You are on page 1of 11

PROTOTIPE SISTEM LAMPU LALU LINTAS TERPUSAT

BERBASIS DTMF DAN MIKROKONTROLER AT89S51

UNTORO
PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
untoro_bagelen@yahoo.com

Communication) dan juga CDMA (Code Division


ABSTRACT Multiple Access) yang saat ini sedang berkembang.
Has been developed an equipment Perkembangan teknologi elektronika pada
prototyping of traffic light regulator from long era globalisasi ini semakin maju sehingga
mendorong para praktisi maupun penggemar
distance. This system exploits DTMF ( Dual Tone
Multy Frequency) what owned system GSM as elektronika untuk menghubungkan atau
communication media, what connects between menempelkan perangkat-perangkat elektronik ke
ponsel baik sebagai med ia ko munikasi antar
servers as center control with traffic light control.
Server as center control gives comand in the form of perangkat elektronik, proteksi saluran maupun
codes to arrange traffic light modes. Every mode sebagai pencatat aktifitas dari ponsel tersebut.
Sebagai media ko munikasi pada
results different condition when delay each lamp
merah,kuning and green every line at one particular aplikasinya handphone digunakan sebagai media
crossroad or three. ko munikasi data dimana data tersebut akan
Digital data in the form of tone sent by digunakan untuk mengendalikan peralatan-peralatan
server then received by the handphone in traffic tertentu (pengendali pagar rumah melalui saluran
light control network. this Tone then is translated ponsel GSM ) atau berupa laporan kondisi dari suatu
again in the form of digital by IC DTMF Dekoder. tempat (data logger). Dengan kecenderungan
Hereinafter this data diolah to arrange traffic light. perilaku mobilitas yang tinggi dari setiap individu
Result fro m attempt shows this system pada masa sekarang ini,maka sudah menjad i
dapa works carefully. Mode set arranged at keperluan menggunakan alat komunikasi wireless
translatable server by good traffic light in the form (tanpa kabel) seperti ponsel GSM .
of giving of priority and time delay for level of Pengaturan jalur kendaraan saat ini
compaction of vehicle. kebanyakan menggunakan lampu lalu lintas yang
dapat bekerja secara otomatis. Namun sayangnya
Keyword: GSM,DTMF, traffic light sistem pengatur lampu lalu lintas kebanyakan masih
bersifat statis. Dengan kata lain, tiap-tiap jalur
I. PENDAHUL UAN mempunyai waktu yang sama sehingga walaupun
Kemajuan teknologi yang semakin pesat jalur tersebut padat, waktunya sama dengan jalur
telah banyak memberi kemudahan-kemudahan yang lengang. Untuk itu diperlu kan sistem pengatur
dalam memecahkan berbagai masalah. Termasuk lampu lalu lintas yang tidak hanya bekerja secara
juga dalam bidang elektronika, instrumentasi otomatis tetapi juga dapat diatur sesuai dengan yang
industri, ko mputer dan juga dalam b idang dikehendaki.
teleko munikasi. Terleb ih lag i setelah ditemukannnya Dalam penelitian ini telah dibuat suatu alat
mikro kontroler, maka untuk keperluan instrumentasi yang disebut “ PROTOTIPE SISTEM LAMPU
dan otomatisasi dalam industri, perkantoran ataupun LA LU LINTAS TERPUSAT” yang berfungsi
perumahan semakin mudah. untuk mengendalikan lampu lalu lintas melalui suatu
Kemajuan teknologi komunikasi juga tidak pusat kontrol dengan menggunakan fasilitas Dual
kalah pesat, terutama teknologi ko munikasi tanpa Tone Multy Frequency (DTMF) yang dimiliki oleh
kabel (wireless) atau disebut juga komunikasi jaringan GSM sebagai media ko munikasi dan
bergerak (mobile communication). Telepon seluler mikro kontroler AT89S51 sebagai pengontrolnya.
(ponsel) merupakan salah satu alat komunikas i
bergerak yang saat ini telah berkembang pesat.
Ponsel beroperasi dalam sistem seluler dig ital yang
disebut dengan GSM (Global System for Mobile
II. DASAT TEORI decoder. Salah satu IC decoder DTMF adalah
MT8870.
II.1 Mikrokontroler AT89S51 IC MT 8870 akan mengkodekan sinyal
Perkembangan teknologi dalam b idang DTMF yang masuk dan menghasilkan pulsa-pulsa
elektronika khususnya dunia mikroelektronika telah keluaran melalui pin 11, 12, 13, 14. Pin 15 akan
maju dengan pesat. Penemuan silikon menyebabkan berlogik 1 setiap ada sinyal DTM F (keypad ditekan),
bidang ini mampu memberikan sumbangan yang namun akan kembali berlogik 0 bila keypad tidak
berharga bagi perkembangan teknologi modern. ditekan. Sebaliknya output dari pin 11, 12, 13 dan
Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi 14 (Q1, Q2, Q3 dan Q4) akan terkunci pada
mikroprosesor dan mikroko mputer, hadir memenuhi masukan sinyal DTMF terakhir (pada penekanan
kebutuhan pasar dan teknologi baru. Sebagai keypad terakhir, walaupun tombol keypad akan
teknologi baru, yaitu teknologi semikonduktor dilepas). Selanjutnya pulsa keluaran pin 10, 11, 12
dengan kandungan transistor lebih banyak namun dan 13. (M itel,1995)
hanya memerlu kan ruang kecil serta dapat
diproduksi secara massal membuat harganya II.4 Transistor
men jadi lebih mu rah dibandingkan mikroprosesor Transistor adalah komponen aktif yang
(Putra, 2005). menggunakan aliran elektron sebagai prinsip
Mikrokontroler merupakan sebuah kerjanya didalam bahan. Sebuah transistor memiliki
ko mbinasi dari sebuah CPU, memo ri dan I/O yang tiga daerah doped yaitu daerah emitter, daerah basis
terintegasi dalam bentuk sebuah IC atau yang dapat dan daerah disebut kolektor. Transistor ada dua jenis
disebut dengan Single Chip Microcomputer yaitu NPN dan PNP. Transistor memiliki dua
.Terdapat berbagai macam jenis mikro kontroler sambungan: satu antara emitter dan basis, dan yang
yang beredar di pasaraan, salah satunya adalah lain antara kolektor dan basis. Karena itu, sebuah
AT89S52 yang merupakan produk dari Atmel dan transistor seperti dua buah dioda yang saling
termasuk dalam keluarga M CS-51. bertolak belakang yaitu dioda emitter-basis, atau
disingkat dengan emitter d ioda dan dioda kolektor-
II.2 Dual Tone M ultiple Frequency (DTMF) basis, atau disingkat dengan dioda kolektor.
DTMF adalah gabungan nada pensinyalan (Gunadarma Staff)
yang terkadang digunakan untuk mengontrol Sebuah transistor mempunyai 4 daerah
berbagai maksud melalu i jaringan telepon, seperti kerja, yaitu:
remote control mesin penjawab. GSM mendukung 1. Daerah Akt if
penuh teknologi DTMF. DTM F dapat dihasilkan Daerah kerja transistor yang normal adalah
jika keypad handphone ditekan. Masing-masing pada daerah aktif, dimana arus IC konstans
tombol pada handphone mempunyai tone yang terhadap berapapun nilai VCE. Dari kurva
berbeda yang dihasilkan dari ko mb inasi 2 frekuensi ini diperlihatkan bahwa arus IC hanya
yang berbeda. Tabel frekuensi tombol pada tergantung dari besar arus IB. Daerah kerja
handphone ditujukkan pada tabel II.6 sebagai ini biasa juga disebut daerah linear (linear
berikut: region).
Tabel II.6 Tabel kombinasi frekuensi pada tombol 2. Daerah Cut Off
handphone Jika kemud ian tegangan VCC dinaikkan
perlahan-lahan, sampai tegangan VCE
1209Hz 1336Hz 1477Hz 1633Hz
tertentu tiba-tiba arus IC mu lai konstan.
697Hz 1 2 3 A Pada saat perubahan ini, daerah kerja
770Hz 4 5 6 B transistor berada pada daerah cut-off yaitu
dari keadaan saturasi (On) menjadi keadaan
852Hz 7 8 9 C mat i (Off). Perubahan ini dipakai pada
941Hz * 0 # D system digital yang hanya mengenal angka
biner 1 dan 0 yang tidak lain dapat
Selain dengan menggunakan tombol direpresentasikan oleh s tatus transistor
handphone, DTMF juga bisa dihasilkan dengan OFF dan ON .
menggunakan perintah AT Command. Perintah
untuk menghasilkan AT Commad adalah 3. Daerah Saturasi
AT+VTS=[karakter], yang hanya bisa dilakukan Daerah saturasi adalah mulai dari VCE = 0
saat proses pemanggilan terjadi. (Upit,2007) volt sampai kira-kira 0.7 volt (transistor
silikon), yaitu akibat dari efek dioda
II.3 DTMF Dekoder kolektor-base yang mana tegangan VCE
belum mencukupi untuk dapat
Untuk mengubah sinyal DTMF (tone)
menyebabkan aliran e lektron.
men jadi data digital diperlukan suatu DTMF
4. Daerah Breakdown
Dari kurva ko lektor pada gambar II.2, menggunakan lebih dari satu port serial, kita juga
terlihat jika tegangan VCE leb ih dari 40V, harus menggunakan comport sebanyak port serial
arus IC menanjak naik dengan cepat. yang dipakai. (Noname,2008).
Transistor pada daerah ini d isebut berada Keleb ihan-kelebihan dari ko mponen
pada daerah breakdown. Seharusnya comport activex antara lain :
transistor tidak boleh bekerja pada daerah 1. Menyediakan ko munikasi denganperalatan
ini, karena akan dapat merusak transistor yang terhubung dengan port serial.
tersebut. Untuk berbagai jenis transistor 2. Mudah menggunakannya.
nilai tegangan VCEmax yang 3. Penyebarluasan komponen dalam bentuk
diperbolehkan sebelum breakdown aplikasi tidak membayar royalti.
bervariasi. VCEmax pada data book Properti-p roperti yang sering dipakai
transistor selalu dicantumkan juga. adalah sebagai berikut:
1. Co mport : untuk menentukan nomor port
serial yang akan d ipakai.
2. ConfigDialog : untuk menset nilai
baudrate, jumlah paritas, jumlah bit data dan
ju mlah b it stop.
3. Open untuk membuka atau menutup
port serial yang dihubungkan dengan comport
ini.
4. Readstring: untuk mengamb il data
string yang ada pada buffer penerima.
5. Writestring :untuk menulis data string pada
port serial.
II.7 At Command Set
Gambar II.2 Daerah Operasi Transistor
AT Command Set merupakan sekumpulan
perintah-perintah yang dikeluarkan oleh pihak
II.5 Komunikasi Serial RS232
perusahaan pembuat ponsel untuk mengakses
Standar sinyal komunikasi yang banyak
digunakan adalah standar RS232 yang informasi ponsel. Hampir semua fitur dalam ponsel
dapat diakses dengan perintah-perintah AT
dikembangkan oleh Electronic Industry Association
Command atau yang lebih dikenal dengan AT
and the Telecomunication Industry Association
(EIA/TIA) yang pertama kali dipublikasikan pada Cellu lar. (Siemens,2001)
Tidak semua ponsel dapat diakses oleh AT
tahun 1962. In iterjad i jauh sebelum IC TTL populer
Command, karena AT Command setiap model
sehingga sinyal ini tidak ada hubungannya sama
sekali dengan tegangan IC TTL. Standar in i hanya ponsel berbeda-beda. Dan tidak semua produsen
ponsel mengeluarkan AT Command untuk produk
menyangkut ko munikasi data antara komputer
ponsel mereka. Salah merek ponsel yang mudah
dengan alat-alat pelengkap ko mputer. Standar inilah
yang biasa digunakan pada port serial IBM PC untuk mendapatkan AT Command-nya adalah
keluaran Siemen. Ponsel keluaran Siemen dapat
ko mpatibel. Standar sinyal serial RS232 memiliki
diakses dengan perintah-perintah AT Command
ketentuan level tegangan sebagai berikut:
(Prasetia,2004) untuk GSM 07.05 dan juga Siemen Specific AT
Command.
1. Logika „1‟ disebut „mark‟ terletak antara -3
volt hingga -25 volt.
2. Logika „0‟ disebut „space‟ terletak antara II.8 Konsep Dasar Telepon Seluler
+3 volt hingga +25 vo lt. Sistem seluler adalah sistem yang membagi
3. Daerah tegangan antara -3 volt hingga +3 suatu kawasan dalam berbagai sel yang kecil, hal in i
volt adalah invalid level, yaitu daerah yang digunakan untuk memastikan bahwa frekuensi dapat
tidak memiliki level logika pasti sehingga meluas sehingga mencapai ke semua bagian pada
harus dihindari. Demikian juga level kawasan tertentu sehingga beberapa pengguna dapat
tegangan lebih negatif dari -25 volt atau menggunakan ponselnya secara simultan tanpa jeda
lebih positif dari +25 volt juga harus dan tanpa putus–putus. Pada sistem seluler, semua
dihindari karena tegangan tersebut dapat daerah harus dapat dicakup tanpa adanya gap satu
merusak line driver pada saluran RS232. sel dengan yang lain sehingga yang cocok untuk
II.6 ComPort Activex menggambarkan daerah sel tersebut adalah berupa
Comport activex menyediakan fasilitas kurva heksagonal. Kurva heksagonal lebih dapat
ko munikasi antara program aplikasi yang dibuat mewakili daerah sel dikarenakan cakupan area dapat
dengan port serial untuk mengirim atau menerima tergambarkan dengan rapi serta mencakup
data melalu i port serial. Setiap comport hanya keseluruhan area.
menangani satu port serial sehingga jika ingin
Setiap sel terbagi dalam beberapa sektor keseluruhan. OP AMP digunakan untuk membentuk
atau area individual untuk efisiensi. Antena akan fungsi-fungsi linear yang bermaca-macam (dan juga
melakukan pengiriman sinyal pada tiap sel. Pada operasi-operasi tak-linear) dan sering disebut
gambar II.4, di mana sebuah antena akan dapat sebagai rangkaian terpadu linear-dasar.
mengirim dan menerima sinyal pada tiga daerah (Millman,1987)
yang berbeda, di mana setiap sel hanya tercakup
sebagian saja dari ketiga sel yang ter-cover. II.9.1 Penguat Inverting

Inverting amplifier in i, input dengan


outputnya berlawanan polaritas . Jadi ada tanda
minus pada rumus penguatannya Rangkaian penguat
inverting ditunjukkan gambar II.5. Persamaan
tegangan keluaran dituliskan sebagai berikut :

Gambar II.4 Cakupan Area Sebuah Antena

Setiap sel mempunyai ukuran diameter


kurang lebih 26-32 Km2 dengan radius jangkauan 1
hingga 50 Km, dan setiap sel tersebut akan
membantuk grid–grid heksagonal seperti sarang
lebah yang luas meng-cover seluruh area. Pada
sistem GSM (Global Sistem for Mobile
Communication) dan PCS (Personal Co mmunication
Service) mempunyai sel yang lebih kecil, yaitu 6
Km. Gambar II.5 Rangkaian penguat inverting
Setiap cell site sebuah base stasion
mempunyai pemancar 800–1900 Mh z dengan
diperlengkapi dengan antena untuk mengatur III. PERANCANGAN ALAT
cakupan wilayahnya. Setiap base stasion dipilihkan
frekuensi dengan hati–hati untuk mengurangi III.1 Gambaran Umum Perancangan
interferensi dengan sel tetangga. Layanan pancaran Alat Sistem Lampu Lalu Lintas Terpadu
akan sengat tergantung dari keadaan topogarfi,
kepadatan populasi, dan kepadatan lalu lintas data. Sistem lampu lalu lintas terpadu yang
dimaksud dalam tugas akhir ini adalah suatu sistem
Pada sistem GSM dan PCS, dibuat tingkatan –
yang terdiri dari pusat kontrol sebagai pusat kendali
tingakatan stasiun yang terdiri dari : (Faiz,2008)
dan rangkain-rangkaian pengatur lampu lalu lintas
• P
yang dihubungkan dengan media ko munikasi
ico cell, yang meng-cover area di dalam jaringan GSM. Gambaran u mu m dari sistem in i
sebuah bangunan gedung. digambarkan sebagai berikut:
• M
icro cell, akan meng-cover area outdor tertentu
sehingga cocok digunakan untuk pengguna
yang tidak begitu sering bergerak (slow
moving subscriber).
• M
acro cell, meng-cover kawasan area yang
paling luas digunakan untuk pengguna yang
bergerak (fast moving subscriber). (Faiz,2008)

II.9 Op Amp (Operasional Amplifier) Gambar III.1 Diagram blok sistem lampu lalu lintas
terpadu
Penguat operasional (disingkat OP AMP) Pusat kontrol merupakan sebuah
merupakan suatu penguat berperolehan tinggi ko mputer yang dilengkapi dengan piranti lunak
dikopel langsung, dimana u mpan balik ditambahkan untuk mengakses handphone yang terdapat di port
untuk mengendalikan karakteristik tanggapan serial. Piranti lunak ini dibuat dengan bahasa
pemrograman Delphi 6 dan dengan menggunakan III.2.1 Perancangan Hardware
comport activex. Pada perancangan hardware di sini dibahas
Pada tiap-tiap lampu lalu lintas terdapat 2 mengenai peralatan, maupun rangkaian–rangkaian
buah mikrokontroler. Satu mikro kontroler apa saja yang terdapat pada alat ini. Diantaranya
digunakan untuk mengontrol lampu lalu lintas, rangkaian- rangakaian tersebut adalah seperti
sedangkan yang lain digunakan untuk mengontrol ditunjukkan pada blok diagram gambar III.2
ko munikasi dengan pusat kontrol dan pengaturan ,diantaranya :
mode dari lampu lalu lintas. Penggunaan 2 1. Rangkaian M ikrokontroler 1
mikro kontroler dimaksudkan agar pengaturan waktu 2. Rangkaian M ikrokontroler 2
tunda lampu lalu lintas tidak terganggu oleh 3. Rangkaian DTMF Dekoder
interupsi prosedur lainnya, sehingga waktu tunda 4. Rangkaian Kontrol To mbol ON
waktunya tetap. Diagram blok detail ditunjukkan Handphone dan Alarm
gambar III.2 sebagai berikut: 5. Rangkaian Catu Daya

III.2.1.1 Rangkaian Mikrokontroler 1


Rangkaian M ikrokontroler Ko munikasi
menggunakan Mikrokontroler AT89S51,
mempunyai fungsi utama untuk berko munikasi dan
pusat kontrol bagi rangkaian lainnya.
Port-port mikrokontroler yang digunakan
sebagai berikut:
 Port 0 digunakan untuk ko munikasi
data dengan rangkaian DTMF
Gambar III.2 Diagram blok detail sistem lampu Dekoder.
 Port 1 d igunakan untuk kendali
lalu lintas terpadu
tombol ON handphone dan alarm
Pada pusat kontrol dan kontrol lampu lalu
lintas masing-masing dihubungkan dengan serta led inid ikator.
 Port 2 digunakan untuk ko munikasi
handphone (jaringan GSM) sebagai media
data dengan mikrokontroler 2.
ko munikasi. Apabila pusat kontrol akan melakukan
perubahan mode kerja lampu lalu lintas, maka pusat  Port 3 digunakan untuk ko munikasi
data serial dengan hanphone.
kontrol akan melakukan pemanggilan terhadap
handphone yang terdapat pada sistem lampu lalu
lintas tersebut. Panggilan tersebut kemudian III.2.1.2 Rangkaian Mikrokontroler 2
direspon oleh mikrokontroler dan memerintahkan Rangkaian in i menggunakan
handphone untuk menerima panggilan tersebut. Mikrokontroler AT89S51 sebagai pusat kendali
Setelah panggilan diterima, pusat kontrol akan lampu lalu lintas. Lampu lalu lintas (LED)
mengirimkan data yang berupa tone dan diterima dihubungkan pada port 0 dan port 2. Port 1
oleh rangkaian dt mf dekoder, kemud ian data digunakan untuk berkomunikasi dengan port yang
diteruskan ke mikro untuk diolah. Setelah data lainnya. Sedangkan sebagian port 3 d igunakan untuk
diterima mikrokontroler, header data akan dicek. bit kontrol ko munikasi pada port 1 dengan
Bila header data tersebut benar maka data akan mikro kontroler lainnya.
diproses selanjutnya, jika header data salah maka
panggilan akan di akhiri. Di sini d igunakan DTMF III.2.1.3 Rangkaian DTMF Dekoder
sebagai med ia ko munikasi karena DTM F bersifat Rangkaian DTM F ini berfungsi untuk
real time, dimana data yang dikirim dapat diterima mengubah nada atau tone yang dihasilkan oleh
dengan waktu tunda yang kecil. Dibandingkan handphone menjadi data biner. Int i dari rangkaian
dengan sms (short message service) DTMF jauh ini adalah sebuah IC MT8870DE yang merupakan
lebih real time karena jika meng irimkan data dalam
bentuk sms, mempunyai waktu tunda yang lebih III.2.1.5 Rangkaian Kontrol Tombol ON
besar dari data dikirim sampai diterima. Bahkan Handphone dan Alarm
sistem sms in i tidak ada jaminan bahwa data yang
Rangkaian ini berfungsi untuk mengatur
dikirim akan sampai d i tempat penerima.
keadaan tombol ON pada hanphone dan alarm.
Ketika catu daya hanphone dinyalakan, hanphone
III.2 Perancangan Alat
tidak langsung hidup, perlu penekanan tombol ON
Perancangan alat ini secara garis besar dalam waktu tertentu. Oleh karena itu diperlukan
dibagi atas dua bagian, yaitu : rangkaian yang dapat menggantikan tombol ON
1.Perancangan hardware . pada handphone dikendalikan dari mikrokontroler.
2. Perancangan software. Sehingga handphone dapat hidup ketika catu daya
dinyalakan tanpa melakukan penekanan tombol ON. AT89S51 dan pemrograman untuk pembuatan pusat
Demikian juga pada alarm, diperlu kan rangkain kontrol.
kontrol tambahan untuk mengendalikan karena
tegangan untuk mengaktifkan alarm 6-12 volt yang III.2.2.1 Perancangan Program Mikrokontroler
berbeda dengan tegangan mikrokontroler. AT89S51
Rangkain ini menggunakan transistor BC547 yang Pemrograman mikrokontroler
digunakan sebagai saklar. Transis tor BC547 menggunakan bahasa pemrograman assembler
mempunyai n ilai penguatan antara 110 sampai dengan menggunakan software Mide-51. Mide-51
dengan 800 kali. Dalam penelitian in i, nilai berfungsi untuk membuat program assembler dan
penguatan transistor BC547 yang digunakan rata- kemudian jika sudah tidak ada kesalahan, maka
rata 250. Selain menggunakan transistor, juga program tersebut akan dirubah dalam bentuk heksa
menggunakan resistor 10Koh m sebagai resistor yang siap di-download-kan ke mikrokontroler.
basis. Keunggulan dari software mide-51 in i
adalah kemudahan dalam ko mp ilasi p rogram. Jika
III.2.1.7 Rangkaian Catu Daya terdapat kesalahan dalam program tersebut, maka
Rangkaian catu daya ini menggunakan 3 mide-51 akan memberitahukan kesalahan dan
buah IC voltage regulator IC 7805, yang berfungsi menunjukkan nomor baris dari listing program yang
sebagai penyetabil tegangan keluaran 5 volt DC. dibuat. Selain itu, program ini juga bisa membuka
Penggunaan tiga buah 7805 dimaksudkan untuk file bert ipe selain .asm, misalnya saja file bertipe
menghindari panas yang berlebihan pada IC 7805 .h51.
karena daya beban yang besar. Masing-masing
regulator mampu men-supply sampai dengan 40mA. III.2.2.1.1 Program Mikrokontroler 1
Selain tiga buah IC regulator juga (Komunikasi dan Kendali)
digunakan ko mponen kapasitor 100nF pada keluaran Program pada mikro kontroler in i berfungsi
IC sebagai filter tegangan. untuk mengatur mode lampu lalu lintas dan kendali
Piranti lunak untuk pembuatan rangkaian- piranti luar serta menangani komunikasi dengan
rangkaian di atas menggunakan eagle versi 4.16. handphone. Piranti luar yang dikendalikan meliputi
Software ini mempunyai banyak keleb ihan untuk tombol ON pada handphone, alarm, mikro kontroler
perancangan rangkaian, diantaranya adalah: pengatur lampu lalu lintas (mikrokontroler 2), led
 Mempunyai libraries komponen yang indikator dan handphone.
lengkap, sehingga memudahkan untuk Diagram alir untuk program mikrokontroler
menggunakan komponen-ko mponen 1 ditunjukkan gambar III.14 sebagai berikut :
elektronika dalam suatu rangkaian.
 Mempunyai ko mponen ERC (Electrical
Rule Check) yang merupakan sebuah
ko mponen yang memberi pesan bila
rangkaian yang dibuat terjadi kesalahan.:
 Software ini juga dilengkap i dengan
ko mponen Auto Routing yaitu komponen
untuk pembuatan jalur-jalu r PCB dari
rangkaian yang dibuat secara otomatis.
Selain itu, juga dapat dibuat secara manual
atau merubah dari hasil routing secara
otomatis, sehingga hasilnya lebih optimal.
 Untuk mengubah tipe gambar yang
dihasilkan, so ftware ini mempunyai menu
export yang akan menghasilkan file
gambar yang bias diakses oleh software
lainnya.
 Selain itu, software ini juga bersifat
freeware sehingga untuk kepentingan
personal kita tidak perlu membayar
software ini.

III.2.2 Perancangan Program


Software yang digunakan ada 2 maca m
yaitu software untuk pemrograman mikro kontroler
Gambar III.15 Digram alir program Mikrokontroler
Kontrol Lampu Lalu Lintas
Program pada mikrokontroler in i hanya melakukan
pengecekan mode yang diberikan dari
mikro kontroler 1 dan menjalankan mode tersebut.
Pengecekan mode dilaku kan setiap satu siklus
lampu lalu lintas dengan mengambil data yang ada
di port 1 yang terhubung dengan port 2
mikro kontroler 1. Pengamb ilan data dilakukan
dengan menggunakan prosedur port1.

III.2.2.2 Perancangan Program Pusat kontrol


Pembuatan program pusat kontrol
dilakukan dengan delphi dan comport 3.2 activex.
Ko mponen Comport digunakan untuk
mempermudah melakukan pemrograman port serial.
Fungsi utama program pusat kontrol adalah
Gambar III.14 Digram alir program Mikrokontroler mengatur sistem lampu lalu lintas yang ada dengan
Komunikasi dan Kendali cara mengirimkan data dalam bentuk DTMF.
Sebelu m melakukan pemg iriman data terlebih
III.2.2.1.2 Program Mikrokontroler 2 (Kontrol dahulu harus dilakukan pemanggilan (dial) terhadap
Lampu Lal u lintas) nomor handphone yang ada di sistem lampu lalu
Mikrokontroler kontrol lampu lalu lintas lintas.
berfungsi untuk mengatur led sebagai simulasi Agar suatu sistem dapat berinteraksi
lampu lalu lintas berdasarkan mode yang diberikan dengan pengguna maka perlu d ibuat user interface
oleh mikro kontroler 1. diagram alir untuk program atau tampilan antarmuka yang sifatnya mudah dalam
mikro kontroler kontrol lampu lalu lintas ditunjukkan pemakaiannya (user friendly). Gambar IIII.16
sebagai berikut: menunjukkan rancangan antarmu ka program pusat
kontrol.

Untuk memudahkan pengesetan mode


maka dibuat suatu form yang berisi to mbol-
tombol untuk melaku kan pengesetan mode. Form
ini muncul ketika to mbol Set Mode pada form
utama dipencet. Tamp ilan form pengesetan mode
ditunjukkan gambar III.17 sebagai berikut :

Gambar III.16 Rancangan tampilan antarmuka


Pusat kontrol
Inisialisasi terutama untuk mengatur
konfigurasi port serial yang berfungsi untuk
menyesuaikan dengan konfigurasi hardware yang
dipasang pada port serial. Konfigurasi port serial
dengan menggunakan comport menggunakan
perintah ComPort.ConfigDialog;. Jika
dieksekusi, akan tampil fo rm seperti ditunjukkan
gambar III.20 sebagai berikut:

Gambar III.17 Rancangan tampilan antarmuka


Pusat kontrol untuk pengesetan Mode
Ketika salah satu tombol pengesetan mode
ditekan, maka angka desimal dari mode tersebut
akan muncul pada form informasi mode. Data
mode in i belu m akan dikirimkan, sampai to mbol
SEND d itekan. Jika to mbol SEND d itekan, maka
akan dimulai pengiriman data-data pengesetan
mode dalam bentuk DTM F.
Protokol pengiriman mode dalam bentuk
DTMF ditunjukkan oleh gambar III.18 sebagai Gambar III.20 Form konfigurasi port serial
berikut: Agar komunikasi dapat berjalan, port
harus dibuka terlebih dahulu. Perintah yang
digunakan adalah ComPort.Active := not
ComPort.Active;. Perintah ini juga berfungsi
Gambar III.18 Protokol pengiriman data mode untuk menutup port jika port dalam kondisi aktif.
dalam bentuk DTMF Selanjutnya program menunggu
Setiap kali pengiriman 1 paket data terdiri dari 7 penekanan tombol dial, yang terdiri dari 3 buah
karakter, 2 karakter pertama merupakan header tombol. Masing-masing to mbol akan
data, 1 karakter berikutnya merupakan jenis mengakt ifkan prosedur dial (pemanggilan)
perintah, dan 4 karater berikutnya isi data mode. dengan nomor tujuan yang berbeda. Prosedur
Sedangkan diagram alir untuk program dial1,dial2 dan dial3 melakukan tugas yang sama,
pusat kontrol ditunjukkan gambar III.19 sebagai yang membedakan adalah nomo r tujuan
berikut: pemanggilan. Gambar III.21 menunjukkan
diagram alir prosedur dial.

Gambar III.21 Diagram alir prosedur dial


Gambar III.19 Diagram alir program pusat
kontrol
IV. PENGUJIAN SISTEM Call digunakan untuk mengakhiri panggilan dan
Pada pengujian tiap bagian sistem, menu set mode digunakan untuk mengeset mode
diketahui bahwa tiap bagian sistem telah bekerja traffic. Menu set mode hanya bisa digunakan jika
dengan baik. Sehingga pada bagian ini yang diuji sudah ada koneksi antara handphone pusat kontrol
adalah konektivitas keseluruhan rangkaian dan dan hanphone traffic. Selain itu ada memo yang
bagaimana mode-mode yang dikirimkan dari digunakan untuk melihat data-data yang dikirim
pusat kontrol dapat dijalankan o leh rangkaian ataupun diterima dari port serial dan menu mode
lampu lalu lintas. yang muncul ket ika tombol setmode diklik.
Pengujian dilaku kan dengan Untuk melakukan set mode ke lampu
menghubungkan semua rangkaian sesuai dengan lalu lintas, dilaku kan pemanggilan terleb ih dahulu
gambar Kemud ian catudaya rangkaian sistem ke nomor handphone traffic. Proses pemanggilan
lampu lalu lintas dihidupkan dan setelah waktu ini membutuhkan waktu tunda sekitar 10 detik
tunda 12 detik sistem siap bekerja. Waktu tunda sebelum terjadi koneksi. Gambar IV. 13
12 detik in i digunakan untuk inisialisasi memori menunjukkan proses pemanggilan ke nomor
dan menyalakan handphone. Demikian juga pada tujuan (traffic3).
pusat kontrol, harus diinisialisasi terlebih dahulu
sebelum pusat kontrol siap bekerja. Inisialisasi ini
meliputi pemilihan port serial yang digunakan dan
konfigurasi port serial. Dalam pengujian in i,
digunakan port COM1 dan baudrate 19200 bps.
Proses inisialisasi pusat kontrol ditunjukkan
gambar IV.12 sebagai berikut:

Gambar IV.13 Proses pemanggilan nomor tujuan


ketika waktu tunda selesai, dilakukan cek status
handphone dengan perintah AT+CPAS. Jika
jawaban yang diberikan 4 berarti handphone
Gambar IV.12 Proses inisialisasi program pusat sedang melakukan panggilan.
kontrol Setelah koneksi terjadi, bisa dilaku kan
Selanjutnya koneksi port serial dibuka dengan pengesetan mode. Set mode dilakukan dengan
meng-click tombol ”Open Port” dan pusat mengklik to mbol set mode dan akan muncul
kontrol siap digunakan. Tampilan awal pusat menu mode seperti ditunjukkan gambar IV.14
kontrol setelah konfigurasi d itunjukkan gambar sebagai berikut:
IV.14 sebagai berikut:

Gambar IV.14 Tampilan menu mode


Untuk memilih mode, klik to mbol mode yang
Gambar IV.14 Tampilan awal pusat kontrol akan diset. Kode mode akan muncul di ko mponen
setelah inisialisasi edit dan ketika to mbol send diklik, data mode
Dalam tampilan awal pusat kontrol, ada akan dikirimkan satu per satu dimulai dari header
3 menu yaitu call, end call dan setmode di setiap data. Tampilan program pusat kontrol ketika
traffic. Menu call digunakan untuk melaku kan pemilihan mode dan proses pengiriman data
panggilan ke nomor handphone traffic, menu End
ditunjukkan gambar IV.15 dan IV.16 sebagai
berikut:

Gambar IV.17 Tampilan memo ket ika terjad i


Gambar IV.15 Proses pemilihan mode kegagalan pengiriman data
Jika pengiriman data sudah selesai, panggilan
diakhiri dengan menekan tombol End Call.
Prosedur tombol End Call mengirimkan perintah
at command AT+CHUP unruk mengakhiri
panggilan.
Pada bagian sistem lampu lalu lintas,
ketika ada panggilan masuk pada handphone,
mikro kontroler mengirimkan perintah at
command ATA untuk mengangkat panggilan.
Selanjutnya mikrokontroler menunggu data dtmf
dari DTMF dekoder. Ketika data masuk, karater
pertama dan kedua (header) dicek. Jika header
data sama dengan kata kunci maka
mikro kontroler menunggu data selanjutnya dan
jika tidak sama, panggilan akan diakhiri dengan
Gambar IV.16 Proses pengiriman data mode perintah at command AT+CHUP.
Data-data mode ini dikirimkan ke Pengujian pada sistem lampu lalu lintas
handphone traffic menggunakan DTMF dengan menunjukkan panggilan yang masuk langsung
perintah at command AT+VTS. Sebelu mnya diterima. Data mode yang diterima dikeluarkan
dilakukan pengesetan durasi tone yang dikirimkan melaui port 2 mikro kontroler 1 dan diterima
(dalam 0.1 s) dengan perintah AT+VTD=1. memalu i port 1 mikrokontroler 2. Mode yang ada
Durasi tone diset 0.1 detik agar durasi tone yang pada port 2 mikrokontroler 1 men jadi acuan bagi
diterima handphone traffic tidak terlalu lama. Jika mode yang dijalan kan. Ketika pusat kontrol
tone diset melebihi 1 detik, mikrokontroler akan mengeset mode kuning FF, pada lampu lalu lintas
mengenalinya sebagai 2 data yang berbeda juga berjalan mode kuning FF yang ditandai
sehingga data yang dikirimkan menjadi salah. dengan lampu kuning menyala flip-flop.
Setiap pengiriman data Demikian juga pada mode-mode lainnya, dimana
(AT+VTS=<data>) akan mendapat jawaban OK data mode yang dikirim pusat kontrol dapat
jika data terkirim dan ERROR jika data tidak diterima dan dijalan kan pada lampu lalu lintas.
berhasil dikirimkan. Kegagalan in i terjad i karena Gambar bagian sistem lampu lalu lintas dan pusat
panggilan sudah diakhiri handphone traffic yang kontrol ditunjukkan gambar IV.18 dan IV.19
disebabkan header data yang diterima salah. sebagai berikut:
Contoh kegagalan pengiriman data ditunjukkan
gambar IV.17 sebagai berikut:
1. Protipe sistem lampu lalu lintas terpadu
sudah dapat bekerja dengan baik, dimana
data mode yang dikirimkan oleh server
dapat diterima pada bagian lampu lalu
lintas yang ditandai dengan perubahan
mode pada lampu lalu lintas tersebut.
2. Agar data yang dikirimkan dapat
diterima dengan benar oleh sistem lampu
lalu lintas, pengiriman data dilaku kan
dengan waktu tunda minimal 2.5 detik.

DAFTAR PUS TAKA

Faiz,(2008),‟ Global System for Mobile


Communication (GSM)‟
,www.purwakarta.org, d idownload tanggal
10 Juni 2008

Gunadarma Staff, „Daerah Operasi Transistor’,


www.staffsite.gunadarma.ac.id,
Gambar IV.18 Sistem lampu lalu lintas didownload tanggal 20 Juni 2008

Millman Jacob,(1987),’Mikro-Elektronika: Sistem


Digital dan Rangkaian Analog’
,Jakarta:Erlangga

Mitel, (1995),‟MT8870D/MT8870D-1 Integrated


DTMF Receiver’,
www.datasheetcatalog.com, d idownload
tanggal 10 Jun i 2008

Noname,(2008),’Comport’,
Gambar IV.19 Pusat kontrol www.winsoft.sk/comport.htm, d idownload
Namun demikian, ada beberapa batasan tanggal 6 Mei 2008
agar sistem dapat bekerja maksimal. Batasan-
batasan tersebut diantaranya: Prasetia R, (2004) „Teori dan Praktek Interfacing
 Waktu tunda pengiriman data DTMF Port Paralel dan Port Serial Komputer
minimal 2.5 detik dan maksimal 30 detik. dengan Visual Basic 6.0 „, Yogyakarta :
Jika waktu tunda pengiriman data DTMF Andi
kurang dari 2.5 detik, penerima DTM F hanya
akan mengenali data yang pertama dikirim. Putro, A.E,(2002), „Belajar Mikrokontroler
Satu data berikutnya yang dikirim tidak AT89C51/52/55: Teori dan Aplikasi’,
terdeksi (hilang). Jika waktu tunda Ed isi 2,Yogyakarta: Gava Media
pengiriman lebih dari 30 detik, data yang
dikirimkan dianggap header pertama Siemens A G, (2001), ‘AT Command Set for
kelo mpok data berikutnya. Siemens Mobile Phones and
 Waktu tunda antara panggilan satu dengan Modems‟, Munich
panggilan berikutnya ke nomor tujuan yang
sama minimal 30 detik. Hal ini d isebabkan Upit ,(2007), „Aplikasi DTMF sebagai Home
mikro kontroler masih dalam prosedur Controler Dengan Menggunakan
interupsi dari penerimaan data DTMF Handphone’,
panggilan sebelumnya, sehingga panggilan http://my.opera.com/upit, didown load
yang datang tidak dikenali. tanggal 10 Jun i 2008

V.1. Kesimpul an
Dari hasil pembuatan prototipe sistem
lampu lalu lintas terpadu dapat disimpulkan
bahwa:

You might also like