You are on page 1of 35

BAB I

PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMEN 1A
MODUL-2
Jurusan Fisika,FMIPA Universitas Padjadjaran

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osiloskop merupakan serangkaian alat untuk mengamati sinyal – sinyal
yang masuk pada osiloskop, untuk kemudian diteliti hasil keluaran dari masukkan
sinyal tersebut.Amplitudo dan periode dapat dicari dengan menggunakan
osiloskop. Osiloskop dapat menunujukkan sinyal dengan isyarat sinusoida,
persegi, atau dalam bentuk pola Lissajous.Amplitudo ditunjukkan pada arah
vertikal dan periode pada arah horizontal. Lalu besar sudut fasa & frekeuensi juga
dapat diamati dari osiloskop.
Dengan menggunkan metoda pola Lissajous, osiloskop dapat digunakan
untuk mengetahui frekuensi sinyal, yang belum diketahui bila salah satu dari dua
sinyal yang masuk ke osiloskop telah diketahui frekuensinya.

1.2 Identifikasi Masalah


Dengan memakai osiloskop, kita dapat mencari besar amplitudo & periode
sinyal, juga frekuensi, sudut fasa pada sinyal input dan output menggunakan pola
Lissajous.

1.3 Tujuan Percobaan


Mempelajari cara kerja osiloskop dan pemakaiannya sebagai alat ukur yang
digunakan untuk :
a. Mengukur tegangan power supply.
b. Menghitung frekuensi power supply.

1
c. Mengukur beda sudut fase sinyal input dan output pada rangkaian RC.
d. Menghitung frekuensi resonansi pada rangkaian RLC.
e. Mengetahui sejauh mana pengaruh resistor terhadap peredaman tegangan
pada rangkaian RLC.

1.4 Metoda Percobaan


1.Praktikum laboratorium
Mengambil kesimpulan antara teori yang ada dengan hasil praktikum
yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
2. Deskriftif
Permasalan yang dihadapi dalam percobaan /praktikum yang tidak sesuai
dengan teori perlu dipecahkan

3. Kepustakaan

Berdasar pada hukum-hukum yang berlaku dalam ilmu fisika yang dapat
mendasari percobaan ini.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB 1 : Merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, identifikasi
masalah, tujuan percobaan, metoda percobaan, sistematika penulisan, waktu dan
tempat percobaan.Seluruh isi bagian bab 1 ini tentunya sesuai dengan judul
modul yang akan dibahas kemudian.
BAB 2 : Teori dasar, atau tinjauan pustaka, menjelaskan tentang Osiloskop
secara keseluruhan, baik dari segi alat, maupundari segi penggunaanya. Dari segi
alat, misalnya ialah bahwa, rangkaian osiloskop terdiri dari tabung katoda, dan
dijelaskan disini, bagaimana bisa terjadi gambar pada osiloskop, yang secara
sederhana, karena elektron menumbuk layar fluorescent, maka lepaslah energi
foton, yang kemudian menjadi sumber cahaya.

2
BAB 3 : Metodologi Percobaan menjelaskan alat dan bahan prosedur, yaitu
osiloskop, catu daya , sinyal generator, dll. Prosedur percobaan pada osiloskop
terdiri dari beberapa percobaan.
BAB 4 : Disini akan dijelaskan mengenai Menghitung tegangan dan frekuensi,
menghitung beda sudut fase menghitung frekuensi resonansi tahanan sebagai
peredam, dlll.
BAB 5 : Kesimpulan, menyimpulkan dari hasil perbandingan antara teori dasar
dengan data dan perhitungan yang didapat dari hasil eksperimen.
1.6. Waktu dan Tempat Percobaan
Hari/ Tanggal : Senin / 21 Desember 2009
Waktu : Pkl. 14.00 – 16.00 WIB
Tempat percobaan : Laboratorium Fisika Menengah, Jurusan Fisika UNPAD,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Jatinangor,Kab. Sumedang.

3
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Osiloskop adalah salah satu alat ukur yang dapat menampilkan bentuk dari
sinyal listrik. Dalam bidang elektronika, osiloskop merupakan instrumen ukur
yang memiliki posisi yang sangat vital mengingat sifatnya yang mampu
menampilkan bentuk gelombang yang dihasilkan oleh rangkaian yang sedang
diamati. Dengan Osiloskop kita dapat mengetahui dan mengamati frekuensi,
periode dan tegangan AC atau DC, fasa dan berbagai bentuk gelombangdari
sinyal. Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol.
Display menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan
berfungsi sebagai tempat sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis
melintang secara vertikal dan horizontalyang membentuk kotak-kotak dan disebut
div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu
tegangan. Pada bagian panel kontrol osiloskop terdapat dua kanal yang bisa
digunakan untuk melihat dua sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu
untuk melihat sinyal masukan dan kanal dua untuk melihat sinyal keluaran.

Dewasa ini secara prinsip ada dua tipe osiloskop, yakni tipe analog (ART -
analog real time oscilloscope, ) dan tipe digital (DSO - digital storage
osciloscope), masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan. Para insinyur,
teknisi maupun praktisi yang bekerja di laboratorium perlu mencermati karakter
masing-masing agar dapat memilih dengan tepat osiloskop mana yang sebaiknya
digunakan dalam kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan rangkaian elektronik
yang sedang diperiksa atau diuji kinerjanya. Pada percobaan kali ini, kita akan
menggunakan osiloskop analog untuk menentukan beberapa permasalahan yang

4
berbeda pada setiap prosedur percobaan. Secara umum osiloskop memiliki
kegunaan yaitu;

• Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.

• Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.

• Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangkaian listrik.

• Membedakan arus AC dengan arus DC.

• Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya


terhadap waktu.

Osiloskop memakai tabung sinar katoda dalam aplikasinya. Pertama akan


dibahas bagian – bagian utama dan cara kerja dari sebuah tabung sinar katoda,
secara umum, belum dikaitkan dengan fungsinya terhadap cara kerja osiloskop.
Komponen – komponen penting tabung katoda :
1. Glass Envelopped (evacuated)
2. Electron gun assembly
3. Deflection plate assembly
4. Accelerating anodes
5. Phospor coated screen.

screen
Base Triode Fokus deflection

5
Glass envelope merupakan keseluruhan dari tabung katoda ini, ia
dikosongkan hingga menjadi hampa udara, untuk membiarkan aliran elektron
bergerak tegak lurus pada tabung , secara mudah.
Electron gun assembly terdiri dari triode dan fokus.Fungsi dari elektron gun
adalah sebagai penyedia sumber elektron,caranya dengan mengumpulkan dan
memfokuskan mereka ke arus yang baik, dan mempercepat mereka mendekati
layar fluorescent.Elektron yang membuat berkas cahaya (beam) diberikan oleh
thermionic emission dari katoda yang dipanaskan.Katode dikelilingi oleh tutup
silindris, yang berpotensial negatif, tutup ini mempunyasi lubang – lubang kecil
yang lokasinya sepanjang axis longitudinal dari CRT :

katoda anoda pertama

hea longitudinal axes


ter grid cap anoda

cincin fokus

Tutup ini bekerja sebagai grid kontrol (potensialnya negatif), karena muatannya
negatif, elektron ditolak dari dinding silinder, dan karena itu arus melalui lubang
dimana mereka bergerak ke medan listrik dari anoda terfokus.
Fokus lensa terdiri dari anoda pertama, cicncin fokus dan aperture
astigmatisma, atau anoda kedua. Fungsi dari bagian ini adalah untuk
mengumpulkan dan mengarahkan elektron pada garis lurus axis dari berkas berkas
sinar, untuk memperoleh ukuran minimum & titik terdefinisi oleh layar phosfor
dari CRT.Bagian dari CRT selain electron gun assembly adalah sistem
deflection.Betuk gelombang dapat diperlihatkan dari layar phospor CRT, hanya
jika disana ada arus elektron yang dibelokkan baik horizontal maupun vertikal,ini
adalah fungsi dari flat terdefleksi.

6
Arus dibelokkan yang dialami oleh elektron disebut defleksi (pembelokkan)
elektrostatis, yang berarti bahwa berkas- berkas sinar elektron itu dilenturkan oleh
gaya dikerjakan pada tiap elektron oleh medan listrik.Energi dicapai adalah
hubungan sederhana, melibatkan hanya voltase anode kedua dari fokus lensa&
muatan elektron diberikan seperti :
Ek = V2Q
Menyamakan energi kinetik dgn energi yang dicapai, diberikan oleh :
½ mv2 = V2Q
dimana :
m = massa elektron,
v = kecepatan elektron
v2 = mempercepat voltase melalui elektron gun assembly
Pada CRT yang menggunakan pembelokkan elektrostatis, 2 set flat defleksi
diposisikan tepat dengan sudut yang tepat dengan anode kedua, dengan defleksi
vertikal plat pertama, danplat untuk pembelokkan horizontal, mendekati layar
fosfor. Plat defleksi dapat berupa parallel, menyudut, atau bentuk kurva.:

(a) (b) (c)


Menyudut plat singel kurva

Plat a & b menaikkan (memperbesar) beam scan dengan membelokkan


elektron melalui susut yang lebih besar, yang memungkinkan frekuansi respon
maksimum dari CRT b terbatas oleh waktu, dibutuhkan untuk sebuah elektron
untuk menjalani panjang dari plat pembelokkan vertikal.Pada frekuensi tinggi,
berkas sinar elektron mungkin berada diantara pembelokkan plat vertikal untuk
lebih dari satu putaran dari sinyal terpakai pada flat defleksi, yang dapat
dibatalkan , atau setidaknya dikurangi,jaring- jaring pembelokkan dari arus
elektron Waktu persinggahan dapat dikurangi ,dengan mengurangi panjang dari
palt defleksi atau dengan menambah kecepatan elektron.Bagaimanapun juga,

7
melakukan salah – satunya untuk mengurangi waktu transit menyebabkan
kerusakan (degradasi) dari parameter CRT lainnya.Masalah dengan waktu transit
dapat diatasi dengan membagi plat defleksi kepada sejumlah plat – plat yang lebih
kecil.Tiap segmen plat terhubung dengan elemen LC diperlambat.Elemen
effectively ini membentuk bagian dari garis transmisi yang mencocokkan dengan
perambatan waktu dan sinyal ke waktu transit dari arus elektron selama waktu
perioda, diantara flat defleksi tersegmetasi.Kenaikkan arus defleksi ini, pada
frekuensi lebih tinggi, sebagai sebuah elektron melewati antara plat defleksi,
mengalami pembelokkan terus – menerus.
Sensitivitas defleksi
Merupakan voltase yang dibutuhkan per unit defleksi, atau voltase minimum
yang diperlukan untuk menyebabkan satu divisi dari defleksi vertikal.
Fosfor memiliki karakteristik yang diinginkan (fosforensi), artinya, fosfor
berkelanjutan untuk memancarkan cahaya untuk beberapa periode waktu, setelah
sumber eksitasi digerakkan kembali.
Gratikula (Graticule) adalah skala dalam material transparan yang cukup
pada muka dari CRT untuk tujuan pengukuran.

8
posi
horizontal

Fokus

astigmatisma
posis vertikal

Osiloskop terdiri dari tabung hampa udara (tabung katoda), dan layar
dilapisi zat Fluorescent, yang berarti jika permukaannya itu ditumbuk oleh
elektron umpannya, maka elektron dari, atau yang membangun molekul dimana
zat itu dibangun akan berpindah kulit , ke kulit yang lebih luar (tingkat energinya
lebih tinggi).Tetapi kemudian elektron atom cenderung akan kembali ke kulit
semula, setidaknya ke kulit yang lebih dalam dari kulit tempat yang baru tadi,
karena makin dalam kulit, maka tingkat energi menjadi lebih rendah sehingga
menjadi lebih stabil.Beda tingkat enegi antara kulit yang lebih luar dan yang
dalam menjelma sebagai foton yang tampak sebagai bintik terang.

Fungsi Osiloskop
Berikut ini adalah fungsi osiloskop sebagai berikut ;
1. Pengukuran Tegangan
Tegangan adalah besar beda potensial listrik, dinyatakan dalam Volt, antara
dua titik pada rangkaian. Biasanya salah satu titiknya adalah titik ground, tapi

9
tidak selalu. Tegangan juga diukur dari puncak ke puncak, yaitu dari titik puncak
maksimum ke titik muncak minimum. Dan kita harus hati-hati menspesifikasikan
tegangan apa yang dimaksud.
Pada dasarnya osiloskop adalah alat ukur tegangan. Sekali anda mengukur
tegangan, maka besaran lain bisa di ketahui melalui penghitungan. Sebagai contoh
pengukuran arus dengan menerapkan hukum Ohm arus dapat diketahui melalui
pengukuran tegangan dan membaginya dengan besar hambatan yang digunakan.
Penerapan penghitungan juga bisa dilakukan untuk arus AC tetapi tentunya
akan lebih rumit,tetapi pada intinya adalah bahwa dengan mengukur tegangan
sebagai langkah awal, maka besaran lain dapat diketahui melalui penghitungan.
Gambar 2 menunjukkan tgangan dari satu puncak ke puncak lainnya yang disebut
(the peak-to-peak voltage – V[p-p]), biasanya adalah duakali V[p]. Gunakan
Vrms(root-mean-square) voltage untuk menghitung daya dari sinyal AC.

Tegangan puncak ke puncak


Pengukuran tegangan dilakukan dengan menghitung jumlah pembagi yang
meliputi muka gelombang pada bagian skala vertikal. Atur sinyal dengan
mengubah-ubah kontrol vertikal dan untuk lebih pengukuran terbaik pilihlah skala
volts/div yang paling cocok.

10
Pengukuran Tegangan pada Pusat Garis Vertikal

2. Pengukuran waktu dan frekuensi


Ambil waktu pengukuran dengan menggunakan skala horizontal pada
osiloskop. Pengukuran waktu meliputi perioda, lebar pulsa(pulse width), dan
waktu dari pulsa. Frekuensi adalah bentuk resiprok dari perioda, jadi dengan
mengukur perioda frekuensi akan diketahui, yatu satu per perioda. Seperti pada
pengukuran tegangan, pengukuran waktu akan lebih akurat saat meng-adjust
porsi sinyal yang akan diukur untuk mengatasi besarnya area pada layar. Ambil
pengukuran waktu sepanjang garis horizontal pada tengah-tengah layar, atur
time/div untuk memperoleh pengukuran yang lebih akurat.(Lihat gambar berikut

X = A sin (ω1t)

11
Y = B sin (ω2t + )
Berlaku m2 = n1
n 2 n 2f 2 f
Jika  = 2f, maka :  sehingga   2
m 1 m 2f1 f1

Jika pada persamaan (1) 1 = 2 maka diperoleh


X 2 Y 2  2 XY 
   cos   sin 
2

A2 B 2  AB 
Sinar sudut fasa antara kedua sinyal sama dengan perbandingan antara titik
potong pada sumbu Y yang dinyatakan oleh b terhadap defleksi vertikal
maksimal yang dinyatakan oleh B. Sesuai dengan gambar elips maka berlaku :
sin  = b/B
Pada rangkaian RL, RC, RLC
maka arus listrik bolak-balik yang masuk pada rangkaian tersebut, maka
output dari rangkaian itu akan mengalami pergeseran sudut fase terhadap
inputannya, untuk rangkaian RC beda fasa dapat dinyatakan :
Z= xR 2  xC 2

Xc 1
tg   Xc 
Xr c
1
tg 
RC
Untuk rangkaian RL, maka beda fasa dapat dinyatakan :
Z= xR 2  xC 2

XL
tg   XL  L
XR
L
tg 
R
Dalam suatu rangkaian seri RLC dikatakan dalam keadaan resonansi bila
impendansi totalnya adalah real dicapai, bila:
1
r 
LC

12
Beda sudut fasa antara arus yang melalui rangkaian dari sumber adalah

d 2 q R dq q
nol. Dalam rangkaian RLC berlaku : 2
  0
dt L dt LC
Gambar Lissajous
Jejak berkas yang ditinggalkan oleh sebuah titik yang mengikuti 2 getaran
selaras pada waktu bersamaan dengan arah tegak lurus satu sama lain, disebut
gambar Lissajous.Jika amplitudo dan frekuensi masing – masing beda fase
diantara keduanya telah ditentukan, maka gambar hasilnya dapat dicari dengan
metode yang diperlihatkan gambar :
A 2
3
1 3

4 0 0

4
5 7 7 5
6
B
7
10
6

C D

2 4
3

Garis AB menggambarkan komponen getaran yang satu dengan lingkaran


pertolongannya.Garis CD melukiskan getaran yang lainnya.Gambar tersebut
dibuat istimewa untuk keadaan dimana getaran – getaran komponen mempunyai
amplitudo dan frekuensi sama dan beda fasenya 45° atau π/4 radian.Pada
permulaan gerak , titik pertolongan pada masing – masing ada di θ .Titik – titik
gambar Lissajou didapat dengan memproyeksikan titik – titik yang sepasang pada
kedua lingkaran.Pertolongan ke arah horizon dan vertikal,.Hasil gerakannya
adalah ellips yang sumbu- sumbunya membentuk sudut 45° dengan komponen
getaran masing- masing.

13
Pada osiloskop,,jika suatu frekuensi yang sudah diketahui besarnya
dikenakan pada sepasang lempeng dalam oscillograph, sinar katoda & frekuensi
yang belum diketahui diberikan pada pasangan lempeng yang lainnya, jika kedua
frekuensi tepat sama, gambar akan menjadi salah satu dari gambar :

Jika frekuensi dari sinyal yang diterapkan kedua input x & y adalah sama,
perbandingannya adalah 1:1, dan jika sinyal x & y mempunyai beda fase 90°, pola
melingkar akan teramati., jika frekuensi bertepatan hampir sama,gambaran akan
berubah – ubah bentuknya menurut urutan gambar – gambar secara perlahan –
lahan.Jika frekuensi yang satu tepat 2 x lipat frekuensi yang lain, gambar akan
mempunyai bentuk yang sama dengan salah satu bentuk dalam deretan :

3. Menentukan Frekuensi dengan pola Lissajous

14
Dengan menggunakan metode lissajous kita dapat menentukan nilai
perbandingan frekuensi. Osiliskop dapat digunakan dalam bentuk dua dimensi x
dan y, untuk menentukan frekuensi sinyal, frekuensi ditentukan dengan
menerapkan sinyal yang frekuensinya tidak diketahui pada terminal input x atau y
& sinyal frekuensi yang diketahui.Pola yang muncul pada laayr disebut gambar
Lissajous.Pola Lissajous yang biasa diamati bergantung pada perbandingan antara
2 frekuensi.Metoda ini mempunyai keterbatasan dan tidak dapat digunakan secara
luas, sejak penghitung frekuensi digital dengan harga rendah dipasarkan.Satu
keterbatasan adalah bahwa perbandingan dari 2 frekuensi harusdiatur dalam
sejumlah angka baik pada numerator & denominator.Keterbatasan lain adalah
10:1, ialah mengenai perbandingan maksimum dari frekuensi yang dapat
digunakan.Pada perbandingan lebih tinggi, Pola Lissajous menjadi sangat rumit
berkaitan dengan penentuan frekuensi yang tidak diketahui makin sulit ditentukan.
Perbandingan 2 : 1 menghasilkan bentuk seperti angka 8.Jika sinyal
diberikan pada terminal input horizontal, pola angka 8 akan berada pada salah satu
sisi. Perbandingan tidak sama pada sejumlah angka, seperti pada perbandingan
5:3, yang membentuk pola sangat kompleks.Perbandingan 3 : 2, merupakan
gambar Lissajous dengan frekuensi vertikal lebih tinggi.

15
Untuk perbandingan frekuensi lebih besar dari 10 : 1, pola Lissajous menjadi
terlalu kompleks untuk digunakan.Pada tempat oleh teknik ini, cincin gambar
Lissajous ditentukan dengan menggambar garis seperti :

pada gambar ini, garis putus putus tidak menggambarkan rasio yang
sesungguhnya, jika kita menemukan pola Lissajous denga ratio 8 : 1 , maka garis
putus putusa ada sebanyak 8 garis. Ini pun digunakan jika osiloskop mempunyai
axis tiga dimensi (mencakup axis z)Perbandingan frekuensi dilakukian dengan
menghitung garis pada cincin.Pola cincin pada gambar diatas menunjukkan
frekuensi tidak diketahui pada input vertikal & horizontal untuk menghasilkan
lingkaran.

16
4. Penghitungan Sudut Fasa
Osiloskop dapat pula digunakan dalam mode x – y untuk menentukan sudut
fasa diantara 2 sinyal pada frekuensi yang sama.Pola tampak pada layar CRT
mungkin berubah dari garis lurus dengan kemiringan positif jika sinyal dalam
fasa, pada garis lurus dengan kemiringan negatif untuk sinyal 180° dari beda fasa
seperti gambar :

17
90

180

45

60

Bagian pengontrol horizontal memiliki mode XY sehingga kita dapat


menampilkan sinyal input dibandingkan dengan dasar waktu pada sumbu
horizontal. (Pada beberapa osiloskop digital digunakan mode setting tampilan).
Fase gelombang adalah lamanya waktu yang dilalui dimulai dari satu loop
hingga awal dari loop berikutnya diukur dalam derajat.
Salah satu cara mengukur beda fasa adalah menggunakan mode XY. Yaitu
dengan memplot satu sinyal pada bagian vertical (sumbu Y) dan sinyal lain pada
sumbu horizontal (sumbu X). Metoda ini akan bekerja efektif jika kedua sinyal
yang digunakan adalah sinyal sinusioda. Bentuk gelombang yang dihasilkan
adalah berupa gambar yang disebut pola Lissajous. Dengan melihat bentuk pola
Lissajous kita bisa menentukan beda fasa antara dua sinyal. Juga dapat ditentukan
perbandingan frekuensi.
Jika sudut fasa adalah berbagai sudut diantara 0° & 360° selain 180° ,
tampilan lingkaran atau ellips akan seperti gambar :

18
y1
y2

y1
Sin   y 2

Dimana :
 = sudut fasa
y1 = y – axis intercept
y2 = pembelokkan vertikal maksimum
Sudut fasa dapat dengan mudah ditentukan dari ellips.Perbandingan dari
axis-y tertahan, ditampilkan sebagai y1 pada gambar diatas & pembelokkan
vertikal maksimum, y2 adalah sama dengan sinus dari sudut fasa.

19
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan Percobaan


1. Osiloskop
(Sebagai alat utama dalam percobaan )
2. Power Supply
( Sumber tenaga)
3. Frekuensi Counter
(penghitung frekuensi)
4. Rangkaian RC
( Sebagai masukkan resistor)
5.Induktor
(sebagai induktansi)
6.Variabel Resistor (Rbox)

3.2. Prosedur Percobaan


A. Kalibrasi Osiloskop
(Mintalah bantuan assisten, jika tidak mengerti cara mengkalibrasi osiloskop)

B. Mengukur Tegangan dan Frekuensi


1. Memilih salah satu output trafo sebagai ground, dan yang lainnya
sebagai masa.
2. Mengambil sinyal pada output 4 volt dengan input A atau input B
pada osiloskop.
3. Mengatur AMP/DIV dan TIME/DIV, sehingga sinyal pada layar
dapat diamati dengan jelas.
4. Mencatat amplitudo dan perioda sinyal tersebut.
5. Mengulangi percobaaan 2 s/d 4 minimal 5 kali.
6. Mengukur output trafo dengan voltmeter1 (Minimal 5 kali)

20
7. Melakukan percobaan 2 s/d 6 untuk output trafo 6 V, 10V, dan 20
V.

C. Menentukan Frekuensi dengan Lissajous


1. Memasukkan sinyal input 4 V dari output trafo ke inp0ut A dan
sinyal (2V ayau 4V) dari generator ke input B.
2. Menempatkan selektor TIME/DIV pada posisi X-DEFL.
3. Mengatur frekuensi generator hingga terbentuk gambar Lissajous
dengan n/m = 1.
4. Mencatat frekuensi generator tersebut.
5. Melakukan percobaan 3 dan 4 untuk n/m = ½, 1/3, ¼ , 1/5,
2,3,4,dan5.

D. Mengukur Beda Sudut Fasa Input dan Output


1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 2
2. Memasukkan sinyal input (150 Hz, 5V) dari sinyal Generator.
3. Memasukkan sinyal input rangkaian ke input A dan output
rangkaian ke input B.
4. Menempatkan selektor TIME/DIV pada posisi X-DEFL.
5. Menentukan nilai b dan B dari gambar ellips yang terbentuk untuk
masing – masing sinyal A (input) dan sinyal B (output) (Gb. 1)
6. Melakukan percobaan 2 s/d 5 untuk frekuensi
200,300,400,500,600,700,800,900, dan 1000 Hz

E. Resonansi Listrik
1. Menyusun rangkaian seperti gambar 3./
2. Memasukkan sinyal input pada rangkaian (3 KHz, 5V) sinyal input
dari generator.
3. Memasukkan sinyal input pada rangkaian ke input A dan sinyal
output rangkaian ke input B.
4. Menempatkan selektor TIME/DIV pada possisi X-DEFL.

21
5. Menentukan nilai b dan B dari gambar ellips yang terbentuk untuk
sinyal input dan output.
6. Melakukan prosedur 2 s/d 5 untuk frekuensi 3,5 KHz s/d 10 Khz,
dengan kenaikkan 0,5 KHz.

F. Tahanan Sebagai Peredam


1. Menyusun rangkaian seperti gb. 4.
2. Memasukkan sinyal persegi dari sinyal generator pada rangkaian
tersebut,
3. Menentukan posisi selektor Rbox pada posisi nol.
4. Memasukkan sinyal input rangkaian pada input A dan output
rangkaian pada input B.
5. mengatur tegangan dan frekuensi sinyal input sehingga diperoleh
sinyal output yang dapat diamati.Mencatat tegangan dan
frekuensinya.
6. Mengukur amplitudo Vo pada saat y = 0, lalu V1 untuk t = T, V2
untuk t = 2T, V3 untuk t = 3T, dan seterusnya hingga amplitudo
yang masih dapat diamati.
7. Melakukan percobaan 4 s/d 7 untuk Rbox 100,250,dan 500  .

C
0,1µ

AC X
R
1000 ohm

Gambar 2 Rangkaian RC

22
C 0,1µ
AC
X
R
1000 ohm

Gambar 3 Rangkaian Seri RLC

23
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

24
1. Menghitung Tegangan dan Frekuensi terbaik dengan sesatannya dari
sinyal Generator.
Pada percobaan untuk menghitung tegangan dan frekuensi dari sinyal
generator,didapat harga Vef ketika rangkaian di groundkan. Selain itu juga, di
dapat data sebagai berikut;
a)
Vef = V max / 2 (volt)
V = 4 volt (ground)
Amplitudo = Tegangan (Vmax)

Vmax T Vef
No (volt) (sekon) (volt) f (Hz) Vef 2 f2
1 5 7.6 3.571 0.132 12.7551 0.01731
2 5 7.5 3.571 0.133 12.7551 0.01778
3 5.1 7.5 3.643 0.133 13.2704 0.01778
Jumlah 15.100 22.600 10.786 0.398 38.7806 0.05287

Dari data di atas, maka kita dapat menghitung Vef rata-rata dan f rata-rata menggunakan
rumus sbb :
Vef rata2 =Σ Vef/5 = 3.595238 volt
f rata2 = Σ f / 5 = 0.132749 Hz

b).
V = 6 volt ground) Vef = Vmax / Ö2 (volt)
A = Vmax (volt) f = 1 / T (Hz)

No Vmax T (sekon) Vef (volt) f (Hz) Vef (volt) f (Hz)

1 5 7.8 3.5714286 0.128205 12.75510204 0.01644

2 5.5 7.8 3.9285714 0.128205 15.43367347 0.01644

25
3 5 7.8 3.5714286 0.128205 12.75510204 0.01644

Jumlah 15.5 23.4 11.071429 0.384615 40.94387755 0.04931

c).
V = 10 volt(ground) Vef = Vmax / Ö2 (volt)
A = Vmax (volt) f = 1 / T (Hz)

Vmax
No. (v) T (sekon) Vef (volt) f (Hz) Vef (volt) f (Hz)
1 10.2 0.098039216 7.2857143 10.2 53.08163265 104.04
2 10.2 0.098039216 7.2857143 10.2 53.08163265 104.04

3 10.2 0.098039216 7.2857143 10.2 53.08163265 104.04


Jumlah 30.6 0.294117647 21.857143 30.6 159.244898 312.12

Dengan menggunakan cara yang sama seperti diatas maka diperoleh :

Vef = 7.285714286 Vef = 8.923141206

f rata2 = 10.2  12.49239769

d).

V=20 volt (ground) Vef = Vmax / 2 (volt)


A=Vmax(volt) f = 1/T (Hz)

No. Vmax T (sekon) f (Hz) Vef (volt) f (Hz)

26
(v) Vef (volt)
1 21 7.7 15 0.12987 225 0.01687
2 21 7.8 15 0.128205 225 0.01644

3 21 7.7 15 0.12987 225 0.01687


Jumlah 63 23.2 45 0.387945 675 0.05017

Dengan menggunakan cara yang sama maka diperoleh;


Vef = 15 Vef =
f rata-rata = 0.129315  f =

B. Menentukan frekuensi dengan lissayous


1. Menghitung Frekwensi terbaik dengan sesatannya dari sinyal Generator
berdasarkan Gambar Lissayous
Pada percobaan untuk menentukan harga frekuensi untuk masing n/m dari
gambar lissayous didapat data sebagai berikut :
n/m = f2/f1 f1 = (f2 * m)/n

n/m f2 f1 f1 * f1
53. 53.
1 0 0 2,809.0
13. 27.
0.5 5 0 729.0

27
5. 17.
0.33333 7 1 292.4
2. 10.
0.25 5 0 100.0
202. 101.
2 0 0 10,201.0
229. 76.
3 5 5 5,852.3
344. 86.
4 0 0 7,396.0
640. 128.
5 0 0 16,384.0
1,490. 498.
Σ 2 6 43,763.7

Dari data di atas, maka kita dapat menghitung f rata-rata menggunakan


rumus sbb :
f1 rata2 = Σ f1 / 8 = 62.325

C. Menghitung Frekuensi Resonansi


1. Menghitung sudut fase sinyal input dan output untuk masing – masing
frekuensi, lalu menghitung beda sudut fasenya.
 = arc sin (b/B)

Karena nilai b=dan


& : B yang didapat adalah perpaduan dari sinyal A& B :
f
No (KHz) Output-input b/B 
  B B    
1 3 2.3 6.5 0.35385 20.7227
2 3.5 2 6 0.33333 19.4712
3 4 2.5 5.5 0.45455 27.0357
4 4.5 2 5.1 0.39216 23.0888
5 5 2.5 4.9 0.5102 30.6774
6 5.5 2.2 4.5 0.48889 29.2676
7 6 2.3 4.2 0.54762 33.2038
8 6.5 2 4.1 0.4878 29.1964
9 7 1.9 4 0.475 28.3594
10 7.5 1.7 4 0.425 25.1507
11 8 1.5 4 0.375 22.0243

28
12 8.5 1.4 3.9 0.35897 21.0372
13 9 1.2 3.9 0.30769 17.9202
14 9.5 1 3.9 0.25641 14.8572
15 10 1 3.85 0.25974 15.0547

2. Membuat grafik beda sudut fase terhadap frekuensi dengan memplotkan


hasil pengamatan pada saat mengukur frekuensi resonansi.
 = arc Tan  L/R dimana :  =2f
R = 1500 ohm
C = 10-7 F
L = 7,2.10-3 H
1/ 

f (Hz)  (Hz) RC
150 942 7.07714 81.9574
200 1256 5.30786 79.3305
300 1884 3.53857 74.2197
400 2512 2.65393 69.3536
500 3140 2.12314 64.7796
600 3768 1.76929 60.5249
700 4396 1.51653 56.5991
800 5024 1.32696 52.9983
900 5652 1.17952 49.7087
1000 6280 1.06157 46.7107
     636.182

f rata2 = Sfi /10 = 63.6182


3. Menghitung sudut fasa untuk masing-masing frekuensi . Sudut fasa
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
 =2f
R = 1500 ohm
C = 10-7 F
L = 7,2.10-3 H
 = arc Tan  L/R dimana :

29
f (Hz)  (Hz) L/R 
       
3 18.84 0.8478 40.2913
3.5 21.98 0.1055 6.02265
4 25.12 0.12058 6.87531
4.5 28.26 0.13565 7.72491
5 31.4 0.15072 8.57111
5.5 34.54 0.16579 9.41356
6 37.68 0.18086 10.2519
6.5 40.82 0.19594 11.0859
7 43.96 0.21101 11.9151
7.5 47.1 0.22608 12.7393
8 50.24 0.24115 13.5581
8.5 53.38 0.25622 14.3714
9 56.52 0.2713 15.1788
9.5 59.66 0.28637 15.98
10 62.8 0.30144 16.7749

f (KHz) 
3 71,57
Grafik Beda Sudut fasa terhadap Frekw ensi
3,5 74,05
4 75,96 88 y = 1,6411x + 69,44
O)

4,5 77,47 86
84
5 78,69
Beda Sudut Fasa (

4. Menentukan frekuensi resonansi


82 dari grafik beda fase terhadap frekuensi
5,5 79,7 80
6 80,54 78
76
6,5 81,25
74
7 81,87 72
7,5 82,41 70
8 82,87 0 2 4 6 8 10 12
8,5 83,29 Frekw ensi (KHz)

9 83,66
9,5 83,99
10 84,29

30
4. Menghitung frekuensi resonansi dengan persamaan 7.
1 ω = 2πf L = 4,5 mH
r 
L C = 10-7 F
C
1 1
f= = = 1/1332,2 =7,51 x 10-4 Hz
2 L
C 2 0,0045  7
10
BAB V
ANALISA

1. Menghitung Tegangan dan Frekuensi terbaik dengan sesatannya dari


sinyal Generator.
Dari hasil pengamatan dapat kita lihat pada tabel diatas bahwa setiap
rangkaian diberi tegangan masukan (Vin) dimana akan menghasilkan
tegangan keluaran (Vout) yang mendekati nilai tegangan masukkannya.
Sedangkan untuk nilai dari periodenya untuk V out = 4 volt memiliki
nilai perioda yang berbeda dengan Vin. Pada percobaan ini, untuk
mengukur tegangan maka kita mengukur terlebih dahulu besar A/div
nya, besar A/div yang dipilih karena praktikan akan mengatur sinyal
dengan mengubah-ubah kontrol vertikal dan untuk mendapatkan
pengukuran terbaik. Yang mana amplitudo disini menyatakan
besarnya tegangan (Vmax). Tegangan juga diukur dari puncak ke
puncak, yaitu dari titik puncak maksimum ke titik puncak minimum.
Tegangan seperti ini dinamakan tegangan puncak ke puncak (Vpp)
sedangkan yang kita ukur dalam percobaan adalah tegangan puncak
maksimum (Vmax). Oleh karena itu kita harus hati-hati

31
menspesifikasikan tegangan apa yang dimaksud. Selain itu, telah
diketahui bahwa pada sumbu vertikal(Y) merepresentasikan tegangan
V, pada sumbu horisontal (X) menunjukkan besaran waktu t pada
tampilan layar osiloskop Dengan demikian berarti kita telah
mendapatkan besar tegangannya. Kemudian untuk menghitung
besarnya frekuensi maka kita harus mengukur besar T/div nya yang
menyatakan periode. Karena periode dan frekuensi merupakan

hubungan resiprok maka , periode berbanding terbalik dengan

frekuensi yang akan di cari.

B. Menentukan frekuensi dengan lissayous


Menghitung Frekwensi terbaik dengan sesatannya dari sinyal
Generator berdasarkan Gambar Lissayous
Disamping itu, praktikan menggunakan cara lain untuk mengukur
frekuensi. Yaitu dengan menggunakan mode XY, dengan memplot
satu sinyal pada bagian vertikal(sumbu Y) dan sinyal lain pada sumbu
horizontal(sumbu X). Metode ini akan bekerja efektif jika kedua sinyal
yang digunakan pada osiloskop adalah sinyal sinusiodal. Bentuk
gelombang yang dihasilkan adalah berupa gambar yang disebut pola
Lissayous. Untuk mendapatkan gambar lissajous kita mengubah
frekuensi pada generator, setelah praktikan dapat menemukan gambar
yang sesuai dengan perbandingan antara jumlah loop pada arah
horizontal dengan jumlah loop pada arah vertikal (n/m) maka kita akan
mendapatkan besar frekuensinya. Yang mana Loop pada arah vertikal
dinyatakan oleh m dan loop pada arah horizontal dinyatakan oleh n.

C. Menghitung Frekuensi Resonansi

32
Menghitung sudut fase sinyal input dan output untuk masing –
masing frekuensi, lalu menghitung beda sudut fasenya.
Dengan menggunakan rangkaian RC yang dihubungkan ke osiloskop,
kemudian kita memberikan sinyal generator pada rangkaian dan T/Div
pada posisi selektor X-DEFL sehingga kita mendapatkan gambar
lissayous, pada gambar tersebut menunjukkan bahwa tampilan pada
osiloskop untuk gambar lissayous membentuk lingkaran ellips.
Disamping itu, dengan mengubah-ubah frekuensi kita akan
mendapatkan nilai b dan B. Beda sudut fasenya kita dapatkan dengan

b
persamaan Sin  = . Sebenarnya ada cara lain untuk menghitung
B

besarnya beda sudut fasa pada rangkaian RC yaitu dengan persamaan

, namun karena pada percobaan kita mendapatkan b dan B

b
maka digunakan persamaan Sin  = .
B

Membuat grafik beda sudut fase terhadap frekuensi dengan


memplotkan hasil pengamatan pada saat mengukur frekuensi
resonansi.
Dengan menggunakan rumus dibawah ini, praktikan dapat menemukan
hasil untuk sudut fase terhadap frekuensi, yaitu dengan rumus sbb;
 = arc Tan  L/R
Dari rumus tersebut dapat dicari melalui proses sebagai berikut ;
 =2f
R = 1500 ohm
C = 10-7 F
L = 7,2.10-3 H

33
Dari frekuensi yang diketahui dapat dikembangkan dengan menentukan
resistansi, kapasitas dan induktansi pada rangkaian ini. Sehingga grafik
untuk beda sudut fase dapat diperoleh seperti grafik diatas, pada
pembahasan data dan perhitungan.

BAB VI
KESIMPULAN

Dari percobaan mengenai FM L-1 osiloskop dapat disimpulkan bahwa


osiloskop merupakan alat atau media dimana kita dapat menghitung tegangan,
perioda, frekuensi, dan beda sudut fasa dengan memperhatikan gambar yang
terlihat pada layar osiloskop.
Dengan memperhatikan tegangan puncak ke puncak dalam pembacaan
osiloskop untuk mencari tegangan masukan dari berbagai tegangan input
diperoleh kesimpulan bahwa nilai tegangan masukkan sama dengan tegangan
masukkan atau tidak jauh berbeda. Sedangkan dari nilai periode yang diperoleh
dari pengamatan kita dapat menghitung frekuensinya.
Selain dengan memperhatikan tegangan puncak ke puncak kita juga dapat
menentukan frekuensi dengan menggunakan gambar liissajous berdasarkan

34
jumlah loop yang terlihat dalam gambar. Dengan menggunakan metode lissajous
ini juga kita dapat mengukur beda fasa dari sinyal input rangkaian.

DAFTAR PUSTAKA

Cooper, D, William . 1999 . Instrumentasi Elektronik Dan Teknik


Pengukuran . Erlangga , Jakarta
Jones, D, Larry & Chin , A, Foster . Electronic Instruments & Measurement.
Wiley & Son, New York
Sears F Weston: 1962. Mekanika Panas Bunyi.Binacipta, Jakarta

35

You might also like