Professional Documents
Culture Documents
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu komoditi andalan Provinsi
Jawa Barat yang dikenal masyarakat sejak zaman Hindia Belanda (tahun
1860). Melalui sejarah yang panjang, perkebunan teh dibudidayakan dan
dikelola oleh perusahaan negara, perusahaan swasta, maupun perkebunan
rakyat.
Usaha pembuatan minuman teh di Kabupaten Bandung sendiri,
didukung oleh areal kebun teh yang sangat luas. Tentunya perkembangan
usaha ini tidak jauh dari perkembangan pertanian di Kabupaten Bandung
terutama perkebunan tehnya. Perkebunan teh tersebut banyak terdapat di
pegunungan yang memiliki suhu udara relatif rendah dan mendapatkan
pasokan air yang
ang cukup teratur. Usaha pembuatan teh ini dikelola dan
dikerjakan oleh sumber daya manusia lokal. Bahan baku dibeli dari
perkebunan teh milik rakyat sekitar, diproses menjadi minuman teh di tempat
usaha yang dimiliki. Usaha teh ini memiliki prospek yang cukup
c bagus,
mengingat pasar teh di Indonesia cukup luas. Dengan inovasi produk yang
dihasilkan, maka pasar teh yang akan tergarap akan semakin luas.
C. Tujuan
Tujuan proyek ini adalah mendirikan sistem pertanian terintegrasi
pengolahan teh untuk mendukung program pengembangan pertanian melalui
agroindustri, yaitu berupa pendirian usaha pengolahan teh dengan
diferensiasi produk.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
Bab II
ASPEK UMUM DAN LEGALITAS
A. Profil Usaha
CV Bandung Wangi Indosari (logo perusahaan pada Gambar 2)
bergerak di bidang proses pengolahan komoditas daun teh menjadi minuman
teh seduh, yaitu produk Teh Goreng. Proses yang disajikan sebenarnya
merupakan produk teh hitam orthodox yang merupakan salah satu jenis dari
diversifikasi pengolahan teh sebagai minuman.
B. Lokasi
Proyek pendirian industri Teh Goreng oleh CV. Bandung Wangi
Indosari berlokasi di Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung. Alasan
pemilihan Kecamatan Pasirjambu adalah karena daerah tersebut merupakan
salah satu daerah sentra perkebunan teh di Bandung. Pertimbangan lainnya
adalah karena daerah pemasarannya yang cukup dekat dengan Ibukota
Jakarta dan Bandung merupakan pusat wisata kuliner di Jawa Barat.
Kabupaten Bandung adalah Daerah Tk. II bagian dari Provinsi Jawa
Barat, yang terletak pada suatu dataran tinggi diantara 6°41' - 7'19' Lintang
Selatan dan di antara 107°22' - 108°5' Bujur Timur pada ketinggian antara
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
110 m sampai dengan 2429 m di atas permukaan laut dengan luas wilayah
meliputi 309.207,93 Hektar. Letak daerah ini sangat strategis, bisa ditempuh
dari Ibu Kota Negara (Jakarta) hanya 2 jam saja, bahkan dengan pesawat
pesa
terbang hanya memakan waktu 30 menit.
Gambar
ambar 3. Peta Wilayah Kecamatan Pasirjambu
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
C. Perizinan
Dalam perizinan pendirian CV, izin-izin
izin izin yang perlu diajukan adalah :
1. Akta yang dikeluarkan oleh notaris.
2. Permohonan Surat Keterangan Domisili diajukan kepada Kepala
Kantor Kelurahan setempat sesuai dengan Alamat Kantor perusahaan
berada, sebagai bukti keterangan/keberadaan alamat perusahaan.
3. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan Surat Keterangan sebagai
Wajib Pajak, diajukan pada Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan
keberadaan domisili perusahaan.
4. UUG/SITU
ITU-Surat Izin Tempat Usaha, UUG/SITU Ini diperlukan untuk
proses Izin Usaha Industri/Tanda Daftar Industri atau SIUP-Surat
SIUP Izin
Usaha Perdagangan atau untuk Izin kegiatan usaha yang
dipersyaratkan adanya UUG/SITU berdasarkan Undang-undang
Undang
Gangguan.
5. SIUP-Surat
Surat Izin Usaha Perdagangan, Permohonan SIUP diajukan
kepada Dinas Perdagangan Kota/Kabupaten/Propinsi sesuai dengan
keberadaan domisili Perusahaan.
6. TDP-Tanda
Tanda Daftar Perusahaan, Permohonan pendaftaran diajukan
kepada Kantor Dinas Perindustrian & Perdagangan
Perdagangan Kota/Kabupaten
cq. Kantor Pendaftaran perusahaan sesuai dengan domisili
perusahaan. Bagi perusahaan yang telah terdaftar akan diberikan
sertifikat Tanda Daftar Perusahaan sebagai bukti bahwa
Perusahaan/Badan Usaha telah melakukan Wajib Daftar Perusahaan
sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
No. 37/M DAG/PER/9/2007
37/M-DAG/PER/9/2007 tentang “Penyelenggaraan
Pendaftaran Perusahaan” .
D. Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu hubungan dan susunan antara
tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi ataupun perusahaan
dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan tertentu.
Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan
pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan
aktivitas dan fungsi dibatasi.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
Direktur
Utama
General
Manager
Purchasing
E. Personalia
Karena berbentuk CV atau usaha dengan skala menengah, beberapa
posisi dapat dilakukan oleh 1 karyawan, namun untuk pengembangannya,
akan dibagi-bagi
bagi menurut struktur organisasi yang sudah dipaparkan.
Untuk kebutuhan tenaga kerja, CV Bandung Wangi Indosari akan merekrut
tenaga kerja dengan total 30 orang karyawan
karyawan dengan deskripsi sebagai
berikut :
- Divisi HRD & GA : 2 orang.
- Divisi Marketing : 2 orang.
- Divisi SCM : 2 orang.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
Bab III
ASPEK TEKNIK PERENCANAAN
B. Skala Proyek
Total kapasitas terpasang bangunan pengolahan teh goreng CV.
Bandung Wangi Indosari saat ini baru sebesar 50 Kg Teh/hari. Namun,
kapasitas terpasang tersebut sudah lebih dari cukup untuk mengolah daun teh
segar menjadi teh goreng, dimana daun segar yang diolah per harinya baru
sebanyak 45 Kg, yang dapat menghasilkan 200 kemasan teh goreng.
Dalam pelaksanaan produksi nantinya, tentu saja dimungkinkan akan
terjadinya kelebihan bahan baku daun teh segar ketika musim panen, ataupun
terjadi kesulitan mendapatkan bahan baku pada waktu-waktu
waktu waktu tertentu. Hal ini
tentu dapat diatasi dengan membuat penjadwalan yang baik untuk melakukan
produksi teh goreng. Kerjasama yang dilakukan dengan petani pemasok
bahan baku pun harus secara profesional, saling mengunutngkan kedua belah
pihak.
C. Topografi
Kecamatan Pasirjambu terletak di daerah pegunungan di Kabupaten
Bandung. Kondisi lingkungan tersebut sangat sesuai sebagai daerah
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
perkebunan teh, sehingga daerah ini dijadikan sebagai salah satu pusat
perkebunan teh di Jawa Barat.
D. Bahan Baku
Bahan baku yang diperlukan untuk membuat produk teh goreng
adalah sebagai berikut.
1. Daun Teh Segar
Dalam proses produksi teh goreng, dibutuhkan bahan segar agar
kualitas teh goreng yang dihasilkan tinggi serta menghasilkan cita rasa
teh yang baik. Daun teh yang digunakan merupakan daun teh hasil
petikan
etikan halus, yaitu pucuk peko dengan satu daun atau pucuk burung
dengan satu daun muda. Petikan halus merupakan daun teh grade I
sehingga
hingga dalam proses produksi dapat mencapai kualitas teh yang
terbaik.
2. Flavour
Produk teh goreng yang diproduksi oleh PT. Bandung Wangi
Indosari merupakan teh goreng dengan tambahan tiga jenis flavour.
Tujuan dari penambahan flavour adalah memberikan pilihan aneka
rasa dan aroma dalam mengkonsusi teh. Flavour yang digunakan
adalah lemon
le flavour, vanilla jasmine flavour, dan cinnamon flavour.
Flavour yang digunakan disuplai dari pabrik pengahsil flavour dalam
bentuk sachet plastik dengan kapasitas 5 gram.
3. Bahan Pengemas
a. Kemasan Primer
Kemasan primer merupakan kemasan yang membungkus
kemasan sekunder dan flavour. Kemasan primer yang digunakan
pada industri teh goreng adalah alloy. Pemilihan alloy sebagai
kemasan sekunder dimaksudkan selain alloy mempunyai
kemampuan melindungi produk juga dapat meningkatkan
meningk kualitas
performa produk teh goreng.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
b. Kemasan Sekunder
Kemasan sekunder yang digunakan untuk produk teh goreng
adalah paper sack dengan kapasitas 50 gram. Pemilihan paper
sack sebagai kemasan sekunder karena aman bagi produk, praktis,
murah, dan dapat
dap megurangi masalah limbah.
c. Kemasan Tersier
Kemasan tersier yang digunakan adalah kardus yang memiliki
kapasitas 10 buah produk teh goreng per kardus. Kardus ini
berfungsi sebagai kemasan untuk mempermudah pendistribusian
produk teh goreng.
E. Perencanaan Produksi
Kapasitas produksi merupakan jumlah produk yang harus diproduksi
untuk memperoleh keuntungan yang optimal, yang biasanya dinyatakan
dalam bentuk keluaran per satuan waktu. Perencanaan kapasitas produki
sangatlah penting bagi suatu pabrik atau industri karena
karena kapasitas produksi
erat kaitannya dengan ketersediaan bahan baku dan kemampuan pasar untuk
menyerap produksi pabrik baik pasar lokal maupun pasar internasional.
Kapasitas produksi yang direncanakan dari produk teh goreng adalah
a
110 kg daun teh segar/hari
segar atau setara dengan 500 kemasan teh/hari 50
gram per hari. Untuk dapat memenuhi kapasitas yang telah direncanakan
maka diperlukan bahan baku seperti dalam Tabel 1.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
F. Supplier
Reputasi atau peforma pemasok selama ini dan pengalaman pemasok
pada masa lampau. Pemasok harus jelas domisilinya, mudah dihubungi dan
tanggap untuk menerima komplain. Untuk pemasok daun teg segar, kami lebih
memilih perkebunan teh di kawasan sekitar Bandung.
Bandung. Pemasok tersebut dipilih
dengan mempertimbangkan jumlah lahan besar dan jarak tempuh
perkebunan dan pabrik yang tidak terlalu jauh sehingga diharapkan dapat
menjamin kesinambungan pasokan.
Kebutuhan bahan baku diperoleh dari pemasok-pemasok
pemasok pemasok yang telah
mengalami penyeleksian terlebih dahulu. Perusahaan akan melakukan
perjanjian dengan pemasok berupa kontrak selama waktu tertentu untuk
bahan baku yang dibutuhkan dalam jumlah besar. Pemesanan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan beberapa waktu tertentu namun
namun penyerahan barangnya
dilakukan secara bertahap. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas
dan ketersediaan bahan baku agar dapat memenuhi kebutuhan
pemakaiannya. Daftar supplier dapat dilihat pada Tabel 2.
Bab IV
ANALISIS PASAR
2. Size of Industry
Saat ini, CV Bandung Wangi Indosari berproduksi dengan
kapasitas 500 unit per hari. Tujuan perusahaan kami ke depan adalah
meningkatkan kapasitas produksi dengan penambahan tenaga kerja dan
alat-alat
alat produksi. Dengan peningkatan volume produksi, wilayah
distribusi produk
produk kami akan lebih luas. Tujuan perusahaan kami untuk lima
tahun ke depan, adalah memperoleh pangsa pasar sebesar 35% dari
total market size industri teh. Selain itu kami berusaha untuk menjadi
produk utama minuman teh seduh dengan penambahan flavour yang
ingin dicapai dalam waktu kurang dari satu tahun. Untuk tujuan jangka
yang lebih panjang, yaitu satu sampai lima tahun ke depan, kami akan
memperkuat brand image dengan cara promosi dan peningkatan kualitas
secara berkesinambungan. Penanaman brand di otak konsumen dilakukan
dengan penggunaan slogan di setiap media promosi. Dengan demikian,
diharapkan produk teh goreng dapat dikenal secara nasional dan dapat
menjadi top of mind yang akan selalu dicari pembeli.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
B. Target Markets
1. Segmentasi
Segmentasi pasar teh goreng dibedakan berdasar tujuan
penggunaannya. Segmen pasar pertama adalah untuk konsumsi langsung.
Teh goreng yang telah dikemas didistribusikan ke toko-toko
toko dan swalayan
di seluruh daerah Jawa. Pendistribusian untuk permulaan hanya dilakukan
dalam batas wilayah Pulau Jawa, namun seiring dengan perkembangan
perusahaan, maka pendistribusian produk akan diperluas hingga
mencakup seluruh
seluruh wilayah di Indonesia bahkan menuju pasar internasional.
2. Targetting
Target pasar teh goreng adalah semua lapisan masyarakat baik
anak muda, pelajar/mahasiswa, anak-anak
anak anak dan orang tua karena produk
minuman yang dapat diterima semua orang. Kami memilih target
pemasaran dengan menggunakan pertimbangan besarnya pasar, insentif,
kemungkinan hambatan usaha, dan jaminan pasar terhadap penerimaan
produk. Namun ditinjau dari harga dan kualitas produk, target
pemasaran lebih ditekankan pada lapisan masyarakat
masyarakat mengengah ke
atas. Sementara dari segi jaminan pasar, maka pendirian pabrik teh
goreng sebagai minuman penyegar cukup menjanjikan ditimbang dari
permintaan teh yang terus meningkat sejak tahun 2003. Pendirian pabrik
teh goreng ini ditujukan untuk menyuplai
menyuplai kebutuhan konsumsi langsung.
3. Positioning
Sebagai usaha baru, tidak menitikkan kepada usaha kecil dengan
biaya sedikit namun lebih kepada usaha yang mampu mencukupi
kebutuhan masyarakat Indonesia sehingga membutuhkan perusahaan
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
C. Bauran Pemasaran
1. Produk
Pada produksi teh hijau ortodoks akan dilakukan pengawasan
kualitas oleh departemen quality control untuk memastikan teh sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk pengolahan teh kering
dengan No SNI 01-3836-2000,
01 2000, diantaranya keadaan air seduhan
(warna: hijau kekuningan dengan bau dan rasa yang khas); kadar air
8%, kadar ekstrak dalam air minimum
min 32%, dan kadar abu total
maksimum 8% . Selain itu, produk teh goreng ini memiliki keunggulan,
keunggulan
antara lain :
• Mengandung antioksidan alami, hak ini membuat teh yang dikonsumsi
mampu melindungi sel-sel
sel sel tubuh dari berbagai pengaruh radikal
bebas yang berperan
berperan besar dalam menimbulkan kanker,
penyumbatan pembuluh darah, dan gangguan jantung.
• Memiliki aroma teh yang lebih kuat dan khas karena proses
penyangraian dan pemberian flavour.
• Berpenampilan unik dengan flavor terpisah dan dapat ditambahkan
sesuai selera
sele konsumen saat penyeduhan.
2. Price
Harga yang ditetapkan untuk produk ini ditetapkan sedikit lebih
tinggi dari harga teh pada umumnya namun cukup terjangkau. Harga
yang lebih tinggi untuk produk ini sebanding dengan kualitas yang dapat
diperoleh konsumen. Untuk setiap unit produk teh goreng memiliki berat
bersih 50 gram. Harga untuk
u setiap unit produk adalah 12 ribu rupiah.
3. Promotion
Untuk mempromosikan produk, dilakukan pencatuman slogan
khasiat teh goreng dan keunggulannya dibandingkan dengan produk teh
lain dengan maksud untuk memicu konsumen membeli produk yang kami
tawarkan. Promosi dilakukan dengan pemasangan iklan pada media
cetak,
ak, media elektronik, serta spanduk, dan brosur di tempat-tempat
tempat
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
4. Place/Distribution
Distribusi produk
produk dari pabrik ke konsumen dilakukan dengan
pengankutan menggunakan truk-truk
truk truk dari perusahaan yang kemudian
didistribusikan ke seluruh daerah di Jawa Barat dan Pulau Jawa.
Distribusi dilakukan secara langsung maupun melalui agen atau
distributor.
D. Permintaan
Proyeksi permintaan diperoleh dari jumlah penduduk Indonesia dengan
asumsi konsumsi masyarakat Indonesia sebesar 330 gram/orang/tahun dan
asumsi pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 2,6 juta jiwa per tahun.
Tahun 2008 : 225 juta. Dari sisi penguasaann pasar, teh hitam mengambil porsi
75% dari jumlah konsumen teh. Berdasar target pasar yang kami tetapkan,
yaitu masyarakat menengah ke atas tanpa batas rentang usia, maka dapat
diasumsikan konsumsi produk teh goreng sebesar 50% dari jumlah konsumen
teh hitam
tam di Indonesia. Namun demikian, terdapat beberapa kendala
pemasaran, yaitu pada adanya industri saingan serta keterbatasan lokasi
distribusi dan promosi. Kendala pada segi promosi dan distribusi yang belum
mencakup nasional, yaitu hanya pulau jawa untuk permulaan, memperkecil
persentase kemungkinan konsumen potensial bagi produk kami. Estimasi yang
kami tetapkan dengan adanya beberapa kendala tersebut, produk kami
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
dapat menembus angka 35% dari jumlah konsumesi teh di Indonesia. Dengan
demikian, proyeksi permintaan
permintaan produk teh goreng dapat dilihat pada Tabel 3.
banyak penjual dan distributor yang turut terlibat untuk ikut mengambil
mengam
keuntungan dari besarnya animo permintaan pasar.
3. Tahap Kedewasaan / Maturity
Di tahap dewasa produk perusahaan mengalami titik jenuh dengan
ditandai dengan tidak bertambahnya konsumen yang ada sehingga
angka penjualan tetap di titik tertentu dan jumlah keuntungan yang
menurun serta penjualan cenderung akan turun jika tidak dibarengi
dengan melakukan strategi untuk menarik perhatian konsumen dan
para pedagang. Karena sudah banyak pesaing, para pedagang
mulai meninggalkan persaingan dan yang baru tidak akan
ak banyak
terlibat karena jumlah konsumen yang tetap dan cenderung turun.
4. Tahap Penurunan / Decline
Pada kondisi decline produk perusahaan mulai ditinggalkan konsumen
untuk beralih ke produk lain sehingga jumlah penjualan dan keuntungan
yang diperoleh produsen
produsen dan pedagang akan menurun drastis atau
perlahan tapi pasti dan akhirnya mati.
Dilihat dari tahapan daur hidup produk di atas, daur hidup produk teh
berada pada tahap pertumbuhan dan tahap kedewasaan. Beberapa cara
yang dapat digunakan untuk memperpanjang
memperpanjang daur hidup produk
1. Meningkatkan konsumsi dengan cara membujuk konsumen untuk
meningkatkan penggunaan produk kami dengan berbagai manfaat yang
ditawarkan.
2. Memodifikasi produk agar tampil baru dan segar baik dari segi isi,
kemasan, takaran,
takaran, ukuran, manfaat, dan lain sebagainya. Hal ini akan
dilakukan pada program jangka panjang agar konsumen tidak bosan
dengan tampilan produk kami. Namun hal ini dilakukan secara bertahap
agar konsumen tidak terkejut dengan perubahan yang kami lakukan.
3. Mencari target konsumen baru. Jika pasar yang sudah ada sudah tidak
dapat diandalkan untuk meningkatkan penjualan maka dapat ditempuh
jalan dengan cara membidik segmen pasar baru untuk dibujuk untuk
menjadi pelanggan. Hal ini dilakukan ketika produksi telah
tela dilakukan
dalam jumlah yang besar, biaya produksi dapat diminimisasi sehingga
harga dapat diturunkan dan target pasar dapat diperluas.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
F. Analisis Persaingan
Untuk menganilis industri dan persaingan, ada empat cara yang
dilakukan:
1. Definisikan pasar sasaran (target market).). Mendefinisikan pasar sasaran
akan memudahkan perusahaan untuk mengetahui produk atau jasa mana
saja yang
ang membidik sasaran yang sama.
2. Identifikasi pesaing langsung. Identifikasi pesaing langsung akan
membantu untuk melihat peta persaingan, posisi perusahaan dibanding
pesaing, dan apa yang harus dilakukan untuk memenangkan persaingan.
3. Ketahui kondisi persaingan dengan melihat daya tarik persaingan apakah
sudah ketat ataupun belum.
4. Penilaian keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif adalah
kemampuan utama yang dimiliki oleh perusahaan yang diyakini sebagai
modal untuk memenangkan persaingan.
Pesaing Langsung :
Pesaing langsung adalah perusahaan yang memberikan produk
ataupun jasa yang relatif serupa dengan target market yang kurang lebih
sama. Identifikasi pesaing langsung akan membantu untuk melihat peta
persaingan, posisi perusahaan dibanding pesaing, dan apa yang harus
dilakukan untuk memenangkan persaingan. Pesaing utama produk kami
adalah
a. Produk (mutu,
mutu, ukuran, kemasan, dll)
dll
b. Harga (harga
harga satuan, syarat pembayaran, potongan, dll)
dll
c. Jalur Penjualan
d. Promosi
H. Program Pemasaran
aran
1. Pengembangan Produk
Pengembangan produk merupakan salah satu strategi untuk
memperpanjang daur hidup produk (life
( cycle product)) sehingga produk
tidak mengalami tahap decline.. Pengembangan produk ini diperlukan jika
produk sudah memasuki tahap maturity yaitu, dimana produk perusahaan
mengalami titik jenuh, ditandai dengan tidak terjadi penambahan
konsumen sehingga angka penjualan tetap di titik tertentu. Jika produk
sudah mencapai tahap ini, dan perusahaan tidak segera melakukan
strategi untuk menarik
menarik perhatian konsumen dan para pedagang. Hal ini
akan mengakibatkan keuntungan yang diperoleh semakin menurun serta
penjualan yang cenderung turun. Contoh strategi pengembangan produk
yang kami rencanakan adalah sebagai berikut :
a. Memodifikasi produk agar
ar tampil baru dan segar baik dari segi isi,
kemasan, takaran, ukuran, manfaat, dalam jangka waktu tertentu
dan secara bertahap..
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
3. Kegiatan Promosi
Iklan merupakan salah satu alat utama perusahaan
perusahaa yang
digunakan untuk mengetahui komunikasi persuasive dengan pembeli
sasaran dan masyarakat umum. Iklan adalah setiap bentuk presentasi dan
promosi ide, barang, atau jasa yang dibayar oleh sponsor yang dikenal
yang bersifat tidak pribadi. Berikut kegiatan
kegiatan promosi yang dilakukan :
5. Analisis Hambatan
Sebagai produk baru, teh goreng menghadapi penghambat
sebagai berikut:
1. Biaya riset untuk menjamin kualitas produk sebagai industry
pendatang baru.
2. Akses ke saluran distribusi yang padat dengan berbagai produk
sejenis.
3. Peraturan pemerintah yang
yang mewajibkan lisensi bagi industry baru.
4. Sulitnya menyaingi produk market leader saat ini.
5. Konsumen membandingkan produk baru dengan produk market leader
di pasaran.
6. Bersaing dengan produk market leader dalam harga. Suatu industry
besar dapat menekan biaya produksinya karena produksi dilakukan
secara massal atau dalam jumlah besar.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
Bab IV
ASPEK TEKNOLOGI DAN ENGINEERING
Penerimaan
(Timbangan)
Pelayuan
(Withering Trough)
Penggilingan, Fermentasi,
Penggulungan
(Mesin CTC)
Pengeringan
(Fluid Bed Dryer)
Penyangraian
(Rotary Dryer)
Penyortiran
(Sieve Machine)
Pengemasan
Flavour
(Sealing Machine)
Teh Goreng
B. Stasiun Utama
1. Stasiun Penerimaan Daun
Stasiun penerimaan daun merupakan stasiun yang berfungsi
menerima bahan baku daun teh dari pemasok. Bahan baku berupa daun
teh segar ditimbang untuk mengetahui berapa jumlah bahan baku yang
masuk.
2. Stasiun Pelayuan
Tahap pertama pada proses pengolahan teh goreng adalah
pelayuan. Selama proses pelayuan, daun teh akan mengalami dua
perubahan yaitu perubahan senyawa-senyawa
senyawa senyawa kimia yang terdapat
dalam daun serta menurunnya kandungan air sehingga daun teh menjadi
lemas. Proses ini dilakukan pada alat Witehring Trough selama 14 – 18
jam sampai kadar
kada air daun teh berkisar 15 – 20 %. Hasil pelayuan yang
baik ditandai dengan pucuk layu yang berwarna hijau kekuningan, tidak
mengering, tangkai muda menjadi lentur, bila digenggam terasa lembut
dan bila dilemparkan tidak akan buyar serta timbul aroma yang khas
seperti buah masak.
3. Stasiun Penggilingan
Daun teh yang telah dilayukan dibawa ke stasiun penggilingan
untuk proses selanjutnya. Pucuk layu digiling pada Mesin Crushing Tearing
and Curling (CTC) selama 90 – 120 menit. Penggilingan bertujuan
menciptakan kondisi yang memungkinkan timbulnya unsur-
unsur-unsur mutu yang
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
4. Stasiun Pengeringan
Proses pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses oksimatis
pada saat seluruh komponen kimia penting dalam daun teh telah secara
optimal terbentuk. Proses ini menyebabkan kadar air daun teh turun
menjadi 2,5 – 4 %. Mesin yang digunakan untuk proses pengeringan
adalah FBD (Fluid
( Bed Dryer) pada suhu 90-95°C
95°C selama 20-22
20 menit.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
5. Stasiun Penyangraian
Proses penyangraian merupakan proses yang bertujuan untuk
memberikan aroma dan rasa yang khas teh, yaitu memperkuat aroma
memberikan
teh serta memberikan kesan rasa yang lebih gurih. Proses
penyangraian dilakukan pada Rotary Dryer selama 5 menit dengan
suhu penyangraian beriksar 40 OC.
6. Stasiun Penyortiran
Sortasi bertujuan untuk memisahkan teh kering berdasarkan
warna, ukuran dan berat. Sedangkan grading bertujuan untuk
memisahkan teh berdasarkan standar mutu yang telah disepakati
secara nasional maupun internasional. Sortasi dan grading dilakukan
pada Sieve
Siev Machine.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
7. Stasiun Pengemasan
Teh yang telah disortasi dan digrading dikemas menggunakan
kemasan primer yaitu alloy menggunakan Sealing and Packaging
Machine dengan berat teh masing-masing
masing masing kemasan 50 gram. Teh
goreng yang telah dikemas dengan kemasan primer dan tersebut
dikemas kembali dengan kemasan sekunder yaitu papersack
bersamaan dengan flavour yang telah dikemas dalam berat 5 gram,
oleh tenaga manual. Setelah
telah proses pengemasan, dilakukan proses
pengepakan teh goreng dalam kemasan gram ke dalam kardus-
kardus
kardus dengan kapasitas tiap kardus adalah 10 kemasan. Teh goreng
yang telah dipack
di ke dalam kardus disimpan di tempat penumpukan
sementara atau di gudang untuk
untuk selanjutnya didistribusikan ke
konsumen.
C. Stasiun Pendukung
1. Laboraturium
Laboraturium yang berada pada PT. Bandung Wangi Indosari
adalah laboraturium untuk pengujian mutu teh. Pengujian mutu yang
dilakukan adalah kadar air, kadar abu, dan organoleptik.
2. Pengolahan Limbah
Limbah yang dihasilkan dari hasil proses pengolahan teh pada
PT. Bandung Wangi Indosari adalah daun teh segar atau teh bubuk
yang merupakan losses dan hasil sortasi yang berkualitas buruk, batu-
batu
batuan kecil, maupun pasir yang terikut dalam pengangkutan bahan
bah
baku. Limbah yang dihasilkan diolah menjadi pupuk organik pada
instalasi pengolahan limbah.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
Bab V
ASPEK KEUANGAN
f. Debt Equity Ratio (DER) yang ditetapkan adalah sebesar 40 persen modal
sendiri dan 60 persen modal yang dipinjam dari bank, besar angsuran
tiap bulan seragam.
g. Harga bahan baku dan produk diasumsikan sama selama periode 12
tahun.
h. Besar pajak kemungkinan
kemungkin didasarkan pada Undang-undang
undang No. 17 tahun
2000 dan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) berdasarkan pasal 1 undang-
undang
undang PPN, yaitu sebagai berikut:
• Jika pendapatan < 50.000.000 maka 10 persen x pendapatan
• Jika pendapatan 50.000.000 < pendapatan < 100.000.000
100.000.00 maka
(10 persen x 50.000.000) + (15 persen x pendapatan – 50.000.000)
• Jika pendapatan > 100.000.000 maka (10 persen x 50.000.000) +
(15 persen x 50.000.000) + (30 persen x pendapatan –
100.000.000).
k. Proyek dimulai pada tahun ke-0
ke dan bersamaan dengan konstruksi pabrik
sedangkan produksi pertama berlangsung pada tahun ke-1
ke 1 dan masa
konstruksi pembangunan kurang lebih selama 1 tahun.
B. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dibutuhkan pada saat akan
mendirikan pabrik teh goreng. Investasi pada proyek ini terdiri atas biaya
tetap dan modal kerja. Biaya tetap merupakan biaya yang
yang diperlukan untuk
keperluan pabrik, mulai dari biaya pra investasi, pembangunan pabrik,
fasilitas penunjang, pembelian mesin-mesin,
mesin mesin, peralatan kantor, dan tansportasi.
Perincian investasi pabrik dapat dilihat pada Lampiran 1.
Biaya modal kerja adalah biaya operasi yang diperlukan untuk
memproduksi teh pada kali pertama dan dibutuhkan untuk menjamin kegiatan
pada awal produksi. Modal kerja merupakan gabungan dari biaya pabrik
tidak langsung, pengadaan bahan baku, utilitas produksi, dan biaya tenaga
kerja
a langsung. Modal kerja parik teh goreng dapat diperhitungkan sebagai
biaya operasional pabrik yang dihitung per bulan untuk mengetahui besarnya
biaya yang harus dikeluarkan untuk memulai produksi dalam satu bulan.
Berikut komposisi biaya operasional yang dibutuhkan untuk memulai produksi
dalam satu bulan :
Tabel 6. Komposisi biaya operasional
NILAI
No KOMPONEN
(RUPIAH)
A. Biaya Variabel
1 Pembelian Daun Teh 4,125,000
2 Pembelian Flavor 12,500,000
3 Pembelian Paper Sack 2,500,000
4 Pembelian Alloy 3,750,000
5 Pembelian Kardus 250,000
6 Air 9,000
7 Biaya Bahan Bakar Transportasi 495,000
B. Biaya Tetap
1 Tenaga Kerja 67.000.000
2 Biaya Maintenance Mesin 270,000
3 Biaya Maintenance Kendaraan 90,000
4 Listrik 2,366,000
5 Biaya Telepon 800,000
6 Biaya Lain-lain 5,000,000
7 Biaya Pemasaran 3,000,000
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
Keterangan :
HP = Harga Pokok Produksi
BT =Biaya Tetap
BV = Biaya Variabel
OH= Biaya over head
Berdasarkan biaya tetap dan biaya variabel Rp. 1.225.860.000,00,
biaya overhead sebesar Rp. 20.770.000,00, dan jumlah produk yang
dihasilkan per tahun yaitu 150.000 kemasan/ tahun, maka harga pokok
produksi teh goreng (HP) yaitu sebesar Rp. 8.310,86
Harga jual ditentukan berdasarkan persamaan berikut ini :
Dengan :
HJ =Harga Jual
HP = Harga Pokok Produksi
Mark Up sebesar 44.38% dari harga pokok produksi.
Penerimaan diperoleh antara jumlah produksi dengan harga jual.
Asumsii yang dipakai adalah produk terjual 100% dari yang diproduksi.
Jumlah prodksi untuk tahun pertama sebesar Rp. 135.000,00, tahun kedua
hingga tahun kesepuluh sebesar Rp. 150.000,00.
Penerimaan tahunan didapat dari hasil penjualan pada tahun tersebut.
Asumsi
si yang digunakan adalah setiap tahun seluruh produk the goreng yang
diproduksi habis terjual. Hal ini disebabkan, the goreng yang diproduksi telah
memiliki standar kualitas dan harga kompetitif sehingga dengan spesifikasi
the goreng yang dihasilkan diharapkan
diharapkan dapat bersaing dipasaran. Untuk
tahun pertama asumsi produksi sebesar 90%, sedangkan untuk tahun kedua
sampai tahun kesepuluh asumsi produksi sebesar 100% dari total kapasitas
pabrik, ditargetkan 100% the goreng dapat terjual dari total produk yang
diproduksi
produksi pada tahun tersebut. Pada tahun-tahun
tahun tahun berikutnya, penjualan
tetap dipertahankan sebesar 100% dari total teh goreng yang diproduksi.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
Bab VI
ASPEK MANAJEMEN RESIKO
A. Resiko
siko Finansial (Keuangan)
Resiko Finansial adalah resiko yang diterima oleh investor akibat dari
ketidakmampuann emiten saham/
saham obligasi memenuhi
hi kewajiban pembayaran
dividen// bunga serta pokok investasi. Resiko finansial terjadi jika proyek
engineering tidak berjalan sesuai dengan rencana,
rencana, atau jika tidak selesai tepat
pada waktunya dan tidak sesuai dengan biaya yang dianggarkan. Sehingga
dalam suatu proyek perlu perhitungan yang matang dalam penganggaran dan
perencanaan pendapatan untuk memenuhi kewajiban kepada kreditor/
pemegang saham.
Resiko finansial yang paling utama dihadapi perusahaan adalah
volatilitas nilai tukar mata uang, struktur finansial yang kurang mendukung,
pengelolaan kas yang lemah, aset yang rusak, dan penarikan
penarikan tagihan yang
kurang efektif.
Perusahaan dapat mengatasi hal-hal
ha hal ini dengan menerapkan sejumlah
kebijakan untuk meningkatkan struktur finansial, yang mencakup :
mengetatkan
tatkan prosedur pengelolaan kas
memastikan jaminan asuransi
asuransi aktiva tetap secara memadai
menerapkan kebijakan kredit yang hati-hati
hati dan konsisten kepada
pelanggan
kontrol dan pengawasan level persediaan.
B. Resiko Operasional
Resiko operasional merupakan resiko yang memberikan dampak secara
langsung bagi operasional perusahaan. Resiko operasional dapat memberikan
kerugian keuangan namun dapat pula tidak berdampak langsung pada
kerugian keuangan perusahaan. Beberapa resiko yang termasuk dalam resiko
operasional diantaranya pasokan kebutuhan baku, ketidakprofesionalan
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
Bab VII
ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL
Lampiran 1. Detail/Rincian
/Rincian Analisis Finansial
33,000 kg/tahun
Flavor 5 kg/hari
1,500 kg/tahun
12,500 kemasan/bulan
150,000 kemasan/tahun
Kardus 10 kemasan/kardus
300 hari/tahun
2 100%
3 100%
4 100%
5 100%
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
6 100%
7 100%
8 100%
9 100%
10 100%
Pajak 10%
3 Fluidized Bed Dryer 1 buah 40,000,000 40,000,000 10 10% 4,000,000 3,600,000 0.5
6 Mesin Sealing dan Packaging 1 buah 21,000,000 21,000,000 10 10% 2,100,000 1,890,000 1.1
5 Komputer + Printer + Fax 2 unit 4,000,000 8,000,000 5 10% 800,000 1,440,000 0.5
A. Biaya Variabel
B. Biaya Tetap
Penjualan Teh Goreng 1,620,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Total Penjualan 1,620,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Biaya Tetap 942,312, 942,312, 942,312, 942,312, 942,312, 942,312, 942,312, 942,312, 942,312, 942,312,
000 000 000 000 000 000 000 000 000 000
Biaya Variabel 283,548, 283,548, 283,548, 283,548, 283,548, 283,548, 283,548, 283,548, 283,548, 283,548,
000 000 000 000 000 000 000 000 000 000
Biaya Operasional 1,225,86 1,225,86 1,225,86 1,225,86 1,225,86 1,225,86 1,225,86 1,225,86 1,225,86 1,225,86
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Pendapatan Sebelum 394,140, 574,140, 574,140, 574,140, 574,140, 574,140, 574,140, 574,140, 574,140, 574,140,
Depresiasi, Bunga, dan Pajak 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000
Depresiasi 47,916,0 47,916,0 47,916,0 47,916,0 47,916,0 47,916,0 47,916,0 47,916,0 47,916,0 47,916,0
00 00 00 00 00 00 00 00 00 00
Pendapatan Sebelum Bunga, 346,224, 526,224, 526,224, 526,224, 526,224, 526,224, 526,224, 526,224, 526,224, 526,224,
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung
Bandung-Jawa Barat
dan Pajak 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000
Bunga (WACC) 131,935, 131,935, 131,935, 131,935, 131,935, 131,935, 131,935, 131,935, 131,935, 131,935,
320 320 320 320 320 320 320 320 320 320
Pendapatan Sebelum Pajak 214,288, 394,288, 394,288, 394,288, 394,288, 394,288, 394,288, 394,288, 394,288, 394,288,
680 680 680 680 680 680 680 680 680 680
Pajak 21,428,8 39,428,8 39,428,8 39,428,8 39,428,8 39,428,8 39,428,8 39,428,8 39,428,8 39,428,8
68 68 68 68 68 68 68 68 68 68
Pendapatan Setelah Pajak 192,859, 354,859, 354,859, 354,859, 354,859, 354,859, 354,859, 354,859, 354,859, 354,859,
812 812 812 812 812 812 812 812 812 812
Net Cash Flow 359,517, 521,517, 521,517, 521,517, 521,517, 521,517, 521,517, 521,517, 521,517, 521,517,
600 600 600 600 600 600 600 600 600 600
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
16%
Nilai 52,305,000
Sisa
JUMLAH 2,392,814,708
Io 1,832,435,000
NPV 560,379,708
TAHUN NCF DF
16%
0 1,832,435,000
Jumlah 2,619,776,811
VI. Inflow
Komponen Unit/bulan Harga Inflow/bulan Inflow/tahun
A. Sumber Dana
B. Penjualan
Total Rp 3,632,435,000.00
Sisa Hutang
TERM KE-
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rp
1,099,461,000.00 967,525,680 835,590,360 703,655,040 571,719,720 439,784,400 307,849,080 175,913,760 - - -
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat
1,472,917,400
CF2 521,517,600
951,399,800
CF3 521,517,600
429,882,200
CF4 521,517,600
-91,635,400
CF5 521,517,600
-613,153,000
CF6 521,517,600
-1,134,670,600
CF7 521,517,600
-1,656,188,200
CF8 521,517,600
-2,177,705,800
CF9 521,517,600
-2,699,223,400
CF10 521,517,600
-3,220,741,000