You are on page 1of 3

ÉΟŠÏm§9$# Ç≈uΗ÷q§9$# «!

$# ÉΟó¡Î0

É>$s)Ïèø9$# ߉ƒÏ‰x© ©!$# ¨βÎ) ©!$#( (#θà)¨?$#uρ 4 Èβ≡uρô‰ãèø9$#uρ ÉΟøOM}$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès? Ÿωuρ ( 3“uθø)−G9$#uρ Îh É9ø9$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès?uρ

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-
Nya.(QS.Al-Maidah : 2)

MUDHARABAH DAN APLIKASINYA PADA BANK SYARIAH


Mudharabah menurut Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia adalah usaha yang berisiko (risky business) yaitu akad kerjasama usaha antara pihak pemilik
dana (shahibul maal) dengan pihak pengelola dana (mudharib) dimana keuntungan dibagi sesuai nisbah
yang disepakati, sedangkan kerugian ditanggung pemilik dana (modal).

Masih mengutip kamus istilah tersebut, mudharabah terbagi dua jenis yaitu, mudharabah muthlaqoh
(mutlak tanpa pembatasan) dan mudharabah muqayyadah (dengan pembatasan).

Bentuk kerjasama mudharabah muthlaqoh antara shahibul mal yang memberikan kewenangan penuh
kepada mudharib dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis, atau dalam
istilah fiqih if’al ma syi’ta (lakukan sesukamu). Demikian sebaliknya dalam kerjasama mudharabah
muqayyadah, shahibul mal memberi batasan pada spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.

Prinsip dasar mudharabah menurut fatwa Dewan Syariah Nasional adalah kepercayaan. Sehingga
shahibul mal tidak boleh mencampuri kegiatan usaha mudharib, namun tetap memiliki hak pengawasan
atas usaha mudharib. Keuntungan yang diperoleh atas usaha mudharib dibagi sesuai nisbah yang
disepakati, shahibul mal menanggung kerugian usaha sepanjang tidak ada unsur kesalahan yang
disengaja atau lalai.

Aplikasinya, pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh bank syariah serta merta disertai daftar
proyeksi keuntungan (expected return) yang disetarakan (equivalent rate) dengan prosentase tertentu
dimana cenderung menjadi patokan pembayaran bagi hasil dari mudharib dan hampir sudah dapat
“dipastikan” besar angsuran setiap bulan mengikuti daftar proyeksi tersebut.

Padahal yang namanya usaha belum bisa dipastikan hasilnya, kadang memperoleh hasil besar, kadang
kecil bahkan bisa merugi.
ª!$# Ÿ≅yèy_ ô‰s% 4 ÍνÌøΒr& àÎ=≈t/ ©!$# ¨βÎ) 4 ÿ…çµç7ó¡ym uθßγsù «!$# ’n?tã ö≅©.uθtGtƒ tΒuρ 4 Ü=Å¡tFøts† Ÿω ß]ø‹ym ôÏΒ çµø%ã—ötƒuρ

∩⊂∪ #Y‘ô‰s% &óx« Èe≅ä3Ï9

dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu..(QS.At-Thalaaq : 3)

∩∠⊃∪ tβθãèy_öè? ϵø‹s9Î)uρ ãΝõ3çtø:$# ã&s!uρ ( ÍοtÅzFψ$#uρ 4’n<ρW{$# ’Îû ߉ôϑptø:$# çµs9 ( uθèδ ωÎ) tµ≈s9Î) Iω ª!$# uθèδuρ

dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di
dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan
(QS.Al Qashash : 70)

Lalu masih pantaskan manusia yang lemah tak berdaya mampu “memastikan” apa yang akan terjadi
esok?.

Kembali pada pembahasan mudharabah, meskipun shahibul mal menanggung kerugian usaha sepanjang
tidak ada unsur kesalahan yang disengaja atau kelalaian mudharib, faktanya beberapa bank syariah
mensyaratkan pernyataan kesanggupan mengembalikan seluruh jumlah dana shahibul mal sesuai jadwal
yang telah ditentukan, harus ditandatangani sebagai prasyarat sebelum dana diberikan. Ini biasa
dilakukan oleh beberapa bank umum syariah dalam menyalurkan pembiayaan kepada Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) bank dan non bank.

Dengan atau tanpa pernyataan seperti inipun nasabah akan berusaha menepati kewajibannya,
meskipun pembiayaan yang diterima dan disalurkan kembali kepada anggota koperasi atau nasabah LKS
terjadi keterlambatan pembayaran atau bahkan terdapat tunggakan sampai pada kondisi macet yang
bukan diakibatkan oleh kelalaian/kecurangan nasabah LKS tersebut.

Coba kita bandingkan dengan pinjaman modal kerja bank konvensional dimana nasabah membayar
angsuran pokok plus bunga untuk jangka waktu tertentu. Mau usahanya lancar atau macet, untung
besar atau kecil atau bahkan rugi sekalipun tetap membayar angsuran, serupa tapi mirip kan?.

Mudharabah adalah ruh dari system ekonomi Islam, ada nilai saling berbagi dalam kondisi untung dan
rugi. Kenyataanya agak sulit menerima kondisi kurang beruntung bagi shahibul mal, meskipun kadang
penyebab kerugian karena benar-benar resiko usaha, meskipun tidak jarang akibat faktor kekurang-
cakapan nasabah dalam menjalankan usahanya, sangat sulit dibuktikan di lapangan!. Nasabah juga akan
mudah berkilah bahwa kerugian yang diderita bukan karena salah urus atau kekurangmampuannya
dalam menjalankan usaha, namun semata karena resiko usaha sehingga shahibul mal/bank syariah
harus menanggung kerugian. Kondisi seperti inilah yang membuat produk pembiayaan dengan skim
mudharabah kurang menarik bahkan jarang diaplikasikan oleh bank syariah. Dibutuhkan kesadaran
keduabelah pihak tentang prinsip ini, satu sisi pihak bank syariah jangan mau untungnya saja, di sisi lain
nasabah jangan mau enaknya saja menjalankan amanah dari bank syariah tanpa memperhitungkan
resiko kerugian.

You might also like