Professional Documents
Culture Documents
Kegiatan sosialisasi dan mitigasi bencana ini dilakukan di Selat Sunda, Lampung Selatan dan
Padeglang, Jawa Barat pada tahun 2006 dan di Pantai Selatan (Kabupaten Cilacap dan Pacitan)
pada tahun 2007.
I. Latar Belakang Kegiatan Sosialisasi dan Mitigasi Bencana Alam Gempabumi Dan Tsunami
1
Indonesia secara spasial terletak di wilayah yang sangat strategis bagi bernaungnya
beranekaragam sumberdaya, baik biotik maupun abiotik. Secara geografis, Indonesia merupakan
wilayah yang rawan bencana alam, karena Indonesia terletak pada zona pertemuan tiga lempeng
tektonik yang selalu bergerak, yaitu Lempeng Samudra Indo-Australia, Lempeng Benua Eurasia,
dan Lempeng Samudra Pasifik, serta lempeng-lempeng lebih kecil yang juga selalu bergerak.
Indonesia merupakan daerah yang memiliki jalur gempabumi dan vulkanik aktif. Lokasi ini
menyebabkan aktivitas kegempaan tinggi, yang rentetan peristiwanya mengakibatkan terbentuknya
struktur geologi baru, rusaknya struktur geologi yang ada sebelumnya, sehingga akan
mengakibatkan bencana alam gempabumi, longsoran, dan tsunami. ( Ellen J. Prager dalam Furious
Earth, 2006)
Setiap orang yang tinggal di wilayah rawan bencana harus menyadari bahwa mereka hidup
di lingkungan yang mempunyai potensi terhadap terjadinya bencana. Mereka harus hidup
berdampingan secara harmonis dengan lingkungan dalam memanfaatkan sumberdayanya, namun
mereka tetap harus meningkatkan kewaspadaan. Masyarakat harus mengetahui keberadaan
ancaman bencana, tingkat ancaman bencana, serta gejala-gejala alam yang terjadi sebelum ancaman
berubah menjadi bencana. Pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan akan dapat meningkatkan
kapasitas masyarakat dalam melakukan mitigasi bencana, sehingga meminimalkan dampak
negatifnya menjadi sekecil mungkin atau mengurangi korban, baik manusia dan harta benda,
melalui kegiatan sosialisasi. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat mampu melakukan
penanggulangan bencana alam gempabumi dan tsunami yang akan terjadi.
Secara umum tujuan dilakukan sosialisasi dan mitigasi bencana ini antara lain membangun
masyarakat sadar bencana, meningkatkan SDM yang handal dalam penangulangan bencana, serta
memberikan informasi kepada masyarakat yang bersifat edukasi dalam upaya meningkatkan
peranan DEPSOS terhadap penanganan kebencanaan nasional dengan lingkup konsep “Disaster
Management Cycle”. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan di beberapa lokasi antara lain Selat Sunda
yang meliputi Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Pandeglang serta Pantai Selatan Jawa
yang meliputi Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Pacitan. Pemilihan daerah sosialisasi didasarkan
pada kondisi daerah yang rawan terhadap bencana khususnya gempabumi dan tsunami.
2
Sosialisasi ditujukan kepada segenap lapisan masyarakat baik individu maupun
lembaga serta komunitas yang berperan dalam pemberdayaan masyarakat. Sasaran kegiatan
meliputi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan,
lembaga pendidikan, lembaga sosial, lembaga swadaya masyarakat, media informasi, karang
taruna, ibu-ibu PKK, dan lembaga swasta.
4
Gambar 2.1 Alur Kegiatan Sosialisasi dan Mitigasi Bencana Tahun 2006
5
Tim Reaksi Cepat Kabupaten Evakuasi Korban
6
serta prasarana, kurangnya sarana komunikasi dan kurangnya informasi serta
sosialisasi kesadaran masyarakat.
3.Permasalahan di Kecamatan Rajabasa antara lain kurangnya peralatan,
komunikasi, sosialisasi, dana, letak desa yang jauh, tugas struktur desa yang
kurang efektif serta isu-isu yang terjadi.
Solusi yang disampaikan secara umum dari hasil FGD di Kabupaten Lampung
ini antara lain, penyediaan sarana prasarana dan alat yang mendukung
penanggulangan bencana (rambu-rambu, sirine, megaphone, kendaraan), melakukan
sosialisasi kepada masyarakat, menyiapkan dana dan logistik, memaksimalkan fungsi
kelembagaan dan aparat serta pembuatan jalur evakuasi.
Tabel 2.1. Acuan Kerja Penanggulangan Bencana Hasil FGD di Kabupaten Pandeglangan.
No IDENTIFIKASI TUJUAN KENDALA SOLUSI BERSAMA PENANGGUNG
MASALAH JAWAB
REKOMENDASI
7
komunikasi, kentongan
2. EKONOMI
1. Dinas/Instansi/
a. Penghasilan - Distribusi logistik - Distribusi logistik - Pembentukan tim PBA Muspika
Masyarakat Rendah berjalan dg baik lambat dan tidak (Penanganan Bencana Kecamatan
merata Alam) tingkat 2. Pemerintahan
- Distribusi logistik Kecamatan yang Desa
tidak tepat sasaran bertanggung jawab 3. Tokoh
penuh dalam distribusi Masyarakat,
logistik Tokoh Pemuda,
LSM
8
Gambar 2.2. Jalur Evakuasi yang Dibuat Masyarakat di Kabupaten Pandeglang
dan Lampung Selatan.
Gambar 2.3. Rambu-rambu yang telah dibuat warga masyarakat peserta sosialisasi.
9
lokal masyarakat setempat. Program sosialisasi sebagai media edukasi bencana sangat
penting dilakukan sebagai bekal kesiapsiagaan masyarakat dalam berperikehidupan di
kawasan rawan bencana. Adapun diagram alur kegiatan sosialisasi dan mitigasi bancana
untuk wilayah pantai selatan jawa yang meliputi Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Pacitan
dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3. Alur Kegiatan Sosialisasi dan Mitigasi Bencana Tahun 2007
10
Desa Kembang merupakan desa yang rawan bencana dan merupakan desa
ring satu yang berada dekat dengan muara sungai Grindulu yang belum
pernah dilaksanakan sosialisasi.
Pada kegiatan Workshop diikuti oleh perwakilan dari Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten (Kesbanglinmas, Dinas Kesehatan, Dinas Kehutanan, Dinas
Pendidikan, Lingkungan Hidup), DPRD, Lembaga Swadaya Masyarakat dalam dan
luar negeri, Media, BMG, Tokoh Masyarakat, Satkorlak dan Satlak, Tagana, dan PMI.
Para peserta mendiskusikan solusi dari kendala atau persoalan yang dihadapi, sehingga
dapat diidentifikasi & dirumuskan konsep penguatan kelembagaan lokal untuk
melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana ditingkat daerah. Hasil workshop
yaitu kesepakatan pemerintah daerah mengantisipasi terjadinya bencana dengan
membentuk sistem manajemen yang baru antara lain :
a. menjalin kerjasama dengan BMG berupa pengadaan alat Early Warning System.
Polres dan Kodim telah siaga dan melakukan koordinasi dengan pengusaha dalam
pengadaan kendaraan besar yang dimiliki untuk evakuasi.
b. Komando Distrik Militer (Kodim) berperan dalam proses evakuasi korban,
menolong dan mengamankan wilayah dan sebagian aparat secara khusus
memberikan bantuan medis.
c. Masing-masing Kepala Desa sudah dibekali pengetahuan kebencanaan beserta jalur
evakuasinya.
11
d. Kantor dinas sosial atau kesejahteraan sosial sudah siap dengan perahu karet untuk
penanggulangan bencana banjir.
e. Bidang Kesejahteraan Sosial berfungsi dalam menyiapkan peralatan dapur,
transportasi untuk mengangkut bantuan pangan dan sandang, dan peralatan lain
seperti genset untuk penerangan.
f. BAPPEDA dalam proses bencana berperan saat pra bencana, yakni dalam rencana
pembangunan yang mengikuti aturan kesesuaian lahan dan tata ruang.
g. Kesbanglinmas bertindak sesuai dengan SK Bupati mengadakan pertemuan antar
bidang secara rutin setiap dua bulan sekali.
h. Pemerintah desa telah dapat memetakan jalur dan tempat evakuasi menuju desa
Kayen dan desa Jelok, sedangkan masyarakatnya telah menindaklanjuti penyuluhan
kebencanaan.
i. TNI dan POLRI pernah menyelenggarakan gladi yang diikuti oleh lembaga-lembaga
di tingkat kecamatan dan desa yang akan dilakukan secara berkesinambungan.
j. PMI melakukan kordinasi dengan Kodim untuk evakuasi dan menolong korban.
Puskesmas bila memungkinkan berfungsi sebagai pos penanggulangan darurat dan
evakuasi.
k. Penggalangan partisipasi kelompok wanita (Pembinaan Kesejateraan Keluarga)
dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana dilakukan dengan menyampaikan
pengetahuan tentang kebencanaan, menampung bantuan logistik serta mendukung
penyediaan konsumsi di dapur umum.
l. Tokoh masyarakat berfungsi sebagai pemberi informasi kepada masyarakatnya, dan
menggerakannya agar masyarakat mengetahui tindakan yang dilakukan ketika terjadi
bencana.
m. Karang taruna menjadi ujung tombak pemerintah desa dalam penanggulangan
bencana. Kelompok ini membutuhkan pelatihan dan pendampingan tentang simulasi
penangulangan bencana secara berkesinambungan.
n. Tagana belum banyak diketahui perannya di tingkat desa karena keberadaanya diatur
dan dikordinasi oleh propinsi dan fihak kabupaten.
o. RAPI dan ORARI sebagai kelompok yang bertugas di jalur komunikasi, berfungsi
memonitor melalui radio, yang terhubung ke lembaga-lembaga terkait dengan
penanggulangan bencana.
p. INFOKOM dalam hal ini berperan dalam klarifikasi kebenaran berita dan
mempublikasikan melalui media-media yang aktif, seperti radio. Baywatch sebagai
12
suatu organisasi penyelamatan daerah pantai masih perlu dukungan, mungkin karena
kurang koordinasi dengan pihak yang terkait, sehingga kurang fasilitas dan biaya,
serta kewenangan masih belum jelas.
q. Kegiatan yang berkaitan dengan bencana alam menjadi tanggung jawab pokok
pemerintah Kabupaten Pacitan, sehingga harapan yang disampaikan dengan
pelaksanaan sosialisasi ini dapat melengkapi sistem yang sudah berjalan.
2. Desa Widarapayung Wetan yang merupakan desa ring satu, yaitu desa
yang terkena bencana tsunami pada tanggal 17 Juli 2006 dan menimbulkan
banyak korban jiwa. Alasan lain dilaksanakan sosialisasi di daerah tersebut
karena kegiatan sosialisasi mitigasi bencana belum pernah dilaksanakan di kedua
desa tersebut.
Hasil dari sosialisasi, workshop dan pembahasan mengenai solusi atas kendala atas
persoalan yang dihadapi, maka pembagiaan tanggung jawab para stakeholder yang ada,
adalah sebagai berikut.
13
b. Satpol PP mengatur pengungsi yang berada di pendopo kabupaten selama
beberapa malam dikarenakan banyaknya warga masyarakat yang mengungsi ke
pendopo kabupaten. Satpol PP turut meredam kepanikan warga yang mengungsi
ke Banyumas atau yang mengungsi ke masjid, sekolah, dan kantor-kantor.
Setelah pengungsi merasa aman, satpol PP membantu mengatur pengungsi
kembali ke desa masing-masing dengan kendaraan dari kabupaten.
e. Staf kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab.Cilacap juga turun tangan
untuk membantu evakuasi, mendata korban, mendirikan dapur umum, dan
mendirikan tenda bagi pengungsi di daerah aman.
16
Gambar 2.6. Infrastruktur (Rambu-rambu) Penanggulangan Bencana.
17
III. Kesimpulan dan Rekomendasi
III.1. Kesimpulan
2. Model sosialisasi yang dihasilkan dapat menjadi sumber inovasi Depsos RI untuk
diadopsi dan diadaptasikan di daerah-daerah lain secara nasional.
3.2. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, E.P. 1986. Indonesia. Southeast Aia Association on Seismology and Earthquake
Engineering.Series on Seismology volume V.
BPM Pemerintah Kabupaten Pacitan, 2006, Daftar Isian Profil Desa dan Kelurahan Tahun
2006, Kabupaten Pacitan.
ESDM, 2006, Gempabumi dan Tsunami, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,
Bandung
Prager. Ellen J. 2006. Furious Earth : The Science and Nature of Earthquakes, Volcanoes, and
Tsunamis. Bandung : Penerbit Buku Pakar Raya
19