Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Aspek Teknis
3. Aspek Sosial
Dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dinyatakan
bahwa sungai merupakan salah satu bentuk air permukaan yang harus dikelola
secara menyeluruh, terpadu berwawasan lingkungan hidup dengan
mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian sungai harus dilindungi dan
dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya, dan
dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan.
Sedangkan dalam Permen No. 63/KPR/1993 ini dijelaskan tentang
pengertian dan ketentuan garis sempadan sungai. Garis sempadan sungai
adalah garis batas luar pengamanan sungai. Penetapan garis sempadan sungai
dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan perlindungan, penggunaan dan
pengendalian atas sumber daya yang ada pada sungai termasuk danau dan
waduk dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya.
Kriteria penetapan garis sempadan sungai terdiri dari :
1. Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan.
2. Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan.
3. Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan.
4. Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan.
(Surjono: 2009)
2.4 Sarana
Sarana adalah alat yang paling utama, dalam kegiatan sosial atau
kegiatan ekonomi. Tiap aspek kehidupan sosial dan tiap sektor dari
kehidupan ekonomi mempunyai sarana sendiri, yang merupakan satuan
terbesar dan alat utama dalam berbagai kegiatan. Dengan demikian, dalam
Pos hansip
(Surjono:2009)
B. Warung
Berfungsi untuk menjual barang kebutuhan masyarakat sehari-hari
(sabun, gula, rempah-rempah, teh, kopi, dan lain-lain).
Lokasi di pusat lingkungan yang mudah dicapai dengan radius
maksimum 500 m
Minimum didukung oleh 250 penduduk
Luas lantai yang dibutuhkan 50 m2
Luas tanah apabila tidak bersatu dengan rumah = 100 m2
(Surjono:2009)
Pusat perbelanjaan kawasan 30.000 penduduk
Berfungsi untuk menyadiakan barang-barang kebutuhan sehari-hari
termasuk sayur, daging, ikan, buah-buahan, beras, pakaian, alat
pendidikan (buku tulis, pensil, bolpoin, dan lain-lain), alat rumah
tangga, barang-barang kelontong, dan lain-lain.
Lokasi ini berada di jalan utama lingkungan dan berkelompok dengan
pusat lingkungan
Memiliki terminal kecil untuk pemberhentian kendaraan
Minimum didukung oleh 30.000 penduduk
Luas tanah yang dibutuhkan 13.500 m2
Prosentase terhadap area permukiman yang dilayani adalah 0.937%
(0.9 – 1%)
Terdiri dari pasar dan toko-toko lengkap dengan bengkel reparasi kecil
seperti radio, kompor, sepeda, setrika dan motor.
Sarana pendukung yang baik :
Area parkir
Pos polisi
Pos pemadam kebakaran
D. Sarana pendidikan
Pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu
dalam merencanakan sarana pendidikan harus senantiasa bertitik tolak dari
tujuan-tujuan pendidikan yang akan dicapai. Maka dalam pengadaan sarana
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. TK (Taman Kanak-Kanak)
TK adalah sarana pendidikan yang diperuntukkan bagi anak-anak usia 5-
6 tahun. Terdiri dari 2 ruang kelas yang dapat menampung 35-40 murid
per kelas. Minimum penduduk dapat yang mendukung sarana ini adalah
1.000 penduduk. Lokasi di tengah-tengah aktivitas masyarakat
perumahan. Luas tanah yang dibutuhkan 1.200 m 2 dan luas lantai
adalah 252 m 2 , sedangkan radius pencapaian dari area yang dilayani
jangan lebih dari 500 m.
2. SD (Sekolah Dasar)
SD adalah sarana pendidikan yang diperuntukan bagi anak-anak usia
antara 6-12 tahun yang terdiri dari 6 kelas masing-masing untuk 40
murid. Minimum didukung oleh 1.600 jiwa. Luas tanah yang dibutuhkan
= 3.600m 2 dan luas lantai = 400-600 m 2 . Radius pencapaian dari area
yang dilayani maksimal 1.000 m 2 .
3. SMP (Sekolah Menengah Pertama)
SMP adalah sarana pendidikan yang diperuntukan bagi anak-anak lulusan
SD. Terdiri dari 2 unit, jadi 6 kelas masing-masing untuk 30 murid.
Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 4.800 jiwa.
Lokasinya digabung dengan lapangan olahraga, dan sarana pendidikan
lainnya, serta tidak harus di pusat lingkungan. Luas tanah yang
digunakan adalah 2.700 m 2 dan luas lantai adalah 1.514 m 2 , sedangkan
untuk yang khusus membutuhkan luas tanah sebesar 5.000 m 2 . Aktivitas
yang biasa dilakukan pada pagi dan sore hari. Memiliki sarana pelengkap
seperti parkir, dan lapangan olahraga.
4. SMA ( Sekolah Menengah Umum )
SMA adalah sarana pendidikan yang diperuntukan bagi anak-anak lulusan
SMP. Terdiri dari 3 kelas masing-masing untuk 40 murid. Minimum
penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 4.800 jiwa. Lokasinya
digabung dengan lapangan olahraga, dan sarana pendidikan lainnya, serta
tidak harus di pusat lingkungan. Luas tanah yang digunakan adalah 2.700
m 2 dan luas lantai adalah 1.514 m 2 .
E. Sarana kesehatan
Macam dari fasilitas kesehatan yang ada antara lain :
1. Balai pengobatan (BP)
Fungsi sarana ini adalah memberikan pelayanan kepada penduduk dalam
bidang kesehatan yang titik beratnya adalah penyembuhan (currative) dan
vaksinasi (preventif). Lokasinya haruslah terletak di tengah-tengah
lingkungan keluarga (neighbourhood) dimana radius pencapaiannya tidak
boleh lebih dari 1.000 m2. Minimum penduduk yang dapat mendukung
sarana ini adalah 3.000 jiwa (kira-kira 1 RW).
2. Balai kesehatan ibu dan anak dan rumah bersalin
Fungsi utama dari sarana ini untuk melayani ibu-ibu sebelum pada waktu
dan sesudah melahirkan serta melayani anak-anak usia sampai dengan 6
tahun. Lokasinya harus terletak di tengah-tengah lingkungan keluarga dan
diusahakan tidak menyeberang jalan-jalan lingkungan. Radius
pencapaiannya maksimal kurang dari 2.000 m. Minimum penduduk yang
mendukung sarana ini adalah 10.000 jiwa (4 RW). Sarana pendukung
yang baik antara lain tempat parkir, pertokoan, taman kanak-kanak, balai
pengobatan.
3. Tempat praktek dokter
Tempat praktek dokter ini sebaiknya juga merupakan salah satu sarana
yang tidak dapat dipisahkan dari area perumahan dan didukung oleh 5.000
penduduk. Lokasi pencapain tempat praktek dokter ini 1.500m,yang
berada di tengah-tengah kelompok keluarga. Luas tanah yang dibutuhkan
dapat bersatu dengan rumah tinggal biasa.
4. Posyandu
@ 40 murid
Radius maks.
1000 m
Jumlah Kebutuhan
penduduk Luas Luas
Jenis Sarana Keterangan
yang lantai lahan
RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-
lahan milik privat.
2.4.3.2 Fungsi dan Manfaat
RTH, baik RTH publik maupun RTH privat, memiliki fungsi utama
(intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi
arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi. RTH berfungsi ekologis, yang
menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu
bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu
wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya penyangga
kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat kehidupan liar.
RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan
RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya suatu
sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur
kota.
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung
(dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-
bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar),
keinginan dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat
intangible) seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau
keanekaragaman hayati.
2.4.3.3 Tujuan RTH
Tujuan RTH pada prinsipnya tidak berbeda dari tujuan umum
rehabilitasi hutan dan konservasi tanah. Khusus untuk RTH, tujuan tersebut
adalah:
(1) Menciptakan 'komunitas vegetasi hutan' dan/atau 'komunitas vegetasi yang
berfungsi ekologis sebagai hutan' dalam satuan ruang Daerah Aliran
Sungai (DAS).
2.5 Prasarana
Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
2.5.1 Jalan
Berdasarkan Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 1980 Tentang Jalan yang disebutkan bahwa jalan mempunyai peranan
yang penting dalam mewujudkan sasaran pembangunan nasional, seperti
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya
keadaan sosial bagi seluruh rakyat, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, serta dalam jangka panjang
terciptanya landasan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan,
sendiri, menuju suatu masyarakat Indonesia yang maju, adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, jalan
didefinisikan sebagai prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Sementara itu, jalan umum adalah jalan
yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Jalan umum ini dikelompokkan
dalam sistem jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan kelas jalan.
2.5.1.1 Sistem Jaringan Jalan
Pada sistem distribusi, sistem jaringan jalan memegang peranan
penting, karena peningkatan pelayanan pemasaran tidak lain adalah
peningkatan kepadatan jasa distribusi, yang menuntut pengembangan
prasarana perhubungan antara lain jaringan jalan.
Dalam rangka berfungsinya bagian-bagian jaringan jalan dengan baik,
untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi di wilayah pengaruh sebagai unsur
penting guna terwujudnya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya perlu
dibangun jalan-jalan berspesifikasi bebas hambatan justru di daerah-daerah
yang sudah tinggi perkembangannya. Dengan memperhatikan rasa keadilan,
pembangunan jalan-jalan tersebut di atas diselenggarakan dengan
pembangunan Jalan Tol.
Tabel 2.5.1
2. Lebar badan
jalan -
- ; bagi
jalan lokal
≥ 9 meter ≥ 7,5 meter lingkungan
sekunder yang tidak
diperuntukkan bagi
kendaraan roda tiga
atau lebih.
3. Kapasitas Kapasitas jalan Kapasitas jalan Diperuntukkan bagi
lebih besarlebih besar dari kendaraan bermotor
daripada volume pada volume beroda tiga atau
lalu lintas rata-lalu lintas rata- lebih.
rata. rata.
4. Persimpangan Harus memenuhi Harus
sebidang ketentuan memenuhi
tentang ketentuan
kecepatan tentang
rencana, lebarkecepatan
badan jalan, dan rencana, lebar
kapasitas. badan jalan, dan
kapasitas..
5. Bangunan Jalan dilengkapi Jalan dilengkapi Jalan Jalan dilengkapi
jalan dengan dengan dilengkapi dengan bangunan
bangunan bangunan dengan pelengkap yang
pelengkap yang pelengkap yang bangunan disesuaikan dengan
disesuaikan disesuaikan pelengkap fungsi jalan.
dengan fungsi dengan fungsi yang
jalan. jalan. disesuaikan
dengan fungsi
jalan.
6. Perlengkapan Jalan dilengkapi Jalan dilengkapi Jalan Jalan dilengkapi
jalan dengan dengan dilengkapi dengan
perlengkapan perlengkapan dengan perlengkapan jalan
jalan yang jalan yang perlengkapan yang berkaitan
berkaitan berkaitan jalan yang langsung dan tidak
langsung dan langsung dan berkaitan langsung dengan
tidak langsung tidak langsung langsung dan pengguna jalan.
dengan dengan tidak langsung
pengguna jalan. pengguna jalan. dengan
pengguna
jalan.
persyaratan jalan umum. Jalan khusus dapat digunakan untuk lalu lintas
umum sepanjang tidak merugikan kepentingan penyelenggara jalan khusus
berdasarkan persetujuan dari penyelenggara jalan khusus.
Penyelenggara jalan khusus dapat menyerahkan jalan khusus kepada
pemerintah kabupaten atau kota untuk dinyatakan sebagai jalan umum.
Pemerintah kabupaten atau kota dapat mengambil alih suatu ruas jalan khusus
tertentu untuk dijadikan jalan umum dengan pertimbangan:
a. Untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara;
b. Untuk kepentingan pembangunan ekonomi nasional dan perkembangan
suatu daerah
c. Untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
2.5.1.5 Kelas Jalan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, kelas jalan
dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan
angkutan jalan, serta spesifikasi penyediaan prasarana jalan. Kelas jalan
dibagi berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas serta jalan
yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
lalu lintas dan angkutan jalan.
Berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan, kelas jalan
dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan jalan
kecil. Spesifikasi penyediaan prasarana jalan meliputi pengendalian jalan
masuk, persimpangan sebidang, jumlah dan lebar lajur, ketersediaan median,
serta pagar. Berikut disajikan tabel mengenai pengelompokkan penyediaan
prasarana jalan berdasarkan ketentuannya.
Tabel 2.5.3
Tabel Ketentuan Jalan berdasarkan Klasifikasi Kelas Jalan
No. Klasifikasi Ketentuan
1. Jalan Bebas - Pengendalian jalan masuk secara penuh.
Hambatan - Tidak ada persimpangan sebidang.
- Paling sedikit mempunyai 2 lajur setiap arah, dan lebar
lajur paling sedikit 3,5 meter.
dengan ketentuan berada di atas tanah ditempatkan di luar jarak tertentu dari
tepi paling luar bahu jalan atau trotoar sehingga tidak menimbulkan hambatan
samping bagi pemakai jalan atau berada di bawah tanah ditempatkan di luar
jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau trotoar sehingga tidak
mengganggu keamanan konstruksi jalan. Bangunan utilitas pada jaringan
jalan di luar kota, dapat ditempatkan di dalam ruang milik jalan pada sisi
terluar. Penempatan, pembuatan, dan pemasangan bangunan utilitas harus
direncanakan dan dikerjakan sesuai dengan persyaratan teknis jalan yang
ditetapkan.
Dalam hal ruang manfaat jalan dan/atau ruang milik jalan bersilangan,
berpotongan, berhimpit, melintas, atau di bawah bangunan utilitas maka
persyaratan teknis dan pengaturan pelaksanaannya, ditetapkan bersama oleh
penyelenggara jalan dan pemilik bangunan utilitas yang bersangkutan, dengan
mengutamakan kepentingan umum.
- Penanaman Pohon
Pohon pada sistem jaringan jalan di luar kota harus ditanam di luar ruang
manfaat jalan dan untuk penanaman pohon di dalam kota dapat dilakukan di
batas ruang manfaat jalan, median, atau di jalur pemisah.
- Prasarana Moda Transportasi Lain
Dalam hal ruang milik jalan digunakan untuk prasarana moda transportasi
lain, maka persyaratan teknis dan pengaturan pelaksanaannya ditetapkan
bersama oleh penyelenggara jalan dan instansi yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang prasarana moda transportasi yang
bersangkutan dengan mengutamakan kepentingan umum.
2.5.1.7 Bagian-bagian jalan
Dimensi jalan atau pola penampang melintang jalan terdiri dari 3
variabel, yaitu:
Bahu Jalan
Bahu jalan adalah bagian jalan raya antara ujung luar lajur lalu lintas
dan ujung dalam pinggiran pembatas jalan, atau kelandaian. Jalan raya yang
terpisah juga mungkin memiliki bahu lajur dalam dan median. Bahu
menyediakan tempat untuk kendaraan parkir ketika keadaan darurat atau
alasan lainnya. Jika rancangan mengabaikan bahu jalan atau jika daerah yang
sempit, kapasitas jalan akan menurun dan kemungkinan kecelakaan akan
meningkat. Lebar bahu jalan minimum 1.50-2.00 meter, untuk jalan perkotaan
biasanya diambil 2.50 meterdan untuk keperluan parkir 3.00 meter yang
biasanya berupa bahu jalan diperkeras dan dilapis.
Median Jalan
Pemisahan antara arus lalu lintas yang berlawanan dengan arah
median terbukti lebih efektif mengurangi jumlah kecelakaan. Median dengan
berbagai bentuk merupakan persyaratan yang mutlak untuk jalan bebas
hambatan. Pada persimpangan atau jalan kota yang penting, mdian jalan juga
sangat diperlukan. Untuk ruas luar kota pada sistem antar kota dalam daerah
datar atau perbukitan, lebar median minimum adalah 1.50 meter. Sedangkan
pada jalan raya dalam kota, minimum lebar median yang dibutuhkan 1.50-
2.00 meter.(Robert J. Kodoatie, Ph.D.; 2003 : 394-395).
2.5..1.7 Fasilitas Pelengkap Jalan
Secara umum jalan mempunyai fungsi sebagai prasarana sirkulasi
(perjalanan) manusia, baik yang menggunakan kendaraan umum maupun
tidak. Namun proses perjalanan, misalnya: kebutuhan penerangan, informasi,
kejelasan dan lain-lain, oleh karena itu jalan harus dilengkapi dengan
kelengkapan antara lain:
a. Lampu Penerangan
Lampu penerangan jalan yang bisa ditempatkan pada kiri-kanan jalan
ataupun pada median jalan, sangat besar fungsinya karena selain untuk
memperjelas pandangan pengendara kendaraan juga berpengaruh pada
pembentukan karakteristik jalan tersebut baik dari segi sosial maupun
keamanan.
b. Trotoar
Trotoar harus dipasang terutama pada jalan-jalan di kawasan
perdagangan atau fasilitas umum agar dapat memberikan keamanan
terhadap para pejalan kaki. Dengan lebar minimal 1,2 m dengan bahan
pola dan warna yang menarik serta dengan pengolahan jalur yang tidak
monoton, maka trotoar akan dapat memberikan kesan atau citra tersendiri
pada lingkungan.
f. Parkir
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara. Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat
pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan
kegiatan pada suatu kurun waktu tertentu. Jenis fasilitas parkir jalan,
yaitu:
Parkir di badan jalan (on street parking), berada pada tepi jalan tanpa
pengendalian parkir dan kawasan parkir, dengan pengendalian parkir.
Parkir di luar badan jalan (off street parking), memiliki tempat parkir
khusus sendiri.
2.5.7 Drainase
Drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu
kawasan atau lahan sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
(Suripin, 2004)
Bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor
drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor
drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving water).
Fungsi drainase adalah sebagai berikut:
a. Membebaskan suatu wilayah (terutama yang padat permukiman) dari
genangan air, erosi, dan banjir.
b. Karena aliran lancar maka drainase juga berfungsi memperkecil resiko
kesehatan lingkungan (bebas dari malaria (nyamuk) dan penyakit
lainnya).
c. Kegunaan tanah permukiman padat akan menjadi lebih karena
terhindar dari kelembapan.
d. Dengan sistem yang baik, tata guna lahan dapat dioptimalkan dan juga
memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan atau
bangunan-bangunan lainnya.
a. Catch basin, bangunan dimana air masuk ke dalam sistem saluran tertutup dan
air mengalir bebas di atas permukaan tanah menuju match basin. Catch basin
dibuat pada tiap persimpangan jalan, pada tempat-tempat yang rendah.
b. Inlet, apabila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan
dimasukkan ke dalam saluran tertutup yang lebih besar, maka dibuat suatu
konstruksi khusus inlet. Inlet harus diberi saringan agar sampah tidak masuk
ke dalam saluran tertutup.
c. Headwall, konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung gorong-
gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari longsor dan erosi.
d. Shipon, dibuat bilamana ada persilangan dengan sungai, dibangun bawah dari
penampang sungai, karena tertanam dalam tanah maka pada waktu
pembuangannya harus dibuat secara kuat sehingga tidak terjadi keretakan
ataupun kerusakan konstruksi. Sebaiknya dalam merencanakan drainase
dihindarkan perencanaan dengan menggunakan shipon, dan sebaiknya saluran
yang debitnya lebih tinggi tetap untuk dibuat shipon dan saluran drainasenya
dibuat saluran terbuka atau gorong-gorong.
e. Manhole, untuk keperluan pemeliharaan sistem saluran drainase tertutup di
setiap saluran diberi manhole pertemuan, perubahan dimensi, perubahan
bentuk selokan pada setiap jarak 10-25 meter. Lubang manhole dibuat sekecil
mungkin supaya ekonomis, cukup, asal dapat dimasuki oleh orang dewasa.
Biasanya berdiameter 60 cm dengan tutup dari besi tulang.
f. Gorong-gorong (culvert), saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air
melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya.
g. Bangunan terjun, selokan yang curam, dimana perubahan tinggi air terjadi
dalam jangka pendek.
h. Bangunan got miring
Bentuk-bentuk umum saluran terbuka dan fungsinya:
No. Bentuk Fungsi Sifat Aliran
1. Trapesium Menampung dan Terus menerus dengan
menyalurkan limpasan air fluktuasi kecil, biasanya
Sampah jenis ini dapat berupa dedaunan, sisa bencana alam dan lain-
lain. Selain itu juga dapat merupakan sampah-sampah yang dihasilkan
oleh taman, tempat-rempat rekreasi, kendaraan umum, terminal,
pelabuhan udara dan lain-lain.
(Sumber: E Gumbira Said, 1987 : 13)
B. Tata cara pengumpulan sampah
1. Sampah rumah tangga
Sampah rumah tangga biasanya banyak berasal dari sisa sayuran,
buah-buahan, ikan atau daging serta sisa makanan basi. Selain itu juga
dapat terdiri dari plastik pembungkus, kertas, karton, logam, dan
sebagainya.
Untuk jumlah yang sedikit khususnya sampah organik sisa kegiatan
dapur dan ruang makan, sebaiknya sampah tersebut dimasukan ke dalam
kantong plastik. Untuk sampah yang kering dapat disimpan dalam tong.
Sampah jenis ini sebaiknya digolongkan lagi atas yang mudah terbakar
dengan yang tidak mudah terbakar.
Beberapa panduan praktis untuk pengumpulan sampah rumah tangga
dikemukakan di bawah ini.
a. Kantong plastik
Kantong plastik sebaiknya digunakan sebagai wadah sampah yang
mudah membusuk. Kantong ini dan isinya dibuang sekaligus ke
tempat penampungan sementara setiap hari. Keuntungan kantong
plastik adalah ringan, isinya tidak banyak sehingga membuangnya
mudah dan dapat dilakukan setiap hari, serta dapat diikat secara rapat
agar tidak menimbulkan bau.
Di negara-negara maju ukuran kantong plastik yang digunakan telah
standar, karena telah dikombinasikan dengan kaki logam yang dapat
menopang kantong plastik untuk berdiri, dengan mulut kantong yang
terbuka lebar. Ukuran kantong tersebut kira-kira panjang 70 cm, lebar
luar rumah. Sampah juga tidak boleh dibuang tanpa bungkus karena
akan menyulitkan pembuangannya.
2. Sampah permukiman
Sampah permukiman bersal dari sampah rumah tangga di area RT atau
RW. Wadah yang dapat digunakan adalah bak penampungan
sementara, yang dapat terbuat dari semen atau besi. Volume bak
penampungan ini harus besar untuk menmpung sampah dari warga.
Bak penampungan sampah permukiman harus ditempatkan di dekat
jalan umum, untuk mempermudah dinas kebersihan kota
mengambilnya dari gang-gang di antara perumahan jaraknya
diusahakan tidak terlalu jauh, sehingga gerobak sampah bisa
menjangkaunya.
Mengingat sampah pemukiman merupakan tanggung jawab masyarakat
setempat, maka pengelolaaannya harus ditangani oleh aparat desa
setempat. Dana operasionalnya untuk kegiatan ini tentunya dapat diatur
bersama dengan dana Siskamling dan dana kemasyarakatanlainya.
3. Sampah perkantoran dan sekolahan
Sampah perkantoran dan sekolahan umumnya berbentuk kertas dan
karton, oleh karena itu dapat dikumpulkan dalam karung-karung goni
untuk dijual pada pabrik kertas kembali guna dibuat bubur kertas. Bagi
kertas yang bersifat rahasia dapat dikumpulkan secara terpisah dan
dibakar di bak semen.
4. Sampah jalanan
Sampah jalanan biasanya terdiri dari kertas, plastik dan dedaunan.
Pengumpulanya dilakukan oleh dinas kebersihan kota melalui cara
penyapuan, kemudian diangkut oleh gerobak atau truk. Sampah
jalanan, terutama di daerah protokol harus dibersihkan setiap hari.
Penyapuan jalan harus dilakukan pada jam-jam kegiatan yang tidak
terlalu sibuk, sehingga tidak mengganggu lalu lintas. Pada umumnya
2. Peralatan
Alat angkut yang dapat digunakan adalah truk dengan berbagai kapasitas.
Truk besar ada yang memuat 12 m3 per satu kali trayek, truk sedang 10 m3
dan truk kecil 5 m3.
E. Penanganan dan penimbunan sampah
Proses penanganan sampah meliputi pengumpulan, pengangkutan dan
pembuangan sampah. Pengumpulan sampah dimulai dari tingkat rumah
tangga, toko, perkantoran, kemudian dikumpulkan di dalam tong sampah
dibawa ke bak sampah dan oleh armada dinas kebersihan kota dibawa ke
tempat pembuangan dan penimbunan. Sampah mempunyai volume besar
g. Daur ulang
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang
terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan , pemrosesan,
pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai.
(Sumber: E Gumbira Said, 1987:35)
F. Pengelolaan sampah
Operasional pengelolaan sampah di permukiman disyaratkan adanya
keterlibatan aktif masyarakat, pengelola sampah kota dan pengembang
perumahan baru terutama dalam mengelola dan mengadakan sarana
persampahan di lingkungan permukiman. Ketentuan pengelolaan sampah:
1. Perencanaan, dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah rumah, kelas
dan tipe bangunan; jumlah sampah yang akan dikelola berdasarkan jumlah
penduduk. Jumlah dan luas bangunan/fasilitas umum, besaran timbulan
sampah berdasarkan sumbernya.
2. Teknik operasional, ditentukan berdasarkan kondisi topografi dan
lingkungan pelayanan, kondisi sosial ekonomi. partisipasi masyarakat,
kesehatan.
(www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/SK_Menkes_965.pdf)
A. Air limbah
Menurut UU no 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan, air limbah
adalah air yang berasal dari sisa kegiatan proses produksi dan usaha
lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali. Sedangkan air limbah domestik
adalah air limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga,perumahan,
rumah susun, apartemen, perkantoran, rumah dan kantor rumah dan toko,
rumah sakit, mall, pasae swalayan, balai pertemuan, hotel, industri,
sekolah, baik berupa grey water (air bekas) ataupun black water (air
kotor/tinja).
1. Sistem pembuangan air limbah
a. Sistem sanitasi setempat (On Site Sanitation)
Pengelolaan sistem setempat adalah pengelolaan air limbah dimana
sarana pengolahan air limbah yang disiapkan/ dibangun berada dekat
dengan sumber air buangannya. (UU 23 tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup). Proses pembuangan dan pengolahan
air limbah dilakukan secara bersamaan di tempat yang biasanya
menggunakan cubluk atau septic tank. Bila pada suatu waktu cubluk
atau septic tank tersebut sudah penuh dengan lumpur tinja, maka
harus disedot dan diangkut dengan truk tinja ke IPLT (Instalasi
Pengelolaan Lumpur Tinja) untuk disempurnakan prosesnya agar
tidak merusak atau mencemari lingkungan. Pembuangan air limbah
dengan sistem ini dalam praktek sehari-harinya dapat dilihat dalam
kegiatan:
a) Individual, yaitu sistem pembuangan melalui kloset, peturasan
yang dilakukan oleh masing-masing keluarga pada setiap rumah.
b) Komunal, yaitu sistem pembuangan melalui kloset yang dilakukan
secara bersama-sama oleh beberapa keluarga yang biasanya berupa
jamban jamak, MCK umum, atau septic tank komunal.
b. Sistem sanitasi terpusat (Off Site Sanitation)
dan pipa penyalur air limbah adalah batu kali, bata merah, batako,
beton biasa, beton bertulang, asbes, semen, PVC, keramik, dan plat
besi.
2. Bentuk empat persegi panjang (2:1 s/d 3:1) dengan ukuran
disesuaikan jumlah pemakai (25 orang) dan waktu pengurasan
untuk ukuran kecil (1 kk). Pipa penyalur air limbah dari bahan PVC,
keramik, atau beton yang berada di luar bangunan harus kedap air,
kemiringan minimum 2 %, belokan lebih besar dari 45 % dipasang
clean out atau pengontrol pipa dan belokan 90 % sebaiknya
dihindari atau dengan dua kali belokan atau memakai bak kontrol,
dilengkapi dengan pipa aliran masuk dan keluar, serta pipa udara
(diameter 0,05 m dan tinggi 2 m di atas tanah). Dilengkapi dengan
lubang pemeriksa untuk keperluan pengurasan dan keperluan
lainnya. Tangki dapat dibuat dengan dua ruang atau lebih untuk
menaikkan efisiensi pengolahan dengan panjang tangki ruang
pertama 2/3 bagian dan ruang kedua 1/3 bagian. Jarak tangki septik
dan bidang resapan ke bangunan = 1,5 m, jarak dengan sumur = 10
m dan jarak dengan pipa air bersih = 3 m.
3. Tangki dengan bidang resapan lebih dari 1 jalur, perlu dilengkapi
dengan kotak distribusi.
4. Sarana pengolahan efluen dapat berupa bidang resapan: ukuran
bidang resapan disesuaikan dengan daya serap tanah dan jumlah
pemakai, pipa resapan (panjangnya minimum 10 cm) dari bahan
yang tahan korosi dengan bidang resapan dibuat miring dengan
kemiringan 0,2 %.
5. Sumur resapan digunakan untuk tangki septik yang melayani kurang
dari 25 orang (sumur 0,8 m tinggi 1 m), diisi kerikil/batu pecah
setinggi 3-8 cm, dan dinding sumur dilapisi dengan ijuk.
5. Lokasi septic tank
Lokasi septic tank sebaiknya direncanakan supaya mencegah terjadinya
kontaminasi sumber atau potensi sumber air bersih. Tangki harus dalam
jarak minimum 50 kaki dari sumber air dan lokasi dengan permukaan
kering harus jauh dari semua sumber persediaan air bersih.
Tabel 2.7.1
Jarak Minimum dari Tangki Septik atau Bidang/Sumur Resapan
Terhadap Suatu Unit Tertentu
Septic Tank (Tangki Bidang
Jarak Dari
Septik) Resapan
Bangunan 1.50 m 1.50 m
Sumur 10.00 m 10.00 m
Pipa air
3.00 m 3.00 m
bersih
Sumber: SK SNI T-07-1989-F
2.7.3 Air Bersih
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no:
173/Men.Kes/Per/VIII/1977 tentang Pengawasan Pencemaran Air Dari
Badan Air untuk Berbagai Kegunaan yang Berhubungan dengan
Kesehatan pasal I mengenai ketentuan UMUM terdapat beberapa
pengertian mengenai:
1. Air baku adalah air dari badan air yang diolah menjadi air minum yang
pada pokoknya dilakukan dengan cara koagulasi pengendapan,
penyaringan dan penyucihamaan.
2. Air minum adalah air yang mutunya (kualitasnya) memenuhi syarat-
syarat sebagai air minum seperti yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 01/BIRHUMKAS/I/75
tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum.
3. Air pemandian alam adalah air dari badan air yang dalam keadaan
alami dipergunakan untuk pemandian bagi umum.
4. Air untuk berbagai kegunaan yang berhubungan dengan kesehatan
adalah meliputi air baku dan air untuk pemandian alam , perikanan
darat pertanian yang hasilnya dimakan tanpa dimasak lebih dahulu,
olahraga, pesiar serta keindahan.
5. Badan air adalah tempat dan wadah di atas permukaan daratan yang
berisi atau menghasilkan air, yaitu rawa, danau, sungai waduk dan
saluran air.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
II-61
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas
3. Syarat bakteriologi
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus,
kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkai I
Jawa Timur No. 413 tahun 1987 untuk Daerah Jawa Timur, menurut
peruntukkannya air digolongkan menjadi:
1. Golongan A, yaitu Merupakan air pada sumber air yang dapat
digunakan sebagai air bersih secara langsung tanpa pengolahan lebih
dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk
diolah menjadi air bersih dan keperluan rumah tangga lainnya
3. Golongan C, merupakan air yang dapat digunakan untuk perikanan dan
peternakan
4. Golongan D, merupakan air yang dapat difgunakan untuk keperluan
pertanian, industri, listrik tenaga air dan dapat dimanfaatkan untuk
usaha perkotaan
5. Golongan E, merupakan air yang tidak dapat digunakan untuk
keperluan tersebut pada peruntukkan pada golongan A, B, C dan D
B. Sistem Penyediaan Air Bersih dan Air Minum
a.Sistem Penyediaan Air Minum
Sistem penyediaan air bersih/air minum dapat dilakukan dengan cara:
1. Penyediaan air bersih individual
Digunakan secara individu dengan pelayanan terbatas, maksudnya terbatas
untuk suatu lingkungan atau komplek perumahan dan industri tertentu.
Sistem yang digunakan adalah sistem sederhana, misalnya satu sumur
untuk satu rumah tangga atau satu sumur untuk beberapa rumah tangga.
Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah
(dipasang pada lantai terendah bangunan atau di bawah permukaan
tanah), kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya
dipasang di atas atap/ lantai tertinggi bangunan.
3. Sistem tangki tekan
1. Sistem tangki tekan
Di Amerika Serikat dan Jepang sistem ini jarang diterapkan pada
bangunan umum, melainkan cenderung untuk perumahan, dan
hanya pada kasus yang istimewa pada bangunan pemakaian air
besar (bangunan parkir bawah tanah, toserba, stadion, gedung
olahraga, dll). Sedangkan di Eropa sistem ini banyak dipakai pada
bangunan-bangunan umum selain perumahan. Hal ini bukan
disebabkan oleh alasan teknis melainkan lebih karena pilihan para
perancang instalasi plambingnya. Prinsip kerjanya adalah sebagai
berikut. Air yang telah ditampung dalam tangki bawah (seperti
halnya pada sistem tangki atap), dipompakan ke dalam suatu
bejana (tangki) tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi.
Air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi
bangunan. Pompa yang bekerja secara otomatis yang diatur oleh
suatu detektor tekanan, yang menutup/membuka saklar motor
listrik penggerak pompa: pompa berhenti bekerja kalau tekanan
tangki telah mencapai suatu batas maksimum yang ditetapkan dan
bekerja kembali setelah tekanan mencapai batas minimum yang
telah ditetapkan pula.
Daerah fluktuasi tekanan ini biasanya ditetapkan antara 1,0
sampai 1,5 kg/cm2. Daerah yang makin lebar bisanya baik bagi
pompa karena memberikan waktu lebih lama untuk berhenti,
tetapi seringkali memberikan efek yang negatif pada peralatan
plambing. Dalam sistem ini udara yang terkompresi akan
menekan air ke dalam sistem distribusi dan setelah berulangkali
mengembang dan terkompresi lama-kelamaan akan berkurang,
karena larut ke dalam air atau ikut terbawa air keluar tangki.