You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH

ENDOPARASIT (HELMINTHOLOGI)

TEKNIK PEMERIKSAAN ENDOPARASIT SECARA


KUANTITATIF
DENGAN TEKNIK MC MASTER ATAU WITHLOCK

Disusun oleh:
Sisca Valinata (B04060471)
Dina Amallia (B04060794)

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESEHATAN


MASYARAKAT VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
PENDAHULUAN
Cacing secara alami sering ditemukan pada berbagai unggas liar maupun
unggas peliharaan. Pada unggas terdapat dua golongan utama cacing yaitu Nematoda
(cacing gilig) dan Cestoda (cacing pipih). Nematoda termasuk kelompok parasit yang
terpenting pada unggas sehubungan dengan kerusakan yang ditimbulkan. Kelompok
cacing ini memiliki siklus hidup langsung tanpa membutuhkan hospes intermediar.
Nematoda disebut juga cacing gilig karena bentuknya bulat, tidak bersegmen dan
dilengkapi dengan kutikula yang halus. Nematoda yang mempunyai siklus hidup
langsung melewati 4 tahap perkembangan sebelum dewasa. Nematoda dewasa yang
hidup dalam tubuh unggas yang terinfeksi akan menghasilkan telur yang dikeluarkan
bersama feses. Didalam lingkungan, jika telur berembrio ditelan oleh ayam maka telur
akan menetas didalam proventriculus hospes dan berkembang menjadi larva yang
akan tumbuh menjadi cacing dewasa didalam tubuh hospes.
Cacing A. galli tersebar secara meluas pada negara-negara di suluruh dunia.
Penyebaran ascaridiosis dapat terjadi pada keadaan temperatur tropis dan sub-tropis.
Ascaridiosis pada ayam pertama dilaporkan terjadi di Jerman, selanjutnya terjadi di
Brazil, India, Zanzibar, Pilipina, Belgia, China, Kanada, dan Inggeris. Selain pada
ayam, A. galli juga ditemukan pada jenis unggas lainnya seperti angsa, kalkun, dan
pada burung liar. Infeksi Ascaridia disebabkan oleh Ascaridia galli , Ascaridia
dissimilis, Ascaridia numidae, Ascaridia columbae dan Ascaridia bonase. Ascaridia
galli selain berparasit pada ayam juga pada kalkun, burung dara, itik dan angsa.
Ascaridia galli merupakan cacing yang sering ditemukan pada unggas dan
menimbulkan kerugian ekonomik yang tinggi karena menimbulkan kerusakan yang
parah selama bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva.

TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengitung derajat infeksi parasit cacing
pada hewan dengan cara mengitung TTGT (Total Telur per Gram Tinja).

METODELOGI KERJA
Feses yang digunakan dalam praktikum ini adalah feses yang segar atau
maksimal 2 jam setelah feses dikeluarkan. Pengambilan feses yang segar dapat
dilakukan langsung dari rektum. Setelah feses diambil, feses ditimbang sebanyak 2gr,

2
kemudian feses yang telah ditimbang di campurkan dengan larutan garam jenuh
sebanyak 58 ml, sehingga totalnya adalah 60 ml. Kemudian diaduk dan disaring untuk
mengurangi debris yang ada pada feses. Proses penyaringan dilakukan beberapa kali,
dan dihomogenkan dengan cara memindahkan dari satu gelas ke gelas lain sebanyak
sepuluh kali. Larutan tersebut kemudian diambil dengan pipet tetes dan dimasukkan
kedalam kamar hitung. Kamar hitung diletakkan dibawah mikroskop dan ditunggu
lima menit kemudian dengan tujuan agar telur dapat terapung sehingga memudahkan
untuk pengamatan. Selanjutnya jumlah telur dihitung dan jumlah telur yang
ditemukan akan menggambarkan derajat infeksi parasit cacing dari hewan.

ALAT DAN BAHAN


Pada praktikum kali ini alat-alat yang digunakan anatara lain yaitu, neraca
ohaus, gelas, saringan, sendok, pipet pasteur, kamar hitung, mikroskop, dan gelas
ukur,
Bahan yang digunakan anatara lian, feses dan larutan garam jenuh.

TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi
Ascaridia galli merupakan parasit besar yang umum terdapat di dalam usus
kecil berbagai unggas peliharaan maupun unggas liar. Penyebarannya luas di
seluruhdunia. Cacing A. galli merupakan cacing terbesar dalam kelas nematoda pada
unggas. Tampilan cacing dewasa adalah semitransparan, berukuran besar, dan
berwarna putih kekuning-kuningan. Pada bagian anterior terdapat sebuah mulut yang
dilengkapi dengan tiga buah bibir, satu bibir terdapat pada dorsal dan dua lainnya
pada lateroventral. Pada kedua sisi terdapat sayap yang sempit dan membentang
sepanjang tubuh. Cacing jantan dewasa berukuran panjang 51 – 76 mm dan cacing
betina dewasa 72 – 116 mm. Cacing jantan memiliki preanal sucker dan dua spicula
berukuran panjang 1 – 2,4 mm, sedangkan cacing betina memiliki vulva
dipertengahan tubuh. Telur A. galli berbentuk oval, kerabang lembut, tidak
bersegmen, dan berukuran 73–92 x 45–57µm (Admin,2008).

Siklus Hidup
Siklus hidup A. galli bersifat langsung yaitu; pematangan seksual berlangsung
di dalam traktus gastrointestinal inang definitif dan stadium infektif (L2) berlangsung

3
di dalam telur resisten berembrio di lingkungan bebas. Telur dikeluarkan bersama
feses inang definitif dan akan mencapai stadium infektif (L2) dalam waktu 10 – 20
hari tergantung kepada temperatur serta kelembaban lingkungan. Daur hidup
disempurnakan ketika telur infektif A. galli (L2) teringesti oleh inang definitif melalui
makanan atau air terkontaminasi. Telur mengandung larva L2 secara mekanik terbawa
ke duodenum atau jejunum hingga menetas setelah 24 jam pasca ingesti. Selama
penetasan gelungan larva muncul dari ujung anterior telur melewati celah terbuka
keluar kedalam lumen intestinal untuk menjadi L3. A. galli melanjutkan fase
histotropik dengan cara menanamkan dirinya pada lapisan mukosa duodenum (fase
jaringan) menjadi L4. Durasi fase histotropik berlangsung selama 3 – 54 hari pasca
infeksi. Setelah mengalami empat kali molting, L5 (cacing muda) akan tumbuh dan
mencapai dewasa di dalam lumen duodenum. Periode prepaten cacing A. galli
berlangsung dalam waktu 5 – 8 minggu, dan 11 – 15 minggu (Admin,2008).

Gb. Siklus hidup Ascaridia galli

Patogenesis dan Gejala klinis


Ayam muda lebih sensitif terhadap kerusakan yang ditimbulkan Ascaridia
galli. Sejumlah kecil cacing Ascaridia galli yang berparasit pada ayam dewasa
biasanya dapat ditolerir tanpa adnya kerusakan tertentu pada usus. Infeksi Ascaridia

4
galli dapat menimbulkan penurunan berat badan, pada kondisi yang berat dapat terjadi
penyumbatan pada usus. Ayam yang terinfeksi Ascaridia galli dalam jumlah besar
akan kehilangan darah, mengalami penurunan kadar gula darah, peningkatan asam
urat, atrofi timus, gangguan pertumbuhan, dan peningkatan mortalitas.
Umur hospes dan derajat keparahan infeksi oleh Ascaridia galli memegang peranan
penting dalam kekebalan terhadap cacing tersebut. Infeksi A. galli menyebabkan
penurunan berat badan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena ascaridiosis dapat
mengganggu efisiensi absorpsi nutrisi yang berlangasung di dalam usus halus ayam
petelur. Sifat penyakit parasitik cacing A. galli biasanya berjalan kronis sehingga
menimbulkan gejala sakit yang perlahan atau subklinis. Kecacingan tidak
menyebabkan mortalitas tetapi menghasilkan morbiditas (Anonim, 2009)

Gb. lesi pada intestinum

Pengobatan
Obat anti cacing yang paling sering digunakn untuk membasmi Ascaridia
galli adalah piperazin. Selain itu dapat digunakan juga higromisin B dan kumafos
melalui pakan untuk mengendalikan cacing tersebut. Piperazin memiliki efek
narkotika sehingga cacing dapat dikeluarkan dalam keadaan hidup oleh adanya
peristaltic usus. Pengobatan pencegahan pada pullet biasanya diberikan sekitar umur 5
minggu yang diulang pada interval 4 minggu sampai ayam mencapai umur 21
minggu. Pemberian vitamin A selama 5 – 7 hari dapat membantu kesembuhan
mukosa usus yang rusak akibat cacing tersebut (Admin,2008).

5
Pengendalian dan Pencegahan
Lalat dapat bertindak sebagai faktor mekanik dari telur Ascaridia galli , maka
pengendalian terbaik adalah kombinasi antara pengobatan preventif dan manajemen
yang optimal meliputi sanitasi atau desinfeksi ketat dan pembasmian lalat
(Admin,2008).

HASIL PERCOBAAN
Sampel feses yang digunakan dalam praktikum ini adalah feses yang berasal
dari populasi ayam kate yang ada di kubah burung FKH IPB, sehingga tidak diketahui
signalement hewannya secara detail.
Diketahui :
• Jumlah telur dalam 2 gr tinja : 1 buah
• Berat tinja : 2 gr
• Volume total : 60 ml
• Volume hitung : 2 x 0.15 ml (modifikasi)
: 0.3 ml
Ditanyakan : TTGT?
Perhitungan :
TTGT = n x Volume total
berat tinja Volume hitung yang
= 1 buah x 60 ml
2 gr 0.3 ml
= 100

Gb. Telur Ascaridia galli (praktikum) Gb. Telur Ascaridia galli (literatur)

6
Gb. Telur Ascaridia galli (literatur)
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini ditemukan adanya telur cacing Ascaridia galli pada ayam
kate yang diambil dari populasi ayam kate di kubah burung FKH-IPB. Cacing
Ascaridia galli mempunyai kutikula yang tebal. Hal ini berfungsi untuk melindungi
membran plasma hipodermal Nematoda cacing dewasa.. Kutikula pada cacing
dewasa, menyelubungi permukaan luar dan juga melapisi rongga bucal, esophagus,
vagina, lubang ekskretori, kloaka, dan rectum. Kutikula ini berguna terutama sebagai
pelindung yang lentur dan kenyal, resisten terhadap enzim pencernaan hospes dan
terutama pada cacing dewasa, pada umumnya tidak akan dapat ditembus kecuali air
dan beberapa ion kecil di dalam larutan encer. Kutikula juga berfungsi untuk
pengambilan oksigen dan bersama sama denga hypodermis berfungsi untuk lokomosi.
Kutikula terdiri dari tiga lapis, yaitu lapisan korteks di permukaan, lapisan matriks di
tengah, dan lapisan basal. Siklus hidup Ascaridia galli tidak memerlukan hospes
intermediary. Penularannya dapat melalui pakan, air minum, litter, atau bahan lain
yang tercemar oleh feses yang mengandung telur infektif, sehingga bila dalam satu
populasi ternak unggas ada salah satu yang terinfeksi Ascaridia galli, hal itu dapat
menyebabkan tertularnya ayam lain dalam satu populasi.
Teknik pemeriksaan endoparasit dengan pendekatan kualitatif dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik Mc Master atau Withlock. Nama teknik ini diambil dari
nama penemunya yaitu Withlock dan laboratorium yang digunakan untuk
mendapatkan temuan ini, yaitu laboratorium MC Master. Selain dengan melakukan
pendekatan kualitatif, teknik pemeriksaan endoparasit dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan teknik sedimentasi, flotasi
(pengapungan), dan natif. Pendekatan kulitatif ini hanya dapat mendeteksi ada atau
tidaknya parasit dalam tubuh hewan.
Manfaat dari pendekatan kualitatif yaitu, dapat menggambarkan tingkat
keparahan infeksi, karena selain dapat mendeteksi ada atau ttidaknya parasit juga
dapat mengetahui jumlah telur cacing (TTGT) atau jumlah ookista (OTGT). Hal ini
dapat digunakan sebagai bahan evaluasi pengendalian ataupun pengobatan cacing
yang telah dilakukan. Selain itu hasil dari pendekatan kuantitatif dapat digunakan
untuk mengetahui dinamika populasi parasit yang akan berpengaruh terhadap
epidemiologi parasit. Hal ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
TTGT0-TTGT1 x 100%

7
TTGT0
Keterangan:
TTGT0 : Total Telur per Gram Tinja awal
TTGT1 : Total Telur per Gram Tinja akhir

Derajat infeksi dari sebuah parasit dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
TTGT atau OTGT = n x Volume total
berat tinja Volume hitung

Dari hasil perhitungan didapatkan hasil TTGT adalah 100, hal ini memiki dua
arti yaitu yang pertama derajat infeksi dari Ascaridia galli masih sangat ringan. Yang
kedua, ada kemungkinan hasil yang didapatkan adalah positif palsu. Maksud dari
positif palsu ini adalah dari hasil pemeriksaan feses hewan ditemukan telur, tetapi
sebenarnya hewan tersebut tidak terinfeksi Ascaridia galli. Hal tersebut dapat
dikarenakan feses yang diperiksa terkontaminasi oleh feses lain yang mengandung
telur ascaris.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaab ini, maka dapat diketahui
bahwa derajat infeksi parasit cacing pada ayam kate di kubah burung FKH IPB adalah
100. Hal ini jauh lebih kesil dari ambang batas infeksi cacing Ascaridia galli, karena
batas infeksi cacing Ascaridia galli adalah sekitar 3000-5000.

DAFTAR PUSTAKA
[Admin]. 2008. Ascariasis pada Unggas. http://www.vet-
klinik.com/Perunggasan/ascariasis-pada-unggas.html. [16 Juni 2009]
[Anonim]. 2009. Ascaridiagalli.
http://www.damandiri.or.id/file/darmawiipbpbab2.pdf. [16 Juni 2009]
[Anonim]. 2009. Coprologia Aus. www.veterinariavirtual.uab.es/.../coproaus.htm. [16
Juni 2009]
Nobel, Gland A dan Elmer R Nobel. 1989. Parasitologi Biologi Parasit Hewan, Edisi
ke-5. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press

8
Levine, Norman D. 1990. Parasitologi Veteriner. Yogjakarta: Gadjah Mada
University Press

You might also like