Professional Documents
Culture Documents
Percaya diri adalah bagian dari alam bawah sadar dan tidak terpengaruh oleh argumentasi yang
rasional. Ia hanya terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat emosional dan perasaan. Maka untuk
membangun percaya diri diperlukan alat yang sama, yaitu emosi, perasaan, dan imajinasi.
Emosi, perasaan dan imajinasi yang positif akan meningkatkan rasa percaya diri. Sebaliknya emosi,
perasaan dan imajinasi yang negatif akan menurunkan rasa percaya diri. Bagaimana caranya supaya
diri kita selalu dikelilingi oleh energi positif yang maksimum? Simak kiat-kiat berikut ini :
Apabila kita terperangkap dalam suatu kondisi hubungan antar manusia yang sangat buruk, segera
cari solusi. Cara pertama adalah dengan berdamai atau berkompromi dengan lingkungan. Terima
kondisi dengan ikhlas. Tapi kalau tidak membawa hasil positif, lebih baik keluar saja dari
lingkungan tersebut apapun resikonya.
Solusinya adalah bergabunglah dengan kelompok orang-orang yang positif. Cara lain, kita bisa
memulai dengan melakukan pengakuan dan penghargaan pada diri kita sendiri. Sekecil apapun
perbuatan positif yang kita lakukan, akui dalam diri kita, atau beri hadiah kecil-kecilan.
3. Pujian
Sama seperti halnya pengakuan, pujian dapat meningkatkan rasa percaya diri kita. Siapa yang tidak
senang kalau ada yang memuji penampilan, kepintaran atau keahlian kita. Pujian pun jarang
diberikan pada lingkungan orang yang mayoritas berpikiran negatif.
4. Memanjakan diri
Memanjakan diri itu penting dan perlu. Karena dengan begitu, kita akan merasa sebagai manusia
yang berharga dan bisa menghargai orang lain.
2. Buatlah daftar sumber ketidak-PD-an Anda karena setiap sumber akan berbeda cara
penanganannya. Cara ini dipandang dapat membantu Anda membaca peta permasalahannya dan
menemukan langkah penyelesaian. Harus dipahami bahwa setiap orang yang "paling percaya diri di
dunia sekali pun" memiliki ketidak-PD- annya masing-masing. Jadi itu persoalan yang umumnya
dihadapi setiap manusia.
3. Jangan berpikir bahwa Anda lebih buruk dibanding orang lain yang Anda temui dan sebaliknya
jangan juga berpikir bahwa orang lain lebih baik dari diri Anda. Setiap orang mempunyai "value"
masing-masing yang unik dan khas. Tidak seorang pun dilahirkan dalam keadaan sempurna meski
itu atasan kita. Temukan potensi terbaik dan khusus Anda. Dalam hal ini, Anda sendirilah yang
menjadi navigator dari potensi-potensi terbaik Anda. Temukanlah!
4. Berbicaralah dengan orang-orang yang ada di dalam meeting tanpa rasa ragu dan anggap saja
mereka juga ingin mendengarkan pendapat (masukan) Anda. Semuanya harus Anda sikapi sebagai
bagian dari belajar. Untuk membantu kesiapan dalam meeting, maka Anda harus tahu dan
mempersiapkan diri mengenai topik dan materi yang akan dibicarakan. Kadang orang menjadi tidak
PD karena tidak menguasai topiknya.
5. Untuk membantu menumbuhkan rasa percaya diri, identifikasikan kisah-kisah sukses yang
pernah Anda raih selama bekerja. Setiap orang punya kisah suksesnya masing-masing yang
memberikan keyakinan tertentu. Beri ruang pada diri Anda untuk merasa bangga dengan hal itu,
meski itu cerita kecil. Ekspresikan kebanggaan itu. Bersyukurlah dengan kesuksesan yang pernah
diraih. "Success breeds success" dan hal ini akan membangun kepercayaan diri baru dan motivasi
baru bagi Anda.
6. Di dalam keterlibatan pada setiap meeting, biasakan diri Anda memahami peta masalahnya dari
berbagai sudut pandang. Pahami cara berpikir para atasan yang memiliki perspektif strategis. Anda
sendiri harus berpikir pada "desired outcome" dari setiap materi pembicaraan dan sejauh mana
Anda bisa berperan dalam kesuksesan materi yang dibicarakan.
7. Berpikir positif dan jangan membiarkan lingkungan luar menurunkan harga diri Anda karena
Andalah yang memegang kendali atas potensi-potensi Anda ke depan. Berpikir, bertindak dan
berbicaralah secara positif dengan siapa saja yang ada di dalam meeting. Jika kata-kata kita dalam
meeting dipandang salah oleh atasan/manajemen, anggap saja itu sebagai bagian dari pembelajaran.
8. Selalu belajar "tersenyum" dan Anda bisa berlatih sendiri di depan kaca. Ini mengikuti filosofi
"facial feedback theory". Melihat diri Anda tersenyum di kaca akan membantu otak untuk
menginstruksikan sejumlah emosi positif dan membantu Anda tampil charming, bahagia dengan
diri Anda dan pada gilirannya memfasilitasi pembentukan speaking skill Anda dalam berbagai
meeting di perusahaan.
Lima Langkah Untuk Lebih Percaya Diri
BERI KOMENTAR
KIRIM KE TEMAN
KIRIM KE TEMAN
Jika anda termasuk orang yang tidak atau kurang ‘pede’, jangan cuma diam.
Kembangkan rasa percaya diri anda! Dan jika anda sudah memiliki rasa percaya diri
yang baik, periharalah rasa pede tersebut, tentu saja agar rasa pede Anda tetap dalam
batas yang proporsional. Caranya? Lakukanlah hal-hal berikut ini:
Pada dasarnya rasa pede ini perlu untuk membantu dan mendorong kesuksesan Anda
tetapi jangan sampai rasa pede itu membuat Anda sombong dan besar kepala. Dan yang
perlu Anda catat, rasa ‘pede saja tidak cukup untuk menggapai sukses. Untuk
menggapainya perlu dibarengi usaha, ‘kerja keras, dan doa. Semoga Sukses.
Jika anda termasuk orang yang tidak atau kurang ‘pede’, jangan cuma diam.
Kembangkan rasa percaya diri anda! Dan jika anda sudah memiliki rasa percaya diri
yang baik, periharalah rasa pede tersebut, tentu saja agar rasa pede Anda tetap dalam
batas yang proporsional. Caranya? Lakukanlah hal-hal berikut ini:
Pada dasarnya rasa pede ini perlu untuk membantu dan mendorong kesuksesan Anda
tetapi jangan sampai rasa pede itu membuat Anda sombong dan besar kepala. Dan yang
perlu Anda catat, rasa ‘pede saja tidak cukup untuk menggapai sukses. Untuk
menggapainya perlu dibarengi usaha, ‘kerja keras, dan doa. Semoga Sukses.
Perkataan dan suruhan tidak akan membuat orang percaya diri. Percaya diri adalah masalah pola
pikir yang letakanya ada di dalam pikiran bawah sadar. Perlu proses bagaimana mengubah pola
yang ada di dalam pikiran bawah sadar. Tidak cukup hanya dengan menyuruh orang percaya diri.
Dan pada lensa ini Anda akan mendapatkan panduan bagaimana meningkatkan kepercayaan diri.
Saya sudah menyiapkan berbagai perangkat yang bisa membantu Anda untuk meningkatkan
percaya diri berupa ebook, audio, dan video yang bisa Anda dapatkan di Percaya Diri
Langkah Pertama
Langkah pertama untuk meningkatkan percaya diri ialah dengan melenturkan sikap Anda saat ini.
Artinya Anda membuka pikiran untuk berubah. Melepaskan sumbat-sumbat emosi yang
menghalangi proses pembentukan kepercayaan diri. Untuk melakukan ini, diperlukan sebuah proses
bertahap. Memang tidak mudah untuk mengubah diri yang sudah kaku atau membeku, namun
dengan menggunakan video yang telah saya siapkan, kekakuan Anda akan melentur dan siap
berubah.
Langkah kedua
Langkah kedua ialah dengan membangun pola pikir percaya diri dalam diri Anda. Caranya dengan
memasukan berbagai input dalam pikiran Anda yang didesain sedemikian rupa sehingga terbentuk
sebuah pola pikir baru. Memang tidak mudah, karena di jaman informasi saat ini pikiran kita
diserbu dengan berbagai berita yang negatif yang bisa merusak pikiran Anda. Anda harus memiliki
cara agar input yang memberdayakan lebih kuat dan bisa mengalahkan informasi yang negatif.
Langkah Ketiga
Dan yang ketiga ialah menjaga rasa percaya diri Anda agar tidak hilang. Harus ada suatu
pemeliharaan untuk memperkuat tingkat percayaan diri sampai memiliki kekuatan yang memadai
sehingga tidak mudah dirusak. Hal ini diperlukan sebab, hal-hal yang merusak percaya diri justru
lebih banyak dibandingkan hal yang memberdayakannya. Kabar baiknya, sekali Anda mencapai
tahap tertentu, tingkat percaya diri Anda akan terus meningkat seperti efek bola salju.
Artikel Bebas
22 Maret 2005 - 14:41
6 Tips Tampil Percaya Diri
Kawan? yang kurang pede, ini dibawah ada tips? khusus, semoga
bermanfaat
Kalau banyak dari kita membeli barang-barang mahal nan mewah, sebut saja tas mahal, mobil
mahal, sepatu mahal, bahkan punya rumah mahal di daerah kelas atas, maka dari sejuta
alasan yang akan diberikan, jika Anda menanyakan mengapa mereka membelinya, pasti saya
yakin ada saja yang mengatakan bahwa semua itu akan menambah kepercayaan diri.
Saya adalah salah satu korban pemikiran semacam itu. Tanpa mengurangi rasa hormat dan
syukur --karena saya sebetulnya sangat menghormati dan bersyukur-- kepada Tuhan Yang
Maha Esa, Pencipta langit dan bumi dan makhluk di dalamnya, saya terlahir dengan fisik
sederhana dan biasa-biasa saja. Kecil, kurus, dan... hidup, itu kata teman saya.
Ganteng? Itu tak herlaku untuk saya. Waduh... dibandingkan dengan pria-pria lainnya, saya
tidak masuk hitungan. Kalau dimisalkan sebuah lomba, mau masuk semifinal saja mungkin
saya harus perlu katebelece. Bahkan, kalaupun ada 100 atau bahkan 500 pria terganteng,
saya pun juga tak akan masuk ke dalamnya. Nomor 499 saja pun masih jauh rasanya.
Karena saya jauh dari sosok seperti Marcellino Lefrand atau Ari Wibowo, bahkan Tora Sudiro,
maka dalam perjalanan hidup ini saya pernah mempunyai periode tak percaya diri. Dulu saya
tak pernah memikirkan ini bakal terjadi. Dan waktu itu terjadi dan saya menyadarinya, hati ini
sempat tidak menerima. Kok pendeklah, kok jeleklah, kok ini, kok itu, dan seterusnya, dan
seterusnya.
Kalau fisik saya tak seberapa, keadaan finansial dan karier saya boleh dikatakan lumayan.
Dengan keadaan itu, saya mulai mengenal enaknya bisa beli barang-barang mahal, mulai dari
tas, kemudian sepatu, kemudian baju. Jadwal perjalanan saya melintasi benua juga
menambah kepercayaan diri saya. Bayangkan saja, pria yang tadinya biasa-biasa saja, fisik
yang sama sekali tidak menarik, tiba-tiba bisa terbang ke sana kemari, beli jas Armani, dan
sepatu John Lobb.
Seperti narkoba
Semua itu membuat saya kemudian merasa barang-barang mahal ini adalah sarana agar saya
bisa terus merasakan hadirnya percaya diri. Harus diakui keadaan itu sangat nikmat dilakoni.
Saat itu saya herterima kasih di dunia ini ada barang bermerek. Barang yang ternyata
membantu saya menepis, paling tidak, kesedihan saya sebagai manusia yang fisiknya
dilahirkan biasa-biasa saja, bahkan tak ada geregetnya, untuk dapat sejenak merasa senang
bisa membuat orang menoleh kepada saya yang tidak saya dapatkan dari keadaan lahir.
Akhirnya saya sering melarikan diri bersembunyi, dan memeluk barang-barang mahal itu
sebagai senjata untuk memesona orang lain, untuk menerima hormat orang lain dan untuk
dapat diakui.
Semua itu seperti narkoba. Saya seperti tak lagi bisa memercayai kemampuan saya sebagai
manusia, tetapi malah menggantungkannya pada harang-barang itu. Saya tidak malah
mencoba memesona orang dengan kepribadian saya, tetapi justru dengan menyodorkan
barang-barang itu ke hadapan mereka. Saya menjadi senang dibicarakan orang karena
barang-barang itu ketimbang saya yang punya otak sedikit encer.
Dengan waktu yang bergulir dan kematangan jiwa, kini saya berpikir bagaimana mungkin saya
bisa percaya diri dengan bantuan benda-benda mati itu? Bagaimana mungkin saya mencari
kepercayaan diri di balik logo-logo barang mahal itu? Bagaimana mungkin kepercayaan diri
saya cuma seharga barang mahal itu?
Itu bukan kepercayaan diri yang saya dapatkan, itu cuma ego yang terpuaskan yang membuat
saya malah cenderung menjadi sombong. Dan saat saya merasa punya kepercayaan diri
dengan benda mati mahal itu, saat itu justru saya sedang benar-benar dalam keadaan tidak
percaya diri. Itu sebuah rasa percaya diri yang semu.
Saya tak akan berhenti membeli barang-barang mahal karena sejujurnya saya tak mampu
berhenti terpukau. Tetapi, kini saya tahu, saya membeli hanya untuk kesenangan ego semata,
bukan membeli karena saya mencari tempat perlindungan. Sepengetahuan saya juga, butik
bernama Prada, Dior, dan nama-nama lainnya hanya menjual tas, baju, dan sepatu. Di etalase
mereka pun tak pernah tertulis: Di sini menjual kepercayaan diri buatan Perancis.
1. Sadarilah sejak awal bahwa kata percaya diri itu berarti Anda yang percaya kepada diri
Anda. Percaya diri tak berarti percaya pada sebuah benda, sebuah logo, atau sebuah merek,
tetapi Anda titik. Jadi, kalau percaya diri yang mau ditingkatkan, yang harus naik kelas itu
Anda, yang ditingkatkan itu Anda, bukan benda-benda mati, mahal nan mewah itu. Itu
namanya bukan percaya diri, tetapi percaya benda mati.
2. Mau menambah percaya diri tak bisa hanya bermodalkan keadaan lahiriah semata. Apalagi
kalau lahiriahnya seperti saya. Kepala Anda juga mesti diisi dengan berbagai macam
pengetahuan dan informasi. Kalaupun Anda bisa nyerocos dalam tujuh bahasa—di luar bahasa
daerah—tetapi apa yang Anda bicarakan hanya berkisar berlian dan membedah isi majalah
People, sebaiknya Anda tak usah bangga dahulu.
4. Jangan biasakan bersembunyi di balik orang lain untuk menjadi percaya diri. Kalau Anda
memang hanya kenal adiknya Titi DJ, bilang saja, ”Oh gue kenal tuh sama Samuel.” Tak perlu
mengatakan, ”Oh gue kenal sama adiknya Titi DJ.” Yang Anda kenal Samuel, adiknya Titi DJ.
Anda tak kenal Titi DJ, bukan? Jadi jangan membuat orang berasumsi Anda kenal dengan Titi
DJ seolah-olah pergaulan Anda begitu hebatnya.
Atau suatu hari teman Anda mengajak pergi dan kebetulan dia mengenal Dian Sastro dan
mengajaknya pergi bersama. Ketika ditanya apa yang Anda lakukan kemarin, Anda bilang saja
pergi ke Ancol. Tak perlu mengatakan, ”Kemarin gue sama Dian Sastro ke Ancol.” Yang kenal
Dian dan mengajaknya pergi itu teman Anda dan bukan Anda. Oke?
5. Biasakan menjadi pribadi yang sederhana, rendah hati, dan tak perlu petantang-petenteng.
Percaya diri itu bukan artinya Anda membeberkan kehebatan pribadi Anda. Ingat akan
pepatah yang mengatakan, padi yang makin berisi itu makin merunduk.*
Memupuk Rasa Percaya Diri
Oleh Jacinta F. Rini Team e-psikologi
Pernahkah anda mengalami krisis kepercayaan diri atau dalam bahasa sehari-hari "tidak pede"
dalam menghadapi suatu situasi atau persoalan? Saya yakin hampir setiap orang pernah
mengalami krisis kepercayaan diri dalam rentang kehidupannya, sejak masih anak-anak hingga
dewasa bahkan sampai usia lanjut. Ruang konseling di website inipun banyak diwarnai dengan
pertanyaan seputar kasus-kasus yang berhubungan dengan krisis kepercayaan diri tersebut.
Sudah tentu, hilangnya rasa percaya diri menjadi sesuatu yang amat mengganggu, terlebih
ketika dihadapkan pada tantangan atau pun situasi baru. Individu sering berkata pada diri
sendiri, “dulu saya tidak penakut seperti ini....kenapa sekarang jadi begini ?” ada juga yang
berkata: "kok saya tidak seperti dia,...yang selalu percaya diri...rasanya selalu saja ada yang
kurang dari diri saya...saya malu menjadi diri saya!”
Menyikapi kondisi seperti tersebut diatas maka akan muncul pertanyaan dalam benak kita: mengapa
rasa percaya diri begitu penting dalam kehidupan individu. Lalu apakah kurangnya rasa percaya diri
dapat diperbaiki sehingga tidak menghambat perkembangan individu dalam menjalankan tugas sehari-
hari maupun dalam hubungan interpersonal. Jika memang rasa kurnag percaya diri dapat diperbaiki,
langkah-langkah apakah yang harus dilakukan? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan saya jawab
dalam artikel ini.
Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk
mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang
dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala
sesuatu seorang diri, alias “sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya
beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu
dan percaya bahwa dia bisa – karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan
yang realistik terhadap diri sendiri.
Karakteristik
Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional,
diantaranya adalah :
Beberapa ciri atau karakteristik individu yang kurang percaya diri, diantaranya adalah:
Pola Asuh
Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara instant, melainkan melalui
proses yang berlangsung sejak usia dini, dalam kehidupan bersama orangtua. Meskipun banyak faktor
yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi di usia dini,
merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri.Sikap orangtua, akan
diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. orangtua yang menunjukkan kasih,
perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan
membangkitkan rasa percara diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan
bernilai di mata orangtuanya. Dan, meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orangtua anak melihat
bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak dicintai dan dihargai bukan tergantung pada prestasi
atau perbuatan baiknya, namun karena eksisitensinya. Di kemudian hari anak tersebut akan tumbuh
menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik terhadap
diri – seperti orangtuanya meletakkan harapan realistik terhadap dirinya.
Lain halnya dengan orangtua yang kurang memberikan perhatian pada anak, atau suka mengkritik,
sering memarahi anak namun kalau anak berbuat baik tidak pernah dipuji, tidak pernah puas dengan
hasil yang dicapai oleh anak, atau pun seolah menunjukkan ketidakpercayaan mereka pada kemampuan
dan kemandirian anak dengan sikap overprotective yang makin meningkatkan ketergantungan. Tindakan
overprotective orangtua, menghambat perkembangan kepercayaan diri pada anak karena anak tidak
belajar mengatasi problem dan tantangannya sendiri – segala sesuatu disediakan dan dibantu orangtua.
Anak akan merasa, bahwa dirinya buruk, lemah, tidak dicintai, tidak dibutuhkan, selalu gagal, tidak
pernah menyenangkan dan membahagiakan orangtua. Anak akan merasa rendah diri di mata saudara
kandungnya yang lain atau di hadapan teman-temannya.
Menurut para psikolog, orangtua dan masyarakat seringkali meletakkan standar dan harapan yang
kurang realistik terhadap seorang anak atau pun individu. Sikap suka membanding-bandingkan anak,
mempergunjingkan kelemahan anak, atau pun membicarakan kelebihan anak lain di depan anak sendiri,
tanpa sadar menjatuhkan harga diri anak-anak tersebut. Selain itu, tanpa sadar masyarakat sering
menciptakan trend yang dijadikan standar patokan sebuah prestasi atau pun penerimaan sosial. Contoh
kasus yang riil pernah terjadi di tanah air, ketika seorang anak bunuh diri gara-gara dirinya tidak
diterima masuk di jurusan A1 (IPA), meski dia sudah bersekolah di tempat yang elit; rupanya sang
orangtua mengharap anaknya diterima di A1 atau paling tidak A2, agar kelak bisa menjadi dokter. Atau,
orangtua yang memaksakan anaknya ikut les ini dan itu, hanya karena anak-anak lainnya pun demikian.
Situasi ini pada akhirnya mendorong anak tumbuh menjadi individu yang tidak bisa menerima kenyataan
dirinya, karena di masa lalu (bahkan hingga kini), setiap orang mengharapkan dirinya menjadi seseorang
yang bukan dirinya sendiri. Dengan kata lain, memenuhi harapan sosial. Akhirnya, anak tumbuh
menjadi individu yang punya pola pikir : bahwa untuk bisa diterima, dihargai, dicintai, dan diakui, harus
menyenangkan orang lain dan mengikuti keinginan mereka. Pada saat individu tersebut ditantang untuk
menjadi diri sendiri – mereka tidak punya keberanian untuk melakukannya. Rasa percaya dirinya begitu
lemah, sementara ketakutannya terlalu besar.
Dalam hidup bermasyarakat, setiap individu mengalami berbagai masalah, kejadian, bertemu orang-
orang baru, dsb. Reaksi individu terhadap seseorang atau pun sebuah peristiwa, amat dipengaruhi oleh
cara berpikirnya. Individu dengan rasa percaya diri yang lemah, cenderung mempersepsi segala sesuatu
dari sisi negatif. Ia tidak menyadari bahwa dari dalam dirinya lah semua negativisme itu berasal. Pola
pikir individu yang kurang percaya diri, bercirikan antara lain:
• Menekankan keharusan-keharusan pada diri sendiri (“saya harus bisa begini...saya harus bisa
begitu”). Ketika gagal, individu tersebut merasa seluruh hidup dan masa depannya hancur.
• Cara berpikir totalitas dan dualisme : “kalau saya sampai gagal, berarti saya memang jelek”
• Pesimistik yang futuristik : satu saja kegagalan kecil, individu tersebut sudah merasa tidak akan
berhasil meraih cita-citanya di masa depan. Misalnya, mendapat nilai C pada salah satu mata
kuliah, langsung berpikir dirinya tidak akan lulus sarjana.
• Tidak kritis dan selektif terhadap self-criticism : suka mengkritik diri sendiri dan percaya bahwa
dirinya memang pantas dikritik.
• Labeling : mudah menyalahkan diri sendiri dan memberikan sebutan-sebutan negatif, seperti
“saya memang bodoh”...”saya ditakdirkan untuk jadi orang susah”, dsb....
• Sulit menerima pujian atau pun hal-hal positif dari orang lain : ketika orang memuji secara
tulus, individu langsung merasa tidak enak dan menolak mentah-mentah pujiannya. Ketika
diberi kesempatan dan kepercayaan untuk menerima tugas atau peran yang penting, individu
tersebut langsung menolak dengan alasan tidak pantas dan tidak layak untuk menerimanya.
• Suka mengecilkan arti keberhasilan diri sendiri : senang mengingat dan bahkan membesar-
besarkan kesalahan yang dibuat, namun mengecilkan keberhasilan yang pernah diraih. Satu
kesalahan kecil, membuat individu langsung merasa menjadi orang tidak berguna.
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam
diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat
mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Beberapa saran berikut mungkin layak
menjadi pertimbangkan jika anda sedang mengalami krisis kepercayaan diri.
1.
Belajar menilai diri secara obyektif dan jujur. Susunlah daftar “kekayaan” pribadi, seperti prestasi yang
pernah diraih, sifat-sifat positif, potensi diri baik yang sudah diaktualisasikan maupun yang belum,
keahlian yang dimiliki, serta kesempatan atau pun sarana yang mendukung kemajuan diri. Sadari semua
asset-asset berharga Anda dan temukan asset yang belum dikembangkan. Pelajari kendala yang selama
ini menghalangi perkembangan diri Anda, seperti : pola berpikir yang keliru, niat dan motivasi yang
lemah, kurangnya disiplin diri, kurangnya ketekunan dan kesabaran, tergantung pada bantuan orang
lain, atau pun sebab-sebab eksternal lain. Hasil analisa dan pemetaan terhadap SWOT (Strengths,
Weaknesses, Obstacles and Threats) diri, kemudian digunakan untuk membuat dan menerapkan strategi
pengembangan diri yang lebih realistik.
2.
Sadari dan hargailah sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang anda miliki. Ingatlah bahwa semua
itu didapat melalui proses belajar, berevolusi dan transformasi diri sejak dahulu hingga kini.
Mengabaikan/meremehkan satu saja prestasi yang pernah diraih, berarti mengabaikan atau
menghilangkan satu jejak yang membantu Anda menemukan jalan yang tepat menuju masa depan.
Ketidakmampuan menghargai diri sendiri, mendorong munculnya keinginan yang tidak realistik dan
berlebihan; contoh: ingin cepat kaya, ingin cantik, populer, mendapat jabatan penting dengan segala
cara. Jika ditelaah lebih lanjut semua itu sebenarnya bersumber dari rasa rendah diri yang kronis,
penolakan terhadap diri sendiri, ketidakmampuan menghargai diri sendiri – hingga berusaha mati-
matian menutupi keaslian diri.
3.
Positive thinking
Cobalah memerangi setiap asumsi, prasangka atau persepsi negatif yang muncul dalam benak Anda.
Anda bisa katakan pada diri sendiri, bahwa nobody’s perfect dan it’s okay if I made a mistake. Jangan
biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran itu akan terus berakar, bercabang dan
berdaun. Semakin besar dan menyebar, makin sulit dikendalikan dan dipotong. Jangan biarkan pikiran
negatif menguasai pikiran dan perasaan Anda. Hati-hatilah agar masa depan Anda tidak rusak karena
keputusan keliru yang dihasilkan oleh pikiran keliru. Jika pikiran itu muncul, cobalah menuliskannya
untuk kemudian di re-view kembali secara logis dan rasional. Pada umumnya, orang lebih bisa melihat
bahwa pikiran itu ternyata tidak benar.
4.
Gunakan self-affirmation
Untuk memerangi negative thinking, gunakan self-affirmation yaitu berupa kata-kata yang
membangkitkan rasa percaya diri. Contohnya:
• Saya pasti bisa !!
• Saya adalah penentu dari hidup saya sendiri. Tidak ada orang yang boleh menentukan hidup
saya !
• Saya bisa belajar dari kesalahan ini. Kesalahan ini sungguh menjadi pelajaran yang sangat
berharga karena membantu saya memahami tantangan
• Sayalah yang memegang kendali hidup ini
• Saya bangga pada diri sendiri
5.
Berdasarkan pemahaman diri yang obyektif, Anda bisa memprediksi resiko setiap tantangan yang
dihadapi. Dengan demikian, Anda tidak perlu menghindari setiap resiko, melainkan lebih menggunakan
strategi-strategi untuk menghindari, mencegah atau pun mengatasi resikonya. Contohnya, Anda tidak
perlu menyenangkan orang lain untuk menghindari resiko ditolak. Jika Anda ingin mengembangkan diri
sendiri (bukan diri seperti yang diharapkan orang lain), pasti ada resiko dan tantangannya. Namun, lebih
buruk berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa daripada maju bertumbuh dengan mengambil resiko.
Ingat: No Risk, No Gain.
6.
Ada pepatah mengatakan yang mengatakan orang yang paling menderita hidupnya adalah orang yang
tidak bisa bersyukur pada Tuhan atas apa yang telah diterimanya dalam hidup. Artinya, individu
tersebut tidak pernah berusaha melihat segala sesuatu dari kaca mata positif. Bahkan kehidupan yang
dijalaninya selama ini pun tidak dilihat sebagai pemberian dari Tuhan. Akibatnya, ia tidak bisa
bersyukur atas semua berkat, kekayaan, kelimpahan, prestasi, pekerjaan, kemampuan, keahlian, uang,
keberhasilan, kegagalan, kesulitan serta berbagai pengalaman hidupnya. Ia adalah ibarat orang yang
selalu melihat matahari tenggelam, tidak pernah melihat matahari terbit. Hidupnya dipenuhi dengan
keluhan, rasa marah, iri hati dan dengki, kecemburuan, kekecewaan, kekesalan, kepahitan dan
keputusasaan. Dengan “beban” seperti itu, bagaimana individu itu bisa menikmati hidup dan melihat
hal-hal baik yang terjadi dalam hidupnya? Tidak heran jika dirinya dihinggapi rasa kurang percaya diri
yang kronis, karena selalu membandingkan dirinya dengan orang-orang yang membuat “cemburu”
hatinya. Oleh sebab itu, belajarlah bersyukur atas apapun yang Anda alami dan percayalah bahwa
Tuhan pasti menginginkan yang terbaik untuk hidup Anda.
7.
Anda perlu mengevaluasi tujuan-tujuan yang Anda tetapkan selama ini, dalam arti apakah tujuan
tersebut sudah realistik atau tidak. Dengan menerapkan tujuan yang lebih realistik, maka akan
memudahkan anda dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian anda akan menjadi lebih percaya
diri dalam mengambil langkah, tindakan dan keputusan dalam mencapai masa depan, sambil mencegah
terjadinya resiko yang tidak diinginkan.
Mungkin masih ada beberapa cara lain yang efektif untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Jika anda
dapat melakukan beberapa hal serpti yang disarankan di atas, niscaya anada akan terbebas dari krisis
kepercayaan diri. Namun demikian satu hal perlu diingat baik-baik adalah jangan sampai anda
mengalami over confidence atau rasa percaya diri yang berlebih-lebihan/overdosis. Rasa percaya
diri yang overdosis bukanlah menggambar kondisi kejiwaan yang sehat karena hal tersebut merupakan
rasa percaya diri yang bersifat semu.
Rasa percaya diri yang berlebihan pada umumnya tidak bersumber dari potensi diri yang ada, namun
lebih didasari oleh tekanan-tekanan yang mungkin datang dari orangtua dan masyarakat (sosial), hingga
tanpa sadar melandasi motivasi individu untuk “harus” menjadi orang sukses. Selain itu, persepsi yang
keliru pun dapat menimbulkan asumsi yang keliru tentang diri sendiri hingga rasa percaya diri yang
begitu besar tidak dilandasi oleh kemampuan yang nyata. Hal ini pun bisa didapat dari lingkungan di
mana individu di besarkan, dari teman-teman (peer group) atau dari dirinya sendiri (konsep diri yang
tidak sehat). Contohnya, seorang anak yang sejak lahir ditanamkan oleh orangtua, bahwa dirinya adalah
spesial, istimewa, pandai, pasti akan menjadi orang sukses, dsb – namun dalam perjalanan waktu anak
itu sendiri tidak pernah punya track record of success yang riil dan original (atas dasar usahanya
sendiri). Akibatnya, anak tersebut tumbuh menjadi seorang manipulator dan dan otoriter – memperalat,
menguasai dan mengendalikan orang lain untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Rasa percaya diri
pada individu seperti itu tidaklah didasarkan oleh real competence, tapi lebih pada faktor-faktor
pendukung eksternal, seperti kekayaan, jabatan, koneksi, relasi, back up power keluarga, nama besar
orangtua, dsb. Jadi, jika semua atribut itu ditanggalkan, maka sang individu tersebut bukan siapa-siapa.
(jp)
Pernah dengar PD, bukan perang dunia loh, tapi Percaya Diri. Sepertinya, masalah krisis
kepercayaan diri (krisis PD) menjadi salah satu masalah klasik yang selalu dialami oleh
sebagian remaja kita. Padahal, sebetulnya, masalah itu kalo dibiarin berlama-lama bisa
menjadi bumerang buat diri kita sendiri loh. Bisa jadi, potensi yang ada dalam diri kita justru
terhambat karena hanya sebuah permasalahan yang sebenarnya nggak perlu jadi masalah.
Nah, kita akan coba ulas sejauh mana pengaruh kepercayaan diri mempengaruhi keberhasilan
seseorang, dan bagaimana cara mengatasi krisis PD yang berlebihan.
Memiliki rasa percaya diri (PD) itu penting lho. Kalau punya PD tinggi, kita bisa
mengembangkan potensi yang ada dalam diri kita secara optimal. Nggak perlu lagi deh kita
merasa minder atau malu-malu ketika harus tampil di pasar, ups… di depan umum
maksudnya. Pada kesempatan apapun. Dengan PD, kita juga bisa jadi tambah pinter, karena
kita juga jadi berani angkat tangan untuk bertanya. Dan bisa jadi juga kita dikenal oleh
banyak orang karena nggak minder dalam pergaulan.
Nah, kira-kira apa ya, yang bisa menyebabkan kita suka minder atau kurang PD? Ternyata
banyak juga alasannya. Ini dia sebab-sebabnya supaya kita bisa terhindar dari kekurangan
rasa percaya diri :
1. Kita suka mikir yang enggak-enggak tentang diri kita sendiri. Aduh jangan mandang
sebelah mata sama diri sendiri dong!. Kalau ngerasa malu dengan fisik kita, yakinkan di hati
kalau semua itu adalah anugrah Tuhan yang pasti ada manfaatnya. Contoh : kalo punya
jempol tangan yang pendek, agak gemuk dan ga enak diliat, pasti tetep ada manfaatnya,
buat smsan misalnya. Kan nyambung tali silaturrahim itu penting, tul nggak??
2. Takut salah bisa membuat kita nggak maju. Kalo kita selalu ngerasa takut salah dalam
melakukan sesuatu, ya nggak akan pernah bisa berhasil. Makanya jangan pernah takut salah.
Kalo takut salah, mendingan ke laut aja. Karena, kesalahan adalah langkah awal menuju
keberhasilan. Tokoh-tokoh besar dunia yang penemuannya sekarang bermanfaat buat kita
juga, dulunya selalu melakukan kesalahan, tapi mereka terus mencoba untuk memperbaiki
kesalahannya. So, jangan pernah takut salah!!
3. Kalo kita bergaul sama pengecut, otomatis kita juga akan jadi pengecut, karena pergaulan
kita mempengaruhi kepribadian kita, karena kita berada di lingkungan yang mayoritas tidak
punya rasa PD tinggi. Percaya deh, sedikit banyak, kita sangat dipengaruhi oleh lingkungan di
mana kita berada. Kan kata Rasullullah juga, “Dirimu adalah sebagaimana temanmu”
4. Kita sering terpengaruh dengan pendapat orang lain, dan malangnya tidak semua pendapat
itu benar. Pendapat atau masukan dari luar boleh saja kita tampung. Tugas kita adalah
mengolahnya, sekaligus untuk evaluasi diri. Seandainya pendapat itu justru membuat kita
menjadi mundur atau ragu-ragu, nah boleh deh ditolak.
Intinya, hilangkan jauh-jauh rasa minder dalam diri kita, nggak usah liat kekurangan yang
ada, perbaiki kesalahan yang kita buat, dan perkaya diri kita dengan ilmu. Otomatis,
sekurang-kurangnya kita dalam banyak halpun pasti akan tertutupi oleh kelebihan yang kita
punya meskipun sedikit, yang penting PD dulu. Tapi ingat..!!! Jangan berlebihan, karena
sesuatu yang berlebihan itu nggak bagus. Jangan over PD! Positive thinking bout our self is
must be!!
Bagaimana Menjadi Percaya Diri ?
Kepercayaan-diri adalah efek dari bagaimana kita merasa (M1), meyakini (M2), dan
mengetahui (M3). Orang yang punya kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan
diri memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, memiliki keyakinan lemah terhadap
kemampuan dirinya dan punya pengetahuan yang kurang akurat terhadap kapasitas yang
dimilikinya.
Sebaliknya, orang yang kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap
dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap
kemampuan yang dimiliki. Orang yang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang
hanya merasa mampu (tetapi sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah orang yang
mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.
Buat kita yang punya masalah seputar rendahnya kepercayaan-diri atau merasa telah
kehilangan kepercayaan diri, mungkin langkah-langkah dibawah ini bisa dijadikan proses
latihan:
Steve Chandler mengatakan, “Cara terbaik untuk mengubah sistem keyakinanmu adalah
mengubah definisi dirimu.” Bagaimana menciptkan definisi diri positif. Di antara cara yang bisa
kita lakukan adalah:
* Membuat kesimpulan yang positif tentang diri sendiri / membuat opini yang positif tentang
diri sendiri. Positif di sini artinya yang bisa mendorong atau yang bisa membangun, bukan
yang merusak atau yang menghancurkan.
* Belajar melihat bagian-bagian positif / kelebihan / kekuatan yang kita miliki
* Membuka dialog dengan diri sendiri tentang hal-hal positif yang bisa kita lakukan, dari
mulai yang paling kecil dan dari mulai yang bisa kita lakukan hari ini.
Selain itu, yang perlu dilakukan adalah menghentikan opini diri negatif yang muncul, seperti
misalnya saya tidak punya kelebihan apa-apa, hidup saya tidak berharga, saya hanya beban
masyarakat, dan seterusnya. Setelah kita menghentikan, tugas kita adalah menggantinya
dengan yang positif, konstruktif dan motivatif. Ini hanya syarat awal dan tidak cukup untuk
membangun kepercayaan diri.
Merumuskan program / agenda perbaikan diri. Ini bisa berbentuk misalnya memiliki target
baru yang hendak kita wujudkan atau merumuskan langkah-langkah positif yang hendak kita
lakukan. Entah itu besar atau kecil, intinya harus ada perubahan atau peningkatan ke arah
yang lebih positif. Semakin banyak hal-hal positif (target, tujuan atau keinginan) yang
sanggup kita wujudkan, semakin kuatlah pede kita. Pada akhirnya kita hanya akan menjadi
lebih baik dengan cara melakukan sesuatu yang baik buat kita.
Memberikan bukti kepada diri sendiri bahwa kita ternyata berhasil mengatasi masalah yang
menimpa kita. Semakin banyak masalah yang sanggup kita selesaikan, semakin kuatlah pede
kita. Lama kelamaan kita menjadi orang yang tidak mudah minder ketika menghadapi
masalah. Karena itu ada yang mengingatkan, begitu kita sudah terbiasa menggunakan jurus
pasrah atau kalah, ini nanti akan menjadi kebiasaan yang membuat kita seringkali
bermasalah.
Yang penting lagi adalah menemukan orang lain yang bisa kita contoh dari sisi kepercayaan
dirinya. Ini memang menuntut kita untuk sering-sering membuka mata melihat orang lain
yang lebih bagus dari kita lalu menjadikannya sebagai pelajaran. Saking pentingnya peranan
orang lain ini, ada yang mengatakan bahwa kita bisa memperbaiki diri dari dua hal: a)
pengalaman pribadi (life experiencing) dan b) duplicating (mencontoh dan mempelajari orang
lain).