You are on page 1of 15

Tugas makalah Politik Internasional

LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF


SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

Oleh : Sri Rezeki (0806322962)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS INDONESIA
2009

1
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Globalisasi adalah sebuah istilah yang dari artinya saja, yaitu “mendunia”,
memberikan kesan yang tak terjangkau oleh orang-orang dari kalangan tertentu. Menurut
Anthony Giddens, globalisasi adalah “the intensivication of world-wide social relations
which link distant localities in such a way that local happenings are shaped by events
occurring many miles away and vice versa”.1 Menurut Wallerstein, globalisasi adalah proses
integrasi tiada akhir, tidak hanya terjadi dalam domain ekonomi, melainkan juga domain
budaya dan identitas. Menurut Kearney, globalisasi adalah terkait dengan konsep
deteriorisasi, konsep deteriorisasi adalah mengacu pada pemahaman bahwa aktivitas
produksi, konsumsi, ideologi, komunitas, politik, budaya, dan identitas melepaskan diri dari
ikatan lokal. Menurut Robinson, globalisasi adalah time-space compression. Sedangkan
menurut McLuhan, globalisasi adalah global vilage, maksudnya adalah terjadinya proses
penghilangan jarak, dimensi waktu dan tempat yang kita anggap lama dan jauh menjadi
seolah-olah dekat di samping kita. Globalisasi menurut Pieterse adalah suatu proses integrasi
manusia yang melewati batas-batas negara-bangsa.
Selain itu definisi globalisasi juga terkadang disalahartikan sebagai “Amerikanisasi”
atau “Westernisasi”.2 Lebih jauh lagi, globalisasi juga sangat dikaitkan dengan lembaga-
lembaga internasional semacam IMF (International Monetary Fund), Bank Dunia, PBB,
OECD dan sebagainya.3 Lembaga-lembaga tersebut tentu saja bukanlah globalisasi itu
sendiri, melainkan pranata-pranata internasional yang dapat berkontribusi secara positif
terhadap integrasi lintas negara. Di samping itu, globalisasi juga sering dikaitkan dengan
perusahaan-perusahaan multi nasional yang terkenal seantero dunia seperti Coca Cola, Pepsi,
Ford, Mc Donald, Nestle, Adidas, dan sebagainya.
Akibatnya, sering kali konsep globalisasi dikaitkan dengan satu bentuk imperialisme
baru. Imperialisme baru ini sengaja dibuat oleh negara-negara maju terhadap negara-negara
berkembang. Sebenarnya, makna globalisasi tidaklah sesederhana yang kita bayangkan.

1
Anthony Giddens, (2000), Runaway World: How globalization is reshaping our lives, Routhledge.
2
Diakses dari http://www.newsweek.com/id/156343 pada tanggal 6 Desember 2009, pukul 14.23.
3
Diakses dari http://plato.stanford.edu/entries/globalization/ pada tanggal 6 Desember 2009, pukul 14.52.

2
Seringkali pendapat umum ataupun media massa memberikan pengertian yang kurang tepat
mengenai makna dari globalisasi itu sendiri. Membanjirnya informasi yang salah mengenai
tentang globalisasi, sedikit banyak, membentuk cara berpikir dan cara bersikap masyarakat
umum atas fenomena ini. Tidaklah mengherankan jika globalisasi selama ini lebih dikenal
sebagai Amerikanisasi dan bentuk dominasi baru negara maju atas negara berkembang.4
Globalisasi bisa dibilang membawa dampak yang besar dalam kehidupan umat
manusia sekarang ini. Ada banyak perubahan yang terjadi akibat fenomena ini. Misalnya saja
kehidupan di Indonesia yang sebelumnya cenderung gotong royong, namun sekarang akibat
adanya globalisasi menjadi lebih individualis. Hampir semua orang bersifat pragmatis dan
cenderung egoistis. Dalam dunia perekonomian misalnya ada banyak polemik, debat, diskusi
yang kerap muncul ketika negara-negara maju yang tergabung dalam G-8, yang belakangan
ini berubah menjadi G-20, melakukan pertemuan rutinnya. Banyak pendapat miring
mengenai globalisasi. Dalam hal ini globalisasi sering kali dikaitkan dengan kapitalis global.
Menurut Chase dan Dunn, kapitalis dunia merupakan motor penggerak utama dan mesin
yang memutar roda globalisasi. Peusahaan-perusahaan multi nasional memainkan peranan
penting bagi integrasi ekonomi. Selain itu, ada juga upaya lobi-lobi politik untuk berusaha
membuka negara-negara yang memiliki sistem pasar tertutup agar lebih dapat membuka diri.
Ada banyak penetangan mengenai ide globalisasi ini, umumnya penentangan ide
globalisasi terjadi di negara-negara berkembang. Jose Bove contohnya, merupakan aktor
utama penentang globalisasi yang tergabung dalam gerakan ATTAC yang juga banyak
dikenal sebagai ”Anti-Mindialisation”, melakukan aksi simbolik menentang globalisasi
dengan membuldozer beberapa restoran MCDonald’s di Perancis. Aksi ini merupakan simbol
perjuangan menentang kapitalis global, juga simbol untuk melindungi kepentingan restoran
lokal dari serbuan jaringan restoran asing.5
Mungkin ada banyak konsepsi buruk mengenai globalisasi. Namun demikian, wajah
globalisasi juga bisa berubah menjadi baik dan menyenangkan ketika kita menyaksikan hasil-
hasil yang kita nikmati karena penyebaran tekhnologi ke seluruh dunia. Ada banyak bukti
kemajuan tekhnologi yang semakin mempermudah hidup kita. Jika dahulu kita membutuhkan
waktu berminggu dalam mengirimkan surat kepada seseorang, sekarang kita hanya cukup
menghabiskan waktu beberapa menit dalam proses pengiriman surat. Kemajuan tekhnologi
bukan hanya milik Amerika dan negara-negara Eropa, ada Cina, Jepang, dan Korea Selatan
yang juga maju dalam hal pengembangan tekhnologi. Hal ini tentu sulit terjadi jika tidak ada
4
Ibid.
5
Firmansyah, Globalisasi; Sebuah Proses Dialektika Sistemik ( Jakarta: Yayasan Sad Satria Bhakti, 2007) hlm.
19-20.

3
proses yang saling menghubungkan negara-negara tersebut. Menurut Boswell dan Chase-
Dunn, integrasi pasar merupakan faktor utama penurunan biaya transportasi dan komunikasi.
Integrasi pasar memungkinkan banyak sekali perusahaan yang ingin mengembangkan pasar
dengan menemukan konsumen baru di negara lain.6 Globalisasi kemudian menyebabkan
batas-batas negara menjadi tidak jelas, hal ini memungkinkan adanya interdependensi negara-
negara di dunia. Dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai bentuk globalisasi
dalam perdagangan yaitu melalui suatu organisasi perdagangan internasional yang kita kenal
dengan nama WTO (World Trade Organization). Melalui WTO ini, penulis akan banyak
membahas mengenai isu penurunan tarif dalam liberalisasi pertanian dan dampaknya bagi
negara berkembang seperti Indonesia.

I. 2 Rumusan masalah

Bagaimana dampak dari liberalisasi pertanian dan isu penurunan tarif yang diatur
dalam WTO bagi negara berkembang seperti Indonesia?

I. 3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui dan menjelaskan dampak dari liberalisasi pertanian dan isu
penurunan tarif yang diatur dalam WTO bagi negara berkembang seperti Indonesia

I. 4 Kerangka Teori

Teori globalisasi menurut Chase-Dunn adalah teori interdepedensi dan sangat erat
kaitannya dengan kapitalis global. Globalisasi menyebabkan terjadinya interkoneksi diantara
para aktor sosial dari berbagai macam negara. Dari interkoneksi ini kemudian tercipta suatu
bentuk rasa saling ketergantungan (interdependensi) di antara sesama aktor. Masing-masing
entitas dan institusi tidak dapat berdiri sendiri dan mencukupi kebutuhannya sendiri.
Langsung maupun tidak langsung, terima ataupun tidak terima, kita akan melihat apa saja
yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh pihak lain.7 Proses globalisasi menjadikan
entitas-entitas berada dalam suatu boundary yang terkait satu sama lain.Apapun yang
dilakukan oleh entitas lain tidak hanya mempengaruhi melainkan juga menentukan apa yang
6
R. Boswell & C. Chase-Dunn. (1996) “The Future of the World-System”, International Journal of Sociology
and Social Policy, (16), 7-8, p. 148-179.
7
Diakses dari http://www.investorwords.com/2182/globalization.html pada tanggal 3 Desember 2009, pukul
16.12.

4
kita putuskan dan lakukan. Hubungan-hubungan menjadi saling tergantung dan tidak bisa
lepas dari entitas lain. Dengan demikian, konsep menutup diri akan semakin sulit untuk
dilakukan. Saling ketergantungan ini muncul karena sesuatu yang diputuskan atau dihasilkan
oleh suatu institusi di sebuah negara merupakan asupan untuk pengambilan keputusan atau
8
produksi bagi institusi lain di negara lain. Proses saling ketergantungan ini membuat
masing-masing negara menggunakan tingkat safe guard nya masing-masing untuk
melindungi produksi domestiknya. Karena jika kita bicara tentang WTO, kita otomatis
membicarakan liberalisasi pertanian yang menjadi agenda utama dalam setiap pertemuan
WTO, khususnya dalam Doha round.9 Tingkat kesenjangan kualitas hidup petani dan
kesenjangan teknologi di negara maju dengan negara berkembang selalu menjadi alasan
utama bagi setiap negara, khususnya negara berkembang untuk dapat memproteksi produksi
domestiknya jika tidak mau ”dilindas” produk-produk pertanian negara maju. Belum lagi
dengan adanya isu penurunan tarif untuk komoditi impor yang akan dibicarakan dalam putara
Doha yang dikhawtirkan dapat ”membunuh” komoditi lokal.

BAB II
PEMBAHASAN
8
Ibid.
9
Diakses dari http://www.wto.org/english/tratop_e/dda_e/negotiations_summary_e.htm pada tanggal 3
Desember 2009, pukul 16. 41.

5
II. 1 WTO (World Trade Organization)

Gagasan akan perlunya didirikan suatu organisasi internasional yang dapat


mengintegrasikan kerjasama multilateral di bidang ekonomi yang selama ini ditangani oleh
GATT dalam masalah perdagangan yang bersinergi dengan GATS (Trade and Service) serta
TRIPs (Intelectual Property), diungkapkan oleh Kanada pada 1990 yang mendapat dukungan
dari Uni Eropa. Gagasan tersebut tidak mendapat dukungan dari AS karena kekhawatiran
adanya pembatasan dalam kebijakan perdagangan internasional yang tidak menguntungkan
pihak AS. Proposal tentang pendirian sebuah organisasi kerjasama ekonomi internasional
sebenarnya telah mulai dibuat sejak 1955 dmelalui rencana mendirikan Organization for
Trade Cooperation (OTC). Namun gagal mendapat persetujuan Kongres AS.
Gagasan tersebut muncul kembali pada Pertemuan Dewan ECOSOC di PBB yang
kemudian memutuskan untuk mendirikan UN Agency yang baru yaitu UNCTAD melalui
Resolusi PBB pada 1964. Melalui UNCTAD diharapkan dapat dibentuk aturan main dalam
perdagangan internasional secara lebih adil terutama bagi negara berkembang yang terlalu
melihat GATT sebagai perpanjangan kepentingan negara besar. Pendirian UNCTAD
diharapkan dapat mewujudkan satu tekad negara berkembang melalui PBB untuk membentuk
Tata Ekonomi Dunia Baru yang dapat mengintegrasikan kepentingan seluruh negara anggota
PBB secara lebih adil. Namun harapan tersebut ternyata tidak dapat diwujudkan. Karena
itulah ketika muncul gagasan dari Kanada dan Uni Eropa tentang pendirian Organisasi
Internasional yang menangani masalah perdagangan internasional, negara berkembang
memberikan dukungan penuh dengan harapan bahwa organisasi internasional tersebut dapat
mewadahi kepentingan ekonomi negara-negara anggota secara lebih adil. Karena itulah pada
1995 berdiri World Trade Organization yang tetap melandaskan diri pada prinsip dasar
GATT yaitu non-diskriminasi dan prinsip timbal balik (reciprocity).10

Cakupan, Fungsi dan Struktur dari WTO

10
Keith L. Shimko, International Relations: Perspectives and Controversies (Boston: Houghton Mifflin
Company, 2008) hlm.157-158.

6
Cakupan, Fungsi dan Struktur WTO yaitu :11
a. Sebagai institusi yang bertanggungjawab terhadap sistem perdagangan multilateral,
maka WTO memperoleh status yang sama dengan World Bank dan IMF. WTO memiliki
keanggotaan legal dan memiliki hak-hak istimewa dan kekebalan seperti yang dimiliki UN
special agency lainnya.
a. WTO dipimpin oleh para menteri yang mewakili negara
anggota pada Pertemuan Tingkat Tinggi minimal satu kali dalam dua tahun. Sementara
pertemuan menteri perdagangan anggota dijadwalkan lebih intens.
b. WTO dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan
kerangka umum secara institusional untuk mengatur hubungan dagang di antara
anggotanya dalam kaitannya dengan kesepakatan dan merujuk pada instrumen legal yang
termasuk dalam butir-butir kesepakatan.
c. Terdapat empat butir kesepakatan yang memuat hak-
hak subastantif dan kewajiban anggota. Butir pertama terdiri atas tiga bagian yaitu
pertama, berintukan tentang Kesepakatan Multilateral dalam Perdagangan barang-barang,
kedua merujuk pada GATS (General Agreement Trade and Services) dan ketiga adalah
kesepakatan tentang TRIPs (Intelectual Propoerties). Sedangkan butir yang kedua
merujuk pada Pengertian bersama tentang aturan dan prosedur untuk menyelesaikan
pertikaian di antara negara anggota (WTO common of dispute settlement mechanism).
d. Bila dibandingkan dengan OECD yang memiliki 3000
staf, IMF 2000 staf dan World Bank leih kurang 6000 staf, maka WTO memiliki staf
yang terbatas. Pada tahun 1985 WTO hanya memiliki modal awal 84 milyar US Dollar
untuk kebutuhan gaji staf dan termasuk biaya operasional yang dianggarkan 70% dari
pengeluaran secara keseluruhan.
e. Kontribusi keuangan dari WTO berdasarkan apa yang
telah digariskan GATT pada 1947. Pemasukkan WTO berasal dari kontribusi anggota
berdasarkan perhitungan dari volume perdagangan yang dimiliki masing-masing anggota.
WTO juga menerima dana dari sembilan negara yang memiliki volume perdagangan
terbesar serta dari Uni Eropa. Sedangkan sumbangan sukarela juga diberikan oleh proses
industrialisasi ekonomi untuk tujuan khusus seperti bantuan teknis atau pelatihan staf
operasional di negara berkembang

11
Diakses dari http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/wto_dg_stat_e.htm pada tanggal 5 desember
2009, pukul 15.47.

7
Proses Pengambilan Keputusan WTO

Sebagian besar dari proses pengambilan keputusan dalam WTI dilakukan dengan
dasar negosiasi dan konsensus. Konsensus merupakan tradisi yang telah ada sejak masa
GATT. Tujuan utama dari terbentuknya WTO adalah untuk membentuk pasar yang lebih adil
(market fairer) sehingga pengambilan keputusan pun di dasarkan pada one vote one country
ataupun negosiasi.12
Terdapat tiga bentuk aturan dalam pengambilan keputusan :

Decision making rule Type of issue


Unanimity Amandemen berhubungan dengan
Prinsip-prinsip tertentu seperti
Pemberlakuan Most Favorable States

Prinsip tiga perempat suara Intepretasi dari pokok-pokok


mayoritas Kesepakatan dan tingkat kepatuhan
Anggota

Prinsip dua pertiga suara mayoritas Amandemen yang berkaitan dengan isu
Di luar prinsip-prinsip dasar

Konsensus Dimana tidak ada spesifikasi khusus.

II. 2 Liberalisasi Pertanian dan Isu Penurunan Tarif

Secara umum kita mengetahui bahwa kita mengetahui tujuan perundingan yang
dilakukan oleh negara-negara anggota WTO khususnya negara-negara maju adalah
mendorong lahirnya kebijakan-kebijakan WTO yang baru dengan tujuan ”mempercepat
proses liberalisasi ekonomi dunia”.13 Isu yang paling krusial dalam beberapa dekade ini

12
Diakses dari http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/agrm3_e.htm pada tanggal 3 Desember
2009, pukul 15. 25.
13
Diakses dari http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/dev4_e.htm pada tanggal 5 Desember 2009,
pukul 14. 36.

8
adalah mengenai liberalisasi pertanian. Beberapa prinsip-prinsip utama WTO untuk
mendorong percepatan liberalisasi pertanian adalah:14
1. Menghilangkan/menghapuskan beban biaya pertanian dengan cara pemotongan/
pengurangan tarif.
2. Meningkatkan/memperbesar kompetisi/persaingan
Pembayaran tarif yang murah, akses jalan masuknya komoditi yang murah berakibat
pada harga produk yang murah; sehingga berdampak pada:15
1. Menguntungkan negara-negara yang mampu bersaing.
2. Merugikan negara-negara negara-negara importer yaitu khususnya produk-produk
domestik terancam oleh produk-produk dari luar.
Negara-negara maju menginginkan agar negara-negara berkembang menurunkan tarif
setinggi mungkin untuk memudahkan dan memperbaiki akses pasar mereka.16 Penurunan
bound tariff yang tajam akan berpengaruh pada penurunan applie tariff yang cukup
signifikan untuk komoditi tertentu. Penurunan terhadap applied tariff bertujuan agar barang-
barang import dari negara lain dapat masuk dengan akses yang mudah dan harga yang
murah,17 dan akibatnya adalah produk-produk pertanian dari negara lain dapat dengan mudah
masuk ke Indonesia dan menghancurkan pangsa pasar Indonesia karena perbedaan harga dan
perbedaan kualitas yang membuat konsumen Indonesia beralih ke produk-produk pertanian
impor.
Berikut ini adalah negara-negara yang terkena penurunan tarif:18
1. Negara-negara Amerika Latin : Argentina, Brazil, Cili, Kolombia, Meksiko, Kosta
Rica, Peru, Uruguay, dan Venezuela.
2. Negara-negara Afrika : Afrika Selatan, Tunisia, Mesir, Moroko.
3. Negara-negara Asia : India, Indonesia, Korea, Malaysia, Pakistan, Filipina,
Singapura, Thailand.
4. Negara-negara Timur Tengah : Bahrain, Israel, Turki, Kuwait, Qatar, dan UAE.

14
Dikutip dari kuliah tamu oleh Ediarto Sitinjak, “Perluasan & Perbaikan Akses Pasar Melalui Harmonisasi
Tarif Perdagangan Dunia” Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia.
15
Ibid.
16
Diakses dari http://74.125.153.132/search?
q=cache:DpHJfAPPVtkJ:digitool.library.mcgill.ca:8881/thesisfile19629.pdf+the+effects+of+agricultural+libera
lization+on+developing+countries&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a pada tanggal 5 Desember
2009, pukul 14.56.
17
Ediarto Sitinjak, Op.cit,.
18
Ibid.

9
Menurut Patrick A. Messerlin yang merupakan seorang Profesor Ekonomi di Institut
d'Etudes Politiques de Paris (Sciences Po) dan merupakan direktur dari the Groupe
d'Economie Mondiale de Sciences Po (GEM), formula yang digunakan untuk pengurangan
tarif dikenal dengan ”simple swiss formula.”19 Persenan angka penurunan tarif ditentukan
oleh koefisien yang digunakan sebagai bilangan pengali. Berikut ini adalah cara
penghitungannya :

[(tarif x koefisien) : tarif +koefisien)]


Contoh : Bila bound tarif 5 %, dengan koefisien 15%, maka bound tarif yang baru
adalah 3,75% [(5 x 15) : (5 + 15) = 3, 75].

II. 3 Dampak dari Liberalisasi Pertanian dan Isu Penurunan Tarif bagi
Indonesia

Indonesia sebagai negara berkembang merupakan salah satu negara yang terkena
dampak dari isu liberalisasi pertanian. Kenapa dirugikan? Pertimbangannya adalah bahwa
produk pertanian bagi negara berkembang bukan cuma sebuah komoditi perdagangan belaka,
namun juga merupakan mata pencaharian rakyat banyak dan terkadang menjadi satu-satunya
sumber pemenuhan kehidupan sehari-hari. Selain itu infrastruktur dan kebijakan sektor
pertanian di negara berkembang tidak selengkap dan sebesar yang ada di negara maju,
sehingga hasilnya pun tentu jauh berbeda.20
Pada tahun 2008 sekitar 41,7 juta rakyat Indonesia berada di bawah garis
kemiskinan.21 Sementara menurut UN Millenium Development Project, dari sekitar80 persen
penderita kemiskinan akut berada di wilayah pedesaan. Nilai Tukar Petani (NTP) yang
berfluktuasi pada angka yang rendah, menandakan pendapatan petani sudah tidak sebanding
dan bahkan jauh dengan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan hidupnya sehari-hari. Di
Indonesia terdapat setidaknya 25,3 juta keluarga petani. Jika sektor pertanian diliberalisasikan
maka negara berkembang termasuk Indonesia tidak memiliki kemampuan bersaing dengan
negara-negara maju. Ini disebabkan karena pertanian maju mendapatkan berbagai macam
kebijakan dan subsidi yang sangat besar dari pemerintahnya, hasilnya tentu saja

19
Messerlin, Patrick,"Agricultural Liberalization in the Doha Round," Global Economy Journal: 2005 Vol. 5 :
Iss. 4, Article 2.
20
Institute for Global Justice, diakses dari www.globaljust.org.
21
Data LIPI 2008.

10
berlimpahnya produk panen mereka dan akan menggilas pasar negara-negara berkembang
seperti Indonesia.22
Belum lagi dengan adanya isu penurunan tarif terhadap komoditi impor, yang jika
direalisasikan maka akan semakin banyak komoditi-komoditi impor yang masuk dan sebagai
akibatnya, ketika hasil pertanian lokal tidak mampu bangkit akibat ”terjangan” komoditi
pertanian impor dan akibat paling buruknya adalah jika produksi pertanian lokal kita berada
pada titik terendah, maka bahan pangan bagi jutaan perut rakyat Indonesia akan sangat
bergantung dari hasil impor produksi pertanian dari negara maju.23
Sektor pertanian bukan hanya mengenai produk pertanian saja, namun juga mengenai
ketahanan pangan sebuah negara. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dua tahun lalu ketika
membuka G-33 Ministrial Meeting, Maret 2007 di Jakarta mengatakan bahwa ”Sektor
pertanian sangat penting artinya bagi arah dan strategi pembangunan Indonesia, karena sektor
tersebut tidak hanya mempengaruhi pendapatan masyarakat Indonesia yang sebagian besar
merupakan masyarakat pedesaan dan sumber penghidupan bagi sekitar 25 juta petani, akan
tetapi sektor pertanian sangat menentukan kelangsungan hidup bagi 50 persen masyarakat
miskin Indonesia”.24
Lalu kenapa sebaiknya pemerintah menolak penurunan tarif? Jawabannya adalah
karena dampak dari penurunan tarif adalah melemahnya kemampuan komoditi domestik
untuk bersaing dengan kemampuan impor. Kenapa harus ada tarif? Karena tarif adalah pajak
yang dikenakan pada produk dari luar negeri yang dijual di dalam negeri. Tujuannya
diantaranya untuk melindungi sektor yang memproduksi barang tersebut.25 Tarif juga menjadi
pendapatan pemerintah. Misalnya saja sebutir apel Washinton yang seharga 5 ribu rupiah
dikenakan tarif sebesar 20 persen (atau 1000 rupiah), maka harga apel Washinton tersebut
menjadi 6000 rupiah. Nilai 1000 rupiah menjadi pendapatan bagi pemerintah Indonesia.
Sementara dengan kenaikan harga menjadi 2400 rupiah, diharapkan produk buah-buahan
lokal tetap kompetitif dari sisi harga sehingga konsumen akan tetap memilih produksi apel
dari petani lokal . Dengan demikian produk lokal akan tetap mampu bersaing sehingga petani
apel Malang misalnya akan terus menanam apel.
Dalam perdagangan internasional, tarif dianggap menjadi penghambat yang
menjadikan arus lalu lintas perdagangan lebih lambat. Tarif menjadikan harga produk impor

22
Diakses dari http://www.twnside.org.sg/title2/susagri/susagri009.htm pada tanggal 5 Desember 2009, pukul
15.55.
23
Institute for Global Justice, Op.cit,.
24
Ibid.
25
Ibid

11
menjadi lebih mahal dari produk lokal. Karenanya penurunan tarif atau menghilangkannya
sama sekali akan membuat arus perdagangan antar negara lebih lancar dan meningkat. 26

BAB III
KESIMPULAN

26
J. Panglaykim, Bisnis Internasional: Indonesia, Asean, dan Dunia ( Jakarta: Yayasan Proklamasi Centre for
Strategic and International Studies, 1980) hlm. 134.

12
Globalisasi adalah satu isu yang ada dan sangat dapat dirasakan efeknya terhadap
kehidupan umat manusia khususnya pada abad ke-21 seperti sekarang ini. Globalisasi sangat
erat kaitannya dengan proses saling ketergantungan antara negara satu dengan negara lainnya.
Akan ada pola resiprositas di dalam globalisasi itu sendiri. Akibatnya satu negara tidak dapat
hidup sendiri dan memenuhi kebutuhannya sendiri, negara tersebut tetap membutuhkan
negara lain dalam mempertahankan eksistensinya. Globalisasi juga sangat erat kaitannya
dengan kapitalisme global badan-badan seperti WTO (World Trade Organizatin) dapat
dijadikan alat untuk menyuburkan konsep kapitalisme global ini.
WTO sebagai lembaga yang membidangi perdagangan internasional sering kali
sangat bias ke pihak negara-negara pemilik modal. Padahal tujuan dibentuknya badan ini
sendiri adalah untuk menghilangkan non-diskriminasi dalam perdagangan global. Namun
ternyata, yang terjadi adalah semakin terciptanya diskriminasi perdagangan global.
Diskriminasi perdagangan global ini dapat kita lihat pada konsep liberalisasi pertanian dan
isu penurunan tarif yang sangat didukung oleh negara maju. Disinilah dilema yang terjadi,
negara maju yang menginginkan agar negara-negara berkembang membuka pasarnya
sebebas-bebasnya, menurunkan tarif terhadap terhadap komoditi pertanian impor, khususnya
komoditi pertanian negara maju.
Sedangkan negara berkembang seperti Indonesia belum siap untuk
pengimplementasian hal tersebut. Hal ini dirasa wajar karena negara berkembang yang tentu
saja kekuatan pasarnya belum begitu bagus ditunjang dengan tekhnologi pas-pasan akan
semakin terdiskriminasi dalam perdagangan global khususnya dalam sektor pertanian jika
mereka membuka pasar pertaniannya sebebas-bebasnya. Negara berkembang kemudian
khawatir jika pasarnya akan dikuasai oleh negara maju. Karena jika sampai hal tersebut
terjadi, maka yang tersisa adalah bentuk pejajahan baru dalam bentuk penjajahan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

13
Buku:
Firmansyah, Globalisasi; Sebuah Proses Dialektika Sistemik ( Jakarta: Yayasan Sad Satria
Bhakti, 2007) hlm. 19-20.
Giddens, Anthony (2000), Runaway World: How globalization is reshaping our lives,
Routhledge.
J. Panglaykim, Bisnis Internasional: Indonesia, Asean, dan Dunia ( Jakarta: Yayasan
Proklamasi Centre for Strategic and International Studies, 1980) hlm. 134.
Messerlin, Patrick,"Agricultural Liberalization in the Doha Round," Global Economy
Journal: 2005 Vol. 5 : Iss. 4, Article 2.
R. Boswell & C. Chase-Dunn. (1996) “The Future of the World-System”, International
Journal of Sociology and Social Policy, (16), 7-8, p. 148-179.

Shimko, Keith L. , International Relations: Perspectives and Controversies (Boston:


Houghton Mifflin Company, 2008) hlm.157-158.

Artikel Internet :

Diakses dari http://www.twnside.org.sg/title2/susagri/susagri009.htm pada tanggal 5 Desember 2009, pukul


15.55.
Institute for Global Justice, diakses dari www.globaljust.org.
Diakses dari http://74.125.153.132/search?
q=cache:DpHJfAPPVtkJ:digitool.library.mcgill.ca:8881/thesisfile19629.pdf+the+effects+of+agricultural+libera
lization+on+developing+countries&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a pada tanggal 5 Desember
2009, pukul 14.56.
Diakses dari http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/dev4_e.htm pada tanggal 5 Desember 2009,
pukul 14. 36.
Diakses dari http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/agrm3_e.htm pada tanggal 3 Desember 2009,
pukul 15. 25.
Diakses dari http://www.wto.org/english/tratop_e/dda_e/negotiations_summary_e.htm pada
tanggal 3 Desember 2009, pukul 16. 41.
Diakses dari http://www.newsweek.com/id/156343 pada tanggal 6 Desember 2009, pukul
14.23.
Diakses dari http://plato.stanford.edu/entries/globalization/ pada tanggal 6 Desember 2009,
pukul 14.52.
Diakses dari http://www.investorwords.com/2182/globalization.html pada tanggal 3 Desember 2009, pukul
16.12.

Kutipan :
Dikutip dari kuliah tamu oleh Ediarto Sitinjak, “Perluasan & Perbaikan Akses Pasar Melalui
Harmonisasi Tarif Perdagangan Dunia” Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia.

14
15

You might also like