Professional Documents
Culture Documents
Tanaman teh (Camelia sinensis L.) adalah tanaman yang secara komersial
diusahakan pada berbagai kondisi iklim, dari 49 0LU sampai 33 0LS dan ditanam
dari ketinggian 0 m dpl (Jepang dan Turki) sampai pada ketinggian lebih dari
tempat yaitu dataran rendah (400-800 m dpl), sedang (800-1.200 m dpl), dan
di daerah PTPN VIII Kebun Panglejar Bagian Maswati I blok A.11, sebagai
yang sangat rendah dan pH tergolong masam. Keadaaan ini akan bertambah buruk
dengan adanya erosi dan pencucian yang bersifat menurunkan kesuburan tanah.
Salah satu usaha untuk meningkatkan dan menjaga kesuburan tanah adalah
melalui pemupukan yang benar dan sesuai kebutuhan. Pemberian pupuk unsur
hara makro seperti N, P dan K perlu dilakukan untuk mengembalikan unsur hara
yang hilang. Pupuk majemuk Phonska produksi PT. Petrokimia Gresik dengan
Keunggulan dari pupuk ini adalah unsur hara yang relatif lengkap
unsur hara sering tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Aplikasi Phonska pada
tanaman untuk menyamai dosis rekomendasi pemupukan unsur hara tertentu,
dapat menyebabkan kelebihan atau kekurangan unsur hara yang lain, sehingga
pemupukan kurang efisien. Selain itu, aplikasi pupuk kimia semacam ini dalam
bahan organik sebagai pupuk pada tanaman teh telah dilakukan oleh Wibowo dkk.
(2001), dan salah satu bahan bakunya adalah limbah pabrik teh (fluff). Fluff
merupakan hasil sortasi dari pembuatan teh hitam yang terdiri dari bahan padatan
Menurut Arifin dan Semangun (1999), salah satu cara untuk mengurangi
biaya produksi pada penanaman teh adalah penggunaan bahan organik sebagai
pupuk. Dijelaskan pula bahwa hara bahan organik dari sisa pangkasan yang
pada Inceptisols asal Panglejar, serta mengurangi biaya waktu dan tenaga.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Adakah pengaruh interaksi antara Phonska dan kompos fluff terhadap pH,
2. Berapa dosis terbaik Phonska pada setiap taraf kompos fluff terhadap pH, P-
total tanah, P-tersedia dan pertumbuhan tanaman teh pada Dystric Fluventic
1. Mengetahui pengaruh interaksi antara Phonska dan kompos fluff terhadap pH,
2. Mengetahui dosis terbaik Phonska pada setiap taraf kompos fluff terhadap pH,
P-total tanah, P-tersedia dan pertumbuhan tanaman teh pada Dystric Fluventic
kompos fluff.
terjadinya fiksasi P oleh unsur logam seperti Fe dan Al. Hal ini merupakan
total, 15% P2O5 tersedia dan 15% K2O. Pupuk ini berfungsi sebagai pemasok
unsur hara utama pengganti pupuk anorganik tunggal. Sifatnya yang mudah larut
dalam air menyebabkan unsurnya mudah tersedia bagi tanaman. Phonska telah
Penggunaan Phonska pada tanaman tahunan telah dilakukan pada kopi dan
kakao (Brosur PT. Petrokimia Gresik, 2000). Pemberian Phonska diduga akan
memberi pengaruh secara mandiri terhadap parameter yang akan diteliti yaitu pH,
keseluruhan, baik sifat fisika, kimia dan biologi. Bahan organik tanah berguna
meningkatkan unsur hara dan efisiensi penggunaan air. Kadar bahan organik
harus dijaga atau ditingkatkan untuk jenis tanah tertentu. Bahan organik pada
perkebunan teh didapatkan dari sisa tanaman lama yang dibersihkan saat
pembukaan kebun teh, daun yang gugur, pangkasan dan mulsa (Unilever
Publication, 2004).
Menurut Dahiya dan Malik (2001), pemberian bahan organik yang berasal
dapat dijelaskan sebagai akibat dari proses mineralisasi bahan organik sisa
masam dengan asam organik (Hundal et al. 1988). Proses ini menyebabkan Fe
Interaksi antara Phonska dan kompos fluff diduga akan terjadi dan
hara yang relatif tinggi bertindak sebagai penyumbang unsur hara utama. P yang
terkandung dalam Phonska dapat difiksasi oleh Fe dan Al yang sering terdapat
akan menyebabkan peningkatan muatan positif pada tanah, sehingga tanah akan
menjerap anion fosfat. Fosfat yang terjerap pada koloid tanah tidak mudah tercuci
dalam tanah, namun yang terpenting dalam pembahasan ini adalah dekomposisi
bahan organik yang menghasilkan asam-asam organik seperti asam sitrat, oksalat,
tartat, malat dan malonat. Asam organik tersebut akan membentuk senyawa
kompleks dengan Fe yang sukar larut. Diharapkan konsentrasi ion Fe dan Al yang
bebas dalam larutan berkurang jumlahnya, dengan demikian Fe dan Al menjadi
meningkat.
Pemberian bahan organik dari hijauan dan limbah tebu sebanyak 4 dan 6 t
ha-1 ketersediaan P dari pupuk buatan dapat ditingkatkan sampai 23% dan 11%
bahwa Jerapan P menurun kurang lebih 20% akibat pemberian kompos jerami
setelah 20 minggu masa inkubasi pada tanah Lempung liat Da-Du Shan dan tanah
terhadap tanaman teh belum pernah dilakukan, namun di Taiwan percobaan yang
organik berupa kompos dicampur dengan pupuk majemuk NPKMg, untuk melihat
pengaruhnya terhadap hasil tanaman teh. Pada hasil terlihat bahwa hasil tertinggi
lebih rendah (361 g tanaman-1). Selain itu terjadi peningkatan kualitas rasa dan
aroma teh pada perlakuan dengan pupuk majemuk organik dibandingkan dengan
Dosis rekomendasi PPTK (2003) untuk tanaman teh muda tahun pertama
hara dalam pupuk Phonska dengan kebutuhan unsur hara tanaman. Dosis phonska
limbah pabrik teh untuk menggantikan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
untuk tanaman teh muda tahun pertama sebesar 20 t ha-1, pada tanah dengan
yang baik.
I.6 Hipotesis
berikut:
tersedia dan pertumbuhan tanaman teh pada Dystric Fluventic Eutrudepts asal
Panglejar.
2. Terdapat dosis terbaik Phonska pada setiap taraf kompos fluff terhadap
dalam ordo Inceptisols. Tanah ini digolongkan dalam ordo Inceptisol karena
perbedaan suhu tanah rata-rata musim panas dengan musim dingin kurang dari
6 0C).
4. Memiliki kelas besar butir sangat halus (karena kandungan liat lebih 60%).
mempunyai rejim kelembaban Udik. Pada kategori grup, pedon tidak memiliki
cm dari permukaan tanah memiliki kejenuhan basa kurang dari 60% sehingga
tergolong Eutrudepts. Pada ketegori sub grup, pedon tidak memiliki kontak litik,
tidak memiliki rekahan-rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah dan tidak
memiliki fragmen berukuran lebih kasar dari 2,0 mm yang menyusun lebih dari
35% volumenya, tidak memiliki kondisi aquik, tidak memiliki sifat tanah fragik,
memiliki kemiringan lereng kurang dari 25% dan tidak mengandung karbonat
bebas pada seluruh horison di dalam 100 cm dari permukaan tanah, dan pada
kedalaman 125 cm dari permukaan tanah memiliki kandungan karbon organik
sebesar 0,2% atau lebih sehingga tergolong Dystric Fluventic Eutrudepts. Pada
kategori famili, pedon memiliki kelas mineralogi haloisitik, rejim suhu tanah
Inceptisols adalah tanah mineral yang selain memiliki horison kambik dan
epipedon histik, molik, plagen, atau umbrik juga memiliki beberapa horison dan
epipedon lain yang bersifat penciri tetapi tidak memenuhi syarat bagi ordo atau
perkembangan profil yang lebih lemah dan masih banyak menyerupai sifat bahan
induknya. Inceptisols memiliki ciri-ciri: bersolum tebal sampai sangat tebal yaitu
dari 130 – 500 cm bahkan lebih, warna tanah terang dan seragam dengan batas-
batas horison baur, remah sampai gumpal, gembur, kejenuhan basa kurang dari
50 %, pH berkisar antara 4,5 – 5,5 dengan kandungan bahan organik kurang dari
1 %.
Tanah Inceptisols mempunyai sifat fisik yang baik, tekstur seluruh solum
tanah umumnya liat, strukturnya remah dan konsistensi gembur, infiltrasi dan
perkolasi dari agak cepat sampai agak lambat, daya menahan air cukup baik dan
mineral liat terdiri dari haloisit (mineral liat tipe 1 : 1) yang cukup banyak
tingkat perkembangan tanah kedua pedon berada pada tahap kambik (Pramono,
2001). Ketinggian tempat 560 m dpl dengan kemiringan lereng 8 % dan bahan
27 0S pada berbagai jenis tanah dengan bahan induk yang berbeda. Ketinggian
tempat untuk pertanaman teh bervariasi mulai dari 0 mdpl sampai 2.300 m dpl,
sementara curah hujan dari 90 sampai 800 mm per tahun. Teh dapat tumbuh pada
suhu –8 0C sampai 35 0C. Walaupun jenis tanah dan kondisi iklim berbeda-beda,
teh dapat tumbuh dengan baik di sebagian besar negara produsen (Natesan, 1999).
kondisi tanah spesifik disamping kondisi iklim yang sesuai. Pemahaman tentang
alam dan sifat tanah yang baik untuk tanaman teh merupakan hal penting untuk
Kondisi fisik, kimia dan biologi tanah yang sesuai bagi tanaman teh
dibutuhkan untuk produktivitas yang tinggi. Teh tumbuh baik pada tanah yang
sangat masam dan bersifat porous dan berdrainase baik, maka karakteristik fisik
dan kimia tanah yang baik merupakan hal yang sangat penting. Tanah untuk
tanaman teh di berbagai negara produsen berbeda-beda dengan bahan induk yang
Kondisi terpenting yang harus terpenuhi untuk pertumbuhan teh yang baik
adalah pH tanah yang optimal. Secara umum, pH di berbagai negara produsen teh
bervariasi dari 3,3 sampai 6,0. Kemasaman tanah optimum untuk pertumbuhan
teh dan penggunaan unsur hara yang baik adalah 4,5 sampai 5. Meskipun
demikian, sejumlah varietas yang toleran dapat tumbuh pada tingkat pH yang
Tanaman teh dapat tumbuh pada berbagai tekstur, tetapi yang paling
dikehendaki adalah pertumbuhan pada tanah yang berstruktur lempung ringan dan
unsur hara yang cukup. Berikut adalah kelas keharaan untuk tanaman teh.
Limbah pabrik teh (fluff) merupakan hasil buangan yang dihasilkan dari
pengolahan teh hitam, dan merupakan bahan yang tidak mempunyai nilai
ekonomis tinggi. Fluff merupakan hasil sortasi dari pembuatan teh hitam yang
terdiri atas bahan padatan (serat) yang jumlahnya cukup besar, sekitar 1 – 3 %
dari produksi teh yang dihasilkan. Kompos fluff seperti pupuk organik lainnya,
pengomposan. Wibowo dkk. (2001), pernah menggunakan fluff dan bahan organik
konsentrat PPTK Gambung (Bio Con 21) proses dekomposisi bahan organik fluff
dapat dipercepat hingga kurang lebih dua minggu. Kandungan hara kompos fluff
lebih dari satu unsur hara. Pupuk majemuk biasanya paling sedikit terdiri dari dua
unsur hara. Pupuk yang mengandung unsur N, P dan K disebut pupuk majemuk
berapakah banyaknya unsur hara yang dikandung. Kadar nitrogen total biasanya
dinyatakan dalam bentuk elemen N, fosfor tersedia dalam bentuk P2O5 dan kalium
larut dalam air dalam bentuk K2O (Soepardi, 1983 dalam Komaruddin, dkk.,
2001).
Salah satu produk pupuk NPK yang telah beredar di pasaran adalah NPK
dalam air. Pupuk Phonska berbentuk butiran berwarna merah muda dan hampir
seluruhnya larut dalam air, sehingga unsur hara yang dikandungnya dapat segera
diserap dan digunakan oleh tanaman dengan efektif. Sifat lainnya adalah pupuk
Pada prinsipnya pupuk majemuk harus bersifat lepas dan mudah ditabur.
sehingga dapat mengurangi sifat menarik air dari udara lembab. Hampir semua
Pupuk yang biasa digunakan oleh petani teh, baik teh rakyat maupun
PTPN, adalah pupuk tunggal seperti Urea, KCl dan TSP. Penggunaan pupuk
Rumah Kaca Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Desa Mekar Sari
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi : (1). Tanah lapisan
(Lampiran 4), (3). Kompos fluff (Lampiran 5), (4). Bibit tanaman teh klon
Dalam penelitian ini ada dua faktor yang diteliti, faktor pertama adalah
pupuk Phonska (P) yang terdiri dari empat taraf, sedangkan faktor kedua adalah
p0 = 0 kg ha-1 / 0 g polibag-1
k0 = 0 t ha-1 / 0 g polibag-1
Kombinasi perlakuan pupuk Phonska dan kompos fluff disajikan dalam Tabel 1
sebagai berikut :
polybag yang diisi tanah komposit sebanyak 10 kg kering udara, sehingga jumlah
tanah untuk bibit cadangan (tata letak percobaan disajikan pada Lampiran 1).
3.3.3 Rancangan Respon
diameter batang
Yijk = Nilai pengamatan respon pada ulangan ke-i yang memperoleh kombinasi
perlakuan dosis Phonska ke-i dan kompos fluff ke-j
5%. Apabila berbeda nyata, dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada
Contoh tanah untuk media tanam diambil dari blok A.11 Bagian Maswati I
analisis tanah awal diambil secara komposit dari kedalaman 0 – 30 cm. Untuk
Bibit tanaman teh asal stek dipilih yang berumur 9 bulan, tinggi minimal
rumah kaca kemudian dipindahkan dari bekong plastik ke dalam polybag dan
bawahnya dengan pisau, lalu bagian samping disobek sampai bertemu dengan
sobekan bagian bawah. Setelah terbuka, bekong plastik yang disangga dengan
potongan bambu, dimasukkan ke dalam polibag yang berisi tanah. Bibit
diturunkan ke bagian tengah polibag, dimana tanah pada bagian tersebut telah
digali sebelumnya. Bibit lalu ditimbun sampai semua akarnya tertutup. Bekong
plastik dan potongan bambu ditarik keluar. Tanah dalam polibag dipadatkan
lingkungan baru. Phonska diberikan sebanyak dua kali aplikasi (Gambar 1),
dengan tanah.
Kompos fluff diberikan pada media tanam dua hari sebelum penanaman.
Hal ini dilakukan mengingat C/N rasio kompos senilai 7,11 tergolong rendah,
baik bagi pertumbuhan tanaman. Atas dasar tersebut, inkubasi selama dua hari
mencampur kompos pada media tanam. Cara pembuatan kompos disajikan pada
Lampiran 13.
3.4.5 Penyulaman
bibit cadangan mulai tanaman berumur dua minggu setelah tanam. Beberapa
tanaman disulam, akibat kesalahan penanaman, seperti penanaman yang kurang
dalam.
3.4.6 Pemeliharaan
• Penyiraman
lapang (lampiran 13). Perubahan bobot polibag diamati setiap hari pada awal
air yang hilang sekitar 150 mL dalam jangka waktu 2 hari. Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan gelas air mineral yang telah ditakar dan
• Penyiangan
demikian pula dengan hama ulat. Pestisida tidak digunakan dalam penelitian
ini.
tiap polibag dianalisis untuk mengukur pH, P-total dan P-tersedia. Sampel tanah
diambil dengan menggunakan sebilah bambu yang telah dibentuk sedemikian
rupa sehingga dapat digunakan untuk mengambil sampel tanah komposit sampai
kedalaman sekitar 25 cm. Pengambilan sampel dilakukan pada lima titik yang
pemberian
kompos fluff Pemberian MST
Pemberian
Phonska Phonska
0 14
serangan hama dan penyakit tanaman, dan suhu dan kelembaban rumah kaca.
Analisis tanah dan kompos fluff disajikan pada Lampiran 2 dan 5. Hasil
tanaman yang terserang hama ulat, Helopeltis antonii dan tungau. Ada tanaman
yang terserang satu jenis saja, dan ada yang terserang dua atau tiga hama
sekaligus.
Kondisi cuaca yang lembab akibat musim hujan menyebabkan hama ini
mudah berkembang. Rumah Kaca yang tertutup tidak mampu mencegah hama
bibit tanaman yang dibawa dari kebun bibit Pasir Sarongge. Bibit yang tidak
terpakai diletakkan di sudut Rumah Kaca, dan dari sebagian bibit itulah diduga
hama berasal.
Serangan yang dihasilkan oleh Helopeltis antonii dan hama lainnya tidak
terhadap hama-hama ini, dengan cara mengambil dan memusnahkan hama dari
25,89 0C dan 68,41 %. Nilai ini didapatkan dari suhu rata-rata dari bulan
(H2O) tanah (Tabel 2, Lampiran 15). Pada tabel terlihat bahwa pemberian phonska
kandungan unsur hara dalam Phonska yang mengandung nitrogen. Pupuk yang
Tabel 2. Efek Mandiri Phonska dan Kompos Fluff terhadap pH (H2O) dan ∆ pH
Phonska pH ∆ pH
p0 (0 kg ha-1) 4,16 c 0.39 b
p1 (150 kg ha-1) 3,78 a 0.17 a
p2 (300 kg ha-1) 3,78 a 0.14 a
p3 (450 kg ha-1) 3,86 b 0.22 a
Kompos
k0 (0 t ha-1) 3,90 a 0,20 a
k1 (10 t ha-1) 3,92 a 0,20 a
k2 (20 t ha-1) 3,93 a 0,29 a
k3 (30 t ha-1) 3,84 a 0,22 a
Keterangan: angka yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak
berganda duncan pada taraf 5%
biasa terdapat dalam pupuk buatan adalah sulfur, asam sulfat, aluminum sulfat,
dan amonium polisulfida. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan dari amonium
(NH4) menjadi nitrat (NO3) yang melepas ion hidrogen sehingga kemasaman
tanah akan bertambah. Phonska diduga juga mengakibatkan reaksi serupa karena
keterangan dari situs resmi PT. Petrokimia Gresik, Phonska mengandung nitrogen
dan sulfur, dan berdasarkan hasil analisis laboratorium PPTK, Phonska juga
mengandung CaO (1,27%) yang bersifat basa. Pada penelitian ini tampaknya CaO
tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH. Kompos fluff dalam penelitian
ini tidak mempengaruhi pH tanah. Hal ini dikarenakan waktu penelitian yang
pH tanah.
ikat tanah terhadap kation-kation unsur hara, namun membantu mengikat anion
menambah ion H+ pada tanah akibat perubahan amonium menjadi nitrat. Ion H+
tanah dengan dijerap oleh gugus OH tersembul yang biasanya terdapat pada liat
tipe 1:1, proses ini amat penting pada tanah yang sangat masam (Soil Science
Network, 1991).
4.2.2 P-Tersedia
penelitian yang relatif singkat, sehingga interaksi antara Phonska dan kompos fluff
tidak terjadi. Kompos fluff diduga belum mampu mengikat logam penjerap fosfat
yang terdapat dalam tanah. Efek mandiri kompos yang tidak berpengaruh
tanah secara signifikan. Pemberian dengan dosis 450 kg ha-1 atau perlakuan p3,
memberikan hasil P-tersedia tanah tertinggi dan berbeda nyata dengan semua
perlakuan lainnya. Perlakuan 300 kg ha-1 dan 150 kg ha-1 meningkatkan P-tersedia
terdapat perbedaan yang nyata. Berdasarkan kriteria hara tanah untuk tanaman
tergolong tinggi. Perlakuan 300 kg ha-1 dan 150 kg ha-1 menghasilkan P-tersedia
yang rendah.
yang terjadi pada penelitian ini diakibatkan oleh peningkatan dosis Phonska yang
ion logam seperti Al dan Fe yang mampu menjerap fosfat, melainkan oleh
4.2.3 P-total
Serupa dengan P-tersedia, interaksi antara Phonska dan kompos fluff tidak
berpengaruh terhadap P-total. Waktu penelitian yang singkat dan sifat kompos
total tanah ini sejalan dengan peningkatan P-tersedia. Perlakuan 450 kg ha-1
perlakuan 0, 150 dan 300 kg ha-1. Perlakuan 300 kg ha-1 memberikan hasil yang
berbeda nyata dengan perlakuan 150 kg ha-1 dan kontrol, dalam kriteria sifat kimia
tanah umum diketahui bahwa kandungan P-total tanah pada semua perlakuan
tergolong rendah.
bahwa unsur P yang terkandung dalam kompos fluff relatif kecil jumlahnya
menurun karena P yang tersedia dapat diserap tanaman dan mudah tercuci.
batang. Berdasarkan uji statistik, terlihat bahwa interaksi antara Phonska dan
Pada bulan pertama pertumbuhan tanaman teh secara visual tidak terlihat
nyata. Pada bulan kedua tunas mulai muncul, dan pertumbuhan tanaman mulai
tinggi tanaman dan jumlah daun sampai akhir penelitian berturut-turut adalah
suhu, CO2, ketersediaan air, dan faktor genetik. Tanaman tahunan umumnya
terhadap perlakuan pemberian pupuk NPK dan kompos fluff belum terlihat nyata.
Penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2003), dapat dijadikan pembanding bagi
pupuk P dan bokashi dalam jangka waktu dua belas minggu, dan hasilnya
5.1 Kesimpulan
berikut:
1. Interaksi antara Phonska dan kompos fluff
5.2 Saran
pengaruh interaksi Phonska dan kompos fluff terhadap pertumbuhan tanaman teh
DAFTAR PUSTAKA
Agus Salim, A., Yati Rachmiati, Zuhdi Sri Wibowo. 1999. Penggunaan Bio Con-
21 Dalam Budidaya Perkebunan Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina,
Gambung.
Dahiya, R. and R.S. Malik. 2001. Trash And Green Mulch Effects On Soil N And
P Availability. www.uni-kassel.de
Foth Henry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Edisi Keenam. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Gomez, K.A., & Artoro A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian
Pertanian. Penerbit UI. Jakarta.
Hapsari Wijayanti. 2003. Pengaruh Kombinasi Jenis Bokashi dan Dosis Pupuk P
terhadap Pertumbuhan Tanaman Teh Klon Gambung 7 pada Tanah
Ultisol. Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Hsieh, S.C., and C.F. Hsieh, 1990. The Use of Organic Matter In Crop
Production. Taichung District Agricultural Improvement Station.
Extension Bulletin No. 315. Taiwan.
Hundal, H.S., C.R. Biswas, and A.C. Vig. 1988. Phosphorus Sorption
Characteristics of Flooded Soil Amended with Green Manures. Tropical
Agriculture. 65:185-187.
Leopold, A. Carl and Paul E. Kriedmann. 1979. Plant Growth and Development.
Second Edition. Tata McGraw-Hill Publishing Company. New Delhi.
Natesan, S. 1999. Tea Soils. Global Advances in Tea Science. pp 519 to 532.
Sarief Saefuddin. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. C.V. Pustaka Buana. Bandung.
Senapati, B.K., P. Lavelle, P.K. Panigrahi, S. Giri, G.G. Brown. 2002. Restoring
soil fertility and enhancing productivity in Indian tea plantations with
earthworms and organic fertilizers. www.agnet.org
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB. dalam Komaruddin Nanang,
Riswandi Dani, Sutari Wawan. 2001. Respon Tanaman Kentang Kultivar
Granola terhadap berbagai Dosis dan Waktu Aplikasi Pupuk Majemuk
NPK (15-15-15) di Kecamatan Lembang. Laporan Penelitian.
Soil Science Network. 1991. Kimia Tanah. Badan Kerjasama perguruan Tinggi
Negeri Bagian Barat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
I II III U
p0k1 p0k0 p3k2
p2k0 p2k1 p2k2
p1k2 p3k1 p1k1
p1k1 p3k0 p1k2
p1k3 p1k1 p2k1
p3k3 p1k2 p2k3
p0k2 p1k0 p3k1
p2k3 p3k3 p2k0
p3k2 p0k3 p1k3
p3k0 p3k2 p0k3
p2k1 p2k3 p3k0
p1k0 p0k2 p0k1
p3k1 p1k3 p0k0
p0k0 p2k2 p1k0
p2k2 p0k1 p3k3
p0k3 p2k0 p0k2
Keterangan:
p0 : Kontrol (tanpa Phonska)
p1 : Phonska150 kg ha-1
p2 : Phonska 300 kg ha-1
p3 : Phonska 450 kg ha-1
k0 : Kontrol (tanpa bahan organik)
k1 : Kompos fluff 10 t ha-1
k2 : Kompos fluff 20 t ha-1
k3 : Kompos fluff 30 t ha-1
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK)
Gambung (2004).
Pedon : M.A-11
Ordo : Inceptisols
Sub ordo : Udepts
Grup : Eutrudepts
Sub Grup : Dystric Fluventic Eutrudepts
Famili : Dystric Fluventic Eutrudepts, Haloistik, Isohipertermik, Sangat
halus
Seri : Maswati I
Lokasi Adm : Blok A-11 Bagian Maswati I PTPN VIII Kebun Panglejar
Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Bandung
Elevasi : 560 mdpl
Topografi : 0-8 %
Vegetasi : Tanaman Teh Kloon TRI 2025, Lahan Kering
Bahan Induk : Tuff Vulkan
Ap2 13-60 Coklat tua (7,5 YR 3/4), lembab, liat; butir, halus, sedang;
sangat gembur (lembab); pori mikro sedikit, meso sedang,
makro sedikit; akar halus, sedang, akar sedang sampai
kasar, sedang, akar sangat kasar, sedikit; pH (H2O) 4,9;
batas horison berangsur, berombak.
Bw1 60-72 Coklat tua kekuningan (10YR 3/4), lembab; liat; gumpal
agak membulat, halus, kuat; sangat gembur (lembab); pori
mikro sedang, meso sedang, makro sedikit; akar halus,
sedang, akar sedang sampai kasar, sedikit, akar sangat
kasar, sedikit; pH (H2O) 5,0; batas horison jelas, tidak
beraturan.
Bw2 72-83 Coklat tua kekuningan (10YR 3/4), lembab; liat; gumpal
agak membulat, halus, sedang; gembur (lembab); pori
mikro sedang, meso sedikit; akar halus, sedang, akar
sedang sampai kasar, sedikit; pH (H2O) 5,0; batas horison
jelas, rata.
BC 83-109 Coklat tua kekuningan (10YR 3/4), lembab; liat; gumpal
agak membulat, sedang; teguh (lembab); pori mikro
sedikit; akar halus sedikit; pH (H2O) 4,9; batas horison
baur, berombak.
1. Alat-alat
- Dispenser 25 mL
- Mesin kocok dengan gerakan horizontal
- Botol kocok 100 mL
- Corong plastik dan kertas saring berlipat
- Labu ukur 50 mL
- Kolorimeter dengan filter 720 nm
2. Pereaksi
- NH4F 1 M: 37 g NH4F/L disimpan dalam botol plastik
(polyethylene)
- HCl 0,5 M: 20,2 mL HCl pekat/500 mL
- Larutan pengekstrak: (15 mL NH4F 1 M + 100 mL HCl
0,5 M) per 500 mL. Larutan ini mengandung 0,03 N NH4F dan 0,1 N HCl
- Pereaksi fosfor: sama dengan pereaksi penetapan fosfor
lainnya
- Larutan standar baku 100 ppm P2O5: 0,1916 g KH2PO4
(kering) dalam 1 L larutan Bray
- Larutan deret standar 0-2-4-6-8-10 ppm P2O5: Kedalam
labu ukur 100 dipipet masing-masing 0-2-4-6-8 dan 10 mL larutan standard
induk 100 ppm P2O5 penuhkan dengan larutan Bray sampai tanda garis.
3. Cara Kerja
- Ditimbang 2 g tanah dan dimasukkan ke dalam botol
kocok 100 mL, ditambahkan 20 mL larutan Bray, kocok selama 5 menit
- Disaring dengan kertas saring 602 (bila larutan berwarna
ditambahkan norit, dikocok dan disaring kembali)
- Dipipet 2 mL, demikian pula dengan deret standard.
- Ditambahkan 10 mL pereaksi campuran kemudian
dikocok
- Dibiarkan selama 20 menit, diukur pada kolorimeter
dengan filter 720 nm.
4. Perhitungan
P2O5 (mg kg-1) = ppm pembacaan x 10 x 100/BK
1. Dasar
Fosfor dari tanah diekstraksi dengan HCl 25 % (perbandingan 1:2,5).
Fosfor dengan NH4.Molibdat membentuk senyawa NH4.Fosfomolibdat berwarna
kuning direduksi oleh asam askorbat menjadi senyawa berwarna biru yang diukur
dengan fotometer, filter 720 nm.
2. Alat-alat
- Dispenser 25 mL
- Mesin kocok dengan gerakan horizontal
- Botol kocok 100 mL
- Corong plastik
- Kertas saring berlipat
- Labu ukur 50 mL
- Kolorimeter dengan filter 720 nm
3. Pereaksi
• HCl pekat (37%)
• HCl 25%: 675 mL HCl pekat dilarutkan dengan air
suling sampai 1 L.
• Asam sulfat 5 N: 140 mL H2SO4 pekat dilarutkan
dengan air suling sampai 1 L.
• Kalium Antimonil Tartat: 0,275 g Kalium
Antimonil Tartat dilarutkan dengan air suling sampai 1000 mL.
• Amonium Molibdat 4%: 40 g Amonium Molibdat
dilarutkan dengan ari suling sampai 1 L.
• Asam askorbat: 1,778 g asam askorbat dilarutkan
dengan air suling sampai 100 mL.
• Pereaksi campuran: kedalam labu ukur 1000 mL
dimasukkan:
- 100 mL asam sulfat 5 N
- 30 mL Amonium Molibdat 4%
- 60 mL asam askorbat
- 10 mL Kalium Antimonil Tartat, lalu penuhi dengan air
suling sampai 1 L
• Larutan Standard 1000 ppm P2O5: 1,9166 g KH2PO4
diencerkan dengan air suling sampai 1 L.
• Deret Standard P2O5, 0-25 ppm: Dipipet kedalam 6
buah labu ukur 100 mL masing-masing 0-0,5-1,0-1,5-2,0-2,5 mL larutan
standard 1000 ppm P2O5, ditambah 2 mL HCl 25% dan dipenuhkan dengan
air suling sampai tanda garis.
4. Cara Kerja
Ditimbang 10 g tanah halus <2mm dan dimasukkan kedalam botol kocok.
Ditambah 25 mL HCl 25%. Kemudian dikocok dengan mesin kocok selama 6
jam. Setelah itu disaring dengan kertas saring berlipat dan ekstrak ditampung
dalam Elenmeyer 50 mL. Dari ekstrak ini ditetapkan kadar P2O5 nya (juga dapat
ditetapkan unsur K, Ca dan Mg).
5. Pengukuran Kadar P2O5
1 mL ekstrak HCl 25% dipipet kedalam labu ukur 50 mL, dan dipenuhkan
dengan air suling sampai tanda garis. Dari larutan ini dipipet 1 mL kedalam
tabung reaksi ditambah 9 mL pereaksi campuran, juga deret standar dipipet 1 mL
kedalam tabung reaksi ditambah 9 mL pereaksi campuran. Kocok hingga
serbasama dan dibiarkan selama 20 menit dan diukur dengan spectrophotometer
dengan filter 720 nm.
6. Perhitungan
mg P2O5/100 g = 6,25 x ppm pengukuran x 100/BK
= 0,0038 kg polybag-1
• Perhitungan jumlah pupuk Phonska per polybag/tanaman dengan dosis
Phonska sebanyak 300 kg ha-1 :
1 1
= x x 300 kg
13.000 3
= 0,0077 kg polybag-1
= 0,012 kg polybag-1
= 33,3 g polybag-1
• Perhitungan jumlah kompos fluff per polybag/tanaman dengan dosis
kompos fluff sebanyak 20.000 kg ha-1 :
20000
= x 10 kg
3.106
= 66,6 g polybag-1
• Perhitungan jumlah kompos fluff per polybag/tanaman dengan dosis
kompos fluff sebanyak 30.000 kg ha-1:
30000
= x 10 kg
3.106
= 100 g polybag-1
Lampiran 13. Tahapan Kerja Pengomposan Fluff
Bahan : Fluff sebanyak 1000 kg, kotoran ternak 20 kg, dekomposer Bio Con 20
L dan air secukupnya
Alat : pisau, plastik warna gelap, karung , termometer
Cara Kerja :
1. Siramkan air bersih pada bahan–bahan yang masih kering supaya
memudahkan pemberian Bio Con 21 dengan keseluruhan bahan kompos
2. Siramkan Bio Con 21 secara pelan–pelan ke dalam adonan secara merata
atau disemprotkan pada adonan tadi sampai kandungan airnya 30%. Bila
adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar adonan, dan bila kepalan
dilepas maka adonan akan buyar
3. Adonan diletakkan di atas tanah yang telah disiapkan dengan ketinggian ±
15 –20 cm kemudian ditutup rapat dengan plastik dengan merata selama 4
hari
4. Masukkan dalam karung dan diikat dengan tali rapia serta karung tersebut
disusun secara ditidurkan
5. Pertahankan suhu harian adonan 40º-50º C, jika suhu lebih dari 50º C buka
tutup tadi dan gundukan adonan dibalik-balik, kemudian ditutup lagi. Suhu
yang tinggi dapat mengakibatkan bahan kompos menjadi rusak karena
terjadi proses pembusukan, pengamatan suhu dilakukan setiap pagi, siang,
dan sore.
Kapasitas Lapang:
1. Tanah sebanyak 1 kg dimasukkan ke dalam wadah
2. Lalu air sebanyak 500 mL dituangkan ke wadah yang berisi tanah
3. Wadah dilubangi bagian bawahnya
4. Air yang menetes dari wadah ditampung pada bak penampung
5. Setelah dua hari air dalam bak penampung diukur volumenya (200 mL)
6. Selisih antara air yang diberikan pada awal dengan air yang tertampung,
merupakan air yang tertahan dan tanah dianggap mencapai kapasitas
lapang (500-200 = 300 mL)
7. Dikonversikan untuk tanah 10 kg sehingga air yang dibutuhkan untuk
tanah sebanyak itu adalah 300 x 10 = 3000 mL
Penyiraman:
1. Disiapkan tanah dalam polibag 10 kg (tanpa tanaman)* dan air 3 kg (berat
jenis air = 1 g mL-1)
2. Air dimasukkan dalam polibag yang berisi tanah
3. Setiap hari diukur pengurangan beratnya (rata-rata berkurang 75 mL hari-1)
4. Selisih berat adalah air yang hilang, sekaligus
1. pH H2O
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3
p0k0 4,2 4 4,2 12,4 4,13
p0k1 4,3 4,2 4,2 12,7 4,23
p0k2 4,4 4,2 4,1 12,7 4,23
p0k3 4 4,1 4,1 12,2 4,07
p1k0 3,8 3,7 3,7 11,2 3,73
p1k1 3,9 3,8 3,8 11,5 3,83
p1k2 4,1 3,7 3,7 11,5 3,83
p1k3 3,9 3,7 3,6 11,2 3,73
p2k0 3,9 3,9 3,7 11,5 3,83
p2k1 3,8 3,9 3,8 11,5 3,83
p2k2 3,7 3,7 3,9 11,3 3,77
p2k3 3,7 3,7 3,7 11,1 3,70
p3k0 3,9 3,9 3,9 11,7 3,90
p3k1 3,8 3,8 3,8 11,4 3,80
p3k2 3,9 3,9 3,9 11,7 3,90
p3k3 3,9 3,8 3,9 11,6 3,87
Total 63,2 62 62 187,2
Rata-Rata 3,95 3,875 3,875
pH KCl
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3
p0k0 3,8 3,6 3,9 11,3 3,8
p0k1 3,7 3,8 3,9 11,4 3,8
p0k2 3,7 3,9 3,8 11,4 3,8
p0k3 3,7 3,7 3,8 11,2 3,7
p1k0 3,7 3,5 3,7 10,9 3,6
p1k1 3,6 3,7 3,7 11,0 3,7
p1k2 3,5 3,6 3,6 10,7 3,6
p1k3 3,5 3,5 3,6 10,6 3,5
p2k0 3,7 3,7 3,6 11,0 3,7
p2k1 3,7 3,8 3,6 11,1 3,7
p2k2 3,6 3,5 3,6 10,7 3,6
p2k3 3,6 3,6 3,6 10,8 3,6
p3k0 3,7 3,7 3,8 11,2 3,7
p3k1 3,7 3,8 3,7 11,2 3,7
p3k2 3,6 3,7 3,7 11,0 3,7
p3k3 3,6 3,6 3,6 10,8 3,6
Total 58,4 58,7 59,2 176,3
Rata-rata 3,65 3,67 3,70
2. ∆ pH
Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
p0k0 0,4 0,4 0,3 1,1 0,3667
p0k1 0,6 0,4 0,3 1,3 0,4333
p0k2 0,7 0,3 0,3 1,3 0,4333
p0k3 0,3 0,4 0,3 1 0,3333
p1k0 0,1 0,2 0 0,3 0,1
p1k1 0,3 0,1 0,1 0,5 0,1667
p1k2 0,6 0,1 0 0,7 0,2333
p1k3 0,4 0,2 0 0,6 0,2
p2k0 0,2 0,2 0,1 0,5 0,1667
p2k1 0,1 0,1 0,1 0,3 0,1
p2k2 0,1 0,2 0,3 0,6 0,2
p2k3 0,1 0,1 0,1 0,3 0,1
p3k0 0,2 0,3 0,1 0,6 0,2
p3k1 0,1 0,2 0,1 0,4 0,1333
p3k2 0,5 0,2 0,2 0,9 0,3
p3k3 0,3 0,2 0,3 0,8 0,2667
Total 5 3,6 2,6 11,2
Rata-Rata 0,3125 0,225 0,1625
Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
p0k0 3,06 2,92 2,62 8,60 2,87
p0k1 1,53 1,78 0,80 4,10 1,37
p0k2 2,15 1,73 1,73 5,60 1,87
p0k3 3,49 2,79 1,91 8,19 2,73
p1k0 12,68 9,77 7,90 30,34 10,11
p1k1 12,82 10,53 9,77 33,12 11,04
p1k2 12,82 10,20 7,04 30,07 10,02
p1k3 19,57 16,45 12,44 48,46 16,15
p2k0 10,08 15,54 17,27 42,89 14,30
p2k1 16,54 18,17 18,95 53,66 17,89
p2k2 15,66 12,24 10,50 38,40 12,80
p2k3 11,56 14,41 6,84 32,82 10,94
p3k0 20,26 28,30 30,38 78,94 26,31
p3k1 28,50 24,02 24,58 77,11 25,70
p3k2 30,86 30,35 20,53 81,73 27,24
p3k3 27,97 22,92 28,15 79,04 26,35
Total 229,54 222,11 201,41 653,06
Rata-Rata 14,35 13,88 12,58
Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
1 2 3
p0k0 7,61 7,89 8,25 23,75 7,92
p0k1 6,89 6,77 7,00 20,66 6,89
p0k2 7,85 7,67 6,89 22,41 7,47
p0k3 11,72 8,17 11,23 31,12 10,37
p1k0 9,56 8,42 9,17 27,15 9,05
p1k1 8,75 8,95 8,42 26,11 8,70
p1k2 9,56 8,48 9,00 27,04 9,01
p1k3 12,84 8,42 8,70 29,96 9,99
p2k0 9,39 10,57 11,67 31,63 10,54
p2k1 12,23 9,49 6,88 28,60 9,53
p2k2 9,85 12,16 9,81 31,83 10,61
p2k3 10,28 9,47 8,59 28,34 9,45
p3k0 14,19 11,61 11,50 37,31 12,44
p3k1 12,45 13,76 11,72 37,94 12,65
p3k2 12,00 11,12 9,84 32,95 10,98
p3k3 12,16 11,67 9,21 33,05 11,02
Total 167,35 154,62 147,87 469,85
Rata-Rata 10,46 9,66 9,24
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3
p0k0 1,68 1,42 1,46 4,56 1,52
p0k1 2,05 1,20 1,55 4,80 1,60
p0k2 1,00 1,20 1,79 3,99 1,33
p0k3 1,69 1,30 0,90 3,89 1,30
p1k0 0,70 1,20 1,48 3,38 1,13
p1k1 1,00 0,89 1,33 3,22 1,07
p1k2 1,00 1,12 1,69 3,81 1,27
p1k3 1,02 1,50 2,05 4,57 1,52
p2k0 2,10 1,73 0,95 4,78 1,59
p2k1 1,03 0,79 1,38 3,20 1,07
p2k2 1,43 1,40 1,83 4,66 1,55
p2k3 0,70 1,28 1,38 3,36 1,12
p3k0 1,32 1,52 0,40 3,24 1,08
p3k1 1,60 1,12 1,30 4,02 1,34
p3k2 1,10 1,22 1,55 3,87 1,29
p3k3 1,39 1,00 0,97 3,36 1,12
Total 20,81 19,89 22,01 62,71
Rata2 1,30 1,24 1,38 1,31
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3
p0k0 20 16,5 18,4 54,9 18,30
p0k1 21 14,5 20,8 56,3 18,77
p0k2 20 17 18 55 18,33
p0k3 18,5 15 21 54,5 18,17
p1k0 19 16 16,8 51,8 17,27
p1k1 19,5 23,5 16,8 59,8 19,93
p1k2 16 19 20,5 55,5 18,50
p1k3 18 16 18,5 52,5 17,50
p2k0 17 18 23 58 19,33
p2k1 19 20,5 20 59,5 19,83
p2k2 17,5 18,5 16 52 17,33
p2k3 20 20 15 55 18,33
p3k0 21 19 18 58 19,33
p3k1 17,5 19,5 17,3 54,3 18,10
p3k2 23 17 20 60 20,00
p3k3 16 22,5 25 63,5 21,17
Total 303 295,5 319,1 917,6
Rata-rata 18,9 18,468 19,94 19,10
anak sulung dari tiga bersaudara dari pasangan Wijdan Fauzi Rahardjo dan Siti
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 9 Padang tahun 1996 dan Sekolah Menengah
Umum Negeri 10 Bandung tahun 1999. Sejak Agustus 1999, penulis merupakan