Professional Documents
Culture Documents
BUPATI MALANG,
Menimbang : a. bahwa sumber daya alam dan sumber daya buatan berupa flora
dan fauna, kondisi alam, hasil karya manusia serta peninggalan
sejarah dan budaya dapat dijadikan objek dan daya tarik wisata,
yang merupakan modal pengembangan dan peningkatan
kepariwisataan di Kabupaten Malang ;
b. bahwa kepariwisataan tersebut diselenggarakan melalui
pemeliharaan kelestarian nilai-nilai budaya bangsa dan upaya
mendorong peningkatan mutu lingkungan hidup yang merupakan
daya tarik wisata, untuk itu pengusahaan di bidang
kepariwisataan perlu pengaturan yang sesuai dengan aspirasi
masyarakat Kabupaten Malang ;
c. bahwa pengusahaan kepariwisataan yang banyak dibangun di
berbagai wilayah perlu mendapat pengamanan dengan
mewujudkan keserasian dan keseimbangan ;
d. bahwa sehubungan dengan maksud huruf a, b dan c konsideran
menimbang ini, maka perlu diatur dalam Peraturan Daerah
tentang Perizinan Usaha Pariwisata.
Dengan persetujuan
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
USAHA PARIWISATA
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
BAB III
PERIZINAN USAHA SARANA PARIWISATA
Bagian Pertama
Usaha Penginapan Remaja
Pasal 7
Pasal 8
Bagian Kedua
Usaha Pondok Wisata
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
(1) Tata cara untuk mendapatkan lzin Usaha serta bentuk Surat lzin
ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati ;
(2) Dalam Surat lzin Usaha ditetapkan syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh pemegang izin.
Bagian Ketiga
Usaha Hotel dengan Tanda Bintang
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
(1) Pengusahaan Hotel didasarkan atas Izin Tetap Usaha Hotel yang
berlaku selama hotel yang bersangkutan masih berjalan dengan
ketentuan harus didaftar ulang setiap 3 (tiga) tahun sekali kepada
Bupati atau Pejabat yang ditunjuk;
(2) Izin Tetap Usaha Hotel mencakup izin penggunaan lift, izin
penggunaan boiler, izin penyehatan makanan, izin penyimpangan
jam kerja. izin siaran video di dalam bangunan, izin penggunaan
antena parabola, izin penyelenggaraan izin penyelenggaraan
restoran, izin penyelenggaraan mandi uap, izin penyelenggaraan
laundry dan cleaning, izin penyelenggaraan sarana olah raga dan
rekreasi, izin penggunaan racun api, izin promosi kegiatan usaha
sendiri, izin keramaian, izin pertunjukan artis asing di dalam hotel,
izin penggunaan tenaga kerja warga negara asing pendatang dan
izin penyelenggaraan parkir dihalaman sendiri;
(3) Pengusaha Hotel wajib memenuhi ketentuan penggolongan kelas
hotel sebagai bagian dan Izin Tetap Usaha Hotel sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1);
(4) Untuk mendapatkan izin usaha tetap harus mengajukan
permohonan tertulis kepada Bupati dengan melampirkan :
a. Foto copy KTP;
b. Foto copy Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ;
c. Foto copy Izin Tempat Usaha (SITU)/Izin Gangguan (HO);
d. Foto copy Akte Pendirian Perusahaan;
e. Foto copy gambar denah Lay Out;
f. Sertifikat Analisis Dampak Lingkungan.
Pasal 18
(1) lzin Sementara Usaha Hotel dan Izin Tetap Usaha Hotel diberikan
oleh Bupati;
(2) Terhadap permintaan dan pemberian Izin Sementara Usaha Hotel
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dikenakan pungutan
biaya.
Pasal 19
Untuk perluasan atau renovasi tidak diperlukan izin, kecuali izin teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2).
Pasal 20
Pasal 21
(1) Usaha Hotel dengan tanda Bunga Melati yang dituangkan dalam
bentuk Piagam ;
(2) Persyaratan teknis dan penetapan penggolongan hotel serta tata
cara untuk memperoleh Piagam akan ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
(1) Tata cara untuk mendapatkan izin usaha dan perubahannya serta
bentuk Surat Izin Usaha ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan
Bupati;
(2) Dalam surat Izin Usaha ditetapkan ketentuan-ketentuan yang harus
dipenuhi oleh Pemegang izin Usaha.
Bagian Kelima
Usaha Rumah Makan
Pasal 26
Pasal 27
(1) Perorangan atau Badan yang seluruh modalnya dimiliki oleh Warga
Negara Indonesia dapat mendirikan Usaha Rumah Makan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(2) Badan yang mendirikan Usaha Rumah Makan dengan modal
patungan antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara
Asing bentuk usahanya harus Perseroan Terbatas (PT).
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
(1) Tata cara untuk mendapatkan izin usaha dan perubahannya serta
bentuk Surat lzin Usaha ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan
Bupati;
(2) Dalam Surat lzin Usaha ditetapkan ketentuan-ketentuan yang
harus dipenuhi oleh Pemegang lzin Usaha.
Bagian Keenam
Usaha Restoran
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35
(1) Izin Sementara Usaha Restoran dan Izin Tetap Usaha Restoran
diberikan oleh Bupati;
(2) Terhadap permintaan dan pemberian Izin Sementara Usaha
Restoran tidak dikenakan pungutan.
Pasal 36
BAB IV
USAHA JASA PARIWISATA
Bagian Pertama
Usaha Jasa Perjalanan Wisata
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 43
Pasal 44
Bagian Kedua
Usaha Jasa Impresariat
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49
Tata cara dan persyaratan Izin Usaha Jasa impresariat diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 52
Bagian Ketiga
Usaha Jasa Konsultasi Pariwisata
Pasal 53
Pasal 54
Pasal 55
Pasal 56
(1) Izin usaha diberikan atas dasar permohonan tertulis kepada Bupati:
(2) Dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak
diterimanya permohonan secara lengkap, Bupati harus
menetapkan izin usaha atau penolakan;
(3) Penolakan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
disampaikan kepada pemohon secara tertulis dengan alasan
penolakan untuk diberikannya izin.
Pasal 57
Pasal 58
Pasal 59
Bagian Keempat
Usaha Jasa Pramuwisata
Pasal 60
Pasal 61
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
Pasal 65
Tata cara permohonan dan bentuk Surat lzin Usaha Jasa Pramuwisata
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Bagian Kelima
Usaha Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif dan Pameran
Pasal 66
Pasal 67
Pasal 68
Pasal 69
Pasal 70
Pasal 71
BAB V
PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA
Bagian Pertama
Pengusahaan Obyek Wisata yang Dikelola secara Komersial
Paragraf Pertama
Usaha Wisata Tirta
Pasal 72
Pasal 73
Pasal 74
Pasal 75
Pasal 77
(1) Izin Sementara Usaha Wisata Tirta dan Izin Tetap Usaha Wisata
Tirta diberikan oleh Bupati;
(2) Terhadap permintaan dan pemberian Izin Sementara Usaha
Wisata Tirta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
dikenakan pungutan.
Pasal 78
Pasal 79
Paragraf Kedua
Usaha Kawasan Pariwisata
Pasal 80
Pasal 81
Pasal 82
Pasal 83
Paragraf Ketiga
Usaha Obyek Wisata
Pasal 84
Pasal 85
Pasal 86
Pasal 87
Pasal 88
Pasal 89
(1) Izin Sementara Usaha Obyek wisata dan lzin tetap Usaha Obyek
Wisata diberikan oleh Bupati;
(2) Terhadap permintaan dan pemberian lzin Sementara Usaha Obyek
Wisata sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dikenakan
pungutan biaya.
Pasal 90
Pasal 91
Paragraf Keempat
Usaha Perkemahan
Pasal 93
Pasal 94
Pasal 95
Pasal 96
Pasal 97
Pasal 98
Pasal 99
Pasal 100
(1) Tata cara untuk mendapatkan izin usaha dan perubahannya akan
ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati ;
(2) Dalam surat lzin Usaha ditetapkan syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh pemegang izin.
Bagian Kedua
Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum
Pasal 101
Pasal 102
Pasal 103
Pasal 104
(1) Tata cara untuk mendapatkan izin usaha akan ditetapkan lebih
lanjut dengan Keputusan Bupati sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
(2) Di dalam surat izin usaha ditetapkan syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh Pemegang Izin.
BAB VI
PEMBIAYAAN
Pasal 105
BAB VII
LARANGAN DAN KEWAJIBAN
Pasal 106
Pasal 108
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 109
BAB IX
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 110
BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 111
BAB XI
PENYIDIKAN
Pasal 112
Pasal 113
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 114
Ditetapkan di Malang
pada tanggal 2003
BUPATI MALANG
SUJUD PRIBADI
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR 20 TAHUN 2003
TENTANG
PERIZINAN USAHA PARIWISATA
I. PENJELASAN UMUM
Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan berupa
sumber daya yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam hayati,
sumber daya alam non hayati dan sumber daya buatan. Sumber daya alam dan
buatan yang dapat dijadikan objek dan daya tarik wisata berupa keadaan alam,
flora dan fauna, hasil karya manusia serta peninggalan sejarah dan budaya yang
merupakan modal bagi pengembangan dan peningkatan kepariwisataan di
Kabupaten Malang.
Modal tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal melalui penyelenggaraan
kepariwisataan yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan Daerah dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan
memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong
pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan objek dan daya
tarik wisata di Kabupaten Malang serta memupuk rasa cinta tanah air dan
mempererat persahabatan antar bangsa.
Pasal 1
Pasal ini memuat pengertian istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah
ini. Dengan adanya pengertian tentang istilah tersebut dimaksudkan untuk
mencegah timbulnya salah tafsir dan salah pengertian dalam memahami serta
melaksanakan pasal-pasal yang bersangkutan, sehingga masyarakat dan aparatur
pemerintah dalam menjalankan hak dan kewajibannya dapat berjalan dengan
lancar dan akhirnya dapat dicapai tertib administrasi. Pengertian ini diperlukan
karena istilah-istilah tersebut mengandung pengertian yang baku dan teknis.
Pasal 1 angka 15
Termasuknya dalam pengertian Pondok Wisata adalah villa, home stay, bungalow,
dan sejenisnya yang dikomersilkan kecuali:
1. Hotel, penginapan remaja (youth hostel) dan perkemahan;
2. Asrama Haji, asrama dan rumah pemondokan mahasiswa, pelajar dan
pegawai;
3. Tempat penginapan yang dikelola oleh instansi pemerintah maupaun swasta
yang khusus digunakan sebagai tempat peristirahatan karyawannya.
Pasal 1 angka 16
Cukup jelas
Pasal 1 angka 17
Termasuk Rumah Makan adalah jasa pelayanan makanan dan minuman dengan
mempergunakan media kursi ataupun lesehan/tanpa kursi misalnya warung,
warung lesehan, warung makanan siap saji (fast food), bakery, istana es krim,
café, kantin dan cafetaria.
Pasal 1 angka 18
Cukup jelas
Pasal 1 angka 19
Remaja adalah usia sampai dengan 21 tahun
Pasal 1 angka 20
Termasuk dengan Hotel adalah Hotel dengan Tanda Bintang dan Hotel dengan
Tanda Bunga Melati, sedangkan yang tidak termasuk pengertian hotel adalah
Pondok Wisata, Penginapan Remaja, Perkemahan, Wisma, Villa, Guest House,
Cottage serta bangunan Instansi Pemerintah maupun Swasta yang digunakan
sebagai tempat tinggal oleh karyawannya, Asrama Haji, Asrama dan Rumah
Pemondokan Mahasiswa serta Pelajar.
Pasal 26
Penggolongan kelas rumah makan ditentukan setelah usaha mendapatkan Surat
Tanda ljin Usaha Pariwisata (STIUP) atas permohonan Pengelola/pengusaha
Pasal 31
Penggolongan kelas restoran ditentukan setelah usaha mendapatkan Surat Tanda
ljin Usaha Pariwisata (STIUP) atas permohonan Pengelola/pengusaha
Pasal 93
- Usaha Perkemahan diadakan penggolongan kelas dimaksudkan untuk :
1. Memudahkan pembinaan agar bagi mereka yang persyaratan teknisnya
sebagai kelas terendah bisa mencapai yang lebih tinggi;
2. Menimbulkan gairah dan semangat untuk mengembangkan usaha
perkemahan.
- Penggolongan Usaha perkemahan ditentukan setelah usaha tersebut
mendapatkan Surat Tanda lzin Usaha Pariwisata (STIUP) atas permohonan
pengelola/pengusaha
Pasal 111
Dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Pasal 35,
Pasal 36 Pasal 37, Pasal 38 dan Pasal 39 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 35
(1) Barangsiapa melakukan perbuatan melawan hak, dengan sengaja merusak,
mengurangi; mengurangi nilai, memisahkan, atau membuat tidak dapat
berfungsi atau tidak dapat berfungsinya secara sempurna suatu objek dan
daya tarik wisata, atau bangunan obyek dan daya tarik wisata, atau bagian dari
bangunan objek dan daya tarik wisata, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah).
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak mengurangi ancaman
pidana yang ditetapkan dalam ketentuan perundang-undangan mengenai
lingkungan hidup, benda cagar budaya, konservasi sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya, perikanan, dan Undang-undang yang lainnya.
Pasal 36
Barangsiapa dengan sengaja melanggar ketentuan Pasal 12 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Pasal 37
Barangsiapa karena kelalaiannya merusak atau mengakibatkan terganggunya
keseimbangan atau mengakibatkan gangguan terhadap kelancaran kegiatan yang
menjadi objek dan daya tarik wisata dalam wisata budaya dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda setinggi-tingginya Rp.
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Pasal 38
Barangsiapa karena kelalaiannya melanggar ketentuan Pasal 12 dan Pasal 35
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda setinggi-
tingginya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Pasal 39
(1) Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dan Pasal 36 adalah
kejahatan.
(2) Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dan Pasal 38 adalah
pelanggaran.