Professional Documents
Culture Documents
Perhitungan PLTS
(Pembangkit Listrik Tenaga Surya)
(Rev 2)
Dosen : Ir. Ishak Kasim MT
DISUSUN OLEH :
NAMA : GAGAH INDRASMARA A
NIM : 062.06.031
Kondisi bumi kita kian lama makin mengenaskan karena tercemarnya lingkungan dari
efek rumah kaca ( greenhouse effect ) yang menyebabkan global warming, hujan asam,
rusaknya lapisan ozon hingga hilangnya hutan tropis. Semua jenis polusi itu rata-rata
akibat dari penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, uranium, plutonium, batu
bara dan lainnya yang tiada hentinya. Padahal kita tahu bahwa bahan bakar dari fosil
tidak dapat diperbaharui, tidak seperti bahan bakar non-fosil.
Dengan kondisi yang sudah demikian memprihatinkan, gerakan hemat energy sudah
merupakan keharusan di seluruh dunia. Salah satunya dengan hemat bahan bakar dan
menggunakan bahan bakar non-fosil yang dapat diperbaharui seperti tenaga angin, energy
panas bumi tenaga matahari dan lainnya. Duniapun sudah mulai mengubah tren produksi
dan penggunaan bahan bakarnya, dari bahan bakar fosil beralih ke bahan bakar non-fosil,
terutama tenaga surya yang tidak terbatas.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah peralatan pembangkit listrik yang
merubah cahaya matahari menjadi listrik. PLTS sering juga disebut Solar Cell, atau Solar
Photovoltaic, atau Solar Energy. Teknologi ini dikenal karena mempunyai keuntungan
antara lain karena sifatnya yang ramah lingkungan, tidak bising, tidak menghasilkan
emisi gas buang, fleksibel karena daya bisa diatur dalam produksinya, serta menggunakan
bahan bakar selain BBM.
I.2 Masalah
Karena pembangkit listrik tenaga surya sangat tergantung kepada sinar matahari,
maka perencanaan yang baik sangat diperlukan. Perencanaan terdiri dari :
• Jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (Watt).
• Berapa besar arus yang dihasilkan panel surya (dalam Ampere hour), dalam hal
ini memperhitungkan berapa jumlah panel surya yang harus dipasang.
• Berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan
pertimbangan penggunaan tanpa sinar matahari. (Ampere hour).
I.3 Tujuan
Mengetahui perencanaan dan perhitungan dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS). Sehingga dapat menghasilkan perencanaan yang baik dan mendapatkan efisiensi
dalam penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
BAB II
Deskripsi dan Prinsip Kerja PLTS
Deskripsi umum :
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah peralatan pembangkit listrik
yang merubah cahaya matahari menjadi listrik. PLTS sering juga disebut Solar
Cell, atau Solar Photovoltaic, atau Solar Energy. Orang awam seringkali keliru
menganggap Solar Water Heater (Pemanas Air Tenaga Surya) sebagai PLTS.
Solar water heater memanfaatkan thermal dari solar energy dan menghasilkan air
panas, prinsip yang sama juga diterapkan untuk solar dryer (pengering tenaga
surya), sedangkan PLTS memanfaatkan cahaya matahari untuk menghasilkan
listrik. DC (direct current), yang dapat diubah menjadi listrik AC (alternating
current) apabila diperlukan. Oleh karena itu meskipun cuaca mendung, selama
masih terdapat cahaya, maka PLTS tetap dapat menghasilkan listrik.
PLTS pada dasarnya adalah pencatu daya (alat yang menyediakan daya), dan
dapat dirancang untuk mencatu kebutuhan listrik yang kecil sampai dengan besar,
baik secara mandiri, maupun dengan Hybrid (dikombinasikan dengan sumber
energy lain, seperti PLTS-genset, PLTS microhydro, PLTS-Angin), baik dengan
metoda Desetralisasi (satu rumah satu pembangkit) maupun dengan metoda
Sentralisasi (listrik didistribusikan dengan jaringan kabel).
Panel sel surya mengubah intensitas sinar matahari menjadi energi listrik.
Panel sel surya menghasilkan arus yang digunakan untuk mengisi batere.
Panel sel surya terdiri dari photovoltaic, yang menghasilkan listrik dari
intensitas cahaya, saat intensitas cahaya berkurang (berawan, hujan, mendung)
arus listrik yang dihasilkan juga akan berkurang.
Kegunaan
Sangat
Mono Sangat Baik Baik Pemakaian Sehari-hari
Baik
Luas
Cocok untuk
Sangat Sangat
Poly Baik Produksi masal Sehari-hari
Baik Baik
di masa depan
Pemakaian
Coumpound Sangat Cukup
Sangat Baik Berat &Rapuh di Luar
(GAS) Baik Baik
Angkasa
Beberapa penjelasan contoh jenis bahan panel sel surya:
Polikristal (Poly-crystalline)
Merupakan panel surya yang memiliki susunan kristal acak. Type Polikristal
memerlukan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis
monokristal untuk menghasilkan daya listrik yang sama, akan tetapi dapat
menghasilkan listrik pada saat mendung.
Monokristal (Mono-crystalline)
Merupakan panel yang paling efisien, menghasilkan daya listrik persatuan luas
yang paling tinggi. Memiliki efisiensi sampai dengan 15%. Kelemahan dari panel
jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat yang cahaya mataharinya
kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan.
Ukuran Panel
10 WP 20 WP 50 WP 80 WP 120 WP
Surya
Jumlah Watt
untuk
50 W, 100W, 250 W, 400 W, 600 W, 50
pengisian
4.17A 8.33A 20.83 A 33.33 A A
batere ( 5 jam
sehari )
Lampu LED 3
Watt (
1 ( 36 W) 3 (108 W) 7 (252 W) 11 (396 W) 16 (576 W)
pemakaian 12
jam )
Lampu LED
21 Watt (
1 (252 W) 1 (252 W) 2 (504 W)
pemakaian 12
jam )
Spesifikasi Teknis Solar Panel
Pada umumnya panel sel surya tidak membutuhkan pemeliharan yang rutin
seperti genset. Genset umumnya diharuskan untuk dihidupkan satu kali seminggu,
pemeriksaan oli, pemeriksaan batere, dll. Pemeliharaan panel sel surya:
Beberapa fungsi detail dari solar charge controller adalah sebagai berikut:
Solar Charge
C Conntroller biaasanya terdiiri dari : 1 input ( 2 terminal ) yang
terhubungg dengan ouutput panel sel surya, 1 output ( 2 terminal ) yang terhu ubung
dengan baaterai / aki dan 1 outpput ( 2 term minal ) yangg terhubung dengan beeban (
load ). Arrus listrik DC
D yang beerasal dari baterai
b tidak mungkin masuk ke panel
sel surya karena biaasanya ada 'diode protection' yanng hanya m melewatkann arus
listrik DC dari panel sel surya kee baterai, bu
ukan sebalikknya.
* PWM (Pulse
( Widee Modulation), sepertii namanya menggunakkan 'lebar' pulse
dari on daan off elektrrikal, sehinggga menciptakan seakaan-akan sinee wave elecctrical
form.
* MPPT (Maximun Power Point Tracker), yang lebih
efisien konversi DC to DC (Direct Current). MPPT dapat
mengambil maximun daya dari PV. MPPT charge
controller dapat menyimpan kelebihan daya yang tidak
digunakan oleh beban ke dalam baterai, dan apabila daya
yang dibutuhkan beban lebih besar dari daya yang
dihasilkan oleh PV, maka daya dapat diambil dari
baterai.
Kelebihan MPPT dalam ilustrasi ini: Panel surya ukuran 120 Watt, memiliki
karakteristik Maximun Power Voltage 17.1 Volt, dan Maximun Power Current
7.02 Ampere. Dengan solar charge controller selain MPPT dan tegangan batere
12.4 Volt, berarti daya yang dihasilkan adalah 12.4 Volt x 7.02 Ampere = 87.05
Watt. Dengan MPPT, maka Ampere yang bisa diberikan adalah sekitar 120W :
12.4 V = 9.68 Ampere.
Teknologi yang sudah jarang digunakan, tetapi sangat murah, adalah Tipe 1
atau 2 Stage Control, dengan relay ataupun transistor. Fungsi relay adalah meng-
short ataupun men-disconnect baterai dari panel surya.
Dalam charging mode, umumnya baterai diisi dengan metoda three stage
charging:
• Fase bulk: baterai akan di-charge sesuai dengan tegangan setup (bulk -
antara 14.4 - 14.6 Volt) dan arus diambil secara maksimun dari panel
surya. Pada saat baterai sudah pada tegangan setup (bulk) dimulailah fase
absorption.
• Fase absorption: pada fase ini, tegangan baterai akan dijaga sesuai dengan
tegangan bulk, sampai solar charge controller timer (umumnya satu jam)
tercapai, arus yang dialirkan menurun sampai tercapai kapasitas dari
baterai.
• Fase flloat: baterai akan dijaga pada tegangan float setting (umumnya 13.4
- 13.7 Volt). Beban yang terhubung ke baterai dapat menggunakan arus
maksimun dari panel surya pada stage ini.
Apabila solar charge controller tidak memiliki sensor temperatur baterai, maka
tegangan charging perlu diatur, disesuaikan dengan temperatur lingkungan dan
jenis baterai.
Pada mode ini, baterai akan melayani beban. Apabila ada over-discharge ataun
over-load, maka baterai akan dilepaskan dari beban. Hal ini berguna untuk
mencegah kerusakan dari baterai.
3. Inverter DC ke AC
Inverter adalah perangkat elektrik yang digunakan untuk mengubah arus listrik
searah (DC) menjadi arus listrik bolak balik (AC). Inverter mengkonversi DC dari
perangkat seperti batere, panel sel surya menjadi AC.
True sine wave inverter diperlukan terutama untuk beban-beban yang masih
menggunakan motor agar bekerja lebih mudah, lancar dan tidak cepat panas. Oleh
karena itu dari sisi harga maka true sine wave inverter adalah yang paling mahal
diantara yang lainnya karena dialah yang paling mendekati bentuk gelombang asli
dari jaringan listrik PLN.
Selain itu dikenal juga istilah Grid Tie Inverter yang merupakan special
inverter yang biasanya digunakan dalam sistem energi listrik terbarukan, yang
mengubah arus listrik DC menjadi AC yang kemudian diumpankan ke jaringan
listrik yang sudah ada. Grid Tie Inverter juga dikenal sebagai synchronous
inverter dan perangkat ini tidak dapat berdiri sendiri, apalagi bila jaringan tenaga
listriknya tidak tersedia. Dengan adanya grid tie inverter kelebihan KWh yang
diperoleh dari sistem PLTS ini bisa disalurkan kembali ke jaringan listriki PLN
untuk dinikmati bersama dan sebagai penggantinya besarnya KWh yang disuplai
harus dibayar PLN ke penyedia PLTS, tentunya dengan tarif yang telah disepakati
sebelumnya. Sayangnya sampai sekarang ketentuan tarif semacam ini masih terus
digodok seiring dengan aturan mengenai listrik swasta.
Rugi-rugi / loss yang terjadi pada inverter biasanya berupa dissipasi daya
dalam bentuk panas. Effisiensi tertinggi dipegang oleh grid tie inverter yang
diclaim bisa mencapai 95-97% bila beban outputnya hampir mendekati rated
bebannya. Sedangkan pada umumnya effisiensi inverter adalah berkisar 50-90%
tergantung dari beban outputnya. Bila beban outputnya semakin mendekati beban
kerja inverter yang tertera maka effisiensinya semakin besar, demikian pula
sebaliknya. Modified sine wave inverter ataupun square wave inverter bila
dipaksakan untuk beban-beban induktif maka effisiensinya akan jauh berkurang
dibandingkan dengan true sine wave inverter. Perangkatnya akan menyedot daya
20% lebih besar dari yang seharusnya.
4. Baterai untuk Sel Surya
Baterai adalah alat penyimpan tenaga listrik arus searah ( DC ). Ada beberapa
jenis baterai / aki di pasaran yaitu jenis aki basah/konvensional, hybrid dan MF (
Maintenance Free ). Aki basah/konvensional berarti masih menggunakan asam
sulfat ( H2SO4 ) dalam bentuk cair. Sedangkan aki MF sering disebut juga aki
kering karena asam sulfatnya sudah dalam bentuk gel/selai. Dalam hal
mempertimbangkan posisi peletakkannya maka aki kering tidak mempunyai
kendala, lain halnya dengan aki basah.
Dalam nilai ekonomi, pembangkit listrik tenaga surya memiliki nilai yang
lebih tinggi, dimana listrik dari PT. PLN tidak dimungkinkan, ataupun instalasi
generator listrik bensin atau solar. Misalnya daerah terpencil seperti :
pertambangan, perkebunan, perikanan, desa terpencil, dll. Dari segi jangka
panjang, nilai ke-ekonomian juga tinggi, karena dengan perencanaan yang baik,
pembangkit listrik tenaga surya dengan panel surya memiliki daya tahan 20 - 25
tahun. Baterai dan beberapa komponen lainnya dengan daya tahan 3 - 5 tahun.
Diagram instalasi pembangkit listrik tenaga surya ini terdiri dari solar panel,
charge controller, inverter, baterai.
Dari diagram pembangkit listrik tenaga surya diatas : beberapa solar panel di
paralel untuk menghasilkan arus yang lebih besar. Combiner pada gambar diatas
menghubungkan kaki positif panel surya satu dengan panel surya lainnya. Kaki/
kutub negatif panel satu dan lainnya juga dihubungkan. Ujung kaki positif panel
surya dihubungkan ke kaki positif charge controller, dan kaki negatif panel surya
dihubungkan ke kaki negatif charge controller. Tegangan panel surya yang
dihasilkan akan digunakan oleh charge controller untuk mengisi baterai. Untuk
menghidupkan beban perangkat AC (alternating current) seperti Televisi, Radio,
komputer, dll, arus baterai disupply oleh inverter.
Instalasi pembangkit listrik dengan tenaga surya membutuhkan perencanaan
mengenai kebutuhan daya:
• Jumlah pemakaian
• Jumlah solar panel
• Jumlah baterai
Sebagian besar orang selalu menanyakan kapasitas PLTS dengan ukuran listrik
PLN, seperti 450W, 900 W dan seterusnya. Kapasitas terpasang tersebut dalam
PLTS sering disebut sebagai Wp (Watt Peak) yang menunjukkan kapasitas dari
modul surya pada saat matahari dalam kondisi
terik/puncak. Kapasitas modul surya yang tersedia sangat banyak: 10 Wp, 30 Wp,
40 Wp, 50 Wp, 65 Wp, 70 Wp, 80 Wp, 100 Wp, 125 Wp, 150 Wp, dan 160 Wp.
Untuk menghitung berapa PLTS yang dibutuhkan, dapat diikuti tahapan sebagai
berikut:
a. Modul surya akan menghasilkan listrik sesuai dengan tingkat radiasi matahari
yang diterimanya. Tingkat radiasi ini berbeda dari satu tempat ke lainnya,
dipengaruhi oleh letak lokasi dari khatulistiwa (latitude), ketinggian dari
permukaan laut (altitude), awan, tingkat polusi,
kelembaban, dan suhu. Namun demikian untuk memudahkan, di Indonesia dapat
dipakai patokan 1 modul surya kapasitas 120Wp dapat menghasilkan listrik
sebesar 120 Wh (Watt hour atau Watt Jam) per hari.
b. Untuk menghitung berapa listrik yang akan diperlukan untuk mengoperasikan
peralatan elektronik (Wh), kalikan Watt (AC ataupun DC) peralatan dengan
lamanya (Jam) peralatan tersebut akan dipakai setiap hari (kumulatif). Misal, jika
1 buah lampu 10 watt, ingin dinyalakan dalam satu hari kumulatif selama 15 jam,
maka akan dibutuhkan listrik sebanyak 10 Watt x 1 buah x 15 Jam = 150 Wh
(Watt Jam-Watt Hour). Masukkan peralatan lainnya dalam kalkulasi berikut:
Jumlah panel surya yang dibutuhkan, satu panel kita hitung 120 Wp
(perhitungan adalah 5 jam maksimun tenaga surya):
[ SOLAR-PANEL.PDF]
http://www.tenaga-surya.com/index.php/solar-panel
http://www.tenaga-surya.com/index.php/charge-controller
http://www.tenaga-surya.com/index.php/inverter
http://www.tenaga-surya.com/index.php/batere
http://www.tcpdf.org
Penulis
Wassalam...