Professional Documents
Culture Documents
Bidang Pendidikan
Tahun Anggaran 2010
DEFINISI/PENGERTIAN DAK
Pasal 1 angka 23 dan Penjelasan Umum UU No. 33 Tahun 2003.
2
DAK BIDANG PENDIDIKAN
Juknis DAK Bidang Pendidikan TA 2010
3
DASAR KEBIJAKAN
HIBAH DAN
SWAKELOLA
A. HIBAH
1. Pasal 49 ayat (3) UU No. 20 Tahun 2003 :
“Dana pendidikan dari Pemerintah dan
Pemerintah Daerah untuk satuan pendidikan
diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
2. Pasal 40 ayat (5) UU No. 9 Tahun 2009 :
“Dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) yang disalurkan dalam bentuk hibah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan untuk Badan Hukum Pendidikan
diterima dan dikelola oleh pemimpin organ
pengelola pendidikan”.
4
DASAR KEBIJAKAN
HIBAH DAN
SWAKELOLA
3. Pasal 83 ayat (1) PP No. 48 Tahun 2008 :
“Dana pendidikan dari Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah diberikan kepada satuan pendidikan
dalam bentuk hibah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”.
4. Pasal 83 ayat (2) PP No. 48 Tahun 2008 :
“Dalam proses penyaluran dana pendidikan dari
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah ke satuan
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), petugas
dan/atau lembaga yang terlibat dalam penyaluran dana
harus sudah menyalurkan dana tersebut secara
langsung kepada satuan pendidikan dalam waktu
paling lama 5 (lima) hari kerja setelah terbitnya surat
perintah membayar dari kantor pelayanan
perbendaharaan negara atau kantor pelayanan
perbendaharaan daerah”.
5
DASAR KEBIJAKAN
HIBAH DAN
SWAKELOLA
5. Pasal 83 ayat (3) PP No. 48 Tahun 2008 :
“Biaya penyaluran dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) tidak boleh dibebankan kepada satuan
pendidikan”.
6. Pasal 33 ayat (1) Permendagri No. 20 Tahun 2009:
”DAK Bidang Pendidikan dialokasikan melalui mekanisme
belanja hibah pada sekolah ...”.
7. Pasal 33 ayat (6) Permendagri No. 20 Tahun 2009:
“Kepala Sekolah selaku penerima hibah bertanggungjawab
terhadap pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Pendidikan dan
realisasi keuangan di satuan sekolah yang dipimpinnya”.
6
DASAR KEBIJAKAN
HIBAH DAN
SWAKELOLA
B. SWAKELOLA
7
DASAR KEBIJAKAN
HIBAH DAN
SWAKELOLA
2.Penjelasan Pasal 51 ayat (1) UU No.
20 Tahun 2003 jo. Pasal 3 UU No. 9
Tahun 2009 :
Yang dimaksud dengan manajemen
berbasis sekolah/madrasah adalah
bentuk otonomi manajemen pendidikan
pada satuan pendidikan, yang dalam
hal ini kepala sekolah/madrasah dan
guru dibantu oleh komite
sekolah/madrasah dalam mengelola
kegiatan pendidikan.
8
DASAR KEBIJAKAN
HIBAH DAN
SWAKELOLA
3. Pengelolaan pendidikan formal secara keseluruhan oleh
badan hukum pendidikan didasarkan pada prinsip:
a. otonomi, yaitu kewenangan dan kemampuan untuk
menjalankan kegiatan secara mandiri baik dalam bidang
akademik maupun non-akademik;
9
DASAR KEBIJAKAN
HIBAH DAN
SWAKELOLA
5. Pasal 4 ayat (1) UU No. 9 Tahun 2009 :
“Pengelolaan dana secara mandiri oleh badan hukum
pendidikan didasarkan pada prinsip nirlaba ...”.
6. Pasal 40 ayat (5) UU No. 9 Tahun 2009 :
“Dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
yang disalurkan dalam bentuk hibah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan untuk Badan
Hukum Pendidikan diterima dan dikelola oleh pemimpin
organ pengelola pendidikan”.
7. Pasal 63 UU No. 9 Tahun 2009 :
”Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), Pasal 38 ayat (3), dan
Pasal 39 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan dapat ditambah dengan denda paling
banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)”.
10
DASAR KEBIJAKAN
HIBAH DAN
SWAKELOLA
8. Pasal 6 Keppres No. 80 Tahun 2003 :
“Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan : a. dengan
menggunakan penyedia barang/ jasa; b. dengan cara swakelola”.
Lampiran I Keppres No. 80 Tahun 2003, Bab III, A. 2.c:
”Swakelola oleh penerima hibah adalah pekerjaan yang
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasannya dilakukan oleh
penerima hibah (kelompok masyarakat, LSM, komite
sekolah/pendidikan, lembaga pendidikan swasta/lembaga
penelitian/ilmiah non badan usaha dan lembaga lain yang
ditetapkan oleh pemerintah) dengan sasaran ditentukan oleh
instansi pemberi hibah.”
11
DASAR KEBIJAKAN
HIBAH DAN
SWAKELOLA
9. Pasal 33 ayat (7) Permendagri No. 20
Tahun 2009:
”Pelaksanaan program kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dilakukan secara swakelola oleh
sekolah selaku penerima hibah dengan
melibatkan komite sekolah”.
12
DAK BIDANG PENDIDIKAN
TIDAK TERMASUK
DALAM KATEGORI HIBAH
KEPADA DAERAH
1. Pasal 22 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2003 menentukan, bahwa
“Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau hibah
kepada Pemerintah Daerah atau sebaliknya”;
2. Pasal 33 ayat (1) UU No. 1 Tahun 2004 menentukan, bahwa
“Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah
kepada Pemerintah Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan
Usaha Milik Daerah sesuai dengan yang tercantum/ditetapkan
dalam Undang-undang tentang APBN”;
13
DAK BIDANG PENDIDIKAN
TIDAK TERMASUK
DALAM KATEGORI HIBAH
KEPADA DAERAH
3. Pasal 49 ayat (4) UU No. 20 Tahun 2003 menentukan,
bahwa “Dana pendidikan dari Pemerintah kepada
pemerintah daerah diberikan dalam bentuk hibah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”;
14
DAK BIDANG PENDIDIKAN
TIDAK TERMASUK
DALAM KATEGORI HIBAH
KEPADA DAERAH
5. Pasal 82 ayat (2) PP No. 48 Tahun 2008 menentukan, bahwa “Dana
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk:
a. dana dekonsentrasi;
b. dana tugas pembantuan; dan
c. dana alokasi khusus bidang pendidikan”;
6. Pasal 82 ayat (3) PP No. 48 Tahun 2008 menentukan “Hibah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam naskah
perjanjian hibah daerah antara Menteri Keuangan atau kuasanya
dengan kepala daerah”;
15
DAK BIDANG PENDIDIKAN
TIDAK TERMASUK
DALAM KATEGORI HIBAH
KEPADA DAERAH
7. Pasal 16 ayat (4) UU No. 41/2008 jo. UU No. 26/2009
menentukan, bahwa “Hibah ke daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c nihil”.
8. Begitu pula APBN Tahun Tanggaran 2006 (UU No. 13 Tahun 2005
jo. UU No. 14 Tahun 2006, APBN Tahun Anggaran 2007 (UU No. 18
Tahun 2006 jo. UU No. 41 Tahun 2007), APBN Tahun Anggaran
2008 ( UU No. 45 Tahun 2007 jo. UU No. 16 Tahun 2008), maupun
APBN Tahun Anggaran 2010, sama sekali tidak mencantum
anggaran hibah kepada daerah.
16
KEBIJAKAN
DAK BIDANG PENDIDIKAN TA
2010
17
SASARAN DAN ARAH KEBIJAKAN
DAK BIDANG PENDIDIKAN TAHUN
ANGGARAN 2010
1. Kriteria Umum:
a. diprioritaskan untuk sekolah yang berlokasi di daerah
miskin, terpencil, tertinggal dan terbelakang, dan
daerah perbatasan antar negara;
b. memiliki jumlah murid memadai yang tidak potensial
untuk di regrouping;
c. belum memiliki prasarana dan/atau sarana peningkatan
mutu pendidikan yang memadai;
d. pada tahun anggaran 2010 tidak menerima dana
bantuan sejenis baik dari sumber dana pusat (APBN)
maupun dari sumber dana daerah (APBD I atau APBD II).
e. Sekolah dengan status minimal terakreditasi.
19
KRITERIA KHUSUS SMP
PENERIMA DAK 2010
20
KRITERIA KHUSUS SMP
PENERIMA DAK 2010
21
KRITERIA KHUSUS SMP
PENERIMA DAK 2010
22
KRITERIA KHUSUS SMP
PENERIMA DAK 2010
23
KRITERIA KHUSUS SMP
PENERIMA DAK 2010
24
PROPORSI PENGGUNAAN DAK BIDANG
PENDIDIKAN
TAHUN 2010
Peningkatan Mutu Pembangunan prasarana
pendidikan Pendidikan berupa Rehab
100 % Pembangunan RK, dan Pe
Pustakaan.
Pembangunan prasarana
Pendidikan berupa gedung
S
Perpustakaan dan pengadaan
meubelair S 30 %
M
30 %
Pengadaan Sarana Peningkatan
Mutu Pendidikan (Buku pengayaan,
D P 70 %
buku referensi, dan Buku panduan
ndidikan, alat peraga pendidikan dan
sarana penunjang pembelajaran,
serta sarana TIK penunjang per-
pustakaan dan multimedia interaktif
Pembejaran)
Pengadaan sarana pening
katan Mutu pendidikan
70 % 25
RUANG LINGKUP DAK PENDIDIKAN
TA 2010
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
1. Pembangunan/Rehabilitasi Sekolah:
b. Rehabilitasi ruang yang rusak berat dan
rusak sedang.
c. Pembangunan ruang kelas baru untuk
penambahan akses.
d. Pembangunan ruang kelas baru untuk
rasionalisasi rombongan belajar menjadi 1 :
32.
e. Pembangunan ruang perpustakaan.
26
RUANG LINGKUP DAK PENDIDIKAN
TA 2010
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
27
TA 2010
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
28
KEGIATAN-KEGIATAN YANG
TIDAK DAPAT DIBIAYAI DAK
Administrasi kegiatan ;
Penyiapan kegiatan fisik ;
Penelitian ;
Pelatihan ; dan
Perjalanan dinas.
Pembiayaannya dibebankan dari anggaran yang
disediakan melalui APBD di luar dana
pendamping.
Sumber:
Ps. 60 ayat (3) PP No. 55 Tahun 2005.
29
TUGAS DAN TANGGUNG
JAWAB
PEMKAB/KOTA
30
TUGAS DAN TANGGUNG
JAWAB
PEMKAB/KOTA
31
TUGAS DAN TANGGUNG
JAWAB
DISDIK KAB/KOTA
32
TUGAS DAN TANGGUNG
JAWAB
DISDIK KAB/KOTA
5.Mengusulkan nama-nama SD/SDLB dan SMP beserta alokasi dana bagi
calon penerima DAK tahun 2010 kepada Bupati/Walikota, berdasarkan
hasil pemetaan dan pendataan;
6.Mensosialisasikan pelaksanaan program DAK 2010 kepada Kepala
Sekolah dan Komite Sekolah penerima;
7.Melaksanakan monitoring dan evaluasi serta menyusun pelaporan
kegiatan DAK dengan mengacu pada Surat Edaran Bersama Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Menteri Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 0239/M.PPN/11/2008, SE 1722/MK 07/2008, 900/3556/SJ Tanggal
21 November 2008 perihal Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Teknis
Pelaksanaan dan Evaluasi Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK).
33
TUGAS DAN TANGGUNG
JAWAB
DEWAN PENDIDIKAN
KAB/KOTA
Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota
memiliki tugas dan tanggungjawab
melakukan pengawasan dalam rangka
transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan DAK bidang pendidikan di
tingkat Kabupaten/Kota.
34
TUGAS DAN TANGGUNG
JAWAB
KEPALA SEKOLAH
1. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program Dana
Alokasi Khusus di tingkat sekolah;
2. Menandatangani surat perjanjian pemberian bantuan DAK
bidang pendidikan dengan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah;
3. Membentuk panitia pelaksana program DAK di tingkat sekolah
terdiri dari unsur-unsur sekolah, komite sekolah dan
masyarakat;
4. Melaporkan keadaan keuangan dan penggunaannya secara
periodik kepada Bupati/Walikota u.p. Kepala Dinas Pendidikan.
5. Mencatat hasil DAK bidang pendidikan sebagai
inventaris sekolah yang akan menjadi aset Daerah.
35
TUGAS DAN TANGGUNG
JAWAB
KOMITE SEKOLAH
1. Membantu kepala sekolah membentuk panitia
pelaksana program DAK;
2. Memberi dukungan finansial, pemikiran
maupun tenaga dalam pelaksanaan kegiatan
DAK bidang pendidikan;
3. Melakukan pengawasan dalam rangka
transparansi dan akuntabilitas dalam
pelaksanaan DAK bidang pendidikan.
36
PRINSIP-PRINSIP
PELAKSANAAN
DAK BIDANG PENDIDIKAN TA
2010
1. Pelaksanaan kegiatan oleh sekolah dilakukan
dengan metoda swakelola.
2. Penerapan asas transparansi dan
akuntabilitas.
3. Pengutamaan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan kegiatan.
4. Optimalisasi kualitas pekerjaan dan barang
yang dihasilkan dengan dana yang
dipergunakan.
37
MEKANISME PENGGUNAAN DAK
BIDANG PENDIDIKAN TA 2010
38
MEKANISME PENGGUNAAN DAK
BIDANG PENDIDIKAN TA 2010
39
MEKANISME PENGGUNAAN DAK
BIDANG PENDIDIKAN TA 2010
40
MEKANISME PENGGUNAAN DAK
BIDANG PENDIDIKAN TA 2010
41
PEMBINAAN
42
LAPORAN
43
LAPORAN
1. Laporan Tingkat Sekolah
a. Ketua panitia membuat laporan bulanan dan laporan
akhir.
1). Laporan Bulanan :
Laporan bulanan meliputi laporan keuangan dan laporan fisik
dengan menggunakan format sebagaimana terlampir.
2). Laporan Akhir :
Laporan akhir meliputi laporan keuangan dan laporan fisik
dengan menggunakan format sebagaimana terlampir
disertai dengan uraian masalah yang dihadapi dan solusi
yang ditempuh, serta melampirkan foto hasil
pembangunan/rehabilitasi sebelum (0%), sedang (50%),
dan sesudah (100%) pelaksanaan kegiatan. Di dalam
laporan akhir, agar disertakan juga file foto kegiatan.
44
LAPORAN
b. Laporan ketua panitia disampaikan kepada Kepala
Sekolah.
2. Laporan Kepala Sekolah
Berdasar laporan panitia, Kepala Sekolah menyusun
laporan bulanan dan laporan akhir untuk disampaikan
kepada Bupati/Walikota melalui Dinas Pendidikan;
3. Laporan Kabupaten/kota
Bupati/walikota menyusun laporan triwulanan yang
memuat laporan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan
DAK kepada:
Menteri Keuangan
Menteri Pendidikan Nasional
Menteri Dalam Negeri dengan tembusan kepada
Gubernur up. Dinas Pendidikan Provinsi.
45
PEMANTAUAN DAN
EVALUASI
46
PENGAWASAN
47
LARANGAN & SANKSI
48
SANKSI
Sanksi Kepada Pengelola/Kepala Sekolah/Masyarakat:
Sanksi administratif diberikan apabila pengelola/kepala sekolah/
aparat pemerintah daerah melakukan pelanggaran administrasi;
Sanksi hukum oleh aparat penegak hukum diberikan apabila
pengelola/kepala sekolah/aparat pemerintah daerah/komite
sekolah/masyarakat melakukan pelanggaran hukum.
49
KETENTUAN LAIN-LAIN/
BENCANA ALAM
1. Dalam hal terjadi bencana alam, DAK
dapat digunakan untuk rehabilitasi
atau rekonstruksi bangunan, setelah
sebelumnya mengajukan usulan
perubahan dan mendapat persetujuan
tertulis dari Menteri Pendidikan
Nasional.
2. Bencana alam sebagaimana dimaksud
pada angka 1 merupakan bencana alam
yang dinyatakan secara resmi oleh
Kepada Daerah setempat.
50
KETENTUAN LAIN-LAIN/
BENCANA ALAM
3. Mekanisme pengajuan usulan kegiatan tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Pemerintah kabupaten/kota mengajukan usulan
perubahan kegiatan kepada Menteri Pendidikan Nasional
dengan tembusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah.
b. Berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Menteri Pendidikan
Nasional memberikan surat rekomendasi kepada Menteri
Keuangan untuk melakukan perubahan kegiatan tersebut;
c.Persetujuan tertulis Menteri Pendidikan Nasional
disampaikan kepada Daerah yang bersangkutan.
51
INDIKATOR KEBERHASILAN
PELAKSANAAN DAK BIDANG
PENDIDIKAN 2010
52
53