You are on page 1of 73

Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daerah Aliran Sungai


2.1.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai
Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya
air yang berasal dari hujan disebut alur sungai dan perpaduan antara alur
sungai dan aliran air didalamnya disebut sungai (Sosrodarsono, 1984:1).
Daerah dimana sungai memperoleh air merupakan daerah tangkapan
air hujan yang biasanya disebut daerah aliran sungai. Dengan demikian, DAS
dapat dipandang sebagai suatu unit kesatuan wilayah tempat air hujan
mengumpul ke sungai menjadi aliran sungai. Garis batas antara DAS adalah
punggung permukaan bumi yang dapat memisahkan dan membagi air hujan
menjadi aliran permukaan di masing-masing DAS. Menutut Asdak (2002:4)
daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi
dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan
air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama.
Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (catchment area)
yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumber
daya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai
pemanfaat sumber daya alam.
2.1.2 Sempadan Sungai
Dalam mewujudkan pemanfaatan sungai serta mengendalikan daya
rusak sungai, perlu ditentukan garis sempadan sungai yaitu garis batas
perlindungan sungai. Garis sempadan sungai ini akan menjadi acuan pokok
dalam kegiatan pemanfaatan dan perlindungan sungai serta pengembangan
permukiman di wilayah sekitar sungai.
Dalam penentuan garis sempadan sungai, ada tiga aspek penting yang
harus dipertimbangkan, antara lain :
1. Aspek Legal/Hukum

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-1


FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

2. Aspek Teknis
3. Aspek Sosial
Dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dinyatakan
bahwa sungai merupakan salah satu bentuk air permukaan yang harus dikelola
secara menyeluruh, terpadu berwawasan lingkungan hidup dengan
mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian sungai harus dilindungi dan
dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya, dan
dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan.
Sedangkan dalam Permen No. 63/KPR/1993 ini dijelaskan tentang
pengertian dan ketentuan garis sempadan sungai. Garis sempadan sungai
adalah garis batas luar pengamanan sungai. Penetapan garis sempadan sungai
dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan perlindungan, penggunaan dan
pengendalian atas sumber daya yang ada pada sungai termasuk danau dan
waduk dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya.
Kriteria penetapan garis sempadan sungai terdiri dari :
1. Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan.
2. Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan.
3. Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan.
4. Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-2


FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Gambar 2.1.1 Potongan melintang

Sempadan Sungai Tidak Bertanggul

Gambar 2.1.2 Potongan melintang

Sempadan $Sungai Bertanggul

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-3


FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Gambar 2. 2.3 Potongan melintang

Sempadan Sungai Tidak Bertanggul Tanpa Bantaran

Gambar 2. 3.4 Potongan melintang

Sempadan Sungai Bertanggul Tanpa Bantaran

(Surjono: 2009)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-4


FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Berdasarkan kriteria di atas penetapan garis sempadan sungai


ditentukan sebagai berikut :
1. Penetapan garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan sebagai berikut :
a. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan
ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar
sepanjang kaki tanggul.
b. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan
ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar
sepanjang kaki tanggul.
2. Penetapan garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan
perkotaan.
a. Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran
sungai seluas 500 (lima ratus) km2 atau lebih.
b. Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran
sungai seluas kurang dari 500 (lima ratus) km2.
Pada Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan Kawasan
Lindung disebutkan bahwa sempadan sungai adalah kawasan sempadan kiri
kanan sungai, untuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang
merupakan manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Adapun kriteria atau batasan sempadan sungai, antara lain:
1. Sekurang-kurangnya 100 m dikiri kanan sungai besar dan 50 m di kiri
kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman.
2. Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang
diperkenankan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 – 15 m.
Penetapan garis sempadan sungai berdasarkan Revisi RTRW Kota
Malang Tahun 2001-2010 (VI:42-43) adalah sebagai berikut :
1. Bagi kawasan permukiman yang ada di dalam garis sempadan sungai 15
meter dan dinyatakan sebagai daerah yang rawan bencana, maka tidak ada
pilihan lain dalam program penataan lingkungan permukiman ini selain
memindahkan penduduk ke daerah yang lebih aman. Lokasi yang telah

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-5


FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

ditinggalkan penduduk harus segera diadakan penataan kembali sesuai


dengan tata guna lahan yang baru. Adapun yang dapat dikembangkan
menjadi :
a. Lokasi bekas permukiman tersebut dibersihkan dari bangunan-
bangunan fisik, ditata kembali sebagai daerah hijau atau daerah
konservasi sungai (hutan kota).
b. Lokasi bekas permukiman tersebut dikembangkan dengan daerah
sekitarnya sebagai kawasan peremajaan kota (meningkatkan
fitalitas yang ada).
c. Lokasi tersebut dikembangkan sebagai daerah rekreasi dan daerah
hijau kota (taman kota), khususnya bagi daerah yang maksimal
kelerengannya 30%.
2. Bagi kawasan permukiman yang berada diluar sempadan sungai lebih
besar dari 15 meter (sesuai dengan peraturan yang berlaku) dengan
kondisi lingkungan fisik yang belum baik dan teratur, tingkat kepadatan
yang tinggi, prasarana yang kurang memadai dapat diterapkan konsep
penataan lingkungan permukiman dengan pola membangun tanpa
menggusur (sesuai INPRES No.5 Tahun 1990). Kriteria yang diterapkan
dalam konsep peremajaan lingkungan ini adalah sebagai berikut :
a. Menata arah bukaan tiap-tiap unit rumah ke arah sungai agar
memperoleh arah pandangan yang lebih baik, dan melengkapinya
dengan prasarana jalan inspeksi yang membatasi lokasi bangunan
rumah dengan daerah sempadan sungai.
b. Mengurangi/membatasi tingkat kepadatan bangunan rumah, agar
diperoleh tingkat kepadatan bangunan yang ideal bagi lingkungan
permukiman yang sehat, disamping juga mengupayakan
peningkatan kualitas fisik bangunan rumahnya secara berangsur-
angsur dengan sistem koperasi gotong-royong.
c. Melindungi bantaran sungai dengan pola penghijauan tanaman
lindung dan tanaman hias. Gerakan penghijauan dan kebersihan

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-6


FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

merupakan usaha untuk memperbaiki kualitas lingkungan yang


secara simultan dapat memperkuat kegiatan masyarakat, interaksi
sosial dan mendorong timbulnya industri kecil.
d. Seluruh rangkaian kegiatan peremajaan disarankan dilakukan
dengan partisipasi masyarakat setempat sehingga masyarakat ikut
membantu memelihara daerah pengaliran sungai serta melarang
kebiasaan membuang kotoran dan sampah di sungai.
3. Bagi kawasan permukiman yang berada di luar dari sempadan sungai 15
meter dengan kondisi fisik lingkungan yang sudah baik, maka konsep
yang diterapkan adalah untuk meningkatkan kualitas lingkungan
permukiman dengan pola penghijauan kota dan meningkatkan kesadaran
masyarakat akan fungsi daerah pengaliran sungai sebagai daerah
konservasi. Dalam hal ini penghijauan tetap dipilih sebagai entry point
menuju kegiatan yang lebih luas dan kompleks, seperti manajemen
sampah, sanitasi, perbaikan lingkungan, dan akhirnya pada
pengembangan, pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan sungai
(Program Prokasih).
4. Bagi daerah pengaliran sungai yang belum terjamah oleh kawasan
permukiman sama sekali, sebaiknya juga segara ditata untuk pragram
penghijauan kota disamping melindungi daerah tersebut dari kemungkinan
berkembangnya permukiman liar dengan cara memberikan jalan inspeksi,
juga memberikan rambu-rambu peringatan (misalnya : dilarang
membuang dan membuang sampah di daerah ini).

2.4 Sarana
Sarana adalah alat yang paling utama, dalam kegiatan sosial atau
kegiatan ekonomi. Tiap aspek kehidupan sosial dan tiap sektor dari
kehidupan ekonomi mempunyai sarana sendiri, yang merupakan satuan
terbesar dan alat utama dalam berbagai kegiatan. Dengan demikian, dalam

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-7


FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

menyukseskan pembangunan, tiap lembaga kehidupan sosial dan tiap sektor


kehidupan ekonomi harus memperhatikan prasarananya. (Surjono:2009)
2.4.1 Fungsi sarana
Dari sisi fungsionalnya, dapat dikatakan sarana berfungsi bagi
kebudayaan, baik dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan ekonomi.
Kebudayaan yang dimaksud disini adalah kebudayaan dalam arti luas, yang
mempunyai berbagai aspek. Dalam kegiatan sosial ekonomi terdapat suatu
istilah, yaitu ambang (theshold) yang berarti jumlah minimal penduduk yang
diperlukan untuk menunjang supaya suatu fungsi tertentu dapat berjalan
lancar. Misalnya suatu macam sarana yang lebih tinggi fungsinya, atau
diperlukan oleh jumlah penduduk yang besar jumlahnya (pasar, sekolah,
puskesmas, dsb) harus terletak di wilayah yang jangkauan pelayanannya yang
lebih luas, yaitu bukan di desa tetapi di kecamatan. (Surjono:2009)
2.4.2 Standar Sarana
Standar sarana menurut Surjono antara lain:
1. Sarana perdagangan dan jasa
A. Pertokoan
 Berfungsi untuk menjual barang-barang keperluan sehari-hari
 Lokasi di pusat lingkungan yang mudah dicapai tanpa menyeberang
 Minimum didukung oleh 2.500 penduduk
 Luas tanah yang dibutuhkan 100 m2 dengan Building Coverage 40%
 Prosentase area yang dilayani= Luas area x100%  1%
Luas area permukiman tingkat RW

 Luas tanah  100% = 1%.


 Luas tanah yang dibutuhkan adalah 1.200 m2
Sarana pendukung yang baik antara lain :
 Area parkir/ tempat parkir kendaraan umum yang dapat dipakai
bersama kegiatan lain pada pusat lingkunan.
 Sarana-sarana lain yang erat kaitannya dengan aktivitas ibu

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-8


FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

 Pos hansip
(Surjono:2009)
B. Warung
 Berfungsi untuk menjual barang kebutuhan masyarakat sehari-hari
(sabun, gula, rempah-rempah, teh, kopi, dan lain-lain).
 Lokasi di pusat lingkungan yang mudah dicapai dengan radius
maksimum 500 m
 Minimum didukung oleh 250 penduduk
 Luas lantai yang dibutuhkan  50 m2
 Luas tanah apabila tidak bersatu dengan rumah = 100 m2
(Surjono:2009)
 Pusat perbelanjaan kawasan 30.000 penduduk
 Berfungsi untuk menyadiakan barang-barang kebutuhan sehari-hari
termasuk sayur, daging, ikan, buah-buahan, beras, pakaian, alat
pendidikan (buku tulis, pensil, bolpoin, dan lain-lain), alat rumah
tangga, barang-barang kelontong, dan lain-lain.
 Lokasi ini berada di jalan utama lingkungan dan berkelompok dengan
pusat lingkungan
 Memiliki terminal kecil untuk pemberhentian kendaraan
 Minimum didukung oleh 30.000 penduduk
 Luas tanah yang dibutuhkan 13.500 m2
 Prosentase terhadap area permukiman yang dilayani adalah 0.937%
(0.9 – 1%)
 Terdiri dari pasar dan toko-toko lengkap dengan bengkel reparasi kecil
seperti radio, kompor, sepeda, setrika dan motor.
Sarana pendukung yang baik :
 Area parkir
 Pos polisi
 Pos pemadam kebakaran

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-9


FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

 Kantor pos pembantu


 Tempat ibadah
(Surjono:2009)
2. Sarana pemerintahan dan fasilitas umum
Fasilitas pelayanan umum yang diperlukan di kawasan perencanaan
dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu : fasilitas pelayanan tingkat
lingkungan dan fasilitas pelayanan tingkat kawasan perencanaan.
 Fasilitas pelayanan umum tingkat lingkungan meliputi balai RW/balai
pertemuan, pos hansip, pos polisi, kantor pos pembantu, pemadam
kebakaran dan gedung serba guna lingkungan.
 Fasilitas pelayanan umum tingkat kawasan meliputi kantor cabang
pos, kantor polisi, dan kantor pemadam kebakaran, kantor telkom.

A. Balai RW/Balai pertemuan

Pada umumnya balai RW/balai pertemuan berfungsi sebagai tempat


untuk mengadakan pertemuan-pertemuan/rapat maupun kegiatan
lainnya pada tingkat unit lingkungan perumahan. Kriteria penyediaan
fasilitas balai RW/Balai Pertemuan antara lain:
 Didukung jumlah penduduk minimum 2.500 orang.
 Luas lahan/persil/kavling sekitar 300 m2 pada umumnya di dalamnya
sudah termasuk pos hansip.
 Lokasi sebaiknya di tengah-tengah pemukiman dengan radius
pencapaian sekitar 500 meter.
B. Gedung serba guna lingkungan
Pada umumnya gedung serba guna lingkungan berfungsi sebagai
tempat untuk mengadakan pertemuan-pertemuan maupun kegiatan
lainnya seperti hiburan-hiburan bahkan sebagai tempat resepsi
pernikahan. Tingkat pelayanannya berada pada tingkat unit lingkungan
pemukiman. Kriteria penyediaan fasilitas gedung serba guna
lingkungan antara lain:

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


10
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

a. Didukung jumlah penduduk minimum 30.000 orang.


b. Luas lahan/persil/kavling sekitar 1.000 m2 pada umumnya di
dalamnya sudah termasuk tempat parkir.
C. Tempat parkir umum
 Tempat parkir umum berupa lahan terbuka untuk tempat kendaraan
sementara yang terdiri dari tempat parkir umum lingkungan (unit
lingkungan) penduduk pendukung minimal 2.500 orang dengan
kebutuhan lahan 0,04 m2 per penduduk.
 Tempat parkir pusat lingkungan (unit distrik) penduduk pendukung
minimal 30.000 orang dengan kebutuhan lahan 0,03 m2 per
penduduk.
 Tempat parkir pusat kawasan (unit pengembangan) penduduk
pendukung minimal 120.000 orang dengan kebutuhan lahan 0,0012
m2 per penduduk.
 Kebutuhan-kebutuhan akan sarana tersebut untuk setiap tingkatan
kelompok penduduk dan luas tanahnya adalah sebagai berikut:

a. Kawasan 2.500 Penduduk (RW)

Kebutuhan akan sarana :

 Pos hansip dan balai pertemuan dan bis surat : 300 m2


 Parkir umum + MCK : 100 m2
400 m2
Perbandingan luas tanah yang dibutuhkan terhadap penduduk yang
dilayani sebesar 0,16m2/ penduduk. (Surjono:2009)

b. Kawasan 30.000 penduduk (lingkungan)

Kebutuhan akan sarana :

 Kantor lingkungan : 500 m2

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


11
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

 Pos polisi : 200 m2


 Kantor pos pembantu : 100 m2
 Pos pemadam kebakaran : 200 m2
 Parkir umum : 1.000 m2
 Bioskop : 2.000 m2
4.000 m2
Perbandingan luas tanah yang dibutuhkan terhadap penduduk yang
dilayani sebesar 0,13 m2/penduduk.
(Surjono:2009)

D. Sarana pendidikan
Pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu
dalam merencanakan sarana pendidikan harus senantiasa bertitik tolak dari
tujuan-tujuan pendidikan yang akan dicapai. Maka dalam pengadaan sarana
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

a) Penetapan lokasi dan kebutuhan ruang


Ditentukan berdasarkan kebutuhan untuk memberi kesempatan belajar
pada anak di usia sekolah.

b) Kebutuhan ruang belajar


Dalam menentukan kebutahan ruang perlu dihitung :

 Banyaknya anak usia sekolah yang ada dalam lingkungan permukiman


 Banyaknya unit ruang belajar yang sudah tersedia dan daya tampung
yang dimiliki
 Proyeksi anak usia sekolah pada usia 5 tahun yang akan datang
 Prosentase anak yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi

Bentuk- bentuk sarana pendidikan antara lain :

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


12
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

1. TK (Taman Kanak-Kanak)
TK adalah sarana pendidikan yang diperuntukkan bagi anak-anak usia 5-
6 tahun. Terdiri dari 2 ruang kelas yang dapat menampung 35-40 murid
per kelas. Minimum penduduk dapat yang mendukung sarana ini adalah
1.000 penduduk. Lokasi di tengah-tengah aktivitas masyarakat
perumahan. Luas tanah yang dibutuhkan 1.200 m 2 dan luas lantai
adalah 252 m 2 , sedangkan radius pencapaian dari area yang dilayani
jangan lebih dari 500 m.
2. SD (Sekolah Dasar)
SD adalah sarana pendidikan yang diperuntukan bagi anak-anak usia
antara 6-12 tahun yang terdiri dari 6 kelas masing-masing untuk 40
murid. Minimum didukung oleh 1.600 jiwa. Luas tanah yang dibutuhkan
= 3.600m 2 dan luas lantai = 400-600 m 2 . Radius pencapaian dari area
yang dilayani maksimal 1.000 m 2 .
3. SMP (Sekolah Menengah Pertama)
SMP adalah sarana pendidikan yang diperuntukan bagi anak-anak lulusan
SD. Terdiri dari 2 unit, jadi 6 kelas masing-masing untuk 30 murid.
Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 4.800 jiwa.
Lokasinya digabung dengan lapangan olahraga, dan sarana pendidikan
lainnya, serta tidak harus di pusat lingkungan. Luas tanah yang
digunakan adalah 2.700 m 2 dan luas lantai adalah 1.514 m 2 , sedangkan
untuk yang khusus membutuhkan luas tanah sebesar 5.000 m 2 . Aktivitas
yang biasa dilakukan pada pagi dan sore hari. Memiliki sarana pelengkap
seperti parkir, dan lapangan olahraga.
4. SMA ( Sekolah Menengah Umum )
SMA adalah sarana pendidikan yang diperuntukan bagi anak-anak lulusan
SMP. Terdiri dari 3 kelas masing-masing untuk 40 murid. Minimum
penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 4.800 jiwa. Lokasinya
digabung dengan lapangan olahraga, dan sarana pendidikan lainnya, serta

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


13
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

tidak harus di pusat lingkungan. Luas tanah yang digunakan adalah 2.700
m 2 dan luas lantai adalah 1.514 m 2 .
E. Sarana kesehatan
Macam dari fasilitas kesehatan yang ada antara lain :
1. Balai pengobatan (BP)
Fungsi sarana ini adalah memberikan pelayanan kepada penduduk dalam
bidang kesehatan yang titik beratnya adalah penyembuhan (currative) dan
vaksinasi (preventif). Lokasinya haruslah terletak di tengah-tengah
lingkungan keluarga (neighbourhood) dimana radius pencapaiannya tidak
boleh lebih dari 1.000 m2. Minimum penduduk yang dapat mendukung
sarana ini adalah 3.000 jiwa (kira-kira 1 RW).
2. Balai kesehatan ibu dan anak dan rumah bersalin
Fungsi utama dari sarana ini untuk melayani ibu-ibu sebelum pada waktu
dan sesudah melahirkan serta melayani anak-anak usia sampai dengan 6
tahun. Lokasinya harus terletak di tengah-tengah lingkungan keluarga dan
diusahakan tidak menyeberang jalan-jalan lingkungan. Radius
pencapaiannya maksimal kurang dari 2.000 m. Minimum penduduk yang
mendukung sarana ini adalah 10.000 jiwa (4 RW). Sarana pendukung
yang baik antara lain tempat parkir, pertokoan, taman kanak-kanak, balai
pengobatan.
3. Tempat praktek dokter
Tempat praktek dokter ini sebaiknya juga merupakan salah satu sarana
yang tidak dapat dipisahkan dari area perumahan dan didukung oleh 5.000
penduduk. Lokasi pencapain tempat praktek dokter ini 1.500m,yang
berada di tengah-tengah kelompok keluarga. Luas tanah yang dibutuhkan
dapat bersatu dengan rumah tinggal biasa.

4. Posyandu

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


14
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Posyandu berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam hal


penyembuhan (currative) tanpa pencegahan, pada waktu tertentu juga
memberikan vaksinasi (preventive). Lokasinya harus berada di tengah-
tengah pemukiman, dengan radius pencapaian tidak lebih dari 1.000 m
dan minimum penduduk pendukung sarana ini adalah 2.000 jiwa. Karena
posyandu mempunyai intensitas pelayanan yang rendah (berkala/tidak tiap
hari), maka tidak memerlukan tempat permanen jadi dapat menggunakan
fasilitas yang ada, seperti Balai RW, tempat tinggal dan lainnya.
5. Apotek
Fungsi dari sarana ini adalah untuk melayani penduduk dalam bidang
obat-obatan. Lokasinya tersebar di antara kelompok keluarga dan terletak
di pusat-pusat RW atau pusat lingkungan. Minimum penduduk yang dapat
mendukung sarana ini adalah 10.000 jiwa dan luas tanah yang dibutuhkan
adalah 350 m 2 . Dengan sarana pendukung yaitu tempat parkir.
F. Sarana peribadatan
1. Langgar/ Mushola
Langgar secara prinsip sebaiknya dihubungkan dengan fasilitas pejalan
kaki. Langgar sebaiknya dipersiapkan di setiap 300 unit perumahan.
Kelompok penduduk 2.500 (RW)
langgar : 300 m2
2. Masjid
Masjid secara prinsip sebaiknya dihubungkan dengan fasilitas pejalan
kaki. Mesjid sebaiknya dipersiapkan di setiap 3000 unit perumahan.
 Kelompok penduduk 30.000 (lingkungan)
1 masjid lingkungan : 1.750 m2
 Kelompok penduduk 120.000 (kecamatan)
1 masjid kecamatan : 4.000 m2
 Kelompok penduduk 1.000.000 (tingkat kota)
1 masjid kota (Surjono:2009)
3. Gereja

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


15
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Tergantung pada kebutuhan dan jumlah penduduk yang beragama


Kristen.
4. Pura
Tergantung pada kebutuhan dan jumlah penduduk yang beragama
Hindu.
5. Vihara
Tergantung pada kebutuhan dan jumlah penduduk yang beragama
Budha.
Tabel 2.4.2
Standar Kebutuhan Saran
Jumlah Kebutuhan
penduduk Luas Luas
Jenis Sarana lantai lahan Keterangan
yang
dilayani (m2) (m2)
PERDAGANGAN dan JASA
Pertokoan 2.500 - 1.300 Standar 0,52 m2/p
Warung 250 50 100 Radius maks. 500
m
Kawasan 30.000 - 13.500 Standar 0,45 m2/p
Perbelanjaan
PEMERINTAHAN
Balai Pertemuan 2.500 - 300 Standar 0,12 m2/p
Kantor Kelurahan 30.000 - 500 Standar 0,02 m2/p
PENDIDIKAN
TK 1.000 252 1.200  2 ruang kelas
@ 35-40 murid
 Radius maks.
500 m
SD 1.600 400-600 3.600  6 ruang kelas

@ 40 murid
 Radius maks.
1000 m

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


16
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Jumlah Kebutuhan
penduduk Luas Luas
Jenis Sarana Keterangan
yang lantai lahan

dilayani (m2) (m2)


SLTP 4.800 1.514 2.700  3 ruang kelas
@ 40 murid
KESEHATAN
Bidan 10.000 - - -
Praktek Dokter 5.000 - - Radius maks.
1.500 m
Balai Pengobatan 3.000 150 300 Radius maks.
1.000 m
Posyandu 2.000 - - Radius maks.
1.000 m
Apotek 10.000 - 350 Radius maks.
1.500 m
Rumah Sakit 240.000 - 86.400 -
Wilayah
PERIBADATAN-
Mushola 500 - 1.000 Standar 1.2 m2/p
Masjid 5.000 - 1.500 Standar 0,058 m2/p
Gereja - - - Standar 1.2
m2/jamah
RUANG TERBUKA HIJAU
Taman 250 - 250 Standar 1
m2/penduduk
Lapangan 30.000 - 9.000 Standar 0,3 m2/p
Jalur Hijau - - - Standar 15 m2/p
Makam - - - Standar 2
m2/penduduk
Sumber : (Surjono:2009)
2.4.3 Ruang Terbuka Hijau (RTH)
RTH juga merupakan bagian dari sarana. Elemen vegetasi adalah unsur yang
dominan dalam Ruang Terbuka Hijau (RTH). Vegetasi dapat ditata

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


17
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

sedemikian rupa sehingga mampu berfungsi sebagai pembentuk ruang,


pengendalian suhu udara,dan memperbaiki kondisi tanah.
2.4.3.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang
terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan,
tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat
langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota
tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah
perkotaan tersebut. Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat
diklasifikasi menjadi :
 bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung)
 bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota,
pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman,
Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasi-fikasi menjadi :
 bentuk RTH kawasan (areal, non linear)
 bentuk RTH jalur (koridor, linear)

Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi


menjadi:
 RTH kawasan perdagangan
 RTH kawasan perindustrian
 RTH kawasan permukiman
 RTH kawasan pertanian
 RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah
raga, alamiah.
Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi :
 RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau
lahan yang dimiliki oleh peme-rintah (pusat, daerah)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


18
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

 RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-
lahan milik privat.
2.4.3.2 Fungsi dan Manfaat
RTH, baik RTH publik maupun RTH privat, memiliki fungsi utama
(intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi
arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi. RTH berfungsi ekologis, yang
menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu
bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu
wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya penyangga
kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat kehidupan liar.
RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan
RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya suatu
sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur
kota.
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung
(dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-
bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar),
keinginan dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat
intangible) seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau
keanekaragaman hayati.
2.4.3.3 Tujuan RTH
Tujuan RTH pada prinsipnya tidak berbeda dari tujuan umum
rehabilitasi hutan dan konservasi tanah. Khusus untuk RTH, tujuan tersebut
adalah:
(1) Menciptakan 'komunitas vegetasi hutan' dan/atau 'komunitas vegetasi yang
berfungsi ekologis sebagai hutan' dalam satuan ruang Daerah Aliran
Sungai (DAS).

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


19
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

(2) Keberhasilan terciptanya 'komunitas vegetasi hutan' dan/atau 'komunitas


vegetasi yang berfungsi sebagai hutan' tersebut diharapkan dapat memberi
sumbangkan kepada upaya:
 Pengendalian banjir, yakni mengurangi debit maksimum aliran sungai
pada musim hujan dan meningkatkan debit minimum aliran sungai
pada musim kemarau.
 Pencegahan tanah longsor, yakni memperkuat ikatan partikel tanah
dan daya tampung tanah terhadap air (water holding capacity),
sehingga ketika tanah dalam kondisi jenuh air pada musim hutan tidak
akan longsor.
 Pengendalian erosi, yakni memperbaiki erosivitas tanah karena
penutupan permukaan oleh vegetasi semakin baik, sehingga partikel
tanah tidak mudah hanyut oleh air limpasan-atas permukaan (overland
flow).
 Perbaikan dan pemeliharaan kesuburan tanah, yakni memperbaiki
kesuburan tanah yang sempat merosot sejalan dengan proses
perusakan hutan dan tanah selama ini, dan memelihara kesuburan
tanah di masa-masa mendatang, sehingga produktivitas tanah hutan
dan tanah pertanian tetap terpelihara guna mendukung budidaya
tanaman hutan dan tanaman pertanian.
 Peningkatan potensi sumberdaya air, yakni meningkatkan kemampuan
ekosistem DAS dalam penyediaan air alami sepanjang tahun, baik
berupa mataair alami (natural spring), aliran sungai (river discharge),
ataupun air bumi (groundwater), untuk keperluan irigasi, keperluan
rumah tangga, dan keperluan industri.

2.5 Prasarana
Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


20
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

2.5.1 Jalan
Berdasarkan Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 1980 Tentang Jalan yang disebutkan bahwa jalan mempunyai peranan
yang penting dalam mewujudkan sasaran pembangunan nasional, seperti
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya
keadaan sosial bagi seluruh rakyat, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, serta dalam jangka panjang
terciptanya landasan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan,
sendiri, menuju suatu masyarakat Indonesia yang maju, adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, jalan
didefinisikan sebagai prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Sementara itu, jalan umum adalah jalan
yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Jalan umum ini dikelompokkan
dalam sistem jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan kelas jalan.
2.5.1.1 Sistem Jaringan Jalan
Pada sistem distribusi, sistem jaringan jalan memegang peranan
penting, karena peningkatan pelayanan pemasaran tidak lain adalah
peningkatan kepadatan jasa distribusi, yang menuntut pengembangan
prasarana perhubungan antara lain jaringan jalan.
Dalam rangka berfungsinya bagian-bagian jaringan jalan dengan baik,
untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi di wilayah pengaruh sebagai unsur
penting guna terwujudnya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya perlu
dibangun jalan-jalan berspesifikasi bebas hambatan justru di daerah-daerah
yang sudah tinggi perkembangannya. Dengan memperhatikan rasa keadilan,
pembangunan jalan-jalan tersebut di atas diselenggarakan dengan
pembangunan Jalan Tol.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


21
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang


terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder
yang terjalin dalam hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan disusun dengan
mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan
keterhubungan antarkawasan dan atau dalam kawasan perkotaan, dan
kawasan pedesaan. Berdasarkan hierarkinya, pembagian sistem jaringan jalan
yang dapat dibedakan sebagai sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan
jalan sekunder dan jalan yang terdapat dalam kawasan studi ini hanya
memiliki sistem jaringan jalan sekunder.
Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara
menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu,
fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke
persil.

2.5.1.2 Fungsi Jalan


Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan,
fungsi jalan dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan. Masing-
masing fungsi jalan terdapat pada sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan jalan sekunder. Fungsi jalan pada sistem jaringan primer dibedakan
atas arteri primer, kolektor primer, lokal primer, dan lingkungan primer
sehingga dinyatakan sebagai jalan arteri primer, jalan kolektor primer, jalan
lokal primer, jalan lingkungan primer.
Sementara itu, pada sistem jaringan jalan sekunder dibedakan atas
arteri sekunder, kolektor sekunder, lokal sekunder, dan lingkungan sekunder
sehingga dapat dinyatakan sebagai jalan arteri sekunder, jalan kolektor
sekunder, jalan lokal sekunder, dan jalan lingkungan sekunder.

Tabel 2.5.1

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


22
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Tabel Jenis Jalan Sistem Jaringan Sekunder dan Kegunaannya


No. Jenis Jalan Kegunaan
1. Jalan arteri skunder Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder
kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
2. Jalan kolektor sekunder Menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder ketiga
3. Jalan lokal sekunder Menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
perumahan, kawasan sekunder kedua dengan
perumahan, kawasan sekunder ketiga dan
seterusnya sampai ke perumahan.
4. Jalan lingkungan Menghubungkan antar persil dalam kawasan
sekunder perkotaan.
Sumber: PP No. 34 Tahun 2006
2.5.1.3 Persyaratan Teknis Jalan
Persyaratan teknis jalan meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan,
kapasitas, jalan masuk, persimpangan sebidang, bangunan pelengkap,
perlengkapan jalan, penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya, dan tidak
terputus. Selain hal tersebut, persyaratan teknis jalan harus memenuhi
ketentuan keamanan, keselamatan, dan lingkungan.
Sementara itu,sistem jaringan jalan sekunder jika dilihat berdasarkan
fungsinya dan dikelompokkan berdasarkan ketentuan persyaratan teknis,
maka dapat dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 2.5.2
Tabel Persyaratan Teknis Jalan Berdasarkan Sistem Jaringan Jenis Jalan Primer
No. Persyaratan Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Lokal Jalan Lingkungan
Teknis Jalan Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder
1. Kecepatan
rencana
≥ 30 km/jam ≥ 20 km/jam ≥ 10 km/jam ≥ 10 meter

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


23
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

2. Lebar badan
jalan -
- ; bagi
jalan lokal
≥ 9 meter ≥ 7,5 meter lingkungan
sekunder yang tidak
diperuntukkan bagi
kendaraan roda tiga
atau lebih.
3. Kapasitas Kapasitas jalan Kapasitas jalan Diperuntukkan bagi
lebih besarlebih besar dari kendaraan bermotor
daripada volume pada volume beroda tiga atau
lalu lintas rata-lalu lintas rata- lebih.
rata. rata.
4. Persimpangan Harus memenuhi Harus
sebidang ketentuan memenuhi
tentang ketentuan
kecepatan tentang
rencana, lebarkecepatan
badan jalan, dan rencana, lebar
kapasitas. badan jalan, dan
kapasitas..
5. Bangunan Jalan dilengkapi Jalan dilengkapi Jalan Jalan dilengkapi
jalan dengan dengan dilengkapi dengan bangunan
bangunan bangunan dengan pelengkap yang
pelengkap yang pelengkap yang bangunan disesuaikan dengan
disesuaikan disesuaikan pelengkap fungsi jalan.
dengan fungsi dengan fungsi yang
jalan. jalan. disesuaikan
dengan fungsi
jalan.
6. Perlengkapan Jalan dilengkapi Jalan dilengkapi Jalan Jalan dilengkapi
jalan dengan dengan dilengkapi dengan
perlengkapan perlengkapan dengan perlengkapan jalan
jalan yang jalan yang perlengkapan yang berkaitan
berkaitan berkaitan jalan yang langsung dan tidak
langsung dan langsung dan berkaitan langsung dengan
tidak langsung tidak langsung langsung dan pengguna jalan.
dengan dengan tidak langsung
pengguna jalan. pengguna jalan. dengan
pengguna
jalan.

7. Penggunaan Pada jalan arteri Pada jalan

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


24
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

jalan sekunder, lalu kolektor


lintas cepat tidak sekunder, lalu
boleh terganggu lintas cepat
oleh lalu lintas tidak boleh
lambat. terganggu oleh
lalu lintas
lambat.
Sumber: PP No. 34 Tahun 2006
2.5.1.4 Jenis Jalan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 menyatakan
bahwa jalan umum dibangun menjadi 5, yaitu:
a. Jalan Nasional, yang terdiri dari jalan arteri primer, jalan kolektor primer
yang menghubungkan antar ibukota provinsi, jalan tol, dan jalan strategis
nasional.
b. Jalan Provinsi, yang terdiri atas jalan kolektor primer yang
menghubungkan antaribukota kabupaten, jalan strategis provinsi, dan
jalan di DKI Jakarta.
c. Jalan Kabupaten, yang terdiri atas jalan kolektor primer yang tidak
termasuk jalan nasional dan jalan provinsi, jalan lokal primer yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat desa, antaribukota kecamatan, ibukota kecamatan
dengan desa, dan antardesa, serta jalan sekunder yang tidak termasuk jalan
provinsi dan jalan strategis kabupaten.
d. Jalan Kota, yang merupakan jalan umum pada jaringan jalan sekunder di
dalam kota.
e. Jalan Desa, yang merupakan jalan lingkungan primer dan jalan lokal
primer yang tidak termasuk jalan kabupaten di dalam kawasan perdesaan,
dan merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa.
Selain jalan umum, ada pula jalan khusus yang dibangun dan
dipelihara oleh orang atau instansi untuk melayani kepentingan sendiri. Suatu
ruas jalan khusus apabila digunakan untuk lalu lintas umum, sepanjang tidak
merugikan kepentingan penyelenggara jalan khusus dibangun sesuai dengan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-
25
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

persyaratan jalan umum. Jalan khusus dapat digunakan untuk lalu lintas
umum sepanjang tidak merugikan kepentingan penyelenggara jalan khusus
berdasarkan persetujuan dari penyelenggara jalan khusus.
Penyelenggara jalan khusus dapat menyerahkan jalan khusus kepada
pemerintah kabupaten atau kota untuk dinyatakan sebagai jalan umum.
Pemerintah kabupaten atau kota dapat mengambil alih suatu ruas jalan khusus
tertentu untuk dijadikan jalan umum dengan pertimbangan:
a. Untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara;
b. Untuk kepentingan pembangunan ekonomi nasional dan perkembangan
suatu daerah
c. Untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
2.5.1.5 Kelas Jalan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, kelas jalan
dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan
angkutan jalan, serta spesifikasi penyediaan prasarana jalan. Kelas jalan
dibagi berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas serta jalan
yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
lalu lintas dan angkutan jalan.
Berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan, kelas jalan
dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan jalan
kecil. Spesifikasi penyediaan prasarana jalan meliputi pengendalian jalan
masuk, persimpangan sebidang, jumlah dan lebar lajur, ketersediaan median,
serta pagar. Berikut disajikan tabel mengenai pengelompokkan penyediaan
prasarana jalan berdasarkan ketentuannya.
Tabel 2.5.3
Tabel Ketentuan Jalan berdasarkan Klasifikasi Kelas Jalan
No. Klasifikasi Ketentuan
1. Jalan Bebas - Pengendalian jalan masuk secara penuh.
Hambatan - Tidak ada persimpangan sebidang.
- Paling sedikit mempunyai 2 lajur setiap arah, dan lebar
lajur paling sedikit 3,5 meter.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


26
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

- Dilengkapi pagar ruang milik jalan dan median jalan.


2. Jalan Raya - Jalan umum untuk lalu lintas secara menerus dengan
pengendalian jalan masuk secara terbatas.
- Jumlah lajur paling sedikit adalah 2 buah untuk setiap
arah dengan lebar lajur minimal 3,5 meter.
- Dilengkapi dengan median jalan.
- Jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan
kawasan yang lain.
- Digunakan untuk kendaraan bermotor.
- Digunakan oleh masyarakat umum.
- Dibiayai oleh perusahaan negara.
- Penggunaannya diatur oleh undang-undang
pengangkutan.
3. Jalan Sedang - Jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dan
pengendalian jalan masuk tidak dibatasi.
- Memiliki lajur minimal 2 buah untuk 2 arah dengan lebar
jalur minimal 7 meter.
4. Jalan Kecil - Jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat.
- Memiliki jumlah lajur minimal sebanyak dua buah untuk
2 arah dengan lebar jalur minimal 5,5 meter.
Sumber: PP No. 34 Tahun 2006 dan Wikipedia
Sementara itu berdasarkan Sunaryo dalam Permudah Akses Bagi
Pengguna Jalan, menyatakan bahwa pada sistem penggolongan klas jalan
dengan pembedaan klas fungsinya pada sistem jaringan jalan terpadu, antara
jalan penghubung (rural road) dan jalan pengarah (collector road), sehingga
diperoleh beberapa kelompok klas jalan:
a. Jalan bebas hambatan (jalan tol) diberi kode pengelompokan M (Motor
way).
b. Jalan Penghubung Utama antar centra bisnis (kota) diberi kode
pengelompokan A (arteri primer). Umumnya dapat disetarakan dengan Jalan
Nasional.
c. Jalan Penghubung Sekunder diberi kode pengelompokan B (arteri sekunder).
Umumnya dapat disetarakan dengan Jalan Propinsi.
d. Jalan Penghubung Tersier diberi kode pengelompokan C (arteri tersier).
Umumnya disetara kan dengan Jalan Kabupaten atau Kotamadya.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


27
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

e. Jalan Penghubung Kuarter diberi kode pengelompokan D (arteri kuarter).


Umumnya dapat disetarakan dengan Jalan Kecamatan atau Desa.
f. Jalan Pengarah biasanya diberlakukan pada daerah perkotaan yang meliputi
sentra industri/pasar atau perumahan dan pada umumnya diberlakukan
dengan pemberian nama jalan.
2.5.1.6 Bagian Jalan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, bagian-bagian
jalan dipisahkan berdasarkan pemanfaatanya menjadi ruang manfaat jalan,
ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan.
a. Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)
Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang
pengamannya. Ruang manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh
penyelenggara jalan yang bersangkutan berdasarkan pedoman yang telah
ditetapkan. Peruntukkan ruang manfaat jalan adalah pada median jalan,
perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar bagi
lalu lintas pejalan kaki, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian,
gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.
Setiap orang dilarang memanfaatkan ruang manfaat jalan jika
mengakibatkan terganggunya fungsi jalan.
Tabel 2.5.4
Tabel Ketentuan Ruang Manfaat Jalan Berdasarkan Klasifikasi
No. Ruang Manfaat Ketentuan
Jalan
1. Badan Jalan - Diperuntukkan bagi pelayanan lalu lintas dan
angkutan jalan.
- Dilengkapi dengan ruang bebas unutk menunjang
pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan serta
pengamanan konstruksi jalan.
- Ruang bebas dibatasi oleh lebar, tinggi, dan
kedalaman tertentu.
- Lebar ruang bebas harus sesuai dengan lebar badan
jalan, sedangkan tinggi ruang bebas bagi jalan arteri

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


28
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

dan jalan kolektor minimal 5 meter dan kedalaman


ruang bebas bagi jalan arteri serta jalan kolektor
minimal 1,5 meter dari permukaan jalan.
2. Saluran Tepi Jalan - Diperuntukkan bagi penampungan dan penyaluran air
agar badan jalan bebas dari pengaruh air.
- Ukuran saluran tepi jalan ditetapkan sesuai dengan
lebar permukaan jalan dan keadaan lingkungan.
- Saluran tepi jalan dibangun dengan konstruksi yang
mudah dipelihara secara rutin.
- Saluran tepi jalan dapat diperuntukkan sebagai saluran
lingkungan dalam hal tertentu dan dengan syarat-
syarat tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara
jalan.
3. Ambang Pengaman - Berupa bidang tanah dan/atau konstruksi bangunan
Jalan pengaman yang berada di antara tepi badan jalan dan
batas ruang manfaat jalan yang hanya diperuntukkan
bagi pengamanan konstruksi jalan.
Sumber: PP No. 34 Tahun 2006

b. Ruang Milik Jalan


Ruang milik jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di
luar ruang manfaat jalan. Sejalur tanah tertentu tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai lansekap jalan. Ruang milik
jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, kedalaman, dan
tinggi tertentu. Ruang milik jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan,
pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Ruang milik jalan memiliki lebar
minimal sebagai berikut:
- Jalan Bebas Hambatan memiliki lebar ≥ 30 meter
- Jalan Raya memiliki lebar ≥ 25 meter
- Jalan Sedang memiliki lebar ≥ 15 meter
- Jalan Kecil memiliki lebar ≥ 11 meter
Pada ruang milik jalan diberi tanda batas ruang milik jalan yang ditetapkan oleh
penyelenggara jalan. Jika terjadi gangguan dan hambatan terhadap fungsi ruang
milik jalan, maka penyelenggara jalan wajib segera mengambil tindakan untuk
kepentingan pengguna jalan.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


29
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

c. Ruang Pengawasan Jalan


Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang
penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan. Selain itu, ruang
pengawasan jalan ruang juga dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu. Ruang
pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan
pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan. Lebar ruang
pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan dengan ukuran minimal sebagai
berikut.
- Jalan Arteri Primer memiliki lebar 15 meter.
- Jalan Kolektor Primer memiliki lebar 10 meter.
- Jalan Lokal Primer memiliki lebar 7 meter.
- Jalan Lingkungan Primer memiliki lebar 5 meter.
- Jalan Arteri Sekunder memiliki lebar 15 meter.
- Jalan Kolektor Sekunder memiliki lebar 5 meter.
- Jalan Lokal Sekunder memiliki lebar 3 meter.
- Jalan Lingkungan Sekunder memiliki lebar 2 meter.
- Jembatan memiliki lebar 100 meter ke arah hilir dan hulu.
Dalam pengawasan penggunaan ruang pengawasan jalan, penyelenggara
jalan yang bersangkutan bersama instansi terkait berwenang mengeluarkan
larangan terhadap kegiatan tertentu yang dapat mengganggu pandangan bebas
pengemudi dan konstruksi jalan, dan/atau berwenang melakukan perbuatan
tertentu untuk menjamin peruntukan ruang pengawasan jalan.
2.5.1.6 Pemanfaatan Bagian Jalan
Peman faatan bagian-bagian jalan meliputi bangunan utilitas,
penanaman pohon, dan prasarana moda transportasi lain.
- Bangunan Utilitas
Pada tempat tertentu di ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan dapat
dimanfaatkan untuk penempatan bangunan utilitas. Bangunan utilitas pada
jaringan jalan di dalam kota dapat ditempatkan di dalam ruang manfaat jalan

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


30
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

dengan ketentuan berada di atas tanah ditempatkan di luar jarak tertentu dari
tepi paling luar bahu jalan atau trotoar sehingga tidak menimbulkan hambatan
samping bagi pemakai jalan atau berada di bawah tanah ditempatkan di luar
jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau trotoar sehingga tidak
mengganggu keamanan konstruksi jalan. Bangunan utilitas pada jaringan
jalan di luar kota, dapat ditempatkan di dalam ruang milik jalan pada sisi
terluar. Penempatan, pembuatan, dan pemasangan bangunan utilitas harus
direncanakan dan dikerjakan sesuai dengan persyaratan teknis jalan yang
ditetapkan.
Dalam hal ruang manfaat jalan dan/atau ruang milik jalan bersilangan,
berpotongan, berhimpit, melintas, atau di bawah bangunan utilitas maka
persyaratan teknis dan pengaturan pelaksanaannya, ditetapkan bersama oleh
penyelenggara jalan dan pemilik bangunan utilitas yang bersangkutan, dengan
mengutamakan kepentingan umum.
- Penanaman Pohon
Pohon pada sistem jaringan jalan di luar kota harus ditanam di luar ruang
manfaat jalan dan untuk penanaman pohon di dalam kota dapat dilakukan di
batas ruang manfaat jalan, median, atau di jalur pemisah.
- Prasarana Moda Transportasi Lain
Dalam hal ruang milik jalan digunakan untuk prasarana moda transportasi
lain, maka persyaratan teknis dan pengaturan pelaksanaannya ditetapkan
bersama oleh penyelenggara jalan dan instansi yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang prasarana moda transportasi yang
bersangkutan dengan mengutamakan kepentingan umum.
2.5.1.7 Bagian-bagian jalan
Dimensi jalan atau pola penampang melintang jalan terdiri dari 3
variabel, yaitu:

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


31
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

a. Rumaja (Ruang Manfaat Jalan), yaitu daerah yang direncanakan


sebagai tempat sirkulasi kendaraan bermotor dan termaksud pemanfaatan
untuk sistem parkir on-street yang terdiri dari badan jalan dan bahu jalan.
b. Rumija (Ruang Milik Jalan), yaitu daerah yang digunakan sebagai
media sirkulasi, parkir on-street, media untuk drainase, dan kegiatan
pejalan kaki (pedestrian), batasannya sampai dengan pagar rumah kiri-
kanan jalan.
c. Ruwasja (Ruang Pengawasan Jalan), yaitu daerah yang termaksud
jangkauan pandangan pengguna jalan sehingga dengan adanya Ruwasja
pengguna jalan tidak mengalami gangguan pandangan. Ruwasja diukur
mulai dari tembok rumah sebelah kiri jalan dengan tembok rumah sebelah
kanan jalan. Ruwasja untuk mempermudah pelebaran jalan.

Gambar 2.5.1 Penampang Geometrik Jalan

Bahu Jalan
Bahu jalan adalah bagian jalan raya antara ujung luar lajur lalu lintas
dan ujung dalam pinggiran pembatas jalan, atau kelandaian. Jalan raya yang
terpisah juga mungkin memiliki bahu lajur dalam dan median. Bahu
menyediakan tempat untuk kendaraan parkir ketika keadaan darurat atau
alasan lainnya. Jika rancangan mengabaikan bahu jalan atau jika daerah yang
sempit, kapasitas jalan akan menurun dan kemungkinan kecelakaan akan
meningkat. Lebar bahu jalan minimum 1.50-2.00 meter, untuk jalan perkotaan

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


32
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

biasanya diambil 2.50 meterdan untuk keperluan parkir 3.00 meter yang
biasanya berupa bahu jalan diperkeras dan dilapis.
Median Jalan
Pemisahan antara arus lalu lintas yang berlawanan dengan arah
median terbukti lebih efektif mengurangi jumlah kecelakaan. Median dengan
berbagai bentuk merupakan persyaratan yang mutlak untuk jalan bebas
hambatan. Pada persimpangan atau jalan kota yang penting, mdian jalan juga
sangat diperlukan. Untuk ruas luar kota pada sistem antar kota dalam daerah
datar atau perbukitan, lebar median minimum adalah 1.50 meter. Sedangkan
pada jalan raya dalam kota, minimum lebar median yang dibutuhkan 1.50-
2.00 meter.(Robert J. Kodoatie, Ph.D.; 2003 : 394-395).
2.5..1.7 Fasilitas Pelengkap Jalan
Secara umum jalan mempunyai fungsi sebagai prasarana sirkulasi
(perjalanan) manusia, baik yang menggunakan kendaraan umum maupun
tidak. Namun proses perjalanan, misalnya: kebutuhan penerangan, informasi,
kejelasan dan lain-lain, oleh karena itu jalan harus dilengkapi dengan
kelengkapan antara lain:
a. Lampu Penerangan
Lampu penerangan jalan yang bisa ditempatkan pada kiri-kanan jalan
ataupun pada median jalan, sangat besar fungsinya karena selain untuk
memperjelas pandangan pengendara kendaraan juga berpengaruh pada
pembentukan karakteristik jalan tersebut baik dari segi sosial maupun
keamanan.
b. Trotoar
Trotoar harus dipasang terutama pada jalan-jalan di kawasan
perdagangan atau fasilitas umum agar dapat memberikan keamanan
terhadap para pejalan kaki. Dengan lebar minimal 1,2 m dengan bahan
pola dan warna yang menarik serta dengan pengolahan jalur yang tidak
monoton, maka trotoar akan dapat memberikan kesan atau citra tersendiri
pada lingkungan.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


33
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

c. Rambu Lalu Lintas


Sesuai dengan ketentuan yang ada pada peraturan lalu lintas yang penting
adalah cara dan peletakan agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Rambu-rambu yang tertutup oleh rindangnya pepohonan di jalan akan
dapat mengurangi kejelasannya.
d. Bak Sampah
Penempatan bak-bak sampah dimaksudkan untuk menjaga kebersihan di
lingkungan jalan terutama dari sampah buangan manusia. Namun supaya
tiak memberikan kesan "jalan penuh bak sampah", maka bak sampah
yang di tempatkan tiap 50 m tersebut harus didesain ukuran bentuk dan
warna yang menarik sehingga bak sampah tersebut bisa sebagai aksesoris
jalan.
e. Papan Nama Jalan
Yang paling penting pada kelengkapan tersebut adalah penempatan
ukuran warna dan tulisan yang jelas sehingga dapat terbaca oleh para
pengendara kendaraan dan pejalan kaki. Jika papan nama jalan tersebut
diberi sentuhan-sentuhan desain yang menarik maka akan dapat
memberikan kesan tersendiri. Kesamaan desain papan nama pada
kawasan jalan dengan kelompok jenis nama yang sama akan memberikan
identitas tersendiri pada kawasan tersendiri

f. Parkir
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara. Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat
pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan
kegiatan pada suatu kurun waktu tertentu. Jenis fasilitas parkir jalan,
yaitu:
 Parkir di badan jalan (on street parking), berada pada tepi jalan tanpa
pengendalian parkir dan kawasan parkir, dengan pengendalian parkir.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


34
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

 Parkir di luar badan jalan (off street parking), memiliki tempat parkir
khusus sendiri.
2.5.7 Drainase
Drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu
kawasan atau lahan sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
(Suripin, 2004)
Bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor
drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor
drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving water).
Fungsi drainase adalah sebagai berikut:
a. Membebaskan suatu wilayah (terutama yang padat permukiman) dari
genangan air, erosi, dan banjir.
b. Karena aliran lancar maka drainase juga berfungsi memperkecil resiko
kesehatan lingkungan (bebas dari malaria (nyamuk) dan penyakit
lainnya).
c. Kegunaan tanah permukiman padat akan menjadi lebih karena
terhindar dari kelembapan.
d. Dengan sistem yang baik, tata guna lahan dapat dioptimalkan dan juga
memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan atau
bangunan-bangunan lainnya.

A. Standar atau sistem penyediaan drainase kota


Standarisasi sistem penyediaan drainase untuk penempatan perumahan
di pinggiran saluran primer atau sungai yang mengacu pada Provincial Water
Reclement (PWR) Bab II pasal 2 tentang Pemakaian bebas dari perairan
umum: “Dilarang menempatkan sebuah bangunan apapun untuk memperbarui
seluruhnya atau sebagian dalam jarak diukur dari kaki tangkis sepanjang
perairan umum atau bilamana tidak ada tangkis, dari pinggir atas dari tamping
(talud) perairan umum kurang dari:

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


35
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

- 20 meter untuk sungai-sungai tersebut dalam daftar 1 dari verordening


ini.
- 5 meter untuk sungai-sungai tersebut dalam daftar 2 dari verordening ini,
demikian juga untuk saluran pengaliran dan pembuangan dengan
kemampuan (kapasitas) 4 m3/detik atau lebih.
- 3 meter untuk saluran-saluran pengairan, pengambilan dan pembuangan
kemampuan normal 1-4 m3/detik.
- 2 meter untuk saluran-saluran pengairan, pengambilan dan pembuangan
kemampuan normal kurang dari 1 m3/detik.
Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi menjadi dua:
1. Sistem Drainase Makro
Sistem drainase makro yaitu sistem saluran atau badan air yang
menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan
(catchment area). Umumnya, disebut juga sebagai sistem saluran
pembuangan utama atau drainase primer. Sistem ini menampung aliran
yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal
atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai
dengan periode antara 5-10 tahun.
2. Sistem Drainase Mikro
Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap
drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan
hujan. Yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di
sepanjang sisi jalan, saluran atau selokan air hujan di sekitar bangunan,
gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air
yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya, drainase
mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2,5 atau 10 tahun
tergantung tata guna lahan yang ada.
B. Sistem penyediaan jaringan drainase terdiri dari 4 macam:
1. Sistem Drainase Utama

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


36
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Sistem drainase perkotaan yang melayani sebagian besar warga masyarakat


kota
2. Sistem Drainase Lokal
Sistem drainase perkotaan yang melayani sebagian kecil warga masyarakat
kota
3. Sistem Drainase Terpisah
Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan terpisah
untuk air permukaan atau air limpasan
4. Sistem Gabungan
Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama
baik untuk air genangan maupun air limpasan yang telah diolah.
Sistem jaringan drainase terdiri dari:
1. Jaringan primer: saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai.
2. Jaringan sekunder: saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan
saluran primer (dibangun dengan beton atau plesteran semen).
3. Jaringan tersier: saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke
saluran sekunder berupa plesteran, pipa, dan tanah.
Berdasarkan fungsinya, drainase dibedakan menjadi drainase permukaan dan
drainase bawah permukaan.
1. Drainase permukaan ditujukan untuk menghilangkan air hujan dari
permukaan jalan sehingga lalu lintas dapat melaju dengan aman dan
efisien. Selain itu, untuk meminimalkan penetrasi air hujan ke dalam
struktur jalan. Sistem drainase permukaan pada jalan raya mempunyai
tiga fungsi utama:
a. Membawa air hujan dari permukaan jalan ke pembuangan air.
b. Menampung air tanah (dari subdrain) dan air permukaan yang
mengalir menuju jalan.
c. Membawa air menyeberang alinement jalan secara terkendali.
Dua fungsi pertama dikendalikan oleh komponen drainase memanjang,
sementara fungsi ketiga memerlukan bangunan drainase melintang seperti

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


37
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

culvert, gororng-gorong, dan jembatan. Untuk drainase memanjang,


permukaan jalan harus dibuat dengan kemiringan melintang yang cukup untuk
membuang air hujan secepatnya, dan permukaan jalan harus berada di atas
permukaan air tanah setempat. Kemiringan memanjang untuk bahu jalan
diharuskan tidak kurang dari 0,3% dan untuk daerah yang sangat datar tidak
kurang dari 0,2%.
Berdasarkan fungsinya, saluran terbuka di tepi jalan dibedakan menjadi:
- Parit atau selokan (ditchs) adalah saluran yang disediakan untuk membuang
aliran air dari perkerasan jalan, bahu jalan, dan slope galian dan timbunan.
Kedalamannya harus cukup untuk membuang air tanpa resiko menjenuhkan
tanah dasar (subgrade) perkerasan. Biasanya dilapisi pasangan untuk
menghindari erosi. Bagi saluran yang tidak dilapisi pasangan kemiringan
diddingnya tidak boleh lebih dari 1 (vertikal):4 (horizontal).
- Talang (gutters) adalah saluran pada tepi perkerasan atau bahu jalan yang
dibentuk oleh curb atau oleh depresi dangkal. Dapat dilapisi beton, batu bara,
batu kali, atau material lainnya.
- Saluran menikung keluar (turnouts) adalah saluran pendek yang menikung
keluar dari tepi jalan yang berfungsi membuang air dari saluran atau talang
tepi jalan. Selain itu, turnouts mengurangi ukuran parit tepi jalan dan
meminimalkan kecepatan aliran sehingga mengurangi bahaya erosi.
- Saluran curam (chutes) adalah saluran terbuka berlining atau pipa yang
berfungsi untuk membawa air dari parit atau talang tepi jalan menuruni lereng
urugan atau dari intercepting ditchs menuruni lereng galian . untuk lereng
yang panjang disarankan untuk menggunakan saluran yang tertutup.
- Parit intersepsi (intercepting ditchs) terletak di lahan alamiah di dekat ujung
lereng galian atau sepanjang tepi jalan untuk menampung aliran dari bukit
sebelum mencapai jalan. Intersepsi aliran permukaan mengurangi erosi pada
lereng galian dan parit tepi jalan, mengurangi endapan sedimen dan infiltrasi
pada dasar jalan, dan menurunkan kemungkinan genangan pada jalan.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


38
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

2. Drainase bawah permukaan berfungsi untuk mencegah masuknya air dalam


struktur jalan dan/atau menangkap dan mengeluarkan air dari struktur jalan.
Jenis-jenis drainase berdasarkan sejarah terbentuknya:
1. Drainase alamiah (natural drainage), yaitu sistem drainase yang terbentuk
secara alami dan tidak ada unsur campur tangan manusia.
2. Drainase buatan, yaitu sistem drainase yang dibentuk berdasarkan analisis
ilmu drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, dan dimensi saluran.
Jenis-jenis drainase berdasarkan konstruksinya:
1. Saluran terbuka, yaitu sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk
menampung dan mengalirkan air hujan (sistem terpisah) namu, kebanyakan
sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada pinggiran kota,
saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung). Akan
tetapi, saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining denga beton,
pasangan batu (masonry) ataupun dengan pasangan bata.
2. Saluran tertutup, yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan
lingkungan. sistem ini cukup bagus untuk diterapkan di daerah perkotaan
terutama dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi seperti kota
metropolitan dan kota-kota besar lainnya.
Jenis-jenis drainase berdasarkan fungsinya:
1. Single purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan saja.
2. Multy purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis
buangan, baik secara bercampur maupun bergantian.
Macam saluran pembuangan air menurut De Chaira dan Koppelmen (1994:
74):
1. Saluran Air Tertutup
a. Drainase bawah tanah tertutup, yaitu saluran yang menerima air limpasan dari
daerah yang diperkeras maupun daerah yang tidak diperkeras dan
membawanya ke sebuah pipa keluar di sisi tapak (saluran permukaan atau
sungai) ke sistem drainase kota.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


39
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

b. Drainase bawah tanah tertutup dengan tempat penampungan pada tapak,


dimana drainase ini mampu menampung air limpasan dengan volume dan
kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan kerusakan pada
tapak.
2. Saluran Air Terbuka (Chow, 1989: 17)
Merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas, jika
ada sampah yang menyumbat dapat mudah dibersihkan, namun bau yang
ditimbulkan dapat mengganggu kenyamanan.
3. Saluran Air Kombinasi
Limpasan air terbuka dikumpulkan pada saluran drainase permukaan, sementara
limpasan dari daerah yang diperkeras dikumpulkan pada saluran drainase
tertutup.
Pola jaringan drainase menurut Sidharta Karrmawan (1997: 1-8) terdiri dari
enam macam:
1. Pola Siku, digunakan pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih
tinggi daripada sungai. Sungai sebagai saluran pembuangan akhir berada di
tengah kota.
2. Pola Paralel, saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Apabila
terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
3. Pola Grid Iron, digunakan untuk daerah dengan sungai yang terletak di
pinggir kota sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dahulu pada
saluran pengumpul.
4. Pola Alamiah, sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola ini lebih
besar.
5. Pola Radial, digunakan untuk daerah berbukit sehingga pola saluran
memencar ke segala arah.
6. Pola Jaring-Jaring, mempunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti
arah jalan raya dan cocok untuk daerah dengan topografi datar. Pola ini dibagi
lagi menjadi empat jenis (Modul Perkuliahan Drainase Perkotaan, Jurusan
Pengairan, FT UB, 2004):

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


40
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

a. Pola Perpendicular, pola jaringan penyaluran air buangan yang dapat


digunakan untuk sistem terpisah dan tercampur sehingga banyak diperlukan
bangunan pengolahan.
b. Pola Interceptor dan Pola Zone, pola jaringan yang digunakan untuk sistem
tercampur.
c. Pola Fan, pola jaringan dengan dua sambungan saluran/cabang yang dapat
lebih dari dua saluran menjadi satu menuju ke suatu bangunan pengolahan.
Biasanya digunakan untuk sistem terpisah.
d. Pola Radial, pola jaringan yang pengalirannya menuju ke segala arah dimulai
dari tengah kota sehingga ada kemungkinan diperlukan banyak bangunan
pengolahan.
Bangunan-bangunan sistem drainase dan pelengkapnya:
1. Bangunan-bangunan sistem saluran drainase
Terdiri dari bangunan struktur dan nonstruktur.
a. Bangunan struktur, bangunan pasangan disertai dengan perhitungan-
perhitungan kekuatan tertentu, contoh:
- Bangunan rumah pompa
- Bangunan tembok penahan tanah
- Bangunan terjunan yang cukup tinggi
- Jembatan
b. Bangunan nonstruktur, bangunan pasangan atau tanpa pasangan, tidak disertai
dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu yang biasanya berbentuk
siap pasang, contoh:
- Pasangan: saluran cecil tertutup, tembok talud saluran, bak kontrol, street
inlet.
- Tanpa pasangan: saluran tanah dan saluran tanah berlapis rumput.
2. Bangunan pelengkap saluran drainase
Diperlukan untuk melengkapi suatu sistem saluran untuk fungsi-fungsi tertentu.
Adapun bangunan pelengkap sistem drainase antara lain:

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


41
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

a. Catch basin, bangunan dimana air masuk ke dalam sistem saluran tertutup dan
air mengalir bebas di atas permukaan tanah menuju match basin. Catch basin
dibuat pada tiap persimpangan jalan, pada tempat-tempat yang rendah.
b. Inlet, apabila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan
dimasukkan ke dalam saluran tertutup yang lebih besar, maka dibuat suatu
konstruksi khusus inlet. Inlet harus diberi saringan agar sampah tidak masuk
ke dalam saluran tertutup.
c. Headwall, konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung gorong-
gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari longsor dan erosi.
d. Shipon, dibuat bilamana ada persilangan dengan sungai, dibangun bawah dari
penampang sungai, karena tertanam dalam tanah maka pada waktu
pembuangannya harus dibuat secara kuat sehingga tidak terjadi keretakan
ataupun kerusakan konstruksi. Sebaiknya dalam merencanakan drainase
dihindarkan perencanaan dengan menggunakan shipon, dan sebaiknya saluran
yang debitnya lebih tinggi tetap untuk dibuat shipon dan saluran drainasenya
dibuat saluran terbuka atau gorong-gorong.
e. Manhole, untuk keperluan pemeliharaan sistem saluran drainase tertutup di
setiap saluran diberi manhole pertemuan, perubahan dimensi, perubahan
bentuk selokan pada setiap jarak 10-25 meter. Lubang manhole dibuat sekecil
mungkin supaya ekonomis, cukup, asal dapat dimasuki oleh orang dewasa.
Biasanya berdiameter 60 cm dengan tutup dari besi tulang.
f. Gorong-gorong (culvert), saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air
melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya.
g. Bangunan terjun, selokan yang curam, dimana perubahan tinggi air terjadi
dalam jangka pendek.
h. Bangunan got miring
Bentuk-bentuk umum saluran terbuka dan fungsinya:
No. Bentuk Fungsi Sifat Aliran
1. Trapesium Menampung dan Terus menerus dengan
menyalurkan limpasan air fluktuasi kecil, biasanya

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


42
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

hujan dengan debit yang digunakan pada daerah yang


besar masih cukup tersedia lahan.
2. Kombinasi Menampung dan Berfluktuasi besar dan terus-
trapesium menyalurkan limpasan air menerus, tetapi debit
dengan segi hujan dengan debit yang minimumnya masih cukup
empat besar dan kecil besar
3. Kombinasi Menampung dan Berfluktuasi besar dan terus-
trapesium menyalurkan limpasan air menerus, tetapi debit
dengan setengah hujan dengan debit yang minimumnya masih cukup
lingkaran besar dan kecil besar
4. Segi empat Menampung dan Terus-menerus dengan
menyalurkan limpasan air fluktuasi kecil
hujan dengan debit yang
besar
5. Kombinasi segi Sama dengan bentuk 2 dan 3 Digunakan pada lokasi jalur
empat dengan saluran yang tidak
setengah mempunyai lahan yang
lingkaran cukup atau terbatas
6. Setengah Menyalurkan limbah air Umumnya digunakan untuk
lingkaran hujan untuk debit yang kecil saluran-saluran ruah
penduduk dan pada sisi jalan
perumahan padat

2.7 Sampah, Sanitasi, dan Air Bersih


2.7.1 Sampah
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap
aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau
volume serta jenis sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap
barang/material yang digunakan sehari-hari. Menurut UU no 18 tahun 2008
tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


43
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk


menyatakan limbah padat. Limbah sendiri atau bahan buangan dapat terdiri
dari tiga bentuk keadaan, yakni limbah padat, limbah cair, limbah gas.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika
dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah
dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
Sedangkan menurut SK SNI T-13-1990-F: 1 sampah adalah limbah
yang bersifat padat terdiri atas bahan organik dan bahan anorganik yang
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
A. Penggolongan sampah
Berdasarkan Sumbernya:
a. Sampah alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses
daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai
menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi
masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.
b. Sampah manusia
Sampah manusia (human waste) adalah istilah yang biasa digunakan
terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah
manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat
digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang
disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada
dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui
sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi.
Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa
(plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang
misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.
c. Sampah konsumsi

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


44
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia)


pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang
ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia.
Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih
kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses
pertambangan dan industri.
Berdasarkan Sifatnya:
1. Sampah Anorganik/kering – tidak dapat diurai (undegradable)
Contoh: logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dan lain-lain yang
tidak dapat mengalami pembususkan secara alami.
2. Sampah organik/basah - dapat terurai (degradable)
Contoh: sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah
atau sisa buah dan lain-lain yang dapat mengalami pembusukan secara
alami.
3. Sampah berbahaya
Contoh: baterei, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas dan lain-lain.
Pembagian berdasarkan istilah teknis menghasilkan adanya enam jenis
sampah, yakni:
1. Sampah yang bersifat semi basah. Golongan ini merupakan bahan-
bahan organic, misalnya sampah dapur dan sampah restoran, yang
kebanyakan merupakan sisa buangan sayuran dan buah-buahan. Sampah
jenis ini bersifat mudah terurai, karena mempunyai rantai ikatan kimiawi
yang pendek.
2. Sampah organic yang sukar terurai karena mempunyai rantaian ikatan
yang panjang, misalnya plastik, kaca atau selulosa.
3. Sampah berupa abu yang dihasilkan pada proses pembakaran. Secara
kuantitatif sampah jenis ini sedikit, tetapi pengaruhnya bagi kesehatan
sangat besar.
4. Sampah berupa jasad hewan mati, misalnya bangkai tikus, ayam,
anjing, ikan dan burung.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


45
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

5. Sampah jalanan, yakni semua sampah yang dapat dikumpulkan secara


penyapuan dijalan-jalan, misalnya daun-daunan, kantong plastik, kertas,
dan lain-lain.
6. Sampah industri, yakni sampah yang berasal dari kegiatan produksi di
industri. Secara kuantitatif jenis limbah ini banyak, tetapi ragamnya
tergantung pada jenis industri tersebut.
(Sumber: E Gumbira Said, 1987:12)
Berdasarkan sumbernya minimal ada empat macam yakni:
1. Sampah domestik
Sesuai dengan asal katanya, maka sampah ini berasal dari lingkungan
perumahan atau pemukiman, baik di daerah perkotaan maupun
perdesaaan. Ragam sampah di daerah perkotaan biasanya lebih banyak
serta sampah organiknya secara kuantitatif dan kualitatif lebih
kompleks. Sampah di pedesaan umumnya lebih berupa bahan-bahan
organik sisa produk pertanian, sedangkan sampah anorganiknya lebih
sedikit.
2. Sampah komersial
Yang dimaksud sampah komersial tidaklah berarti sampah tersebut
mempunyai nilai ekonomi untuk dapat langsung diperdagangkan, tetapi
lebih merujuk pada jenis kegiatan yang menghasilkanya. Sampah
komersial dihasilkan dari lingkungan kegiatan perdagangan seperti toko,
warung, restoran dan pasar atau toko swalayan. Keragaman jenis
sampahnya sangat tinggi, dan dapat berupa bahan organik ataupun
anorganik.
3. Sampah industri
Seperti yang telah disebutkan di muka. Sampah ini merupakan hasil
samping dari kegiatan industri, yang jenisnya sangat tergantung pada
jenis kegiatan industri itu sendiri.
4. Sampah alami dan lain-lain

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


46
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Sampah jenis ini dapat berupa dedaunan, sisa bencana alam dan lain-
lain. Selain itu juga dapat merupakan sampah-sampah yang dihasilkan
oleh taman, tempat-rempat rekreasi, kendaraan umum, terminal,
pelabuhan udara dan lain-lain.
(Sumber: E Gumbira Said, 1987 : 13)
B. Tata cara pengumpulan sampah
1. Sampah rumah tangga
Sampah rumah tangga biasanya banyak berasal dari sisa sayuran,
buah-buahan, ikan atau daging serta sisa makanan basi. Selain itu juga
dapat terdiri dari plastik pembungkus, kertas, karton, logam, dan
sebagainya.
Untuk jumlah yang sedikit khususnya sampah organik sisa kegiatan
dapur dan ruang makan, sebaiknya sampah tersebut dimasukan ke dalam
kantong plastik. Untuk sampah yang kering dapat disimpan dalam tong.
Sampah jenis ini sebaiknya digolongkan lagi atas yang mudah terbakar
dengan yang tidak mudah terbakar.
Beberapa panduan praktis untuk pengumpulan sampah rumah tangga
dikemukakan di bawah ini.
a. Kantong plastik
Kantong plastik sebaiknya digunakan sebagai wadah sampah yang
mudah membusuk. Kantong ini dan isinya dibuang sekaligus ke
tempat penampungan sementara setiap hari. Keuntungan kantong
plastik adalah ringan, isinya tidak banyak sehingga membuangnya
mudah dan dapat dilakukan setiap hari, serta dapat diikat secara rapat
agar tidak menimbulkan bau.
Di negara-negara maju ukuran kantong plastik yang digunakan telah
standar, karena telah dikombinasikan dengan kaki logam yang dapat
menopang kantong plastik untuk berdiri, dengan mulut kantong yang
terbuka lebar. Ukuran kantong tersebut kira-kira panjang 70 cm, lebar

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


47
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

50 cm dan dapat menampung sampah 20-30 kg. Kantong plastik ini


cukup kuat, umumnya berwarna gelap.
b. Keranjang sampah plastik
Wadah ini sebetulnya bersifat praktis, akan tetapi hanya dapat
berfungsi baik untuk mengumpulkan bahan kering seperti kertas, kaca,
gelas, kayu dan sebagainya. Seandainya juga akan digunakan untuk
tempat mengumpulkan sampah basah (organik), maka bagian
dalamnya dialasi kantong plastik. Sampah dengan demikian masuk
dalam kantong plastik, tanpa mengotori keranjang plastiknya. Kantong
plastik tersebut kemudian diikat dan diangkut ketempat penampunagn
sampah sementara.
c. Tong sampah
Wadah ini mempunyai sifat tahan lama, namun kurang praktis, berat
dan biasa bersifat stasioner karena ditanam ke tanah. Tong sampah
biasanya terbuat dari potongan bekas drum. Sebaiknya sampah yang
dibuang di sini adalah kertas dan kartun yang dapat dibakar, karena
tong kuat dari api. Tetapi bila tong disimpan dalam rumah, maka
sebaiknya tidak dilakukan proses pembakaran, karena asap dan
debunya sangat mengganggu.
Hal lain lagi, sebaiknya tong tidak ditempatkan secara terbuka, karena
akan mudah terkena hujan dan bau buasuk yang menyebar, selain itu
akan dikerubuti lalat, anjing dan kucing.
d. Bak sampah
Wadah ini bersifat sangat tahan lama, tahan api, dapat dirancang
bangun sebaik mungkin, akan tetapi stasioner. Hampir sama fungsinya
dengan tong samaph, harus ditutup dan sebaiknya tidak ditempatkan di
atas parit depan rumah untuk menghindari banjir.
Untuk perumahan dengan luas pekarangan yang sempit dan padat
penduduknya, wadah ini sifatnya kurang tepat. Untuk keluarga dengan
jumlah anggota yang banyak harus diusahakan membuang sampah di

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


48
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

luar rumah. Sampah juga tidak boleh dibuang tanpa bungkus karena
akan menyulitkan pembuangannya.
2. Sampah permukiman
Sampah permukiman bersal dari sampah rumah tangga di area RT atau
RW. Wadah yang dapat digunakan adalah bak penampungan
sementara, yang dapat terbuat dari semen atau besi. Volume bak
penampungan ini harus besar untuk menmpung sampah dari warga.
Bak penampungan sampah permukiman harus ditempatkan di dekat
jalan umum, untuk mempermudah dinas kebersihan kota
mengambilnya dari gang-gang di antara perumahan jaraknya
diusahakan tidak terlalu jauh, sehingga gerobak sampah bisa
menjangkaunya.
Mengingat sampah pemukiman merupakan tanggung jawab masyarakat
setempat, maka pengelolaaannya harus ditangani oleh aparat desa
setempat. Dana operasionalnya untuk kegiatan ini tentunya dapat diatur
bersama dengan dana Siskamling dan dana kemasyarakatanlainya.
3. Sampah perkantoran dan sekolahan
Sampah perkantoran dan sekolahan umumnya berbentuk kertas dan
karton, oleh karena itu dapat dikumpulkan dalam karung-karung goni
untuk dijual pada pabrik kertas kembali guna dibuat bubur kertas. Bagi
kertas yang bersifat rahasia dapat dikumpulkan secara terpisah dan
dibakar di bak semen.
4. Sampah jalanan
Sampah jalanan biasanya terdiri dari kertas, plastik dan dedaunan.
Pengumpulanya dilakukan oleh dinas kebersihan kota melalui cara
penyapuan, kemudian diangkut oleh gerobak atau truk. Sampah
jalanan, terutama di daerah protokol harus dibersihkan setiap hari.
Penyapuan jalan harus dilakukan pada jam-jam kegiatan yang tidak
terlalu sibuk, sehingga tidak mengganggu lalu lintas. Pada umumnya

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


49
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

penyapuan jalan dapat dilakukan pada malam hari. Terdapat tiga


periode waktu yang cukup aman bagi penyapuan jalan, yakni:
1. Periode pagi hari, yakni antara pukul 05.00-07.00
2. Periode siang hari, yakni antara pukul 11.00-15.00
3. Malam hari, yakni antara pukul 19.00-23.00
5. Sampah lainnya
Sampah yang dimaksud adalah sampah yang seringkali dihasilkan oleh
tempat-tempat rekreasi, baik di gunung, taman, tepi pantai dan
sebagainya. Untuk kebutuhan ini biasanya disediakan tong-tong
sampah yang ringan, mempunyai kapasitas yang kecil, tetapi terawat
dengan baik. Manajemen pengelolaan rekreasi harus mempunyai
pengelolaan sampahnya dengan baik, sehingga jumlah pengunjung
akan tetap tinggi. Sampah yang berserakan di tempat-tempat rekreasi
akan menurunkan jumlah pengunjung. Di dalam kendaraan transportasi
umum, khususnya bus dan kereta api seyogyanya disediakan kantong
sampah khusus, sehingga penumpang tidak membuang sampah
sembarangan. Tindakan ini sangat merugikan, tidak hanya jalan
menjadi kotor, tetapi dapat menyebabkan kecelakaan. Apa yang telah
dikemukakan di muka sudah barang tentu memerlukan beberapa sarana
pembantu, sehingga sampah lebih mudah dikumpulkan. Selain wadah
sampah yang telah dibahas, ada beberapa peralatan yang perlu
disediakan. Alat-alat tersebut merupakan gerobak celeng dari pelat
besi, sapu lidi, pengki, jala sampah, dan lainnya. (Sumber: E Gumbira
Said, 1987:27)
D. Tata cara pengangkutan sampah
1. Pengangkutan sampah
a. Sampah rumah tangga
Sampah dari tempat penampungan sementara yang letaknya di daerah
pemukiman biasanya mempunyai volume harian sekitar 50 m3.
Kapasitas ini sudah dapat memadai dari status kelurahan dengan

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


50
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

penduduk 300-500 kepala keluarga. Seperti yang telah disebutkan,


pengangkutan sampah dari perumahan dan lingkungan sekitarnya
menggunakan gerobak sampah, atau penduduk sendiri yang mengantar
ke tempat pembuangan sampah. Bila volume sampah tidak terlalu
besar, misalnya untuk sejumlah warga dalam lingkungan RT yang
sama, maka tempat penampungan sampah dapat berupa gerobak atau
tong sampah. Jenis truk yang dapat digunakan untuk mengangkut
sampah ke tempat penampungan akhir adalah truk yang dapat
mengangkut 10 m3 sampah per satu kali trayek.
b. Sampah perkantoran dan toko-toko
Mengingat jumlah sampahnya cukup banyak, maka sampah dapat
langsung diangkut dengan menggunakan truk kapasitas 10 m3 dari
sumbernya. Seyogyanya kegiatan ini dapat dilakukan setiap hari.
Namun demikian, bila biaya operasionalnya terlalu besar, maka
pengangkutannya dapat dilakukan 2 atau 3 hari sekali.
c. Sampah jalanan
Sampah jalanan yang telah terkumpul di gerobak sampah di pinggir
jalan, kemudian diambil dan diangkut dengan truk container yang
beroperasi di beberapa ruas jalan.

2. Peralatan
Alat angkut yang dapat digunakan adalah truk dengan berbagai kapasitas.
Truk besar ada yang memuat 12 m3 per satu kali trayek, truk sedang 10 m3
dan truk kecil 5 m3.
E. Penanganan dan penimbunan sampah
Proses penanganan sampah meliputi pengumpulan, pengangkutan dan
pembuangan sampah. Pengumpulan sampah dimulai dari tingkat rumah
tangga, toko, perkantoran, kemudian dikumpulkan di dalam tong sampah
dibawa ke bak sampah dan oleh armada dinas kebersihan kota dibawa ke
tempat pembuangan dan penimbunan. Sampah mempunyai volume besar

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


51
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

atau bersifat volumenous, berbau busuk, mengandung berbagai organisme


yang dapat menimbulkan penyakit, karena itu transportasi sampah
sebaiknya menggunakan kendaraan yang dapat memadatkan sampah atau
dipadatkan terlebih dahulu sebelum ditransportasikan dan dilakukan dengan
menggunakan kendaraan tertutup.
Penimbunan merupakan salah satu cara pembuangan yang sudah lama
dan banyak dilakukan orang, karena caranya mudah dan sedikit
membutuhkan biaya. Penimbunan sampah sebetulnya tidak akan merusak
dan mengganggu lingkungan, asal saja dilakukan dan dikontrol dengan baik
serta pembuangannya dilakukan pada tempat-tempat yang aman.
Supaya tidak mengganggu masyarakat dan lingkungan, maka
penimbunan sampah harus dilakukan pada tempat-tempat yang memenuhi
persyaratan antara lain:
 Jauh dari permukiman penduduk sehingga bau busuk, asap
pembakaran dan berbagai organisme yang berkembang pada sampah
tidak mengganggu penduduk.
 Tidak mengganggu sumber daya alam yang ada di sekitar
tempat pembuangan sampah, seperti sumber air penduduk, perikanan
dan makhluk hidup lainnya.
 Jauh dari jalan raya dan jalan kereta api serta berbagai
persyaratan khusus lainnya.
Seperti sistem yang telah diutarakan di muka pada saat ini permasalahan
sampah baru diselesaikan dengan jalan pemusnahan. Sampah Belem
dimanfaatkan secara optimal. Berbagai cara pemusnahan sampah yang dapat
dilakukan secara sederhana dikemukakan berikut ini:
a. Penumpukan
Dengan metode penumpukan, sebenarnya sampah tidak dimusnahkan
secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik.
Metode pemupukan bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan
resiko terjangkitnya penyakit menular.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


52
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Pada prinsipnya metode pemupukan sampah dibuang untuk menutupi


lekukan tanah, rawa atau jurang tanpa melakukan penutupan. Selain itu
pemupukan dapat juga dilakukan di laut.
Dampak negatif yang ditimbulkan dari metode pemupukan adalah
menyebabkan pencemaran terutama bau, kotoran, dan sumber penyakit
melalui udara dan badan-badan air.
b. Pengkomposan
Cara pengkomposan merupakan cara yang sederhana dan dapat
menghasilakan produk kompos atau pupuk yang mempunyai nilai
ekonomis. Sampah organik seperti sisa sayuran, dipotong-potong,
dibasahi kemudian ditumpuk empat persegi panjang mencapai ketinggian
1,5 m, dan diberi sungkup penutup. Setelah 16 hari kompos dibalik, dan
pembalikan dilakukan kembali setelah 90 hari, untuk kemudian
digunakan sebagai pupuk.
c. Pembakaran
Metode ini dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar. Oleh
karena itu dilakukan terlebih dahulu pemisahan bagian-bagian sampah
yang bisa terbakar dan yang tidak dapat terbakar. Tempat pembakaran
harus diusahakan jauh dari daerah pemukiman untuk menghindari
pencemaran asap, bau, dan kebakaran.
d. ”Sanitary landfill”
Metode ini hampir sama dengan metode pemupukan, tetapi cekungan
atau legokan yang telah penuh terisi sampah ditutup kembali ke tanah.
Metode ini banyak dilakukan karena dapat menghindari terjadinya polusi
udara, namun memerlukan area khusus yang sangat luas. Tanah yang
telah padat, keuntungannya dapat digunakan untuk bangunan atau
keperluan lain.
e. Pakan babi
Sampah yang dapat dibuat pakan babi adalah sampah organik berupa sisa
sayuran, buah-buahan dan sisa masakan. Sampah ini dikukus selama

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


53
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

setengah jam untuk mematikan mikroorganisme patogrannya,


didinginkan kemudian dijadikan umpan atau pakan babi.
f. Gas bio
Sampai sejauh ini pemanfaatan gas bio di Indonesia masih sangat sedikit.
Mengingat banyak keuntungan yang dapat kita peroleh dengan
memproses sampah menjadi gas bio, maka teknik ini seyogyanya
disebarluaskan oleh pihak departemen yang terkait, perguruan tinggi dan
lembaga-lembaga penelitian.
Gas bio adalah hasil fermentasi secara anaerob, atau tidak berhubungan
langsung dengan udara bebas. Gas bio yang dihasilkan dari proses ini
merupakan campuran metana sebanyak 60-70 persen, sedangkan sisanya
sebanyak 30-40 persen adalah CO2, H2O dan gas-gas lainya seperti
nitrogen dan hidrogen.

g. Daur ulang
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang
terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan , pemrosesan,
pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai.
(Sumber: E Gumbira Said, 1987:35)
F. Pengelolaan sampah
Operasional pengelolaan sampah di permukiman disyaratkan adanya
keterlibatan aktif masyarakat, pengelola sampah kota dan pengembang
perumahan baru terutama dalam mengelola dan mengadakan sarana
persampahan di lingkungan permukiman. Ketentuan pengelolaan sampah:
1. Perencanaan, dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah rumah, kelas
dan tipe bangunan; jumlah sampah yang akan dikelola berdasarkan jumlah
penduduk. Jumlah dan luas bangunan/fasilitas umum, besaran timbulan
sampah berdasarkan sumbernya.
2. Teknik operasional, ditentukan berdasarkan kondisi topografi dan
lingkungan pelayanan, kondisi sosial ekonomi. partisipasi masyarakat,

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


54
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

jumlah dan jenis timbulan sampah, pola operasional dilakukan melalui


perwadahan, pengumpulan, pemindahan ditransfer depo,
pengangkutan ke TPA
3. Pembiayaan, meliputi seluruh biaya pengelolaan untuk operasi,
pemeliharaan serta penggantian alat, retribusi meliputi iuran yang
ditentukan berdasarkan cara pengerjaan dilakukan dengan menganalisa
atas penyebaran rumah, luas daerah yang dikelola, jumlah penduduk dan
tingkat pendapatan, jumlah rumah berdasarkan tipe, timbulan sampah per
hari, jumlah bangunan fasilitas umum, kondisi jalan, topografi dan
lingkungan untuk menentukan alternatif sistem termasuk jenis peralatan.
(SNI 03-3242-1994)
Pengertian Sampah Perkotaan adalah limbah yang bersifat padat terdiri
atas bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan
harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi
pembangunan, yang timbul di kota (SNI 19-2454-2002). Faktor–faktor yang
mempengaruhi sistem pengelolaan sampah perkotaan, meliputi:

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota II-


55
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

• Kepadatan dan penyebaran penduduk;


• Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi;
• Timbulan dan karakteristik sampah;
• Budaya sikap dan perilaku masyarakat;
• Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah;
• Rencana tata ruang dan pengembangan kota;
•Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir
sampah
• Biaya yang tersedia;
• Peraturan daerah setempat

Teknik operasional Pengelolaan Sampah:

Gambar 2.7.1 Teknik Pengolahan Sampah


2.7.2 Sanitasi
Masalah sanitasi sangat penting untuk lebih diperhatikan guna
meningkatkan mutu kesehatan manusia, serta kebersihan lingkungan
disekitarnya. Pengertian dari sanitasi itu sendiri adalah bagian dari sistem
pembuangan air limbah, yang khususnya menyangkut pembuangan air
kotor dari rumah tangga, kantor, hotel, pertokoan (air buangan dari WC,
air cucian, dan lain-lain). Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan
untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


II-56
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

kesehatan.
(www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/SK_Menkes_965.pdf)
A. Air limbah
Menurut UU no 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan, air limbah
adalah air yang berasal dari sisa kegiatan proses produksi dan usaha
lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali. Sedangkan air limbah domestik
adalah air limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga,perumahan,
rumah susun, apartemen, perkantoran, rumah dan kantor rumah dan toko,
rumah sakit, mall, pasae swalayan, balai pertemuan, hotel, industri,
sekolah, baik berupa grey water (air bekas) ataupun black water (air
kotor/tinja).
1. Sistem pembuangan air limbah
a. Sistem sanitasi setempat (On Site Sanitation)
Pengelolaan sistem setempat adalah pengelolaan air limbah dimana
sarana pengolahan air limbah yang disiapkan/ dibangun berada dekat
dengan sumber air buangannya. (UU 23 tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup). Proses pembuangan dan pengolahan
air limbah dilakukan secara bersamaan di tempat yang biasanya
menggunakan cubluk atau septic tank. Bila pada suatu waktu cubluk
atau septic tank tersebut sudah penuh dengan lumpur tinja, maka
harus disedot dan diangkut dengan truk tinja ke IPLT (Instalasi
Pengelolaan Lumpur Tinja) untuk disempurnakan prosesnya agar
tidak merusak atau mencemari lingkungan. Pembuangan air limbah
dengan sistem ini dalam praktek sehari-harinya dapat dilihat dalam
kegiatan:
a) Individual, yaitu sistem pembuangan melalui kloset, peturasan
yang dilakukan oleh masing-masing keluarga pada setiap rumah.
b) Komunal, yaitu sistem pembuangan melalui kloset yang dilakukan
secara bersama-sama oleh beberapa keluarga yang biasanya berupa
jamban jamak, MCK umum, atau septic tank komunal.
b. Sistem sanitasi terpusat (Off Site Sanitation)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


II-57
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Proses pembuangan air limbah atau penyaluran air limbah yang


berasal dari rumah-rumah dan berbagai fasilitas lainnya, seperti air
sisa mandi, air sisa cucian, dan seterusnya, serta air limbah yang
berasal dari sisa-sisa proses industri dialirkan melalui jaringan
perpipaan menuju IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk
diolah secara terpusat. Atau dengan kata lain sistem pengelolaan air
limbah dimana sumber air limbah, pipa pengumpul dan
pengolahannya terletak tidak pada satu tempat / lokasi, sehingga harus
dialirkan ke tempay yang semestinya seperti tanki septik atau Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) individual maupun komunal.
2. Tata cara bangunan MCK umum (Nomor SNI: 03-2399-1991)
MCK umum adalah sarana umum yang digunakan bersama oleh beberapa
keluarga untuk mandi, mencuci dan buang air dilokasi pemukiman yang
berpenduduk dengan kepadatan sedang sampai tinggi (300- 500
orang/Ha). Tata cara perencanaan bangunan MCK umum dimaksudkan
untuk memberikan ukuran dan batasan minimum bangunan MCK guna
perlindungan kesehatan dan pembinaan kesejahteraan masyarakat.
Persyaratan:
a) Lokasi: waktu tempuh dari rumah penduduk 2 menit
(jarak 100 m), luas daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah
3 ha.
b) Kapasitas pelayanan: harus dapat melayani pada saat
jam sibuk, banyaknya ruang tergantung jumlah pemakai.
c) Penyediaan air bersih: sumber air bersih dari PDAM,
air tanah, sumur bor/gali/mata air dan kuantitas air untuk mandi 20
ltr/org/hr, cuci 15 ltr/org/hr, kakus 10 ltr/org/hr.
d) Bahan bangunan: menggunakan bahan setempat dengan
spesifikasi sesuai standar bahan bangunan.
e) Konstruksi: sederhana tanpa perhitungan, namun bila
daya dukung tanah kurang baik perlu dilakukan perhitungan.
f) Plumbing: MCK perlu dilengkapi dengan sistem
plumbing untuk pipa air bersih untuk air kotor dan drainase.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


II-58
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

g) Fasilitas terdiri dari kamar mandi, tempat cuci, dan


kakus. Dilengkapi dengan instalasi listrik.
3. Jamban (kakus)
Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia.
Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara
kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup yang sehat. Dalam
pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar jamban tidak
menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi yang kokoh dan
biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat jamban.
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah
sebagai berikut:
1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum,
dan permukaan tanah yang ada di sekitar jamban.
2. Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada
permukaan tanah.
3. Tidak memungkinkan berkembangbiaknya lalat dan serangga lain.
4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang
tidak sedap dipandang.
5. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat, dan murah.
6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat
setempat.
Dalam penentuan letak kakus, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu
jarak terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada:
1. Keadaan daerah datar atau lereng.
2. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam
3. Sifat, macam, dan susunan tanah berpori atau padat, pasir,
tanah liat atau kapur
Sumber: www.iptek.net.id/ind/warintek/Pengelolaan_sanitasi.php
4. Persyaratan teknis untuk tangki septik (SK standar Nasional
Indonesia T-07-1989-F):
1. Bahan bangunan harus kuat, tahan terhadap asam, dan kedap air.
Bahan bangunan yang dapat dipilih untuk bangunan dasar, penutup,

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


II-59
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

dan pipa penyalur air limbah adalah batu kali, bata merah, batako,
beton biasa, beton bertulang, asbes, semen, PVC, keramik, dan plat
besi.
2. Bentuk empat persegi panjang (2:1 s/d 3:1) dengan ukuran
disesuaikan jumlah pemakai (25 orang) dan waktu pengurasan
untuk ukuran kecil (1 kk). Pipa penyalur air limbah dari bahan PVC,
keramik, atau beton yang berada di luar bangunan harus kedap air,
kemiringan minimum 2 %, belokan lebih besar dari 45 % dipasang
clean out atau pengontrol pipa dan belokan 90 % sebaiknya
dihindari atau dengan dua kali belokan atau memakai bak kontrol,
dilengkapi dengan pipa aliran masuk dan keluar, serta pipa udara
(diameter 0,05 m dan tinggi 2 m di atas tanah). Dilengkapi dengan
lubang pemeriksa untuk keperluan pengurasan dan keperluan
lainnya. Tangki dapat dibuat dengan dua ruang atau lebih untuk
menaikkan efisiensi pengolahan dengan panjang tangki ruang
pertama 2/3 bagian dan ruang kedua 1/3 bagian. Jarak tangki septik
dan bidang resapan ke bangunan = 1,5 m, jarak dengan sumur = 10
m dan jarak dengan pipa air bersih = 3 m.
3. Tangki dengan bidang resapan lebih dari 1 jalur, perlu dilengkapi
dengan kotak distribusi.
4. Sarana pengolahan efluen dapat berupa bidang resapan: ukuran
bidang resapan disesuaikan dengan daya serap tanah dan jumlah
pemakai, pipa resapan (panjangnya minimum 10 cm) dari bahan
yang tahan korosi dengan bidang resapan dibuat miring dengan
kemiringan 0,2 %.
5. Sumur resapan digunakan untuk tangki septik yang melayani kurang
dari 25 orang (sumur 0,8 m tinggi 1 m), diisi kerikil/batu pecah
setinggi 3-8 cm, dan dinding sumur dilapisi dengan ijuk.
5. Lokasi septic tank
Lokasi septic tank sebaiknya direncanakan supaya mencegah terjadinya
kontaminasi sumber atau potensi sumber air bersih. Tangki harus dalam

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


II-60
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

jarak minimum 50 kaki dari sumber air dan lokasi dengan permukaan
kering harus jauh dari semua sumber persediaan air bersih.
Tabel 2.7.1
Jarak Minimum dari Tangki Septik atau Bidang/Sumur Resapan
Terhadap Suatu Unit Tertentu
Septic Tank (Tangki Bidang
Jarak Dari
Septik) Resapan
Bangunan 1.50 m 1.50 m
Sumur 10.00 m 10.00 m
Pipa air
3.00 m 3.00 m
bersih
Sumber: SK SNI T-07-1989-F
2.7.3 Air Bersih
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no:
173/Men.Kes/Per/VIII/1977 tentang Pengawasan Pencemaran Air Dari
Badan Air untuk Berbagai Kegunaan yang Berhubungan dengan
Kesehatan pasal I mengenai ketentuan UMUM terdapat beberapa
pengertian mengenai:
1. Air baku adalah air dari badan air yang diolah menjadi air minum yang
pada pokoknya dilakukan dengan cara koagulasi pengendapan,
penyaringan dan penyucihamaan.
2. Air minum adalah air yang mutunya (kualitasnya) memenuhi syarat-
syarat sebagai air minum seperti yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 01/BIRHUMKAS/I/75
tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum.
3. Air pemandian alam adalah air dari badan air yang dalam keadaan
alami dipergunakan untuk pemandian bagi umum.
4. Air untuk berbagai kegunaan yang berhubungan dengan kesehatan
adalah meliputi air baku dan air untuk pemandian alam , perikanan
darat pertanian yang hasilnya dimakan tanpa dimasak lebih dahulu,
olahraga, pesiar serta keindahan.
5. Badan air adalah tempat dan wadah di atas permukaan daratan yang
berisi atau menghasilkan air, yaitu rawa, danau, sungai waduk dan
saluran air.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
II-61
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

A. Standar dan Kriteria Kualitas Air


Menurut berbagai pihak yang berwenang masih banyak penyediaan
air yang tidak dapat memenuhi standar yang berlaku, baik karena
keterbatasan pengetahuan, teknologi, sosial ekonomi attaupun budaya.
Dengan berlakunya baku mutu air untuk badan air, air limbah dan
air bersih, maka dapat dilkukan penilaian kualitas air untuk berbagai
kebutuhan. Di Indonesia ketentuan mengenai standar kualitas air bersih
mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 416 tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Bersih. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan 1990 Kriteria
penentuan standar baku mutu air dibagi dalam tiga bagian yaitu:
1. Persyaratan kualitas air untuk air minum
2. Persyaratan kualitas air untuk air bersih
3. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah
beroperasi
Air murni adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna, dan
bau yang merupakan ikatan dari Hidrogen dan Oksigen (H2O). Air bersifat
universal dalam pengertian bahwa air mampu melarutkan zat-zat yang
alamiah atau buatan manusia. Mengingat betapa pentingnya air bersih
untuk kebutuhan manusia, maka kualitas air tersebut harus memenuhi
persyaratan, yaitu :
1. Syarat fisik
a.Air harus bersih dan tidak keruh
b.Tidak berwarna
c.Tidak berasa
d.Tidak berbau
e.Suhu antara 10-25 C (sejuk)
2. Syarat kimiawi
a.Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun
b.Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan
c.Cukup yodium
d.PH air antara 6,5 – 9,2

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


II-62
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

3. Syarat bakteriologi
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus,
kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkai I
Jawa Timur No. 413 tahun 1987 untuk Daerah Jawa Timur, menurut
peruntukkannya air digolongkan menjadi:
1. Golongan A, yaitu Merupakan air pada sumber air yang dapat
digunakan sebagai air bersih secara langsung tanpa pengolahan lebih
dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk
diolah menjadi air bersih dan keperluan rumah tangga lainnya
3. Golongan C, merupakan air yang dapat digunakan untuk perikanan dan
peternakan
4. Golongan D, merupakan air yang dapat difgunakan untuk keperluan
pertanian, industri, listrik tenaga air dan dapat dimanfaatkan untuk
usaha perkotaan
5. Golongan E, merupakan air yang tidak dapat digunakan untuk
keperluan tersebut pada peruntukkan pada golongan A, B, C dan D
B. Sistem Penyediaan Air Bersih dan Air Minum
a.Sistem Penyediaan Air Minum
Sistem penyediaan air bersih/air minum dapat dilakukan dengan cara:
1. Penyediaan air bersih individual
Digunakan secara individu dengan pelayanan terbatas, maksudnya terbatas
untuk suatu lingkungan atau komplek perumahan dan industri tertentu.
Sistem yang digunakan adalah sistem sederhana, misalnya satu sumur
untuk satu rumah tangga atau satu sumur untuk beberapa rumah tangga.

2. Penyediaan air minum komunitas / perkotaan


Idealnya pelayanan menyeluruh berikut keperluan domestik, perkotaan,
industri. Sistem yang digunakan adalah sistem komplek dengan 3
komponen utama, yaitu :
a.Sistem Sumber

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


II-63
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Sistem pengambilan/ pengumpulan saja (collection works) atau ditambah


dengan sistem pengolahan (purification / treatment works)
b.Sistem Transmisi
 Air baku, dari sistem pengumpulan sampai dengan bangunan
pengolahan air minum, open channel, pipe lines.
 Air bersih, dari sumber yang sudah memenuhi syarat kualitas sampai
reservoir distribusi, pipe lines u menghindari kontaminasi.
 Sistem ini pengangkutannya menggunakan cara gravitasi dan
pemompaan.
c.Sistem Distribusi
 Reservoir (storage tank ), Fungsi reservoir adalah sebagai
penyimpanan (storage)
 Melayani fluktuasi pemakaian per jam
 Cadangan air untuk pemadam kebakaran
 Pemerataan Aliran dan Tekanan (equalizing)
 Distributor, pusat / sumber pelayanan dalam daerah distribusi
 Pipa Distribusi (piping system), Yaitu sistem yang mampu
membagikan air pada konsumen dalam bentuk :
 Sambungan langsung (house connection)
 Kran-kran umum (public tap)
b. Sistem Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok
antara lain: unit sumber baku, unit produksi, unit transmisi, unit
distribusi dan unit konsumsi.
1. Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air
bersih yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang
bisa diambil dari air tanah, air permukaan, air hujan yang
jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan.
2. Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya
memenuhi kualitas air bersih/ minum, dengan pengolahan Fisika,
Kimia, dan Bakteriologi , kualitas air baku yang semula belum

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


II-64
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

memenuhi syarat kesehatan akan berubah menjadi air


bersih/minum yang aman bagi manusia.
3. Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih
yang menentukan jumlah produksi air bersih/ minum yang layak
didistribusikan ke beberapa tandon/reservoir dengan sistem
pengaliran grafitasi atau pompanisasi.
4. Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis
sumber air menjadi air bersih. Teknologi pengolahan disesuaikan
dengan sumber air yang ada (Tabel 6.4.).

Tabel 6.4. Jenis Sumber Air dengan Proses Pengolahan

Jenis Sumber Proses Pengolahan

1. Mata Air Pengolahan tidak lengkap


Filtrasi, pembubuhan desinfektan

2. Sumur Pengolahan tidak lengkap hanya pengolahan Fe,


Dangkal/Dalam Mn, dan pembubuhan desinfektan
Pengolahan lengkap

3. Sungai Pengolahan lengkap bila kekeruhannya tinggi >


50

4. Danau NTU(Nephelometric Turbidity Unit)


Pengolahan tidak lengkap, bila kekeruhan < 50
NTU

5. Unit transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang di produksi


menuju ke beberapa tandon/reservoir melalui jaringan pipa.
6. Unit distribusi adalah merupakan jaringan pipa yang mengantarkan
air bersih/minum dari tandon/reservoir menuju ke rumah-rumah
konsumen dengan tekanan air yang cukup sesuai dengan yang
diperlukan konsumen.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


II-65
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

7. Unit konsumen adalah merupakan instalasi pipa konsumen yang


telah disediakan alat pengukur jumlah air yang dikonsumsi pada
setiap bulannya.
c. Pengolahan Air Bersih
Pengolaan air dimaksudkan untuk merubah kualitas air yang
semula tidak memenuhi syarat kesehatan. Sebagaimana Peraturan Menteri
Kesehatan RI NO.416/Menkes/Per/IX/1990 tanggal 3 September 1990, air
yang boleh dikonsumsi manusia harus memenuhi persyaratan fisik, kimia
dan mikrobiologi dengan kadar parameter tertentu. Menurut kualitasnya
air dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Air baku, yaitu air yang ada di alam (air laut, air atmosfer, air
permukaan dan air tanah) yang kualitasnya mungkin belum memenuhi
syarat kesehatan)
2. Air bersih, yaitu air yang biasa dipergunakan untuk keperluan rumah
tangga yang kualitasnya hampir memenuhi syarata kesehatan dan
apabila diminum harus dimasak terlebih dahulu.
3. Air minum, yaitu air bersih yang kualitasnya adalah memenuhi syarat
kesehatan dan langsung diminum tanpa dimasak/olah terlebih dahulu.
d. Distribusi Air Bersih
Di masa sekarang ini sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Sistem sambungan langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam bangunan langsung
disambungkan dengan pipa utama penyediaan air bersih (mis: pipa dari
PAM). Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya
ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama
dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil yang
terletak di tempat yang lebih rendah daripada reservoir/tempat
penampungan air bersih. Ukuran pipa cabang biasanya sudah
diatur/ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum.
2. Sistem tangki atap

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


II-66
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah
(dipasang pada lantai terendah bangunan atau di bawah permukaan
tanah), kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya
dipasang di atas atap/ lantai tertinggi bangunan.
3. Sistem tangki tekan
1. Sistem tangki tekan
Di Amerika Serikat dan Jepang sistem ini jarang diterapkan pada
bangunan umum, melainkan cenderung untuk perumahan, dan
hanya pada kasus yang istimewa pada bangunan pemakaian air
besar (bangunan parkir bawah tanah, toserba, stadion, gedung
olahraga, dll). Sedangkan di Eropa sistem ini banyak dipakai pada
bangunan-bangunan umum selain perumahan. Hal ini bukan
disebabkan oleh alasan teknis melainkan lebih karena pilihan para
perancang instalasi plambingnya. Prinsip kerjanya adalah sebagai
berikut. Air yang telah ditampung dalam tangki bawah (seperti
halnya pada sistem tangki atap), dipompakan ke dalam suatu
bejana (tangki) tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi.
Air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi
bangunan. Pompa yang bekerja secara otomatis yang diatur oleh
suatu detektor tekanan, yang menutup/membuka saklar motor
listrik penggerak pompa: pompa berhenti bekerja kalau tekanan
tangki telah mencapai suatu batas maksimum yang ditetapkan dan
bekerja kembali setelah tekanan mencapai batas minimum yang
telah ditetapkan pula.
Daerah fluktuasi tekanan ini biasanya ditetapkan antara 1,0
sampai 1,5 kg/cm2. Daerah yang makin lebar bisanya baik bagi
pompa karena memberikan waktu lebih lama untuk berhenti,
tetapi seringkali memberikan efek yang negatif pada peralatan
plambing. Dalam sistem ini udara yang terkompresi akan
menekan air ke dalam sistem distribusi dan setelah berulangkali
mengembang dan terkompresi lama-kelamaan akan berkurang,
karena larut ke dalam air atau ikut terbawa air keluar tangki.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


II-67
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Sistem tangki tekan biasanya dirancang sedemikian agar volume


udara tidak lebih dari 30% terhadap volume tangki dan 70%
sisanya berisi air.
Kalau mula-mula seluruh tangki berisi udara pada tekanan
atmosfer, dan kalau daerah fluktuasi tekanan antara 1,0 sampai 1,5
kg/cm2, maka sebenarnya volume air efektif yang akan mengalir
hanyalah sekitar 10% dari volume tangki. Untuk melayani
kebutuhan air yang besar maka akan diperlukan tangki tekan yang
besar. Untuk mengatasi hal ini maka tekanan awal udara dalam
tangki dibuat lebih besar dari tekanan atmosfer (dengan
memasukkan udara pompa ke dalam tangki).
Kelebihan-kelebihan sistem tangki tekan antara lain:
 Lebih menguntungkan dari segi estetik karena tidak terlalu menyolok
dibanding dengan tangki atap.
 Mudah perawatannya karena dapat dipasang pada ruang mesin
bersama pompa-pompa lainnya.
 Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus
dipasang di atas menara.

2. Variasi atas Sistem Tangki Tekan


Terdapat dua sistem, yaitu:
 Sistem Hydrocel
Sistem ini menggunakan alat yang dinamakan “hydrocel”, ciptaan
Jaccuzi Brothers Inc., sebuah perusahaan di Amerika Serikat, sekitar
tahun 1980. Sebagai pengganti udara dalam tangki tekan, sistem ini
menggunakan tabung-tabung berisi yang dibuat dari bahan karet
khusus, yang akan mengerut dan mengembang sesuai dengan tekanan
air dalam tangki. Dengan demikian akan mencegah kontak langsung
antara udara dengan air sehingga selama pemakaian sistem ini tidak
perlu ditambah udara setiap kali. Kelemahannya hanyalah bahwa
volume air yang tersimpan sedikit.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


II-68
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

 Sistem tangki tekan dengan diafram


Tangki pada sistem ini dilengkapi dengan diafram yang dibuat dari
bahan karet khusus untuk memisahkan udara dengan air. Dengan
demikian menghilang-kan kelemahan tangki tekan sehubungan dengan
perlunya pengisisan udara secara periodik. Sesuai dengan
konstruksinya, tangki hydrocel dan tangki diafram dapat berfungsi
pula sebagai peredam pukulan-air, tetapi tidak boleh digunakan dalam
fungsi ganda, yaitu sebagai penyimpan air dan peredam pukulan air.
4. Sistem tanpa tangki (booster system)
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik bawah, tekan
maupun atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan
pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misalnya, pipa utama
PAM). Di USA dan Eropa cara ini dapat dilakukan kalau pipa masuk
pompa diameternya 100 mm atau kurang. Sistem ini sebenarnya dilarang
di Indonesia, baik oleh PAM maupun pada pipa-pipa utama dalam
pemukiman khusus (tidak untuk umum).
1. Sistem kecepatan putaran konstan
Pada prinsipnya sistem ini menerapkan sambungan parallel beberapa
pompa yang identik yang bekerja pada kecepatan putaran konstan. Satu
buah pompa selalu dalam keadaan bekerja, sedang pompa-pompa lannya
akan ikut bekerja yang diatur secara otomatis, oleh suatu alat yang
mendeteksi tekanan atau laju air keluar dari sistem pompa ini.
2. Sistem kecepatan putaran variabel
Pada sistem ini laju aliran air yang dihasilkan oleh pompa diatur dengan
mengubah kecepatan putaran pompa secara otomatis, oleh suatu alat yang
mendeteksi tekanan atau laju aliran air keluar dari pompa ini.
Di Eropa dan USA, sistem sambungan langsung dapat digunakan bahkan
untuk bangunan bertingkat, karena tekanan air dalam pipa utama cukup
tinggi. Untuk menguatkan pompa dipasanglah pipa parallel yang
dihubungkan dengan pompa penguat tekanan air.
Secara singkat dapat disimpulkan ciri-ciri sistem tanpa tangki:

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


II-69
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

 Mengurangi kemungkinan pencemaran air minum karena menghilangkan


tangki bawah maupun tangki atas.
 Mengurangi kemungkinan terjadinya karat karena kontak air dengan udara
relatif singkat.
 Kalau cara ini diterapkan pada bangunan pencakar langit akan mengurangi
beban struktur bangunan.
 Untuk kompleks perumahan dapat menggantikan menara air.
 Penyediaan air sepenuhnya bergantung pada sumber daya.
 Pemakaian daya besar dibandingkan dengan sistem tangki atap.
 Harga awal lebih tinggi
2. Proyeksi Kebutuhan Air
Dalam memproyeksikan kebutuhan air bersih pada suatu kota, maka faktor-faktor
yang mmpengaruhi penggunaan air harus diketahui terlebih dahulu. Faktor-faktor
tersebut antara lain : (Linsley dan Franzani, 1986. Teknik Sumber Daya Air)
1. Iklim
Pada saat iklim panas kebutuhan akan air minum, mandi, menyiram tanaman,
dan air untuk pendingin lebih banyak dari pada saat musim dingin atau hujan.
2. Ciri-ciri penduduk
Ciri-ciri penduduk ini antara lain menyangkut tentang status ekonomi yaitu
pada daerah kaya akan membutuhkan air perkapita lebih besar dari daerah
miskin.
3. Masalah lingkungan hidup
Dengan makin besarnya perhartian masyarakat terhadap meningkatnya
pemakaian sumber daya air menyebabkan tumbuhnya alat-alat yang dapat
dipakai untuk mengurangi jumlah pemakaian air di daerah permukiman.
4. Industri dan perdagangan
Kebutuhan air bersih pada daerah industri tergantung pada besar dan jenis
industri. Dengan penempatan jenis lokasi perindustrian di daeah tertentu dapat
menghindari bahaya pencemaran. Aktivitas perdagangan dan sejumlah
perkantoran juga mempengaruhi jumlah kebutuhan air bersih.
5. Iuran dan meteran

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


II-70
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

Dengan adanya kewajiban membayar pemakaian air, maka pelanggan


cenderung untuk berhemat dan mengendalikan diri dalam pemakaian air.
6. Ukuran kota
Dengan adanya kewajiban membayar pemakaian air yang meliputi rumah
tangga, perdagangan maupun industri juga makin banyak (Tabel 6.6.).

Tabel 6.6. Standar Kebutuhan Air Bersih

No. Kategori Kota Keterangan Jumlah Kebutuhan


Penduduk Air (l/o/h)

1. Kategori I Metropolitan > 1 juta 120

2. Kategori II Besar 500.000 – 1 juta 100

3. Kategori III Sedang 100.000 – 90


500.000

4. Kategori IV Kecil 20.000 – 100.000 60

5. Kategori V Desa 10.000 – 20.000 60

6. Kategori VI Desa Kecil 3000 – 10.000 45

3. Penentuan Kemampuan Layanan ( KL )


Kemampuan layanan sangat dipengaruhi oleh jumlah pasokan air dari tinggi tekan
yang harus disediakan karena faktor-faktor tersebut merupakan suatu persyaratan
agar sejumlah air yang dialirkan dari sumber dapat diterima pelanggan pada titik
terjauh dari sumber.
Kemampuan Layanan pada sistem penyediaan air bersih merupakan angka
perbandingan dari debit tersedia pada sumber (Q sedia) dengan debit kebutuhan
air bersih (Q kebutuhan). Penentuan Kemampuan Layanan dapat dihitung dengan
rumus :

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


II-71
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

a. Standar Kebutuhan Air dan Perhitungan Penyediaan Air Bersih Pada


Suatu Kota
1. Kebutuhan Domestik
Kebutuhan domestik meliputi kebutuhan sambungan untuk rumah-rumah dan
kran-kran umum. Besarnya kenutuhan domestik yang diperlukan dihitung dari
rerata kebutuhan air per orang per hari. Kebutuhan per orang per hari
disesuaikan dengan standar yang biasanya digunakan serta kriteria pelayanan
berdasarkan kategorinya.
2. Kebutuhan Non Domestik
Kebutuhan non domestik meliputi kebutuhan yang termasuk kebuthan air
untuk kegiatan masyarakat dalam bidang-bidang usaha komersial atau
industri. Besarnya diambil dari jumlah dan tingkat kebutuhan airnya.
Banyaknya hotel-hotel, rumah makan, restoran serta sarana akomodasi yang
lain merupakan penentu. Maka faktor penunjang serta kecenderungan juga
turut menentukan jumlah kebutuhan air bersih. Pertumbuhan tiap tahunnya
dianggap sebanding dengan pertumbuhan kebutuhan domestik yaitu 15% atau
20% dari kebutuhan domestik.
3. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan keperluan sekolah-sekolah, kantor
pemerintahan, tempat-tempat ibadah, kran umum, terminal air dan kegiatan
sosial lainnya. Prosentase pelayanan direncanakan sekitar 10% dari kebutuhan
domestik.
4. Kebutuhan Kebocoran (Kodoatie, Robert J. 2003. Manajemen Dan
Rekayasa Infrastruktur. hal 300-303)
Kebocoran air dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara jumlah air yang
diproduksi oleh Produsen-air dan jumlah air yang terjual kepada konsumen
(Unaccounted for Water) sesuai dengan yang tercatat di meter-meter air
pelanggan.
Kebocoran mungkin diperkirakan sebesar 25% dari kebutuhan total dapat
terjadi pada saat pendistribusian air pada konsumen. Hal ini mungkin sekali
disebabkan oleh kondisi pipa yang bertambah tua atau juga karena pencurian

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


II-72
FT_UB
Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

dari pihak-pihak konsumen. Kehilangan air dapat terjadi akibat faktor-faktor:


(Dedik Suwandrianto. 2001. hal 6)
1. Faktor Teknis
o Ada lubang/celah pada pipa dan sambungannya
o Pipa pada jaringan bersih pecah
o Meter yang dipasang pada pipa konsumen kurang baik
o Pemasangan perpipaan di rumah konsumen kurang baik
2. Faktor Non Teknis
o Kesalahan membaca meter air dan pencatatan hasil pembacaan
meter air
o Kesalahan pembuatan atau pemindahan rekening air
o Angka yang ditunjukkan oleh meter air berkurang akibat adanya
aliran udara dari rumah konsumen ke pipa distribusi melalui meter
air.
Terdapat dua jenis kehilangan air, yaitu:
1. Kebocoran Fisik
Yaitu kehilangan air yang disebabkan dari kebocoran pipa, reservoir yang
melimpas keluar, penguapan, pemadam kebakaran, pencuci jalan,
pembilas pipa/saluran, dan pelayanan air tanpa meter air kadang-kadang
terjadi sambungan yang tidak tercatat.
2. Kebocoran Administrasi
Yaitu kehilanngan air yang disebabkan terutama karena meter air tanpa
registrasi, juga termasuk kesalahan di dalam system pembacaan,
pengumpulan dan pembuatan rekening begitu juga kasus-kasus (kolusi,
korupsi, dan nepotisme) yang berpengaruh baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap kehilangan air. Besarnya potensi jumlah air yang
tidak tercatat dapat diambil sebagai patokan dari tingkat kemampuan
system pengadaan air bersih yang ada. Sistem-sistem yang mempunyai
10%-15% kebocoran total, dianggap berkemapuan sangat bagus, dan
system dengan kebocoran total antara 10%-20% masih dianggap pantas.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


II-73
FT_UB

You might also like