You are on page 1of 89

I.1.

1 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum biologi ini adalah memperkenalkan komponen-

komponen mikroskop dan cara menggunakanya, serta mempelajari cara

menyiapkan bahan-bahan yang akan diamati di bawah mikroskop.

Kegunaan dalam mengikuti praktikum adalah agar praktikan dapat

mengenal dan mengetahui komponen-komponen mikroskop beserta

fungsinya masing-masing dan penggunaannya, serta mengetahui cara

menyiapkan bahan-bahan yang akan diamati di bawah mikroskop.


I.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum biologi ini adalah agar setelah menyelesaikan

praktikum ini, mahasiswa dapat mengenal bentuk dan struktur sel secara

umum dan mampu membandingkan berbagai jenis sel dari berbagai jenis

organisme serta mampu memahami sifat semipermeabilitas membran sel.

Kegunaan dari mengikuti praktikum ini adalah mahasiswa dapat

menggambarkan bentuk sel tumbuhan, hewan, protozoa dan

mikroorganisme, menjelaskan struktur sel tumbuhan, hewan, protozoa dan

mikroorganisme, serta dapat mendemonstrasikan sifat semipermeabilitas

dari membran sel.


I.3 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum biologi ini adalah agar setelah menyelesaikan

praktikum ini, mahasiswa dapat memahami struktur morfologi, anatomi dan

histology system organ pada tumbuhan.

Kegunaan dari mengikuti praktikum ini adalah mahasiswa dapat

membandingkan struktur morfologi dan anatomi akar, batang, dan daun

pada tumbuhan monokotil dan dikotil, serta dapat menggambarkan

berbagai alat reproduksi pada tumbuhan


1.1 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum biologi umum ini adalah agar mahasiswa dapat

memahami struktur morfologi, anatomi dan histology dari system organ

pada hewan.

Kegunaan dari melakukan kegiatan praktikum ini adalah mahasiswa

dapat menggambarkan morfologi katak, menuliskan system pencernaan

katak, serta dapat menjelaskan system reproduksi pada kata


I.1 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan praktikum biologi ini adalah untuk memahami angka-angka

perbandingan dalam hukum Mendel melalui hukum kebetulan.

Kegunaan dari praktikum adalah untuk mengetahui perbandingan sifat

gen yang akan diwariskan dan mengetahui bahwa setiap keturunan

mempunyai sifat yang berasal dari parentalnya.

I.1 Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari pada praktikum ini adalah untuk mengetahui dan

memahami proses fotosintesis dan melakukan percobaan langsung

terjadinya fotosintesis

Kegunaan dari praktikum ini adalah setiap praktikan dapat melihat

secara langsung bahwa tumbuhan mempunyai peranan penting dalam

penyediaan salah satu sumber energi yaitu udara dan oksigen.

II. METODE PRAKTEK


3.1 Pengenalan dan Penggunaan mikroskop

3.1.1 Waktu dan Tempat.

Praktikum Biologi Umum tentang Pengenalan dan Penggunaan

Mikroskop ini dilaksanakan pada hari sabtu 14 November 2009, dimulai

pada pukul 09.00 sampai 12.30 Wita, di Laboratorium peternakan II,

Fakultas Pertanian Universitas Tadulako,

3.1.2 Bahan dan Alat.

Bahan yang digunakan adalah potongan kertas yang bertuliskan huruf

“d” dalam ukuran kecil dan butir-butir pati kentang (Solanum tuberosum).

Alat yang dipakai dalam percobaan ini adalah mikroskop, gelas obyek,

cover gelas, pipet dan silet atau cutter.

3.1.3 Cara Kerja.

Hal yang pertama dilakukan adalah mengambil mikroskop dari tempat

penyimpanan dan menempatkannya pada meja yang pencahayaannya

cukup bagus. Kemudian mencari pencahayaan yang baik dengan cara

memutar cermin sambil melihat ke lensa okuler. Menyiapkan preparat yang

akan di amati. Percobaan pertama adalah pengamatan preparat huruf “d”

dan menempatkannya pada gelas objek dan menutupnya dengan cover

gelas dan meletakannya pada meja mikroskop, tepat dibawah lensa objektif

serta menjepit gelas objek dengan penjepit yang terdapat pada meja

mikroskop. Selanjutnya mengatur makrometer dan mikrometer sedemikian


rupa sehingga bayangan preparat dapat terlihat jelas dari lensa okuler.

Kemudian menggambar objek yang terlihat pada lensa okuler sebagai hasil

yang diperoleh dari pengamatan tersebut.

Pada percobaan kedua yakni pengamatan butir-butir pati kentang.

Langkah pertama adalah memotong kentang menjadi dua bagian dan

mengeruk kentang tersebut hingga mengeluarkan cairan. Kemudian cairan

tersebut diteteskan pada gelas objek dan menutupnya dengan cover gelas,

usahakan tidak ada gelembung udara dalam gelas objek lalu meletakannya

pada meja mikroskop tepat dibawah lensa obyektif. Kemudian mengatur

makrometer dan mikrometer sedemikian rupa agar bayangan preparat

dapat terlihat jelas melalui lensa okuler. Kemudian menggambar objek yang

terlihat pada lensa okuler sebagai hasil yang diperoleh dari pengamatan

tersebut.

Setelah melakukan pengamatan, hal yang dilakukan adalah

mengeluarkan gelas objek dan membersihkannya dengan lap halus atau

tisu serta membersihkan meja mikroskop. Menyimpan kembali mikroskop

pada tempat penyimpanannya.


3.2 pengamatan sel

3.2.1 Tempat dan waktu.

Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan Tumbuhan

dilaksanakan di Laboratorium peternakan II Fakultas Pertanian Universitas

Tadulako, pada hari sabtu , 28 desember 2009, dimulai pada pukul 09.00

sampai 12.30 Wita.

3.2.2 Bahan dan Alat.

Bahan yang digunakan adalah bunga kamboja (Plumeria acuminata),

bunga mawar (Rossa hybrida), bunga kembang sepatu (Hisbiscus rosa

sinensis), bibit pohon mangga (Mangifera indica), bibit jagung (Zea mays),

dan kecambah kacang hijau (Piper betle).

Alat yang dipakai dalam percobaan ini antara lain mikroskop, gelas

obyek, cover gelas, silet atau cutter, kaca pembesar, pinset dan cawan

petri.

3.2.3 Cara Kerja.

Pada pengamatan morfologi tumbuhan adalah dengan mengambil

pohon tumbuhan tumbuhan dikotil dan monokotil, kemudian diamati kedua

tanaman tersebut dimulai dari daun, batang, dan akar kemudian

menggambarnya.
Pengamatan anatomi tumbuhan, pertama-tama menyiapkan

mikroskop dengan kaca objek dan kaca penutup yang telah dibersihkan.

Setelah itu mengiris secara melintang akar, batang dan daun dari tumbuhan

dikotil dan monokotil. Kemudian meletakan irisan tersebut diatas kaca objek

secara terpisah dan menetesi masing-masing dengan air lalu tutup dengan

kaca penutup secara perlahan. Kemudian mengamati dan

menggambarnya.

Pengamatan reproduksi tumbuhan, mula-mula menyiapkan bunga

lengkap dan bunga tak lengkap. Kemudian mengamati morfologi bunga-

bunga tersebut lalu menggambarnya. Setelah itu membelah bakal buahnya

secara membujur lalu mengamati dengan menggunakan kaca pembesar

lalu menggambarnya.

Pada pengamatan kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus).

Pertama-tama mengamati kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus)

setelah itu menggambar bagian kecambah kacang hijau. Begitu pula pada

pengamatan morfologi stek batang ubi kayu (Manihot esculenta), yang

diamati hanyalah batang (foium).

Pada pengmatan stek ubi kayu (Manihot esculenta), pertama-tama

mengamati bagian batang, tunas dan kemudian menggambar masing-

masing bagian tersebut.


3.3 Pengamatan tumbuhan

3.3.1 Waktu dan Tempat.

Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan Hewan ini dilaksanakan

pada hari sabtu, 5 Desember 2009, dimulai pada pukul 09.00 sampai 12.30

Wita, di Laboratorium peternakan II, Fakultas Pertanian Universitas

Tadulako.

3.3.1 Bahan dan Alat.

Bahan yang digunakan pada praktikum adalah katak sawah (Rana

cancrivora) dan alcohol 70%.

Alat yang dipakai dalam percobaan ini adalah papan bedah, jarum

pentul, pisau bedah atau silet, pinset dan toples.

2.3 Cara Kerja.

Cara kerja morfologi hewan denga mengambil seekor katak, kemudian

dimasukan kedala toples yang telah diisi dengan alcohol 70%, setelah itu

dibiarkan beberapa saat, setelah katak pingsan, diletakan diatas papan

bedah dalam keadaan terkelungkup, setelah itu diamati dan digambar serta

diberikan keterangan akstermitas anterior dan akstermitas postorior.


Cara kerja yang kedua adalah pengamatan pada organ dalam tubuh

katak. Setelah diamati bagian morfologinya selanjutnya diadakan

pembedahan secara hati-hati, kemudian menggambar dan mengamati

organ pada tubuh bagian dalam katak.

Cara kerja selanjutnya adalah pengamatan sistem pencernaan dan

sistem reproduksi pada katak sawah. Setelah mengamati bagian orgaln

dalam katak, dilanjutkan dengan pengamatan sistem pencernaan dengan

mengangkat keluar organ pencernaan dan menggambarkan hasilnya pada

buku gambar. Setelah mengamati sistem pencernaan pada katak,

selanjutnya pengamatan pada sistem reproduksi katak. Kemudian diamati

dan digambar bagian-bagian organ genitalia jantan dan betina.


3.4 pengamatan hewan

3.4.1 Waktu dan Tempat.

Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan Hewan ini dilaksanakan

pada hari rabu , 16 Desember 2009, dimulai pada pukul 13.30 sampai

17.00 Wita, di Laboratorium Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas

Tadulako.

2.2 Bahan dan Alat.

Bahan yang digunakan pada praktikum adalah alkohol, larutan iodium,

daun ubi, dan aluminium foil.

Alat yang dipakai dalam percobaan ini adalah cawan petri, penangas

air, dan gelas kimia.

2.3 Cara Kerja.

Cara kerja pengamatan Teori Sach, menutup sebagian daun ubi kayu

dengan aluminium foil beberapa hari sebelum praktikum. Setelah itu petik

daun yang telah ditutupi dengan aluminium foil dan daun yang tidak

ditutupi, kemudian memasukannya kedalam alkohol yang telah dipanasi


sampai daunnya layu. Setelah layu diangkat dan daun yang ditutupi dengan

aluminium foil dibuka kemudian ditetesi iodium begitu pula dengan daun

yang tidak ditutupi juga ditetesi iodium lalu mengamati perbedaan warna

yang terjadi

II. METODE PRAKTEK

2.1 Tempat dan Waktu

Praktikum biologi tentang Konsep Hukum Mendel dilaksanakan di

Laboratorium Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako Palu.

Pada hari Kamis tanggal 11 Desember 2008, pada pukul 13.30 sampai

17.30 WITA.

2.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah 40 buah kancing

berwarna merah, dan 40 buah kancing berwarna putih.

Alat yang digunakan pada praktikum adalah dua buah dos kue, dan alat

tulis.

2.3 Cara Kerja

Pertama-tama mengambil kancing merah sebanyak 40 buah dan

kancing putih sebanyak 40 buah dan memasukkannya pada masing-

masing dos kue. Selanjutnya salah satu praktikan mengambil kancing

dalam dua buah dos kue tersebut secara bersamaan sebanyak 1 dari dos

yang kancingnya berwarna merah, dan 1 dari dos yang kancingnya

berwarna putih dengan menutup mata sampai kancingnya habis. Setelah


itu, mencatat hasil perbandingannya bila kancing merah dominan terhadap

kancing putih dan bila sifatnya intermediar

II. METODE PRAKTEK

2.4 Tempat dan Waktu

Praktikum biologi tentang Pengamatan Peristiwa Fotosintesis

dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi, Fakultas Pertanian,

Universitas Tadulako Palu. Pada hari Kamis tanggal 11 Desember 2008,

pada pukul 13.30 sampai 17.30 WITA.

2.5 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah daun ubi kayu

(Manihot esculenta), alkohol, air, Iodine.

Alat yang digunakan adalah gelas beaker, corong gelas, tabung reaksi,

potongan kawat, cawan petri, pemanas listrik, pinset,

2.6 Cara Kerja

Langkah yang dilakukan memasukkan daun singkong yang ditutupi

dengan aluminium foil dan yang tidak ditutupi dengan aluminium foil ke

dalam gelas becker yang berisi aquades dan dipanaskan hingga daunnya
layu. Kemudian mengangkat daun tersebut dan memasukkannya ke dalam

alcohol panas, selanjutnya mengamati kedua daun tersebut. Setelah itu,

kedua daun tersebut dimasukkan ke dalam gelas arloji, kemudian kedua

daun tersebut ditetesi dengan iodine dan mengamati perubahan warna

yang terjadi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Setelah melakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop,

hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

KETERANGAN :

a. Lensa okuler

b. Lensa objektif

c. Tabung mikroskop

d. Revolver

e. Pemutar kasar

f. Pemutar halus

g. Meja objek

h. Penjepit

i. Diafragma
j. Cermin

k. Dasar mikroskop

l. Lengan

m.Mikroskop

Gambar 1. Mikroskop beserta komponen-komponennya.

Gambar 2. Preparat huruf “d” sebelum diamati menggunakan mikroskop

dengan pembesaran 10x

Gambar 3. Preparat huruf ”d” setelah diamati menggunakan mikroskop

dengan pembesaran 10x


Gambar 4. Butir sari pati kentang (Solanum tuberosum) yang diamati

menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10x.

3.1 Pembahasan

Mikroskop adalah alat utama dalam melakukan pengamatan dan

penelitian dalam ilmu biologi, untuk mempelajari struktur benda-benda kecil

yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Sebuah mikroskop terdiri dari

komponen-komponen yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda-

beda (Adam, 1999).

Komponen-komponen mikroskop beserta fungsi-fungsinya yaitu, lensa

okuler yaitu bagian untuk mengamati objek berfungsi untuk memperbesar

bayangan benda, lensa objektif yang terletak di dekat objek berfungsi untuk

menunjukkan bagian-bagian objek yang akan diamati dengan pembesaran

4x, 10x, dan 40x, tabung mikroskop berfungsi menghubungkan lensa okuler

dengan lensa objektif, revolver berfungsi sebagai pemutar untuk memilih

lensa objektif yang akan digunakan, pemutar kasar dan halus berfungsi

untuk menggerakkan tabung naik atau turun dan mengatur bayangan

sehingga objek dapat dilihat dengan jelas, meja objek berfungsi untuk

tempat meletakkan spesimen atau objek yang akan diamati, penjepit

berfungsi untuk menjepit kaca preparat yang telah diletakkan objek yang
akan diamati agar tidak goyang pada saat didorong ke kanan dan ke kiri,

diafragma berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke

dalam mikroskop, cermin berfungsi untuk mengumpulkan cahaya pada

cermin cekung. Pada cermin datar untuk cahaya terang, sedangkan cermin

cekung untuk cahaya lemah, dasar mikroskop berfungsi sebagai kaki untuk

menjaga agar mikroskop dapat berdiri tegak pada saat digunakan, lengan

mikroskop berfungsi sebagai alat pemegang pada saat mengangkat

mikroskop (Gabriel, 1998).

Mikroskop gabungan (compound mikroskope) mempunyai elemen-

elemen pokok yang menggunakan prinsip bahwa sebuah bayangan yang

dibentuk oleh satu elemen optik seperti sebuah lensa atau cermin dapat

berperan sebagai benda untuk elemen optik yang kedua. Mikroskop terdiri

dari 2 lensa cembung. Lensa yang terdekat ke benda disebut objektif,

membentuk bayangan sejati dari bendanya. Bayangan diperbesar dan

terbalik. Lensa yang dekat mata, yang disebut lensa okuler atau lensa

mata, digunakan sebagai pembesar sederhana untuk melihat bayangan

yang dibentuk oleh objektifnya. Lensa mata ditempatkan sedemikian rupa

sehingga bayangan yang dibentuk oleh objektif jatuh di titik fokus pertama

lensa mata. Dengan demikian cahaya keluar dari lensa mata sebagai

berkas sejajar seolah-olah berkas cahaya ini datang dari tempat yang tak

terhingga di depan lensa (Young dan Freedman, 2003).

Fungsi kaca pembesar sederhana (lensa mata) ialah untuk

memungkinkan benda (bayang yang dibentuk oleh objektif) dapat dibawah

lebih dekat ke mata hingga dekat dari titik dekatnya. Karena kaca pembesar

sederhana menghasilkan bayangan maya yang tegak. Bayangan akhir

yang dihasilkan oleh kedua lensa akan terbalik.


Semakin pendek panjang gelombang cahaya yang digunakan untuk

membuat bayangan suatu spesiman, akan semakin kecil spesimen yang

dapat dilihat. Karena cahaya dengan panjang yang lebih pendek memiliki

lebih banyak energi terjadi pelemahan antar kekuatan pembesaran dan

potensi kerusakan spesimen yang diterangi (Tipler, 2001).

Pada mikroskop terdapat tiga sistem lensa yang memiliki fungsi dan

kegunaan yang berbeda yaitu lensa okuler, lensa objektif, dan kondensor.

Selain itu, mikroskop juga terdapat komponen lain yaitu deck glass dan

cover glass. Deck glass merupakan lembaran kaca yang agak panjang dan

berfungsi untuk meletakkan preparat yang akan diamati, sedangkan cover

glass merupakan kaca yang kecil dan berfungsi untuk menutupi preparat

yang ada pada deck glass.

Hasil pengamatan menggunakan mikroskop dengan preparat yang

bertuliskan huruf “d” yang mengalami perubahan menjadi “p” setelah

diamati di bawah mikroskop. Hal ini terjadi karena adanya sifat bayangan

pada lensa objektif yaitu nyata, dan diperbesar. Sedangkan sifat pada

bayangan pada lensa okuler adalah maya, terbalik dan diperbesar

(Soejono, 1992).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.2 Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan sel yang diperoleh adalah sebagai

berikut :

Objek Sel Tumbuhan Keterangan :

a. Dinding sel

b. Inti sel

Gambar 5. Pengamatan sel epidermis umbi lapis bawang merah (Allium

ascolonicum) pada mikroskop dengan pembesaran 10x.


Objek Sel Tumbuhan Keterangan :

a. Dinding sel

b. Butir-butir Plastida

Gambar 6. Pengamatan sel daun Hydrilla verticillata pada mikroskop

dengan pembesaran 10x.

Objek Sel Tumbuhan Keterangan :

a. Dinding sel

b. Inti sel
Gambar 7. Pengamatan sel pada empulur ubi kayu (Manihot esculenta)

pada mikroskop dengan pembesaran 10x.

Objek Sel Hewan Keterangan :

a. Inti sel

b. Membran sel

Gambar 8. Pengamatan lapisan Mucosa mulut (Ephytelium mucosa) pada

mikroskop dengan pembesaran 10x.

Objek Sel Hewan Keterangan :

a. Membran plasma

b. Inti sel

c. Flagela

d. Rambut getar
Gambar 9. Pengamatan sel Protozoa pada mikroskop dengan pembesaran

10 kali.

Tabel 1. Perubahan diameter telur yang direndam dalam larutan cuka

Diameter Waktu (jam)

Bentuk telur 24 40 72
Oval 14,5 cm 16,5 cm 15,5 cm 15,5 cm

Tabel 2. Perubahan diameter telur yang direndam dalam coco pandan

Diameter Waktu (jam)

Bentuk telur 24 40 72

Oval 15,5 cm 13,5 cm 13,0 cm 12,5 cm


3.1 Pembahasan

Menurut Robert Hooke, bahwa struktur yang terkecil dengan bentuk

teratur dan berongga serta diselubungi oleh dinding disebut dengan sel

(Subowo, 1989). Hal ini membuktikan bahwa pada gambar pertama sel

tumbuhan yang digunakan epidermis pada umbi bawang merah (Allium

ascalonicum). Dengan susunan sel yang rapi seperti batubata dengan inti

sel terletak di tengah ataupun pinggir.

Pada gambar kedua dengan menggunakan pucuk daun Hydrilla

verticillata, diperoleh adanya dinding sel, inti sel dan butiran-butiran plastid.

Butir-butir plastid pada tumbuhan sebagai pembawa zat warna seperti

kloroplas. Kloroplas adalah plastid yang mengandung butir-butir hijau daun

yang berfungsi dalam proses fotosintesis.


Pada gambar ketiga pada empulur ubi kayu (Manihot esculenta) selnya

tidak mempunyai inti karena struktur selnya disebut sel mati. Pada sel

tumbuhan terdapat adanya dinding sel yang tebal dan kuat. Dinding sel

tersebut tersusun dari selulosa yang menjadikan sel tumbuhan memiliki

bentuk yang tetap dan tidak dapat berubah bentuk (Subowo, 1989).

Menurut Yatim (1987), sel berkloroplas di daging daun. Setiap butiran

kloroplas mengandung grana, tiap grana disusun atas lapisan-lapisan tipis

disebut Lamella. Lamella berguna untuk memperluas permukaan, pada

lamella terdapat klorofil (pigmen hijau). Bahan dasar dari kloroplas adalah

stroma.

Pada gambar keempat hasil yang diperoleh dari bentuk sel ephitelium

rongga mulut (Ephitelium mucosa) mempunyai bentuk yang tidak beraturan.

Hal ini disebabkan pada sel hewan tidak mempunyai dinding sel, yang ada

hanya membran sel. Sehingga bentuk sel hewan tidak tetap atau fleksibel.

Pada gambar kelima rendaman air jerami yang disimpan selama 72

jam atau (tiga hari) ditemukan adanya mikroorganisme yaitu protozoa atau

hewan yang bersel satu. Di dalam sel hewan ini terdapat inti sel (nucleus),

sitoplasma, dan membrane sel. Aktivitas hidupnya bergerak, pertukaran

zat, tanggapan terhadap rangsangan, dan reproduksi dilakukan oleh sel itu

sendiri.

Pada percobaan semipermeablilitas sel telur, dengan merendam telur

dengan air cuka selama 72 jam (tiga hari). Pada tiga hari telur tersebut

membesar dengan ukuran 15,5 cm. kemudian pada saat diganti dengan

sirup coco pandan yang juga direndam selama 72 jam (tiga hari), telur

tersebut mengecil dengan ukuran 12,5 cm. dan bentuk akhir telur tersebut
tidak berubah atau masih oval. Namun pada inti telur menjadi masak dan

warnanya berubah menjadi orange (kuning kemerahan).

Hal ini dikarenakan sifat asam dapat memperbesar sel telur tersebut,

sedangkan pada kondisi basa sel telur tersebut mengecil. Diakibatkan pada

larutan asam sifat semipermeabilitasnya sangat tinggi dan tekanannya yang

didapat oleh sel telur. Pada larutan basa tekanan semipermeabilitasnya

sangat rendah, sehingga ukuran telur mengecil (www. Erlangga.co.id).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.2 Hasil

Berdasarkan percobaan yang dilakukan tentang Pengamatan

Tumbuhan, hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Objek Tumbuhan Dikotil

Keterangan :

a. Ujung daun (Apex folii) meruncing

b. Bangun daun (Circum scription)

bergelombang

c. Tulang daun (Nervatio folii) menyilang

d. Pangkal daun (Basis folii) meruncing

e. Tepi daun (Margin folii) bergelombang


Gambar 10. Morfologi daun (Folium) tanaman mangga (Mangifera indica

L.) Family (Rutaceae).

Objek Tumbuhan Monokotil

Keterangan :

a. Ujung daun (Apex folii) runcing

b. Bangun daun (Circum scription)

datar

c. Tulang daun (Nervatio folii)

sejajar

d. Pangkal daun (Basis folii) rata

e. Tepi daun (Margin folii) rata

Gambar 11. Morfologi daun (Folium) tanaman jagung (Zea mays L.) Family

(Poaceac)

Objek Tumbuhan Dikotil

Keterangan :
a. Berkambiu

b. Bercabang

c. Bergetah

d. Beraroma

Gambar 12. Morfologi batang (Caulis) tanaman mangga (Mangifera indica

L.) Family (Rutaceae).

Objek Tumbuhan Monokotil

Keterangan :

a. Berlapis

b. Tidak bergetah

c. Tidak beraroma

d. Beruas-ruas atau tidak

bercabang

Gambar 13. Morfologi batang (caulis) tanaman jagung (Zea mays) Family

(Poaceac).

Objek Tumbuhan Dikotil


Keterangan :

a. Leher akar (Collum)

b. Batang akar (Corups

radicis)

c. Cabang akar (Radix

radicis)

d. Bulu akar (Pilus

radicalis)

e. Ujung akar (Apeks

radicis)

f. Tudung akar (Calyptra)

Gambar 14. Morfologi akar (Radix) tanaman mangga (Mangifera indica L.)

Family (Rutaceae).

Objek Tumbuhan Monokotil

Keterangan :

a. Leher akar (Collum)

b. Batang akar (Corups

radicis)

c. Bulu akar (Pilus

radicalis)
Gambar 15. Morfologi akar (Radix) tanaman jagung (Zea mays) Family

(Poaceac).

Objek Tumbuhan Monokotil

Keterangan :

a. Kotiledon

b. Plumula

c. Batang (Caulis)

d. Akar (Radix)

Gambar 16. Morfologi kecambah kacang hijau (Vigna radiate) Family

(Fabaceae).

Objek Tumbuhan Monokotil

Keterangan :

a. Kambium

b. Batang (Caulis)

c. Empulur

Gambar 17. Morfologi stek ubi kayu (Manihot esculenta) Family

(Euphorbiuceae).

Objek Reproduksi Pada Bunga


Keterangan :

a. Mahkota (Corolla)

b. Benang sari

(Stamen)

c. Putik (Pistillum)

d. Kelopak (Calyx)

Gambar 18. Morfologi bunga mawar (Rossa hybrida Hort) Family

(Rosaceae)

Objek Reproduksi Pada Bunga

Keterangan :

a. Mahkota (Corolla)

b. Bakal biji

(Ovulum)

Gambar 19. Morfologi bunga kamboja (Plumeria acuminata) Family

(Apocynaceae).
Objek Reproduksi Pada Bunga

Keterangan :

a. Kepala putik

(Stigma)

b. Benang sari

(Stamen)

c. Mahkota (Corolla)

d. Kelopak (Calyx)

e. Bakal buah

(Ovari)

Gambar 20. Morfologi bunga kembang sepatu (Hibiscus rossa-sinensis)

Family (Maraceae).

Objek Tumbuhan Dikotil

Keterangan :

a. Xylem

b. Floem

c. Epidermis

d. Korteks

Gambar 21. Pengamatan anatomi preparat akar (Radix) tanaman mangga

(Mangifera indica L.) Family (Rutaceae).


Objek Tumbuhan Monokotil

Keterangan :

a. Xylem

b. Floem

c. Epidermis

d. Korteks

Gambar 22. Pengamatan anatomi preparat akar (Radix) tanaman jagung

(Zea mays) Family (Poaceac).

Objek Tumbuhan Dikotil

Keterangan :

a. Xylem

b. Floem

c. Epidermis

d. Korteks

Gambar 23. Pengamatan anatomi preparat batang (Caulis) tanaman

mangga

(Mangifera indica L.) Family (Rutaceae).


Objek Tumbuhan Monokotil

Keterangan :

a. Xylem

b. Floem

c. Epidermi

Gambar 24. Pengamatan anatomi preparat batang (Caulis) tanaman jagung

(Zea mays) Family (Poaceac).

Objek Tumbuhan Dikotil

Keterangan :

a. Tulang daun (Nervatio

folii)

b. Permukaan daun

c. Epidermis

Gambar 25. Pengamatan anatomi preparat daun (Folium) tanaman mangga

(Mangifera indica L.) Family (Rutaceae).


Objek Tumbuhan Monokotil

Keterangan :

a. Tulang daun (Nervatio

folii)

b. Permukaan daun

c. Epidermis

Gambar 26. Pengamatan anatomi preparat daun (Folium) tanaman jagung

(Zea mays) Family (Poaceac).

Objek Bakal Buah Pada Bunga

keterangan :

a. Septum

b. Locule

(polylocule)

Gambar 27. Pengamatan morfologi bakal buah bunga kamboja (Plumeria

acuminata) Family (Apocynaceae).


Objek Bakal Buah Pada Bunga

Keterangan :

a. Carpel

b. Septum

c. Locule

(polylecule)

Gambar 28. Pengamatan morfologi bakal buah bunga kembang sepatu

(Hibiscus rossa sinnensis) Family (Maraceae).

Objek Bakal Buah Pada Bunga

Keterangan :

a. Carpel

b. Septum

c. Locule

(polylecule)

Gambar 29. Pengamatan morfologi bakal buah bunga mawar (Rossa

hybrida Hort) Family (Rosaceae).


3.1 Pembahasan

Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur terluar

dari makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Struktur

morfologi suatu tanaman berbeda dengan hewan dan manusia. Pada

tanaman, struktur morfologi di lihat dari bagian luar tanaman tersebut

seperti warna kulit batang tumbuhan, bentuk akar, serta bentuk dan warna

daun. Sedangkan anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur

bagian dalam dari suatu makhluk hidup, baik tumbuh-tumbuhan, hewan dan

manusia. anatomi juga merupakan ilmu yang melukiskan letak dan

hubungan bagian-bagian tubuh makhluk hidup. Pada suatu tanaman

struktur anatomi dilihat dari bagian dalam seperti bentuk-bentuk jaringan

pada batang, akar dan daun suatu tumbuhan (Fahn, 1965).

Daun merupakan bagian dari system sehingga daun memiliki bagian-

bagian yang mnyerupai batang. Daun berfungsi sebagai alat pernapasan

dan mengolah zat makanan, tampat melakukan fotosintesis, yakni

mengolah glukosa dari air, tanah, dan gas asam arang maupun udara,

dengan mendapatkan energy dari cahaya matahari. Daun memiliki mulut

daun (stomata) yang berfungsi untuk mengambil udara dari luar (Hiesey,

1971).
Batang merupakan bagian tumbuhan yang berada di atas tanah,

tempat tumbuhnya cabang dan ranting. batang berfungsi untuk myimpan

makanan pada beberapa tumbuhan (Gembong, 1993).

Akar adalah bagian batang suatu tumbuhan yang tertanam di bawah

tanah. akar berfungsi sebagai tempat penyerapan unsure hara dan

makanan dari dalam tanah, sebagai pengisap air makanan, serta sebagai

alat penguat suatu tanaman

(Rywosch, 1990)

Pada pengamatan struktur morfologi daun antara jagung yang

merupakan daun monokotil dan struktur morfologi daun mangga (Mangifera

indica L.) yang merupakan struktur daun tumbuhan dikotil terdapat

beberapa perbedaan. Perbedaan antara mangga dan jagung adalah pada

tumbuhan mangga ujung daun meruncing, tepi daun bergelombang,

bangun daun bergelombang, dan pangkal daun meruncing. Sedangkan

pada tumbuhan jagung (Zea mays) ujung daun runcing, bangun daun datar,

tulang daun sejajar, pangkal daun rata dan tepi daun rata (Reza, 1991).

Pada batang mangga memiliki cirri-ciri kulit batang rata dan berbintik,

tidak terdapat aroma pada batang, dan terdapat getah. Pada batang pohon

mangga terdapat korteks yang banyak mengandung zat tepung, dan

terdapat jaringan slerenkim sebagai penguat batang (Sumardi, 1997).

Akar mangga memiliki system perakaran tunggang yang terdiri dari

ujung akar, rambut akar, cabang akar. Akarpada mangga memiliki bentuk

yang menyeber dan dapat membesar hingga Nampak di atas permukaan

(Gembong, 1993).
Akar pada tanaman jagung merupakan akar serabut, karena terdiri dari

rambut akar, ujung akar, dan cabang akar. Akar jagung memiliki bentuk dan

arahnya menyebar dan terkadang ada yang berbentuk kecil (Hiesey, 1971).

Pada kecambah kacang hijau terdapat kotiledon, plumula, batang dan

rambut akar. Kecambah kacang hijau termasuk tumbuhan basah dan

memiliki umur pendek. Akar pada kecambah kacang hijau berbentuk

serabut yang terdiri dari rambut akar, ujung akar, dan pangkal akar

(Sumardi, 1997).

Menurut Sudarmadi (1995), benang sari (Stamen) pada tumbuhan

merupakan alat jantan. Benang sari merupakan suatu metamorphosis daun

yang bentuk dan fungsinya telah disesuaikan sebagai alat kelamin jantan.

Benang sari dibedakan atas tangkai sari, kepala sari dan connectivicum.

Penelitian mengenai jenis kelamin bunga menunjukkan bahwa suatu

batang tumbuhan, misalnya sebatang tanaman jagung dapat

memperlihatkan dua macam bunga yaitu bunga jantan dan bunga betina

yang tersusun sebagai tongkol dan terdapat ketiak-ketiak daunnya

(Tjitrosoepomo, 2003).

Pada pengamatan bunga kembang sepatu terdapat putik, benang sari,

mahkota, kelopak dan tangkai bunga. Pada bunga ini, putik berfungsi untuk

alat kelamin bunga jantan yang berfungsi untuk menempel serbuk sari pada

saat penyerbukan. Kemudian pada putik juga terdapat bagian dari pusat

bunga yang tersusun dari lembaran bakal buah (karpel) (Sumardi, 1997).

Pada pengamatan bunga kamboja terdapat putik, benang sari, tangkai

bunga, putik, kelopak dan mahkota. Bunga ini termasuk ke dalam bunga

tunggal

(Gembong, 1993).
Pada bunga mawar terdapat putik, mahkota, kelopak dan tangkai

bunga. Bunga mawar ini di masukkan ke dalam bunga tidak lengkap,

karena tidak memiliki benang sari yang merupakan alat kelamin betina,

sehingga penyerbukannya dengan persilangan pada bunga yang lain

(Reza, 1991).

Di dalam system pembuluh pada akar jagung terdapat pembuluh yang

terdapat di sebelah pembuluh korteks berkas pembuluh tersusun dalam

satu lingkaran yang tertutup atau terputus. Serta terdapat xylem dan floem

yang terletak di sebelah luar dan dalam. Pada lingkaran tersebut terdapat

bagian yang terputus-putus yang dinamakan ikatan pembuluh (Sumardi,

1997).

Objek Morfologi Hewan


I. HASIL DAN PEMBAHASAN Keterangan :

3.1 Hasil Ekstermitas Anterior

a. Kepala (Caput)
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tentang Pengamatan Hewan,
b. Mulut (Cavium oris)
hasil c. Telinga
yang (Membran
diperoleh timpani)
adalah sebagai berikut :
d. Lubang hidung (Naris eksterna)
e. Mata (Organan visus)
f. Perut (Abdomen)
g. Garis (Tripincus)
h. Lengan atas (Antebrachium)
i. Lengan bawah (Brachium)
j. Jari-jari (Digiti)

Ekstermitas Posterior

a. Paha (Femur)
b. Betis (Crus)
c. Tapak kaki (Pes)
d. Jari-jari (Digiti)
Gambar 30. Morfologi katak hijau (Rana cancrivora).

Objek Organ Dalam Tubuh Hewan

Keterangan :

a. Hati (Hepa)

b. Usus halus (Intestinum tenue)

c. Usus besar (Intestinum crassum)

d. Lambung (Ventrikulus)

e. Testis

f. Empedu
Gambar 31. Organ dalam tubuh katak hijau (Rana cancrivora).
Objek System Pencernaan Hewan

Keterangan :

a. Kerongkongan (Esofagus)

b. Lambung (Ventrikulus)

c. Usus 12 jari (Duodenum)

d. Jejunum

e. Ilieum

f. Usus halus (Intestinum tenue)

g. Usus besar (Intestinum crassum)


Gambar 32. Sistem pencernaan katak hijau (Rana cancrivora).
h. Rektum

i. Kloaka

Objek System Reproduksi Hewan Jantan

Keterangan :

a. Sepasang testis

b. Kantung sperma

Gambar 33. Sistem reproduksi katak hijau jantan (Rana cancrivora).


Objek system reproduksi hewan betina

Keterangan :

a. Sel telur

b. Ovarium

Gambar 34. Sistem reproduksi katak hijau betina (Rana cancrivora).

3.2 Pembahasan

Sistem klasifikasi katak sawah (Rana cancrivora) menurut Sudarna

(1995) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Class : Amphibia

Superordo : Saliantia

Ordo : Anura

Subordo : Diplasiocoela

Family : Ranidae

Genus : Rana
Spesies : Rana cancrivora

Menurut Syamsuri (2004), salah satu bagian morfologi pada katak

adalah pada system pencernaannya. Morfologi pada katak terdiri dari kulit,

mata, tangan, kaki dan berbagai macam morfologi lainnya.

Bagian morfologi katak sawah (Rana cancrivora) khususnya pada

katak meliputi bagian kepala yang berbentuk segi tiga, mempunyai

sepasang mata yang terdiri dari pelupuk mata atas dan bawah. Pada

pelupuk mata baik pada bagian bawah atau bagian atas, terdapat selaput

transara yang dapat dianggap sebagai selaput tidur (Yatim, 1987).

Katak hijau (Rana cancrivora) merupakan amphibi yang tidak berekor.

Batas antara kepala dan badan tidak jelas, kaki depannya pendek dan kaki

belakang panjang yang berfungsi untuk melompat. Kulitnya halus, tipis, licin

yang mengandung kelenjar, belum mempunyai pengatur suhu tubuh

(Soepomo, 1976).

Hasil yang diperoleh setelah pengamatan morfologi katak bahwa

terdapat kebenaran tentang bagian morfologinya yang meliputi kepala

(Caput), telinga (Membran timpani), mata (Organan visus), perut

(Abdomen), garis (Tripincus), lengan atas (Antebrachium), langan bawah

(Brachium), jari-jari (Digiti), paha (Femur), betis (Crus) dan telapak kaki

(Pes) yang semuanya terbungkus halus dan licin.

Menurut Syamsuri (2004), dalam melakukan pencernaan amphibi

mempunyai alat-alat seperti mulut, kerongkongan, lambung, usus halus,

usus besar dan yang terakhir kloaka.


Pencernaan pada katak yang meliputi, esophagus, kemudian

lambung, pancreas, dan kemudian menuju usus halus, duodenum (usus 12

jari), dan selanjutnya usus besar, limfa kloaka dan yang terakhir pada

kantong kemih (Taryono, 1995).

Pada hewan amphibi, kloaka mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai

alat pengeluaran (sekresi), sebagai alat reproduksi (seksual), dan juga

sebagai pengeluaran urine. Sehingga tidak dapat dikatakan sebagai anus

seperti halnya manusia. Olehnya itu alat pengeluarannya disebut kloaka

karena mempunyai banyak fungsi

(Soepomo, 1976).

Hasil yang diperoleh setelah pengamatan system pencernaan katak

adalah bahwa terdapat kebenaran tentang system pencernaan katak hijau

(Rana cancrivora) yang terdiri dari kerongkongan (Esofagus), lambung

(Ventrikulus), usus halus (Intestinum tenue), usus 12 jari (Duodenum) yang

terdiri dari jejunum dan ilieum, usus besar (Intestinum crassum), kantung

kemih dan kloaka.

Sistem reproduksi vertebrata jantan terdiri atas sepasang testis,

saluran reproduksi jantan, kelenjar seks asesoris (pada mammalian) dan

organ kalpulatoris (pada hewan-hewan dengan fertilisasi internal) (Yulianto,

1985).

Hasil yang diperoleh setelah pengamatan system reproduksi pada

katak jantan bahwa adanya kebenaran pendapat tentang sepasang testis

yang berfungsi memproduksi sperma, vas deferens yang berfungsi sebagai

saluran sperma, kloaka yang merupakan muara tiga saluran, yaitu saluran

pencernaan, saluran kelamin dan saluran pengeluaran.


Sistem reproduksi katak betina terdiri atas sepasang ovarium pada

beberapa atau hanya satu dan saluran reproduksi betina. Pada mammalian

yang dilengkapi organ kelamin luar (vulva) dan kelenjar susu (Yulianto,

1985).

Hasil yang diperoleh setelah pengamatan system reproduksi pada

katak betina bahwa adanya kebenaran tentang adanya ovarium yang

berfungsi memproduksi ovum. Oviduk berfungsi sebagai saluran ovum,

sedangkan kloaka merupakan muara tiga saluran yaitu saluran

pencernaan, saluran kelamin, dan saluran pengeluaran.

Fertilisasi eksternal merupakan proses perkembangbiakan di air, dan

katak jantan akan menempelkan tubuhnya pada katak betina dengan jari-

jarinya. Proses ini disebut dengan proses ampleksus. Hal ini menyebabkan

keluarnya sel telur yang bersamaan dengan keluarnya spermatozoa pada

katak jantan, dimana testis pada jantan menempel pada ginjal. aluran

sperma bermuara pada ginjal sehingga sperma selalu keluar dengan urin

(Yulianto, 1985).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil tabel yang diperoleh dari persilangan antar kancing merah dan

kancing putih adalah sebagai berikut :

Macam Perbandingan Perbandingan


Ijiran/ Turus
Pasangan Fenotip Genotip
Merah – IIII III Merah = 8 -

Merah
Merah – Putih IIII IIII IIII IIII IIII Merah = 25 -

Putih-Putih IIII II Putih = 7 -


Keterangan : Untuk Merah dominan perbandingannya adalah 33 : 7.

Sedangkan untuk Merah heterozigot adalah 8 : 25 : 7

3.2 Pembahasan

Pada hukum Mendel I selama proses meiosis berlangsung, pasangan-

pasangan kromosom yang saling berpisah dan tidak berpasangan lagi.

Setiap set kromosom itu terkandung dalam satu sel gamet (setiap sel

gamet hanya mengandung satu gen dari alelnya). Pada waktu fertilisasi,

sperma yang jumlahnya banyak bersatu secara acak dengan ovum untuk

membentuk individu baru.

P : MM (Merah) X mm (Putih)
G : Mm Mm

F1 : Mm, Mm (dominan merah)

Gamet M m
M MM Mm

(Merah) (Merah)
m Mm Mm

(Merah) (Putih)
Jadi, perbandingan persilangan monohybrid adalah 1 : 3

Namun bila terdapat sifat intermedier maka perbandingannya adalah

1 : 2 : 1 dari perbandingan genotip yang dimana gamet merah dan gamet

putih mempunyai sifat dominan sehingga menghasilkan individu baru.

Persilangan monohybrid adalah persilangan dengan satu sifat beda,

dengan satu alel yang homolog. Dengan perbandingan 1 : 3. dan jika dalam

persilangan tersebut terdapat sifat intermedier maka perbandingannya

menjadi 1 : 2 : 1 (Syamsuri, 2004)


HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil

Berdasarkan hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Daerah / Lokasi
Pengamatan
Teduh Terbuka
1. Faktor Biotik Pohon Johar ( Cassia Putri Malu ( Mimosa

siamea lamk) pudica)


Tumbuhan

Putri Malu (( Mimosa Rumput Teki

pudica)
Tanaman A
Rumpu Teki

Laba-laba

Ulat Bulu
Hewan Semut
Semut
Belalang
Kepik
Laba-laba
Belalang
2. Faktor Abiotik

Suhu Luar 28 0C 32 0C

Suhu Dalam 27 0C 27 0C

1.1 Pembahasan

Pada tabel di atas menunjukkan komponen biotik dan komponen abiotik

pada kondisi daerah tertentu, yaitu pada daerah terbuka dan pada daerah

teduh. Komponen biotik dan komponen abiotik yang ada pada kondisi yang

berbeda dan memiliki perbedaan suhu yang ada di dalamnya.

Dilihat dari penyusunnya, ekosistem dibedakan menjadi empat

komponen yaitu :

1. Bahan tak hidup

2. Produsen

3. Konsumen

4. Pengurai
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana komunitas hewan dan

tanaman berintegrasi satu dengan yang lain dan dengan lingkungan abiotik

sekelilingnya (Nawang Sari Sugiri, 1994).

Semua organisme dan lingkungan yang terdapat di lokasi tertentu

merupakan unsur-unsur ekosistem. Suatu ekosistem dapat demikian

kecilnya seperti misalnya lambung seekor hewan herbivora, atau dapat pula

demikian besar dan luas, misalnya beribu-ribu kilometer persegi areal

dimana sekelompok hewan herbivora mencari dan mendapatkan makanan

(Sunaryo, 1998).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil yang diperoleh dalam Praktikum Biologi Umum tentang

Pengamatan Peristiwa Fotosintesis yaitu sebagai berikut:


Objek Daun singkong (Manihot esculenta)

Keterangan:

Daun (Folium)

Gambar 35. Daun singkong (Manihot esculenta) yang dibungkus

dengan alumunium foil.

Objek Daun singkong (Manihot esculenta)

Keterangan:

Warna hijau pada daun

(Folium)

Gambar 36. Daun singkong (Manihot esculenta) yang tidak terbungkus

alumunium foil.
Objek Daun singkong (Manihot esculenta)

Keterangan:

Warna hijau muda pucat pada

daun (Folium)

Gambar 37. Daun singkong (Manihot esculenta) yang terbungkus

alumunium foil setelah dimasukkan dalam alkohol yang

panas.

Objek Daun singkong (Manihot esculenta)

Keterangan:

Warna hijau muda pada

daun (Folium)

Gambar 38. Daun singkong (Manihot esculenta) yang tidak terbungkus

alumunium foil setelah di masukkan dalam alkohol yang

panas.
Objek Daun singkong (Manihot esculenta)

Keterangan:

Warna coklat muda pada daun

(Folium)

Gambar 39. Daun singkong (Manihot esculenta) yang terbungkus

alumunium foil setelah ditetesi larutan iodin.

Objek Daun singkong (Manihot esculenta)

Keterangan:

Warna coklat tua pada

daun (Folium)

Gambar 40. Daun singkong (Manihot esculenta) yang tidak terbungkus

alumunium foil setelah diteteskan larutan iodin.


3.2 Pembahasan

Pada tumbuhan hijau energi cahaya menyebabkan air pecah menjadi

hydrogen dan oksigen , kemudian atom hydrogen dipakai untuk mereduksi

CO2 dalam rangkaian reaksi gelap. Peristiwa ini penguraian air disebut

fotolisis, atom hydrogen yaitu koenzim NADP dan oksigen tetap dalam

keadaan bebas (Anonim, 1986).

Menurut Mipa (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis.

Puncak kegiatan fotosintesis sesuai dengan banyaknya energi sinar yang

terserap dan tingginya suhu. Temperatur fotosintesis biasanya berkisar 5-

30 ‘C, umumnya tumbuhan didaerah tropik tidak dapat melakukan

fotosintesis pada temperatur rendah

Oksigen sangat berpengaruh dalam fotosintesis, misalnya elektron

fotosintetik tertentu dapat memindahkan elektron ke oksigen terutama

fereduksin dalam suasana terang, fereduksin sangat sensitive terhadap

oksigen

Karbondioksida merupakan salah satu factor pembatas pada

fotosintesis. Konsentrasi CO2 di udara kira-kira 0,033% (330 ppm), yang

untuk kebanyakan tumbuhan ini jauh dibawah titik jenuh, fotosintesis

banyak dipengaruhi oeh CO2 hal ini dapat dibuktikan dengan melihat laju

fotosintesis.

Joseph Priesley (1771), seorang pendeta Inggris yang pertama

melaporkan bahwa gas-gas turut serta dalam fotosintesis. Ia mengetahui

Ingenhouse seorang dokter bangsa belanda padfa tahun 1778 menemukan

bahwa akibat yang diamati Priesley hanya terjadi bila tanaman itu disinari.
Dengan percobaannya yang menggunakan tanaman air Hydrilla Verticillata

di bawah corong terbalik, jika tanaman tersebut disinari maka timbullah

gelembung-gelembung gas yang akhirnya mengumpul didasar tabung

reaksi . gas ini ternyata oksigen dan hanya terjadi pada bagian tumbuhan

yang berwarna hijau saja (Mipa, 2001).

Pada pengamatan pertama mengenai daun ubi kayu yang tidak

dibungkus dengan alluminium foil terlihat tidak terjadi perubahan warna

yang mencolok, yang berarti bahwa tidak terjadi perubahan warna pada

daun ubi kayu tersebut, karena pada daun tersebut masih terdapat banyak

klorofilnya sehingga daun tersebut tidak seperti terbakar karena klorofil

pada daun tersebut berfungsi melindungi dari pengaruh cairan Iodin.

Pada pengamatan kedua yaitu mengenai daun ubi kayu yang

dibungkus alluminium foil terlihat jelas perbedaannya yaitu menimbulkan

warna yang agak kebiru-biruan yang seperti daun yang terbakar, hal ini

karena klorofil pada daun tersebut yang berfungsi melindungi dari pengaruh

cairan Iodin, sudah tidak ada, sehingga daun tersebut daun tersebut seperti

terbakar (Koensoemardiyah, 1980).

Daun yang mengandung amilum menandakan telah terjadi proses

fotosintesis karena amilum merupakan produk fotosintesis. Pembuktian

bahwa hasil fotosintesis adalah amilum pernah dilakukan oleh Sachs

(1862). Adanya amilum dibuktikan uji coba iodine yaitu amilum dengan

iodine memberikan warna coklat kehitam-hitaman (Solomon, E.P.,

1998).

Konsentrasi CO2 yang tinggi, memungkinkan tercapainya tingkat

kejenuhan cahaya tinggi. Satu titik pada fotosintesis sama dengan respirasi

dan tingkat pertukaran gas, ini disebut titik konpensasi. Titik konvensasi
cahaya pada tumbuhan terlindung yang lebih rendah dari pada tumbuhan

yang terpapar sinar matahari, biasanya berkisar antara 20-100 foton

cahaya.

Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi

NADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses diawali dengan

penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena.

Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru

(400-450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau

(500-600 nanometer). Cahaya hijau ini akan dipantulkan dan ditangkap oleh

mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau.

Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang

cahaya dengan panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang

pendek menyimpan lebih banyak energy

(http://id.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis#Lihat_pula).

Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk

dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen

yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II

dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap

cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem

I 700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam

fotosintesis, seperti dua baterai dalam senter yang bekerja saling

memperkuat (http://id.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis#Lihat_pula).

Reaksi gelap adalah ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses

fotosintesis memicu berbagai proses biokimia. Pada tumbuhan proses

biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat karbondioksida

untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti glukosa).


Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya

cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa

cahaya) (http://id.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis#Lihat_pula).

Ada dua macam klorofil pada tumbuhan yaitu klorofil (C55 H72 O5 N4 Mg)

berwarna hijau tua, dan klorofil (C55 H70 O6 N4 Mg) berwarna hijau mudah.

Didalam sel klorofil tersebut terikat pada protein. Klorofil itu dapat

menerima sinar matahari dan mengembangkan dalam gelombang yang

berlainan, bila sinar putih menyinari stuktur daun yang mengandung klorofil

(Mipa, 2001).

Klorofil memiliki peranan penting dalam proses fotosintesis, tanpa

adanya klorofil proses fotosintesis tidak akan terjadi karena untuk

melakukan fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan yang memiliki klorofil

atau zat hijau daun (Sylvia, S., 1998).


4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh, maka kesimpulan

yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Mikroskop digunakan untuk mengamati benda-benda kecil yang tidak

kasat mata.

2. Komponen-komponen penyusun mikroskop adalah lensa okuler, lensa

objektif, tabung mikroskop, revolver, pemutar kasar dan halus, meja

objek, penjepit, diafragma, cermin, dasar mikroskop, lengan

mikroskop.

3. Sifat bayangan yang terbentuk dari cermin cekung adalah maya,

tegak, dan diperbesar. Sifat bayangan pada lensa objektif adalah

nyata, terbalik, dan diperbesar. Sedangkan sifat bayangan kedua

lensa yang terbentuk akan terbalik.


4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari praktikum tentang

Pengamatan Sel, maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut :

1. Sel merupakan unit terkecil dari suatu makhluk hidup dan tersusun

dari organel-organel yang mempunyai fungsi masing-masing.

2. Perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan adalah pada umumnya, sel

hewan terdiri atas 3 komponen utama yaitu, inti, sitoplasma, dan

membrane sel. Sedangkan pada sel tumbuhan umumnya terdiri atas 3

kelompok yaitu, dinding sel, protoplasma, dan inti sel.

3. Bila larutan bersifat asam maka telur membesar sedangkan pada

larutan basa telur mengecil dan inti telur menjadi masak dan berwarna

orange (kuning kemerahan) yang diakibatkan oleh adanya sifat

semipermeabilitas pada sel.


4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari praktikum tentang

Pengamatan Tumbuhan, maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai

berikut :

1. Morfologi tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari tentang

struktur terluar dari makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan, hewan dan

manusia.

2. Anatomi tumbuhan ilmu yang mempelajari tentang struktur bagian

dalam dari sutu makhluk hidup, baik tumbuh-tumbuhan, hewan, dan

manusia. anatomi juga merupakan ilmu yang melukiskan letak dan

hubungan bagian-bagian tubuh manusia, hewan atau tumbuh-

tumbuhan. Seperti bentuk-bentuk jaringan pada batang, akar dan

daun suatu tanaman.

3. Bunga lengkap adalah bunga yang minimal mempunyai kelopak

bunga, mahkota bunga, putik (alat kelamin betina), dan benang sari

(alat kelamin jantan). Misalnya bunga sepatu, mawar, dan melati.

Sedangkan bunga tidak lengkap adalah bunga yang tidak mempunyai

salah satu bagian dari bunga lengkap. Misalnya bunga kamboja dan

bunga kembang sepatu.

4. Alat reproduksi pada tumbuhan bunga sepatu (Hibiscus rossa

sinnensis) adalah putik (pistilium), benang sari (Stamen), mahkota

(Corolla), bakal buah (Ovarium), dan kelopak (Calyx). Pada tumbuhan

bunga mawar (Rossa hybrida Hort) memiliki alat reproduksi yaitu


mahkota (Corolla), putik (Pistilium), benang sari (Stamen), dan kelopak

(Calyx). Pada tumbuhan bunga kamboja (Plumeria acuminata) alat

reproduksinya adalah mahkota (Corolla), benang sari (Stamen), dan

bakal biji (Caulis).

5. Perbedaan tumbuhan monokotil dan dikotil adalah sebagai berikut :

Pada Tumbuhan Dikotil Pada Tumbuhan Monokotil


a. letak tulang daun a. letak tulang daun sejajar satu

tersusun dalam pola- sama lain

pola jaringan b. sistem akar serabut, tidak

b. ikatan pembuluh berkambium sehingga tidak

tersusun dalam pola dapat membesar

radial seperti jejari c. ikatan pembuluh berserakan

roda, secara acak di seluruh batang,

c. daun mahkota d. daun mahkota berjumlah 3

biasanya 4, 5, atau atau kelipatannya

kelipatannya e. jumlah kotiledon dalam biji

d. system akar tunggang hanya 1

e. jumlah kotiledon f. pada ujung akar lembaga

dalam biji berjumlah 2 mempunyai sarung pelindung

f. memiliki kambium yaitu koleoriza

sehingga dapat g. pada ujung pucuk mempunyai

membesar sarung pelindung koleoptil.

g. pada ujung akar

lembaga
h. ujung pucuk tidak

mempunyai sarung

pelindung

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaan tentang Pengamatan

Hewan, dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Morfologi katak terdiri dari kepala (Caput), telinga (Membran timpani),

mata (Organan visus), perut (Abdomen), garis (Tripincus), lengan atas

(Antebrachium), langan bawah (Brachium), jari-jari (Digiti), paha

(Femur), betis (Crus) dan telapak kaki (Pes).

2. Sistem pencernaan pada katak adalah kerongkongan (Esofagus),

lambung (Ventrikulus), usus halus (Intestinum tenue), usus 12 jari

(Duodenum) yang terdiri dari jejunum dan ilieum, usus besar

(Intestinum crassum), kantung kemih dan kloaka.

3. Bagian-bagian dari system reproduksi pada katak jantan adalah

sepasang testis dan kloaka, sedangkan pada katak betina adalah

ovarium, oviduk, dan kloaka.

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang dipeoleh, dapat ditarik kesimpulan

adalah sebagai berikut :


1. Genetika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang keturunan

pewaris sifat pada makhluk hidup. Dalam genetika terdapat gen yang

menyampaikan informasi genetika pada generasi berikutnya. Oleh

karena itu, setiap keturunan akan mempunyai fenotip yang hampir

sama hasil campuran sifat-sifat induknya. Sifat yang diamati disebut

fenotip sedangkan yang tidak dapat diamati dinamakan genotip yang

berupa susunan individu.

2. Persilangan monohybrid adalah persilangan dengan satu sifat beda,

dengan satu alel yang homolog. Persilangan ini menghasilkan

perbandingan keturunan 1 : 3. dan jika terdapat sifat intermedier atau

sifat gen saling dominan maka menghasilkan perbandingan 1 : 2 : 1.

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan

adalah sebagai berikut :


1. Daun singkong (Manihot esculenta) yang ditutupi aluminium foil

setelah ditetesi dengan iodine warna daun berubah menjadi biru

kehitam-hitaman seperti terbakar. Sedangkan daun singkong yang

tidak ditutupi dengan aluminium foil setelah ditetesi dengan iodine

warnanya tidak berubah sama sekali.

2. Faktor-faktor yang menentukan berlangsungnya fotosintesis yaitu

cahaya, klorofil, karbondioksida, air dan suhu.

3. Klorofil merupakan bahan utama dalam proses fotosintesis.

4.1 Saran
Melihat kondisi laboratorium yang masih serba kekurangan, perlunya

perhatian dari pengelolah Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas

Tadulako dalam upaya memenuhi standar sebuah Laboratorium. Guna

mendapatkan hasil pengamatan yang teliti dan akurasi data yang tepat

ditunjang oleh peralatan laboratorium yang baik, lengkap, serta suasana

laboratorium yang nyaman dan efisiensi penggunaan waktu yang tepat

sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ………………………………………………….

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………..

ii
HALAMAN DEDIKASI ……………………………………………………..

iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………

vii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………….

xii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………

xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………

xvi

PENGENALAN DAN PENGGUNAAN MIKROSKOP

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …..………………………………………….……….

1.2 Tujuan dan Kegunaan ……………………………………………

1.2.1 pengenalan dan penggunaan mikroskop

1.2.2 pengenalan sel

1.2.3 pengamatan tumbuhan

1.2.4 pengamatan hewan

1.2.5 memahami konsep hukum mendel

1.2.6 pengamatan transpirasi tumbuhan

1.2.7 pengamatan fotosintesis


I. METODE PRAKTEK

I.1 Tempat dan Waktu …………………………………………………..

I.2 Bahan dan Alat ………………………………………………………

I.3 Cara Kerja …………………………………………………………...

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil ………………………………………………………………......

3.2 Pembahasan ………………….………………………………………..

III. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ..………………………………………………………….

11

4.2 Saran ………………………………………………………………….

11

PENGAMATAN SEL

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …..………………………………………….……….

12
1.2 Tujuan dan Kegunaan ……………………………………………….

14

I. METODE PRAKTEK

2.1 Tempat dan Waktu …………………………………………………..

15

2.2 Bahan dan Alat ………………………………………………………

15

2.3 Cara Kerja …………………………………………………………...

15

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil ………………………………………………………………......

18

3.2 Pembahasan ………………….………………………………………..

20

II. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan…………………………………………………………..

22

4.2 Saran ...………………………………………………………………..

22

PENGAMATAN TUMBUHAN

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang …..………………………………………….……….

23
I.2 Tujuan dan Kegunaan ……………………………………………….

26

II. METODE PRAKTEK

II.1 Tempat dan Waktu …………………………………………………..

27

II.2 Bahan dan Alat ………………………………………………………

27

II.3 Cara Kerja …………………………………………………………...

27

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil ………………………………………………………………......

29

3.2 Pembahasan ………………….………………………………………..

36

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

………………………………………………………….. 39

4.2 Saran ...………………………………………………………………..

40

PENGAMATAN HEWAN

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang …..………………………………………….……….

41
I.2 Tujuan dan Kegunaan ……………………………………………….

42

II. METODE PRAKTEK

II.1 Tempat dan Waktu …………………………………………………..

43

II.2 Bahan dan Alat ………………………………………………………

43

II.3 Cara Kerja …………………………………………………………...

43

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil ………………………………………………………………......

45

3.2 Pembahasan ………………….………………………………………..

48

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

…………………………………………………………... 51

4.2 Saran ...………………………………………………………………..

51

MEMAHAMI KONSEP HUKUM MENDEL

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang …..………………………………………….……….

52
I.2 Tujuan dan Kegunaan ……………………………………………….

55

II. METODE PRAKTEK

II.1 Tempat dan Waktu …………………………………………………..

56

II.2 Bahan dan Alat ………………………………………………………

56

II.3 Cara Kerja …………………………………………………………...

56

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil ………………………………………………………………......

57

3.2 Pembahasan ………………….………………………………………..

57

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan……………………………………………………………

59

4.2 Saran ...………………………………………………………………..

59

PENGAMATAN PERISTIWA FOTOSINTESIS

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …..………………………………………….……….

60
1.2 Tujuan dan Kegunaan ……………………………………………….

62

I. METODE PRAKTEK

2.1 Tempat dan Waktu …………………………………………………..

63

2.2 Bahan dan Alat ………………………………………………………

63

2.3 Cara Kerja …………………………………………………………...

63

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil ………………………………………………………………......

64

3.2 Pembahasan ………………….………………………………………..

67

II. KESIMPULAN DAN SARAN

I.1 Kesimpulan

…………………………………………………………… 71

I.2 Saran ...………………………………………………………………..

71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


II TINJAUAN PUSTKA

2.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop

2.1.1 Sejarah Mikroskop

Sejarah Mikroskop

Ulasan dibawah ini merupakan tulisan Dr. Ratno Nuryadi, yang saya copy dari

www.beritaiptek.com.

"Berbicara tentang teknologi nano, maka tidak akan bisa lepas dari mikroskop,

yaitu alat pembesar untuk melihat struktur benda kecil tersebut. (Teknologi nano :

teknologi yang berbasis pada struktur benda berukuran nano meter. Satu nano meter

= sepermilyar meter). Tentu yang dimaksud di sini bukanlah mikroskop biasa,

tetapi mikroskop yang mempunyai tingkat ketelitian (resolusi) tinggi untuk melihat
struktur berukuran nano meter. Di bagian pertama tulisan ini, penulis bermaksud

untuk mengulas sejarah perkembangan mikroskop dan kemampuannya dalam

mengamati suatu obyek benda.

Kata mikroskop (microscope) berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata micron=kecil

dan scopos=tujuan, yang maksudnya adalah alat yang digunakan untuk melihat

obyek yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata telanjang. Dalam sejarah, yang

dikenal sebagai pembuat mikroskop pertama kali adalah 2 ilmuwan Jerman, yaitu

Hans Janssen dan Zacharias Janssen (ayah-anak) pada tahun 1590. Temuan

mikroskop saat itu mendorong ilmuan lain, seperti Galileo Galilei (Italia), untuk

membuat alat yang sama. Galileo menyelesaikan pembuatan mikroskop pada tahun

1609, dan mikroskop yang dibuatnya dikenal dengan nama mikroskop Galileo.

Mikroskop jenis ini menggunakan lensa optik, sehingga disebut mikroskop optik.

Mikroskop yang dirakit dari lensa optic memiliki kemampuan terbatas dalam

memperbesar ukuran obyek. Hal ini disebabkan oleh limit difraksi cahaya yang

ditentukan oleh panjang gelombang cahaya. Secara teoritis, panjang gelombang

cahaya ini hanya sampai sekitar 200 nanometer. Untuk itu, mikroskop berbasis

lensa optik ini tidak bisa mengamati ukuran di bawah 200 nanometer.

Untuk melihat benda berukuran di bawah 200 nanometer, diperlukan mikroskop

dengan panjang gelombang pendek. Dari ide inilah, di tahun 1932 lahir mikroskop

elektron. Sebagaimana namanya, mikroskop elektron menggunakan sinar elektron

yang panjang gelombangnya lebih pendek dari cahaya. Karena itu, mikroskop

elektron mempunyai kemampuan pembesaran obyek (resolusi) yang lebih tinggi

dibanding mikroskop optik. Sebenarnya, dalam fungsi pembesaran obyek,

mikroskop elektron juga menggunakan lensa, namun bukan berasal dari jenis gelas
sebagaimana pada mikroskop optik, tetapi dari jenis magnet. Sifat medan magnet

ini bisa mengontrol dan mempengaruhi elektron yang melaluinya, sehingga bisa

berfungsi menggantikan sifat lensa pada mikroskop optik. Kekhususan lain dari

mikroskop elektron ini adalah pengamatan obyek dalam kondisi hampa udara

(vacuum). Hal ini dilakukan karena sinar elektron akan terhambat alirannya bila

menumbuk molekul-molekul yang ada di udara normal. Dengan membuat ruang

pengamatan obyek berkondisi vacuum, tumbukan elektron-molekul bisa

terhindarkan.

Ada 2 jenis mikroskop elektron yang biasa digunakan, yaitu transmission electron

microscopy (TEM) dan scanning electron microscopy (SEM). TEM dikembangkan

pertama kali oleh Ernst Ruska dan Max Knoll, 2 peneliti dari Jerman pada tahun

1932. Saat itu, Ernst Ruska masih sebagai seorang mahasiswa doktor dan Max

Knoll adalah dosen pembimbingnya. Karena hasil penemuan yang mengejutkan

dunia tersebut, Ernst Ruska mendapat penghargaan Nobel Fisika pada tahun 1986.

Sebagaimana namanya, TEM bekerja dengan prinsip menembakkan elektron ke

lapisan tipis sampel, yang selanjutnya informasi tentang komposisi struktur dalam

sample tersebut dapat terdeteksi dari analisis sifat tumbukan, pantulan maupun fase

sinar elektron yang menembus lapisan tipis tersebut. Dari sifat pantulan sinar

elektron tersebut juga bisa diketahui struktur kristal maupun arah dari struktur

kristal tersebut. Bahkan dari analisa lebih detail, bisa diketahui deretan struktur

atom dan ada tidaknya cacat (defect) pada struktur tersebut. Hanya perlu diketahui,

untuk observasi TEM ini, sample perlu ditipiskan sampai ketebalan lebih tipis dari

100 nanometer. Dan ini bukanlah pekerjaan yang mudah, perlu keahlian dan alat

secara khusus. Obyek yang tidak bisa ditipiskan sampai order tersebut sulit diproses
oleh TEM ini. Dalam pembuatan divais elektronika, TEM sering digunakan untuk

mengamati penampang/irisan divais, berikut sifat kristal yang ada pada divais

tersebut. Dalam kondisi lain, TEM juga digunakan untuk mengamati irisan

permukaan dari sebuah divais.

Tidak jauh dari lahirnya TEM, SEM dikembangkan pertama kali tahun 1938 oleh

Manfred von Ardenne (ilmuwan Jerman). Konsep dasar dari SEM ini sebenarnya

disampaikan oleh Max Knoll (penemu TEM) pada tahun 1935. SEM bekerja

berdasarkan prinsip scan sinar elektron pada permukaan sampel, yang selanjutnya

informasi yang didapatkan diubah menjadi gambar. Imajinasi mudahnya gambar

yang didapat mirip sebagaimana gambar pada televisi.

Cara terbentuknya gambar pada SEM berbeda dengan apa yang terjadi pada

mikroskop optic dan TEM. Pada SEM, gambar dibuat berdasarkan deteksi elektron

baru (elektron sekunder) atau elektron pantul yang muncul dari permukaan sampel

ketika permukaan sampel tersebut discan dengan sinar elektron. Elektron sekunder

atau elektron pantul yang terdeteksi selanjutnya diperkuat sinyalnya, kemudian

besar amplitudonya ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada layar monitor

CRT (cathode ray tube). Di layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah

diperbesar bisa dilihat. Pada proses operasinya, SEM tidak memerlukan sampel

yang ditipiskan, sehingga bisa digunakan untuk melihat obyek dari sudut pandang 3

dimensi.

Demikian, SEM mempunyai resolusi tinggi dan familiar untuk mengamati obyek

benda berukuran nano meter. Meskipun demikian, resolusi tinggi tersebut

didapatkan untuk scan dalam arah horizontal, sedangkan scan secara vertikal (tinggi
rendahnya struktur) resolusinya rendah. Ini merupakan kelemahan SEM yang

belum diketahui pemecahannya. Namun demikian, sejak sekitar tahun 1970-an,

telah dikembangkan mikroskop baru yang mempunyai resolusi tinggi baik secara

horizontal maupun secara vertikal, yang dikenal dengan "scanning probe

microscopy (SPM)". SPM mempunyai prinsip kerja yang berbeda dari SEM

maupun TEM dan merupakan generasi baru dari tipe mikroskop scan. Mikroskop

yang sekarang dikenal mempunyai tipe ini adalah scanning tunneling microscope

(STM), atomic force microscope (AFM) dan scanning near-field optical

microscope (SNOM).

1.1.2 jenis mikroskop

Ada berbagai jenis mikroskop msing-masing di buat dengan

tujuan tertentu sesuai dengan keperluan dalam melakukan

penelitian atau percobaan, adapun jenis-jenis mikroskop sebagai

berikut:

a. Mikroskop Cahaya

Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum

1000 kali.mikroskop mempunyai kaki yng berat dan kokoh

dengan tujuan agar dapat berdiri dengan stabil.mikroskop

cahaya memiliki tiga system lensa,yaitu lensa ogyektif,lens


okuler,dan kondensor.lensa obyektif dan lensa okuler terletak

pada kedua ujung tabung mikroskop.lensa okuler pada

mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal(monokuler) atau

ganda (binokuler) .pada ujung bawah mikroskop terdapat

tempat dudukan lensa obyektif yang bisah dipasangi tiga

lensa atau lebih.di bawah tabung mikroskop terdapat meja

mikroskop yang merupakan tempat preparat.sistem lensa

yang ketiga adalah kondensor.kondensor berperang untuk

menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain.

Pada mikroskop komvensional, sumber cahaya masih berasal

dari sinar matahari yang dipantulkan dengan suatu cermin

datar ataupun cekung yang terdapat di bawah

kondensor.pada mikroskop modern sudah dilengkapi lampu

sebagai pengganti sumber matahari

b. Mikroskop stereo

Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang

hanya bisah digunakan untuk benda yang berukuran relatif

besar.mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7 hingga 30

kaki.benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat

secara tiga dimensi.komponen utama mikroskop stereo

hampir sama dengan mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas

lensa okuler lensa obyektif. Beberapa perbedaan dengan


mikroskop cahaya adalah:(1)ruang ketajaman lensa

mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

mikroskop cahaya sehingga kita dapat melihat bentuk tiga

deminsi benda yang diamati ,(2) sumber cahaya berasal dari

atas sehingga obyek yang tebal dapat diamati.perbesaran

lensa okuler biasanya 10 kali,sedangkan lensa obyektif

menggunakan system zoom dengan perbesaran antara 0,7

hingga perbesaran total obyek maksimal 30 kali.pada bagian

bawah mikroskop terdapat meja preparat.pada daerah dekat

lensa obyektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan

transpormator.pengatur focus obyek terletak di samping

tangkai mikroskop,sedangkan pengatur perbesaran terletak

diatas pengatur focus.

c. Mikroskop elektron

Sebagai gambaran mengenai mikroskop electron kita

uraikan sedikit dalam buku ini.mikroskop electron mempunyai

perbesaran sampai 100 ribu kali, electron digunakan sebagai

pengganti cahaya.mikroskop electron mempunyai dua tipe,

yaitu mikroskop electron scanning (SEM) dan mikroskop

electron tranmisi (TEM).SEM digunakan untuk studi detil

arsektur permukaan sel (atau struktur renik lainnya),dan

obyek diamati secara tiga dimensi. Sedangkan TEM

digunakan untuk mengamati struktur detil internal sel.


1.1.2 bagian-bagian dan fungsi komponen mikroskop

selain terdiri dari berbagai macam jenis,mikroskop

memiliki bagian dan fungsi antara lain, lensa okuler yang

berfungsi memperbesar bayangan yang dihasilkan lensa

obyektif,lensa obyektif berfungsi dalam pembetukan

bayangan yang pertama yakni menentukan banyaknya

struktur dan bagian renik yang terlihat pada bayangan

akhir,kondesor berfungsi untuk menciptakan pada obyek

yang akan difokuskan sehingga diperoleh daya pisah yang

maksimal,diagrama berfungsi pada pengturan pencahayaan

yang akan diberikan pada kondesor, revolver yang berfungsi

sebagai tempat melekatnya lensa obyektif, pengaruh kasar

untuk mencari atau menangkap bayangan yang berhasil

ditangkap pengarah kasar,cermin cekung, berfungsi

memantulkan cahaya ke diagrama,meja mikroskop sebagai

tempat untuk meletakkan preparat yang akan diamati,selain

itu mikroskop memiliki bagian yang disebut dubus (dubus

okuler dan dubus obyektif) yang merupakan tempat

bertumpunya lensa okuler dan lensa obyektif serta kaki

mikroskop dan gagang yang berfungsi sebagai tempat untuk

berdiri dan memegang mikroskop.

1.1.3 Sifat Lensa Pada Mikroskop

Mikroskop cahaya menggunakan tiga jenis lensa, yaitu

lensa obyektif, lensa okuler, dan kondesor.


Lens obyektif dan lensa okuler terletak pada kedua

ujung tabung mikroskop sedangkan penggunaan lensa

okuler terletak pada mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal

(monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah

mikroskop terdapat tempat dudukan lensa obyektif yang

bisah dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah ini tabung

mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat

preparat.

System lens yang ketiga adalah kondesor.kondesor

berperang untuk menerangi obyek dan lensa-lensa

mikroskop yang.

1.2 pengamatan sel

1.2.1 pengertian sel

Sel adalah segumpal protoplasma yang berinti, sebagai

individu yang berfungsi menyelenggarakan seluruh aktivitas

untuk kebutuhan hidupnya. Sel itu setelah tumbuh dan

berdeferensiasi, akan berubah bentuknya sesuai dengan

fungsinya, ada yang menjadi epidermis berfungsi untuk

melindungi sel-sel sebelah dalamnya ada yang menjadi


tempat penyediaan makanan, ada yang berfungsi menjadi

tempat persediaan makanan dan lain-lain.

1.2.2 sel hewan

Pada praktikum dengan melakukan pengamatan

menggunakan preparat Epitelium musoca sebagai

pengamatan sel hewan .yang nampak dibawah mikroskop

adalah membran sel yang berfungsi untuk melindungi bagian-

bagian sel hewan secara umum.inti sel (nukleus) yang

berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan sel.sitoplasma

yang berfungsi sebagai tempat untuk organel-organel sel dan

sel pada hewan memiliki bentuk yang tidak tetap atau

berubah –ubah.

1.2.3 sel tumbuhan

sessuai dengan hasil pengamatan dengan

menggunakan preparat empulur batang umbi kayu dan Alium

Ascolonicum sebagai objek untuk mengamati sel

tumbuhan.maka yang nampak di bawah mikroskop adalah

dinding sel yang berfungsi untuk melindungi bagian-bagian

sel, ruang antar sel, vakuola yang bentuknya besar tetapi


hanya terdapat satu,dan plstida serta memilki bentuk yang

tetap
2.

1.1 pengamatan tumbuhan

2.3.1 tumbuhan monokotil

Morpologi tumbuhan merupakan suatu kegiatan atau

ilmu yang mempelajari tentang struktur tumbuh-tumbuhan.

Akan tetapi dalam definisinya morpologi tidak mengandung

pengertian yang hanya terfokus pada penguraian dalam

bentuk dan susunan tumbuh-tumbuhan saja,tetapi

menentukan fungsi dan peranan dari bagian-bagian tumbuhan

dalam melangsungkan pertumbuhanya.adapun secara

subtansi morfologi adalahmengtahui asal mula bentuk dari

tumbuh-tumbuhan.Adapun Ciri monokotil, yaitu (1) tulang

daun umumnya sejajar (2) batang tak berkambium (3) akar

serabut (4) bagian-bagian bunga kelipatan 3.

Tumbuhan monokotil dikelompokan menjadi 5 suku, :

Rumut-rumputan (Graminae), ex : jagung, padi

Pinang-pinangan (Palmae), ex : kelapa, sagu

Pisang-pisangan (Musaceae), ex : pisang ambon, raja

Anggrek-angrekan (Orchidaceae), ex : anggrek, vanili

Jahe-jahean (Zingiberaceae), ex : jahe, kunyit


1.1.2 Tumbuhan dikotil

Tumbuhan dikotil adalah jenis tumbuhan yang tergolong dalam

kelompok tumbuhan berbiji terbuka (gymnospermae).pada tumbuhan dikotil

atau tumbuhan berkeping dua memiliki system perakaran tunggang dan

bentuk tulang daunnya umumnya menyirip atau menjari.batang daun dikotil

biasanya bercabang-caban Ciri dikotil, yaitu (1) tulang daun

beranekaragam, yi menjari, menyirip dll (2) batang berkambium (3) akar

tunggang (4) bagian-bagian bunga kelipatan 2,4, atau 5.

Tumbuhan dikotil dikelaompokan menjadi 5 suku, yi :

1. Jarak-jarakan (Euphorbiaceae), ex : jarak, ubi, karet

2. Polong-polongan (Leguminoceae), ex : pete, kacang

3. Terung-terungan (Solanaceae), ex : terong, cabe, tomat

4. Jambu-jambuan (Myrtaceae), ex : jambu biji, jambu air

5. Komposite (Compositae), ex : bunga matahari


1.1.3 Reproduksi pada tumbuhan

Pada umunnya benang sari (stamen) dipandang

sebagai alat kelamin jantan dari tumbuh-tumbuhan, karena

menghasilkan serbuk sari (pollen) yang mengandung inti

sperma untuk keperluan penyerbukan.putik (pistillum) di

pandang sebagai alat kelamin betina karena mempunyai

bakal buah (ovarium) yang berisi bakal biji (ovulum) dan

mengandung sel telur (ovum). Bilamana putik mengalami

penyerbukan dan pembuahan,maka bakal buahnya dapat

tumbuh menjadi buah dan bakal biji akan menjadi biji

Pada reproduksi tumbuhan secara aseksual adalah

jenis tumbuhan yang tidak manpu melakukan proses

reproduksi tanpa ada bantuan dari angin, hujan dan tangan

manusia sendiri , sehingga tumbuhan tersebut rata-rata di

mandul karena tidak manpu mambentuk individu.

1.2 Pengamatan hewan


2.4.1 KLASIFIKASI KATAK

Pada katak hijau memiliki system klasifikasi

mulai dari kingdom sampai pada spesies yaitu

sebagai berikut:

Kingdom :ammalia

Divisio :vertebrat

Clss :amphibie

Ordo :anura

Family :Ranidae

Genus :rana

Spesies :Rana cancrino(katak sawah)

You might also like