You are on page 1of 18

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMEN 1A

MODUL-2
Jurusan Fisika,FMIPA Universitas Padjadjaran
Senin, 23 November 2009

ABSTRAK

Pada kehidupan sehari-hari, manusia dan mahkluk hidup lainnya selalu


tidak pernah lepas dari cahaya. Cahaya memiliki kegunaan atau fungsi tersendiri
bagi masing-masing makhluk hidup di belahan dunia. Cahaya merupaka energy
berbentuk gelombang elektromagnetik yang kasat mata dengan panjang
gelombang sekitar 380-750 nm. Pada bidang ilmu sains khususnya fisika, cahaya
dikatakan sebagai radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat
mata atau tidak.

Cahaya pun dapat sebagai paket partikel yang disebut foton. Ada suatu
pembeda apabila cahaya dikatakan bersifat sebagai gelombang (elektromagnetik)
dan cahaya dikatakan bersifat sebagai partikel (foton), yaitu ketika cahaya bersifat
sebagai gelombang yakni dengan dapat memunculkan peristiwa difraksi dan
interfrensi. Peristiwa difraksi dan interfrensi yang akan menghasilkan suatu pola
terang dan pola gelap pada layar. Selain itu., dari pola tersebut dapat
menghasilkan suatu nilai intensitas cahayanya.

Ada suatu prinsip yang mendukung untuk materi praktikum kali ini,
prinsip tersebut dinamakan prinsip Huygens. Prinsip Huygens merupakan sebuah
metode geometrik untuk mencari dari bentuk sebuah muka gelombang yang telah
diketahui pada suatu waktu dan bentuk muka gelombang tersebut pada suatu
waktu kemudian. Dari prinsip ini, kita dapat menganggap bahwa setiap titik dari
sebuah muka gelombang dapat ditinjau sebagai gelombang-gelombang kecil yang
menyebar keluar atau ke segala arah dengan laju yang sama dengan laju
perambatan gelombang tersebut. Percobaan mengenai hal ini pun di dukung oleh
percobaan yang dilakukan oleh Thomas Youngm ia yang menyatakan bahwa
berkas cahaya yang dilenturkan akan berinterferensi baik maksimum maupun
minimum, tiap titik pada bagian terbuka dari celah itu dipandang sebagai sumber
cahaya baru yang akan menyebar ke segala arah.
Sesuai dengan tujuan praktikum kali ini, yaitu untuk menentukan pola dan
intensitas difraksi dari celah dan grid ganda, yang nantinya untuk mencari panjang
gelombang dari laser dengan menggunakan perhitungan-perhitungan pada teori
dasar.

PENDAHULUAN
• Latar Belakang
Difraksi terjadi ketika sebuah berkas cahaya melewati penghalang,
penghalang tersebut seperti celah sempit sehingga terjadi pelenturan
gelombang cahaya. Difraksi ialah peristiwa pembelokan gelombang bila
melewati sebuah penghalang. Interferensi ialah peristiwa penggabungan dua
gelombang atau lebih yang menghasilkan gelombang. Dua pengertian tersebut
adalah dasar dari percobaan ini. Pola difraksi dan interfrensi menunjukkan
sifat cahaya sebagai gelombang. Selain itu, percobaan ini menggunakan
prinsip huygens yang menyatakan bahwa cahaya sebagai gelombang. Dari
penjelasan di atas kita akan membuktikannya pada percobaan kali ini
• Identifikasi masalah
Didalam percobaan kali ini yang akan kita bahas adalah bagaimana
difraksi dan interfrensi terjadi serta saat terjadinya interfrensi cahaya yang
merupakan hasil perpaduan gelombang cahaya yang berdifraksi terbentuk pola
tertentu yang teratur, berupa garis gelap dan terang ditinjau dari titik focus dan
n jarak antar celah serta panjang gelombang cahaya laser. Disamping itu, pola
difraksi yang terbentuk menurut posisi dan intensitasnya diukur dengan
menggunakan foto dioda yang dapat digeserkan.
• Tujuan Percobaan
Adapun tujuan melakukan percobaan ini adalah ;
• Menentukan pola dan intensitas difraksi dari celah dan grid ganda.
• Menentukan posisi intensitas minimumpertama yang berhubungan
dengan celah tunggal. Harga intensitas minimum tersebut digunakan
untuk menghitung lebar dari celah.
• Menentukan distribusi intensitas pada pola difraksi dari celah
kelipatan tiga, empat dan lima, dimana seluruh celah memiliki lebar
dan jarak antar celah yang sama. Selanjutnya menaksir hubungan
intensitas dari puncak pusat difraksi.
• Menentukan posisi dari puncak beberapa orde dari difraksi untuk grid
transmisi dengan konstanta kisi yang berbeda. Selanjutnya
menggunakan nilai yang diperoleh untuk menghitung panjang
gelombang dari laser.

TEORI DASAR
Gelombang elektromagnetik sama seperti gelombang mekanik, dapat
berinterfrensi satu sama lain. Kita dapat ketahui bahwa cahaya sebagai
gelombang, memperlihatkan gejala interfrensi gelombang-gelombang yang
mempunyai beda fase yang tetap.
Bila Cahaya melintas dari suatu sumber melalui sebuah celah pada layar,
dan cahaya yang keluar dari celah tersebut digunakan untuk menerangi dua
celah bersebelahan pada layar kedua. Bila cahaya diteruskan dari kedua celah
tersebut dan jatuh pada layar ketiga, maka akan terbentuk sederet pita
interferensi yang sejajar. Ini sebagai fenomena interferensi.
Interferensi adalah peristiwa penggabungan dua gelombang atau lebih
yang menghasilkan gelombang baru. Untuk mendapatkan interferensi cahaya,
diperlukan sumber cahaya yang koheren, yaitu sumber cahaya yang
mempunyai beda fase tetap. Dua sumber cahaya koheren yang diperlukan
untuk penyelidikan proses interferensi secara percobaan, dapat diperoleh dari
sumber cahaya tunggal dengan dua cara, yaitu :
1. Pemecahan muka gelombang menjadi dua bagian menghasilkan dua
berkas sinar yang berkoherensi ruang / spasial, kemudian keduanya
dipertemukan kembali di daerah interferensi : percobaan dua celah Young,
interferensi dengan menggunakan biprisma, cermin kembar Fresnel atau
cermin tunggal Lloyd.
2. Pembagian amplitudo gelombang menjadi dua bagian dengan
menggunakan keping kaca yang mempunyai lapisan pemantul yang tidak
penuh dan dipasang sehingga sudut datang berkas cahaya primer yang
tunggal = 45°.

Cincin Newton juga merupakan efek interferensi. Karena laser


merupakan sumber pancaran koheren, cahaya ini juga digunakan untuk
menghasilkan efek interferensi, salah satu penerapannya yaitu holografi.
Interferometer adalah alat yang dirancang untuk menghasilkan pita-pita
interferensi optis untuk mengukur panjang gelombang, menguji kedataran
permukaan, mengukur jarak yang pendek dan seterusnya
Efek interfrensi sukar untuk diamati karena berada dalam skala
gelombang cahaya, maka dari itu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi,
yaitu ;
1. Sumber dari cahaya itu harus koheren, maksudnya adalah mempunyai
fase yang sama satu dengan yang lainnya.\
2. Sumber sinar harus memancarkan sinar yang bersifat mono kromatik,
maksudnya adalah harus mempunyai satu panjang gelombang.
3. Berlakunya prinsip superposisi.

Percobaan Young dan Fresnel


Berikut ini penjelasan percobaan yang dilakukan oleh Thomas Young
dan percobaan yang dilakukan oleh Fresnel;
• Percobaan celah ganda Young
Pada tahun 1801, seorang berkebangsaan Inggris, Thomas Young
(1773-1829), mendapatkan bukti yang meyakinkan untuk sifat gelombang
dari cahaya dan bahkan bisa mengukur panjang gelombang untuk cahaya
tampak. Percobaan celah ganda Young dilakukan dengan cara
menggunakan dua penghalang. Penghalang pertama mempunyai satu
lubang kecil dan penghalang kedua mempunyai dua lubang kecil.
Sinar monokromatik diperoleh dari lampu sebagai sumber cahaya
yang memancar melalui celah S. Sinar dari celah S kemudian dipancarkan
ke penghalang kedua. Dua celah pada penghalang kedua yaitu S1 dan S2
yang dipasang sejajar dengan S berfungsi sebagai pemancar sinar-sinar
koheren. Kedua berkas dari celah-celah S1 dan S2 ini bergabung
(berinterferensi) pada layar. Hasil interferensinya berupa garis terang dan
garis gelap.

∆ S = S1 − S 2
S1

S
2d
{ M

S2
N
Layar

• Percobaan Fresnel

Dengan menggunakan sebuah sumber cahaya S, Fresnel


memperoleh dua sumber cahaya S1 dan S2 yang koheren dari hasil
pemantulan dua cermin. S adalah sumber sinar monokromatik. S1 dan S2
adalah bayangan dari S oleh cermin C1 dan C2. sehingga, sinar-sinar yang
datang pada layar seolah-olah berasal dari S1 dan S2. gelombang cahaya
dari S1 dan S2 ini akan saling berinterferensi pada layar dan hasilnya
bergantung pada selisih dari lintasan kedua sinar itu. Jika selisih lintasan
merupakan kelipatan genap kali setengah panjang gelombang dengan k : 0,
1, 2, 3, …. Hasil interferensi adalah maksimum atau terjadi garis terang
pada layar. Jika selisih lintasan merupakan kelipatan ganjil kali setengah
panjang gelombang dengan k : 0, 1, 2, 3, …. Hasil interferensi adalah
minimum atau terjadi garis gelap. Akibatnya pada layar akan tampak
garis-garis gelap dan terang secara bergantian.
c e r m in I S

S1 O

S 1

c e r m in II

Layar

Interfrensi minimum dari gambar diatas dihasilkan bila nilai


maksimum salah satu gelombang bertemu dengan nilai minimum
gelombang lain atau nilai minimum salah satu gelombang bertemu nilai
minimum gelombang lain. Singkatnya, akan terjadi apabila berkas cahaya
saling melemahkan sehingga tampak berupa garis gelap. Selain itu
interferensi minimum akan terjadi jika dua gelombang cahaya S1 dan S2
yang sampai pada layar berlawanan fase, yaitu berbeda sudut fase 180°.
Persamannya :
y ⋅d
d sin θ = (2n-1) ½ λ atau = ( 2n − 1) 1 λ
l 2

Kemudian interfrensi maksimum yang terbentuknya yaitu apabila


nilai-nilai maksimum gelombang dari kedua celah bertemu, sehingga
berkas cahaya tersebut akan saling menguatkan dan tampak berupa garis
terang. Selain itu interferensi maksimum akan terjadi jika kedua
gelombang cahaya S1 dan S2 yang sampai pada layar memiliki fase yang
sama.
Persamaannya :
1 y ⋅d
d sin θ = 2n λ atau =λ
2 l
dimana :
d = jarak antara celah pada layer
l = jarak celah ke layer
λ = panjang gelombang cahaya
n = orde interferensi (0, 1, 2, …)

Sebagai gelombang, cahaya juga dapat melentur (berdifraksi), serta


interfrensi yang dibahas diatas merupakan hasil dari cahaya yang berdifraksi.
Difraksi adalah penyebaran atau pembelokan gelombang pada saat gelombang
ini melintas melalui bukaan atau mengelilingi ujung penghalang. Gelombang
terdifraksi selanjutnya berinterferensi satu sama lain sehingga menghasilkan
daerah penguatan dan pelemahan. Difraksi juga berlangsung pada aliran
partikel.Dengan kata lain, Difraksi adalah peristiwa dimana berkas cahaya
akan dilenturkan pada saat melewati celah sempit. Difraksi juga
menggambarkan suatu deviasi dari cahaya dengan pola lurus ketika melewati
lubang lensa atau disekeliling benda. Menurut Huygens bahwa setiap bagian
celah akan menjadi suatu sumber gelombang (cahaya) biru.
Celah sempit tersebut disebut dengan kisi difraksi. Kisi difraksi adalah
kepingan kaca yang digores sejajar dan berjumlah sangat banyak dan memiliki
jarak yang sama (biasanya dalam ordo 1000 per mm). Cahaya terdifraksi,
setelah diteruskan melalui kaca atau dipantulkan oleh spekulum,
menghasilkan cahaya maksimum pada θ = 0° dan berkurang sampai
minimum (intensitas = nol) pada sudut θ .

Untuk melewati pola difraksi cahaya, cahaya dilewatkan melalui suatu


celah tunggal dan mengamati cahaya yang diteruskan oleh celah pada suatu
film. Difraksi pada celah tunggal akan menghasilkan pola garis terang dan
gelap pada layar. Celah tunggal dapat dianggap terdiri atas beberapa celah
sempit yang dibatasi titik-titik dan setiap celah itu merupakan sumber cahaya
sehingga satu sama lainnya dapat berinterferensi.
Kemudian difraksi cahaya terjadi pula pada cahaya yang melalui banyak
celah sempit, dengan jarak celah sama. Celah sempit yang demikian disebut
dengan kisi difraksi. Semakin banyak celah, semakin tajam pola difraksi yang
dihasilkan pada layar.
Dalam pembahasan difraksi, terdapat jenis-jenis difraksi yaitu sebagai
berikut;
1. Difraksi Fresnel
Salah satu jenis difraksi dengan sumber cahaya atau layar penerima, atau
keduanya, berada pada suatu jarak terhingga dari benda penghalang, sehingga
muka gelombang tidak berbentuk datar.

2. Difraksi Franhouver
Salah satu jenis difraksi dengan sumber cahaya dan layar penerima berada
pada jarak tak terhingga dari benda penyebab difraksi, sehingga muka
gelombang tidak lagi diperlakukan sebagai bidang sferis melainkan dapat
diperlakukan sebagai bidang datar.
Praktisnya, difraksi jenis ini melibatkan berkas cahaya sejajar. Difraksi
Franhouver dapat dianggap sebagai difraksi fresnel yang mengalami banyak
perubahan, namun lebih praktis digunakan untuk menjelaskan pola celah
tunggal dan celah banyak.

3. Difraksi elektron
Difraksi electron adalah difraksi seberkas elektron oleh atom atau
molekul. Kenyataan bahwa elektron dapat didifraksi dengan cara yang mirip
dengan difraksi cahaya dan sinar-X menunjukkan bahwa partikel dapat
berperilaku sebagai gelombang.
Pada Difraksi apabila jarak antara kedua sumber sekunder yang
koheren adalah 2d = S1S2 dan jarak antara bidang datar dimana pola
interferensi akan diamati (bidang layar) dengan titik T (titik tengah penggal
garis S1S2) adalah L maka benda jarak tempuh ∆S dapat dinyatakan dalam
parameter 2d dan L ini serta peubah yaitu jarak titik pengamatan P ke titik O =
proyeksi T pada bidang pengamatan.
∆S = S2P - S1P = { L + ( y + d ) 2 } { }
1/ 2 1/ 2
− L2 + ( y + d ) 2
 1   1 
≈ L 1 + ( y + d ) / L  − L 1 + ( y − d ) / L 
2 2 2 2

 2   2 

= {( y + d ) 2 − ( y − d ) 2 } / 2 L
∆S = 2 yd / L
Interferensi minimum yang menghasilkan garis gelap terjadi jika kedua
gelombang berbeda fase 180° atau beda lintasannya sama dengan setengah
(1/2) panjang gelombang. Dapat dinyatakan pita gelap ke-n sebagai :

Sin θ =
d
d sin θ = nλ
1
d sin θ = 2n λ
2
Untuk mendapatkan pola difraksi, beda lintasan dari interferensi
maksimum harus dikurangi dengan ½ λ . Oleh karena kedua cahaya sefase
maka beda fase keduanya menjadi 360°. Dua gelombang dengan beda fase 1
atau beda sudut fase 360° disebut juga sefase. Dapat dinyatakan pita terang ke-
n sebagai :

Sin θ =
d
1
d sin θ = nλ − λ
2
1
d sin θ = (2n −1) λ
2
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

o He-Ne laser 1.0 mW, 220V AC


o Amplifier pengukur universal ( universal measuring amplifier )
o Dudukan optik (optical profile bench) 1=60 cm
o Base f opt profile bench, adjust.
o Slide dengan pengatur ketinggian f optik ( slide mount f opt profile
bench )h 80 mm
o Slide mount, lateral adjust optical
o Pemegang lensa (lens holder) dan pemegang objek (object holder)
535 cm
o Lensa f+ 20mm, lensa f+ 100mm
o Foto elemen, f opt base plt
o Diafragma, 3 celah tunggal; 4 celah tunggal
o Grating difraksi 4 garis/mm; 8 garis/mm, 10 garis/mm, 50
garis/mm
o Multi-range meter A 07028.01 1
o Karbon resistor PEK 1 W 5 % 2.2 k ohm
o Kabel koneksi 750mm, merah dan biru

PROSEDUR PERCOBAAN

o Menyusun alat percobaan


o Menyalakan laser dengan bantuan lensa f = +20mm dan f =
+100mm. Mengatur sinar laser yang lebar dan sejajar agar jatuh
tepat di pusat fotosel kira-kira di tengah – tengah jarak pergeseran.
Memasang objek difraksi di peganganobjek. Memastikan objek
dari difraksi yang diselidiki vertikal di dalam pemegang objek dan
sinar laser uniform.
o Menghubungkan fotosel dengan input 104Ω dari amplifier
pengukur ( faktor perbesaran 103 – 105)menghubungkan resistor
2.2 kΩ paralel dengan fotosel. Saat faktor amplifikasi diubah, titik
nol dari amplifier pengukur harus diperiksa dimana fotosel ditutup,
koreksi jika diperluka.
o Menentukan posisi puncak difraksi untuk grid transmisi, kemudian
hitung panjang gelombang sinar laser yang digunakan. Untuk grid
transmisi 50 garis/mm, puncak sekunder berada di luar jangkauan
pergeseran dari fotosel.oleh karena itu dalam kasus ini posisi dari
difraksi yang refleksi harus ditandai pada selembar kertas dan
jaraknya diukur dengan menggunakan mistar.

PERHITUNGAN DAN TABEL DATA

M y R R
D L y kiri R kiri
(orde) kanan (pusat) kanan

0.0000
1 2 0.2 0.006 0.006 4.75 13.89 6.21
0.0000
2 2 0.2 0.012 0.015 4.28 13.89 4.15
0.0000
1 2 0.25 0.004 0.007 4.78 13.89 7.34
0.0000
2 2 0.25 0.012 0.014 4.3 13.89 4.35
0.0000
1 2 0.3 0.009 0.007 7.49 5.16 5.89
0.0000
2 2 0.3 0.017 0.018 4.51 5.16 4.51
0.0000
1 2 0.35 0.009 0.011 9.78 10.98 5.87
0.0000
2 2 0.35 0.016 0.022 4.29 10.98 4.41

Pengolahan Data
Rumus untuk mencari panjang gelombang untuk interferensi yaitu
y
d sin θ = mλ sin θ = tan θ = , maka
L
y y
d = mλ , maka di dapat : λ=d
L Lm
d = lebar antar celah;
y = jarak antara terang pusat dengan terang orde ke- m;
L = jarak antara celah ke layar;
λ = panjang gelombang.
m = orde
Untuk perhitungan pada orde pertama.
d = 1/50 mm = 0.00002 m;
L = 0.2 m
y = 0.006 m
m=1
y
λ = d
Lm
0.006
= 0.00002
0.2 x1
= 0.0000006 m

M y R R
(orde D L y kiri kana R kiri (pusa kana λ kiri λ kanan
) n t) n
0.0000 0.00 0.00
1 2 0.2 6 6 4.75 13.89 6.21 0.0000006 0.0000006
0.0000 0.01 0.01
2 2 0.2 2 5 4.28 13.89 4.15 0.0000006 0.0000125
0.0000 0.00 0.00
1 2 0.25 4 7 4.78 13.89 7.34 0.00000032 0.000035
0.0000 0.01 0.01 1.16667E-
2 2 0.25 2 4 4.3 13.89 4.35 0.00000048 05
0.0000 0.00 0.00 1.55556E-
1 2 0.3 9 7 7.49 5.16 5.89 0.0000006 05
0.0000 0.01 0.01 1.05882E-
2 2 0.3 7 8 4.51 5.16 4.51 5.66667E-07 05
0.0000 0.00 0.01 2.44444E-
1 2 0.35 9 1 9.78 10.98 5.87 5.14286E-07 05
0.0000 0.01 0.02 0.0000137
2 2 0.35 6 2 4.29 10.98 4.41 4.57143E-07 5
Menghitung KSR
Kiri

λ rata = ∑ λ / n
= 5.17262E-07
=5.17262x10-7
Kanan

λ rata = ∑ λ / n
= 1.55131E-05

= 1.55131x10-5

Maka

λ percobaan = ( λ kiri+ λ kanan ) /2


= (45.17262x10-7 + 1.55131x10-5

= 8.01519 x 10-6

KSR

λlit − λhit
ksr = x 100%
λlit

KSR = |(6,328 x 10-6 – 8.01519 x 10-6) / 6,328 x 10-6 | x 100%


KSR = 2.67 X 10-1 x 100%
KSR = 2.67 X 101

KP= 100%-KSR
KP = 1.27 X 102
ANALISA
 IV.1 Analisis Data
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan praktikan,
didapatkan data yang diperlukan untuk perhitungan sesuai dengan
rumus, yaitu besar y ( jarak antara terang pusat denga terang ke-m)
antara lain y kanan dan y kiri yang masing - masing nilainya
berbeda, padahal telah diketahui apabila secara teori seharusnya
besar nilai y di kanan maupun kiri akan sama. Ada hal yang
dijadikan penyebab ketidak sesuaian antara teori dan
praktikumnya, yaitu dikarenakan kekurang telitian prakikan dalam
menghitung jarak y.
Hal yang perlu diperhatikan sesuai dengan teori pendukung
untuk praktikum ini, semakin dekat jarak antara layar dan sumber
cahaya dalam hal ini adalah sinar laser maka intensitas yang
dihasilkan akan semakin kuat, namun pada prakteknya di
laboratorium yang dijadikan ruang gelap membuktikan bahwa
terdapat sedikit kekeliruan akibatnya intensitas yang muncul tidak
stabil atau turun naik apabila semakin didekatkan.
.
 Analisis Perhitungan
Dari hasil perhitungan yang dilakukan praktikan setelah

y
mendapatkan data- data yang digunakan dalam rumus λ = d ,
Lm
rumus tersebut didapatkan dari rumus interferensi. Dari masing-
masing orde di kanan dan kiri dari terang pusat di hitung panjang
gelombangnya. Setelah mendapatkan nilai panjang gelombang di
kanan dan kiri, kemudian dirata-ratakan setelah itu dirata- ratakan
dengan nilai-nilai panjang gelombang yang didapat dari berbagai
variasi jarak L maka di dapatkan nilai panjang gelombang
berdasarkan pengolahan data ialah 0.0000006 m. Sedangkan nilai
panjang gelombang pada litelatur adalah 6,328 x 10-6 cm. Maka
akan didapatkan KSR sebesar 26.7%. Suatu hasil yang kurang
memuaskan, karena dilihat dari hasil KSR yang masih jauh menuju
0%. KSR yang semakin tidak mendekati 0% akan membuktikan
ketepatan perhitungan dan pengambilan data dari praktikum serta
kemungkinan ada kekeliruan dengan alat percobaan, menjadi
indikasi yang menyebabkan besarnyav KSR.
Analisis Grafik

Grafik pada percobaan kali ini sulit untuk menemukan suatu


bentuk grafik yang lazim atau bentuk grafik pada umumnya. Hal ini
dikarenakan data yang diperoleh terlalu sedikit. Walaupun sudah diplotkan
titik dari data yang sudah didapatkan.

KESIMPULAN

Secara umum praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui proses


peristiwa difraksi dan interferensi dari sumber cahaya monokromatik. Dimana
beracuan pada prinsip dari difraksi dan interfrensi yang nantinya akan
menghasilkan suatu pola cahaya yang teratur. Pola interferensi dan difraksi
didapat dengan menggunakan dua buah celah, dua celah tersebut sebelumnya
melewati sebuah celah setelah cahaya keluar dari sumber cahaya, dalam
prakteknya digunakan lensa untuk memfokuskan laser agar teratenuasi. Difraksi
adalah peristiwa pelenturan cahaya ke belakang penghalang. Kita dapat melihat
difraksi cahaya melalui sela-sela jari yang dirapatkan dan diarahkan pada sumber
cahaya yang jauh. Proses interferensi terjadi karena sebelumnya ada peristiwa
difraksi atau adanya pelenturan gelombang yang kemudian gelombang-
gelombang yang dilenturkan bersuperposisi sehingga akan terjadi garis terang dan
garis gelap, garis terang dan garis gelap ini yang dijadikan pola. Intensitas yang
muncul akan selalu kuat pada terang pusat dan akan melemah bahkan hilang
ketika mencapai titik orde yang jauh.
DAFTAR PUSTAKA

Sears & Zemansky.1983..Fisika untuk Universitas III. Bandung; Bina Cipta


Halliday & Resnick.1994.Fisika dasar. Jakarta ; Erlangga

You might also like