Professional Documents
Culture Documents
INTISARI
1. PENDAHULUAN
Pasal 18A UUD 1945 menyebutkan bahwa Hubungan wewenang
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten,
dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan
Undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman
daerah. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber
2
daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras
berdasarkan undang-undang. Ini merupakan kesadaran para pendiri
negara (the founding father) dari sejak awal kemerdekaan bahwa
Indonesia dengan wilayahnya yang terdiri dari ribuan pulau dan
kepulauan serta penduduknya terdiri dari ratusan suku bangsa, sulit
untuk dikelola secara sentralistik.
Wasistiono, (2003: 1). menjelaskan, “bahwa otonomi bagi kesatuan
masyarakat hukum yang sudah ada sebelum negara Indonesia
terbentuk merupakan conditio sine quanon (syarat mutlak). Prinsip
dasar tersebut kemudian dituangkan ke dalam konstitusi yang menjadi
pedoman dasar dalam menyelenggarakan kehidupan berbangsa,
bernegara, dan berpemerintahan”. Manan, (1994: 1). menyebutkan:
“Sampai saat ini sekurang-kurangnya sudah ada 7 (tujuh) undang-
undang yang mengatur mengenai pemerintahan daerah, yaitu: (a) UU
No. 1 Tahun 1945; (b) UU No. 22 Tahun 1948; (c) UU No. 1 Tahun 1957;
(d) UU No. 18 Tahun 1965; (e) UU No. 5 Tahun 1974; (f) UU No. 22
Tahun 1999; dan (g) UU No. 32 Tahun 2004. Akan tetapi, permasalahan
yang berkaitan dengan otonomi daerah nampaknya tidak pernah
selesai.”
2. PEMBAHASAN
i
Muhammad Abud Musa’ad, Penguatan Otonomi Daerah Di Balik Bayang-Bayang Ancaman Disintegrasi,
Penerbit ITB, 2002, h.281
4
faktor yang nyata atau riil, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
yang riil dari Daerah maupun pemerintah Pusat serta pertumbuhan
kehidupan masyarakat yang terjadi.
Drs. Cornelis Lay, M.A. sebagai salah satu pembicara dalam seminar
tersebut dalam makalahnyaiii, menyimpulkan : “pengalaman berbagai
negara memastikan rancang bangun kelembagaan di tingkat lokal tidak
lagi dapat bertumpu pada ‘kebiasaan tradisional’ yang bersifat ‘tunggal’
dengan batas administrasi pemerintah sebagai satu-satunya batasan,
tetapi mengalami pergeseran ke arah pengaturan yang bersifat
‘kewilayahan’ dengan mengikuti logika kerja sistem beserta berbagai
variasi basisnya”.
ii
http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=2477
iii
Cornelis Lay, "Desentralisasi Asimetris bagi Indonesia".
5
3. KESIMPULAN
DAFTAR BACAAN
Bagir Manan, 1990, Hubungan Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945,
Jakarta; Sinar Harapan.