Conflict in the Use of Natural
Resources. Presentation Material. International Workshop on Natural Resource
Management. Washington DC. May 1998.
Baiquni, M. dan Susilawardani. 2002. Pembangunan yang Tidak Berkelanjutan: Refleksi Kritis
Pembangunan Indonesia. ideAs dan TransMedia Global Wacana. Yogya.
Baiquni, M. 2003. Membangun Pusat-Pusat di Pingiran: Otonomi Dalam Perspektif Geografi.
Yogyakarta: ideAs.
Barber, Charles Victor. 2002. Forest, Fires and Confrontation in Indonesia. Dalam Mathew, Richard,
Mark Halle and Jason Switzer (Editors). 2002. Conserving the Peace: Resources,
Livelihoods and Security. Winipeg, Manitoba. International Institute for Sustainable
Development.
Billon, P.L. 2001. The Political Ecology of War: Natural Resurce and Armed Conflicts. Political
Geography no. 20, pp. 561-584. Elsevier Science Inc.
Collier, Paul and Anke Hoeffler. 2000. Greed and Grievance in Civil War. Policy Research Working
Paper 2355. World bank Development Research Group. World Bank, Washington.
Cornwall, R. 2002. Where to go from Here? (Conclusion). In Lind, J. et al. 2002. Scarcity and
Surveit: The Ecology of Africa’s Conflicts. ACTS. Kenya.
de Soysa, Indra. 2000. Natural Resources and Civil War: Shrinking Pie or Honey Pot?. Paper
presentad at the International Studies Association. March. Los Angeles.

2
Fink, C.F. 1968. Some Conceptual Difficulties in the Theory of Sosial Conflict. The Journal of
Conflict Resolution, Special Review Issue (December, 1968) 412-460.
Froukh, L.J. 2003. Transboundary Groundwater Resources of the West Bank. Water Resurce
Management 17: 175-182. Kluwer Academic Publishers.
Glasbergen, Peter (ed.) 1995. Managing Environmental Disputes: Network Management as an
Alternative. Kluwer Academic Publishers. Dordrecht, The Netherlands.
International Crisis Group. 2001. Indonesia: Natural Resources and Law Enforcement. ICG.
Jakarta/Brussels
Jones, S. 1998. Conflict About Natural Resources. Quarterly Paper Foodstep no 36, September 1998.
Tearfund. England.
Lane, Marcus B. 2003. Decentralization or Privatization of Environmental Governance? Forest
Conflict and Bioregional Assessment in Australia. Journal of Rural Studies. No, 19 (2003).
pp: 283-294.
Mabogunje, Akin. L. 1980. The Dynamics of Ceter-Periphery Relations: The Need for a New
Geography of Resource Development. Transactions of the Institute of British Geograpers,
New Series, Vol. 5, Issue 3, pp. 277-296. The Royal Geographical Society with the Institute
of British Geographers.
Mathew, Richard, Mark Halle and Jason Switzer (Editors). 2002. Conserving the Peace: Resources,
Livelihoods and Security. Winipeg, Manitoba. International Institute for Sustainable
Development.
McCarthy. John F. 2002. Turning in Circles: District Governance, Illegal Logging, and Environmental
Decline in Sumatera Indonesia. Society and Natural Resources. No. 15. pp: 867-886.
Ohlsson, L. 2000. Water Conflicts and Sosial Resource Scarcity. Physical Chemistry Earth, Vol 25,
no. 3. pp. 213-220. Elsevier Science Ltd.
Pierce, John C. 1979. Conflict and Consensus in Water Politics. The Western Political Quarterly. Vol.
32. pp: 307-319.
Porto, J.G. 2002. Contemporary Conflict Analysis in Perspective (Chapter One). In Lind, J. et al.
2002. Scarcity and Surveit: The Ecology of Africa’s Conflicts. ACTS. Kenya.
Ribot, J.C. 1999. Accountable Representation and Power in Participaty and Decentralized
Environmental Management. Unasylva 199. Vol 50.
Rijanta, R. 2002. Migrasi dan Pembangunan Regional di Indonesia. Paper disampaikan dalam Seminar
Nasional Mobilitas Penduduk dalam Era Otonomi Daerah Menyambut Purna Tugas Prof.
Dr. Ida Bagus Mantra, Guru Besar Mobilitas Penduduk pada Fakultas Geografi UGM. 9
Februari 2002.
Rijanta, R. 2006. Tempat Dan Ruang Dalam Studi Pemekaran Wilayah: Perspektif Teori dan Kajian
Pengalaman Empirik Kabupaten Kutai. Majalah Geografi Indonesia. Vol. 20, No.2.
September 2006.
Santosa, Mas Ahmad dan Hutapea, A.L.P. 1992. Mendayagunakan Mekanisme Alternatif
Penyelesaian Sengketa di Indonesia. Walhi. Jakarta.
Schäfer, K. 2000. Globalized Conflicts of Discource: The Type of Conflict of Proxies GeoJournal,
No. 52: 45-58. Kluwer Academic Publishers, The Netherlands.
Slater, David. 2000. The Process and Prospect of Political Geography. Political Geography. Vol. 19.
pp: 1-3.
Suwondo, Kutut. 2002. Decentralization in Indonesia. INFID’s Background Paper on
Decentralization. Jakarta, INFID.
The World Bank. 2000. Indonesia’s Decentralization Ater Crisis PREMnotes Poverty Reduction and
Economic Management No. 43.
Thornburn, Craig. 2002. Regime Change Prospect for Community-Based Resource Mangement in
Post-New Order Indonesia. Society and Natural Resources. No. 15. pp: 617-628.
Welford, R. 1996. Regional Development and Envronmental Management: New Opportunities for
Cooperation. Scandinavian Journal of Management, Vol. 12, No. 3, pp. 347-357. Elsevier
Science Ltd.

2
Biodata Singkat para Penulis:
Dr. M. Baiquni, M.A. adalah Lektor Kepala pada Jurusan Sains Informasi Geografi dan Pengembangan
Wilayah, Fakultas Geografi dan Pascasarjana UGM. Fellow LEAD London (Leadership for Environment and
Development), pernah mengikuti training skill for Negotiation and Decision Making in Sao Paolo, Brazil dan
training bertema Integration and Disintegation: Society in Transition di Moscow, Russia dan di Chincinau,
Moldova. Memperoleh M.A. in Development Studies dari Institute of Sosial Studies, Den Haag tahun 1993 dan
dan telah menyelesaikan doktornya dalam program sandwich UGM/Utrecht University, The Netherlands tahun
2006.
(e-mail: baiquni@lead.or.id).

Dr. R. Rijanta, M.Sc. adalah Lektor Kepala pada Jurusan Sains Informasi Geografi dan Pengembangan
Wilayah, Fakultas Geografi dan Magister Perencanaan Kota dan Daerah (MPKD) dan Sekretaris PSPPR – Pusat
Studi Perencanaan Pembangunan Regional (PSPPR), UGM. Mendapat gelar Master of Science (M.Sc.) dalam
bidang Survey Integration for Resource Development di ITC Belanda tahun 1990, sebagai Research Fellow di
UNCRD Nagoya, Jepang 1992 dan Training on Rural and Regional Development Planning, Utrecht University
1999-2003 dan menyelesaikan doktornya dalam program sandwich UGM/Utrecht University, The Netherlands
pada tahun 2006.
(e-mail: masrijanta@yahoo.com).

You might also like