Professional Documents
Culture Documents
A. PENGERTIAN
Sifat kepribadian adalah pola prllaku yang' rnerefleksikan bagaimana
orang merasakan, berhubungan, dan berpikirtentangdiri rnereka sendiri dan
Iingkungannya Sifat inirnemarnpukan orang untuk mengendalikan lingkungan
mereka .dan menyesuaikan diri dcngan stresor soaial dan personal.
Hanya jib sifat kepribadian mcnjadi kaku, mengalahkan did sendiri, atau
rnaladaptif dan menyebabkan gangguan atau ansietas yang serius, maka
mereka dianggap rnengalami gangguan kepribadian.
Dengan gangguan kepribadian, pengalaman dan perilaku internal
seseorang sangat jelas berbedadari norma budaya seseorang, Menurut kriteria
'diagnostikDSM-IV; pola-pola masalah ditunjukkan dalam dua atau lebih iarea
berikut : kognitif, afektif, fungsi interpersonal, dan kontrol irnpuls.
Gangguar biasanya dirnanifestasikari dalam aktivitas sehari-hari karena
perilaku
disfungsional adalah sarana yang .digunakan untuk berhubungan dengan
orang lain dan untukmemilihi kebutuhan dasar. (Copel, Linda Carman. (2007).
Kesehatari Jiwa dan Psikiatri : Pedornan Klinis Perawat, Edisi 2. Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.).
Menurut para psikolog, perkataan kepribadian itu mempunyai arti yang
Iebih dari pada hanya sekedar sifat menarik. Kepribadiansesseorang itu
tersusun dari semua sifat yang dirnilikinya.
Macam-rnacamsifatItraits). Siflt itu bermacam-macam :
1. Ada yang berkenaan dengan cara orang berbuat, .seperti tekun, tabah
dan cepat.
2. Ada yang men~gambarkan sikap, seperti sosiabi litas dan patriotisme.
3. Ada yang bertalian dengan minat seperti e~tetis, atletis, dan
sebagainya.
4. Yang terpenting ialah temperament ernosionil, rneliputi optimisrne,
1
pesimisme, mudah bergejolak dan tenang.
B. PEN.GELOMPOKAN KEPRlBADIAN
Usaha-usaha menggolongkan kepribadian sudah sejak lama dilakukan
orang. Pada tahun 180 sesudah masehi, seorang dokter dan penulis Yunani
yang bernarna GALENUS rnencoba menggolong-golongkan kepribadian orang
atas dasar rsifat rernpramentnya, rnenjadi empat tipe. Yaitu :
1. Choleris (mudah tersinggung)
2. Melancholis (tertekan)
3. Sanguinis (riang), dan
4. Phlegmatic (tenang)
Di zaman modem, DR. ERNST KRETSCHMER seorang psikiatrist dari
Austria Mengemukakan dua macarn tipe kepribadian yaitu : .
a) Cyclothyme
Tipe cyclothyme ditandai dengan sifat-sifat antara lai,n riang, emosi tidak
stabil, mudah bergaul dan baik hati,
b) Schizothyme.
Tipe schizothyme menunjukkan sifat-sitat -antara lain hati-hati dan penuh
pertimbangan, peka, gemar pada buku jujur dan tidak banyak bicara. DR.
WILLIAM H. SHELDON (Amerika) juga mengemukakan Penggolongan
kepribadian. Sheldon mengetengahkan tiga komponen ternperament.yaitu:
1. Viscerotonia
2. Somatotonia
3. Cerebrotonia
Pada tahun 450 sebelurn masehi misalnya, filsof Yunani yangbemama
HTPPOCRA TES mengemukakan dua tipe bentuk tubuh yaitu kurus dan
tegap/kuat, Pada tahun 1700-an Dr. HALLER mengetengahkan tiga tipeyaitu:
1. Kurus/lemah,
2. Tegap/kuat, dan
3. Atlctic.
Sedangkan KRETSCHMER menggunakan 4 kategori, yaitu :
1. Pyknic, gernuk, pendek dan berat
2
2. Leptosome, tinggi kurus.
3. Athletic, antara pyknic dan leptosorne
4. Dysplastic, tidak sirnetris, tidakrnenyerupai tiga tipe lainnya,
Keempat ,tipe ini kemudian dibandingkan dengan ' kelainan mental. Dari
perbandingan ini ternyata bahwa antara jenis fisik dan jeniskelainan ada
hubungan yang erat. Mereka yang tergolong pyknic menderita gejala manic-
depressif suasana perasaannya kadang-kadang tinggi kadang-kadang rendah,
sedangkan mereka yang leptosome dan athletic menderita apa yang disebut
Skizophrenia yaitu cenderung menarik diri dan mengalami depresi.
Sheldon menggunakan me~ode yang ilrniah dan efisien untuk. rnengukur
bentuk tubuh. Dari penyelidikan yang dilakukannya. Sheldon mengemukakan
tiga macam kornponcn yaitu :
1. Endomorphy (Iunak, bulat, gemuk)
2. Mesomorphy (maskuler, berotot kuat)
3. Ectomorphy (kurus)
Mcnurut Sheldon tiga kornponen tersebut ada hubungannya dengan pola-
pola
psychograph. Meskipun dernikian hal ini masih bisa diperdebatkan.
Sifat-sifat kepribadian sering kali dihubungkan dengan sifat-sifat fisik
lainnya seperti sifta-sifat wajah. Physiognomy misalnya, mengemukakan
bahwa dahi yang tinggi menandakan kecerdasan, rahang persegi melukiskan
ketegasan, gigi yang jarang menggambarkan nafsu, alis yang tebal
menunjukkan kekejaman, dan kecantikan menandakan kebodohan.
GALENUS menggolongkan kepribadian menjadi empat macam
temperament, tipe-tipe ini dihubungkan dengan empat cairan dalam cairan
tubuh sebagaimana telah dikemukakan oleh HIPPOCRATES. Menurut
GALENUS masing-masing tipe, tersebut merupakan akibat dari tidak
seimbangnya empat cairan yang ada di dalam tubuh.
1. Terlalu banyaknya empedu kuning menyebabkan orang bersifat
choleris dan mudah tersinggung.
2. Terlaiu banyak empedu hitam menyebabkan rnelancholis, mengalami
3
depresi
3. Darah yang berlebihan menyebabkan sanguinis dan penuh sernangat "
4. Sedangkan terlalu banyak lendir rnenyebabkan orang bersifat
phlegmatic, dan tenang.
(Mahmud, Drs. M. Dimyati. (1990). PSIKOLOGI Suatu pengantar Edisi
I BPFE. Jogjakarta.).
Tabel
Dua Belas Dimensi Utama Keperibadiaan
1. Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat vs dingin, tidak
kenyal
2. Bebas, cerdas, dapat dipercaya vs bodoh, tidak sungguh-sungguh,
tidak reflektif
3. Emosi stabil, realistis, gigih vs emosi mudah berubah, suka
menghindar (evasif), neorotik
4. Dominan menonjolkan diri vs suka mengalah, menyerah
5. Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara vs mudah berkobar,
tertekan, menyendiri, sedih
6. Sensitif, simpatik, lembut hati vs bebas terbuka, kaku, tak emosional
7. Berbudaya, estetis vs kasar, tak berbudaya
8. Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab vs emosional
tergantung, influsif, tidak bertanggung jawab.
9. Petualangan, bebas, baik hati vs hati-hati, pendiam, penarik diri
10. Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat vs pelamun, lamban, malas,
mudah lemah.
11. Tenang, toleransi vs tidak tenang, mudah tersinggung
12. Ramah, dapat dipercaya vs curiga, bermusuhan.
4
C. KLASIFIKASI GANGGUAN KEPERIBADIAN
5
hubungan interpersonaldan ketidakmampuan untuk mengalami emosi
yang normal. Mereka yang menderita gangguan ini tidak mempunyai
keinginan untuk berintraksi sosial dan tidak memperoleh kesenangan
dari intraksi sosial.
Mereka dianggap penyendiri yang tidak memerlukan hubungan
intim baik di dalam maupun di luar keluarga. Mereka hanya sedikit
atau bahkan sama sekali tidak tertarik dalam berhubungan seksual
dengan orang lain. Klien dengan gangguan keperibadian schizoid
sering kalai di pandang orang sebagai orang pemalu, suka menyendiri,
bersifat mementingkan diri sendiri.
c) Gangguan Keperibadian Skizotipal
Ciri dasar gangguan keperibadian skizotipal adalah berkurangnya
kemampuan untuk melaksanakan hubungan interpersonal dan distorsi
dan persepsi yang menyebabkan keanehan dalam berbicara,
berperilaku, dan berpenampilan.
Orang dengangangguan ini rnemiliki gejala yang sama . dengan
penderita skizofrenia, tetapi gejalanya . tidak cukup hebat untuk
rnenegakkan diagnosis skizofrenia. Masalah dalam berhubungan
dengan orang lain dimulaisejak awal masa dewasa. Terdapat gangguan
dalam persepsi dan isi pi'kiran dimanifestasikan dengan ide-ide
paranoid, curiga, pikiran magis dan gagasan rujukan (keyakinan bahwa
pembicaraan tau tindakan orang lain yang biasa-biasa saja memliki
makna yang tidak biasa, sementara kenyataannya tidak demikian),
Dalam tatanan sosial, oramg-orang ini tidak mampu menampilkan
berbagai emosi yang khas dan tidak dapat mengenali dan berespon
terhadap isyarat sosial yang biasa. Bahkan berada dalam sistuasi yang
telah dikenalnya dapat menimbulkan ansietas sosial yang berhubungan
dengan ketidakpercayaannya tentang rnotivasi orang lain.
Para ilmuan yakin bahwa gangguan kepribadian disebabkan oleh
kombinasi komponen psikososial, situasional, dan biologis. Pada
gangguan kepribadian skizotipal, hasil pemeriksaan biologis pada
6
skizofrenia (misalnya .ketidaknormalan neurotransmitter dan
ketidaknormalan dalam sistem frontal dan limbik, daerah kortikal,
diam stratum).
Strategi komunikasi untuk klien yang, memilikl gangguan
kepribadian kelompok A
1. Buat pernyataan yang menguatkan realita
2. Batasi diskusi pada topik yang konkret dan'sudah
dikenal klien
3. Gunakan pesan-pesan yang jelas dan sederhana untuk
mencegah kesalahan interpretasi mengenai kata atau frase.
4. Jangan berusaha memberi pemikiran logis untuk
melawan pernyataan atau perilaku klien yang tidak sesuai
karena pertentangan yang kuat mungkin terjadi membuat klien
berupaya untuk mernpertahankan diri dengan cara yang sangat
keras.
5. Pertahankan posisi yang tidak defensif ketika. klien
rnenyatakan rasa marah atau membuat pernyataan yang'
bersifat memusuhi
6. Diskusikan topik-topik yang tidak
kontroversial, ,'hindati isu-isu seperti agama dan politik
7. Jangan.menggunakan humon
8. Akui kesulitan-kesulitan praktis, seperti hambatan
dalarn .pekerjaandan kurang persahabatan, yang dialami klien
akibat gangguan tersebut.
9. Akui rasa sakit dan rasa takut yang dialami klien
10. Jangan berfokus pada interaksi persepsi yang kacau
karena menitikberatkan persepsi ini clapat rne.iyebabkan rasa
takut paranoid
11. Berikan ketenangan secara lembutjika persepsi-persepsi
tersebut.membuatnya takut
12. Jangan sentuh klien. Jika sentuhan diperlukan, 'minta
7
izin terlebih dahulu karena sentuhan rnungkin bisa
menimbulkan salah interpretasisebagal seranganfisik atau
seksual
13. Terirna semua perasaan klien baik yang positif maupun
yang negatif,dan akui bahwa emosi dapat menyakitkan
14. Bantu klien mengalihkan energi dalam cairan yang
sesuai.
8
orang lain. Perilaku berdusta dan manipulatif digunakan secara
konsisten untuk menjamin rasa senang, kekuatan, dan keuntungannya.
b) Gangguan Kepribadian Ambang
Ciri utama gangguan kepribadian ambang ditandai dengan
ketidakstabilan dalam hubungan interpersonal, konsep diri dan alam
perasaan sebagai suatu reaksi terhadap ketakutan atas pengabaian yang
nyata atau imajinasi. Klien mungkin mengalami ide-ide paranoid
sementara atau gejala-gejala disiosis berat dalam periode sters yang
berat. Ada perubahan antara posisi mengidealisasikan orang lain secara
akstrem dan merendahkan mereka.
Orang yang mengalami gangguan kepribadian ambang memiliki
sifat implusif, sembrono, dan terganggu kognitifnya, mereka bertindak
secara destruktif, seperti mengutil di toko, dan makan berlebihan
seperti dalam pesta (binge eating). Dalam tatanan klinis, merreka dapat
menunjukkan kecemasan, ketidakstabilan, rasa marah, implusif yang
ekstrem terhadap diri sendiri dan orang lain.
c) Gangguan kepribadian histrionik
Karakteristik gangguan kepribadian histrionik adalah perilaku
mencari perhatian yang sangat dramatis yang mulai pada awal usia
dewasa. Penderita gangguan ini memiliki dorongan kebutuhan untuk
menjadi pusat perhatian dan menjadi tidak nyaman jika mereka tidak
berada dalam posisi ini, tanpa menghiraukan apakah hal ini sesuai
dengan situasi yang ada.
Klien yang demikian juga mempertunjukkan respons emosi yang
berlebihan serta bereaksi yang berlebihan terhadap ilustrasi dan
gangguan yang kurang berarti. Pendapat mereka diekspresikan secara
dramatis tanpa rasionalisai atau informasi yang mendukung. Penderita
gangguan kepribadian histrionik ini sangat memuja dirinya sendiri,
sering kali menunjukkan temper tantrum jila mereka tidak segra
merasa puas atas semua pemenuhan kebutuhan mereka.
d) Mereka tidak mampu memperoleh keberhasilan hubungan
9
karena tidak perhatian, tidak mandiri, dan suka mengendalikan.
Mereka menunjukkan ekspresi emosi yang dangkal dan cepat berubah.
Mereka yang menderita gangguan kepribadian histrionik mungkin
memperoleh kesulitan dalam membentuk sebuah hubungan seksual
yang abadi karena mereka mungkin menggunakan provokasi seksual
dengan kolega sekerja atau kenalan sosialnya supaya ia dapat menjadi
pusat perhatian.
e) Gangguan kepribadian narsistik
Karakteristik utama dari gangguan kepribadian narsistik adalah
rasa yang berlebihan bahwa dirinya sangat penting. Ada perasaan kuat
untuk menghakimi dan sebuah hasrat untuk mendapat perhatian khusus
dan penujaan yang terus menerus.
Mereka yang menderita gangguan ini menilai bakat dan prestasinya
terlalu tinggi, sangat sombong dan memanfaatkan orang lain demi
memenuhi kebutuhan pribadi. Mereka terlena oleh mimpi-mimpi
keberhasilan, kekuatan, kekayaan, kepandaian, daya tarik fisik, dan
cinta ideal. Karena klien ini meyakini bahwa mereka special, mereka
berfikir bahwa mereka hanya bias di mengerti atau dihargai oleh
individu lain yang unik.
strategi komunikasi pada klien penderita gangguan kepribadian
kelompok B :
1. jangan berargumentasi, melakukan tawar menawar, atau
merasionalisasi.
2. tetap tenang dan tetap menahan diri dari respons emosional
terhadap provokasi atau manipulasi yang dilakukan klien.
3. komunikasikan pengharapan kepada klien.
4. hindari perlawanan yang kuat dengan menjalankan peraturan-
peraturan dan batasan-batasan secara konsisten dan dengan
menolak untuk berespons terhadap perilaku manipulasi
5. Bantu klien mengidentifikasikan kekuatan pribadi
6. minta klien memfokuskan pada fikiran dan perasaan yang ada
10
di balik tindakan destruktifnya.
7. tunjukkan ketertarikan yang serius dan konsisten pada hal hal
yang menjadi kekhawatiran klien. Bahkan jika klien tidak
mampu menunjukkan kekhawatiran secara adekuat.
8. lawan perilaku tidak sesuai yang mungkin muncul karena rasa
takut atau salah paham terhadap peristiwa-peristiwa eksternal.
9. lawan perilaku klien dalam mencari perhatian yang tidak
sesuai.
10. ketika melawan klien yang sikap emosionalnya berlebihan,
tetap menahan diri untuk tidak menjadi emosi. Tetap kasihi
klien secara obyektif.
11. beri umpan balik positif setiap klien mengurangi atau
menghilangkan perilaku atau penampilan untuk mencari
perhatian.
12. Bantu klien mengidentifikasi dan mengatasi isu-isu yang ada di
balik perasaan yang kuat.
13. jelaskan ketika klien sedang bersikap rendah hati.
14. diskusikan sikap superioritas klien.
15. Bantu klien mengatasi perasaan terhina.
16. eksplorasi cara-cara untuk menoleransi ansietas
11
dalam hubungan.
b) Gangguan Kepribadian Dapenden
Ciri primer dari gangguan kepribadian dependen adalah kebutuhan
yang menyeluruh dan berlebihan untuk selalu diurus oleh orang lain
dan perilaku tidak tunduk/patuh dan dependen pada orang-orang yang
dianggap sebagai sumeber asuhan. Klien penderita gangguan
keperibadian dependen menunjukan pola kepatuahan yang konsisten
sehingga membiarkan orang lain mengambil keputusan untuknya dan
mengendalikan kehidupannya.
Terlalu bergantung kepada orang lain menyebabkan mereka tidak
dapat menyelesaikan tugas mereka sendiri. Mereka tidak mampu
mengambil keputusan setiap hari tanpa bimbingan dan peyakinan
berlebihan dari orang lain. Orang yang memiliki keperibadian
bergantung merasa nyaman jika mereka ditinggalkan sendiri, mereka
dipenuhi rasa takut ditinggalkan atau takut jika harus merawat dirinya
sendiri. Kritik yang diberikan oleh orang lain sangat menyakitkan,
walau mereka kadang-kadang sependapat dengan kritikan tersebut,
terutama jika kritikan tersebut diberikan oleh orang yang merawatnya.
c) Gangguan Keperibadian Obsesif - Kompulsif
Ciri primer dari gangguan obsesif-kompulsif adalah seorang
terkupasi (sibuk memikirkan) dengan peraturan, undang-undang dan
kesempurnaan. Ketaatan yang tidak fleksibel pada peraturan dan
perintah teserap dalam semua tugas dan tujuan sehingga
mengorbankan fleksibilitas dan spotanitas. Sifat perfeksionis yang di
miliki seseorang sering kali menghalangi orang tersebut untuk
menyelesaikan tugasnya. Seringkali tanpa memperhatikan betapa
sempurnanya pencapaian secara mendetil, orang yang menderita
gangguan ini merasa yakin bahwa hasil tersebut belum cukup bagus
dan selanjutnya iakan mencari berbagai cara untuk memperbaikinya.
Strategi komunikasi pada Klien penderita gangguan keperibadian
kelompok C :
12
1. Dorong klien untuk mengkaji akibat dari isolasi
sosial yang di produksi oleh diri sendiri.
2. Bantu klien mengeksplorasi bagaimana kesalahan
interpretasi dari perkataan dan tindakan yang biasa saja sering kali
dianggap sebagai kritikan.
3. Diskusi dan contohkan perilaku asertif.
4. Dorong klien untuk mengenali depresi, rasa
kesepian, atau ansietas yang mungkin muncul karena kurangnya
rasa percaya diri dan rasa takut untuk di tinggali seorang diri dalam
mengurus diri sendiri.
5. Bersama klien berupaya untuk mengungkapkan
perasaan.
6. Dorong klien untuk mengingat dan mendiskusikan
partisipasi masa lalu dalam aktipitas relaksasi spontan atau dalam
tugas yang tidak memiliki peraturan atau standar pencapaian.
7. Bantu klien berfokus pada perasaan sebagai upaya
untuk menurunkan preokupasi umum yang sedetil.
8. Bicarakan dengan klien mengenai rencana untuk
membantu menurunkan interval waktu antara perilaku kompulsif.
9. Diskusikan dengan klien tentang cara untuk
menjadi fleksibel.
10. minta klien mengeksplorasi cara untuk bersenang-
senang
Gangguan Gambaran
13
Kelompok A Kecenderungan yang aneh, eksentrik, dan umum
untuk menarik diri secara social dan emosional
Parano Tidak percaya: curiga terusmenerus, tidak terbuka,
id menyembunyakan sesuatu, waspada berlebiahan, irihati,
cemburu.
Keterpisahan social: absorbsi pikiran sendiri, emosi
Skizoi terbatas, dingin dan tidak peduli, tidak menginginkan
d dan tidak menginginkan dan tidak menikmati hubungan
akrab, Alhedonik, tidak peduli dengan orang lain,
kurang menyebabkan gangguan dari pada skizotipal.
Defisit Interpersonal: distorsi kognitif, keeksentrikan,
paranoid, sulit merasa memahami dan menerima,
Skizoti keyakinan yang aneh, pikiran magis, pengalaman
pal persepsi yang luarbiasa, isolasi social.
14
indar organisasi, jadwal, sampai tingkat bagian utama
aktivitas hilang) sikap superior.
Depen
den
15
BAB II
KENSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1) PENGKAJIAN
a) Perilaku
Perilaku yang teramati pada individu yang mengalami gangguan
keperibadian di tandai oleh respons sosial maladaptif dan kronis. DSM-
IVmengelompokan gangguan keperibadian kedalam tiga kelompok
berdasarkan kesamaan gambaran. Table diatas menyajikan klasifikasi
spesifik karakteristik perilaku dan interpersonal yang berkaitan dengan
tiap gangguan keperibadian. Indivudu yang mengalami gangguan
keperibadian kelompok B memiliki gambaran karakteristik yang unik yang
kadang kala membuat asuhan keperawatan menjadi komplek dan sulit.
Respon maladaftif yang sering terjadi pada pasien yang mengalami
gangguan keperibadian kelompok B meliputi manipulasi, narsisisme, dan
impulsif.
b) Faktor Predisposisi
Berbagai faktor bisa menimbulkan respon sosial yang maladaptif.
Walaupun banyak penelitian yang telah dilakukan pada gangguan yang
mempengaruhi hubungan interpersonal, belum ada suatu kesimpulan yang
spesifik tentang penyebab gangguan ini. Mungkin disebabkan konbinasi
dari berbagai faktor yang meliputi:
1. Faktor Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan
mempengaruhi respons sosial maladaptif pada individu. Sistem
keluarga yang terganggu dapat berperan dlam perkembangan respon
sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang
mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan
diri dari orang tua.
Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan dengan
pihak diluar keluarga. Peran keluarga sering kali tidak jelas. Orang tua
16
pecandu alkohol dan penganiaya anak juga mempengaruhi respon
sosial maladaptive pada individu.
2. Faktor Biologis
3. Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladptif. Bukti
terdahulu menunjukan keterlibatan neurotransmitter dalam
perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih
lanjut.
4. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan factor utama dalam gangguan hubungan.
Hal ini akibat dari transiensi, norma yang tidak mendukung,
pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota
masyarakat yang tidak produktif, seperti lanjut usia (Lansia), orang
cacat, dan penderita kronis, isolasi dapat terjadi karena mengadopsi
norma, perilaku dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki
budasa mayoritas. Stresor pencetus.
c) Stresor pencetus pada umumnya mencakup peristiwa peristiwa kehidupan
yang menumbulkan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
menyebakan ansietas. Teresor pencetus dapat di kelompokkan dalam dua
kategori:
Sresor sosiokultural
Stress dapat didtimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga
dan berpisah dari orang yang berarti misalnya karena dirawat di rumah
sakit
Stressor psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbtasan kemamouan untuk mengatasinya. Tuntunan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.
d) Penilaian stressor
Individu dewasa yang dapat berperan serta dalam hubungan
17
interpersonal yang sehat tetap rentan terhadap efek stress psikologis.
Penilaian stresor individu sangat penting dalam hal ini. Rasa sedih karena
suatu kelhilangan atau beberapa kehilangan dapat sangat besar sehingga
imdividu tidak mau menghadapi kehilangan di masa depan, bukan
mengmbil resiko mengalami lebih banyak kesedihan.
Contoh sumber koping yang berhubungan dengan respons social
maladaprif meliputi:
Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman
Hubungan dengan hewan peliharaan penggunaan kreativitas
untuk mengekpresikan stress interfesional ( misalnya
kesenian,musik,atau tulisan )
e) Makanisme Koping
Individu yang mengalami respons social maladptif menggunakan
berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Makanisme
tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang sfesifik:
1. Koping yang berhubungan dengan keperbadian antisocial.
Proyektor
Splitting
Merendahkan orang lain
2. Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian
ambang
Splitting
Formasi reaksi
Proyeksi
Isolasi
Indealisasi orang lain
Merendahkan orang lain
Indetifikasi proyektif
(Stuart, gail w. ( 2007). Buku satu keperawatan jiwa edisi 5. buku
kedokteran EGC : Jakarta )
18
2) DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. DIANGNOSIS KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
UNTUK GANGGUAN KEPRIBADIAN KELOMPOK A
a. DIANGNOSIS KEPERAWATAN:
KETIDAKEFEKTIFAN KOPING INDIVIDU
a) Kemungkinan Penyebab:
• Krisis situasional atau meturasional
• Kurang system pendukung
• Kebutuhan atau pengharapan yang tidak
terpenuhi
• Disfungsional keluarga kamu
b) Batasan Karakteristik :
• Perilaku eksentrik
• Ansietas
• Ketaatan kaku terhadap rutianitas yang telah
diketahui
• Tidak mampu mengambil keputusan
c) Tujuan Jangka Panjang :
Klien mendemonstrasikan prilaku yang mengarah pada resolusi
masalah yang sudah teridenti fikasi
d) Tujuan Jangka Pedek #1:
Klien mendiskusikan masalah-masalah dalam situasi kehidupannya
saat ini intervensi keperawatan dan rasional:
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Bantu klien 1. Sang
mengidentifikasi masalah dan at penting untuk memahami perspektif
area kekhawatiran klien dan mengidenfikasikan dengan
jelas tentang apa yang di anggap sangat
membuat stress
2. Klien
2. Dorong klien untuk harus belajar bagaimana menilai
19
mengidentifikasi masalah tanpa masalah secara realistis daripada
mencap dirinya ataupun orang menggunakan posisi defensive
lain sebagai baik maupun buruk
3. Minta klien 3. Ketik
membicarakan semua a klien memutuskan mana yang
kebutuhan yang belum terpenting diantara semua
terpenuhi dan Bantu klien untuk kebutuhannya, akan lebih mungkin
memutuskan mana yang bagi mereka untuk mengubah perilaku
terpenting. sehingga semua kebutuhannya dapat
terpenuhi
20
• Kurang memiliki hubungan dengan pemberi
perawatan yang dulu
• Hubungan keluarga kacau
• Ego kurang berkembang
2. Batasan Karakteristik :
• Perilaku dan perasaan yang tidak matang
• Pernyataan rasa tidak mampu
• Perilaku aneh, misalnya pergi ketempat yang sangat
jauh hanya untuk membuktikan suatu hal dan bersikap selalu
waspada atau suka berahasia dengan orang di sekelilingnya.
3. Tujuan Jangka Panjang:
Klien berintraksi dengan orang-orang dan terlibat dalam aktivitas
sosialserta aktivitas parateutik
4. Tujuan Jangka Pendek #1:
Klien mengidentifikasi dan mendiskusikan perasaannya yang
menghalangi interaksi sosial.
Interpensi Keperawatan dan Rasional :
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Dorong klien untuk 1. Untuk mengontrol perilaku social
mengekspresikan pikiran dan yang tidak sesuai, klien perlu
perasaannya mengenai intraksi menyadari pikiran dan perasaan yang
sosial dengan orang lain. ada sebelum melakukan tindakan.
2. Identifikasi dan diskusikan 2. Dengan mengeksflorasi
peraturan-peraturan dalam peraturan- peraturan dalam berperilaku,
berperilaku yang sesuai. klien dapat mulai membandingkan
antara perilaku peribadi dengan apa
yang dianggap bisa diterima dalam
kehidupan social dan mengidentifikasi
area-area kekhawatiran.
3. Minta klien membicarakan 3. Mengkaji perasaan klien yang
perasaan yang berhubungan terkait dengan tatanan sosial
dengan tatanan sosial. memampukan klien untuk
mengidentifikasi kekhawatiran peribadi
tentang penerimaan social
4. Bantu klien mengkaji perilaku 4. mengidentifikasi perilaku yang
yang mengganggu sosialisasi. tidak sesuai adalah langkah pertama
untuk menuju perubahan.
5. minta klien mendiskusikan 5. mendiskusikan situasi sosial yng
situasi social yang tidak nyaman. tidak nyaman dapat memfasilipasi
pemahaman tentang kekhawatiran
klien, memicu identifikasi berbagai
21
strategi untuk mengatsi situasi ini
6. Bantu klien mengidentifikasi 6. Klien perlu mengembangkan
perilaku negatif yang mengganggu kesadaran diri mengenai bagai mena
perkembangan hubungan yang perilaku mereka yang tidak dapat
saling memuaskan. diterima mempengaruhi orang lain dan
menghambat pembentukan suatu
hubungan.
22
• Harga diri rendah
• Riwayat dihalanginya uoaya untuk memenuhi kebutuha
dasar
• Riwayat perilaku kekerasan terhadap diri sendiri atau orang
lain
b) Batasan karakteristik
• Bahasa tubuh yang agresif
• Permusuhan yang dinyakan secara verbal
• Pikiran atau perilaku bunuh diri
• Memiliki senjata atau benda-benda lain yang berbahaya
c) Tujuan jangka panjang
Klien melaporkan ketiadaan perilaku atau pikiran merusak diri.
d) Tujuan jangka pendek #1
Klien menyatakan keinginannya untuk melukai diri sendiri atau orang lain tetapi
tidak melakukannnya.
Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Bangun 1. Keamanan adalah peioritas utama
lingkungan yang aman dengan bagi klien yang cenderung merusak
menyingkirkan semua benda-
benda yang mungkin berbahaya
dari klien dan lingkungannya.
2. Buat 2. Sebuah lingkungan yang tenang
lingkungan klien menjadi tenang dan tidak brsifat merangsang
dan tidak bersifat merangsang. mengurangi perilaku agresif klien
3. Dorong 3. verbalisasi perasaan marah
klien untuk menyatakan perasaan membantu klien bersentuhan dengan
agresifnya. situasi yang menyakitkan
4. Sering sekali orang agresif salah
4. Bantu menempatkan perasaan negatifnya
klien mengungkapkan asal rasa kedalam situasi yang tidak
marah dan rasa sakit berhubungan dari pada merasakan
rasa marahnya secara sadar pada
cidera yang sebenarnya sudah terjadi.
5. Sebuah kontrak membantu klien
mengatasi perasaan yang tidak
5. Minta terkendali dan menghilangkan
klien membuat sebuah perjanjian kecendrungan untu terlibat dalam
sehingga perwat atau prilaku kekerasan terhadap diri
professional kesehatan jiwa sendiri atau orang lain.
lainnya diberitahu tentang hasrat
23
klien untuk melakukan tindakan 6. Identifikasi isyarat distret dapat
merusak menjadi sebuah mekanisme
6. Bantu peringatan untuk mencegah tindakan
klien mengidentifikasi kebiasaan klien, sehingga memfasilitas
dan perilaku berbicara sendiri intervensi keperawatan yang tepat
yang biasanya disertai rasa dan segar.
marah dan peningkatan ansietas
24
3. Bantu klien mengembangkan 3. Perkembangan strategi
strategi untuk mengatasi isyarat koping memberi klien rasa
internal dan eksternal yang mampu menguasai diri atas
sudah teridentifikasi yang dapat perasaan-perasaan nedatifnya.
meningkatkn prilaku agresif dan
destruktif.
4. Bantu klien mengenali 4. Klien memerlukan
pristiwa-pristiwa yang dapat bantuandalam bentuk sebuah
mengarahkannya pada prilaku rencanaoperasional untuk
destruktif di masa lalu dan memutuskan siklus
merencanakan cara berbeda perilaku.destruktif.
untuk mengendalikan situasi
yang sama.
5. Ajarkan klien berbagi 5. Penggunaan berbagi
keterampilan koping, misalnya keterampilan koping yang efektif
teknik menurunkan stres, dapat menurunkan
keterampilan bernegosiasi,dan kecendrungan, klien untuk
cara-cara untuk melakukan perilaku kekerasan
mengkomunikasikan rasa marah
secara tepat.
25
Klien menyatakanpandangan yang positif tentang diri dan mampu
mengidentifikasi pencapain di masa lalu dan tujuan masa depan.
d) Tujuan jangka pendek#1 :
Klien mengekspresikan perasaan dan ketakutannya.
Intervensi dan rasional :
Intervensi keperawatan Rasional
1. Dorong klien membicarakan 1. Mengakui perasaan negatif atau
situasi menimbulkan perasaan masalah yang tidak bias terpecahkan
tidak nyaman. dapat membantu klien mengatasi isu-
isu yang menjadi perhaiannya
2. Dorong klien mendiskusikan 2. Eksplorasi diri dapat
ketakutan gagal dan aspek-aspek menyediakan daya tilik terhadap area
diri sendiri yang dipikir tidak permasalahan dan menidentifikasi
diinginkan isu-isu yang tidak terpecahkan di
masa lalu
3. Dorong klien untuk membuat 3. Klien mungkin memiliki
rencana spesifik untuk mengubah keterbatasan kemampuan untuk
disfungsional atau menyusun strategi mengubah
menyelesaikan masalah perilaku yang disfungsional atau
mungkin tidak mampu melihat cara-
cara alternative untuk menyelesaikan
masalah tanpa bantuan
4. Bantu klien menyusun 4. Dengan perencanaan situasional
rencana untuk menangani situasi untuk melakukan tugas baru, klien
spesifik yang menimbulkan dapat melihat bahwabeberapa
perasaan negatif atau gagal. tindakan dapat diambil untuk
menghasilkan konsekuensi yang
positif
26
kekuatan, pencapaian di masa diri memulai membangun harga diri
lalu, dan potensi masa depan.
2. Minta klien membuat tujuan 2. Pencapaian tujuan meningkatkan
yang realitis dan berupaya untuk kepercayaan diri. Dorong klien untuk
mencapainya. mengungkapkan tujuan mana yang
tidak realistis sehingga mencegah
kehilangan harga diri yang dapat
terjadi jika tujuan-tujuan ini tidak
terpenuhi
3. Minta klien membuat 3. Klien memerlukan praktik untuk
kuputusan dan menggunakan mengatasi masalah sehingga
keterampilan penyelesaian kemajuan dalam kemampuannya
masalah pada stesor atau isu-isu dapat dilihat.
lain yang menjadai perhatian
klien. 4. Membuat sebuah jurnal
4. Sarankan klien untuk membantu klien melihat pola-pola
mempunyai sebuah jurnal berulang yang dapat diubah dan juga
mengenai pengalaman harian dan membantu mengatasi situasi stress
mengidentifikasi perasaan- yang bermasalah.
perasaan yang berhubungan
dengan perasaan tersebut.
27
• Tidak mampu berkomunikasi dalam situasi sosial
• Menolak untuk mengadakan kontak mata
c) Tujuan jangka panjang :
Klien mendemonstrasikan berbagai keterampilan yang penting untuk
membina dan mempertahankan hubungan interpersonal
d) Tujuan jangka pendek#1
Klien menyatakan pemahaman bahwa diperlukan bebagai keterampilan untuk
membina hubungan
Intervensi dan rasional
Intervensi keperawatan Rasional
1. Minta klien mengeksplorasi 1. Klien harus mampu mengidentifikasi
perasaan pribadi dan rasa tidak dan mendiskusikan perasaan negatif
amannya untuk berinteraksi dengan untuk merubah pikiran dan perilaku
orang lain yang berhubungan dengan perasaan
tersebut.
2. Bantu klien mengkaji 2. Setelah klien memahami akibat
hubungan di masa lalu dan evaluasi perilaku isolasi sosial, klien dapat
bagaimana perilaku isolasi dapat memilih untuk mengubah perilaku
menyebabkan kesepian dan tersebut.
kurangnya dukungan sosial
3. Bantu klien mengenali 3. Pengenalan perilaku positif dapat
keterampilan dan pola terjadi seiring dengan identifikasi
bersosialisasi yang terbaru dengan berbagai area yang memerlukan
orang lain. perubahan.
4. Dorong klien untuk 4. Klien perlu mengidentifikasi situasi
mengedintifikasi perbedaan antara yang dalam situasi tersebut mereka
harga diri yang konsisten dan mengabaikan harga diri dan perawatan
perawatan diri serta sikap diri serta membiarkan orang lain
menyandarkan diri pada orang lain mengendalikan kehidupan mereka.
untuk mendapatkan pengakuan
atau perawatan
5. Dorong klien ntuk 5. Eksploitasi dan manipulasi orang lain
mengidentifikasi interaksi menjadi kurang menarik jika klien
kebutuhan akan perawatan dan menemukan bahwa mereka dapat
28
pengakuan menyababkan mengontrol kehidupan mereka sendiri.
eksploitasi atau mani pulasi orang
lain
29
2.DIAGNOSIS KEPERAWATAN : KOPING DEFENSIF
a) Kemungkinana penyebab :
• keluarga yang disfungsional
• Riwayat penganiyaan
• Tidak ada model peran atau pengalaman dalam mengungkapkan
perasaan
• Riwayat hanya mempunyai sedikit atau tidak memiliki hubungan
sama sekali.
b) Atasan karakteristik :
• Menggunakan rasionalisasi untuk menjelaskan perilaku disfungsional
• Proyeksi menyalahkan atau melemparkan tanggung jawab terhadap
suatu masalah.
• Sensitive terhadap kririk
• Tidak mampu meminta bantuan
c) Tujuan jangka panjang :
Klien menyatakan penilaian yang relistik atas situasi kehidupan dan meminta
bantuan untuk menyelesaikan masalah jika perlu
d) Tujuan jangka pendek # 1 :
Klien mengedentifikasi perasaan dan perilaku pribadi yang terjadi pada
situasi yang mengancam
e) Tujuan jangka pendek#2 :
Klien dan mempraktikkan strategi koping yang sehat
Intervensi dan rasional
Intrvensi keperawatan Rasional
1. Bersama klien berupaya 1. Evaluasi terhadap keterampilan
mengkaji dan mengevaluasi koping memampukan klien untuk
keterampilan koping terkini. mengidentifikasi pola koping
maladaftif.
2. Bantu klien memahami 2. Klien lebih mampu meninggalkan
bagaiman akoping yang koping defensive jika ia menyadari
defensif, seperti mengingkari bahwa hal tersebut berbahaya bagi
masalah, proyeksi menyalahkan, dirinya maupun bagi orang lain.
dan tidak mampu mencari
30
pertolongan, mengganggu
kemampuannya untuk
memenuhi kebutuhannya
sendiri.
3. Ajiri klien bagaimana 3. Klien perlu mempraktikkan dan
mengkomunikasikan dan mengembangkan rasa nyaman saat
membicarakan stressor, menyatakan pikiran, perasaan, dan
perasaan, dan rasa takutnya rasa takut yang ada dalam diri
dengan cara yang jelas dan mengenai dirinya sendiri.
langsung.
4. Bersama klien berupaya 4. Mengambil keputusan dapat
belajar dan mempraktikkan meningkatkan harga diri dan rasa
keterampilan pengambilan mengendalikan diri.
keputusan.
5. Dorong klien untuk 5. Humor dapat mengurangi
menikmati hiburan humor, keseriusan situasi dan memampukan
misalnya menonton film klien untuk melepaskan beberapa
komedi. keterangan yang terkait dengan
tekanan yang dialami.
(Copel, Linda Carman. (2007). Kesehatan Jiwa dan Psikiatri : Pedoman Klinis
Perawat, Edisi 2. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.)
31
DAFTAR PUSTAKA
(Copel, Linda Carman. (2007). Kesehatan Jiwa dan Psikiatri : Pedoman Klinis Perawat,
Edisi 2. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.)
(Stuart, gail w. ( 2007). Buku satu keperawatan jiwa edisi 5. buku kedokteran
EGC : Jakarta )
Mahmud, Drs. M. Dimayati. (1990). PSIKOLOGI Suatu Pengantar Edisi I. BPFE :
Jogjakarta
32
TUGAS MAKALAH
KEPERAWATAN JIWA I
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAKNOSA
GANGGUAN KEPERIBADIAN
Disusun Oleh
YULIANA METRI DEWI
032001DO7096
33