A. PENGERTIAN - Kadar protein darah meningkat/cukup
Merupakan suatu kondisi dimana terjadi perubahan fungsi - Berat badan kembali dalam batas normal ginjal yang bercirikn hipoproteinemia, oedema, hiperlipidemia, - Output urine adekuat (450 – 900 cc/hr) proteinuri, ascites dan penurunan keluaran urine. - Tekanan darah dalam batas normal (D < 54 S > 90) Intervensi Rasional B. TANDA DAN GEJALA 1. Catat intake dan output secara akurat Sebagai sebuah sindroma (kumpulan gejala), tanda / gejala penyakit sindroma nefrotik meliputi : 2. Kaji dan catat TD, Pembesaran abdomen, BJ Urine, nilai - Proteinuria laboratorik setiap 4 jam. - Hipoalbuminemia - Hiperkolesterolemia/hiperlipidemia 3. Timbang BB tiap hari dalam skala yang sama - Oedema Beberapa gejala yang mungkin muncul antara lain hematuria, 4. Pegang daerah oedema secara hati-hati, laki-laki mungkin azotemia dan hipertensi ringan. Proteinuria (85-95%) terjadi perlu menggunakan penyangga scrotum sejumlah 10 –15 gram/hari (dalam pemeriksaan Esbach) . 5. Berikan steroid (prednison) sesuai jadwal. Kaji efektifitas Selama terjadi oedema biasanya BJ Urine meningkat. Mungkin dan efek samping (retensi Natrium, Kehilangan Potasium) juga terjadi penurunan faktor IX, Laju endap darah meningkat dan rendahnya kadar kalsium serta hiperglikemia. 6. Sesuai indikasi, berikan diuretik dan antasid (untuk mencegah perdarahan GI akibat terapi steroid) C. ETIOLOGI 1. Evaluasi harian keberhasilan terapi dan dasar penentuan Penyebab umum penyakit tidak diketahui; akhir-akhir ini sering tindakan dianggap sebagi suatu bentuk penyakit autoimun. Jadi 2. TD dan BJ Urine dapat menjadi indikator regimen terapi merupakan reaksi antigen-antibodi. Umumnya dibagi menjadi 4 kelompok : 1. Sindroma nefrotik bawaan 3. Estimasi penurunan oedema tubuh 2. Sindroma nefrotik sekunder 3. Sindroma nefrotik idiopati 4. Glumerulosklerosis fokal segmental 4. Mengurangi cidera yang mungkin timbul, mengurangi oedema D. PATOFISIOLOGI Penyakit nefrotik sindoma biasanya menyerang pada anak- 5. Peningkatan ekses cairan tubuh anak pra sekolah. Hingga saat sebab pasti penyakit tidak ditemukan, tetapi berdasarkan klinis dan onset gejala yang muncul dapat terbagi menjadi sindroma nefrotik bawaan yang biasanya jarang terjadi; Bentuk idiopati yang tidak jelas penyebabnya maupun sekunder dari penyakit lainnya yang 6. Pengurangan cairan ekstravaskuler sangat diperlukan dapat ditentukan faktor predisposisinya; seperti pada penyakit dalam mengurangi oedema malaria kuartana, Lupus Eritematous Diseminata, Purpura Anafilaktoid, Grumeluronefritis (akut/kronis) atau sebagai 2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan reaksi terhadap hipersensitifitas (terhadap obat) dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan Nefrotik sindroma idiopatik yang sering juga disebut Minimal penurunan nafsu makan. Change Nefrotic Syndrome (MCNS) merupakan bentuk penyakit yang paling umum (90%). Tujuan : Kebutuhan Nutrisi tubuh terpenuhi Patogenesis penyakit ini tidak diketahui, tetapi adanya Kriteria : perubahan pada membran glumerolus menyebabkan - Kembalinya nafsu makan peningkatan permeabilitas, yang memungkinkan protein - Tidak terjadi hipoproteinemia (terutama albumin) keluar melalui urine (albuminuria). - Absorbsi kalori dalam jumlah adekuat Perpindahan protein keluar sistem vaskular menyebabkan Intervensi Rasional cairan plasma pindh ke ruang interstitisel, yang menghasilkan 1. Catat intake dan output makanan secara akurat oedema dan hipovolemia. Penurunan volume vaskuler menstimulasi sistem renin angiotensin, yang memungkinkan 2. Kaji adanya tanda-tanda perubahan nutrisi : Anoreksi, sekresi aldosteron dan hormon antidiuretik (ADH). Aldosteron Letargi, hipoproteinemia, diare merangsang peninkatan reabsorbsi tubulus distal terhadap Natrium dan Air, yang menyebabkan bertambahnya oedema. Hiperlipidemia dapat terjadi karena lipoprotein memiliki 3. Pastikan anak mendapatkan makanan dengan diet yang molekul yang lebih berat dibandingkan albumin sehingga tidak cukup. Program anak untuk mempertahankan tingkat energi akan hilang dalam urine. tubuh 1. Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
E. PENATALAKSANAAN 2. Gangguan nutrisi dapat terjadi secara berlahan. Diare
Istirahat sampai oedema tinggal sedikit sebagai reaksi oedema intestine dapat memperburuk status Makanan tinggi protein 3-4g/kgBB/hari, makanan rendah nutrisi garam Mencegah infeksi 3. Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk Pemberian diuretikum DAFTAR PUSTAKA F. RENCANA KEPERAWATAN 1. Ketidakseimbangan Volume Cairan : Penurunan Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan (intravaskular) dan Berlebih (ekstravaskular) berhubungan Dokumentasi Keperawatan Edisi 6; EGC. Jakarta. dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan premeabilitas glumerolus. Doengoes, Marylin E. (1989) Nursing Care Plans. F.A Davis Company. Philadelphia. USA. Tujuan : Terjadi pemenuhan kebutuhan cairan intravaskular dan ekstravaskular yang adekuat yang ditandai dengan : PENGERTIAN Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan 2)Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang 3)Dipstick urin – positif untuk protein dan darah massif (Donna L. Wong, 2004 : 550). 4) Berat jenis urin – meningkat Uji darah Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak 1)Albumin serum – menurun dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita 2)Kolesterol serum – meningkat Yuliani, 2001: 217). 3)Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi) Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), 4)Laju endap darah (LED) – meningkat hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan hiperkolesterolemia. 5)Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit (Rauf, 2002 : 21). perorangan. Uji diagnostik ETIOLOGI Sebab pasti belum diketahui. Umunya dibagi menjadi : Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan a.Sindrom nefrotik bawaan secara rutin (Betz, Cecily L, 2002 : 335). Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal PENATALAKSANAAN MEDIK b.Sindrom nefrotik sekunder Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium Disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, sampai kurang lebih 1 gram/hari secara praktis dengan glomerulonefritis akut, glomerulonefrits kronik, trombosis vena menggunakan garam secukupnya dan menghindar makanan renalis, bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam yang diasinkan. Diet protein 2 – 3 gram/kgBB/hari emas, raksa), amiloidosis, dan lain-lain. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat c.Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) digunakan diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. (Arif Mansjoer,2000 :48 ) Pengobatan kortikosteroid yang diajukan Internasional Coopertive Study of Kidney Disease in Children (ISKDC), PATOFISIOLOGI sebagai berikut : EDEMA 1)Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 permebilitas dinding kap. Glomerolar ---loss of protein mg/hari luas permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80 (proteinuria)---hipoalbumin----tek os plasma ----cairan intra mg/hari. vaskuler pindah ke interstisial ---edema 2)Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu vol intra vas. <, ----penurunan perfusi ginjal--- minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat kompensasi produksi renin – angiotensin dan peningkatan respon selama pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron secara intermitten selama 4 minggu yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi Cegah infeksi. Antibiotik hanya dapat diberikan bila ada infeksi natrium dan air akan menyebabkan edema. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat (Arif Mansjoer,2000 : 488 ) dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma KOMPLIKASI Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi rendah akibat hipoalbuminemia. hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 (lipiduria) gram/100ml) yang menyebabkan hipovolemia berat sehingga Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, menyebabkan shock. kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem hiperlipidemia, atau defesiensi seng. (Suriadi dan Rita yuliani, koagulasi sehingga terjadi peninggian fibrinogen plasma. 2001 :217 Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal. MANIFESTASI KLINIK (Rauf, .2002 : .27-28). Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi dari bentuk ringan sampai berat ASKEP (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan Pengkajian (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) 1.Riwayat kesehatan ybs dan klg dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas 2.Pem. Fisik (Penambahan berat badan, Edema, wajah bawah. sembab :Khususnya di sekitar Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa mata Timbul pada saat bangun pagi Berkurang di siang hari, Pucat Pembengkakan Hematuri abdomen (asites), Kesulitan pernafasan (efusi pleura), Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus. Pembengkakan Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat labial (scrotal) Edema mukosa usus yang menyebabkan dan keletihan umumnya terjadi. :Diare, Anoreksia, Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang), (Betz, Absorbsi usus buruk ,Mudah lelah, Letargi,Tekanan darah Cecily L.2002 ) normal atau sedikit menurun, Kerentanan terhadap infeksi, Perubahan urin PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Uji urine DIAGNOSA & INTERVENSI a.Kelebihan volume cairan (total tubuh) berhubungan 1)Protein urin – meningkat dengan akumulasi cairan dalam jaringan dan ruang ketiga. 1)Tujuan Rasional : dapat mengakibatkan area yang menonjol tertekan : Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti akumulasi cairan c)Bersihkan dan bedaki permukaan kulit beberapa kali sehari (pasien Rasional : untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit karena mendapatkan volume cairan yang tepat) gesekan dengan alat tenun 2)Intervensi d)opang organ edema, seperti skrotum a)Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran secara akurat. Rasional : unjtuk menghilangkan area tekanan Rasional : perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan e)Ubah posisi dengan sering ; pertahankan kesejajaran tubuh penggantian dengan baik cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan. Rasional : karena anak dengan edema massif selalu letargis, b)Timbang berat badan setiap hari (ataui lebih sering jika mudah lelah dan diindikasikan). diam saja Rasional : mengkaji retensi cairan f)Gunakan penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur c)Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada penurun umbilicus serta pantau tekanan sesuai kebutuhan edema sekitar mata. Rasional : untuk mencegah terjadinya ulkus Rasional : untuk mengkaji ascites dan karena merupakan sisi umum edema. d)Atur masukan cairan dengan cermat. Perubahan nutrisi ; kurang dari kebtuhan tubuh Rasional : agar tidak mendapatkan lebih dari jumlah yang berhubungan dengan kehilangan nafsu makan dibutuhkan 1)Tujuan e)Pantau infus intra vena Pasien mendapatkan nutrisi yang optimal Rasional : untuk mempertahankan masukan yang diresepkan 2)Intervensi f)Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan. a)Beri diet yang bergizi Rasional : untuk menurunkan ekskresi proteinuria Rasional : membantu pemenuhan nutrisi anak dan h)Berikan diuretik bila diinstruksikan. meningkatkan daya tahan tubuh anak Rasional : untuk memberikan penghilangan sementara dari b)Batasi natrium selama edema dan trerapi kortikosteroid edema. Rasional : asupan natrium dapat memperberat edema usus yang Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) menyebabkan hilangnya nafsu makan anak berhubungan dengan kehilangan protein dan cairan, c)Beri lingkungan yang menyenangkan, bersih, dan rileks pada edema 1)Tujuan saat makan. Klien tidak menunjukkan kehilangan cairan intravaskuler atau Rasional : agar anak lebih mungkin untuk makan shock d)Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya hipovolemik yang diyunjukkan pasien minimum atau tidak ada Rasional : untuk merangsang nafsu makan anak 2)Intervensi e)Beri makanan spesial dan disukai anak a)Pantau tanda vital Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan Rasional : untuk mendeteksi bukti fisik penipisan cairan f)Beri makanan dengan cara yang menarik b)Kaji kualitas dan frekwensi nadi Rasional : untuk tanda shock hipovolemik Rasional : untuk menrangsang nafsu makan anak c)Ukur tekanan darah Rasional : untuk mendeteksi shock hipovolemik Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan d)Laporkan adanya penyimpangan dari normal penampilan Rasional : agar pengobatan segera dapat dilakukan 1)Tujuan Agar dapat mengespresikan perasaan dan masalah dengan Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan mengikutin aktivitas tubuh yang menurun, kelebihan beban cairan cairan, yang sesuai dengan minat dan kemampuan anak. kelebihan cairan. 2)Intervensi 1)Tujuan a)Gali masalah dan perasaan mengenai penampilan Tidak menunjukkan adanya bukti infeksi Rasional : untuk memudahkan koping 2)Intervensi b)Tunjukkan aspek positif dari penampilan dan bukti a)Lindungi anak dari kontak individu terinfeksi penurunan edema Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada Rasional : meningkatkan harga diri klien dan mendorong organisme infektif penerimaan b)Gunakan teknik mencuci tangan yang baik terhadap kondisinya Rasional : untuk memutus mata rantai penyebar5an infeksi c)Dorong sosialisasi dengan individu tanpa infeksi aktif c)Jaga agar anak tetap hangat dan kering Rasional : agar anak tidak merasa sendirian dan terisolasi Rasional : karena kerentanan terhadap infeksi pernafasan d)Beri umpan balik positif d)Pantau suhu. Rasional : agar anak merasa diterima Rasional : indikasi awal adanya tanda infeksi e)Ajari orang tua tentang tanda dan gejala infeksi Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan Rasional : memberi pengetahuan dasar tentang tanda dan 1)Tujuan gejala infeksi Anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuan dan mendapatkan istirahat dan tidur yang adekuat Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan 2)Intervensi dengan edema, penurunan pertahanan tubuh. a)Pertahankan tirah baring awal bila terjadi edema hebat 1)Tujuan Rasional : tirah baring yang sesuai gaya gravitasi dapat Kulit anak tidak menunjukkan adanya kerusakan integritas : menurunkan edema kemerahan atau iritasi b)Seimbangkan istirahat dan aktifitas bila ambulasi 2)Intervensi Rasional : ambulasi menyebabkan kelelahan a)Berikan perawatan kulit c)Rencanakan dan berikan aktivitas tenang Rasional : memberikan kenyamanan pada anak dan Rasional : aktivitas yang tenang mengurangi penggunaan mencegah kerusakan kulit energi yang b)Hindari pakaian ketat dapat menyebabkan kelelahan d)Instruksikan istirahat bila anak mulai merasa lelah etiologinya tidak diketahui. Sebagian kecil pasien-pasien Rasional : mengadekuatkan fase istirahat anak sindrom nefrotik (20%) termasuk sindrom nefrotik sekunder, e)Berikan periode istirahat tanpa gangguan etiologinya sangat heterogen. Rasional : anak dapat menikmati masa istirahatnya 1. Penyakit ginjal parenkim primer • Glomerulonefritis (pasca streptococcus) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak • Idiopati (Lipoid, membranous, membranoproliperatif) yang menderita penyakit serius 2. Penyakit metabolik dan jaringan kolagen 1)Tujuan • Diabetes Mellitus Pasien (keluarga) mendapat dukungan yang adekuat • Amiloidosis 2.Intervensi • Henoch Schonlein Purpura a)Kenali masalah keluarga dan kebutuhan akan informasi, • Lupus Eritematosus Sistemik dukungan 3. Gangguan sirkulasi mekanik Rasional : mengidentifikasi kebuutuhan yang dibutuhkan • Right Heart Syndrome keluarga • Trombosis Vena Renalis b)Kaji pemahaman keluarga tentang diagnosa dan rencana 4. Penyakit-penyakit keganasan perawatan • Hodgkin Rasional : keluarga akan beradaptasi terhadap segala • Limfosarkom tindakan keperawatan • Mieloma multiple yang dilakukan 5. Penyakit-penyakit infeksi c)Tekankan dan jelaskan profesional kesehatan tentang • Malaria kondisi anak, prosedur • Sifilis dan terapi yang dianjurkan, serta prognosanya • Tifus abdominalis Rasional : agar keluarga juga mengetahui masalah kesehatan • Hepatitis B, C anaknya • Schistosomiasis d)Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan • Lepra pemahaman keluarga Keluarga 6. Toksin-toksin spesifik tentang penyakit dan terapinya • Logam-logam berat (merkuri, emas dan bismut) Rasional : mengoptimalisasi pendidikan kesehatan terhadap • Obat-obatan (trimetadion, parametadion, pensilinamin, e)Ulangi informasi sesering mungkin captopril) Rasional : untuk memfasilitasi pemahaman 7. Kelainan kongenital f)Bantu keluarga mengintrepetasikan perilaku anak serta 8. Lain-lain responnya • Sirchosis hepatis Rasional : keluarga dapat mengidentifikasi perilaku anak • Obesitas sebagai orang • Kehamilan yang terdekat dengan anak • Transplantasi ginjal g)Jangan tampak terburu-buru, bila waktunya tidak tepat Glomerulonefritis primer atau idiopatik merupakan penyebab Rasional : mempermantap rencana yang telah disusun SN yang paling sering. Dalam kelompok GN primer, GN Lesi sebelumnya. Minimal (GNLM), Glomerulosklerosis Fokal Segmental (Donna L Wong,2004 : 550-552). (GSFS), GN Membranosa dan GN Membranoproliferatif (GNMP) merupakan kelainan histopatologik yang sering PUSTAKA ditemukan. Betz, Cecily L dan Sowden, Linda L. 2002.Keperawatan PATOFISIOLOGI Pediatrik, Edisi 3,EGC : Jakarta PROTEINURIA 2.Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Proteinuria disebabkan peningkatan permeabilitas kapiler Media Aesculapius : Jakarta terhadap protein akibat kerusakan glomerulus. Dalam keadaan 3.Rauf , Syarifuddin, 2002, Catatan Kuliah Nefrologi Anak, normal membran basal glomerulus (MBG) mempunyai Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK UH : Makssar mekanisme penghalang untuk mencegah kebocoran protein. 4.Smeltzer, Suzanne C, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Mekanisme penghalang pertama berdasarkan ukuran molekul Brunner & Suddarth, edisi 8, Volume 2, EGC : Jakarta (size barrier) dan yang kedua berdasarkan muatan listrik 5.Suriadi & Rita Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan Anak, (charge barrier). Pada SN kedua mekanisme penghalang Edisi 1, Fajar Interpratama : Jakarta tersebut ikut terganggu. Selain itu konfigurasi molekul protein 6.Wong,L. Donna, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan juga menentukan lolos tidaknya protein melalui MBG. Pediatrik, Edisi 4, EGC : Jakarta Proteinuria dibedakan menjadi selektif dan non-selektif berdasarkan ukuran molekul protein yang keluar melalui urin. Proteinuria Proteinuria selektif apabila yang keluar terdiri dari molekul kecil misalnya albumin. Sedangkan non-selektif ASKEP SINDROMA NEFROTIK apabila protein yang keluar terdiri dari molekul besar seperti imunoglobulin. Selektivitas proteinuria ditentukan oleh keutuhan struktur MBG. Sindroma Nefrotic (SN) adalah gambaran klinis dengan ciri Pada SN yang disebabkan oleh GNLM ditemukan proteinuria khusus proteinuri masif lebih dari 3,5 gram per 1,73 m2 luas selektif. Pemeriksaan mikroskop elektron memperlihatkan fusi permukaan tubuh per hari (dalam praktek, cukup > 3,0-3,5 gr foot processus sel epitel viseral glomerulus dan terlepasnya per 24 jam) disertai hipoalbuminemi kurang dari 3,0 gram per sel dari struktur MBG. Berkurangnya kandungan heparan ml. Pada SN didapatkan pula lipiduria, kenaikan serum lipid sulfat proteoglikan pada GNLM menyebabkan muatan negatif lipoprotein, globulin, kolesterol total dan trigliserida, serta MBG menurun dan albumin dapat lolos ke dalam urin. Pada adanya sembab sebagai akibat dari proteinuri masif dan GSFS, peningkatan permeabilitas MBG disebabkan oleh suatu hipoproteinemi. Beberapa ahli penyakit ginjal menambahkan faktor yang ikut dalam sirkulasi. Faktor tersebut menyebabkan kriteria lain : sel epitel viseral glomerulus terlepas dari MBG sehingga 1. Lipiduria yang terlihat sebagai oval fat bodies atau maltase permeabilitasnya meningkat. Pada GNMN kerusakan struktur cross bodies. MBG terjadi akibat endapan komplek imun di sub-epitel. 2. Kenaikan serum lipid, lipoprotein, globulin, kolesterol total Komplek C5b-9 yang terbentuk pada GNMN akan dan trigliserida meningkatkan pemeabilitas MBG, walaupun mekanisme yang 3. Sembab. pasti belum diketahui. ETIOLOGI HIPOALBUMINEMIA Di klinis sebagian besar pasien sindrom nefrotik, berkisar Konsentrasi albumin plasma ditentukan oleh asupan protein, antara 75 sampai 80 % termasuk sindrom nefrotik idiopati, sintesis albumin hati dan kehilangan protein melalui urin dan penurunan kalsium serum (hipokalsemia) dengan gejala tetani. usus (protein loosing enteropathy). Pada SN hipoalbuminemia HIPERLIPOPROTEINEMI DAN HIPERFBRINOGENEMIA disebabkan oleh proteinuria masif dengan akibat penurunan Kolesterol terikat pada plasma dan merupakan konstituen dari tekanan onkotik plasma. Untuk mempertahankan tekanan lipoprotein yang terdiri dari high dan low density (HDL & LDL). onkotik plasma maka hati berusaha meningkatkan sintesis Semua fraksi lipoprotein, kecuali HIDL akan meninggi pada albumin. Jika peningkatan sintesis albumin hati tidak berhasil sindrom nefrotik. menghalangi timbulnya hipoalbuminemia keadaan ini akan Mekanisme hiperlipoproteinemia pada sindrom nefrotik tidak diikuti oleh keadaan hipovolemia yang mungkin menyebabkan diketahui, diduga berhungan dengan mobilisasi lemak tubuh uremia pre-renal dan tidak jarang terjadi oliguric acute renal untuk sintesis protein setelah terjadi keseimbangan negatif failure. Penurunan faal ginjal ini akan mengurangi filtrasi protein. Pengalaman klinis membuktikan bahwa natrium dari glomerulus. Retensi Na+ dan air yang hiperlipoproteinemia dapat dicegah atau diatasi sementara berhubungan dengan sistem Renin-angiotensin aldosteron dengan infus albumin, dan akan meninggi lagi selama masih (RAA) dapat terjadi bila sindrom nefrotik ini telah terdapat kelainan ginjal. Hiperkolesterolemia dapat merupakan memperlihatkan tanda-tanda aldosteronisme sekunder. indikator hiperlipoproteinemi pasca sindrom nefrotik. Kolesterol Retensi natrium dan air pada keadaan ini (aldosteronisme) serum meninggi, dapat mencapai 400-600 mg% dan trigliserid dapat dikeluarkan dari tubuh dengan pemberian takaran tinggi serum 2-3 gram%. Sindrom nefrotik yang tidak disertai diuretik yang mengandung antagonis aldosteron. Diet tinggi hiperkolesterolemia dinamakan pseudo-nephrotic syndrome. protein dapat meningkatkan sintesis albumin hati, tetapi dapat, Biasanya ditemukan pada lupus eritematosus sistemik atau mendorong peningkatan ekskresi albumin melalui urin. telah terjun ke fase gagal ginjal. Hipolabuminemia dapat pula terjadi akibat peningkatan KELAINAN-TUBULUS GINJAL reabsorbsi dan katabolisme albumin oleh tubulus proksimal. Proteinuria berat/masif sedang diikuti oelh glikosuda, EDEMA aminoasiduda, dan fosfaturia walaupun tidak dijumpai diabetes Edema pada SN dapat diterangkan dengan teori underfill dan mellitus atau nefropati paraprotein. Hipokalsiuri dapat overfill. Teori underfill menjelaskan bahwa hipoalbuminemia merupakan gambaran sindrom nefrotik walaupun LFG masih merupakan faktor kunci terjadinya edema pada SN. normal. Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik GAMBARAN KLINIS plasma sehingga cairan bergeser dari intravaskular ke jaringan Sembab merupakan keluahan utama, tidak jarang merupakan interstitium dan terjadi edema. Akibat penurunan tekanan keluhan satu-satunya dari sinrom nefrotik. Timbulnya terutama onkotik plasma dan bergesernya cairan plasma terjadi pada pagi dan hilang pada siang hari. Setelah beberapa hipovolemia, dan ginjal melakukan kompensasi dengan minggu atau bulan, sembab menetap. Lokasi sembab meningkatkan retensi natrium dan air. Mekanisme kompensasi biasanya mengenai kelopak mata, tungkai, perut, torak dan ini akan memperbaiki volume intravaskular tetapi juga akan genitalia. mengeksaserbasi terjadinya hipoalbuminemia sehingga Pada sindrom nefrotik dengan hipoalbuminemia berat (albumin edema semakin berlanjut. serum kurang dari 2 gram%) sembab ini akan mengenai Teori overfill menjelaskan bahwa retensi natrium adalah defek seluruh tubuh, dinamakan anasarka. Pasien-pasien mengeluh renal utama. Retensi natrium oleh ginjal menyebabkan cairan sesak nafas, kaki terasa berat dan dingin, tidak jarang dengan ekstraselular meningkat sehingga terjadi edema. Penurunan diare. laju filtrasi glomerulus akibat kerusakan ginjal akan menambah Otot-otot mengalami atrofi terutama otot sekelet (muscle retensi natirum dan edema akibat teraktivasinya sistem Renin- wasting), karena keseimbangan negatif dari nitrogen atau angiotensin-aldosteron terutama kenaikan konsentrasi hormon akibat efek samping pemberian kortikosteroid jangka lama. aldosteron yang akan mempengaruhi sel-sel tubulus ginjal Atrofi otot-otot ini akan terlihat makin nyata bila sembab telah untuk mengabsorbsi ion natrium sehingga ekskresi ion natrium hilang. (natriuresis) menurun. Selain itu juga terjadi kenaikan aktivasi Pada sindrom nefrotik berat dengan albumin serum kurang saraf simpatetik dan konsentrasi katekolamin yang dari 2 gram% dan berlangsung lama selalu disertai tanda- menyebabkan tahanan atau resistensi vaskuler glomerulus tanda malnutrisi seperti perubahan-perubahan rambut dan meningkat, hal ini mengakibatkan penurunan LFG dan kulit, pembesaran kelenjar parotis, garis Muercke pada kuku. kenaikan desakan Starling kapiler peritubuler sehingga terjadi Pada beberapa pasien tidak jarang dengan keluhan yang penurunan ekskresi natrium. menyerupai acute abdomen yaitu sakit perut hebat, mual-mual Kedua mekanisme underfill dan overfill tersebut ditemukan dan muntah-muntah, dinding perut sangat tegang. Keluhan- secara bersama pada pasien SN. Faktor seperti asupan keluhan demikian dinamakan nephrotic crisis. Pada laparotomi natrium, efek diuretik atau terapi steroid, derajat gangguan hanya ditemukan cairan asites steril dan serat-serat fibrin. fungsi ginjal, jenis lesi glomerulus dan keterkaitan dengan Sindrom nefrotik sangat peka terhadap infeksi sekunder penyakit jantung atau hati akan menentukan mekanisme mana terutama infeksi saluran nafas (pneumonia), dan saluran yang lebih berperan. kemih (pielonefritis). PENGARUH SISTEMIK DAN HIPOALBUMINEMIA Pemeriksaan diagnosis fisik Semua organ tubuh dapat mengalami perubahan-perubahan Pasien sesak nafas, muka sembab (puffy face), anemi ringan, seperti kerusakan jaringan yang jelas terlihat pada kulit dan pembesaran kelenjar parotis, struma difussa non toksik, efusi kuku. Garis striae terlihat tersebar pada kulit paha dan dinding pleura, asites, sembab subkutis dinding perut dan dada, perut. Garis horizontal (berwarna putih) pada kuku dinamakan sembab tungkai dan lengan, sembab genitalia, hipertensi Muercke line, albumin serum bertindak sebagai pengikat ringan dan sedang. steroid adrenokortikal dan hormon tiroid. Kehilangan sejumlah Hipertensi berat dengan atau tanpa penyulit bukan merupakan hormon tiroid mungkin cukup untuk merangsang pembentukan gejala sindrom nefrotik tetapi mempunyai hubungan dengan thyroid stimulating hormon (TSH) dan pembentukan goiter. etiologi dan perubahan-perubahan histopatologis ginjal. Pada Goiter ini akan mengalami regresi bila sindroma nefrotik telah pasien-pasien glomerulopati lesi minimal (GLM) jarang mengalami remisi. Hormon tiroid terikat juga pada plasma pre- ditemukan hipertensi. Pada glomerulopati membranous (GM) albumin yang mempunyai berat molekul 61.000 dan beberapa hipertensi ditemukan pada kira-kira 50%. Hipertensi lebih globulin. sering ditemukan (75%) bila sindrom nefrotik mempunyai Transferin dan seruloplasmin merupakan pengikat protein hubungan dengan glomerulonefritis kronis, lupus nefritis dan lainnya yang dapat lolos melalui kerusakan glomerulus. glomerulo-sklerosis interkapiler pada diabetes mellitus. Kehilangan imunoglobulin-G (IgG) sering menyebabkan tubuh HUBUNGAN ANTARA KELAINAN HISTOPATOLOGI DAN peka terhadap setiap infeksi. Kehilangan sejumlah faktor-faktor GAMBARAN KLINIK fibrinolisis melalui kerusakan glomerulus dapat menyebabkan 1. Glomerulopati Lesi Minimal (GLM) pembentukan trombus. Glomerulopati lesi minimal sering dijumpai pada sindroma Kehilangan sejumlah 25-Hydroxycholecalciferol yang terikat nefrotik anak-anak. Angka kejadian glomerulopati lesi minimal pada protein dapat menyebabkan gangguan ionisasi, terdapat pada sindrom nefrotik dewasa antara 10-15%. Gambaran klinik yang khas : faal ginjal normal, tidak ditemukan hematuria, hipertensi, penurunan faal ginjal progresif lambat hematuria, normotensi, mempunyai respon yang baik terhadap selama bertahun-tahun sebelum terjadi sindrom azotemia. Bila kortikosteroid dengan remisi mencapai 90 %. Remisi spontan proteinuria masif dan menetap (persisten) menunjukkan mencapai 60 %. Kira-kira 2/3 dari seluruh pasien glomerulopati prognosis buruk dan akan terjun menjadi gagal ginjal kronik lesi minimal akan mengalami kambuh ( relap ) 3-4 bulan (GGK). setelah remisi sempurna, tetapi sebagian besar pasien-pasien Peranan kortikosteroid masih kontroversi. Pengobatan tersebut masih menunjukkan respon yang baik terhadap semata-mata simtomatis sebelum transplantasi ginjal. kortikosteroid dan sebagian kecil terhadap imunosupresif lain KOMPLIKASI misalnya siklofosfamid (endoksan). Pasien-pasien yang Penyulit (komplikasi) Sindrom Nefrotik tergantung dari memperlihatkan respon baik terhadap siklofosfamid ini beberapa faktor : akhirnya akan memperlihatkan baik terhadap kortikosteroid - Kelainan histopatologis lagi. - Lamanya sakit Hampir 70% dari pasien-pasien glomerulopati lesi minimal - Usia pasien yang mengalami kambuh (relap), didahului oleh infeksi saluran a) Malnutrisi, akibat hipolabuminemia berat. pernafasan non streptokok dengan periode laten kurang dari b) Infeksi sekunder, disebabkan gangguan mekanisme 10 hari, atau penyakit atopik saluran nafas atas ( rinitis pertahanan humoral, penurunan gamma globulin serum. alergik). Pengamatan penulis menemukan relapser sindrom c) Gangguan koagulasi, berhubungan dengan kenaikan nefrotik (pasien anak) sering didahului penyakit atopik; seperti beberapa faktor pembekuan yang menyebabkan keadaan rinitis alergi atau asma bronchial. Pemeriksaan petanda alergi hiperkoagulasi. (IgE total) sangat tinggi. Sebagian besar pasien d) Akselerasi aterosklerosis, akibat dari hipelipidemia yang relapsersindrom nefrotik setelah usia dewasa sering lama. mengalami episode asma bronchial. e) Kolap hipovolemia, akibat proteinuria yang berat. Biopsi ginjal ulangan dari pasien-pasien glomerulopati lesi f) Efek samping obat-obatan : diuretik, antibiotik, kortikosteroid, minimal yang resisten terhadap kortikosteroid memperlihatkan antihipertensi, sitostatika yang sering digunakan pada pasien lesi-lesi glomerulus seperti amiloid atau deposit-deposit sindrom nefrotik. komplek imun atau glomerulosklerosis fokal. g) Gagal ginjal. EVALUASI KLINIK 2. Glomerulopati Lesi Membranous (GLM) Berdasarkan pemikiran bahwa penyebab SN sangat luas Angka kejadian lesi membranous kira-kira 30-50% dari maka anamnesis dan pemeriksaan fisis serta pemeriksaan sindrom nefrotik pada orang dewasa. Perjalanan penyakit urin, termasuk pemeriksaan sedimen, perlu dilakukan dengan glomerulopati lesi membranous menyusup lambat. Proteinuria cermat. Pemeriksaan kadar albumin dalam serum, kolesterol, biasanya lebih dari 10 gram per hari dan sifatnya non selektif. dan trigliserid juga membantu penilaian terhadap SN. Kira-kira 75% dari pasien-pasien glomerulopati lesi Anamnesis penggunaan obat, kemungkinan berbagai infeksi membranous dengan gambaran klinik sembab, disamping dan riwayat penyakit sistemik lain perlu diperhatikan. lebih dari 10% dengan hematuria makroskopis terutama pada Pemeriksaan serologik dan biopsi ginjal sering diperlukan anak-anak. Hematuria mikroskopis ditemukan kira-kira lebih untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan dari 50% dan 1/3 dari pasien-pasien disertai hipertensi dan penyebab GN sekunder. Pemeriksaan serologik sering tidak penurunan faal ginjal. Hipokomplemenemia bukan merupakan banyak memberikan informasi dan biayanya mahal. Karena itu gambaran dari pasien-paien glomerulopati membranous. sebaiknya pemeriksaan serologik hanya dilakukan Remisi ditemukan pada kira-kira 30%, tetapi sering terjadi berdasarkan indikasi yang kuat. kambuh kembali (relap) setelah beberapa bulan atau tahun. PENGOBATAN Prognosis tidak tergantung dari derajat penebalan membran Pengobatan SN terdiri dari pengobatan spesifik yang ditujuka basal. Proteinuria masif dan menetap (persisten) mempunyai terhadap penyakit dasar dan pengobatan non-spesifik untuk prognosis buruk, lebih sering terjun menjadi gagal ginjal kronik mengurangi proteinuria, mengontrol edema dan mengobati (GGK). Masa hidup mencapai 5 tahun (70 sampai 90%) dan komplikasi. Diuretik disertai diet rendah garam dan tirah baring 10 tahun(50 sampai 60%). dapat membantu mengontrol edema. Kontrol proteinuria dapat memperbaiki hipoalbuminemia dan mengurangi risiko 3. Glomrulosklerosis lokal (GFS) komplikasi yang ditimbulkan. Pembatasan asupan protein 0,6- Glomerulosklerosis fokal dapat ditemukan pada pasien-pasien 0,8 gr/kg berat badan/hari dapat mengurangi proteinuria. dengan gambaran klinik proteinuria asimptomatik disertai hipertensi dan penurunan faal ginjal dan proteinuria masif (sindrom nefrotik). Angka kejadian glomerulosklerosis fokal pada sindrom nefrotik idiopati hanya kira-kira 10% pada anak- anak, sedangkan pada orang dewasa 10-20%. Lesi-lesi yang ditemukan pada stadium permulaan dari GFS ini sulit dibedakan dengan GLM. Kecuali terdapat atrofi sel-sel tubulus yang mencolok. Klinik dijumpai hipertensi dan proteinuria non selektif. Remisi maupun eksaserbasi dapat terjadi pada glomerulosklerosis fokal. Remisi dapat mencapai 25% pada anak-anak. Progresivitas penyakit sampai terjun menjadi gagal ginjal hanya sekitar 30% dari semua pasien. Peranan kortikosteroid maupun siklofosfamid masih diragukan, masih kontroversi diantara para peneliti.
4. Glomerulopati Lesi Proliferatif (GLP) atau
Glomerulopati lesi membrano-proliferatif (GLMP) atau Glomerulopati mesangiokapiler (GMK). Glomerulopati lesi membrano-proliferatif idiopati relatif jarang, biasanya ditemukan pada usia adolesen dengan umur antara 15-30 tahun. Gambaran klinik Glomerulopati membrano- proliferatif sindrom nefrotik (30%), proteinuria dengan atau tanpa hematuria (30%) dan sindrom nefrotik akut (20%). Gambaran klinik sindrom nefrotik dengan lesi membranoproliferatif : proteinuria masif non selektif,