Professional Documents
Culture Documents
Daftar Isi ..
Kata Pengantar.............................................
Kode Etik Master Guide......
Kode Etik Pecinta Alam......
Perencanaan Perjalanan...
Peralatan dan Perbekalan Perjalanan...
Kesehatan Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat...
Mengatasi Henti Nafas dan Henti Jantung.....................................
Teknik Membalut dan Evakuasi......
Navigasi Darat.....................................
Teknik Peta Kompas....................................
GPS (Global Positioning System)...
Ilmu Penaksiran...
Survival
Shelter dan Bivak
Membuat Api.......
Pengetahuan Pisau dan Kampak..
Jerat dan Perangkap.
Air.
Cara Mendapatkan air..
Botani dan Zoologi...
Panjat Tebing....
Teknik Pemanjatan...
Teknik Turun/Rappeling..
Olah Raga Arus Deras.
Teknik Penyeberangan.
Search and Rescue....
Komunikasi Lapangan..
Manajemen Bencana....
Tanggap Darurat...
Daftar Pustaka..
Lampiran..
1
2
3
4
5
13
20
23
36
40
45
49
51
57
60
63
65
66
69
71
73
78
104
106
107
118
123
129
132
141
146
147
KATA PENGANTAR
Puji syukur patut kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rakhmat-Nya Buku
Pintar Pelatihan Master Guide Reinforcement ini bisa diselesaikan.
Buku Pintar Pelatihan Master Guide Reinforcement ini disusun dari berbagai sumber, baik yang berupa
buku, ataupun pengalaman-pengalaman yang penyusun peroleh sendiri selama mengikuti
Master
Guide Reinforcement baik sebagai peserta maupun sebagai panitia sejak tahun 2007.
Adapun tujuan dari diterbitkannya Buku Pintar Master Guide Reinforcement ini yaitu untuk
mempermudah Siswa Master Guide Reinforcement dan para Master Guide maupun Calon Master
Guide yang membaca Buku Pintar Master Guide Reinforcement ini memahami isi dari tiap materi yang
diberikan sehingga bisa mengurangi kesalahan penafsiran yang mungkin terjadi.
Buku Pintar Master Guide Reinforcement ini tidak bisa memberikan pengetahuan yang cukup dan
memadai bagi siswa Master Guide Reinforcement guna berpetualang di alam bebas. Hanya dengan
latihan yang kontinyu buku ini dapat terasa manfaatnya.
Terima kasih tidak lupa saya sampaikan kepada Pdt. K.R Sagala sebagai Direktur Pemuda Advent
UIKB, Pdt Jacky P. Runtu sebagai Direktur Pemuda Avent Konferens DKI Jakarta dan Sekitarnya, dan
Kakak-kakak Master Guide mulai dari Situ Pendiri, Situ Perintis, Sahabat Rimba dan Semut Gunung
atas dukungan yang diberikan dalam menyusun Buku Pintar Master Guide Reinforcement ini.
Akhirnya, saya sampaikan kepada para siswa Master Guide Reinforcement, semoga dapat
menyelesaikan dengan baik semua tahapan yang harus dijalani selama mengikuti Master Guide
Reinforcement, dan tetap berpegang teguh pada tujuan anda menjadi seorang Master Guide, yaitu :
Keselamatan dan Pelayanan
Penyusun
2.
3.
4.
Saya akan mencoba bekerja dengan giat untuk menyelamatkan anak muda
dimana saja saya berada.
5.
6.
7.
Menyelidiki metode metode baru dan bermanfaat bagi anak muda zaman
ini.
8.
PERENCANAAN PERJALANAN
PERENCANAAN KEGIATAN
Kegiatan akan dapat berjalan dengan baik apabila mulai dari awal suatu kegiatan telah direncanakan
baik yang bersifat teknis maupun non teknis.
Suatu rencana yang baik akan membagi kegiatan tersebut menjadi sejumlah tahapan yang mengacu
pada waktu yang tersedia dan cakupan pekerjaan. Keterlambatan dapat terjadi karena harus menunggu
selesainya tahapan dan ketidak tahuan kapan pekerjaan lain dapat dimulai.
Rencana kegiatan tersebut dapat bervariasi tergantung bentuk kegiatan yang akan dilakukan.
Gambaran diatas tidak menunjukkan waktu, karena hanya menekankan pada gambaran kerjanya.
Setelah rencana kerja tersebut dibuat baru kemudian dapat dibuat skedul waktu (time skedul) untuk
kegiatan tersebut.
Untuk suatu perjalanan yang telah sering dan tidak terlalu rumit dilakukan, tahapan-tahapan diatas
secara otomatis kita lakukan.
Leave No Trace
Ketrampilan Leave No Trace dirancang untuk hujan tropis di Amerika Latin. Konsep
dasarnya berlaku pada hampir semua daerah tropis lainnya, dan dapat digunakan
sebagai dasar untuk mengembangkan petunjuk pada lokal Leave No Trace.
Prinsip Leave No Trace ini direkomendasikan sebagai tuntunan untuk
meminimalkan bekas-bekas kehadiran anda di keindahan alam bebas serta daerah yang dilindungi di
hutan hujan tropis.
Leave No Trace Program adalah Pendidikan yang dirancang untuk memperkecil dampak sosial dan
dampak lingkungan itu dalam area ini dan didasarkan pada prinsip sebagai berikut:
Prinsip Leave No Trace
Perencanaan dimuka dan persiapan
Berkemah dan berpergian diatas permukaan tanah yang tahan dan awet
Berkemaslah luar dalam (tidak hanya barang di ransel anda saja)
tanpa memperlebar ukuran dari campsites atau membuka areal camp sites baru. Jika cara ini tidak
mungkin, pecahlah kelompok jadi beberapa kelompok dan dirikan tenda ditempat terpisah.
Pilih peralatan dan pakaian yang layak.
Untuk membantu anda untuk tidak meninggalkan jejak (Leave No Trace), bawalah peralatan yang
serba guna dan hanya bawa yang benar-benar kamu butuhkan. Kompor camping yang ringan dan
portable shelter seperti tenda yang free standing, akan memberikan anda fleksibilitas dalam pemilihan
tempat camping yang tidak mudah rusak. Dimanapun anda pergi di alam bebas, skop tangan kecil yang
untuk berkebun akan sangat berguna untuk menggali lobang guna menguburkan kotoran manusia untuk
meminimalkan impact yang terjadi pada lingkungan sekitar.
Jika mandi, basahilah badan terlebih dahulu dan kemudian saat memakai sabun dan membilas badan
lakukan jauh dari sumber air (kira-kira 60 meter). Prosedur ini memfilter sabun dari air bilasan sebelum
mencapai sumber air. Mencuci baju juga usahakan menjauh dari sumber air.
dari pergelangan tangan orang dewasa. Kayu dengan ukuran ini bisa dipatahkan menjadi berbagai
ukuran yang sesuai dengan kebutuhan, dan akan lebih mudah terbakar hingga menjadi abu.
4. Bakarlah api unggun anda hingga sampai menjadi abu
Disaat bekas api unggun mulai dingin untuk disentuh, jika ada arang bisa dihancurkan dengan
tangan (pakai sarung tangan) hinga menjadi abu. Abu ini bisa ditebarkan disekitar permukaan
tambuhan.
5. Gunakan Leave No Trace pembuatan api didaerah yang dilindungi
Jika disuatu daerah tidak mempunyai tempat untuk membuat api unggun yang telah ditentukan, dan
anda tetap untuk memilih membuat api unggun, gunakan satu dari tehnik berikut ini:
Api unggun dipalangi dengan kerikil.
Didekat sungai besar sepanjang pantai, api bisa dibuat dengan menggali pasir. Pastikan area tersebut
akan tergenang disaat sungainya meluap atau pantainya pasang.
Saat arang telah terbakar sampai jadi abu dan padam, pindahkanlah semua abu dan tebarkanlah secara
melebar dan tutuplah lubang bekas api tersebut. Jika dilakukan dengan hati-hati, akan sangat sedikit
sekali abu yang tertinggal setelah dibersihkan, dan ini akan terkikis habis selama sungai meluap.
Api Gundukan Tanah
Api juga bisa dibuat diatas platform atau gundukan tanah, bentuk seperti ini mudah untuk dihilangkan
saat anda selesai memakainya. Pertama cari bahan alami dari tanah, pasir atau kerikil yang telah lama
tertumpuk. Lubang yang diakibatkan oleh pohon tumbang merupakan juga pilihan lain. Pergunakan
pots atau kantong untuk membawa material ini ke tempat api dan untuk membawanya kembali
ketempat semula setelah selesai memakainya.
Buatlah bentuk lingkaran, dan ratakan atasnya, tebalnya kira-kira 15 sampai 20cm dan kira-kira
diameternya 50cm (6inci x 24inchi) dengan tanah, Penempatan trap atau alas dibawah lahan, akan
memudahkan saat pembersihannya. Ketebalan dari gundukan tanah merupakan hal yang kritis, karena
ini untuk membatasi trap dan tanah landasan dibawahnya dari panas api tersebut. Begitu api padam dan
dingin, debu yang tertinggal bisa berserakan, sebagaimana disebutkan diatas dan bahan mineral itu
akan kembali ke sumbernya serta bercampur, ini akan mengurangi tanda-tanda bahwa tempat tersebut
pernah dipakai. Keuntungan dari membuat jenis api seperti ini adalah, bisa membuatnya diatas
berbagai macam permukaan, walaupun diatas permukaan daun yang berjatuhan atau rumput pendek,
tanpa merusak permukaan atau lahan tersebut.
PERALATAN
Peralatan yang baik akan sangat membantu kita dalam melakukan kegiatan alam terbuka dan kita akan
dapat selalu dalam keadaan sehat untuk melakukan aktivitas karena kita melakukan kegiatan dialam
bebas bukan untuk menyiksa diri. Prinsip dalam pemilihan peralatan yang akan kita bawa adalah
sebagai berikut : semua barang yang kita butuhkan ada dalam tas kita dan tidak ada peralatan yang
tidak kita butuhkan dalam tas kita.
Secara umum peralatan dapat kita bagi menjadi :
Peralatan dasar, yaitu peralatan yang selalu kita perlukan setiap saat seperti pakaian, peralatan
memasak dan makan/minum, peralatan MCK dan perlengkapan pribadi.
Peralatan khusus, yaitu peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan medan perjalanan atau tujuan
perjalanan apakah untuk penelitian, dokumentasi, pemanjatan tebing dan sebagainya.
Peralatan tambahan, yang bisa dibawa atau tidak dan lebih kepada hal-hal kenyamanan.
PERALATAN DASAR
Yang akan dibahas disini adalah peralatan untuk medan gunung hutan.
SEPATU
Sepatu yang baik mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
Terbuat dari bahan yang kuat (misal : kulit) namun tidak menyakiti kaki
pemakainya
Melindungi kaki sampai mata kaki untuk mencegah bahaya terkilir.
Nyaman dipakai, karena itu pakailah sepatu yang telah dikenal oleh kaki anda/bukan pinjaman
Bentuk sol bawah dapat menggigit ke segala arah agar pemakainya tidak mudah tergelincir
Master Guide Reinforcement 13
Sepatu lapangan ABRI cukup baik dengan beberapa modifikasi seperti memberi lubang dibagian
sampingnya untuk ventilasi udara dan mengeluarkan air yang terperangkap didalamnya dan diberi
alas tambahan sehingga lebih lunak.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menangani kaki dan sepatu adalah :
Untuk mencegah lecet, mungkin kita perlu memberi plester pada bagian-bagian kaki yang
bergesekan dengan sepatu.
Jagalah kebersihan kaki dan kaus kaki dengan mengusahakan agar kita selalu memakai kaus kaki
yang kering.
Jangan mengeringkan sepatu pada panas yang ekstrim karena akan mengakibatkan sepatu menjadi
kaku dan kulit sepatu pecahpecah.
Rajin-rajinlah menyemir sepatu agar kulit sepatu anda selalu dalam keadaan lembut sehingga
nyaman dipakai.
Gunakanlah sepatu yang tidak terlalu sempit atau lebih longgar (dengan memperhatikan kaos kaki
yang digunakan).
KAUS KAKI
Kaus kaki berguna untuk melindungi kulit kaki dari gesekan langsung dengan sepatu dan menjaga agar
kaki selalu dalam keadaan hangat. Kaus kaki yang baik akan dapat menjaga kaki kita dapat bernafas.
Kaus kaki yang terbuat dari katun atau wool akan sangat baik untuk memenuhi syarat-syarat di atas.
Ketebalan kaus kaki yang akan kita gunakan tentunya disesuaikan dengan medan yang akan dilalui,
demikian pula panjangnya kaus kaki. Akan sangat berguna bila kita membawa lebih dari satu pasang
kaus kaki karena bila melakukan perjalanan dengan kaus kaki yang basah maka kaki akan mudah lecet.
Untuk lebih nyaman, gunakan dua lapis kaus kaki. Bagian dalam kita gunakan kaus kaki yang terbuat
dari bahan katun yang lembut
dan bagian luarnya kaus kaki yang lebih tebal.
CELANA LAPANGAN
Karena kegiatan berjalan adalah kegiatan utama dalam melakukan perjalanan di
medan gunung hutan maka celana lapangan yang baik harus dapat menjamin bahwa
gerakan yang dilakukan tidak menyiksa diri kita.
Celana lapangan yang baik mempunyai syarat sbb :
Terbuat dari bahan katun yang lembut namun kuat.
Celana yang terbuat dari bahan jeans sangat tidak dianjurkan karena bila basah
akan menjadi sangat berat dan tidak mudah kering. Sedangkan celana yang
terbuat dari katun selain menyerap keringat juga mudah kering.
Desain celana memberikan ruang gerak yang leluasa bagi kaki kita. Hal ini dapat
diperoleh dengan memberi lipatan pada bagian lutut dan ukuran pipa celana yang
tidak terlalu sempit. Bagian pantat celana terdiri dari dua lapis karena bagian ini paling mudah
sobek. Jahitan celana juga harus kuat.
Celana yang baik mempunyai saku yang cukup. Bila tidak ada sakunya maka tidak akan berguna
namun bila terlalu banyak saku akan sangat mengganggu. Saku celana sebaiknya mempunyai
penutup agar isi di dalamnya tidak mudah keluar.
BAJU LAPANGAN
Prinsip baju lapangan sama dengan
celana lapangan yaitu terbuat dari bahan
yang nyaman dipakai, menyerap
keringat, mudah kering namun cukup kuat.
Sebaiknya baju lapangan yang
digunakan berlengan panjang karena akan
berguna untuk melindungi dari
sengatan matahari, duri tanaman, atau
udara dingin. Jumlah pakaian (baju
dan celana) yang dibawa dalam perjalanan
disesuaikan dengan medan yang
dilalui dan lamanya perjalanan.
Jangan pernah membiarkan diri
anda memakai pakaian basah karena hal
ini akan sangat membahayakan. Bawalah pakaian ganti/cadangan yang cukup.
TOPI LAPANGAN
Topi lapangan berguna untuk melindungi kepala dari kemungkinan cedera akibat ranting/duri
tumbuhan, melindungi dari curahan hujan ataupun panas matahari terutama kepala bagian belakang.
Topi yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat, biasanya katun, dan akan sangat baik bila diberi
lubang ventilasi udara.
Ada beberapa topi lapangan yang bisa digunakan sesuai medan dan keperluannya. Untuk medan
gunung hutan sebaiknya menggunakan topi rimba. Sedangkan untuk medan padang rumput atau pantai
kita dapat menggunakan topi yang lebih lebar seperti topi cowboy. Bila memakai topi yang terlalu
lebar pada perjalanan gunung hutan hanya akan mengganggu pergerakan.
SARUNG TANGAN
Kegunaan sarung tangan disini adalah untuk melindungi tangan saat menyibak semak duri atau saat
menggunakan golok tebas.
Karena itu sarung tangan sebaiknya terbuat dari kulit yang pas dengan ukuran tangan namun tidak
terlalu kaku agar tidak mengganggu gerakan tangan kita.
IKAT PINGGANG
Kegunaan ikat pinggang selain agar celana tidak melorot juga untuk menaruh benda-benda yang kita
butuhkan dengan cepat seperti pisau pinggang, golok tebas air minum atau peralatan P3K.
Dengan demikian ikat pinggang yang kita gunakan harus terbuat dari bahan yang kuat seperti kulit atau
bahan lain yang kuat. Perhatikan bagian kepala ikat pinggang terutama jahitan antara ikat pinggang
dengan tali ikat pinggang, bagian ini biasanya yang paling rentan terhadap kelapukan.
Tali ikat pinggang yang terlalu kecil atau terlalu besar akan sangat mengganggu.
RANSEL
Ransel berguna untuk membawa segala peralatan yang kita butuhkan, karena itu kita harus
menghindari ransel sebagai beban tambahan. Dengan kata lain kita harus memilih ransel yang kuat
namun ringan.
Master Guide Reinforcement 15
Selain itu ransel juga harus terbuat dari bahan water proof. Perhatian lebih sebaiknya diberikan
pada bagian jahitan ransel tersebut apakah kuat atau tidak.
Ada beberapa jenis ransel yaitu ransel dengan rangka dalam dan ransel dengan rangka luar. Ransel
dengan rangka luar lebih cocok untuk medan terbuka seperti padang rumput atau pantai. Untuk
medan gunung hutan, rangka
dalam akan lebih cocok karena bila
menggunakan rangka luar akan
mengganggu
pergerakan
bila
menyangkut pada ranting pohon.
Rangka ransel ini akan berguna
untuk membagi beban agar merata
keseluruh tubuh.
Kapasitas ransel yang dipilih
disesuaikan dengan jumlah barang
yang akan dibawa. Kantungkantung tambahan yang ada pada
ransel lebih bersifat praktis dan
selera pribadi masing-masing.
Ransel yang baik adalah yang
nyaman
dipakai
walaupun
membawa
beban
berat.
Kenyamanan ransel dapat diberikan
dengan pemberian bahan yang
cukup lunak dan lembut dibagian
yang
bersentuhan
dengan
punggung, sabuk ransel dan tali
penyandang yang dapat diatur.
Carilah kombinasi penyetelan yang paling nyaman untuk anda agar beban yang berat tidak terasa
terlalu berat.
Saat ini dipasaran banyak beredar bermacam-macam jenis dan merek ransel. Jangan terlalu terpaku
dengan harga yang mahal karena belum tentu ransel yang lebih murah lebih buruk dari ransel yang
mahal.
Untuk memilih ransel yang paling sesuai dengan kebutuhan harus teliti memilihnya. Untuk perjalananperjalanan tertentu mungkin kita perlu membawa daypack bila kita melakukan perpindahanperpindahan singkat (misal: penelitian, dokumentasi).
PERALATAN NAVIGASI
Peralatan navigasi bisa diibaratkan sebagai mata kita untuk mengetahui lokasi tempat kita berada. Alat
navigasi terdiri dari: kompas,peta, busur derajat/protaktor, pinsil/bolpoin dan sebagainya.
Penjelasan lebih lanjut lihat materi navigasi darat.
PERALATAN MASAK
Peralatan masak terdiri dari :
Kompor lapangan
Bahan bakar
Tempat memasak
Wadah air
Pematik/pembuat api
Sendok garpu
Trangia
Ada bermacam-macam kompor lapangan yang tersedia dipasaran. Yang paling umum saat ini adalah
kompor parafin dan kompor gas. Sedangkan yang relatif baru adalah kompor dengan bahan bakar
spirtus. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Kompor dengan bahan bakar parafin ringkas bentuknya. Namun tidak tahan pada badai angin kencang.
Kompor gas menghasilkan panas yang lebih baik dibanding kompor parafin namun sangat riskan.
Sering terjadi tabung gas meledak karena selang tersumbat.
Kompor dengan bahan bakar spirtus tidak terpengaruh oleh angin dan panas yang dihasilkan lebih baik
dibanding parafin dan gas. Namun bahan bakar yang diperlukan mempunyai volume yang lebih besar
dari parafin
Tempat masak yang biasa digunakan adalah misting yang biasa dipakai oleh kalangan ABRI/ militer.
Ada dua macam bentuk misting yaitu :
kotak
bulat, pilih sesuai selera anda.
Ada bermacam-macam wadah air, yaitu : bool air mineral, vedples, maupun jerigen.
Yang harus diperhatikan adalah, wadah air sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan dan mempunyai
penutup yang rapat.
Pemantik api atau korek api banyak macamnya, ada yang berbentuk batang, dengan bahan bakar gas
ataupun minyak. Kita harus selalu menjaga agar korek api kita dalam keadaan kering. Caranya, untuk
korek api dengan bahan bakar minyak atau gas kita bungkus dengan kantung plastik agar batu
pemantik tidak terkena air. Sedangkan untuk korek api batang, kita dapat memindahkan / menukar
wadah korek dengan tabung film yang kedap air.
LAMPU SENTER
Lampu senter harus disertakan dan baterai cadangan. Gnakan lampu senter dungan kualitas cahaya
yang baik, bentuknya ringkas dan tidak boros. Bila sedang tidak digunakan, untuk mencegah agar
senter tidak menyala secara tidak sengaja, kita dapat mensiasati dengan membalik salah satu baterai
atau memberi isolasi pada salah satu kutub baterai.
Untuk penerangan malam hari dalam waktu yang lama kita dapat menggunakan lilin.
PISAU
Pisau berguna untuk membantu dalam memasak dan membuat api unggun.
Beberapa jenis pisau yang dapat kita bawa adalah :
Golok tebas
Pisau pinggang
Pisau saku multiguna
Pisau harus terbuat dari bahan yang baik seperti baja, ukurannya sesuai dan mempunyai sarung
pelindung. Ada beberapa jenis pisau seperti pisau bowie, pisau lempar, pisau skinner(pengulit) dan
sebagainya. Pisau yang baik biasanya berasal dari swiss.
PERALATAN TIDUR
PELUIT
Peluit yang baik adalah peluit whistle/ pramuka karena bunyinya stabil tidak tergantung kekuatan
meniup.
PERALATAN KHUSUS
Peralatan kusus berkaitan dengan medan dan tujuan perjalanan. Bila akan mengadakan kegiatan
pendakian tebing harus membawa tali static dan dinamic, harnes, dsb. Bila akan mengadakan arung
sungai kita harus membawa peralatan pengarungan. Untuk kegiatan dokumentasi kita harus
menyiapkan peralatan dokumentasi.
PERALATAN TAMBAHAN
Peralatan ini tidak harus dibawa namun untuk kenyamanan ada baiknya disertakan :
Putis, Pembalut betis agar otot-ototnya tetap fit.
Gaiter, Melindungi kaki dari pacet, duri, dan mencegah sepatu kemasukan pasir
Kelambu, Melindungi dari nyamuk dan lebah
Semir sepatu
SURVIVAL KIT
Adalah peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat/kondisi survival.
Isinya antara lain :
Alat menjahit
Alat sol
Tali sepatu cadangan
Korek api
Gunting kecil
Perlengkapan P3K
Alat pancing
Alat jerat
Survival Kits
Dalam batas-batas tertentu rangka yang dimiliki oleh ransel banyak memberikan kenyamanan. Rangka
ini membuat posisi tubuh lebih nyaman saat menggendong beban. Namun bagaimanapun canggihnya
desain ransel yang anda miliki, akan sedikit artinya apabila anda tidak mampu menyusun barangbarang anda dengan baik. Yang perlu diperhatikan antara lain :
Kelompokkan barang-barang sesuai dengan kebutuhan dan bungkus dengan kantong plastik yang
baik terutama pakaian ganti, peralatan navigasi, dsb.
Tempatkan barang-barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan punggung.
Barang-barang yang relative lebih ringan (sleeping bag, pakaian tidur) tempatkan dibagian bawah,
barang yang setiap saat diperlukan ditempatkan di atas.
Matras tidur yang dimasukkan kedalam ransel dapat membantu mempertahankan bentuk ransel dan
mempermudah penyusunan barang kedalam ransel, sehingga menjadi padat.
Buatlah checklist dari semua perlengkapan. Kalau mungkin dengan
beratnya, agar dapat dengan mudah menyusunnya.
Cara menyusun perlengkapan kedalam ransel (lihat gambar) :
1. Benda terberat dekat punggung, antara bahu dan pinggul.
2. Benda yang agak berat
3. Agak ringan dan tidak terlalu padat.
4. Yang teringan diletakkan dibagian atas dan bawah.
PERBEKALAN
Harus mempunyai kandungan gizi, vitamin, dan kalori sesuai kebutuhan tubuh.
Tidak asing bagi tubuh atau mulut
Mudah memasaknya
Tahan lama
Jenis dan rasa yang variatif
Susunan menu yang baik
KESEHATAN PERJALANAN
DAN PENANGANAN GAWAT DARURAT
Dalam perjalanan, kesehatan merupakan komponen utama yang harus kita perhatikan
baik secara individu maupun secara kelompok. Kesehatan ini tidak hanya pada saat
perjalanan saja tetapi harus kita nikmati pula setelah perjalanan. Untuk tujuan itu ada
beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan perjalanan kita yakni :
1. Persiapan fisik
Diluar peralatan dan perlengkapan, fisik dan kesegaran jasmani membutuhkan persiapan yang tak
kalah pentingnya. Fisik yang baik tidak bisa dicapai dalam waktu yang singkat tetapi harus dengan
latihan yang teratur dan kontinyu. Dasar yang paling penting bagi pendaki gunung adalah tenaga
aerobik, sebab kegiatannya sangat dipengaruhi oleh suplai oksigen melalui peredaran darah ke otototot badan. Oleh karena itu harus dilakukan latihan-latihan aerobik secara teratur seperti lari atau
bersepeda.
Selain aerobik, kekuatan dan ketahanan otot juga perlu dilatih. Otot-otot itu adalah otot bahu,
punggung, pinggang, dan kaki. Hal ini dapat dilatih dengan menggunakan beban seperti
mengangkat barbel dan sejenisnya.
2. Persiapan Mental
Meskipun mental seseorang akan terbentuk dengan sendirinya dan sudah bawaan lahir, tetapi
pengembangannya dapat dilakukan secara perlahan-lahan dalam waktu yang panjang, yang salah
satunya dengan meningkatkan latihan fisik. Keseimbangan antara faktor fisik dan mental harus
selalu kita usahakan baik dalam perjalanan maupun kehidupan sehari-hari. Khusus untuk alam
bebas kita harus percaya pada kemampuan kita untuk menangani segala hal. Motivasi yang baik
dapat juga meningkatkan mental. Mendorong motivasi seseorang merupakan hal yang cukup susah,
karena kita harus tahu segala hal mengenai pribadi, pembawaan, sifat dan kegemaran orang
tersebut. Hal ini harus kita lakukan secara hati-hati dan perlahan-lahan sehingga tidak
menyinggung perasaan yang menimbulkan antipati dan mematikan motivasi.
3. Daya Tahan Tubuh
Daya tahan tubuh ini sangat dipengaruhi beberapa faktor antara lain :
a. Kebutuhan oksigen
Oksigen merupakan komponen yang sangat penting bagi proses penyediaan energi dalam tubuh
yang diolah dari makanan. Seringkali harus kita lakukan aklimatisasi untuk menyesuaikan
kemampuan tubuh dengan kadar oksigen disuatu tempat.
b. Kebutuhan cairan
Dalam kondisi normal manusia tidak dapat hidup tanpa air. Manusia dapat hidup 3 hari tanpa
air, tetapi dapat pula mencapai 8 hari dalam suhu 20 sampai 30 derajat.
c. Makanan
Untuk aktifitas alam terbuka jumlah kalori yang diperlukan seseorang adalah 2500 s/d 3500
kalori per hari. Sumber makanan yang dapat kita peroleh untuk kondisi di atas adalah
karbohidrat, lemak, dan protein; dengan komposisi 75% karbohidrat dan 25% lemak.
d. Suhu lingkungan
Suhu lingkungan sangat mempengaruhi daya taha tubuh, karena akan berpengaruh langsung
pada kondisi tubuh yang akan dapat menyebabkan kematian pada suhu dingin dan kejang-panas
atau kematian pada suhu panas. Suhu tubuh manusia lebih mudah menyesuaikan pada suhu
panas daripada suhu dingin, karena suhu lingkungan yang rendah mengakibatkan kalori yang
diperlukan oleh tubuh lebih besar untuk mempertahankan suhu tubuh tetap normal.
POKOK-POKOK P3K
a. Jangan panik bukan berarti lamban dalam bertindak, tetapi tetap tenang sehingga dapat bekerja
secara efektif.
b. Perhatikan pernafasan korban, langkah-langkah yang harus dilakukan :
bebaskan jalan pernafasan
berikan nafas buatan bila korban tidak bernafas
lakukan resusi jantung dan paru-paru jika denyut nadi tidak ada
c. Hentikan perdarahan yang terjadi dengan jalan tekan kuat-kuat tempat perdarahan dengan kasa dan
sapu tangan lalu ikat. Letakkan bagian yang mengalami pendarahan lebih tinggi dari bagian yang
lain. Bila perlu ikat dengan torniquet.
d. Perhatikan tanda-tanda shock dan patah tulang.
e. Jangan berikan makanan dan minuman pada korban yang tak sadar.
f. Jangan terburu-buru memindahkan korban kecuali bila keadaan korban tidak memungkinkan (
korban kebakaran ).
Obat dan Peralatan
a. Obat-obatan
Obat penghilang rasa sakit dan demam seperti aspirin, paracetamol, dll
Obat sakit perut seperti new diatab, oralit, trisulfa, dll
Obat keracunan seperti Norit
Obat anti alergi seperti CTM
Obat anti malaria seperti pil kina
Obat flu dan batuk
Obat tetes mata
Alkohol
Salep luka bakar
Obat gosok seperti balsam, minyak kayu putih
Krim pelindung kulit seperti Pabanox, Sunscream
Krim anti memar seperti trombophop
Chlor ethyl spray
Obat luka baru seperti Bethadine, dll
Master Guide Reinforcement 21
b. Peralatan
Buku petunjuk P3K
Mitella (pembalut segitiga)
Plester
Kasa steril dan kapas
Perban
Gunting, pinset, pisau kecil
Cotton bud, jarum kecil dan peniti
Lampu senter, dll
Jaw trust
Tehnik ini dapat digunakan selain tehnik diatas. Walaupun tehnik ini menguras tenaga, namun
merupakan yang paling sesuai untuk korban dengan cedera tulang belakang. Tahap-tahap untuk
melakukan tehnik ini adalah :
1. Berlutut diatas kepala korban. Letakkan siku pada lantai di kedua sisi kepala korban. Letakkan
tangan di kedua sisi kepala korban.
2. Cengkeram rahang bawah korban pada kedua sisinya. Jika korban anak-anak, gunakan dua atau
tiga jari dan letakkan pada sudut rahang.
3. Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong rahang bawah korban keatas. Hal ini menarik
lidah menjauhi tenggorokan.
4. Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka. Jika perlu, tarik bibir bagian bawah dengan kedua
ibu jari.
Penilaian jalan napas
Patensi (tetap mempertahankan) jalan napas sangat diperlukan untuk pernapasan yang adekuat. Jika
korban sadar dan dapat berbicara dengan baik, maka dapat disimpulkan bahwa jalan napasnya paten
(tidak ada sumbatan). Jika korban mengalami penurunan kesadaran, maka perlu diperhatikan lebih
lanjut mengenai patensi jalan napasnya. Biasanya korban dengan penurunan kesadaran terdapat darah,
muntahan, atau air liur yang berlebihan pada jalan napasnya. Apabila jalan nafas sudah baik dan yakin
tidak ada sumbatan maka diteruskan ke prosedur selanjutnya yaitu breathing (pernapasan).
B : Breathing (Pernapasan)
Defenisi
Bernapas adalah usaha seseorang secara tidak sadar/otomatis untuk melakukan pernafasan. Tindakan
ini merupakan salah satu dari prosedur resusitasi jantung paru (RJP).
Untuk menilai seseorang bernafas secara normal dapat dilihat dari berapa kali seseorang bernapas
dalam satu menit, secara umum :
Frekuensi/jumlah pernapasan 12-20x/ menit (dewasa), anak (20-30x/ menit), bayi (30-40x/ menit)
Dada sampai mengembang
Pernapasan dikatakan tidak baik/tidak normal jika terdapat keadaan berikut ini:
Ada tanda-tanda sesak napas : peningkatan frekuensi napas dalam satu menit
Ada napas cuping hidung (cuping hidung ikut bergerak saat bernafas)
Ada penggunaan otot-otot bantu pernapasan (otot sela iga, otot leher, otot perut)
Warna kebiruan pada sekitar bibir dan ujung-ujung jari tangan
Tidak ada gerakan dada
Tidak ada suara napas
Tidak dirasakan hembusan napas
Pasien tidak sadar dan tidak bernapas
Cek pernapasan dengan melihat dada pasien dan mendekatkan pipi dan telinga ke hidung dan mulut
korban dengan mata memandang ke arah dada korban (max 10 detik)
Master Guide Reinforcement 24
Bila korban masih bernapas namun tidak sadar maka posisikan korban ke posisi mantap (posisikan
tubuh korban miring ke arah kiri) dan pastikan jalan napas tetap terbuka; segera minta bantuan dan
pastikan secara berkala (tiap 2 menit) di cek pernapasannya apakah korban masih bernapas atau
tidak.
Jika korban bernapas tidak efektif (bernapas satu-satu, ngap-ngap, atau tidak bernapas) :
Aktifkan sistem gawat darurat (bila ada orang lain minta orang lain untuk
mencari/menghubungi gawat darurat)
Buka jalan napas dengan menengadahkan kepala korban dan menopang dagu korban (head tilt
dan chin lift)
Pastikan tidak ada sumbatan dalam mulut korban; bila ada sumbatan dapat dibersihkan dengan
sapuan jari-balut dua jari anda dengan kain dan usap dari sudut bibir sapu ke dalam dan ke arah
luar
Berikan napas buatan dengan menarik napas biasa lalu tempelkan bibir anda ke bibir korban
dengan perantaraan alat pelindung diri (face mask, face shield) lalu hembuskan perlahan >1
detik sambil jari tangan anda menutup hidung korban dan mata anda melihat ke arah dada
korban untuk menilai pernapasan buatan yang anda berikan efektif atau tidak (dengan naiknya
dada korban maka pernapasan buatan dikatakan efektif)
Berikan nafas buatan 2x lalu periksa denyut nadi korban (menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah raba bagian tengah jakun, lalu geser ke arah samping hingga teraba lekukan di pinggir
jakun tersebut) didaerah leher seperti pada gambar; bila tidak ada denyut maka masuk ke
langkah CPR.
Bila ada denyut nadi maka berikan napas buatan dengan frekuensi 12x/menit/1 tiap 5 detik
sampai korban sadar dan bernapas kembali atau tenaga paramedis datang; dan selalu periksa
denyut nadi korban apakah masih ada atau tidak setiap 2 menit
C : Circulation (Sirkulasi)
Defenisi
Sistem sirkulasi atau pompa darah pada tubuh manusia dilakukan oleh jantung. Jantung berfungsi
memompa darah ke seluruh tubuh. Pada keadaan henti jantung dimana jantung berhenti berdenyut dan
berhenti memompakan darah ke seluruh tubuh, maka organ-organ tubuh akan kekurangan oksigen.
Organ yang paling rentan untuk terjadi kerusakan akibat kekurangan oksigen adalah otak. Hal ini
disebabkan karena sel-sel otak mengkonsumsi energi yang berasal dari oksigen saja. Tanpa oksigen,
proses hidup sel otak akan terganggu. Dalam waktu 4-6 menit tanpa oksigen, sel-sel otak akan mulai
mengalami kerusakan. Setelah 8-10 menit sel otak akan rusak permanen.
Tindakan resusitasi jantung paru diharapkan dapat membantu mengalirkan darah ke seluruh
tubuh walaupun tidak seoptimal kerja jantung. Untuk membantu sirkulasi dapat dilakukan
kompresi jantung atau kompresi dada.
Tanda-tanda henti jantung
Pada korban yang dicurigai terjadi henti jantung harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dilakukan
kompresi jantung. Korban yang mengalami henti jantung sudah pasti dalam keadaan tidak sadarkan
diri. Periksa segera jalan nafas dan apakah ada usaha bernafas (Breathing). Setelah itu kita periksa
denyut jantung dengan meraba denyut arteri karotis. Dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
raba bagian tengah jakun, lalu geser ke arah samping hingga teraba lekukan di pinggir jakun tersebut.
Rasakan denyut hingga 10 detik. Bila tidak dirasakan sama sekali denyut jantung lakukan kompresi
dada.
Langkah-langkah kompresi jantung :
1.
2.
3.
4.
9. Lakukan kompresi ini sebanyak 30 kali kemudian diselingi dengan nafas buatan sebanyak 2 kali.
Ini merupakan satu siklus.
10. Setelah lima siklus, dapat diperiksa kembali apakah sudah ada denyut jantung. Bila belum ada,
ulangi kembali siklus.
Bila dilakkan dengan benar, kompresi dada luar dapat menghasilkan tekanan sistolik lebih dari 100
mmHg, dan tekanan rata - rata 40 mmHg pada arteri karotis.
GANGGUAN UMUM
Adalah terganggunya fungsi seluruh tubuh akibat suatu kecelakaan.
Macam gangguan umum :
1. Lena
Penyebab berkurangnya peredaran darah ke otak yang disebabkan oleh emosi yang hebat, rasa
nyeri, keadaan lemah setelah sakit, terlampau banyak mengeluarkan tenaga dalam kondisi perut
kosong, gejala yang timbul pada korban seperti : Pusing, telinga berdenging, mual, mata
berkunang-kunang, keluar keringat dingin, dan denyut nadi lemah.
Pertolongan :
Tidurkan telentang korban dan kepala agak rendah, longgarkan pakaian dan usahakan korban
menghirup udara segar. Kemudian beri selimut agar badan segar kembali. Setelah korban sadar dan
dapat minum beri air hangat.
2. Shock
Disebabkan karena jumlah darah yang beredar dalam pembuluh darah sangat kurang dan
merupakan kelanjutan dari lena. Gejala yang timbul pada korban :
Seperti gejala pada lena, yang banyak disebabkan oleh pendarahan (ke luar maupun ke dalam) dan
luka bakar yang cukup luas sehingga korban pingsan.
Pertolongan :
Baringkan korban di tempat yang segar udaranya dengan kepala lebih rendah dari kaki (kecuali jika
ada luka di kepala), tenangkan korban dan hentikan pendarahan yang terjadi dan secepatnya dibawa
ke Rumah sakit.
3. Pingsan
Kondisi dimana fungsi otak terganggu sedemikian rupa sehingga korban tidak sadarkan diri.
Gejala yang timbul :
Tidak menyahut jika dipanggil, tidak bereaksi saat diberi rangsangan, biasanya korban terbaring
tidak bergerak tetapi pernapasan dan denyut nadi ada.
Pertolongan :
Baringkan korban di tempat teduh dan segar, miringkan kepala korban supaya korban muntah,
longgarkan pakaiannya dan selimuti agar tidak kedinginan, dan scepatnya bawa korban ke RS
untuk mendapat pertolongan lebih lanjut.
4. Mati Suri
Adalah keadaan lanjut dari pingsan dimana pernapasan tidak nampak, denyut nadi hilang, biji mata
melebar dan tidak bereaksi terhadap penyinaran, muka pucat agak kebiruan.
Pertolongan :
Baringkan korban telentang, dan longgarkan pakaian korban; hilangkan segala barang yang dapat
menyumbat pernapasan kemudian lakukan pernapasan buatan atau kalau perlu pijat jantung. Segera
hubungi dokter untuk penanggulangan lebih lanjut.
5. Penyakit pegunungan
Sering disebut Mountain Sickness yang diakibatkan makin berkurangnya kadar oksigen pada
daerah yang tinggi yang akan mempengaruhi aktivitas pendaki karena kekurangan suplai oksigen
atau hipoksia.
Gejala :
Korban pusing, letih, rasa kantuk yang hebat, mual, pucat, sesak napas, kemudian tubuh menjadi
panas, perasaan gelisah, telinga berdenging, dan sukar tidur.
Pertolongan :
Beri istirahat yang cukup sehari atau dua hari, bila tidak ada perubahan bawa korban ke tempat
yang lebih rendah.
6. Gangguan setempat
Adalah kecelakaan yang terasa sakit pada bagian tubuh yang terkena
Macam gangguan setempat :
a. Luka
Macam-macam luka :
Luka iris
Luka tusuk
Master Guide Reinforcement 28
Luka memar
Luka robek
Pertolongan yang harus diberikan dengan menghentikan perdarahan mencegah infeksi dan
kerusakan lebih lanjut dengan cara-cara yang mudah dan cepat.
b. Luka gigitan ular
Untuk jenis ulat Colubridae (ular belang, sendok/kobra), tanda-tanda gigitannya tidak begitu
jelas tetapi langsung mempengaruhi susunan saraf. Biasanya disertai sesak napas dan luka
gigitan tidak terasa tetapi sangat mematikan.
Untuk jenis ular Viperidae (ular puspa, ular tanah), tanda-tandanya gigitannya akan
menimbulkan bercak darah diseluruh tubuh disertai batuk dan kencing darah karena
mempengaruhi sistem peredaran darah. Luka gigitannnya terasa nyeri dan bengkak.
Berdasarkan tipe gigi bisa, ular dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu :
Aglypha : tidak mempunyai gigi bisa, seperti sanca
Phistoglypha : mempunyai gigi bisa dibelakang, misalnya ular cincin emas
Proteroglypha : mempunyai gigi bisa didepan yang efektif untuk menyalurkan bisa
Solenoglipha : mempunyai gigi bisa di depan dan dapat dilipat.
Macam-macam bisa :
Neurotoksin : menyerang saraf dan bersifat bertentangan dengan transmisi jaringan syaraf.
Menyebabkan kelumpuhan pada alat pernafasan dan rusaknya jeringan otak.
Hemotoksin : menyerang darah dan sistem peredarannya, menguraikan protein,
menyebabkan sel darah rusak.
Kardiotoksin : menyerang otot jantung
Miktotoksin : menyerang cairan tubuh
Jika kita mengamati dengan teliti, ada beberapa hal
yang dapat membedakan ular yang berbisa tinggi dan
berbisa rendah. Beberapa ciri dibawah adalah petunjuk
umum yang bisa digunakan, meskipun belum secara
tepat menunjukkan tingkatan bisa ular.
a. Ular berbisa rendah
Gerakannya cepat, takut pada musuh, agresif
Beraktifitas pada siang hari
Jika luka gigitan terdapat dua titik yang nyata, berarti berbisa tinggi
Jika luka gigitan membentuk huruf U dengan jumlah luka banyak berarti tidak berbisa.
Jika tidak dapat mengenali jenis ular, anggap bahwa itu ular yang berbisa tinggi dan
selanjutnya, usahakan untuk menghafalkan ciri ciri ular itu dan jika perlu, bunuh ular
tersebut untuk di bawa ke bagian medis.
Enam
Lakukan tindakan pertolongan pertama
Penanganan gigitan ular tidak berbisa.
Hanya akan menimbulkan luka sobek atau luka lecet dan gatal.
-
d.
e.
f.
g.
Ambil sengat yang tertinggal, cuci bekas sengatan dengan air garam kemudian air hangat
beberapa kali. Untuk ubur-ubur dengan alkohol, amoniak atau dengan aseton. Oleskan obat
gosok untuk mengurangi rasa sakit.
Patah Tulang
Macam patah tulang : terbuka (tulang menonjol keluar dan berhubungan langsung dengan udara
luar) dan tertutup.
Tanda-tanda patah tulang : sakit pada bagian yang patah bila tersentuh atau digerakkan, tidak
bisa digerakkan, sekitar luka bengkak dan kebiruan atau tulang mencuat keluar.
Pertolongan :
Pada luka tertutup tidak perlu membuka pakaian yang menutupi seperti pada patah tulang
terbuka. Bila terjadi perdarahan lakukan perawatan, lakukan pembidaian yang ditentukan, dan
segera bawa ke RS.
Syarat pembidaian :
Panjang bidai cukup untuk luka
Bidai harus pipih, lembut, dan empuk
Ikatan cukup jumlahnya dan tidak terlalu ketat atau longgar
Ikatan dilakukan pada atas dan bawah luka
Pendarahan
Cara menghentikan pendarahan :
Tekan ditempat pendarahan dengan setumpuk kasa steril atau kain bersih dilipat tebal, tutup
daerah luka dan tekan, segera bawa ke RS. Selama itu angkat bagian yang terluka lebih
tinggi dari letak jantung.
Tekan pada tempat-tempat tertentu, seperti pangkal pembuluh nadi yang terluka.
Tekan dengan tourniquet
Torniquet adalah balutan yang menjepit sehingga aliran darah dibawahnya terhenti.
Caranya :
Buat ikatan pada anggota tubuh yang cidera
Selipkan batang kayu dibawah ikatan tersebut
Kencangkan dengan memutar kayu tersebut
Agar kedudukan kayu tidak berubah, ikat ujung satunya
Torniquet hanya dilakukan pada luka pendarahan hebat, kendurkan selama 30 detik tiap 10
menit.
Terkilir
Disebabkan adanya hentakan yang keras terhadap sebuah sendi dengan arah yang salah
sehingga jaringan pengikat antara tulang rusak dan menimbulkan pendarahan yang
menggumpal dibawah kulit, menyebabkan pembengkakan.
Pertolongan :
Kompres bagian yang terluka dengan es selama 30 menit dan balut dengan pembalut elastis
atau mitella.
Keracunan
1) Racun yang ditelan
Makanan. Tindakan utama adalah dengan mengusahakan makanan yang ditelan keluar
dengan menekan langit-langit tenggorokannya dengan jari. Kemudian beri norit atau
arang yang telah ditumbuk dan dilarutkan ke air.
Alkohol. Usahakan agar muntah dan bilas lambung dengan soda kue (1 sendok teh
dalam segelas air) tiap jam. Dapat pula diberikan kopi pekat.
Obat. Usahakan korban muntah dan beri kopi pekat. Bilas lambung dengan usu atau
soda kue, rangsang supaya korban muntah. Bila racun termakan lebih dari 3 jam
pembilasan lambung tidak boleh dilakukan apabila racunnya bersifat korosif seperti
korosif sepert asam, basa keras, bensin dan minyak tanah.
2) Racun yang terisap
Pertolongannya : singkirkan korban dari tempat keracunan ke tempat berudara segar dan
berikan pernapasan buatan.
3) Racun melalui kulit
Pertolongannya : lepas pakaian yang terkena racun dan bilas kulit dengan air mengalir.
2. Teknik Evakuasi
a. Mengusung untuk jarak dekat
Apabila korban tidak menunjukkan tanda-tanda patah tulang
leher, tulang belakang, tulang tengkorak, dan gegar otak; maka
korban dapat ditarik.
b. Melalui lorong sempit
Apabila korban pingsan dan harus kita bawa keluar dari
terowong atau lorong, ikat tangan korban dan gantungkan pada
leher penolong, penolong merangkak.
c. Dengan selimut
Digunakan untuk mengusung korban yang pingsan sebagai ganti
tandu.
d. Korban yang sadar tetapi tidak bisa jalan sendiri dapat kita usung.
e. Mengusung korban yang tidak mampu berjalan.
Cara mengusung korban yang tidak mampu berjalan sendiri dan lemas.
Meskipin sadar, korban hanya mampu menggantungkan tangannya secara
pasif di leher penolong.
f. Mengusung korban yang membutuhkan sedikit bantuan.
Cara mengusung korban yang sadar, mampu berjalan dan hanya
memerlukan bantuan.
NAVIGASI DARAT
Navigasi darat merupakan teknik menentukan posisi dan arah lintasan di peta maupun
pada medan sebenarnya (khususnya di daratan). Keahlian ini sangat mutlak dimiliki oleh
penggemar kegiatan alam terbuka karena akan memudahkan perjalanan kita ke daerah
yang khususnya belum kita kenal sama sekali. Disamping itu, keahlian ini sangat
berguna dalam usaha pencarian korban kecelakaan, tersesat atau bencana alam. Untuk itu dibutuhkan
pemahaman kompas dan peta serta teknik penggunaannya
PETA DARAT
Hakekat Peta
Peta adalah gambaran permukaan bumi diatas bidang
datar dalam ukuran diperkecil yang kebenaranya dapat
dipertanggung jawabkan secara visual atau matematis
yang menyajikan informasi tentang bumi.
Macam Peta
Secara
menyeluruh peta
dapat digolongkan
berdasarkan skala/kedar tujuan penggunaan cakupan
daerah proyeksi gambar tanda dan simbol peta
kecocokan informasi tingkat ketelitian survei proses
terjadinya dan isi/ informasinya.
Dari sudut pandang isi/informasi yang dimuat suatu
peta terdapat 2 jenis peta berdasar golongan ini, yakni :
Peta topografi
Peta tematik
Peta topografi inilah yang kita gunakan dalam kegiatan navigasi darat
.
PETA TOPOGRAFI
UMUM
Topografi merupakan gabungan kata topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti menggambar
yang berasal dari bahasa Yunani kuno.
Jadi peta topografi berarti peta yang menggambarkan posisi mendatar dan posisi tegak dari semua
benda yang membentuk atau berada di permukaan bumi.
Isinya terdiri dari 4 ciri, yakni : relief (ketinggian), perairan (seperti Sungai danau), tumbuhan (hutan,
semak, kelapa) dan hasil budaya manusia (jalan raya, bangunan, jembatan). Peta ini biasa di sebut peta
umum karena isinya yang lebih lengkap.
Master Guide Reinforcement 40
utara) dapat kita abaikan. Tetapi untuk kepentingan yang membutuhkan ketelitian yang tinggi, kondisi
diatas harus ikut kita perhitungkan juga
Iktilaf Peta adalah beda sudut antara utara sebenarnya dengan utara peta, yang terjadi karena
perataan jarak paralel garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal yang di gambarkan
pada peta, atau sudut antara US dan UP.
Iktilaf Magnetis adalah beda sudut antara utara sebenarnya dengan utara megnetis. IM kebarat
apabila ujung jarum kompas ada di sebelah barat US Sebaliknya IM ketimur apabila ujung jarum
kompas ada di sebelah timur US
Iktilaf Peta-Magnetis, adalah beda sudut utara peta dengan utara magnetis
Variasi Magnetis, adalah perubahan/ pergeseran sudut utara megnetis dari waktu ke waktu.
Pergeseran positif menunjukan pergeseran kearah timur sedang negatif berarti pergeseran kearah
barat.
SKALA
Skala atau kedar adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak mendatar di medan. Terdapat 2
jenis skala pada peta, yakni skala angka dan skala garis. Untuk skala angka, perbandinagan langsung
ditunjukan dalam satuan yang sama (cm) sedang pada skala garis terdapat beberapa ruas garis yang
masing-masing menunjukan jarak tertentu (km).
Kontur
Adalah garis khayal diatas permukaan bumi yang menghubungkan titik-titik yang tingginya sama. Sifat
dari kontur adalah :
Pebedaan tinggi antara 2 kontur adalah setengah dari angka ribuan pada skala yang dinyatakan
dalam satuan meter.
Kontur yang rendah selalu mengelilingi kontur yang lebih tinggi, kecuali pada kawah/depresi
Antar kontur tidak akan saling berpotongan
Kontur yang menjorok kedalam merupakan lembahan dan bisa terdapat sungai
Kontur yang menjorok keluar merupakan punggungan.
Kontur terputus-putus menyatakan ketinggian setengah atau lebih dari perbedaan tinggi antara 2
buah kontur berurut.
Makin rapat kontur menunjukan daerah yang makin terjal/curam.
Mengenal Tanda Medan
Disamping legenda sebagai pengenal tanda medan, bentukanbentukan alam yang cukup mencolok dan
mudah dikenali dapat kita pergunakan juga sebagai tanda medan. Tanda medan harus kita ketahui dan
kita cocokan pada peta sebelum kita memulai pengembaraan.
Tanda Medan yang cukup mudah untuh di amati dapat berupa :
Puncakan gunung atau bukit dan bentukan-bentukan tonjolan lain yang cukup ekstrim,
Punggungan merupakan rangkaian kontur yang menyerupai huruf U menjorok menjauhi puncak
Lembahan merupakan rangkaian kontur yang menyerupai huruf V menjorok mendekati puncak.
Saddle, daerah pertemuan 2 ketinggian
Master Guide Reinforcement 42
kompas orienteering
Cara Pemakain Kompas
Dalam pemakaiannya, usahakan dalam keadaan Horisontal dengan arah garis utara megnetis bumi.
Hindarkan benda-benda yang terbuat dari besi/baja agar tidak terjadi penyimpangan dalam penunjukan
jarum kompas.
Busur derajat atau Protaktor
Busur derajat atau protaktor terdapat beberapa bentuk derajat yang dapat kita gunakan yakni lingkaran,
setengah lingkaran, segi empat dari bujur sangkar, tetapi untuk kepraktisan dan kelengkapannya,
protaktor lebih menjanjikan, karena disamping pembagian arah mata angin dalam derajat dan mil juga
tersedia skala pengukuran panjang dan tali pusat untuk memperpanjang pengikiran dan mempermudah
perhitungan azimuth dan back azimuth.
ketinggian dan peralatan tercanggih untuk menentukan posisi secara langsung dengan menggunakan
bantuan satelit yakni GPS (Global Positioning System)
Menentukan Koordinat
Koordinat adalah kedudukan sesuatu pada peta, yang merupakan pertemuan garis tegak dan mendatar
dari suatu lembaran peta topografi.
Sistem koordinat yang resmi ada dua macam :
Koordinat Geografis, sering disebut sistem Garis Bujur dan Lintang.
Sumbu yang digunakan adalah garis Bujur ( Bujur barat dan Timur) yang tegak lurus terhadap
Khatulistiwa dan garis lintang (lintang Utara dan Selatan) yang sejajar dengan khatulistiwa.
Koordinat ini dinyatakan dalam satuan menit, derajat, dan detik.
Koordinat Grid, dalam sistem ini kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap
titik acuan (Grid). Untuk wilayah Indonesia titik acuan nol terdapat di sebelah barat Jakarta pada 60
derajat LU dan 98 derajat BT (tergantung versi peta) . Cara pembacaanya selalu dari barat ke timur
(kiri ke kanan) kemudian dari Selatan ke Utara ( bawah ke atas). Sistem ini dapat di bagi beberapa
cara pembacaan yaitu 4 angka, 6 angka, 8 angka, dst.
e. Setalah sampai pada tanda medan itu bidikkan kompas kembali kebelakang sesuai sudut back
azimut dari tanda medan tersebut untuk mengecek apakah kita masih berada pada lintasan yang
diingikan. Bergeraklah ke kiri atau ke kanan untuk mendapatka back azimuth yang benar.
f. Seringkali tidak ada tanda-tanda medan yang dapat dijadikan sasaran. Dalam hal ini, anda dan
seseorang rekan menjadi tanda tersebut.
3. RESECTION
Digunakan untuk mengetahui posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan
yang kita kenal. Tidak semua tanda medan harus kita bidik, seperti ketika kita sedang berada di tepi
sungai lainnya yang di bidik.
Langkah-langkah Resection :
a. Lakukan orientasi peta
b. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan dipeta, minimal dua buah ( B dan C)
c. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut
d. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita
e. Pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya (Back Azimuth)
f. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta (A)
4. INTERSECTION
Cara ini digunakan untuk mengetahui atau untuk menentukan posisi suatu titik atau benda di medan
pada peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan.
Langkah-langkahnya :
a.
b.
c.
d.
e.
GPS (Global Positioning System) merupakan sistem navigasi satelit yang dikembangkan oleh
Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US DoD = United States Department of Defense). GPS
memungkinkan kita mengetahui posisi geografis kita (lintang, bujur, dan ketinggian di atas permukaan
laut). Jadi dimanapun kita berada di muka bumi ini, kita dapat mengetahui posisi kita dengan tepat.
GPS terdiri dari 3 segmen: Segmen angkasa,
kontrol/pengendali, dan pengguna, dimana :
Segmen angkasa: terdiri dari 24 satelit yang
beroperasi dalam 6 orbit pada ketinggian 20.200
km dan inklinasi 55 derajat dengan periode 12 jam
(satelit akan kembali ke titik yang sama dalam 12
jam).
Satelit tersebut memutari orbitnya sehingga
minimal ada 6 satelit yang dapat dipantau pada titik
manapun di bumi ini. Satelit tersebut mengirimkan
posisi dan waktu kepada pengguna seluruh dunia.
*(Berdasarkan pengalaman penggunaan untuk
wilayah Indonesia [pertambangan dari Sumatra
sampai Papua], pukul 04.00-08.00 dan 16.00-20.00
merupakan waktu tidak optimal penerimaan sinyal
satelit untuk pengukuran teliti.
Segmen Kontrol/Pengendali: terdapat pusat pengendali utama yang terdapat di Colorodo Springs, dan 5
stasiun pemantau lainnya dan 3 antena yang tersebar di bumi ini. Stasiun pemantau memantau semua
satelit GOS dan mengumpulkan informasinya.
Master Guide Reinforcement 49
Stasiun pemantau kemudian mengirimkan informasi tersebut kepada pusat pengendali utama yang
kemudian melakukan perhitungan dan pengecekan orbit satelit. Informasi tersebut kemudian dikoreksi
dan dilakukan pemuktahiran dan dikirim ke satelit GPS.
Segmen Pengguna: Pada sisi pengguna dibutuhkan penerima GPS (selanjutnya kita sebut perangkat
GPS) yang biasanya terdiri dari penerima, prosesor, dan antena, sehingga memungkinkan kita
dimanapun kita berada di muka bumi ini (tanah, laut, dan udara) dapat menerima sinyal dari satelit
GPS dan kemudian menghitung posisi, kecepatan dan waktu.
Cara Kerja GPS:
Setiap satelit mentransmisikan dua sinyal yaitu L1 (1575.42 MHz) dan L2 ( 1227.60 MHz). Sinyal L1
dimodulasikan dengan dua sinyal pseudo-random yaitu kode P (Protected) dan kode C/A
(coarse/aquisition). Sinyal L2 hanya membawa kode P. Setiap satelit mentransmisikan kode yang unik
sehingga penerima (perangkat GPS) dapat mengidentifikasi sinyal dari setiap satelit. Pada saat fitur
Anti-Spoofing diaktifkan, maka kode P akan dienkripsi dan selanjutnya dikenal sebagai kode P(Y)
atau kode Y.
Perangkat GPS yang dikhususkan buat sipil hanya menerima kode C/A pada sinyal L1 (meskipun pada
perangkat GPS yang canggih dapat memanfaatkan sinyal L2 untuk memperoleh pengukuran yang lebih
teliti.
Perangkat GPS menerima sinyal yang ditransmisikan oleh satelit GPS.
Dalam menentukan posisi, kita membutuhkan paling sedikit 3 satelit untuk penentuan posisi 2 dimensi
(lintang dan bujur) dan 4 satelit untuk penentuan posisi 3 dimensi (lintang, bujur, dan ketinggian).
Semakin banyak satelit yang diperoleh maka akurasi posisi kita akan semakin tinggi. Untuk
mendapatkan sinyal tersebut, perangkat GPS harus berada di ruang terbuka. Apabila perangkat GPS
kita berada dalam ruangan atau kanopi yang lebat dan daerah kita dikelilingi oleh gedung tinggi maka
sinyal yang diperoleh akan semakin berkurang sehingga akan sukar untuk menentukan posisi dengan
tepat atau bahkan tidak dapat menentukan posisi.
ILMU PENAKSIRAN
Dalam suatu perjalanan, terkadang kita dihadapkan pada suatu keadaaan yang
mengharuskan untuk menaksirkan terlebih dahulu kondisi medan yang akan dihadapi.
Maksudnya agar saat melewati medan tersebut kita tidak terjebak dalam kesulitan.
Misalnya, sebelum menyeberangi sungai, kita harus menaksir lebar sungai, kedalaman,
serta kecepatan arusnya. Peramalan bentuk awan, suara deburan pantai, bau-bauan yang berbahya, dll.
Penaksiran
Adalah proses mengetahui sejumlah hal di alam melalui panca indera, anggota tubuh, dan pengalaman,
terkadang dengan bantuan alat yang minimal.
Panca Indra
Rasa : membedakan manis, asin, asam, kecut atau kombinasi (tawar, payau, asin, asam)
Cium : mendeteksi sejumlah wewangian seperti harum, busuk, tengik, anyir atau kombinasinya (ular,
macan, babi, pantai, mayat)
Dengar : mengartikan dengungan suara yang dapat terjangkau oleh telinga (debur ombak, suara air
terjun, riam, kesunyian)
Raba : mengartiakan sentuhan-sentuhan kulit terhadap alam sekitar (dingin, kasar, halus, kesat atau
kombinasinya)
Lihat : mengartikan cahaya dari sumber cahaya tersebut (siluet, awan, gerak air)
Hasil penaksiran yang didapat tidak tepat benar. Semakin cermat dalam proses penaksiran akan
semakin teliti hasil penaksirannya. Untuk mempermudah penaksiran sebaiknya kita mengetahui
sebanyak mungkin segala sesuatu yang dapat dijadikan standar pengukuran, seperti :
a. Bagian-bagian tubuh sendiri :
Panjang rentang tangan
Panjang jengkal jari
Lebar langkah kaki
Panjang telapak kaki
Tinggi badan (jongkok, berdiri)
Kecepatan jalan, setengah berlari, dan berlari
Berat badan
Dan lain-lain
b. Benda-benda yang dibawa dalam perjalanan
Ukuran syal
Sabuk
Dan lain-lain
Karena pada hulu sungai penampang dasar sungai cenderung berbentuk huruf V, maka
kedalaman di beberapa tempat dalam arah melebar adalah tidak sama. Selain itu di bagian
tengah sungai yang dalam akan menyulitkan pengukuran.
b. Di Hilir / Muara
Sungai di daerah hilir atau muara cenderung berbentuk huruf U, maka cara mengukurnya sama
seperti di atas tetapi cukup pada satu titik saja.
Secara praktis kedalaman sungai dapat ditaksir dari keadaan permukaan sungai. Bila permukaan
sungai beriak-riak pada sungai yang cukup lebar diperkirakan kedalaman sungai tersebut sekitar
satu meter. Sebaliknya bila permukaan tersebut tenang, diperkirakan kedalamannya lebih dari
dua meter.
Cara II :
Letakkan benda terapung di sungai (sembarang tempat), tandai
Sekitar 15 meter dari titik peletakan, tandai tempat tersebut
Mulailah berjalan mengikuti benda tadi dengan kecepatan yang dapat diperkirakan sambil
menghitung waktu yang diperlukan untuk sampai di suatu tempat yang dirasakan cukup
(sekitar lima puluh langkah). Tandai tempat berhenti sebagai titik B
Tandai letak benda di sungai sebagai titik X
Ukur jarak AB dan AX
Arus sungai sama dengan jarak (AB/AX) x kecepatan langkah.
Catatan :
Benda terapung yang dihanyutkan sebisa mungkin mendekati bagian tengah sungai.
Kecepatan terbesar pada sungai lurus adalah bagian tengahnya dan terkecil adalah pada
bagian tepi
4. Menaksir Tinggi
a. Menaksir tinggi pohon dengan bayangan, caranya :
Kita berdiri disamping pohon yang
akan diukur (tandai dengan titik A)
Perhatikan ujung bayangan badan kita
(tandai dengan titik B) dan ujung
bayangan pohon (tandai dengan titik
C)
Ukur AB dan AC
Tinggi pohon = (AC/AB) x tinggi
badan
5. Menaksir Waktu
Dapat digunakan Naismiths Rule (aturan Naismith). Cara tersebut merupakan cara klasik dalam
memperkirakan waktu tempuh. Menurut aturan ini kecepatan rata-rata orang berjalan di medan
horizontal adalah 5 km/jam dan setiap kecepatan 300 meter ditambah 0,5 jam. Untuk kecepatan
turun digunakan rumus : setiap penurunan 300 m, waktu tempuhnya 5 km/ jam ditambah 10 menit.
6. Menaksir Jarak
Dalam operasi SAR seringkai harus memperkirakan jarak benda yang terlihat, misalnya benda
milik survivor. Untuk memperkirakan jarak tersebut bisa dipergunakan tabel berikut :
Cermin survival : 1,6 . 3,2 km
Asap putih : 19,2 km
Cahaya senter dua baterai malam hari : 3,2 km
Catatan :
Objek tampak dari ketinggian 150 meter.
7. Menaksir Cuaca
Tanda-tanda cuaca untuk melakukan penaksiran :
Merah pada malam hari pertanda cuaca baik
Merah pada pagi hari pertanda akan turun hujan
Kuning pada saat matahari tenggelam pertanda angin
Kuning pucat pada saat matahari tenggelam pertanda akan turun hujan
Embun dan kabut pada pagi-pagi benar pertanda cuaca akan baik
Awan halus pertanda cuaca bagus
Awan terbatas pertanda angin
SURVIVAL
Bertahan Hidup Dalam Kondisi Darurat
A. Apa saja perlengkapan yang dibutuhkan dalam menghadapi suatu musibah
B. Bagaimana menanggulangi dan mencari solusi terhadap musibah yang dihadapi
C. Hal-hal apa saja yang dapat membuat kita tetap bertahan dalam suatu musibah.
D. Dapat mempersiapkan diri dalam menanggulangi suatu bencana
E. Telah siap prosedur bilamana bencana terjadi
F. Dapat menjadi leader dalam menghadapi bencana
Apa itu survival ?
Survival berasal dari bahasa Ingris : Survive atau to Survive yang artinya bertahan hidup. Yang
dimaksud disini adalah kemampuan untuk bertahan hidup dari keadaan yang kurang menguntungkan
sampai terjalin komunikasi dengan pihak luar. Survival dapat juga diartikan sebagai upaya untuk
mempertahankan hidup dan keluar dari keadaan yang sulit atau kritis.
Bagi para petugas SAR, survival adalah usaha dalam keadaan terbatas untuk mengolah kebutuhan
pendukung SAR secara maksimal dengan memanfaatkan factor alam yang ada disekitarnya sehingga
kegiatan operasi SAR masih terlaksana.
Prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang survivor, yaitu :
S. (Size Up the Situation), pandailah dalam menilai situasi, setiap kondisi lingkungan dan perubahanperubahannya harus betul-betul diperhatikan agar selamat.
U. (Undue Haste Make Taste), jangan tergesa-gesa, biar lambat asal selamat. Setiap tindakan
hendaknya dipikirkan untung ruginya. Kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat berakibat
kematian.
R. (Remimber Where You Are), Ingat dimana kamu berada. Baik posisi harfiah yang berarti lokasi
dimana berada maupun posisi yang berarti kondisi dan kedudukan diri pada saat itu.
V. (Vanquish fear and panic), Kuasai diri dari rasa takut dan panic yang dapat menumpulkan nalar
dan pikiran yang jernih.
I. (Improvise), Perbaiki diri dari kesulitan. Gunakan segenap kemampuan dan pengetahuan untuk
keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi.
V. (Value living), Hargailah kehidupan. Jangan sia-siakan hidup dengan mengambil keputusan yang
ceroboh. Buang jauh-jauh pikiran dari keinginan bunuh diri.
A. (Act like the native), Sesuaikan diri dengan penduduk setempat, sesuaikan dirimu dengan
lingkungan sekitarmu.
L. (Learn basic skill), Pelajari dasar-dasar pengetahuan dan latihlah kemampuan dialam bebas.
Survival adalah tindakan yang paling awal dilakukan oleh setiap makhluk hidup untuk
mempertahankan kehidupannya dari berbagai ancaman. Survival itu sendiri akan berhasil serta mampu
mempertahankan diri dari suatu keadaan buruk dan krisis.
Surviver adalah manusia yang sedang mempertahankan dirinya dari keadaan yang buruk.
Berdasarkan jenis medannya, Survival dapat dikategorikan menjadi 4 bagian:
1. Survival di hutan (Jungle Survival)
2. Survival di laut (Sea Survival)
3. Survival di padang pasir (Desert Survival)
4. Survival di daerah kutub (Antartic Survival)
Jika dilihat dari kondisi alam di indonesia, maka pengetahuan akan survival ini harus juga kita
sesuaikan dengan iklim tropis yang ada di negara kita. Di Indonesia daerah yang di temui adalah
kondisi hutan belantara, rawa, sungai, padang ilalang, gunung berapi, dsb.
Tiga hal tersebut yang harus kita perhatikan dalam melakukan survival:
1. Permasalahan serta problem yang dihadapi.
2. Teknik atau tindakan yang harus dilakukan.
3. Dan faktor-faktor lain yang berpengaruh.
Permasalahan serta problem yang di temui:
1. Masalah yang ada di alam itu sendiri.
2. Masalah yang menyangkut diri kita sendiri.
3. Masalah yang berhubungan dengan makhluk hidup lain yang ada di alam itu sendiri.
A. Faktor fisik
Bila kita tidak mempersiapkan fisik dengan baik, maka belum tentu kita akan mampu melakukan
perjalanan serta tidak akan mampu membawa perbekalan yang dibutuhkan dalam perjalanan di alam
bebas.
B. Faktor mental
Bila kita mempersiapkan mental dengan baik, besar kemungkinan kita mengalami kesulitan.
Misalnya takut akan kegelapan, takut kehujanan, dsb. Dalam melakukan kegiatan olah raga
petualangan di alam bebas.
C. Faktor pengetahuan serta ketrampilan
Merupakan hal yang penting bagi mereka yang menyukai jenis kegiatan olah raga petualangan di
alam bebas ini. Karena jika tidak memiliki suatu ketrampilan dapat membawa kita pada suatu
saatnya nanti kita menghadapi kesulitan. Misalnya makanan serta minuman yang kita bawa
kehabisan. Apa yang harus kita perbuat untuk dapat bertahan hidup, atau perlengkapan apa yang
layak kita bawa dalam perjalanan agar kita tetap dapat melakukan kegiatan dengan baik.
D. Faktor yang berhubungan dengan makhluk lain
Dalam suatu perjalanan suatu kegiatan olah raga petualangan di alam bebas, kita akan menemukan
kelompok penduduk di daerah yang mungkin saja tidak menginginkan akan kedatangan kita atau
orang baru.
Untuk itu kita harus mengetahui adat istiadat penduduk setempat. Demikian pula kita harus
mengetahui jenis satwa serta tumbuhan pada lokasi yang akan kita kunjungi. Baik yang dapat
dimakan maupun yang berbahaya. Setelah kita ketahui tindakan yang akan kita lakukan untuk
menghadapi faktor dari alam itu sendiri, kita sekarang melihat cara dalam mengatasi faktor-faktor
yang datangnya dari dalam kita sendiri. Untuk itu kita perlu beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Hadapi situasi yang sulit dengan selalu bersikap yang tenang.
2. Istirahat untuk menghlangkan rasa panik serta takut yang mungkin timbul.
3. Perhatikan kondisi tubuh kita masing-masing.
4. Ingat segala pengetahuan yang kita miliki.
Semua itu dapat kita simbulkan dengan istilah STOP.
S : Stop (berhenti) T : Thinking (befikir) O : Observe (Amati keadaan sekitar kita) P : Planning
(Buat rencana mengenai usaha serta tindakan yang akan kita laksanakan)
E. Teknik serta tindakan yang harus kita lakukan:
1. Membuat Bivak
Membuat tempat perlindungan yang nyaman dalam keadaan darurat untuk melindungi diri kita
dari faktor alam.
2. Membuat Api
Dalam suatu keadaan darurat kita akan membutuhkan api untuk perapian agar suhu badan kita
tetap stabil serta sebagai syarat apabila kita ingin memasak atau merebus air agar bebas dari
bakteri. Apabila kita membuat perapian hendaklah jangan terlalu esar agar mudah terkendali.
Singkirkan dedaunan serta rumput kering untuk menghindari resiko kebakaran. Untuk
mendapatkan panas yang baik serta melindungi api dari tiupan angin. Buatlah berhadapan dengan
bebatuan ataupun pohon agar dapat memberikan panas secara langsung.
3. Mencari Air
Dalam keadaan survival, kebutuhan akan air merupakan suatu hal yang sangat penting. Apabila
kita telah kehabisan makanan dan hanya meminum air, maka kita dapat bertahan hidup hingga 3
minggu. Dan apabila kita tanpa minum air sama sekali, maka kemungkinan untuk bertahan hidup
hanya sekitar 2-3 hari bagi yang tidak mengalami luka atau pendarahan. Apabila kita tidak
mendapatkan air sama sekali, kita dapat melakukannya dengan mencari di daerah sekitar tempat
kita berada. Seperti embun atau bisa juga pepohonan yang berdaun lebar. Semua ini dapat kita
lakukan dalam keadaan darurat agar kita dapat bertahan hidup.
4. Survival Kit
Survival kit adalah perlengkapan untuk melakukan survival yang biasanya harus kita bawa dalam
setiap melakukan kegiatan di alam bebas. Baik itu di hutan maupun di gunung. Adapun
perlengkapan minimal yang harus selalu kita bawa aeperti misalnya pisau tebas atau golok, jas
hujan atau ponco, korek api yang ditaruh di dalam tempat yang kedap air seperti plastik, peluit,
cermin, obat-obatan, senter, tempat minum serta makanan.
Master Guide Reinforcement 59
SHELTER / BIVAK
helter ditujukan untuk melindungi survivor dari pengaruh alam, seperti panas, hujan, angin, dan
dingin. Perlindungan ini dapat dibangun dari bahan-bahan yang sengaja dibawa ataupun dari
bahan-bahan yang tersedia di alam (kayu, dedaunan, dll).
Tempat perlindungan sementara yang memenuhi syarat bisa melindungi diri dari hujan, panas,
serangga, binatang atau untuk kebutuhan lain misalnya : posko komunikasi, perbekalan. Maka
pembuatannya berdasarkan kebutuhan, namun harus memenuhi syarat pokok dari segi :
1. Kesehatan
2. Teknis
A. Maksud dari segi kesehatan :
1. Ada sumber air untuk minum atau masak pada jarak dekat.
2. Mudah mengalirkan air kotor.
3. Tanah mudah menyerap air/lekas kering.
4. Tanah tidak berbau atau beruap. Contoh : kuburan.
B. Maksud dari segi teknis :
1. Dekat sumber bahan.
2. Dekat kayu bakar.
Tujuan syarat pokok adalah agar pendirian bivak cepat dan tepat untuk keperluan tugas. Sedang lokasi
yang memenuhi syarat adalah :
1. Daerah ketinggian, bukan disungai kering.
2. Jangan dibawah pohon dengan ranting lapuk.
3. Jangan dibawah atau diatas tebing.
4. Jangan menghadap arah angin.
5. Tidak dilewati binatang.
MEMBUAT API
Perlunya api pada kondisi darurat karena peranannya sebagai penghangat, isyarat, memasak, merebus
air, dll.
Unsur pembentuk perapian :
1. Penyala : kayu kecil, serbuk kayu lapuk, ranting pinus, kulit palmae, lumut kering
2. Pembakar : kayu mati, dahan kering, rumput, kotoran binatang kering, lemak hewan, arang,
gambut.
3. Api :
1. Korek api yang baik.
2. Bila tanpa korek
o lensa kamera, lensa teropong (binocular) dengan memfokuskan cahaya matahari pada obyek
yang dibakar.
o Batu api bila ada.
o Gesekan-gesekan bambu kering sampai panas sekali dan timbul bara, dalam keadaan
darurat cara ini adalah yang paling mudah dikerjakan dan hasilnya paling optimal.
Master Guide Reinforcement 62
3. Fire Thong
Fire Thong adalah cara mendapatkan api dari sehelai kulit kayu atau rotan kering yang ditarik
menyilang di atas sepotong kayu atau rotan kering. Kulit rotan tersebut dililitkan pada sebatang
pohon yang empuk, lalu ditarik oleh tangan kanan dan kiri secara bergantian. Pada bagian bawahnya
diberi sabut, kawul, atau dedaunan kering yang siap menangkap bunga api.
4. Trap Menimpa
Perangkap lain yang ditujukan untuk menangkap binatang kecil lainya adalah perangkap menimpa.
Perangkap ini memanfaatkan berat kayu untuk menindih. Model ini dikenal dengan nama Deadfall
Snare. Yang diperlukan dalam pembuatan perangkap ini adalah :
a) Batang pohon besar ditumpukan pada kayu pohon lainya yang saling menopang.
b) Kayu pohon penopang yang saling berhubungan dengan batang pohon besar dan jika salah satu
tersenggol, maka yang lain akan jatuh dan menimpa.
c) Umpan yang diletakan dekat dengan kayu pohon penopang dan apabila tergerak, maka kayu
pohon penopang akan bergeser sehingga batang pohon besar akan jatuh menimpa.
AIR
Kebutuhan Air
Untuk kondisi manusia dapat hidup tanpa air dalam keadaan tubuh sehat maksimal selama empat hari.
Akan mati 8-12 hari. Apa benar?kalau ga percaya buktikan sendiri.OK!. Bila ada air tetapi tak ada
makanan, orang akan bertahan selama 3 minggu. Sedang kebutuhan dasar air pada manusia minimal
2,5 liter perhari. Naik turunnya kebutuhan air tergantung pada aktivitas kegiatan dan makanan yang
dimakan, juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca atau alam.
Syarat Mutu Air
Air yang dikonsumsi manusia ideal harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Syarat Fisik
Tak berbau, tak berasa, tak berwarna dan sejuk (dibawah suhu sekitar), jernih (kekeruhan
1mg/liter SiO2.
2. Syarat Bakteriologi
Angka kuman 1 cc kurang dari 100 cc air.
Bakteri coli tak ada dalam 100 cc air.
3. Syarat Chemis
- Zat yang ada kurang dari 100 mg/liter
- Zat organic kurang dari 10 mg/liter
- Mengandung fluor dan yodium
- Tak boleh mengandung gas H2S, NH4, NO3 kurang dari 20 mg/liter, NO2
Dalam praktek, persyaratan diatas yang paling mudah dipenuhi adalah syarat fisik, kemudian air
dimasak (melalui proses penjernihan dan sterilisasi dengan obat), air langsung dapat diminum.
Macam Air
Mutu tingkat air dimulai dari kandungan zat-zat didalamnya
1. Air terkontaminasi (CONTAMINATED WATER), yaitu air yang mengandung racun, unsur kimia
biologi, radiology (kibira) atau jasad renik yang dapat menimbulkan sakit.
2. Air kotor terpolusi (POLLUTED WATER), yaitu air yang mengandung bahan sampah, Lumpur
atau limbah. Tak bisa dipakai karena tidak memenuhi syarat fisik.
3. Air yang dapat dipakai (PORTABLE WATER), yaitu air yang bebas kibira, racun dan organisme.
Walau rasa kurang enak, sesudah dimasak bisa diminum
4. Air nyaman (PALATABLE WATER), yaitu air yang enak dan segar diminum.
Penjernihan Air
Supaya air menjadi palatable water tahap-tahapnya :
1. Sedimentasi, yaitu air didiamkan sampai kotoran mengendap sendiri atau dicampur AlOH.
2. Koagulasi, yaitu pengendapan melalui zat kimia. Untuk bahan alkali sama dengan FCl 2, NH4. non
alkali sama dengan Na2SO4.
3. Filtrasi, yaitu untuk menjernihkan air dengan pasir atau saringan diatomis.
4. Sterilisasi, yaitu untuk membunuh organisme penyebab penyakit, cara :
- Delapan tetes yodium tinetur 2,5%/liter air selama 10 menit
- KMnO4 (kalium permanganate)
- Tablet halozone (untuk penjernih air)
- Dicampur serbuk biji kelor 200mg/liter lalu diendapkan selama jam.
5. Untuk penghilang bau, warna, racun, adalh dengan karbon aktif seperti : norit, aqua nuchar, hidro
darco
Sumber Air
1. Air yang tidak perlu dimurnikan/palatable water
- Air bron/mata air
- Air sumur, waduk, sungai, telaga, air hujan, mata air
- Air dari tanaman :
* kelapa, kaktus dipotong diperas
* liana/rotan dengan memotong dekat tanah ditampung
* palmae diambil niranya
* ruas bambu, bonggol pisang, lumut
- Air tampungan dari embun
2. Air yang dimurnikan
- Air berlumpur
- Air yang tidak memenuhi syarat fisik.
Pencarian Air
1. Pada tanah berbatu
Water Filtering Systems
- Cari mata air pada daerah karst
- Dari saluran air pada dinding lembah yang memotong lapisan berpori.
- Pada daerah granit cari pinggir bukit berumput paling hijau.
2. Pada tanah gembur
- Cari pada daerah lembah atau lereng.
- Kadang terdapat genangan kecil, air harus disterilkan.
3. Di pegunungan
- Digali bekas aliran sungai pada kelokan sebelah luar.
- Pada hutan lumut, ambil lumut lalu peras.
4. Dari tumbuh-tumbuhan.
5. Menampung embun.
Galilah lubang sedalam kira-kira 30-50 cm dengan diameter yang lebih besar dari misting / rantang
(apa pun yang dapat digunakan untuk menampung air). Potonglah ranting kering dengan panjang kirakira 50 cm, siapkan selembar plastik yang cukup lebar (bisa juga menggunakan ponco / jas hujan).
Letakkan misting / rantang di dasar lubang, tegakkan batang / ranting tadi dan tutupi dengan pastik,
jangan lupa letakkan batu disekelilingnya agar tidak mudah bergeser. (lihat gambar 1)
Tunggulah air menguap dari permukaan tanah.
Gambar 2, teknik pembuatannya sama dengan gambar 1 hanya saja dibuat tumpukan daun kering
disekelilingnya dengan jarak yang cukup agar ponco / plastik tidak meleleh, dan nyalakan (perhatikan
api jangan terlalu besar). Tunggulah air yang menguap dari permukaan tanah (hal ini dapat dilakukan
kapan pun).
Api sangat berguna untuk menghangatkan tubuh kita, untuk memasak dan untuk melindungi diri kita
dari ancaman binatang-binatang buas, teknik dan cara pembuatan api harus kita kuasai dengan baik.
Membuat jebakan untuk mendapatkan makanan juga salah satu cara untuk tetap bertahan.
Cara lain untuk mendapatkan air bersih adalah dengan membersihkan air yang keruh dengan
mencampurkan zat-zat pembersih air yang dapat kita dapatkan di toko kimia. Cara itu sebagai berikut :
1. Campurkan tablet Halazone dengan air dan tunggu sepuluh sampai lima belas menit.
2. Campurkan dua hingga tiga tetes Iodine dengan seperempat liter air. Air dapat dimanfaatkan
setelah tiga puluh menit.
3. Campurkan beberapa butir garam abu permanganate dengan air secukupnya. Reaksi sterilisasi
dapat dilihat kira-kira dalam tiga puluh menit.
4. Campurkan bubuk pembersih (AGS) yang dijual di pasaran dengan air secukupnya.
4.5 Jejak dan Isyarat
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh seorang survivor untuk terlepas dari keadaan
survival adalah membuat jejak dan isyarat. Dengan harapan bahwa ada tim SAR yang akan
menerima dan mengerti pesan kita. Dan akhirnya kita dapat terselamatkan.
Membuat jejak dan isyarat memerlukan tekhnik tertentu agar tim SAR dapat mengerti maksud dari
jejak dan isyarat yang kita buat. Bahkan ada beberapa sandi internasional untuk memberikan pesan
dengan menggunakan media tertentu atau bahasa tubuh.
Tanda yang biasa digunakan sebagai kode isyarat pertolongan adalah dari barang-barang yang
berwarna mencolok dari daerah di sekitarnya, agar mudah terlihat. Atau dapat digantungkan di
pucuk pohon tertinggi agar SAR udara dapat mengidentifikasinya.
Cara lainya adalah dengan menjemur pakaian yang berwarna mencolok di batu-batuan sungai. Cara
ini dinilai efektif karena biasanya tim SAR akan menyisir daerah sungai untuk mencari korban.
Maka dari itu dalam melakukan perjalanan ke hutan, sebaiknya kita membawa barang atau pakaian
yang warnanya mencolok seperti warna kuning dan lain-lain.
Tumbuhan beracun
Getah pohon paku putih dapat menyebabkan kebutaan
Getah pohon rengas, ingas/semplop, sangat berbahaya sebab merusak jaringan
Getah jambu monyet menyebabkan gatal-gatal
Buah aren mentah menyebabkan gatal-gatal
Kecubung
Rarawean dapat menyebabkan gatal dan pedih
Daun fulus menyebabkan gatal dan panas
Si cantik beracun (Poisson Ivy) menyebabkan gatal-gatal
Bila kita menemukan jamur di hutan, sebaiknya jangan di makan karena sulit membedakan yang dapat
dimakan atau tidak. Selain itu kadar kalori jamur sangat rendah karena tubuh jamur banyak
mengandung air.
Pedoman umum yang dapat digunakan untuk menentukan jamur yang dapat dimakan :
tidak berwarna mencolok
tidak bercahaya
tidak memiliki gelang pada tangkainya
ttidak berbau
tidak memberi efek hitam jika disentuh benda-benda perak
Pedoman seperti itu sebenarnya kadang sangat berbahaya. Banyak jamur yang memiliki ciri-ciri diatas
justru mengandung racun.
Contoh : Amanita Phalloder, Amanita Verna, Amanita Virosayang berwarna putih bersih memiliki
racun mematikan. Ketiga jamur tersebut jika dimakan setelah 30 menit kemudian akan mengakibatkan
perut sakit sekali. Bila tidak segera diatasi, 6-8 jam kemudian akan menemui ajal.
Jangan makan dalam jumlah yang banyak satu jenis tanaman pada satu waktu, dan jika ingin
memakannya, maka mulailah dari bagian yang segar dan ambil beberapa lagi untuk dimasak,
kemudian makan sedikit demi sedikit
Jangan berasumsi bahwa karena burung, hewan mamlia atau serangga memakan beberapa
jenis tanaman, hal ini berarti tanaman tersebut dapat dimakan oleh manusia. Kera adalah salah
satu contoh, tetapi tidak menjamin bahwa tanaman yang dimakan oleh kera dapat dimakan oleh
manusia.
ZOOLOGI
Sebagian besar hewan, pada prinsipnya adapat dimakan. Kesulitannya adalah bagaimana cara
mendapatkannya. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang habitat dan tingkah laku hewan tersebut.
Untuk menangkap hewan diperlukan suatu keberanian dalam mengambil keputusan. Misalnya hewan
selalu mencari air untuk keperluannya sehari-hari. Bila kita ingin mendapatkan berbagai macam
hewan, harus menuju sumber air. Dalam hal ini kita akan dihadapkan pada suatu masalah.
Bila didekat sumber air banyak hewan, berarti banyak hewan berbahaya pula bagi kita.
1. Habitat Hewan
Habitat bisa diartikan sebagai tempat mahluk hidup tinggal. Misalnya ikan banyak dijumpai di air.
Habitat yan paling banyak hewannya adalah laut dangkal dan pantai. Semakin tinggi permukaan
tanah, jenis hewan akan semakin sedukit. Jika kita tersesat di gunung dan ingin mencari makanan
(hewan), jangan terus naik ke puncak, lebih baik turun, kemungkinan besar akan menemukan
berbagai jenis hewan.
2. Perilaku hewan
Perilaku jenis hewan adalah khas. Kapan kita mudah menangkap suatu hewan, kapan kita harus
menghindarinya. Pada musim kawin,hewan-hewan biasanya kurang peka terhadap sekelilingnya.
Saat seperti itu yang baik untuk menangkapnya. Burung-burung pindah dari daerah dingin ke
daerah panas, ikan salem berpindah tempat dari laut ke sungai untuk bertelur. Ular yang menjaga
telur atau anaknya bertambah ganas.
3. Binatang berbahaya
Antara lain :
Nyamuk Malaria
Lalat Dayak/Lalat kerbau (besarnya dua kali lalat biasa). Terdapat dihutanKalimantan,
Sulawesi dan Irian Jaya. Bekas gigitannya bengkak dan bisa infeksi
Lebah berbahaya jika tersengat, dalam jumlah yang besar dapat dimatikan.
Kelabang, Kalajengking. Bekas gigitannya bengkak, oleskan tembakau, Daun sambilito,
amonia.
Pacet, Lintah. Untuk melepaskannya siram dengan air tembakau.
Berbagai jenis ular. Umumnya berbagai jenis ular berbisa dapat diketahui fisiknya yakni :
Bentuk kepala segitiga, leher relatif kecil, terdapat lekukan mata dan lubang hidung dan
mempunyai gigi yang berbisa.
Serpentes (Ophidia)
Di Indonesia diperkirakan terdapat 400 jenis ular. 110 diantaranya termasuk jenis yang
berbisa. Ular berbisa tersebut kebanyakan hidup dipantai atau di laut, bersifat pasif dan jarang
mengigit. Sedang yang hidup di darat sekitar 35 jenis.
Populasi ular berbisa ini sangat lambat, sehingga ular tersebut banyak dikategorikan langka
(jarang ditemukan), meskipun mempnyai kemampuan berkembang biak sangat besar. Ada
yang dapat bertelur sampai puluhan butir, tetapi setelah mengalami beberapa tahap yang
bertahan sedikit sekali.
Master Guide Reinforcement 76
PANJAT TEBING
The mountains tell you, quite ruthlessly,
who you are, and what you are.
Mountaineering is a game where you cant cheat ...,
more than that, whats important is your determination cool nerves,
and knowing how to make the right choice.
George L. Mallory
Pada dasarnya Rock Climbing adalah bagian dari Mountaineering (kegiatan mendaki gunung, suatu
perjalanan petualangan ke tempat-tempat yang tinggi), hanya di sini kita menghadapi medan yang
khusus. Dengan membedakan daerah atau medan yang dilalui, Mountaineering dapat dibagi menjadi :
1. Hill Walking, merupakan perjalanan biasa melewati serangkaian hutan dan perbukitan dengan
berbekal pengetahuan peta/kompas dan survival. Kekuatan kaki menjadi faktor utama suksesnya
suatu perjalanan.
2. Rock Climbing, disini medan yang dihadapi berupa bentukan vertikal (perbukitan atau tebing ) di
mana sudah diperlukan bantuan tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh atau untuk menambah
ketinggian.
3. Ice/Snow Climbing, hampir sama seperti halnya dengan Rock Climbing, namun medan yang
dihadapi adalah perbukitan atau tebing es/salju .
Free Climbing
Teknik memanjat tebing dengan menggunakan alat-alat hanya untuk pengaman saja, tidak langsung
mempengaruhi gerakan pemanjat/menambah ketinggian. Sebaiknya dilakukan oleh dua orang.
Pemanjat naik secara bergiliran, leader (membuat jalur) dan belayer (pengaman).
Free Soloing
Merupakan bagian dari free climbing , tetapi pendaki menghadapi segala resiko seorang diri yang
dalam pergerakannya tidak memerlukan bantuan peralatan pengaman. Untuk melakukan hal ini
seorang pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau bentuk pergerakan
yang akan dilakukan pada rute yang akan dilaluinya. Bahkan kadang harus dihafalkan dahulu
segala gerakan baik tumpuan atau pegangan, sehingga hal ini biasanya dilakukan pada rute yang
pernah dilalui.
Artifisial Climbing
Adalah pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, karena sering sekali dihadapi
medan yang kurang / tidak memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai misalkan ada
medan yang blank. Biasanya pendakian ini dilakukan berkelompok dengan tugas yang jelas antara
leader dan belayer.
Berdasarkan sistem belay / fall protection, panjat tebing terbagi dalam beberapa ketegori :
a. Gym Climbing
Pada tipe ini, belayer ada di bawah ( ground ) dengan tali dibelokan oleh sistem anchor (pullay
atau carabiner) diatas climber. Jika climber jatuh maka berat climber tadi akan dibelokan oleh
sistem anchor yang lalu ditahan oleh belayer.
b. Top Roping
Pada tipe ini, belayer ada di atas ( top ) yang melakukan belay terhadap tali yang menuju
climber ke bawah. Untuk mengurangi beban yang ditahan belayer ketika climber jatuh,
biasanya dibuat sistem pengaman pembantu (pembelokan atau pengalihan beban).
c. Lead Climbing
Pada tipe ini, tali tidak menjulur ke jangkar pengaman di puncak tebing melainkan dari belayer
langsung ke climber . Pada saat climber mulai memanjat, belayer mengulurkan tali, kemudian
pada interval ketinggian tertentu (misalnya setiap 3 meter) climber terus memasang alat
pengaman, jika dia jatuh maka belayer akan mengunci tali pengaman dan climber akan
menggantung pada tali yang mengulur keatas ke alat pengaman terakhir yang dia padang.
Terbagi 2 :
Sport Climbing
Adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor olahraganya. Pemanjatan
dipandang seperti halnya olahraga yang lain, yaitu untuk menjaga kesehatan. Pada Sport
climbing rute yang dipanjat umumya telah bolted (pada interval ketinggian tertentu ada
hanger pada dinding tebing).
Traditional / Trad / Adventure Climbing
Adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor petualangan. Pada Trad
Climbing , dinding tebing bersih dari bolts dan hangers, tidak enggak ada pengaman buatan
yang dipadang pada dinding.
Biasanya dilakukan oleh dua orang. Climber harus membawa alat pengaman sendiri dan
memasangnya pada saat memanjat. Ketika tali sudah hampir habis Leader membuat stasiun
belay untuk membelay Climber kedua. Climber yang sebelumnya membelay pemanjat
pertama mulai memanjat tebing dan membersihkan (mengambil kembali) alat pengaman
yang dipadang di dinding tebing oleh pemanjat pertama.
a. Alpine System/Alpine Push/Siege Tactic. Dalam alpine push , pemanjat selalu ada di tebing
dan tidur di tebing. Jadi segala peralatan dan perlengkapan serta kebutuhan untuk pemanjatan
dibawa ke atas. Pemanjat tidak perlu turun sebelum pemanjatan berakhir. Pendakian ini baru
dianggap berhasil apabila semua pendaki telah mencapai puncak.
b. Himalayan System / Himalayan Tactic. Sistem pendakian yang biasanya dengan rute yang
panjang sehingga untuk mencapai sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Pemanjatan
big wall yang dilakukan sampai sore hari, setelah itu pemanjat boleh turun ke base camp untuk
istirahat dan pemanjatan dilanjutkan keesokan harinya. Sebagian alat masih menempel di tebing
untuk memudahkan pemanjatan selanjutnya.
Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahat.
Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari seluruh tim, berarti pendakian ini sudah berhasil
untuk seluruh tim.
1.
2.
3.
4.
Alpine System
Alat yang digunakan lebih sedikit
Waktu istirahat sedikit
Perlu load carry
Pendakian berhasil ketika seluruh tim
berhasil
1.
2.
3.
4.
Himalayan System
Alat yang dibutuhkan lebih banyak dan
waktu pemanjatan lebih lama
Waktu istirahat banyak
Tidak memerlukan load carry
Pendakian sudah dikatakan berhasil
ketika salah satu anggota tim berhasil
GRADING SYSTEM
Seperti dalam olahraga lainnya, seseorang atlit dapat diukur kemampuannya pada suatu tingkat
pertandingan. Pemain catur dengan elorating dibawah 2000 tidak akan dapat mengikuti turnamen
tingkat Gand Master. Dalam panjat tebing terdapat klasifikasi tebing berdasarkan tingkat kesulitannya,
dengan demikian kita dapat mengukur sampai di mana kemampuan kita. Beberapa jenis pengukuran
kesulitan tebing :
1. French Grading System
Mengacu pada kesulitan saat pemanjatan dihitung berdasarkan pergerakan dan panjang / tinggi
bidang panjat, ini berbeda dari kebanyakan cara penentuan tingkat kesulitan lainnya yg mengacu
pada area tersulit ( single move ).
Tingkat kesulitan disini menggunakan nomerisasi yg dimulai dengan nomor 1 [very easy] dengann
sistem terbuka yg memungkinkan penambahan huruf dibelakang angka, contoh :
1, 2, 4a, 4b, 7c, dst.. dan tambahan + dapat digunakan untuk tingkat kesulitan lebih. Banyak
Negara-negara di eropa yg menggunakan sistem yg sama tapi tidak berarti dengan tingkat kesulitan
yang sama pula.
2. Ewbank system
Digunakan di Australia, New Zealand, dan Afrika Selatan, dibuat pada masa pertengahan tahun
1960 oleh John Ewbank (John Ewbank juga mengembangkan open ended M system untuk aid
climbing ). Numerical Ewbank dimulai dari angka 1 (di area tersebut kita dapat berjalan walaupun
dalan teori) sampai angka 34.
3. Yosemite Decimal System
Digunakan di Amerika yg dengan cepat menyebar ke Canada dan daerah Amerka lainnya. Sistem
ini mengacu pada 5 tingkat dibuat oleh Sierra Club :
Kelas 1 Cross Country Hiking . Perjalanan biasa tanpa membutuhkan bantuan tangan untuk
mendaki / menambah ketinggian.
Kelas 2 Scrambling. Sedikit dengan bantuan tangan, tanpa tali.
Kelas 3 Easy Climbing. Secara scrambling dengan bantuan, dasar teknik mendaki (climbing)
sangat membantu, untuk pendaki yang kurang pengalaman dapat menggunakan tali.
Kelas 4 Rope Climbing with belaying . Belay (pengaman) dipasang pada anchor (titik tambat)
alamiah atau buatan,berfungsi sebagai pengaman.
Kelas 5, dibagi menjadi 11 tingkatan (5.1 sampai 5.14), Semakin tinggi angka di belakang
angka 5, berarti semakin tinggi tingkat kesulitan tebing. Pada kelas ini, runners dipakai sebagai
pengaman.
Kelas A. Untuk menambah ketinggian, seseorang pendaki harus menggunakan alat. Dibagi
menjadi lima tingkatan (A1 sampai A5). Contoh : Pada tebing kelas 5.4 tidak dapat dilewati
tanpa bantuan alat A2, tingkat kesulitan tebing menjadi 5.4 - A2.
Tanda plus (+) digunakan untuk tingat kesulitan lebih. Perlu di ingat pada system ini kemungkinan
tingkat kesulitan yg dimaksud adalah adanya pemanjatan pada salju atau glacier dan pada suhu
dingin.
Grade
I
II
III
IV
V
VI
Waktu Normal
kl. 1 jam
1 4 jam
4 7 jam
7 10 jam
1 2 hari
2/+ hari
Jumlah Pitch
1 2 pitch
2 4 pitch
3 8 pitch
6 12 pitch
10 18 pitch
15/+ pitch
ALAT
Some day we climbers may wear special gloves
and shoes enabling us to scale blank walls like spiders.
Should we fall off, like spiders our body harnesses
may instantly attach safety lines to the rock.
b. Hawser Laid
Terdiri dari serat-serat sintetis halus yang dipilin menjadi tiga bagian. Kelemahannya adalah
kurang tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul dan mempunyai kelenturan rendah (40 %)
serta berat.
c. Core dan Sheat Rope (Kermantel Rope)
Terdiri dari dua bagian, inti dan jaket dengan
kelenturan mencapai 20 %). Yang terkenal adalah
buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran tali
yang umum dipakai bergaris tengah 11 mm,
panjang 45 m. Untuk pendakian yang mudah, snow
climbing, atau untuk menaikkan barang dipakai
yang berdiameter 9 mm atau 7 mm.
Kekuatan = A2 x 22 kg dan A = diameter tali (mm)
Tali kermantel memiliki sifat-sifat :
1) Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (cliff). Bila dipakai untuk
menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing yang bergesekan dengan tali diberi alas
(pading). Tabu untuk menginjak tali jenis ini.
2) Peka (tidak tahan) dengan zat kimia.
3) Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat teduh.
Berdasarkan kelenturannya, Tali Kernmantel terbagi 2 yaitu :
1) Static, kelenturan 2-5 % pada berat max yang diberikan, kaku, umumnya berwarna putih
atau hijau, dan biasanya digunakan untuk rappelling atau Singel Rope Technic
2) Dynamic, kelenturan 5-20% pada berat max yang diberikan, lentur, dan berwarna
mencolok.
Pada umumnya tali-tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat simpul. Sebagai
contoh, simpul delapan (figure of eight) akan mengurangi kekuatan tali sampai 10%. Karena
sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan yang baik dan benar. Cara
menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut, sehingga tidak mudah rusak dan
mudah dibuka bila akan digunakan. Ada beberapa cara menggulung tali, antara lain :
Mountaineers coil
Skein coil
Royal robin style
Aturan umum untuk memilih ukuran diameter Tali Kermantel :
Top Roping dan serbaguna : Gunakan tali tunggal ukuran diameter 11 mm
Sport Climbing : Gunakan tali tunggal ukuran diameter 9.1 mm - 10.2 mm
Untuk lebih lengkapnya dalam memilih tali kernmantel juga dapat memperhatikan juga detail
tipe tali, yaitu Jumlah dan cara pemakaian tertentu. Ada 3 tipe yang dikenal dan untuk
mengetahui tipe tali dapat dilihat pada ujung tali dan akan terdapat simbol seperti dibawah ini :
SINGLE artinya tunggal yaitu tali yang cukup satu saja untuk digunakan memanjat.
DOUBLE artinya dobel atau dua tali. Tali dobel ini harus digunakan bersamaan dan
masing-masing tali harus di klip ke dalam kuikdraw yang berbeda.
TWIN artinya kembar, dua tali yang sama persis seperti pada tali dobel hanya saja pada saat
mengklip serupa dengan penggunaan pada tali tunggal. kedua tali tsb di klip ke dalam satu
kuikdraw/ karabiner saja. Anggap kedua tali kembar itu sebagai tali tunggal saat mengklip
1. Carabiner (snapring, snapling, cincin kait)
Digunakan sebagai pengaman untuk pemanjatan atifisial. Sebaiknya terbuat dari alumunium alloy
yang ringan tapi mempunyai kekuatan tinggi.
Berdasarkan model pengamanannya, Carabiner dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Non screw gate Carabiner
Carabiner yang tidak memiliki kunci berulir, biasanya digunakan pada
pemanjatan artifisial karena tidak perlu repot-repot mengunci.
Berdasarkan sistem lock dibagi menjadi dua jenis yaitu:
Auto lock Carabiner
Non Auto lock Carabiner
b. Screw gate Carabiner
Carabiner dengan kunci berulir, biasa digunakan sebagai pengaman
utama dalam suatu pemanjatan artifisial.
Berdasarkan bentuknya, Carabiner dibagi menjadi 4 jenis yaitu :
a) Oval Carabiner: Berbentuk bulat, dalam SRT dapat dipergunakan hamper dalam berbagai
kondisi.
b) Delta Carabiner: Berbednetuk huruf D, bermanfaat karena memungkinkan pembagian beban,
namun tidak bisauntuk instalasi tertentu.
c) Heart Carabiner: Berbentuk segitiga sama kaki, baik untuk tambatan reacue karena
memungkinkan banyak tali ditambatkan
d) A Carabiner: Bentuk, fungsi hampir sama dengan carabiner Heart
2. Sling
Terbuat dari tabular webbing atau dari prusik yang berfungsi sebagai
penghubung, pengaman pada ancor, mengurangi gaya gesek dengan
memperpanjang point, dan mengurangi gerakan yang akan menambah beban.
Dalam penggunaannya slink digabungkan dengan carabiner dengan menggunakan simpul jangkar.
3. Harness
Adalah alat pengaman yang terikat pada pinggang pemanjat. Berfungsi menahan
beban tubuh pemanjat ketika terjatuh supaya beban terdistribusi ke tali dan tidak
mematahkan pinggang.
4. Helm
Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan helm untuk melindungi
dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu yang berjatuhan. Meskipun helm agak
mengganggu, tetapi kita akan terhindar dari kemungkinan terluka atau keadaan fatal.
5. Sepatu Tebing
Sebagai pengaman kaki saat melakukan pemanjatan. Konstruksi sepatu terdiri dari 2
macam board-lasted dan slip-lasted. Dari segi kecocokan dengan kaki yaitu
terstruktur dan tidak terstruktur. Model sepatu juga bermacam macam, antara lain:
Bagian atas sepatu biasanya terbuat dari kulit tujuannya yaitu untuk kenyamanan setelah sepatu
sering dipakai. Bahan lain yang digunakan dan makin populer untuk bagian atas sepatu yaitu kulit
palsu atau sintetis yang tidak akan terlalu melar dibandingkan dengan kulit asli.
a. Sepatu yang lentur dan fleksibel dalam hal ini menggunakan sol yang halus
Setiap pijakan dapat dirasakan oleh pemanjat karena solnya tipis
Untuk medan kering
Ringan
b. Sepatu yang solnya kaku
Lebih aman untuk jamming pada rekahan yang lebar dan tajam.
Tidak mudah lelah dan menguntungkan untuk berdiri pada pijakan kecil dan tajam.
Berat
Untuk medan basah dan kering.
6. Tabular Webbing
Biasanya digunakan untuk membuat slink. Selain itu sering digunakan sebagai pengganti harness.
7. Palu tebing
Pada bagian ekornya berbentuk runcing untuk membersihkan dindi ng dan
mencongkel atau melepaskan piton. Fungsi utama dari palu tebing adalah untuk
memasang anchor.
Master Guide Reinforcement 87
Chock
Chock jenis Stoper
Chock jenis heksentrik,
Piton, ada tiga macam :
o Horizontal, untuk celah horizontal.
o Vertical, untuk celah vertical.
o Angle, untuk lubang.
Cara memasang piton :
i. Periksa rekahan yang akan dipasang piton.
ii. Pilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan dan pukul dengan hammer.
iii. Dalam pemasangannya harus setengah lebih agar lebih safety sebagai anchor.
Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang piton, adalah dengan
memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara yang nyaring menunjukkan
rekahan tersebut tidak rapuh.
Cara melepas piton adalah dengan menggunakan hammer yang kita pukulkan pada mata
piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton dapat ditarik
Hanger
Biasanya digunakan untuk tebing yang blank, artinya tebing yang akan dipanjat sedikit
memilki natural anchor. Jenis hanger berdasrkan bentuknya :
1)
2)
3)
4)
Plate
Clown
Azymetrique
Twist
Cam/Friend
Pengaman sisip yang bekerja berdasarkan sistem friksi yang ditimbulkan ketika dikenai
beban. Memilki ukuran yang beragam untuk setiap bentukan tebing, dan gagang nya ada
yang lentur ada yang fix.
Master Guide Reinforcement 88
Berdasarkan posisi dan urutan mendapat beban, anchor dapat dibedakan menjadi:
a. Main anchor, anchor utama yang secara langsung mendapatkan beban.
b. Back up anchor, berfungsi sebagai anchor cadangan apabila main anchor jebol.
10. Descender
Merupakan alat digunakan untuk turun. Jenis Descender seperti :
a. Figure of Eight
b. Brake bar
c. Capstand : Maximal penggunaan sebaiknya yang kurang dari 50 m
karena tegangan tinggi semakin tinggi menyebabkan alat tidak bekerja
maksimal. Terbagi :
1) Auto Stop
2) Simple Stop
d. Rack : dapat digunakan karena pada lintasan lebih dari 50 m lebih
stabil, namun untuk beban terlalu ringan tidak akan bekerja maksimal.
Terbagi 2 :
Closed Rack
Open Rack
e. Whaletail
Selain itu juga dapat dilakukan modifikasi terhadap alat sehingga fungsinya dapat menyerupai
descender seperti:
a) Modifikasi Carabiner : Carabiner yang kita susun sedemikian rupa sehingga berfungsi
semacam brake bar.
b) Kombinasi Carabiner dengan Italian Hitch
11. Ascender, merupakan alat digunakan untuk naik. Jenis ascender seperti :
a. Hand Ascender seperti :
Jumar (produk Petzl)
Terbagi 3 macam : Standard jumar, Jumar, Jumar CMI
5000/ColoradoMountains Industries. Jenis ini mempunyai
kekuatan sekitar 5000 pounds dan carabiner dapat langsung
disangkutkan pada kerangkanya.
b. Chest Ascender
12. Belay Device
Alat belay dari sudut pandang kepraktisan dalam menghentikan
jatuhnya pemanjat terbagi dalam dua jenis yaitu :
a. Manual, yaitu alat belay yang digunakan untuk menghentikan jatuhnya climber dengan menarik
dan menekan tali tambang pada posisi tertentu sehingga terjadi friksi atau tekanan jepit yang
menahan tali yang terulur. Belay Device tipe ini antara lain :
1)
2)
3)
4)
b. Otomatis Yaitu alat belay yang akan terkunci dengan sendirinya pada saat climber jatuh atau
saat tali tambang terbebani. Fungsi alat ini serupa dengan sabuk pengaman yang biasa kita
pakai saat berkendaraan dimana jika terjadi hentakan keras sabuk tersebut akan menahan dan
menghentikan hentakan badan seperti Grigri, Trango cinch, dll. Beban maksimal yang
ditanggung oleh beberapa belay device ketika mendapatkan sentakan
13. Pullay
Alat yang digunakan untuk membelokan arah gayapullay terdiri dari Fix cheek Pullay dan
Oscillante Cheek Pullay. suatu beban. Secara umum Bentuk bentuk dasar pullay antara lain:
Fixed
Tandem
Oscilante
Ultragere
Mini Tranxion : perpaduan pullay dan descender
- Mudah dibuat
- Sulit menjadi ketat
- Mudah diperiksa begitu saja
Latih mengikat simpul ini dengan tali panjang sebelum pergi ke tebing, jadi anda menguasainya dan
terampil untuk dilihat setelah pengaman diri sendiri. Anda perlu tahu bagaimana cara membuat mereka
semua, mengapa mereka penting, dan bagaimana cara menggunakannya masing-masing.
1. Figure-8 Follow-Through
Merupakan simpul standar anda, menghubungankan tali ke
harness. Adalah simpul panjat paling aman digunakan,
diselesaikan dengan fisherman's backup knot.
2. Clove Hitch
Sebuah simpul yang cepat dibuat untuk menghubungan tali ke
anchor. Baik karena ini tidak mengambil banyak bagian tali dan
secara mudah disesuaikan.
3. Figure 8 on a Bight
Simpul loop terbaik untuk mengikat tali anda ke titik pengaman
karena ini kuat dan mudah dilepaskan. juga berguna untuk
mencantolkan seseorang pada pertengahan tali.
5. Prusik Knot.
Merupakan salah satu simpul friksi atau simpul yang dibalut/diklem
pada tali utama. Simpul pengaman diri yang mudah dibuat untuk
meniti tali utama saat situasi darurat.
6. Munter Hitch
Juga dikenal sebagai Italian Hitch. Sebuah simpul belay
dan rappel darurat yang ikatkan pada karabiner. Berguna
jika anda menjatuhkan alat belay anda (belay device).
Pemanjat perlu mengenal sedikitnya salah satu dari simpul friksi ini
sehingga ia dapat meniti sebuah tali tetap (fixed rope) terutama pada
situasi darurat; melepaskan pengamanan untuk self-rescue; meniti tali
setelah terjatuh ke celah yang dalam di glacier dan sebagai pengaman
cadangan atau penguncian dengan sendirinya (autoblock) saat melakukan
rappelling. 4 simpul ini mudah dipelajari, cepat dibuat, dan tidak merusak
tali seperti mekanis ascender, yang menggunakan gigi/taji pencengkeram
tali. Saat pemanjat menggunakan simpul ini untuk memanjat/meniti tali,
teknik disebut "prusiking".
prusiking tehnique
Semua empat simpul friksi pada dasarnya sekedar sebuah loop tali dengan diameter kecil (5-6 mm),
biasanya disebut sling prusik" , dikaitkan ke tali panjat. Setelah simpul dilampirkan, pemanjat naik tali
tetap dengan menggeser simpul ke atas. Simpul, menggunakan daya gesekan tercipta bila simpul
dibebani dengan berat pemanjat, berkontraksi dan mencengkeram tali, mengizinkan pemanjat naik.
Simpul friksi seharusnya tidak digunakan pada tali yang beku akibat es karena simpul takkan
mencengkeram tali. Jika anda menggunakan simpul friksi untuk naik, adalah penting menggunakan dua
sling untuk dua simpul dan pastikan anda terhubung dengan tali-jangan pernah mempercayai nyawa
anda pada simpul friksi yang tunggal.
Simpul Friksi Dengan Tali Kecil
Simpul friksi terbaik dibuat dengan sling panjang berdiameter 5mm atau 6mm , dengan
ujungnya diikat bersama dengan simpul nelayan ganda atau simpul delapan-nelayan ganda
(kedua simpul juga digunakan untuk menyambung tali rappel) ke bentuk sebuah loop.
Semakin tebal diameter sling-prusik yang digunakan, semakin sedikit pergesekan ataugaya
cengkeram simpul pada tali panjat . Lebih menghasilkan pergeseran daripada mencengkaram
tali dengan kuat. Inilah mengapa selalu lebih cenderung menggunakan cord (tali prusik)
daripada webbing untuk simpul friksi,meskipun webbing samahalnya dengan sling akan
bekerja saat jika diperlukan.
Seberapakah Panjangnya
Panjang loop untuk simpul friksi adalah keputusan pribadi. Saya lebih suka
menggunakan panjang 24-inch, sama panjang dengan sling yang dijahit,
daripada loop yang lebih panjang. Lebih pendek loop lebih mudah
mengangkat harness dan dapat secara mudah dibuat lebih panjang dengan
mengaitkan sling lainnya. Sebuah loop dengan panjang 5-kaki dibutuhkan
utnuk membuat loop 24-inch. Pemanjat lebih suka membawa loop 24-inch
dan loop 48-inch, mengaitkan yang pendek ke loop harness dan yang lebih
panjang digunakan sebagai sling untuk kaki.
Simpul Prusik
paling umum digunakan sebagai simpul gesek (friksi knot) untuk
meniti tali. mudah dibuat dan sangat aman bila ini terbebani.
Kekurangannya jika ini terlalu ketat, susah dilepas dan
menggesernya.
Klemheist
merupakan simpul friksi yang digunakan untuk
meniti tali dan untuk self-rescue bila pemanjat
perlu lepas dari pengaman. Seperti simpul prusik,
ini bisa digeser dengan mudah pada tali utama.
Keuntungan simpul Klemheist daripada simpul
Prusik bahwa simpul ini lebih mudah dilepaskan
balutannya pada tali utama setelah terbebani,
bekerja pada satu arah, lebih cepat dibuat daripada
simpul Prusik , mudah dilepas setelah terbebani,
dan dapat dibuat dengan webbing.
Bachmann
merupakan simpul friksi yang mempergunakan
karabiner sebagai pegangan (handle) dan digunakan
untuk meniti tali tetap. Sementara karabiner
membuatnya mudah menggeser simpul ini pada tali
utama, jika karabiner permukaannya halus dan tidak
menggenggam tali kecelakaan dapat saja terjadi.
Simpul Bachmann ideal untuk situasi pertolongan dan
sebagai back-up pengaman saat dilepas ketika tak
dibebani, tetapi secara otomatis mencengkeram tali
bila ini dibebani.
Autoblock
juga disebut Simpul Prusik Perancis, mudah dibuat dan simpul friksi serbaguna yang
digunakan sebagai simpul pengaman cadangan pada tali rappeling. Simpul diikat di tali di
bawah alat rappelling dan kemudian terkait
dengan harness pemanjat melalui sebuah
karabiner pada bagian paha (leg loop) atau
belay loop. Simpul ini membantu pergesekan
pada rappeling dan membiarkan pemanjat
dengan aman berhenti melakukan rappelling
untuk mengatur tali atau lakukan tugas
lainnya. Simpul ini harus tidak pernah
digunakan untuk meniti tali karena ini lebih
cenderung bergeser daripada mencengkeram
tali utama. Maupun digunakan sebagai sarana
menurunkan karena pemanjat dapat hilang
kendali dan terkena panasnya tali akibat gesekan.
FRICTION KNOT
Adalah tehnik membuat suatu simpul pada tali utama berupa simpul balut yang berguna sebagai simpul
geser, dimana bila terbebani tak dapat bergeser ke arah bawah/dalam.
Rolling Knot
Dikenal juga dengan nama Magnus Hitch. Biasanya digunakan untuk darurat dimana tali prusik tak
cukup panjang. Disebut juga Single Prusik Knot
Prusik Knot
Adalah simpul yang ditemukan oleh Dr. Karl Prusik. Simpul ini dapat menahan beban agar tak
bergeser ke arah balik penarik beban (hauling tehnique). Dipakai pada tehnik clamp rope/prussiking
Klemheist
Fungsinya tak jauh beda dengan simpul prusik. Dibuat dengan membalut tali utama dan mengunci
simpul dengan menyilangkan dua loopnya, namun cepat dan mudah dilepaskan.
Bachmann
Dibuat dengan cara membalut tali utama beberapa kali melewati gate karabinner . Pada tehnik ini
karabiner dapat dipakai sebagai pegangan (handle)
Blake
Dibuat dengan membalut (klem) tali utama. Bentuknya sama seperti simpul prusik namun kedua
ujungnya berlawanan arah. Pada bagian akhir dikunci dengan overhand knot.
Black Knot
Dibuat dengan membalut tali utama dengan sling prusik, kemudian menyatukan kedua ujung loopnya
dengan karabiner.
French Prusik
Simpul klem ini diawali dengan pembuatan simpul berupa loop
Hedden
Dibuat dengan membalut tali ascent dengan menyilangkan dua loop yang akan saling mengunci
Helical Knot
Setelah dibuat loop pada salah satu ujungnya, kemudian tali prusik dibalutkan tiga kali pada tali utama
. Bagian yang mempunyai loop disilangkan, lalu dikunci dengan bagian yang tanpa loop
IN LINE KNOT
Simpul yang dibuat untuk pengamanan jalur tali. Baik untuk ascending ataupun pada descending.
antara lain
dibuat
saat
melakukan
descending
terutama
pada
tali
yang sangat
panjang
Segeralah mencuci tali setelah pemanjatan jika dalam keadaan kotor (lumpur atau pasir).
Jangan menggosok tali dengan kuas yang kasar karena akan merusak mantelnya, sebaiknya
gunakan kuas yang sangat lembut jika tali dalam keadaan sangat kotor, jika tidak maka
cukup dengan membilas nya saja.
Selain itu juga dihindari merendam tali dengan alat deterjen karena bahan kimianya akan
merusak tali, gunakanlah cairan pembersih khusus atau cukup dengan merendam tali dalam
air bersih yang sedikit hangat.
Jangan menjemur tali dalam keadaan basah langsung dibawa terik matahari atau panas yang
berlebih.
Selalu menyimpan tali dalam kondisi normal (tidak terlalu kering atau lembab) dandalam
keadaan tidak tersimpul.
2. Sepatu
a. Pilih sepatu dengan ukuran yang sesuai dengan kaki, seketat mungkin dan bentuk nya
mengerucuk di ujung, pilih jenis kelenturan yang cocok (kulit atau sintetis)
b. Jangan memakai sepatu ketika tidak memanjat karena sepatu Panjat Tebing dibuat untuk
climbing dan bukan untuk belaying, spotting atau hiking
c. Jangan menyimpan sepatu setelah climbing langsung kedalam ransel karena sepatu masih
dalam keadaan lembab / basah oleh keringat dan merangsang jamur / bakteri tumbuh yang akan
membaut sepatu bau dan benang jahitannya membusuk / rusak.
Sebaiknya biarkan sedikit kering dahulu atau cukup gantungkan sepatu dibagian luar ranselmu
(bisa pake karabiner) agar sepatu terkena angin dan lebih cepat kering.
d. Jagalah sol sepatu tetap bersih. Gunakan sikat untuk keperluan membersiahkan setiap saat
dansetelah selesai memanjat.
e. Untuk sepatu laces (tali), longgarkan tali pengikat sepatu setelah kamu selesai pemanjatan dan
tarik lidah sepatu (bagian sepatu yang menutupi atas kaki) keluar. Untuk sepatu velcro periksa
dan bersihkan velcronya, soalnya kalo kotor bakal cepet rusak dan velcronya engak lengket
banget yang hasilnya sepatunya enggak akan bisa dipake ngetat dan ngejoss.
f. Jangan menjemur sepatu yang agak basah, lembab langsung dibawah sinar matahari. Simpan
sepatu ditempat yang terangin-angin, kering namun tidak terlalu panas. Penyimpanan sepatu
ditempat panas membuat perekatnya menjadi meleleh dan tempelan antar karet juga kulitnya
cepet lepas. Jika sepatu terasa lembab disebabkan keringat, bisa digunakan butiran pengering
(silica gel).
g. Jika sepatu bau, tuangkan baking soda kedalam sepatumu dan diamkan selama kurang lebih
semalam. Penggunaan kaos kaki tipis juga bisa mengurangi bau sepatu yang diakibatkan oleh
keringat dan lembabnya udara.
h. Jika sepatu dalam keadaan sangat kotor, cuci menggunakan tangan dan jangan menggunakan
air panas, pemutih atau deterjen. Penggunaan mesin cuci sangat TIDAK disarankan.
i. Saat sol bagian bawah sepatu telah tipis segera di resole / tambal ganti karet baru. jangan
menunggu hingga berlubang.
j. Sepatu yang jarang digunakan akan membuat sol nya menjadi keras untuk itu segera bersihkan
dengan kain dan air hangat kemudian gosok dengan sikat lembut hingga keliatan karet yang
keliatan lebih hitam dan segar.
Master Guide Reinforcement 102
Penggunaan sikat ini jangan terlalu sering, karena meskipun efektif namun membuat sol cepat
tipis atau gunakan kertas ampelas (sand paper) yang biasa dugunakan untuk menghaluskan
kayu.
Dapat juga digunakan penghapus pulpen, penghapus ini lebih keras dari penghapus pensil.
Gosok di bagian depan sol sepatu dan bersihkan sebersih mungkin debu/ kotoran karet yang
ada. Namun Cara paling gampang adalah denga saling menggosokan kedua sol sepatu yang
kanan dan yang kiri setiap selesai / akan melakukan pemanjatan. Tip yang ini dipraktekan oleh
beberapa pemanjat saat emergensi / dadakan dengan menggunakan air ludah.
3. Secara umum perawatan alat yang lain adalah jangan diinjak, dibanting dan segeralah
membersihkan alat setelah pemakaian serta simpan ditempat yang memiliki suhu normal.
TEKNIK PEMANJATAN
Pada dasarnya merupakan cara menempatkan tubuh sedemikian rupa sehingga cukup stabil,
memberikan peluang bergerak, dan bertahan lama. Teknik-teknik pemanjatan ada beberapa macam,
antara lain :
1. Face climbing, yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih ada tonjolan atau rongga
yang memadai untuk pijakan kaki dan pegangan tangan.
2. Friction / slab climbing, teknik yang mengandalkan gaya gesek sebagai gaya penumpu yang biasa
dilakukan pada tebing yang tidak terlalu vertikal.
3. Fissure climbing, teknik yang memanfaatkan celah batuan dengan mempergunakan anggota badan
sebagai pasak. Teknik-teknik yang dikenal adalah :
Jamming, untuk celah yang tidak terlalu lebar, jari-jari tangan dan kaki dapat kita masukkan
atau kita selipkan pada celah tersebut.
Chimneying, teknik memanjat pada celah vertikal yang cukup lebar sehingga badan dapat
masuk diantaranya dan punggung di salah stu sisi tebing, kaki menempel pada sisi tebing depan
dan belakang, kedua tangan demikian pula. Bersamaan kedua tangan dan kaki mendorong ke
atas dan menahan berat badan.
Bridging, teknik pemanjatan pada celah vertikal yang lebih lebar dengan posisi badan
mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu tangan yang berfungsi sebagai penjaga
keseimbangan.
Lay back, teknik memanjat pada celah vertikal, jari tangan mengait pada tepi celah dengan
punggung miring sedemikian rupa menempatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan.
Tangan menarik kebelakang dan kaki mendorong kebelakang kemudan bergerak naik silih
berganti.
Hand traverse, teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping. Hal ini dilakukan bila
tempat pegangan yang ideal sangat minim dan pemanjatan vertikal sudah tidak memungkinkan
lagi.
Mantelselv, teknik memanjat tonjolan-tonjolan keras (terasteras kecil) yang letaknya agak
tinggi namun dapat diandalkan untuk tempat berdiri dan kedua tangan dipergunakan untuk
menarik berat badan dibantu dengan pergerakan kaki.
CLIMBING CALL (Aba-aba pendakian)
Climbing when you.re ready (belayer kepada leader bahwa belayer telah siap).
PClimbing (leader kepada belayer bahwa pemanjatan telah dimulai).
OK (jawaban belayer).
Take in (leader kepada belayer, tali terlalu kendur minta dikencangkan).
Slack (leader kepada belayer, tali terlalu kencang minta dikendurkan).
Rock (leader kepada belayer, peringatan ada batu jatuh).
Fall (leader kepada belayer, leader akan jatuh).
PROSEDUR PENDAKIAN
Tahapan-tahapan suatu pendakian hendaknya dimulai dengan langkah-langkah sbb :
1. Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai.
2. Menyelipkan perlengkapan yang diperlukan
3.
a. Untuk leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa agar mudah untuk diambil
dan tidak mengganggu pergerakan.
b. Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan alat-alat serta mengamankan leader
bila terjatuh.
4. Bila belayer dan leader sudah siap memulai pendakian, segera memberi aba-aba pendakian.
5. Bila leader telah sampai pada satu pitch (tali habis), ia harus memasang anchor.
6. Leader yang sudah memasag anchor di atas selanjutnya berfungsi sebagai belayer, untuk
mengamankan pendaki berikutnya.
Arus Sungai
Adalah arah yang dituju aliran air yang disebabkan perbedaan tinggi. Kecepatan aliran tergantung pada
gradient dan ukuran sungai. Dengan volume yang sama, ukuran sungai yang lebih sempit atau gradient
yang lebih besar akan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sungai yang
memiliki ukuran yang lebih lebar atau gradient yang lebih kecil.
Selain air, sungai juga dipenuhi oleh materi air, misal batuan yang memiliki komposisi terbesar.
Keberadaan batu ini sangat mempengaruhi aliran air yang ada dan menyebabkan air terbelah dan
membentuk suatu alur menyerupai huruf V.
reversal
hydraulic
Adanya perubahan bidang jatuh yang cukup drastis menyebabkan arus berputar ke atas yang biasa
kita sebut hole. Bidang jatuh yang cukup vertikal akan menyebabkan arus putar dari bawah dengan
daya putar yang lebih kuat dari yang biasa yang disebut Hydrolic.
Pada dasar sungai yang cukup terjal tetapi dasarnya ynag tiba-tiba landai menyebabkan arus kuat
tertahan dan berbalik membentuk putaran di atasnya yang disebut Back Curling.
back curling
Semua arus jenis ini menyebabkan perahu terhenti bahkan jika cukup besar akan menyebabkan
perahu terbaik atau tersedot ke dalam. Lebih baik menghindari arus ini, tetapi jika sudah terlanjur
usahakan perahu dalam kondisi lurus dan dayung maju dalamdalam agar mencapai arus maju di
dalam sungai sehingga dapat segera keluar dari arus balik tersebut.
4. Arus Eddys
Biasa terbentuk dibalik batu atau tikungan dimana air berhenti dan berbalik arah ke hulu
membentuk suatu pusaran.putaran yang cukup kuat akan menjadi putaran turbulensi yang
berbahaya karena back curling dapat menyebabkan perahu berputar-putar dan terbalik, tapi untuk
arus yang tidak kuat, arus ini sangat bermanfaat untuk tempat istirahat, tempat penyelamatan, dan
tempat untuk mengamati jalur di depan sebelum menentukan manuver berikutnya.
Bentukan-Bentukan Lain
Adalah material lain selain air yang terdapat di sepanjang sungai, yakni :
1. Batuan (rock, boulder)
Letak batuan yang tidak teratur menimbulkan variasi aliran pada sungai yang membutuhkan
kemampuan manuver untuk melaluinya. Batu yang cukup besar dan menyembul keluar
permukaan dapat menyebabkan perahu tersangkut (Wrapped).
2. Undercut
Terdapat di tikungan sungai karena terkikisnya dinding sungai hingga membentuk suatu
rongga. Dalam rongga yang cukup besar akan menyebabkan arus berpusar yang menyebabkan
benda yang masuk ke dalamnya sulit untuk muncul lagi.
3. Hambatan (Strainer)
Adalah rintangan yang berupa pohon tumbang di atas aliran sungai yang akan menyebabkan
perahu tersangkut.
4. Penyempitan sungai (Contriction, bottleneck)
Arus akan mengalir cepat pada daerah ini, sehingga laju perahu menjadi bertambah cepat dari
yang kita kehendaki dan akan menyulitkan pengarungan.
5. Pendangkalan Sungai (Shallows)
Sungai yang dangkal biasa terjadi karena pelebaran sungai sehingga perahu tidak bisa lewat
karena perahu akan tersangkut dasar sungai.
6. Reruntuhan batu /tebing
JERAM
Jeram Adalah bagian aliran sungai yang beraliran cepat diantara batuan atau hambatan yang
membentuk turbulensi atau arus balik, merupakan bagian yang sulit untuk dilewati tetapi disinilah letak
tantangan dalam pengarungan sungai. Jeram terbentuk dari perubahan kecepatan dan arah aliran,
perbedaan gradient, serta bentukan dasar sungai, perubahan lebar sungai, dan perubahan volume air.
Variasi dari kompionen-komponen di atas menyebabkan terbentuknya skala/tingkat kesulitan (grade)
jeram.
Ada dua sistem yang dipakai dalam arung jeram ini, yakni skala western dari 1 - 10 yang diperkenalkan
oleh Doc Marston penguasa Grand Canyon dan skala internasional dari I - IV seperti tabel (lampiran).
SKALA
INTERNASONAL
SKALA
WESTERN
TINGKAT/LEVEL
I
II
0
1-2
3-4
III
5-6
IV
7-8
9 - 10
b. Canoe
Berbentuk lancip, terbuka, dan ukurannya lebih besar dari kayak yang dikendalikan oleh satu
atau dua orang dengan kaki melipat kebawah tempat duduk.
c. Kayak
Berbentuk lancip pada bagian depan dan belakangnya, tertutup digunakan oleh satu orang
dengan dayung dua bilah atau dua orang dengan dayung satu bilah.
2. Dayung
Sebagai alat pengayuh terbuat dari bahan yang kuat tetapi ringan dan usahakan berwarna mencolok
dan lentur. Bahan yang cukup baik adalah plas tik, selain
itu dapat juga kayu, fiberglass, serta kombinasi kayu
dengan aluminium atau fiberglass. Untuk pengarungan
sungai dengan perahu karet terdapat dua jenis dayung yakni :
Paddle
Oar
3. Pompa
Bahan yang bagus terbuat dari plastik karena ringan. Ada pompa
injak dan pompa tangan. Pompa ini harus selalu ada dalam setiap
pengarungan.
4. Tali
Disamping sebagai penambat perahu dan pembalik perahu (flip line) juga sangat
berfungsi sebagai alat penyelamatan. Untuk tali penyelamatan (throwing bag) ini,
biasanya terbuat dari kernmantel statis yang dikemas dalam sebuah kantong sepanjang tiga puluh
sampai empat puluh meter.
5. Ember
Untuk perahu yang belum mempergunakan sitem self-bailing, ember sangat vital untuk membuang
air yang masuk ke dalam perahu. Bahan dari plastik atau karet dan berwarna mencolok sangat
cocok untuk kegiatan ini.
6. Alat Reparasi
Digunakan untuk penanggulangan kebocoran pada perahu atau pompa. Alat perekat/lem, alat jahit,
karet bekas, serta beberapa kunci pas dapat kita pergunakan untuk keperluan reparasi.
Master Guide Reinforcement 113
7. Dry Pack
Seperti carrier yang terbuat dari bahan anti air dengan kapasitas yang diselesaikan lama perjalanan
yang melindungi makanan dan pakaian serta peralatan lain yang tidak boleh basah.
8. Peta
Digunakan terutama pada sungai yang baru pertama kali kita arungi, untuk mengetahui kondisi
sungai sehingga kita menyusun rencana manuver dan perjalanan yang aman.
9. Perlengkapan P3K
Disesuaikan dengan jumlah awak, lama pengarungan, dan hal-hal yang mungkin terjadi sepanjang
sungai.
10. Perlengkapan tambahan
Untuk pengarungan yang memakan jangka waktu yang cukup lama dapat ditambahkan peralatan
komunikasi, peralatan camping, dan yang sesuai dengan kebutuhan tambahan.
TEKNIK DASAR PENGARUNGAN SUNGAI
Keterampilan mengarungi sungai tidak hanya memerlukan waktu yang panjang, tetapi juga dibutuhkan
kemampuan pemahaman segala teknik pengarungan sungai serta kemampuan penyelamatan dan
pertolongan (safety and rescue). Jadi pada dasarnya kombinasi pengetahuan teoritis dan jam terbang.
Scouting
Adalah pengamatan awal terhadap jeram yang belum dikenal sebelum mengarunginya bisa dilakukan
di atas perahu atau dari tepian sungai, yang meliputi :
Pengamatan suatu jeram dari beberapa sudut pandang.
Analisis tingkat kesulitan jeram, mencariu jalur teraman, dan kemungkinan terjadi trouble
Memformulasikan rencana yang direncanakan termasuk jalur yang disepakati, jalur cadangan,
manuver yang akan digunakan, dan persiapan tim rescue apabila dibutuhkan
Pelaksanaan
Untuk tingkat pemula, scouting ini sangat bijaksana untuk selalu dilakukan untuk menghindari halhal yang tidak diinginkan.
Tidak ada kata .haram. untuk melakukan lining atau portadging apabila jeram tersebut memang
tidak bisa dilewati.
Lining adalah menuntun perahu lewat tepi sungai, sedangkan portadging adalah mengangkat
perahu lewat darat.
Teknik Mendayung
1. Teknik Oar
Karena telah dilengkapi dengan rangka untuk tempat duduk dan pegangan dayung di tengah, maka
cara duduknya sesuai kondisi di perahu. Sedangkan teknik mendayungnya hanya maju (forward
stroke) dan mundur (backstroke). Untuk membelokkan perahu dapat dengan kombinasi dayung
kanan maju dan kiri mundur atau sebaliknya.
2. Teknik Paddle
Ada dua macam cara duduk dalam teknik ini yaitu teknik cowboy style, yakni posisi menunggang
kuda, kaki pendayung menjepit tabung perahu sehingga salah satu kaki berada di luar perahu, tetapi
Master Guide Reinforcement 114
rawan terhadap benturan dengan batu/dinding sungai. Cara lain adalah seperti perempuan
membonceng sepeda motor, kedua kaki ke dalam bagian dalam perahu.
Untuk cara mendayung, disamping cara dayung maju dan mundur, ada juga dayung tarik (draw
stroke) dengan menancapkan dayung jauh dan ditarik ke arah perahu, dayung tolak (pry srtoke)
kebalikan datung tarik, serta dayung pancung (crossbow draw) oleh pendayung depan dengan
dayung tarik dari sisi depan memotong moncong perahu.
3. Aba- aba dan komunikasi diatas perahu
Dalam berarung jeram langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan pengarungan adalah
menunjuk seorang trip leader atau kapten. Kapten inilah yang nantinya memberikan aba-aba
kepada awak lainnya. Aba-aba yang diinstruksikan antara lain :
a. Abaaba maju digunakan untuk mempercepat laju perahu kedepan dengan cara semua awak
perahu mendayung bersamaan sedangkan skipper tetap mempertahankan sudut arah perahu
ketempat yang akan dituju.
b. Abaaba kuat digunakan untuk menambah kecepatan maksimal perahu kedepan dengan cara
mendayung dengan seluruh tenaga dan bilah dayung dibuang jauh kedepan lalu ditarik
kebelakang dengan interval waktu yang cepat dan biasanya dikenal dengan dayung pancung
c. Abaaba kiri mundur digunakan untuk membelokan sudut arah perahu kearah kiri, dengan cara
awak perahu yang duduk disebelah kanan mendayung maju sedangkan awak perahu
disebelahkiri mendayung mundur.
d. Abaaba kanan mundur digunakan untuk membelokan sudut arah perahu ke arah kanan dengan
cara awak perahu bagian kiri mendayung maju dan awak perahu bagian kanan mendayung
mundur.
e. Abaaba stop digunakan bukan berarti unutk menghentikan laju perahu melainkan
memberhentikan gerakan mendayung dari awak perahu. Fungsinya untuk mempermudah
pemandu atau skipper unutk melakukan manuver terutama di arus deras atau bermanfaat
mengistirahatkan awak perahu apabila sudah terlihat kelelahan.
f. Aba-aba pindah kiri atau pindah kanan digunakan oleh para pemandu untuk menghindarkan
dari perahu terbalik (flip) atau menempel di batu (wrap). Caranya bila kapten menginstruksikan
untuk pindah kiri maka awak perahu yang disebelah kanan harus pindah ke sebelah kiri perahu
begitu juga sebaliknya. Instruksi ini harus dilakukan dengan gerakan yang cepat karena kalau
terlambat akan menyebabkan perahu terbalik.
Manuver Perahu
1. Ferry
Merupakan manuver dasar dalam melewati arus dengan menghadapkan perahu dalam posisi 450
terhadap arus utama
2. Pivot dan Back Pivot
Teknik memutar perahu dengan cepat saat memasuki riam dengan haluan menghadap ke hilir
(pivot) atau haluan menghadap ke hulu (back pivot)
3. Portegee
Merupakan manuver yang dipergunakan para pelaut portugis dengan mengarahkan perahu langsung
ke sasaran yang dituju. Ini membutuhkan kekuatan merengkuh dayung yang sangat kuat.
Cara berenang yang benar yakni dengan posisi terlentang dan kaki berada di depan kita seolaholah kita dapat melihat ujung kaki kita. Apabilka masuk ke dalam sebuah hole, usahakan
berenang ke arah samping atau masuk ke dasar sungai dan sekalian mengikuti arus bawah ke
depan.
2. Menabrak Batu (Boom)
Jika tidak dapat dihindarkan, biarkan perahu moncongnya tetap mengarah ke batu sehingga
perahu akan terhenti sesaat dan berputar mengikuti arus di sekitar batu dan usahakan awak tetap
dalam kondisi mendayung serta penumpang bagian belakang pindah ke tengah agar tidak
terpental dan perahu tidak terbalik atau tersangkut pada batu tersebut.
Master Guide Reinforcement 116
3. Perahu Terbalik
Usahakan segera menjangkau ke arah perahu dan naik lewat buritan dan membalikkannya
sebelum bahaya lain menunggu di depan. Apabila terjebak dalam perahu usahakan segera
keluar untuk menghindari benturan batu.
Apabila tidak memungkinkan untuk membalik, maka kendalikan perahu dalam kondisi terbalik
dan tunggu sampai kita dapati daerah yang tenag dan memungkinkan untuk membalikkan
perahu.
4. Menempel Batu (Wrapped)
Saat perahu bagian tengah menabrak perahu usahakan secepatnya seluruh awak berpindah ke
tempat dimana paling dekat dengan batu untuk menghindari terjadinya wrapped. Apabila terjadi
wrapped usahakan segera naik ke atas batu dan berenang ke pinggir untuk melepas perahu yang
melekat di batu tersebut.
Teknik terbaru adalah .z-drag., yakni teknik melepaskan perahu dengan membuat bentuk tali
menyerupai huruf z dengan bantuan carabiner dan pulley.
Penyelamatan
Ditujukan untuk penyelamatan diri sendiri atau teman kita. Disamping itu bisa ditujukan ke perahu atau
awak perahu.
1. Penyelamatan dengan tali
Digunakan jika ada awak perahu yang terlempar dari perahu dan hanyut terbawa arus, yang
dilakukan dari darat dengan cara melempar tali (throwing bag). Sebelum melempar tali usahakan
agar korban mengetahui tali itu dilempar untuk penyelamatannya, dengan posisi pelempar pada 45
derajat dari korban sehingga dengan dorongan arus posisi korban berada di depan pelempar. Untuk
posisi korban dalam memegang tali rescue seperti gambar berikut.
2. Penyelamatan perahu
Apabila terjadi wrapped maka teknik .z-drag. seperti di atas dapat kita pakai, tetapi apabila ada
awak yang terjepit perahu, maka penanggulangan secepat mungkin dibutuhkan untuk penyelamatan
nyawa awak, yakni dengan mengurangi tekanan udara perahu dengan cara merobek perahu
sehingga awak perahu yang terjepit dapat segera keluar dari himpitan.
TEKNIK PENYEBERANGAN
Kemampuan untuk menyeberang, khususnya dalam penyeberangan sungai harus dimiliki oleh seong
yang gemar dalam melakukan kegiatan alam terbuka, seperti perjalanan menelusuri sungai, pantai atau
menjelajahi hutan rawa. Suatu saat kita akan dihadapkan pada keadaan yang mengharuskan kita untuk
menyeberangi sungai.
Teknik penyeberangan sungai dapat dibagi menjadi beberapa bagian :
Dengan Alat
Penyeberangan Basah
Renang Survival
Berenang dengan tali
Dengan rentangan tali
Tanpa Alat
Penyeberangan Kering
Dengan rakit/perahu
Dengan rentangan tali
Menyeberang Biasa
Hati-hati dalam penyeberangan, apabila terdapat anggota kelompok yang tidak bisa berenang.
Salah satu cara yang aman dalam menyeberang sungai adalah sebagai berikut :
Orang pertama melangkah ke air dibantu orang kedua.
Orang kedua berada di belakang orang peartama dibantu orang ketiga dan seterusnya.
Orang pertama melangkah, urutan kejadian (1) diulang lagi.
Untuk arus deras, kelompok lebih baik bergerak sebagai satu kesatuan.
Menyeberangi sungai dengan cara berenang.
Pilih tempat yang paling aman untuk menyeerang, dan bersiaplah untuk terbawa arus kea rah hilir.
Tempat yang paling aman untuk menyeberang adalah dari A ke B, yaitu pada bagian yang terlebar
(disini biasanya paling dangkal), C ke D dan E ke F adalah daerah belokan sungai yang juga aman
untuk menyeberang.
Pada penyeberangan dengan ponco di sungai berarus sedang, kita harus selalu
mengusahakan agar posisi ponco tetap mengarah miring/serong ke hilir. Dengan posisi
demikian kita dapat memanfaatkan arus sungai.
Kegunaan pelampung ponco ini bukan hanya untuk menyeberangkan orang saja tetapi juga
dapat sebagai tandu air, dengan cara mengikat beberapa pelampung menjadi satu.
2. Sesampainya diseberang melepaskan ikatan tali pada dirinya. Lalu mengikatkan tali pada
dirinya dan mulai menyeberang dengan dibantu tali yang menghubungkannya dengan . Bila
tergelincir, jatuh atau kehilangan keseimbangan, maka ditarik oleh yang berada
diseberang dan berdiri lebih ke hilir daripada .
3. (orang terakhir) menyeberang dengan cara yang sama. Ia dibantu oleh dan dan ditarik
ketepi oleh bila ia jatuh.
Seberangkan tali dengan mengikatkan tali pada orang pertama dan tali dipergunakan sebagai
belay.
Pada seberang sungai, tali dikatkan dengan menggunakan simpul kambing pada satu sisi
lainnya menggunakan simpul pangkal. Untuk meregangkan tali gunakan prusik.
Bentangan tali harus miring searah aliran sungai.
Penyeberangan dapat dimuali dengan menggeserkan badan dan berpegangan pada rentangan
tali. badan yang dikatkan pada tali dengan menggunakan cincin kait (carabiner) sebagai alat
pengaman pada penyeberangan.
Kesulitan yang timbul pada penyeberangan basah relatif sedikit, dan pada umumnya jika
menggunakan tali sebagai sarana penyeberangan basah adalah begaimana cara membawa ujung
tali ke seberang sungai, namun yang teropenting adalah melaksanakan dengan tenang.
2. Penyeberangan kering
Disebut penyeberangan kering jika seluruh bagian tubuh penyeberang berada di atas permukaan
sungai.
Menggunakan Rakit / perahu.
Jika sungai yang akan diseberangi terlalu lebar dan dalam yang paling aman adalah dengan
menggunakan rakit. Sungai-sungai di pulau Jawa cenderung mudah diperoleh rakit atau perahu.
Menggunakan rentangan tali
Digunakan bila sungai yang diseberangi terdapat celah sempit dan dalam. tetapi cara ini jarang
digunakandalam suatu perjalanan.
Beberapa contoh penyeberangan dengan menggunakan tali adalah sebagai berikut :
Dengan menggunakan rentangan tali
Prinsip pemasangan dan simpul yang dipakai sama dengan penyeberangan basah dengan
mengunakan tali. Cara yang ditempuh adalah m,erayap pada tali diatas tali atau menggantung pada
tali.
Tali tubuh dikaitkan pada tali untuk menjaga penyeberang jika jatuh.
Dengan dua rentangan tali
Dengan menggunakan dua rentangan tali lebih mudah bergerak. Tali yang satu untuk injakan dan
tali yang kedua untuk pegangan tangan dan ikatan
Dengan tiga rentangan tali
Sama dengan membuat jembatan darurat,bersifat permanen dan sering digunakan secara terusmenerus. Ketiga tali tersebut dihubungkan dengan menggunakan tali ayng lebih kecil yang
dianyam dengan posisi tali rentangan aalah satu tali sebagai injakan dan dua tali sebagai pegangan
yang tingginya sejajar dan berada di atas tali pertama. Anyaman dibuat antara tali terbawah dengan
masing-masing tali diatas.
TAHAPAN SAR
1. Tahap Kekhawatiran (Awarness Stage). Adalah tahapan dimana suatu keadaan darurat di duga
kan muncul termasuk penerimaan informasi keadaan darurat
2. Tahap Kesiagaan (Initial Action Stage). Adalah persiapan untul menyiagakan fasilitas SAR dan
untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas, antara lain :
a. Mengevaluasi dan mengklasifikasikan informasi yang didapat
b. Menyiapkan fasilitas SAR
c. Pencarian awal dengan komunikasi (Precom)
d. Perluasan pencarian dengan komunikasi (Excom)
3. Tahap Perencanaan (Planning Stage). Pada tahap perencanaan ini, dituntut suatu perencanaan
yang efektif. Pelaksanaannya adalah daerah gerak yang merupakan daerah pencarian
Tahap perencanaan pencarian (Search Planning Event)
Ada empat tahap pencarian yang berurutan, yaitu :
1. Menghitung / memperkirakan Datum atau Most Probable Position
2. Menentukan luas area pencarian (Search Are)
3. Menentukan pencakupan daerah yang diinginkan (Area Coverage)
4. Mengembangkan perencanaan pencarian yang mungkin dilaksanakan dengan menggunakan unit
pencari (SRU)
Urutan perencanaan pencarian (Search Planning Sequence)
Secara umum urutan pencarian adalah sebagai berikut :
Menentukan posisi kejadian darurat dan mempertimbangkan pengaruh angin, arus air, dan hal-hal
lain yang mungkin berpengaruh terhadap gerakan korban sejak waktu kecelakaan terjadi, sampai
tibanya unit pencari di tempat kejadian
Menentukan luas area pencarian untuk kemungkinan kesalahan perhitungan dari faktor-faktor yang
terpengaruh pada survivor
Memilih pola pencarian terbaik yang akan digunakan. Dalam hal ini yang sesuai dengan situasi dan
kondisi saat kejadian kecelakaan tersebut
Tyipe dari search target yang dicari, dipertimbangkan jarak target minimum untuk dapat dideteksi
oleh alat sensor unit pencari. Lebar penyapuan dan jarak alur (search track) harus diperhitungkan
dan ditentukan untuk perkiraan kemampuan pendeteksian (probability of detection)
Jumlah SRU yang tersedia dan keterbatasan pada faktor-faktor lain juga diperhitungkan bila
dianggap perlu untukmengembangkan perencanaan pencarian agar dapat melengkapi atau
mengatasi suatu keadaan tertentu yang mungkin muncul.
Tingkatan perencanaan pencarian (Degree of Search Planning)
Secara umum tingkatan ini membutuhkan pertimbanangan :
1. Keadaan lingkungan dan ketetapan laporan posisi insiden
2. Bisa tidaknya unit SAR yang terlatih/tersedia terpakai
3. Waktu yang terlewat sejak terjadinya kecelakaan
Master Guide Reinforcement 125
POLA-POLA PENCARIAN
Setelah lokasi dan luas search area ditentukan, suatu pencarian yang sistematis terhadap target haruslah
direncanakan. Pemilihan pola-pola pencarian bergantung pada beberapa faktor antara lain :
ketepatan datum, luas area, SRU yang tersedia dan fasilitas SRU, kondisi dan cuaca medan search area,
besar /ukuran search object.
1. Confinement Mode.
Adalah suatu cara pencarian dengan cara menetapkan garis batas pencarian untuk mengurung orang
yang hilang agar berada dalam lokasi pencarian. Dalam praktek, cara ini sulit diterapkan dari segi
teknisnya sehingga pemecahannya dilakukan dengan metode :
a. Trail Block. Tim kecil ini dikirim untuk memblokir jalan setapak yang keluar masuk search
area
b. Road Block. Sama seperti Trail Block, hanay saja yang diblokir adalah jalan yang cukup besar
c. Look Out. Satu orang atau satu tim ditempatkan di lokasi strategis dan memungkinkan untuk
melihat bebas ke arah pencarian. Ditempatkan di perbatasan search area
d. Camp In Ini sama saja denggan look out, hanya saja ditempatkan didalam search area, bukan
diperbatasan. Biasanya mudah dijangkau oleh tim pencari
e. String Line. cara ini memakan waktu yang lama, tetapi sangat efektif yaitu membuat pagar dar
tali dengan keterangan pada tali tentang lokasi base camp atau camp in.
Search Base
2. Detection Mode
Pemeriksaan daerah yang dicurigai oleh SRU dengan cara menyapu
a. Type I search. Tujuan tipe ini adalah memeriksa dengan segera area spesifik yang sangat
memungkinkan. Biasanya dilakukan hanya pada tahap awal pencarian dan dilakukan oleh tim
yang mampu bergerak cepat
b. Type II search. Sasaran tipe ini adalah mencari dengan cepat pada seluruh area. Dilakukan
ditahap awal pencarian dan jika diduga waktu bertahan hidup survivor sangat sempit.
c. Type III search. Tipe pencarian ini adalah pencarian dengan tingkat kecermatan tinggi.
Dilakukan bila tipe II gagal dan sudah diperoleh bukti yang lebih pasti tentang lokasi hilangnya
survivor.
Team 1
Team 2
Team 3
Metode Type II
3. Regu dalam penyapuan sejajar menggunakan kompas sebagai pengontrol gerak.
Komponen Pendukung SAR
Organisasi : Merupakan struktur organisasi SAR meliputi aspek pengertian unsur koordinasi,
komando dan pengendalian, kewenangan, lingkup penegasan dan tanggung jawab.
Fasilitas : Adalah komponen berupa unsur, peralatan, perlengkapan, serta fasilitas pendukung
lainnya yang dapat digunakan dalam operasi misi SAR.
Komunikasi : Dalam kegiatan SAR komunikasi merupakan sarana untuk melakukan fungsi deteksi
terjadinya suatu musibah, fungsi komando dan pengendalian operasi.
Perawatan Gawat Darurat (Emergency Care) : Berupa penyediaan fasilitas perawatan yang bersifat
sementara termasuk memberi dukungan terhadap korban di tempat kejadian
Dokumentasi : Berupa pendataan laporan dari kegiatan, analisis serta data-data yang akan
menunjang operasi SAR dan sebagai pengembangan untuk operasi berikutnya.
Sikap Mental Selama Pencarian
Sangatlah perlu untuk mengingat bahwa dalam pencarian, kita mencari orang yang hilang dan
membutuhkan pertolongan. Karenanya harus selalu dikembangkan sikap cermat pada daerah yag
disapu dan juga memperhatikan tempat yang mungkin dijadikan survivor untuk tempat berlindung,
seperti dibalik batang-batang pohon, atau batu-batu besar. Hal ini tentu saja mendatangkan kebosanan.
Karena itu sikap sabar juga harus selalu dipegang teguh.
KOMUNIKASI LAPANGAN
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain sangat vital untuk dikuasai dalam berkegiatan di alam
terbuka. Hal ini akan sangat terasa apabila kita berada dalam kondisi survival dimana kita harus
mampu memberikan isyarat untuk memberitahukan atau meminta pertolongan pada seorang yang
mungkin dapat memberikan pertolongan pada kita. Dalam materi ini akan diterangkan beberapa cara
berkomunikasi yang praktis yang akan berguna langsung dalam berkegiatan alam terbuka, yaitu :
Semaphore
Morse
Komunikasi Radio
Cara lain dalam keadaan darurat
SEMAPHORE
Semaphore adalah suatu isyarat untuk menyampaikan berita dengan menggunakan sepasang bendera.
Jarak terjauh yang masih dapat dijangkau sepanjang mata memandang. Untuk bendera semaphore
menggunakan warna yang mencolok mata sehingga akan mudah dibedakan dengan benda lain. Tetapi
pada masa sekarang hal ini sudah jarang bahkan hampir tidak pernah dipergunakan walaupun kadangkadang berguna untuk keadaan darurat. (Keterangan kode semaphore terlampir )
MORSE
Morse adalah salah satu bentuk komunikasi yang berupa kode kombinasi suatu bentuk panjang dan
pendek yang mewakili semua huruf, angka, dan tanda baca. Alat yang dipergunakan untuk mengirim
morse :
Peluit
Peluit yang dipergunakan adalah peluit whistle/peluit pramuka karena peluit jenis ini menghasilkan
bunyi yang tidak dipengaruhi oleh tekanan udara. Isyarat tanda titik dengan tiupan peluit pendek
dan tanda strip dengan tiupan peluit panjang.
Cahaya
Cahaya yang terbaik adalah cahaya lampu senter yan ditutup dengan kain merah atau jingga karena
intensitas warnanya paling bisa dilihat dan tidak menyilaukan mata. Tanda titik dinyatakan dengan
penyinaran sekejap dan tanda strip dengan tiupan peluit panjang.
Asap
Asap sangat sulit digunakan karena harus dijaga intensitasnya agar jelas bisa terbaca. Biasa
digunakan oleh suku bangsa Indian.
Peralatan Elektronik
Telah digunakan secara luas pada waktu alat telegraf masih dipakai.
Sistem pernyataan tanda sama seperti pada peluit.
PROSEDUR KOMUNIKASI
Pengirim
Pemberitahuan kirim berita (NK)
Penerima
Siap menerima (K)
Belum siap menerima (Q)
b.
c.
d.
e.
Adalah cara yang paling sederhana untuk memberitahukan kedudukan dengan api yang besar dan
terang sehingga mudah terlihat pada malam hari atau asap yang tebal dan menggumpal pada siang
hari. Tetapi hindarkan jangan sampai membakar hutan.
Cermin Survival
Cermin survival adalah sebuah cermin dua sisi yang berbentuk empat persegi panjang yang terbuat
dari logam yang mempunyai dua lubang, satu ditengah dan satu dipinggir.
Cara penggunaan :
1. Pegang cermin kira-kira 10 cm didepan wajah
2. Intip objek yang dituju melewati lubang tengah cermin sehingga sinar yang melewati lubang
cermin jatuh diwajah
3. Usahakan kondisi ini terus berlangsung dengan tetap mengntip objek yang dituju. Misalkan
pesawat terbang atau kapal laut.
4. Pada saat itu objek akan menerima kilatan/pantulan sinar cermin tesebut
Pada cuaca terang tanda ini dapat terlihat hingga jarak 15 kilometer. Apabila cermin yang
dimaksud tidak ada dapat digunakan potongan kaleng bekas makanan seperti sarden atau kornet.
Kain
Digunakan untuk memberikan isyarat dari darat ke udara, dapat dibuat dari kain putih, oranye, atau
warna lain yang mencolok, mudah terlihat dan dibentuk sedemikian rupa sehingga memiliki arti
yang telah disepakati bersama.
Isyarat Tubuh
Merupakan teknik lain komunikasi dari darat keudara dengan gerakan-gerakan tubuh yang
mempunyai arti tertentu.
Flare
Digunakan khusus untuk operasi penyelamatan di gunung
MANAJEMEN BENCANA
PENGERTIAN BENCANA, BAHAYA, RESIKO DAN KERENTANAN
1. BENCANA (DISASTER)
adalah kerusakan yang serius akibat fenomena alam luar biasa dan/atau disebabkan oleh ulah
manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerugian material dan kerusakan lingkungan
3. KERENTANAN (VULNERABILITY)
adalah keadaan atau kondisi yang dapat mengurangi kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan
diri untuk menghadapi bahaya atau ancaman bencana;
4. RESIKO
adalah kemungkinan dampak yang merugikan yang diakibatkan oleh hazard dan/atau
vulnerability.
Bencana = Bahaya x Kerentanan
Gejala :
Bergesernya kristal batuan
disepanjang daerah yang
rapuh dan saling
bertabrakan;
Karakteristik umum
Bergetarnya bumi akibat
gelombang dan dibawah
permukaan bumi karena:
Permukaan yang
bergeser
Hentakan
Tsunami
Getaran
Mencairnya es
Tanah Longsor
Hal-hal yang dapat
diprediksikan
Kemungkinan terjadinya
gempa
bumi
dapat
diramalkan tetapi tidak
dapat ditentukan waktunya
secara tepat.
Tingkat Kerentanan
Faktor penyebab
kerentanan :
Lokasi wilayah
seismik (kedekatan
wilayah pemukiman
dengan wilayah/pusat
gempa)
Struktur yang tidak
tahan terhadap
pergerakan tanah
Tingkat kepadatan
bangunan yang tinggi
Kurangnya akses
informasi mengenai
resiko gempa bumi
Dampak yang khas
Kerusakan fisik
Rusak atau hancurnya
struktur dan
infrastruktur.
Kebakaran, rusaknya
bendungan, tanah
longsor, dan banjir
mungkin saja terjadi.
Upaya kesiapsiagaan
Mencermati informasi
peringatan dini dan
kesiapsiagaan gempa bumi
Kebutuhan paska bencana
Pencarian dan
penyelamatan
Bantuan medis darurat
Ramalan tersebut
berdasarkan pemantauan
kegiatan seismik (hal-hal
yang berhubungan dengan
gempa bumi), sejarah
bencana, dan observasi.
Korban cenderung
banyak, khususnya dekat
episenter atau wilayah
dengan tingkat populasi
tinggi, atau bangunan
yang rapuh.
Survey penilaian
kerusakan dan kebutuhan
Bantuan pangan
Rekonstruksi/perbaikan
Pemulihan ekonomi
Faktor penyebab
kerentanan :
Gunung yang kaya tanah
(subur) menarik
perhatian orang-orang
untuk menetap.
Struktur dengan desain
atap yang tidak tahan
terhadap akumulasi abu,
akan sangat rentan
bahkan dalam jarak
bermil-mil dari gunung
berapi.
Dampak yang khas
Kerusakan struktur
Arus pyroclastic akan
menghancurkan segala
sesuatu yang dilewatinya.
Abu dapat merusak
struktur bangunan/benda
tinggi. Abu panas
menyebabkan kebakaran.
Banjir merupakan hasil
dari terputusnya atau
berbeloknya arus air.
Arus lumpur dapat
menyebabkan kerusakan
bangunan atau benda
lain.
Tingkat Kerentanan
Faktor penyebab
Miring/longsornya tanah dan kerentanan
batuan
akibat
getaran,
Perumahan/bangunan di
Pemetaan hazard
perubahan arah air, beban
lereng, tanah yang rapuh,
UU penggunaan tanah
yang
berlebihan,
cuaca,
karang diatas bukit
Asuransi
bergesernya
penopang,
Perumahan/bangunan di
komposisi aliran air, rapuhan,
dasar lereng, atau lembah Upaya kesiapsiagaan
berkurangnya unsur pengikat
Jalur komunikasi dan jalan
Pendidikan
tanah, dan lereng buatan
di wilayah pengunungan
Sistem monitoring
manusia.
Bangunan berpondasi
(pemantauan), peringatan
lemah
dan evakuasi
Pipa yang mudah rusak,
jalur pipa yang terkubur
Kurangnya pemahanan
mengenai bahaya dan
dampak tanah longsor
Karakteristik umum
Jenis gerakan tanah
longsor bervariasi: jatuh,
longsor, robohnya
penopang bumi, dan
mungkin juga karena
badai, gempa bumi, dan
letusan gunung berapi.
Lebih luas daripada gejala
alam lainnya.
Hal-hal yang dapat
diprediksikan
Frekuensi kejadian, luas,
dan dampak tanah longsor
mungkin dapat
diramalkan, dan wilayah
resiko tinggi juga dapat
ditentukan dengan cara
memanfaatkan informasi
geologi, geomorfologi,
hidrologi, klimatologi, dan
vegetasi.
Pencarian dan
penyelamatan
(menggunakan alat
pengerukan tanah)
Bantuan medis
Penampungan darurat
4. BANJIR
Karakteristik
Gejala
Secara alamiah terjadi secara
cepat, di daerah sungai atau
pantai karena hujan yang
terus menerus atau bersifat
musiman.
Ulah manusia dalam hal
pemanfaatan lahan dan
penampungan air.
Karakteristik umum
Faktor yang
mempengaruhi tingkat
bahaya kedalaman air,
durasi, kecepatan air,
rata-rata kenaikan air,
frekuensi kejadian, cuaca
Tingkat Kerentanan
Faktor penyebab
kerentanan
Banjir bandang
bendungan rusak, hujan
yang tidak berhenti,
hujan lebat secara tibatiba
Banjir sungai lambat,
dan biasanya musiman
Banjir pantai
berhubungan dengan
angin tropis, gelombang
tsunami, dan badai
5. KEKERINGAN
Karakteristik
Gejala
Sebab utama kurangnya
curah hujan
Sebab lain El Nino
(serangan air permukaan
panas ke air yang lebih
dingin di Pasifik timur);
makhluk hidup dapat
menyebabkan perubahan
pada permukaan tanah.
Tingkat Kerentanan
Faktor penyebab
kerentanan :
Wilayah dengan kondisi
panas, dan meningkat
menjadi periode
kekeringan
Wilayah pertanian berada
ditanah yang berlapis tipis
Kurangnya
penghijauan/pepohonan
Kurangnya penanaman
Suatu wilayah tergantung
pada hujan sebagai
sumber air
Karakteristik umum
Air dan kelembaban
akan berkurang
Kekeringan secara
meteorologi curah
hujan dibawah harapan
(kurang), dalam jangka
waktu yang lama dan
wilayah yang luas.
Kekeringan hidrologi
terjadi karena defisit air
pada permukaan
(kondisi dibawah
normal) atau frekuensi
air tanah yang kurang.
Kekeringan agrikultur
terjadi karena kurangnya
frekuensi dan sebaran
hujan, penyerapan serta
penguapan air yang
menyebabkan
rusak/berkurangnya
lahan pertanian atau
peternakan
Hal-hal yang dapat
diprediksikan
Periode kekeringan yang
tidak normal biasanya
terjadi pada musim panas
yang normal. Belum ada
metode yang secara tepat
dapat meramalkan waktu
dan lama kejadian, kapan
berakhir dan kapan akan
terjadi lagi.
Analisa data klimatologi
dapat membantu
persiapan penilaian
(assessment).
Besar skala kekeringan
di Fiji terjadi selama
episode, yang dikenal
sebagai Gangguan
Selatan El Nino (El Nino
Southern Oscillation).
Masa ini merupakan
siklus 4 5 tahunan.
Subsidi makanan
Program penciptaan
lapangan dan tenaga
kerja
Distribusi makanan
Program makanan
tambahan
Program-program
khusus dibidang
peternakan dan
perkebunan
Program kesehatan dan
air
Rehabilitasi
Kesiapsiagaan Bencana :
Upaya-upaya yang memungkinkan masyarakat (individu, kelompok, organisasi) dapat mengatasi
bahaya peristiwa alam, melalui pembentukan struktur dan mekanisme tanggap darurat yang
sistematis;
Tujuan : untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan
sarana-sarana pelayanan umum;
Kesiapsiagaan Bencana meliputi : upaya mengurangi tingkat
resiko, formulasi Rencana Darurat Bencana (Disasters Plan),
pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, pelatihan
warga di lokasi rawan bencana;
Mitigasi :
TANGGAP DARURAT
Namun, keberhasilan pencapaian tujuan dipengaruhi oleh dua faktor lain, yaitu :
Informasi : Seberapa banyak informasi yang kita dapatkan mengenai bencana dan akibat yang
ditimbulkan
Sumber Daya : Seberapa kuat sumber daya yang dimiliki oleh organisasi dan sumber daya lokal.
LANGKAH LANGKAH TANGGAP DARURAT
1. Kesiapsiagaan individu
Kesiapsiagaan individu merupakan hal hal yang harus diperhatikan SEBELUM terlibat dalam
tindakan tanggap darurat, karena menyangkut keselamatan diri, dan seluruh anggota lainnya.
Termasuk didalam Kesiapsiagaan individu adalah koordinasi Penanggulangan Bencana (PB).
Namun karena hal ini dilakukan dalam setiap tahap tindakan tanggap darurat, maka koordinasi PB
akan dibahas tersendiri.
2. Koordinasi Penanggulangan Bencana (PB)
Koordinasi PB adalah segala bentuk komunikasi, baik komunikasi internall maupun eksternal, yang
bertujuan untuk mendukung kegiatan penanggulangan bencana. Koordinasi dilakukan dalam setiap
tahapan pada tanggap darurat.
3. Assessment
Assessment adalah penilaian keadaan. Seperti koordinasi, assessment juga dilakukan dalam setiap
tahapan dalam tanggap darurat. Namun, untuk tindakan awal, yang harus dilakukan adalah
assessment cepat, yang dilanjutkan dengan assessment detil.
4. RenOps SDP
Rencana Operasi atau Service Delivery Plan, adalah sebuah perencanaan yang dibuat berdasarkan
hasil dari assessment. RenOps juga merupakan perwujudan dari Action Plan.
5. Distribusi Bantuan
Distribusi Bantuan atau relief distribusi adalah langkah berikutnya setelah RenOps disetujui. Dalam
distribusi bantuan juga terkait mengenai masalah pergudangan.
Disaster response memerlukan kerja tim dalam satu koordinasi bukan kerja individu, hal ini
tidak mungkin berlangsung tanpa komunikasi
Kesulitan dalam komunikasi bukan hanya masalah bagaimana berbicara tetapi bagaimana
mengkomunikasikan hal-hal penting yang dapat diketahui banyak pihak (petugas maupun
korban bencana).
Sulit memperkirakan apa yang terjadi, baik keadaan bencana, keadaan korban
Seluruh anggota team penanganan bencana memerlukan komunikasi antar team maupun antar
lapangan dan Posko . Sulit melakukan koordinasi antar instansi
Dalam skala besar tidak dapat berkomunikasi baik secara regional, nasional maupun
internasional
Rumah sakit penerima seharusnya menerima data dari Posko tentang jumlah korban yang akan
dikirim, jenis kasus dan alat transportasi yang digunakan.
Dari petugas dilapangan komunikasi untuk RS yang akan menerima tujuan pasien adalah
konfirmasi tentang jumlah korban yang dikirim, keadaan pasien dan ditambahkan tindakan
pertama yang diberikan serta tindakan selama transportasi.
Rumah sakit penerima korban bencana harus selalu menyiapkan fasilitas walaupun pasien
dikirim tanpa informasi dari lapangan.
FORMULIR
PENGIRIMAN BERITA
Pengirim berita
Nama
: ..
Telp./Callsign : ...
Tanggal
: ......................
Waktu
: pk .................
:
:
Penerima berita
Nama
: ..
Waktu : Pkl..
Tanggal :
DAFTAR PUSTAKA
1. US Army Survival Manual
2. Diktat Pendidikan Dasar Astacala (Pecinta Alam mahasiswa STT TELKOM)
Lampiran
KODE SEMAPHORE
A&1
B&2
C&3
(LH down RH low) (LH down; RH out) (LH down; RH high)
F&6
G&7
(LH out; RH down) (LH low; RH down)
K&0
(LH up; RH low)
L
(LH high; RH low)
P
Q
(LH up; RH out) (LH high; RH out)
D&4
(LH down; RH up)
E&5
(LH high; RH down)
H&8
I&9
J & Huruf
(LH across low; RH out) (LH across low; RH up) (LH out ; RH up)
M
(LH out; RH low)
N
(LH low; RH low)
R
(LH out; RH out)
S
(LH low; RH out)
O
(LH across high; RH out)
T
(LH up; RH high)
U
V
W
X
LH high; RH high) (LH low; RH up) (LH out; RH across high) (LH low; RH across high)
Y
Z
Numerical sign
Annul Sign
(LH out; RH high) LH out; RH across low) (LH high; RH up) (LH low; RH high)
Error
(LH and RH raised
Lowered together)
Kode Morse
Untuk mengenal Kode morse maka, pertama-tama kita harus mempelajari terlebih dahulu sandi-sandi
pada setiap huruf, angka & tanda-tanda baca. Berikut ini rumusan dari Kode morse Internasional yang
dikenal:
Titik/Dit/Dot
(Nada Pendek)
Garis datar/Dah/Dash (Nada Panjang)
Huruf-huruf :
A
B
C
D
E
F .
G
H
I
J
Angka-angka
K
L .
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z .
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
Tanda Baca :
Titik
Koma
? Tanda Tanya
( Kurung Buka
) Kurung Tutup
= Sama Dengan
/ Garis Miring
Kutip
Petik
: titik dua
; titik koma
- garis datar
Tanda lainnya:
VVV
KA
SN
AR
AS
SK
HH
SOS
KN
K
Persiapan Transmisi/Perhatian
Perhatian
Awal Pengiriman Berita
Ganti/over
Apabila selalu terbang di tempat yang gelap/ di dalam bayang/bayang bertanda cuaca akan
buruk/datang hujan.
6) Cacing
Apabila pada malam hari mereka menimbun tanah berbutir-butir di kebun, berarti akan turun
hujan.
7) Lintah
Kita dapat membuat barometer dari seekor lintah yang ditaruh dalam gelas berisi air, yaitu :
Bila lintah melekat pada gelas di atas permukaan air, maka bertanda cuaca akan tetap membaik
; Apabila ia berdiam di dasar gelas bertanda cuaca buruk dalam waktu yang lama ; apabila akan
datangtopan maka ia akan melekat erat-erat di gelas sedang ekornya digerak-gerakkan sekeraskerasnya.
8) Siput
Pada cuaca yang baik akan merayap dengan tenang, sedang pada cuaca buruk akan merayap
dengan cepat.
9) Ikan
Akan melompat-lompat di atas air bila cuaca akan buruk.
10) Katak
Pada cuaca buruk akan berdiam dalam air dan pada cuaca baik mereka akan duduk di tepi
kolam.
Apabila pada malam hari cuacanya baik di musim kemarau mereka tidak menyanyi maka cuaca
buruk akan datang.
11) Ayam
Pada waktu hujan ayam akan berteduh. Bila hujan tidak akan lama mereka akan tetap berjalanjalan dan membiarkan dirinya kehujanan. Apabila mereka selalu mencakar-cakar tanah berarti
hujan akan datang.
12) Bebek/Angsa
Mereka nampak tidak senang dan selalu menggigit bulunya (memberi lemak), apabila cuaca
akan buruk.
13) Burung Kepinis
Pada waktu cuaca baik mereka akan terbang tinggi sekali karena serangga tinggi pula
terbangnya.
Apabila terbang rendah sekali bertanda cuaca buruk akan hujan.
Bila cuaca buruk di pagi hari maka mereka tidak akan keluar dari sarangnya.
14) Kambing
Apabila akan turun hujan bau badannya dapat tercium dari jarak yang lebih jauh daripada ketika
cuaca baik.
15) Kelelawar
Mereka akan terbang mulai senja hari bila cuaca akan baik pada malam hari itu.
Bila mereka berdiam di dalam goa maka cuaca akan buruk.
16) Asap
Bila asap naik dengan tegak lurus dan tinggi sekali maka cuaca pada hari itu akan tetap baik.
Apabila asap naiknya mendatar dengan tanah/rendah maka cuaca akan buruk.Burung
17) Gagak
Apabila hujan akan turun mereka akan terbang berputar-putar di atas sarangnya.