Professional Documents
Culture Documents
MODUL-2
Jurusan Fisika,FMIPA Universitas Padjadjaran
Senin, 23 November 2009
ABSTRAK
Cahaya pun dapat sebagai paket partikel yang disebut foton. Ada suatu
pembeda apabila cahaya dikatakan bersifat sebagai gelombang (elektromagnetik)
dan cahaya dikatakan bersifat sebagai partikel (foton), yaitu ketika cahaya bersifat
sebagai gelombang yakni dengan dapat memunculkan peristiwa difraksi dan
interfrensi. Peristiwa difraksi dan interfrensi yang akan menghasilkan suatu pola
terang dan pola gelap pada layar. Selain itu., dari pola tersebut dapat
menghasilkan suatu nilai intensitas cahayanya.
Ada suatu prinsip yang mendukung untuk materi praktikum kali ini,
prinsip tersebut dinamakan prinsip Huygens. Prinsip Huygens merupakan sebuah
metode geometrik untuk mencari dari bentuk sebuah muka gelombang yang telah
diketahui pada suatu waktu dan bentuk muka gelombang tersebut pada suatu
waktu kemudian. Dari prinsip ini, kita dapat menganggap bahwa setiap titik dari
sebuah muka gelombang dapat ditinjau sebagai gelombang-gelombang kecil yang
menyebar keluar atau ke segala arah dengan laju yang sama dengan laju
perambatan gelombang tersebut. Percobaan mengenai hal ini pun di dukung oleh
percobaan yang dilakukan oleh Thomas Youngm ia yang menyatakan bahwa
berkas cahaya yang dilenturkan akan berinterferensi baik maksimum maupun
minimum, tiap titik pada bagian terbuka dari celah itu dipandang sebagai sumber
cahaya baru yang akan menyebar ke segala arah.
Sesuai dengan tujuan praktikum kali ini, yaitu untuk menentukan pola dan
intensitas difraksi dari celah dan grid ganda, yang nantinya untuk mencari panjang
gelombang dari laser dengan menggunakan perhitungan-perhitungan pada teori
dasar.
PENDAHULUAN
• Latar Belakang
Difraksi terjadi ketika sebuah berkas cahaya melewati penghalang,
penghalang tersebut seperti celah sempit sehingga terjadi pelenturan
gelombang cahaya. Difraksi ialah peristiwa pembelokan gelombang bila
melewati sebuah penghalang. Interferensi ialah peristiwa penggabungan dua
gelombang atau lebih yang menghasilkan gelombang. Dua pengertian tersebut
adalah dasar dari percobaan ini. Pola difraksi dan interfrensi menunjukkan
sifat cahaya sebagai gelombang. Selain itu, percobaan ini menggunakan
prinsip huygens yang menyatakan bahwa cahaya sebagai gelombang. Dari
penjelasan di atas kita akan membuktikannya pada percobaan kali ini
• Identifikasi masalah
Didalam percobaan kali ini yang akan kita bahas adalah bagaimana
difraksi dan interfrensi terjadi serta saat terjadinya interfrensi cahaya yang
merupakan hasil perpaduan gelombang cahaya yang berdifraksi terbentuk pola
tertentu yang teratur, berupa garis gelap dan terang ditinjau dari titik focus dan
n jarak antar celah serta panjang gelombang cahaya laser. Disamping itu, pola
difraksi yang terbentuk menurut posisi dan intensitasnya diukur dengan
menggunakan foto dioda yang dapat digeserkan.
• Tujuan Percobaan
Adapun tujuan melakukan percobaan ini adalah ;
• Menentukan pola dan intensitas difraksi dari celah dan grid ganda.
• Menentukan posisi intensitas minimumpertama yang berhubungan
dengan celah tunggal. Harga intensitas minimum tersebut digunakan
untuk menghitung lebar dari celah.
• Menentukan distribusi intensitas pada pola difraksi dari celah
kelipatan tiga, empat dan lima, dimana seluruh celah memiliki lebar
dan jarak antar celah yang sama. Selanjutnya menaksir hubungan
intensitas dari puncak pusat difraksi.
• Menentukan posisi dari puncak beberapa orde dari difraksi untuk grid
transmisi dengan konstanta kisi yang berbeda. Selanjutnya
menggunakan nilai yang diperoleh untuk menghitung panjang
gelombang dari laser.
TEORI DASAR
Gelombang elektromagnetik sama seperti gelombang mekanik, dapat
berinterfrensi satu sama lain. Kita dapat ketahui bahwa cahaya sebagai
gelombang, memperlihatkan gejala interfrensi gelombang-gelombang yang
mempunyai beda fase yang tetap.
Bila Cahaya melintas dari suatu sumber melalui sebuah celah pada layar,
dan cahaya yang keluar dari celah tersebut digunakan untuk menerangi dua
celah bersebelahan pada layar kedua. Bila cahaya diteruskan dari kedua celah
tersebut dan jatuh pada layar ketiga, maka akan terbentuk sederet pita
interferensi yang sejajar. Ini sebagai fenomena interferensi.
Interferensi adalah peristiwa penggabungan dua gelombang atau lebih
yang menghasilkan gelombang baru. Untuk mendapatkan interferensi cahaya,
diperlukan sumber cahaya yang koheren, yaitu sumber cahaya yang
mempunyai beda fase tetap. Dua sumber cahaya koheren yang diperlukan
untuk penyelidikan proses interferensi secara percobaan, dapat diperoleh dari
sumber cahaya tunggal dengan dua cara, yaitu :
1. Pemecahan muka gelombang menjadi dua bagian menghasilkan dua
berkas sinar yang berkoherensi ruang / spasial, kemudian keduanya
dipertemukan kembali di daerah interferensi : percobaan dua celah Young,
interferensi dengan menggunakan biprisma, cermin kembar Fresnel atau
cermin tunggal Lloyd.
2. Pembagian amplitudo gelombang menjadi dua bagian dengan
menggunakan keping kaca yang mempunyai lapisan pemantul yang tidak
penuh dan dipasang sehingga sudut datang berkas cahaya primer yang
tunggal = 45°.
∆ S = S1 − S 2
S1
S
2d
{ M
S2
N
Layar
• Percobaan Fresnel
S1 O
S 1
c e r m in II
Layar
2. Difraksi Franhouver
Salah satu jenis difraksi dengan sumber cahaya dan layar penerima berada
pada jarak tak terhingga dari benda penyebab difraksi, sehingga muka
gelombang tidak lagi diperlakukan sebagai bidang sferis melainkan dapat
diperlakukan sebagai bidang datar.
Praktisnya, difraksi jenis ini melibatkan berkas cahaya sejajar. Difraksi
Franhouver dapat dianggap sebagai difraksi fresnel yang mengalami banyak
perubahan, namun lebih praktis digunakan untuk menjelaskan pola celah
tunggal dan celah banyak.
3. Difraksi elektron
Difraksi electron adalah difraksi seberkas elektron oleh atom atau
molekul. Kenyataan bahwa elektron dapat didifraksi dengan cara yang mirip
dengan difraksi cahaya dan sinar-X menunjukkan bahwa partikel dapat
berperilaku sebagai gelombang.
Pada Difraksi apabila jarak antara kedua sumber sekunder yang
koheren adalah 2d = S1S2 dan jarak antara bidang datar dimana pola
interferensi akan diamati (bidang layar) dengan titik T (titik tengah penggal
garis S1S2) adalah L maka benda jarak tempuh ∆S dapat dinyatakan dalam
parameter 2d dan L ini serta peubah yaitu jarak titik pengamatan P ke titik O =
proyeksi T pada bidang pengamatan.
∆S = S2P - S1P = { L + ( y + d ) 2 } { }
1/ 2 1/ 2
− L2 + ( y + d ) 2
1 1
≈ L 1 + ( y + d ) / L − L 1 + ( y − d ) / L
2 2 2 2
2 2
= {( y + d ) 2 − ( y − d ) 2 } / 2 L
∆S = 2 yd / L
Interferensi minimum yang menghasilkan garis gelap terjadi jika kedua
gelombang berbeda fase 180° atau beda lintasannya sama dengan setengah
(1/2) panjang gelombang. Dapat dinyatakan pita gelap ke-n sebagai :
nλ
Sin θ =
d
d sin θ = nλ
1
d sin θ = 2n λ
2
Untuk mendapatkan pola difraksi, beda lintasan dari interferensi
maksimum harus dikurangi dengan ½ λ . Oleh karena kedua cahaya sefase
maka beda fase keduanya menjadi 360°. Dua gelombang dengan beda fase 1
atau beda sudut fase 360° disebut juga sefase. Dapat dinyatakan pita terang ke-
n sebagai :
nλ
Sin θ =
d
1
d sin θ = nλ − λ
2
1
d sin θ = (2n −1) λ
2
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
PROSEDUR PERCOBAAN
M y R R
D L y kiri R kiri
(orde) kanan (pusat) kanan
0.0000
1 2 0.2 0.006 0.006 4.75 13.89 6.21
0.0000
2 2 0.2 0.012 0.015 4.28 13.89 4.15
0.0000
1 2 0.25 0.004 0.007 4.78 13.89 7.34
0.0000
2 2 0.25 0.012 0.014 4.3 13.89 4.35
0.0000
1 2 0.3 0.009 0.007 7.49 5.16 5.89
0.0000
2 2 0.3 0.017 0.018 4.51 5.16 4.51
0.0000
1 2 0.35 0.009 0.011 9.78 10.98 5.87
0.0000
2 2 0.35 0.016 0.022 4.29 10.98 4.41
Pengolahan Data
Rumus untuk mencari panjang gelombang untuk interferensi yaitu
y
d sin θ = mλ sin θ = tan θ = , maka
L
y y
d = mλ , maka di dapat : λ=d
L Lm
d = lebar antar celah;
y = jarak antara terang pusat dengan terang orde ke- m;
L = jarak antara celah ke layar;
λ = panjang gelombang.
m = orde
Untuk perhitungan pada orde pertama.
d = 1/50 mm = 0.00002 m;
L = 0.2 m
y = 0.006 m
m=1
y
λ = d
Lm
0.006
= 0.00002
0.2 x1
= 0.0000006 m
M y R R
(orde D L y kiri kana R kiri (pusa kana λ kiri λ kanan
) n t) n
0.0000 0.00 0.00
1 2 0.2 6 6 4.75 13.89 6.21 0.0000006 0.0000006
0.0000 0.01 0.01
2 2 0.2 2 5 4.28 13.89 4.15 0.0000006 0.0000125
0.0000 0.00 0.00
1 2 0.25 4 7 4.78 13.89 7.34 0.00000032 0.000035
0.0000 0.01 0.01 1.16667E-
2 2 0.25 2 4 4.3 13.89 4.35 0.00000048 05
0.0000 0.00 0.00 1.55556E-
1 2 0.3 9 7 7.49 5.16 5.89 0.0000006 05
0.0000 0.01 0.01 1.05882E-
2 2 0.3 7 8 4.51 5.16 4.51 5.66667E-07 05
0.0000 0.00 0.01 2.44444E-
1 2 0.35 9 1 9.78 10.98 5.87 5.14286E-07 05
0.0000 0.01 0.02 0.0000137
2 2 0.35 6 2 4.29 10.98 4.41 4.57143E-07 5
Menghitung KSR
Kiri
λ rata = ∑ λ / n
= 5.17262E-07
=5.17262x10-7
Kanan
λ rata = ∑ λ / n
= 1.55131E-05
= 1.55131x10-5
Maka
= 8.01519 x 10-6
KSR
λlit − λhit
ksr = x 100%
λlit
KP= 100%-KSR
KP = 1.27 X 102
ANALISA
IV.1 Analisis Data
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan praktikan,
didapatkan data yang diperlukan untuk perhitungan sesuai dengan
rumus, yaitu besar y ( jarak antara terang pusat denga terang ke-m)
antara lain y kanan dan y kiri yang masing - masing nilainya
berbeda, padahal telah diketahui apabila secara teori seharusnya
besar nilai y di kanan maupun kiri akan sama. Ada hal yang
dijadikan penyebab ketidak sesuaian antara teori dan
praktikumnya, yaitu dikarenakan kekurang telitian prakikan dalam
menghitung jarak y.
Hal yang perlu diperhatikan sesuai dengan teori pendukung
untuk praktikum ini, semakin dekat jarak antara layar dan sumber
cahaya dalam hal ini adalah sinar laser maka intensitas yang
dihasilkan akan semakin kuat, namun pada prakteknya di
laboratorium yang dijadikan ruang gelap membuktikan bahwa
terdapat sedikit kekeliruan akibatnya intensitas yang muncul tidak
stabil atau turun naik apabila semakin didekatkan.
.
Analisis Perhitungan
Dari hasil perhitungan yang dilakukan praktikan setelah
y
mendapatkan data- data yang digunakan dalam rumus λ = d ,
Lm
rumus tersebut didapatkan dari rumus interferensi. Dari masing-
masing orde di kanan dan kiri dari terang pusat di hitung panjang
gelombangnya. Setelah mendapatkan nilai panjang gelombang di
kanan dan kiri, kemudian dirata-ratakan setelah itu dirata- ratakan
dengan nilai-nilai panjang gelombang yang didapat dari berbagai
variasi jarak L maka di dapatkan nilai panjang gelombang
berdasarkan pengolahan data ialah 0.0000006 m. Sedangkan nilai
panjang gelombang pada litelatur adalah 6,328 x 10-6 cm. Maka
akan didapatkan KSR sebesar 26.7%. Suatu hasil yang kurang
memuaskan, karena dilihat dari hasil KSR yang masih jauh menuju
0%. KSR yang semakin tidak mendekati 0% akan membuktikan
ketepatan perhitungan dan pengambilan data dari praktikum serta
kemungkinan ada kekeliruan dengan alat percobaan, menjadi
indikasi yang menyebabkan besarnyav KSR.
Analisis Grafik
KESIMPULAN