You are on page 1of 9

Waktu : Rabu, 8 April 2009

Kelompok : 6

MALARIA UNGGAS AKIBAT Plasmodium sp.


DAN PENANGGULANGANNYA

Oleh :
Yevi Nurvirli B04060172
Maisharah Zulfa B04060198
Zuhra Taufika B04060589
Dina Amallia B04060794

BAGIAN PARASITOLGI
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESEHATAN
MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
PENDAHULUAN
Malaria pada unggas disebabkan oleh parasit genus Plasmodium. Curah
hujan yang tinggi menyebabkan tingkat penyakit ini meningkat. Penyakit malaria
pada unggas banyak menyerang beberapa peternakan unggas didaerah dataran
rendah. Genangan air menjadi medium yang ideal bagi perkembangbiakan
nyamuk sebagai vector penyakit ini. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa
genus Plasmodium terutama pada spesies Plasmodium Gallinaceum ini banyak
menyerang ayam terutama ayam buras atau ayam petelur yang dipelihara di dekat
lingkungan yang terdapat lahan berair. Selain itu, banyak burung-burung mirip
ayam (galinaceua birds) dapat diinfeksi. Tingkat kematiannya tidak tinggi, namun
cukup membuat bingung para teknisi kesehatan ayam di lapangan dalam
mendiagnosa penyakit sebenarnya. Terlebih lagi penyakit ini sering diikuti dengan
sejumlah ayam yang menderita lumpuh dan melanjut dengan kematian, walaupun
penyebab kematian sudah pasti bukan karena penyakit ini, melainkan karena
sesak nafas akibat terinjak-injak ayam lainnya.
Penyakit ini dapat menular ke ayam-ayam lain yang berada dalam satu
flok, sehingga menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi peternak ayam,.
Meskipun hanya satu ayam yang mungkin terinfeksi oleh parasit ini dalam satu
flok tetapi akan mudah menyebar ke ayam-ayam yang lain. Hal ini disebabkan
mudahnya penyebaran parasit melalui media pakan dan air minum.

Taksonomi dari plasmodium


Phylum : Apicomplexa
Kelas : Coccidia
Ordo : Eucococidiorida
Family : Plasmodidae
Genus : Plasmodium
Spesies : Plasmodium gallinaceum
MORFOLOGI
Plasmodium dalam perkembangannya cepat berubah dari satu bentuk ke
bentuk lain di dalam vektornya. Sporozoit parasit ini berbentuk seperti pisang
dengan diameter yaitu 1 mikron. Stadium ini selanjutnya berkembang menjadi
skizon yang berbentuk bulat, berukuran 18 x 15 mikron dan pada skizon yang
sudah masak berisi merozoit yang sudah siap dilepaskan ke dalam sel darah
merah. Makrogametosit (gametosit betina) intinya kecil, kompak bewarna merah
muda, berukuran 20-26 mikron. Sedangkan mikrogametosit (gametosit jantan)
bewarna biru bersifat difuse dan berukuran 20-25 mikron. Hasil pembuahan
makrogamet dan mikrogamet disebut zigot. Zigot dapat bergerak dan disebut
dengan ookinet dan selanjutnya berkembang menjadi ookista yang berbentuk oval
dan berdiameter 50 sampai 60 mikron.

SIKLUS HIDUP
Siklus hidup parasit ini terdiri dari siklus aseksual yang berlangsung pada
induk semang vertebrata dan siklus seksual yang berlangsung pada induk semang
avertebrata. Dalam siklus aseksual akan berlangsung tahap skizogoni dan
gametogoni. Skizogoni berlangsung dalam tiga tahap yaitu skizon pra eritrosit,
skizon eritrosit, dan skizon eksoeritrosit. Tahapan sporogoni akan dimulai dari
perkembangan gametosit yang dilanjutkan dengan siklus seksual yang
berlangsung dalam tubuh vektor.
Siklus Plasmodium diawali dengan masuknya sporozoit-sporozoit ke
dalam darah melalui suatu gigitan nyamuk. Mereka tinggal dalam peredaran darah
kurang dari satu jam dan cepat masuk ke sel-sel parenkim hati. Di sel-sel
parenkim mereka menjadi merozoit eksoeritrosit pertama yang disebut juga
skizon pre eritosit atau kriptozoit. Skizon membesar dan membagi dirinya secara
pembelahan multiple dan membentuk merozoit-merozoit yang disebut sebagai
metakriptozoit yang akan masuk ke dalam sel-sel parenkim hati baru (pada bangsa
unggas, terjadi di sel-sel endotel dan sebagian besar terjadi didalam sel-sel
haematopoietik) dan menjadi merozoit eksoeritrosit kedua, mengalami
pembelahan ganda dan membentuk metakriptozoit baru . Metakriptozoit baru
keluar dari sel hati, masuk ke dalam peredaran darah kemudian masuk ke dalam
sel eritrosit dan endotel. Metakriptozoit tumbuh dan kemudian disebut skizon
(tropozoit). Pada tahap skizogoni, skizon atau tropozoit membentuk vakuol-
vakuol makanan berisi sitoplasma sel induk semang yang diperoleh dengan cara
invaginasi dan mengambil bagian-bagian sitoplasma. Didalam vakuol makanan
terdapat butir-butir pigmen hemozoin karena pencernaan hemoglobin. Tropozoit
pecah dan menghasilkan merozoit. Jumlah merozoit yang dihasilkan tergantung
spesies Plasmodium. Merozoit kemudian keluar dari eritrosit dan masuk ke
eritrosit baru dan mengulangi siklus. Lama setiap siklus tergantung spesies
parasit. Merozoit yang keluar dan melisiskan sel darah merah induk semang
mengeluarkan butir-butir hemozoin dan hasi metabolit lainnya. Bahan-bahan
tersebut bersifat toksin dan menyebabkan suatu reaksi hebat atau Paraxysm pada
induk semang yaitu panas dingin. Setelah infeksi berlangsung beberapa hari, maka
beberapa merozoiit yang memasuki sel eritrosit berkembang menjadi makrogamet
dan sebagian menjadi mikrogamet. Parasit tetap bertahan pada stadium ini sampai
darah ini ditelan oleh nyamuk yang lain. Didalam perut nyamuk mikrogametosit
(sel jantan) berubah dengan cepat dalam waktu 10 sampai 15 menit, inti
mikrogametosit membelah dan menghasilkan 6 sampai 8 mikrogamet panjang
yang mirip flagelum, proses ini disebut dengan eksflagelasi. Mikrogamet
melepaskan diri yang terdiri dari satu inti, satu flagel, dan suatu selaput luar sel.
Mikrogamet yang lepas bergerak aktif mencari sel betina (makrogamet). Jika
Mikrogamet bertemu dengan makrogamet maka terjadi pembuahan dan
berkembang menjadi zigot. Zigot yang terbentuk dapat bergerak menggunakan
ookinet. Ookinet menembus selaput lendir perut tengah (lambung) sampai
dipermukaan luar lambung nyamuk dan tumbuh menjadi ookista. Inti ookista
membelah diri menjadi sporoblast, inti sporoblas membelah diri dan menjadi
ookista yang berisi 10,000 atau lebih sporozoit yang memiliki satu inti di bagian
tengahnya. Sporozoit keluar dari ookista dan bermigrasi ke kelenjar air liur.
Kemudian pindah ke induk semang baru jika nyamuk menggigit lagi. Proses
perkembangan sporozoit memakan waktu 10-20 hari, tergantung dari spesies dan
suhu. Apabila nyamuk pernah terinfeksi maka akan tetap terinfeksi seumur hidup
dan dapat menularkan parasit setiap kali ia menggigit.
TRANSMISI PENYAKIT
Penyakit ini dapat dipindahkan dari satu induk semang ke induk semang
lain baik secara mekanis maupun secara biologis. Secara mekanis yaitu dengan
melakukan penyuntikkan atau inokulasi darah hewan yang terinfeksi penyakit ini.
Sedangkan cara biologis yaitu pemindahan oleh vector yang terinfeksi penyakit

ini pada saat menghisap darah.


Ayam adalah hewan yang paling peka terhadap parasit ini. Ayam-ayam
hutan relatif tahan, tetapi perjangkitan-perjangkitan penyakit ini terjadi pada
ayam-ayam piaraan baik ayam ras maupun ayam import. Unggas lain yang juga
dapat terinfeksi adalah burung kuau, angsa, dan burung merak. Sedangkan burung
kenari, itik, burung mutiara dan burung gereja resisten terhadap infeksi parasit ini.
Unggas dapat menjadi kurus, anemia, dan pembengkakan limpa dan hati. Paralisis
dapat terjadi akibat banyaknya eksoeritrosit yang berada dalam sel-sel endotel
kapiler otak. Penyakit ini dapat bersifat akut terutama pada hewan muda, dan
bersifat kronis terutama pada hewan dewasa. Hewan yang pernah terinfeksi
plasmodium akan membentuk antibody sementara.
Penyakit ini dapat kambuh lagi. Ada dua type kekambuhan yaitu
”recrudescences” dan type ”recurrence”. Type ”recrudescences” atau perjangkitan
kembali terjadi setelah masa latent, setelah parasit-parasit yang ada dalam jumlah
kecil dalam sel-sel darah merah mulai berkembang lagi dan bertambah banyak
jumlahnya sehingga menyebabkan penyakit lagi, kekambuhan type ini khas pada
malaria unggas. Pada kekambuhan type recurrence tidak ada parasit dalam darah,
parasit berada pada stadium eksoeritrosit dalam sel-sel parenkim hati terus
berkembang sampai suatu saat dimana pertahanan badan menurun sehingga
parasit-parasit dapat menyerang darah lagi. Type ini khas pada malaria vivax.
GEJALA KLINIS
Masa inkubasi parasit ini adalah 5-10 hari, dan lamanya parasit ini didalam
darah adalah 7-27 hari dan suhu berfluktuasi. Gejala klinis yang ditunjukkan
adalah munculnya bintik-bintik merah di bawah kulit dan di permukaan kulit,
bahkan otot. Ayam terlihat sangat lesu dan sangat sering menggigil kedinginan.
Feses akan berwarna kehijauan dan encer. Gejala yang terlihat pada ayam akibat
Plasodium dapat dibagi dalam tiga bentuk yaitu bentuk akut, bentuk kurang akut,
bentuk paralisis. Bentuk akut terlihat ayam meringkuk disudut kandang, muka dan
jengger bengkak, kondisi semakin buruk dan mati dalam waktu singkat dan pada
pemeriksaan ulas darah 80% dari sel darah merahnya mengandung Plasmodium.
Bentuk kurang akut ayam terlihat pucat pada muka dan jengger, kondisi lemah
dan ada diare berwarna hijau. Bentuk paralisis, bentuk ini tidak banyak dijumpai
dan biasanya terjadi pada pada ayam yang sembuh dari serangan akut dan sudah
diobati. Bentuk paralisis terjadi karena adanya hambatan pada buluh darah diotak
yang berisi merozoit biasanya terjadi pada tahap eksoeritrosit dan umumnya ayam
akan mengalami kematian karena sudah susah diobati. Gejala klinis lainnya
adalah hewan sulit bernafas, anemia, nafsu makan menurun, kekurusan, bulu
mengerut tidak teratur dan ayam mengalami depresi.

PATOLOGI ANATOMI
Patologi anatomi pada ayam yang menderita malaria adalah pembesaran
limpa bisa mencapai enam kali lebih besar dari normal dan hati, perdarahan
subkutan, pembendungan pada pembuluh darah,. Warna hati dan limpa menjadi
kelabu gelap. Kadang-kadang ada pengumpulan cairan seperti jelly bewarna
kuning pada kantung pericardium, pembendungan buluh darah kapiler jantung dan
otak, dan pendarahan pada urat daging jantung.

DIAGNOSA PENYAKIT
Diagnosa didasarkan pada gejala klinis, patologi anatomi dan pemeriksaan
ulas darah. Dari pemeriksaan ulas darah dapat terlihat adanya parasit dalam
sitoplasma sel eritrosit. Sitoplasma parasit bewarna biru terang yang berinti
bewarna merah dan yang khas dari parasit ini adalah adanya butir-butir pigmen
yang berwarna kuning coklat kehitaman.

PENGENDALIAN PENYAKIT

• PENCEGAHAN

Pencegahan penyakit ini terutama dengan cara memberantas vektornya


yaitu nyamuk, misalnya dengan menyemprotkan insektisida dikandang-kandang,
tetapi perlu diperhatikan juga dampak dari penggunaan insektisida yang terus-
menerus akan menyebabkan resistensi pada vector penyakit ini. Oleh sebab itu
perlu adanya rotasi penggunaan insektisida untuk menghindari adanya resistensi
pada vector penyakit ini. Selain itu, perlu diadakan karantina ayam yang telah
diketahui terinfeksi oleh parasit ini. Perlu juga diperhatikan daya tahan induk
semang dan sanitasi lingkungan sekitar kandang. Pengadaan anti nyamuk di
kandang-kandang juga dapat dijadikan pilihan dalam pencegahan penyakit
malaria unggas ini.. Pencegahan dapat dilakukan juga dengan membersihkan
sarang-sarang nyamuk, abatisasi, yaitu penanggulangan stadium pra-dewasa
nyamuk dengan abate satu sendok makan yang dilarutkan untuk 100 liter pada bak
penampungan air, bisa juga dengan melakukan drainase pada genangan air di
sekitar kandang. Untuk menanggulangi serangan nyamuk bisa dengan
pemasangan kelambu atau screen di kandang untuk mencegah masuknya nyamuk,
menggunakan zat penolak (repellents) misalnya indalone dan rutger 612.

• PENGOBATAN

Pengobatan penyakit ini dapat menggunakan obat-obat anti malaria.


Preparat Fe dan vitamin serta garam-garam mineral diberikan untuk mencegah
keadaan anaemia yang berkelanjutan akibat banyaknya sel darah merah yang
rusak karena parasit. Obat anti malaria yang sering digunakan adalah Chloroquine
rata-rata pemberian 5 mg/Kg BB, paludrine 7.5 mg/ Kg BB selama tiga hari
berturut-turut, Pyrimethamine 0.3 Mg/ Kg BB efektif terhadap P. galliceum.
Informasi terbaru peneliti dari London menemukan enzim yang dapat menggangu
siklus perkawinan parasit. Enzim tersebut berperan sebagai penghambat yang
dapat menghentikan parasit malaria dari perkembangan perkawinannya.

LAIN-LAIN
Spesies lain Plasmodium yang menyerang unggas dan menyebabkan
malaria adalah Plasmodium juxtanucleare yang menyerang ayam dan kalkun.
Gametositnya berbentuk bulat sampai tidak teratur dan kecil. Siklus skizogoni
berlangsung 24 jam, merozoit dihasilkan dlam waktu tiga sampai tujuh jam,
biasanya empat jam.siklus perkembangan belum diketahui. Patogenitasnya sangat
tinggi ditandai dengan kelemahan, anemia, dan gangguan system syaraf. Spesies
lainnya adalah P. relicticum adalah parasit yang sangat pathogen pada burung
merpati, gametosit berbentuk bulat sampai tidak teratur, menggantikan intisel
induk semang, dapat dikeluarkan dari eritrosit dan pigmen berbentuk jarum, siklus
skizogoni 12 sampai 36 jam, merozoit dihasilkan dalam waktu delapan sampai 32
jam tergantung jenisnya, beberapa spesies Culex, Anopheles, Aedes berperan
sebagai vector.

DAFTAR PUSTAKA
Levine, Norman D. 1995. Protozoologi Veteriner. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

Tampubolon, Mangaraja. 1992. Petunjuk Laboratorium Protozoologi. Bogor :


IPB Press.

Tampubolon, Mangaraja. 2004. Protozoologi. Bogor : IPB Press.

You might also like