You are on page 1of 56

Feasibility Study “Teh Goreng”

CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa


Bandung Barat
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

Bab I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu komoditi andalan Provinsi
Jawa Barat yang dikenal masyarakat sejak zaman Hindia Belanda (tahun
1860). Melalui sejarah yang panjang, perkebunan teh dibudidayakan dan
dikelola oleh perusahaan negara, perusahaan swasta, maupun perkebunan
rakyat.
Usaha pembuatan minuman teh di Kabupaten Bandung sendiri,
didukung oleh areal kebun teh yang sangat luas. Tentunya perkembangan
usaha ini tidak jauh dari perkembangan pertanian di Kabupaten Bandung
terutama perkebunan tehnya. Perkebunan teh tersebut banyak terdapat di
pegunungan yang memiliki suhu udara relatif rendah dan mendapatkan
pasokan air yang
ang cukup teratur. Usaha pembuatan teh ini dikelola dan
dikerjakan oleh sumber daya manusia lokal. Bahan baku dibeli dari
perkebunan teh milik rakyat sekitar, diproses menjadi minuman teh di tempat
usaha yang dimiliki. Usaha teh ini memiliki prospek yang cukup
c bagus,
mengingat pasar teh di Indonesia cukup luas. Dengan inovasi produk yang
dihasilkan, maka pasar teh yang akan tergarap akan semakin luas.

B. Gambaran Umum Potensi Usaha


Teh Goreng hadir sebagai alternatif baru dalam konsumsi teh sebagai
minuman. Inovasi akan menghasilkan diferensiasi yang menjadi nilai untuk
bersaing di pasar teh, karena pemain di usaha/industri teh ini sudah banyak.
Baik untuk kebutuhan domestik maupun luar negeri.
Inovasi yang diberikan adalah hadirnya suatu produk bernama teh
goreng. Inovasi yang diberikan adalah nama yang unik dan pengemasannya.
Namun, sebenarnya teh goreng ini merupakan teh hitam ortodox, yang masih
belum familiar di telinga konsumen. Teh ortodox memiliki kekhasan dari segi
aroma teh yang dihasilkan, terutama saat penyeduhan.
Selain itu, flavour juga sedikit ditambah untuk memperkuat rasa dan
aroma teh goreng. Ada 3 varian rasa : yaitu cinnamon, vanilla melati, dan
lemon. Flavour yang dipilih merupakan flavour dengan bahan alami yang
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

tidak menghilangkan aroma khas dari teh goreng, melainkan akan


memperkuat aromanya.

Gambar 1. Varian Flavour Teh Goreng

C. Tujuan
Tujuan proyek ini adalah mendirikan sistem pertanian terintegrasi
pengolahan teh untuk mendukung program pengembangan pertanian melalui
agroindustri, yaitu berupa pendirian usaha pengolahan teh dengan
diferensiasi produk.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

Bab II
ASPEK UMUM DAN LEGALITAS

A. Profil Usaha
CV Bandung Wangi Indosari (logo perusahaan pada Gambar 2)
bergerak di bidang proses pengolahan komoditas daun teh menjadi minuman
teh seduh, yaitu produk Teh Goreng. Proses yang disajikan sebenarnya
merupakan produk teh hitam orthodox yang merupakan salah satu jenis dari
diversifikasi pengolahan teh sebagai minuman.

Gambar 2. Logo Perusahaan


Proses produksi Teh Goreng dilakukan otomatisasi di hampir semua
stasiunnya, namun untuk pengemasannya masih jadi memerlukan tenaga
manual. Sehingga, penyerapan tenaga kerja di sekitar masih dapat dilakukan.
CV Bandung Wangi Indosari didirikan di daerah yang dekat dengan
sumber bahan baku (perkebunan teh). Karena sifat bahan baku yang
merupakan bahan pertanian yang
y memiliki sifat perishable,
perishable kamba, dan
musiman. Sehingga, pemilihan tempat yang dekat dengan bahan baku
diharapkan dapat mengurangi resiko menurunnya kualitas bahan baku.

B. Lokasi
Proyek pendirian industri Teh Goreng oleh CV. Bandung Wangi
Indosari berlokasi di Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung. Alasan
pemilihan Kecamatan Pasirjambu adalah karena daerah tersebut merupakan
salah satu daerah sentra perkebunan teh di Bandung. Pertimbangan lainnya
adalah karena daerah pemasarannya yang cukup dekat dengan Ibukota
Jakarta dan Bandung merupakan pusat wisata kuliner di Jawa Barat.
Kabupaten Bandung adalah Daerah Tk. II bagian dari Provinsi Jawa
Barat, yang terletak pada suatu dataran tinggi diantara 6°41' - 7'19' Lintang
Selatan dan di antara 107°22' - 108°5' Bujur Timur pada ketinggian antara
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

110 m sampai dengan 2429 m di atas permukaan laut dengan luas wilayah
meliputi 309.207,93 Hektar. Letak daerah ini sangat strategis, bisa ditempuh
dari Ibu Kota Negara (Jakarta) hanya 2 jam saja, bahkan dengan pesawat
pesa
terbang hanya memakan waktu 30 menit.

Kecamatan Pasirjambu ini dibatasi oleh :


- Sebelah Utara :Kecamatan Cililin
- Sebelah Timur :Kecamatan Soreang, Banjaran, dan Pangalengan
- Sebelah Selatan :Kecamatan Garut
- Sebelah Barat :Kecamatan Ciwidey

Gambar
ambar 3. Peta Wilayah Kecamatan Pasirjambu
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

C. Perizinan
Dalam perizinan pendirian CV, izin-izin
izin izin yang perlu diajukan adalah :
1. Akta yang dikeluarkan oleh notaris.
2. Permohonan Surat Keterangan Domisili diajukan kepada Kepala
Kantor Kelurahan setempat sesuai dengan Alamat Kantor perusahaan
berada, sebagai bukti keterangan/keberadaan alamat perusahaan.
3. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan Surat Keterangan sebagai
Wajib Pajak, diajukan pada Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan
keberadaan domisili perusahaan.
4. UUG/SITU
ITU-Surat Izin Tempat Usaha, UUG/SITU Ini diperlukan untuk
proses Izin Usaha Industri/Tanda Daftar Industri atau SIUP-Surat
SIUP Izin
Usaha Perdagangan atau untuk Izin kegiatan usaha yang
dipersyaratkan adanya UUG/SITU berdasarkan Undang-undang
Undang
Gangguan.
5. SIUP-Surat
Surat Izin Usaha Perdagangan, Permohonan SIUP diajukan
kepada Dinas Perdagangan Kota/Kabupaten/Propinsi sesuai dengan
keberadaan domisili Perusahaan.
6. TDP-Tanda
Tanda Daftar Perusahaan, Permohonan pendaftaran diajukan
kepada Kantor Dinas Perindustrian & Perdagangan
Perdagangan Kota/Kabupaten
cq. Kantor Pendaftaran perusahaan sesuai dengan domisili
perusahaan. Bagi perusahaan yang telah terdaftar akan diberikan
sertifikat Tanda Daftar Perusahaan sebagai bukti bahwa
Perusahaan/Badan Usaha telah melakukan Wajib Daftar Perusahaan
sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
No. 37/M DAG/PER/9/2007
37/M-DAG/PER/9/2007 tentang “Penyelenggaraan
Pendaftaran Perusahaan” .

D. Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu hubungan dan susunan antara
tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi ataupun perusahaan
dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan tertentu.
Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan
pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan
aktivitas dan fungsi dibatasi.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

CV Bandung Wangi Indosari membutuhkan beberapa tenaga kerja


dalam
alam menjalankan kegiatan operasional di industri agar dapat beroperasi.
beroperasi
Manajemen CV ini telah menyusun suatu struktur organisasi yang diharapkan
dapat menunjang kelancaran kegiatan operasional yang sedang dijalankan.
CV Bandung Wangi Indosari memiliki struktur organisasi sebagai berikut.

Direktur
Utama

General
Manager

Manager Manager Manager Manager Manager Manager


HRD&GA Marketing SCM Finance&Accounting Produksi PDQA

PPIC Finance & Production PD


HRD Head
Accounting Asst. Manager

FG & IA dan Sisdur Technician QA


GA Asst. Manager
Distribution

Purchasing

Gambar 4.. Bagan Struktur Organisasi CV. Bandung Wangi Indosari

E. Personalia
Karena berbentuk CV atau usaha dengan skala menengah, beberapa
posisi dapat dilakukan oleh 1 karyawan, namun untuk pengembangannya,
akan dibagi-bagi
bagi menurut struktur organisasi yang sudah dipaparkan.
Untuk kebutuhan tenaga kerja, CV Bandung Wangi Indosari akan merekrut
tenaga kerja dengan total 30 orang karyawan
karyawan dengan deskripsi sebagai
berikut :
- Divisi HRD & GA : 2 orang.
- Divisi Marketing : 2 orang.
- Divisi SCM : 2 orang.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

- Divisi Finance & Accounting : 2 orang.


- Divisi Produksi : 20 orang.
- Divisi PDQA : 2 orang.
Perekrutan karyawan dilakukan dengan penerimaan lamaran pekerja,
kemudian dikualifikasi, lalu tahap selanjutnya adalah interview.
intervie Untuk divisi
produksi, dibutuhkan
uhkan tenaga kerja untuk proses produksi, yang diutamakan
perekrutannya dari masyarakat sekitar yang
ya dapat dididik.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

Bab III
ASPEK TEKNIK PERENCANAAN

A. Umur Proyek/ Kerangka Waktu Evaluasi


Umur proyek mulai dari pendirian hingga kegiatan operasional
produksi direncanakan selama 1 tahun. Sepuluh bulan pertama direncanakan
sebagai masa pembangunan dan pendirian bangunan produksi, termasuk di
dalamnya comissioning dan uji coba produksi. Pada bulan pertama produksi
direncanakan kapasitas produksi adalah 80 persen dari kapasitas terpasang,
kemudian pada bulan kedua ditingkatkan menjadi 90 persen
persen dari kapasitas
terpasang, kemudian bulan-bulan
bulan bulan selanjutnya kapasitas produksi menjadi
100% kapasitas terpasang. Selanjutnya secara berkala setiap akhir tahun
akan dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi proyek untuk memastikan
bahwa proyek berjalan
berjalan secara efektif dan efisien, sekaligus mengantisipasi
perubahan yang mungkin terjadi selama proyek berjalan.

B. Skala Proyek
Total kapasitas terpasang bangunan pengolahan teh goreng CV.
Bandung Wangi Indosari saat ini baru sebesar 50 Kg Teh/hari. Namun,
kapasitas terpasang tersebut sudah lebih dari cukup untuk mengolah daun teh
segar menjadi teh goreng, dimana daun segar yang diolah per harinya baru
sebanyak 45 Kg, yang dapat menghasilkan 200 kemasan teh goreng.
Dalam pelaksanaan produksi nantinya, tentu saja dimungkinkan akan
terjadinya kelebihan bahan baku daun teh segar ketika musim panen, ataupun
terjadi kesulitan mendapatkan bahan baku pada waktu-waktu
waktu waktu tertentu. Hal ini
tentu dapat diatasi dengan membuat penjadwalan yang baik untuk melakukan
produksi teh goreng. Kerjasama yang dilakukan dengan petani pemasok
bahan baku pun harus secara profesional, saling mengunutngkan kedua belah
pihak.

C. Topografi
Kecamatan Pasirjambu terletak di daerah pegunungan di Kabupaten
Bandung. Kondisi lingkungan tersebut sangat sesuai sebagai daerah
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

perkebunan teh, sehingga daerah ini dijadikan sebagai salah satu pusat
perkebunan teh di Jawa Barat.

D. Bahan Baku
Bahan baku yang diperlukan untuk membuat produk teh goreng
adalah sebagai berikut.
1. Daun Teh Segar
Dalam proses produksi teh goreng, dibutuhkan bahan segar agar
kualitas teh goreng yang dihasilkan tinggi serta menghasilkan cita rasa
teh yang baik. Daun teh yang digunakan merupakan daun teh hasil
petikan
etikan halus, yaitu pucuk peko dengan satu daun atau pucuk burung
dengan satu daun muda. Petikan halus merupakan daun teh grade I
sehingga
hingga dalam proses produksi dapat mencapai kualitas teh yang
terbaik.

2. Flavour
Produk teh goreng yang diproduksi oleh PT. Bandung Wangi
Indosari merupakan teh goreng dengan tambahan tiga jenis flavour.
Tujuan dari penambahan flavour adalah memberikan pilihan aneka
rasa dan aroma dalam mengkonsusi teh. Flavour yang digunakan
adalah lemon
le flavour, vanilla jasmine flavour, dan cinnamon flavour.
Flavour yang digunakan disuplai dari pabrik pengahsil flavour dalam
bentuk sachet plastik dengan kapasitas 5 gram.

3. Bahan Pengemas
a. Kemasan Primer
Kemasan primer merupakan kemasan yang membungkus
kemasan sekunder dan flavour. Kemasan primer yang digunakan
pada industri teh goreng adalah alloy. Pemilihan alloy sebagai
kemasan sekunder dimaksudkan selain alloy mempunyai
kemampuan melindungi produk juga dapat meningkatkan
meningk kualitas
performa produk teh goreng.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

b. Kemasan Sekunder
Kemasan sekunder yang digunakan untuk produk teh goreng
adalah paper sack dengan kapasitas 50 gram. Pemilihan paper
sack sebagai kemasan sekunder karena aman bagi produk, praktis,
murah, dan dapat
dap megurangi masalah limbah.

Gambar 5.. Desain Kemasan Sekunder

c. Kemasan Tersier
Kemasan tersier yang digunakan adalah kardus yang memiliki
kapasitas 10 buah produk teh goreng per kardus. Kardus ini
berfungsi sebagai kemasan untuk mempermudah pendistribusian
produk teh goreng.

E. Perencanaan Produksi
Kapasitas produksi merupakan jumlah produk yang harus diproduksi
untuk memperoleh keuntungan yang optimal, yang biasanya dinyatakan
dalam bentuk keluaran per satuan waktu. Perencanaan kapasitas produki
sangatlah penting bagi suatu pabrik atau industri karena
karena kapasitas produksi
erat kaitannya dengan ketersediaan bahan baku dan kemampuan pasar untuk
menyerap produksi pabrik baik pasar lokal maupun pasar internasional.
Kapasitas produksi yang direncanakan dari produk teh goreng adalah
a
110 kg daun teh segar/hari
segar atau setara dengan 500 kemasan teh/hari 50
gram per hari. Untuk dapat memenuhi kapasitas yang telah direncanakan
maka diperlukan bahan baku seperti dalam Tabel 1.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

Tabel 1.. Keperluan Bahan Baku Produksi

Bahan Baku Kebutuhan


Daun teh segar 110 kg/hari
Lemon flavour 5 kg/hari
Vanilla jasmine flavour 5 kg/hari
Cinnamon flavour 5 kg/hari

F. Supplier
Reputasi atau peforma pemasok selama ini dan pengalaman pemasok
pada masa lampau. Pemasok harus jelas domisilinya, mudah dihubungi dan
tanggap untuk menerima komplain. Untuk pemasok daun teg segar, kami lebih
memilih perkebunan teh di kawasan sekitar Bandung.
Bandung. Pemasok tersebut dipilih
dengan mempertimbangkan jumlah lahan besar dan jarak tempuh
perkebunan dan pabrik yang tidak terlalu jauh sehingga diharapkan dapat
menjamin kesinambungan pasokan.
Kebutuhan bahan baku diperoleh dari pemasok-pemasok
pemasok pemasok yang telah
mengalami penyeleksian terlebih dahulu. Perusahaan akan melakukan
perjanjian dengan pemasok berupa kontrak selama waktu tertentu untuk
bahan baku yang dibutuhkan dalam jumlah besar. Pemesanan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan beberapa waktu tertentu namun
namun penyerahan barangnya
dilakukan secara bertahap. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas
dan ketersediaan bahan baku agar dapat memenuhi kebutuhan
pemakaiannya. Daftar supplier dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.. Daftar Nama Suplliers Untuk Produksi Teh Goreng

No. Jenis Bahan Baku Suppliers


1. Daun teh segar  Perkebunan Teh Pasirjambu
2. Lemon flavour, vanilla jasmine
 PT. Givaudan
flavour dan cinnamon flavour
flavour,
3. Kemasan paper sack  PT. Delta Kemasindah Utama
4. Kemasan alloy  PT. Delta Kemasindah Utama
5. Kemasan kardus  PT. Delta Kemasindah Utama
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

Bab IV
ANALISIS PASAR

A. Deskripsi Industri dan Outlook


1. Deskripsi
CV Bandung Wangi Indosari mengolah komoditas daun teh
menjadi minuman teh seduh, yaitu produk Teh Goreng. Proses yang
disajikan disadur dari resep tradisional dari daerah Jawa Tengah.
Pengolahannya hampir menyerupai pengolahan daun teh menjadi produk
minumann teh hitam, yaitu dengan proses fermentasi saat penyangraian.
Produk teh goreng yang dihasilkan terdiri atas tiga varian rasa terpisah,
yaitu cinnamon tea, jasmine tea, dan lemon tea yang dapat ditambahkan
saat penyeduhan.
penyeduhan Produk teh goreng ini dikemas dalam
lam satu ukuran yang
seragam, yaitu 50 gram untuk setiap unit produk dengan kemasan alloy
yang mudah dibuka-tutup
dibuka tutup sebagai kemasan primer, dan kertas sebagai
kemasan sekundernya.

2. Size of Industry
Saat ini, CV Bandung Wangi Indosari berproduksi dengan
kapasitas 500 unit per hari. Tujuan perusahaan kami ke depan adalah
meningkatkan kapasitas produksi dengan penambahan tenaga kerja dan
alat-alat
alat produksi. Dengan peningkatan volume produksi, wilayah
distribusi produk
produk kami akan lebih luas. Tujuan perusahaan kami untuk lima
tahun ke depan, adalah memperoleh pangsa pasar sebesar 35% dari
total market size industri teh. Selain itu kami berusaha untuk menjadi
produk utama minuman teh seduh dengan penambahan flavour yang
ingin dicapai dalam waktu kurang dari satu tahun. Untuk tujuan jangka
yang lebih panjang, yaitu satu sampai lima tahun ke depan, kami akan
memperkuat brand image dengan cara promosi dan peningkatan kualitas
secara berkesinambungan. Penanaman brand di otak konsumen dilakukan
dengan penggunaan slogan di setiap media promosi. Dengan demikian,
diharapkan produk teh goreng dapat dikenal secara nasional dan dapat
menjadi top of mind yang akan selalu dicari pembeli.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

Cara lain yang akan ditempuh adalah dengan membangun


memb
pemasaran relasional yakni menjadikan konsumen sebagai relasi
sehingga akan membuat konsumen lebih loyal terhadap produk yang
ditawarkan. Konsumen akan lebih merasa diperhatikan dan merasa
nyaman ketika melakukan transaksi. Hal ini membawa dampak yang
yan baik
bagi perusahaan, yakni perusahaan akan memperoleh banyak masukan.

B. Target Markets
1. Segmentasi
Segmentasi pasar teh goreng dibedakan berdasar tujuan
penggunaannya. Segmen pasar pertama adalah untuk konsumsi langsung.
Teh goreng yang telah dikemas didistribusikan ke toko-toko
toko dan swalayan
di seluruh daerah Jawa. Pendistribusian untuk permulaan hanya dilakukan
dalam batas wilayah Pulau Jawa, namun seiring dengan perkembangan
perusahaan, maka pendistribusian produk akan diperluas hingga
mencakup seluruh
seluruh wilayah di Indonesia bahkan menuju pasar internasional.

2. Targetting
Target pasar teh goreng adalah semua lapisan masyarakat baik
anak muda, pelajar/mahasiswa, anak-anak
anak anak dan orang tua karena produk
minuman yang dapat diterima semua orang. Kami memilih target
pemasaran dengan menggunakan pertimbangan besarnya pasar, insentif,
kemungkinan hambatan usaha, dan jaminan pasar terhadap penerimaan
produk. Namun ditinjau dari harga dan kualitas produk, target
pemasaran lebih ditekankan pada lapisan masyarakat
masyarakat mengengah ke
atas. Sementara dari segi jaminan pasar, maka pendirian pabrik teh
goreng sebagai minuman penyegar cukup menjanjikan ditimbang dari
permintaan teh yang terus meningkat sejak tahun 2003. Pendirian pabrik
teh goreng ini ditujukan untuk menyuplai
menyuplai kebutuhan konsumsi langsung.

3. Positioning
Sebagai usaha baru, tidak menitikkan kepada usaha kecil dengan
biaya sedikit namun lebih kepada usaha yang mampu mencukupi
kebutuhan masyarakat Indonesia sehingga membutuhkan perusahaan
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

skala besar. Produk teh kami menekankan pada penggunaanya sebagai


minuman penyegar yang dengan aroma yang lebih khas..

C. Bauran Pemasaran
1. Produk
Pada produksi teh hijau ortodoks akan dilakukan pengawasan
kualitas oleh departemen quality control untuk memastikan teh sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk pengolahan teh kering
dengan No SNI 01-3836-2000,
01 2000, diantaranya keadaan air seduhan
(warna: hijau kekuningan dengan bau dan rasa yang khas); kadar air
8%, kadar ekstrak dalam air minimum
min 32%, dan kadar abu total
maksimum 8% . Selain itu, produk teh goreng ini memiliki keunggulan,
keunggulan
antara lain :
• Mengandung antioksidan alami, hak ini membuat teh yang dikonsumsi
mampu melindungi sel-sel
sel sel tubuh dari berbagai pengaruh radikal
bebas yang berperan
berperan besar dalam menimbulkan kanker,
penyumbatan pembuluh darah, dan gangguan jantung.
• Memiliki aroma teh yang lebih kuat dan khas karena proses
penyangraian dan pemberian flavour.
• Berpenampilan unik dengan flavor terpisah dan dapat ditambahkan
sesuai selera
sele konsumen saat penyeduhan.

2. Price
Harga yang ditetapkan untuk produk ini ditetapkan sedikit lebih
tinggi dari harga teh pada umumnya namun cukup terjangkau. Harga
yang lebih tinggi untuk produk ini sebanding dengan kualitas yang dapat
diperoleh konsumen. Untuk setiap unit produk teh goreng memiliki berat
bersih 50 gram. Harga untuk
u setiap unit produk adalah 12 ribu rupiah.

3. Promotion
Untuk mempromosikan produk, dilakukan pencatuman slogan
khasiat teh goreng dan keunggulannya dibandingkan dengan produk teh
lain dengan maksud untuk memicu konsumen membeli produk yang kami
tawarkan. Promosi dilakukan dengan pemasangan iklan pada media
cetak,
ak, media elektronik, serta spanduk, dan brosur di tempat-tempat
tempat
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

rekreasi dan swalayan. Dengan pelayanan, promosi, strategi harga yang


tepat dan kualitas produk yang prima dimaksudkan agar konsumen
mengetahui, mencoba, puas dan merekomendasikan kepada orang
oran lain.
Pada dasarnya bila konsumen merasa puas, pasti akan merekam pada
otaknya dan akan selalu teringat serta akan melakukan pembelian ulang
sehingga kepuasan konsumen menjadi prioritas utama perusahaan kami.
Dalam hal ini kepuasan konsumen memiliki kebutuhan dan
keinginan yang berbeda pada tiap individu. Dengan menggunakan
sistem TQM (Total
( Quality Management)) perusahaan lebih mementingkan
kualitas kepada konsumen walaupun harus memenuhi kuantitas produk
tiap bulan.

4. Place/Distribution
Distribusi produk
produk dari pabrik ke konsumen dilakukan dengan
pengankutan menggunakan truk-truk
truk truk dari perusahaan yang kemudian
didistribusikan ke seluruh daerah di Jawa Barat dan Pulau Jawa.
Distribusi dilakukan secara langsung maupun melalui agen atau
distributor.

D. Permintaan
Proyeksi permintaan diperoleh dari jumlah penduduk Indonesia dengan
asumsi konsumsi masyarakat Indonesia sebesar 330 gram/orang/tahun dan
asumsi pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 2,6 juta jiwa per tahun.
Tahun 2008 : 225 juta. Dari sisi penguasaann pasar, teh hitam mengambil porsi
75% dari jumlah konsumen teh. Berdasar target pasar yang kami tetapkan,
yaitu masyarakat menengah ke atas tanpa batas rentang usia, maka dapat
diasumsikan konsumsi produk teh goreng sebesar 50% dari jumlah konsumen
teh hitam
tam di Indonesia. Namun demikian, terdapat beberapa kendala
pemasaran, yaitu pada adanya industri saingan serta keterbatasan lokasi
distribusi dan promosi. Kendala pada segi promosi dan distribusi yang belum
mencakup nasional, yaitu hanya pulau jawa untuk permulaan, memperkecil
persentase kemungkinan konsumen potensial bagi produk kami. Estimasi yang
kami tetapkan dengan adanya beberapa kendala tersebut, produk kami
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

dapat menembus angka 35% dari jumlah konsumesi teh di Indonesia. Dengan
demikian, proyeksi permintaan
permintaan produk teh goreng dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.. Target Permintaan Pasar Teh Goreng


Tahun Jumlah Penduduk Konsumen Teh Konsumen Teh Proyeksi Permintaan
(juta orang) (kg /thn) Hitam (kg/thn) Teh Goreng (kg/thn)
2000 205 67.650.000 50.737.500 23.677.500
2001 207,6 68.508.000 51.488.100 23.996.000
2002 210,2 69.366.000 52.024.500 24.278.100
2003 212,8 70.224.000 52.668.000 24.578.400
2004 215,4 71.082.000 53.311.500 24.878.700
2005 218 71.940.000 53.955.000 25.179.000
2006 220,6 72.798.000 54.598.500 25.479.300
2007 223,2 73.656.000 55.242.000 25.779.600
2008 225,8 74.514.000 55.885.500 26.079.900
2009 228,4 75.372.000 56.529.000 26.380.200

E. Daur Hidup Produk


Setiap produk biasanya mengalami kelahiran dan kematian baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu produk bisa saja pada
suatu waktu sangat disukai banyak orang dan laku keras, namun di lain waktu
produk itu tidak laku lagi dijual. Jadi pengertian daur hidup produk yaitu
tahapan suatu produk mulai dari lahir, tumbuh,
tumbuh, dewasa dan mati. Setiap
produk memiliki masa daur hidup produk yang berbeda. Produk teh termasuk
produk pemenuhan kebutuhan sehari-hari
sehari hari dan tidak memiliki rentang waktu
yang sempit dalam tren penggunaannya. Berikut tahap suatu daur hidup
produk (Product
duct Life Cycle)
Cycle :
1. Tahap Perkenalan / Introduction
Pada tahap ini produk baru lahir dan belum ada target konsumen
yang tahu sehingga dibutuhkan pengenalan produk dengan berbagai
cara kepada target pasar dengan berbagai cara.
2. Tahap Pertumbuhan / Growth
Ketika berada pada tahap tumbuh, konsumen mulai mengenal produk
yang perusahaan buat dengan jumlah penjualan dan laba yang
meningkat pesat dibarengi dengan promosi yang kuat. Akan semakin
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

banyak penjual dan distributor yang turut terlibat untuk ikut mengambil
mengam
keuntungan dari besarnya animo permintaan pasar.
3. Tahap Kedewasaan / Maturity
Di tahap dewasa produk perusahaan mengalami titik jenuh dengan
ditandai dengan tidak bertambahnya konsumen yang ada sehingga
angka penjualan tetap di titik tertentu dan jumlah keuntungan yang
menurun serta penjualan cenderung akan turun jika tidak dibarengi
dengan melakukan strategi untuk menarik perhatian konsumen dan
para pedagang. Karena sudah banyak pesaing, para pedagang
mulai meninggalkan persaingan dan yang baru tidak akan
ak banyak
terlibat karena jumlah konsumen yang tetap dan cenderung turun.
4. Tahap Penurunan / Decline
Pada kondisi decline produk perusahaan mulai ditinggalkan konsumen
untuk beralih ke produk lain sehingga jumlah penjualan dan keuntungan
yang diperoleh produsen
produsen dan pedagang akan menurun drastis atau
perlahan tapi pasti dan akhirnya mati.
Dilihat dari tahapan daur hidup produk di atas, daur hidup produk teh
berada pada tahap pertumbuhan dan tahap kedewasaan. Beberapa cara
yang dapat digunakan untuk memperpanjang
memperpanjang daur hidup produk
1. Meningkatkan konsumsi dengan cara membujuk konsumen untuk
meningkatkan penggunaan produk kami dengan berbagai manfaat yang
ditawarkan.
2. Memodifikasi produk agar tampil baru dan segar baik dari segi isi,
kemasan, takaran,
takaran, ukuran, manfaat, dan lain sebagainya. Hal ini akan
dilakukan pada program jangka panjang agar konsumen tidak bosan
dengan tampilan produk kami. Namun hal ini dilakukan secara bertahap
agar konsumen tidak terkejut dengan perubahan yang kami lakukan.
3. Mencari target konsumen baru. Jika pasar yang sudah ada sudah tidak
dapat diandalkan untuk meningkatkan penjualan maka dapat ditempuh
jalan dengan cara membidik segmen pasar baru untuk dibujuk untuk
menjadi pelanggan. Hal ini dilakukan ketika produksi telah
tela dilakukan
dalam jumlah yang besar, biaya produksi dapat diminimisasi sehingga
harga dapat diturunkan dan target pasar dapat diperluas.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

F. Analisis Persaingan
Untuk menganilis industri dan persaingan, ada empat cara yang
dilakukan:
1. Definisikan pasar sasaran (target market).). Mendefinisikan pasar sasaran
akan memudahkan perusahaan untuk mengetahui produk atau jasa mana
saja yang
ang membidik sasaran yang sama.
2. Identifikasi pesaing langsung. Identifikasi pesaing langsung akan
membantu untuk melihat peta persaingan, posisi perusahaan dibanding
pesaing, dan apa yang harus dilakukan untuk memenangkan persaingan.
3. Ketahui kondisi persaingan dengan melihat daya tarik persaingan apakah
sudah ketat ataupun belum.
4. Penilaian keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif adalah
kemampuan utama yang dimiliki oleh perusahaan yang diyakini sebagai
modal untuk memenangkan persaingan.
Pesaing Langsung :
Pesaing langsung adalah perusahaan yang memberikan produk
ataupun jasa yang relatif serupa dengan target market yang kurang lebih
sama. Identifikasi pesaing langsung akan membantu untuk melihat peta
persaingan, posisi perusahaan dibanding pesaing, dan apa yang harus
dilakukan untuk memenangkan persaingan. Pesaing utama produk kami
adalah
a. Produk (mutu,
mutu, ukuran, kemasan, dll)
dll
b. Harga (harga
harga satuan, syarat pembayaran, potongan, dll)
dll
c. Jalur Penjualan
d. Promosi

G. Kekuatan dan Kelemahan Kompetitif


Untuk bisa bertahan dalam persaingan, perusahaan kami mempunyai
keunggulan bersaing (
(competitive advantage)) dibandingkan dengan
competitor yang ada. Keunggulan bersaing akan menjadi senjata untuk
menaklukkan pasar dan kompetisi. Untuk selalu membangun keunggulan
bersaing, kamii melakukan beberapa langkah, yaitu :
1. Mencari sumber-sumber
sumber sumber keunggulan, seperti teknologi yang digunakan
dan produk akhir yang dihasilkan.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

2. Mencari keunggulan posisi dibanding pesaing, dengan mengefisienkan


biaya produksi dan memberikan nilai tambah kepada
kepada konsumen.
3. Menghasilkan performa yang prima, dengan melihat kepuasan dan
loyalitas pelanggan atas pelayanan dan produk yang dihasilkan.
Adapun kekuatan produk teh goreng sebagai berikut :
1. Produk teh goreng memiliki aroma yang lebih khas akibat proses
penyangraian
penyangraian.
2. Memiliki varian rasa yang berbeda dari teh seduh lain, yaitu
penambahan flavor kayu manis, melati, atau lemon dengan kemasan
terpisah.
3. Kemasan yang unik dan safe karena terdiri atas kemasan primer dan
sekunder dengan disain yang elegan.
Sementara
tara kelemahan produk teh goreng sebagai berikut :
1. Tidak praktis karena hanya berupa serbuk daun teh.
2. Produksi dengan ukuran seragam (hanya
(hanya mengeluarkan varian dengan
berat bersih 50 gram) sehingga tidak banyak pilihan ukuran untuk
konsumen.

H. Program Pemasaran
aran
1. Pengembangan Produk
Pengembangan produk merupakan salah satu strategi untuk
memperpanjang daur hidup produk (life
( cycle product)) sehingga produk
tidak mengalami tahap decline.. Pengembangan produk ini diperlukan jika
produk sudah memasuki tahap maturity yaitu, dimana produk perusahaan
mengalami titik jenuh, ditandai dengan tidak terjadi penambahan
konsumen sehingga angka penjualan tetap di titik tertentu. Jika produk
sudah mencapai tahap ini, dan perusahaan tidak segera melakukan
strategi untuk menarik
menarik perhatian konsumen dan para pedagang. Hal ini
akan mengakibatkan keuntungan yang diperoleh semakin menurun serta
penjualan yang cenderung turun. Contoh strategi pengembangan produk
yang kami rencanakan adalah sebagai berikut :
a. Memodifikasi produk agar
ar tampil baru dan segar baik dari segi isi,
kemasan, takaran, ukuran, manfaat, dalam jangka waktu tertentu
dan secara bertahap..
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

b. Memakai strategi product lining, product lining adalah strategi


pemasaran untuk menjual beberapa jenis produk (menjual terpisah
terpisa
beberapa produk yang saling berkaitan). Satu lini produk bisa
terdiri dari beberapa produk dengan berbagai variasi ukuran,
tipe warna, kualitas, atau harga. Hal ini sangat menguntungkan
dalam melakukan promosi yaitu penamaan citra positif yang
merupakan promosi dapat menggunakan citra positif salah satu
jenis produk dalam satu lini yang memiliki kualitas tertinggi
dibandingkan dengan produk lain dalam satu lini. Dampak positif
yang terjadi akan mempengaruhi seluruh lini produk.

2. Pengembangan Wilayah Pemasaran


Pemas
Wilayah pemasaran Teh Goreng saat ini mencakup 35% pangsa
pasar untuk memenuhi kebutuhan lokal di Pulau Jawa. Jalur distribusi yang
dilakukan adalah bekerja sama dengan beberapa distributor, penjualan
retail ke toko-toko
toko dan swalayan, serta pemenuhan kebutuhan industri
selanjutnya untuk diolah menjadi minuman teh dalam kemasan.
Perencanaan yang dilakukan untuk lima tahun ke depan, wilayah
pemasaran akan dikembangkan ke seluruh Indonesia.

3. Kegiatan Promosi
Iklan merupakan salah satu alat utama perusahaan
perusahaa yang
digunakan untuk mengetahui komunikasi persuasive dengan pembeli
sasaran dan masyarakat umum. Iklan adalah setiap bentuk presentasi dan
promosi ide, barang, atau jasa yang dibayar oleh sponsor yang dikenal
yang bersifat tidak pribadi. Berikut kegiatan
kegiatan promosi yang dilakukan :

Tabel 4. Kegiatan Promosi yang dilakukan


Promosi yang Dilakukan
1. Brosur
2. Iklan Media Cetak (Koran dan majalah)
3. Iklan di Radio
4. Menawarkan Langsung (Perusahaan)
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

4. Strategi Penetapan Harga


Harga merupakan elemen penting dalam strategi pemasaran dan
harus senantiasa dilihat dalam hubungannya dengan strategi pemasaran.
Harga berinteraksi dengan seluruh elemen lainnya dalam bauran
pemasaran untuk menentukan efektivitas dari setiap elemen dan
keseluruhan elemen. Tujuan yang menuntun
menuntun strategi penetapan harga
haruslah merupakan bagian dari tujuan yang menuntun strategi pemasaran
secara keseluruhan. Oleh karena itu tidaklah benar bila harga dipandang
sebagai elemen yang mandiri dari bauran pemasaran, karena harga itu
sendiri adalah elemen
elemen sentral dalam bauran pemasaran. Harga
merupakan satu-satunya
satu satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan
pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Dari sudut pandang
pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya
(termasuk barang dan jasa lainnya)
lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh
hak kepemilikian atas penggunaan suatu barang atau jasa.
Sementara itu dari sudut pandang konsumen, harga seringkali
digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan
dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Nilai
(value) dapat didefinisikan sebagai rasio antara manfaat yang dirasakan
dengan harga. Dengan demikian pada tingkat harga tertentu, bila
manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan
meningkat pula. Seringkali
Seringkali pula dalam penentuan nilai suatu barang atau
jasa, konsumen membandingkan kemampuan suatu barang atau jasa
dalam memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan barang atau jasa
substitusi.
Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan
keputusan para
para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.
Peranan alokasi dari harga adalah fungsi harga dalam membantu para
pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi
yang diharapkan berdasarkan kekuatan membelinya. Dengan demikian
demi
harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara
mengalokasikan kekuatan membelinya pada berbagai jenis barang dan
jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang
tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

5. Analisis Hambatan
Sebagai produk baru, teh goreng menghadapi penghambat
sebagai berikut:
1. Biaya riset untuk menjamin kualitas produk sebagai industry
pendatang baru.
2. Akses ke saluran distribusi yang padat dengan berbagai produk
sejenis.
3. Peraturan pemerintah yang
yang mewajibkan lisensi bagi industry baru.
4. Sulitnya menyaingi produk market leader saat ini.
5. Konsumen membandingkan produk baru dengan produk market leader
di pasaran.
6. Bersaing dengan produk market leader dalam harga. Suatu industry
besar dapat menekan biaya produksinya karena produksi dilakukan
secara massal atau dalam jumlah besar.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

Bab IV
ASPEK TEKNOLOGI DAN ENGINEERING

A. Diagram Alir Proses Produksi Teh Goreng


Pemilihan teknologi yang terintegrasi dikembangkan dengan
merencanakan pendirian Pabrik Teh Goreng kapasitas daun teh segar 110
kg/hari melalui dua siklus tahapan produksi dengan kapasitas terpasang 60
kg/siklus. Pabrik direncanakan memproduksi teh goreng berkapasitas 500
kemasan/hari dengan berat produk 50 gram per kemasan. Proses
pengolahan teh goreng dapat dilihat pada diagram alir pengolahan teh
goreng berikut.

Daun Teh Segar

Penerimaan
(Timbangan)

Pelayuan
(Withering Trough)

Penggilingan, Fermentasi,
Penggulungan
(Mesin CTC)

Pengeringan
(Fluid Bed Dryer)

Penyangraian
(Rotary Dryer)

Penyortiran
(Sieve Machine)

Pengemasan
Flavour
(Sealing Machine)

Teh Goreng

Gambar 6.. Diagram Alir Pengolahan Teh Goreng


Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

B. Stasiun Utama
1. Stasiun Penerimaan Daun
Stasiun penerimaan daun merupakan stasiun yang berfungsi
menerima bahan baku daun teh dari pemasok. Bahan baku berupa daun
teh segar ditimbang untuk mengetahui berapa jumlah bahan baku yang
masuk.

2. Stasiun Pelayuan
Tahap pertama pada proses pengolahan teh goreng adalah
pelayuan. Selama proses pelayuan, daun teh akan mengalami dua
perubahan yaitu perubahan senyawa-senyawa
senyawa senyawa kimia yang terdapat
dalam daun serta menurunnya kandungan air sehingga daun teh menjadi
lemas. Proses ini dilakukan pada alat Witehring Trough selama 14 – 18
jam sampai kadar
kada air daun teh berkisar 15 – 20 %. Hasil pelayuan yang
baik ditandai dengan pucuk layu yang berwarna hijau kekuningan, tidak
mengering, tangkai muda menjadi lentur, bila digenggam terasa lembut
dan bila dilemparkan tidak akan buyar serta timbul aroma yang khas
seperti buah masak.

Gambar 7. Witehring Trough

3. Stasiun Penggilingan
Daun teh yang telah dilayukan dibawa ke stasiun penggilingan
untuk proses selanjutnya. Pucuk layu digiling pada Mesin Crushing Tearing
and Curling (CTC) selama 90 – 120 menit. Penggilingan bertujuan
menciptakan kondisi yang memungkinkan timbulnya unsur-
unsur-unsur mutu yang
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

diinginkan, yakni terjadinya pencampuran sempurna antara enzim,


katekin, dan udara. Secara kimia, selama proses pengilingan merupakan
proses awal terjadinya oksimatis yaitu bertemunya polifenol dan enzim
polifenol oksidase dengan bantuan oksigen. Penggilingan akan
mengakibatkan memar dan dinding sel pada daun teh menjadi rusak.
Cairan sel akan keluar dipermukaan daun secara rata. Proses ini
merupakan dasar terbentuknya mutu teh. Selama proses ini berlangsung,
katekin akan diubah menjadi tehaflavin dan teharubigin
arubigin yang merupakan
komponen penting baik terhadap warna, rasa maupun aroma seduhan
seduha teh
hitam.

Gambar 8. CTC Machnine

4. Stasiun Pengeringan
Proses pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses oksimatis
pada saat seluruh komponen kimia penting dalam daun teh telah secara
optimal terbentuk. Proses ini menyebabkan kadar air daun teh turun
menjadi 2,5 – 4 %. Mesin yang digunakan untuk proses pengeringan
adalah FBD (Fluid
( Bed Dryer) pada suhu 90-95°C
95°C selama 20-22
20 menit.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

Gambar 9. Fluid Bed Dryer

5. Stasiun Penyangraian
Proses penyangraian merupakan proses yang bertujuan untuk
memberikan aroma dan rasa yang khas teh, yaitu memperkuat aroma
memberikan
teh serta memberikan kesan rasa yang lebih gurih. Proses
penyangraian dilakukan pada Rotary Dryer selama 5 menit dengan
suhu penyangraian beriksar 40 OC.

Gambar 10. Rotary Dryer

6. Stasiun Penyortiran
Sortasi bertujuan untuk memisahkan teh kering berdasarkan
warna, ukuran dan berat. Sedangkan grading bertujuan untuk
memisahkan teh berdasarkan standar mutu yang telah disepakati
secara nasional maupun internasional. Sortasi dan grading dilakukan
pada Sieve
Siev Machine.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

Gambar 11. Sieve Machine

7. Stasiun Pengemasan
Teh yang telah disortasi dan digrading dikemas menggunakan
kemasan primer yaitu alloy menggunakan Sealing and Packaging
Machine dengan berat teh masing-masing
masing masing kemasan 50 gram. Teh
goreng yang telah dikemas dengan kemasan primer dan tersebut
dikemas kembali dengan kemasan sekunder yaitu papersack
bersamaan dengan flavour yang telah dikemas dalam berat 5 gram,
oleh tenaga manual. Setelah
telah proses pengemasan, dilakukan proses
pengepakan teh goreng dalam kemasan gram ke dalam kardus-
kardus
kardus dengan kapasitas tiap kardus adalah 10 kemasan. Teh goreng
yang telah dipack
di ke dalam kardus disimpan di tempat penumpukan
sementara atau di gudang untuk
untuk selanjutnya didistribusikan ke
konsumen.

Gambar 12. Sealing and Packaging Machine


Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

Gambar 13. Desain Kemasan Sekunder

C. Stasiun Pendukung
1. Laboraturium
Laboraturium yang berada pada PT. Bandung Wangi Indosari
adalah laboraturium untuk pengujian mutu teh. Pengujian mutu yang
dilakukan adalah kadar air, kadar abu, dan organoleptik.

2. Pengolahan Limbah
Limbah yang dihasilkan dari hasil proses pengolahan teh pada
PT. Bandung Wangi Indosari adalah daun teh segar atau teh bubuk
yang merupakan losses dan hasil sortasi yang berkualitas buruk, batu-
batu
batuan kecil, maupun pasir yang terikut dalam pengangkutan bahan
bah
baku. Limbah yang dihasilkan diolah menjadi pupuk organik pada
instalasi pengolahan limbah.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

Bab V
ASPEK KEUANGAN

Tujuan menganalisis aspek finansial adalah untuk menentukan rencana


investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan
deng
membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Dalam melakukan
investasi diperlukan perhitungan kemungkinan keuntungan yang tinggi agar
harapan untuk mendapatkan nilai lebih pada waktu mendatang dapat tercapai.
Sebagai tolak ukur analisis finansial diperlukan
di parameter-parameter
parameter yang
berasal dari analisa sebelumnya, antara lain kapasitas produksi, pangsa pasar,
teknologi yang dipakai, pilihan peralatan, jumlah tenaga kerja, fasilitas
pendukung dan proyeksi harga-harga.
harga
Untuk menentukan perkiraan biaya diperlukan asumsi-asumsi
asumsi yang
menjadi dasar perhitungan biaya. Asumsi-asumsi
Asumsi asumsi tersebut antara lain adalah:
a. Umur ekonomis proyek direncanakan selama 10 tahun selama 300 hari
produksi/tahun. Umur proyek ini ditentukan berdasarkan umur mesin dan
peralatan yang
ng digunakan dalam proyek.
b. Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek bernilai 10 persen dari nilai
awal, sedangkan nilai tanah tetap.
c. Nilai sisa mesin 10 persen dari nilai awal.
d. Kapasitas produksi yang akan diraih dan perhitungan neraca massa
adalah sebagai
sebag berikut:
• Kebutuhan bahan baku: daun teh segar 110 Kg/hari atau 33.000
Kg/tahun, flavour 5 Kg/hari atau 1500 Kg/tahun.
• Kapasitas produksi teh goreng 500 kemasan/hari atau 150.000
kemasan /tahun.
• Lama operasi: 16 jam/hari, 25 hari dalam sebulan, 12 bulan dalam
setahun.
• Hari operasi: 300 hari per tahun.
e. Harga-harga
harga yang digunakan dalam analisa finansial ini berdasarkan
harga pada saat analisis kelayakan tahun 2009 dan selama tahun
perencanaan yang dipengaruhi discount factor pada MARR sebesar 12
persen di bank.
ank.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

f. Debt Equity Ratio (DER) yang ditetapkan adalah sebesar 40 persen modal
sendiri dan 60 persen modal yang dipinjam dari bank, besar angsuran
tiap bulan seragam.
g. Harga bahan baku dan produk diasumsikan sama selama periode 12
tahun.
h. Besar pajak kemungkinan
kemungkin didasarkan pada Undang-undang
undang No. 17 tahun
2000 dan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) berdasarkan pasal 1 undang-
undang
undang PPN, yaitu sebagai berikut:
• Jika pendapatan < 50.000.000 maka 10 persen x pendapatan
• Jika pendapatan 50.000.000 < pendapatan < 100.000.000
100.000.00 maka
(10 persen x 50.000.000) + (15 persen x pendapatan – 50.000.000)
• Jika pendapatan > 100.000.000 maka (10 persen x 50.000.000) +
(15 persen x 50.000.000) + (30 persen x pendapatan –
100.000.000).
k. Proyek dimulai pada tahun ke-0
ke dan bersamaan dengan konstruksi pabrik
sedangkan produksi pertama berlangsung pada tahun ke-1
ke 1 dan masa
konstruksi pembangunan kurang lebih selama 1 tahun.

A. Sumber Dana dan Struktur Pembiayaan


Pembiayaan investasi terdiri atas dua sumber dana yaitu dari dana
pinjaman bank dan modal
modal sendiri. Untuk dana oinjaman berasal dari bank
konvensional, yaitu kredit investasi yang diberikan untuk mendirikan usaha
baru. Nilai suku bunga yang berlaku untuk pinjaman tersebut adalah 12%.

Tabel 5. Struktur Pembiayaan Industri Teh Goreng


Sumber Dana Persentase Investasi dan Modal Kerja
Pinjaman Bank 60% Rp 1,099,461,000.00
Modal Sendiri 40% Rp 732,974,000.00
Total 100% Rp 1,832,435,000.00

Pembayaran pinjaman sumber dana untuk investasi dilakukan selama 10


tahun yang dimulai pada tahun pertama dengan tingkat suku bunga 12%.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

B. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dibutuhkan pada saat akan
mendirikan pabrik teh goreng. Investasi pada proyek ini terdiri atas biaya
tetap dan modal kerja. Biaya tetap merupakan biaya yang
yang diperlukan untuk
keperluan pabrik, mulai dari biaya pra investasi, pembangunan pabrik,
fasilitas penunjang, pembelian mesin-mesin,
mesin mesin, peralatan kantor, dan tansportasi.
Perincian investasi pabrik dapat dilihat pada Lampiran 1.
Biaya modal kerja adalah biaya operasi yang diperlukan untuk
memproduksi teh pada kali pertama dan dibutuhkan untuk menjamin kegiatan
pada awal produksi. Modal kerja merupakan gabungan dari biaya pabrik
tidak langsung, pengadaan bahan baku, utilitas produksi, dan biaya tenaga
kerja
a langsung. Modal kerja parik teh goreng dapat diperhitungkan sebagai
biaya operasional pabrik yang dihitung per bulan untuk mengetahui besarnya
biaya yang harus dikeluarkan untuk memulai produksi dalam satu bulan.
Berikut komposisi biaya operasional yang dibutuhkan untuk memulai produksi
dalam satu bulan :
Tabel 6. Komposisi biaya operasional

NILAI
No KOMPONEN
(RUPIAH)
A. Biaya Variabel
1 Pembelian Daun Teh 4,125,000
2 Pembelian Flavor 12,500,000
3 Pembelian Paper Sack 2,500,000
4 Pembelian Alloy 3,750,000
5 Pembelian Kardus 250,000
6 Air 9,000
7 Biaya Bahan Bakar Transportasi 495,000
B. Biaya Tetap
1 Tenaga Kerja 67.000.000
2 Biaya Maintenance Mesin 270,000
3 Biaya Maintenance Kendaraan 90,000
4 Listrik 2,366,000
5 Biaya Telepon 800,000
6 Biaya Lain-lain 5,000,000
7 Biaya Pemasaran 3,000,000
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

C. Harga dan Prakiraan Penerimaan


Harga produksi ditentukan berdasarkan metode Full Costing melalui
persamaan sebagai berikut :

Keterangan :
HP = Harga Pokok Produksi
BT =Biaya Tetap
BV = Biaya Variabel
OH= Biaya over head
Berdasarkan biaya tetap dan biaya variabel Rp. 1.225.860.000,00,
biaya overhead sebesar Rp. 20.770.000,00, dan jumlah produk yang
dihasilkan per tahun yaitu 150.000 kemasan/ tahun, maka harga pokok
produksi teh goreng (HP) yaitu sebesar Rp. 8.310,86
Harga jual ditentukan berdasarkan persamaan berikut ini :

Dengan :
HJ =Harga Jual
HP = Harga Pokok Produksi
Mark Up sebesar 44.38% dari harga pokok produksi.
Penerimaan diperoleh antara jumlah produksi dengan harga jual.
Asumsii yang dipakai adalah produk terjual 100% dari yang diproduksi.
Jumlah prodksi untuk tahun pertama sebesar Rp. 135.000,00, tahun kedua
hingga tahun kesepuluh sebesar Rp. 150.000,00.
Penerimaan tahunan didapat dari hasil penjualan pada tahun tersebut.
Asumsi
si yang digunakan adalah setiap tahun seluruh produk the goreng yang
diproduksi habis terjual. Hal ini disebabkan, the goreng yang diproduksi telah
memiliki standar kualitas dan harga kompetitif sehingga dengan spesifikasi
the goreng yang dihasilkan diharapkan
diharapkan dapat bersaing dipasaran. Untuk
tahun pertama asumsi produksi sebesar 90%, sedangkan untuk tahun kedua
sampai tahun kesepuluh asumsi produksi sebesar 100% dari total kapasitas
pabrik, ditargetkan 100% the goreng dapat terjual dari total produk yang
diproduksi
produksi pada tahun tersebut. Pada tahun-tahun
tahun tahun berikutnya, penjualan
tetap dipertahankan sebesar 100% dari total teh goreng yang diproduksi.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

D. Proyeksi Laba Rugi


Proyeksi Laba Rugi diperlukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas
suatu usaha. Laba rugi adalah
adalah selisih antara penjualan bersih produk selama
satu periode tertentu dengan total biaya selama periode yang sama. Laba
bersih yang didapatkan memiliki karakteristik laba operasi earning before
interest and tax (EBIT) yang dikurangi dengan pembayaran angsuran
an dan
pajak. Laporan laba rugi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Pajak
dihitung berdasarkan Undang-undang
Undang undang no. 17 tahun 2000, untuk mendapatkan
laba bersih dilakukan pengurangan pada laba atas pajak. Laba bersih pada
proyek bernilai positif pada tahun ke-8 .

E. Titik Impas (Break


Break Even Point)
Point
Titik impas adalah titik dimana total biaya produksi sama denga
pendapatan. Titik impas meninjukkan bahwa tingkat produksi telah
menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang
dikeluarkan. Selain dapat menghubungkan antara volume penjualan, harga,
satuan dan laba, analisis titik impas juga memberikan informasi mengenai
hubungan antara biaya tetap dan biaya variable. Perhitungan titik impas
dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7 . Perhitungan titik impas produksi biodiesel
Titik Impas (Break Event Point)
BEP = Biaya Tetap / (1- (Biaya Variabel / Penerimaan))
BEP Rp 1.118.506,619

F. Kriteria Kelayakan Investasi


Kriteria investasi yang digunakan antara lain adalah Net Present Value
(NPV), Net Benefit Cost ratio (Net B/C), dan Pay Back Period (PBP). Untuk
menentukan layak ataui tidaknya proyek tersebut, maka diperlukan metode
yang memperhitungkan pula berubahnya nilai uang terhadap waktu atau
faktor diskonto. Hal ini dikarenakan
dikarenakan faktor diskonto merupakan suatu teknik,
dan dengan teknik tersebut dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada
masa mendatang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang.
sekarang
Perhitungan berbagai kriteria
riteria investasi harus didasarkan pada proyeksi
pro
arus uang, dalam hal ini proyeksi arus uang bersih (net
(net cash flow).
flow Net cash
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

flow merupakan penerimaan nilai riil yang dapat diperhitungkan untuk


pengembalian bunga pinjaman dan angsuran serta untuk memperkirakan
jangka Waktu pengembalian kredit. Berdasarkan
Berdasarkan proyeksi arus uang tersebut
dapat dihitung berbagai kriteria investasi.

1. Net Present Value dan Net B/C


Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai
sekarang dari manfaat dan biaya dari suatu proyek investasi. Nilai NPV
yang diperoleh untuk proyek pendirian pabrik teh goreng adalah
sebesar Rp 560.379.708. nilai tersebut lebih besar dari nol, yang berarti
proyek memperoleh
mperoleh peningkatan nilai uang, sehingga pendirian pabrik
dianggap layak sesuai perhitungan NPV.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) menunjukkan manfaat yang
diberikan dari proyek ini untuk kepentingan umum dan bukan keuntungan
financial perusahaan. Nilai
Ni Net B/C dihitung berdasarkan nilai arus kas
yang telah diperhitungkan nilai perubahannya terhadap waktu. Nilai Net
B/C proyek ini diperoleh sebesar 1,43 yang menunjukkan bahwa
pendirian pabrik teh goreng ini layak untuk dilaksanakan karena nilai
Net B/C lebih besar dari satu.

2. Payback Period (PBP)


PBP merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan seluruh modal suatu investasi, yang dihitung dari aliran
kas bersih. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai PBP untuk proyek ini
adalah 3 tahun 9 bulan
bulan 27 hari yang berarti untuk mengembalikan
investasi awal pabrik dibutuhkan waktu 3 tahun 9 bulan 27 hari setelah
pabrik berproduksi. Dari hasil tersebut, industri teh goreng layak
didirikan karena waktu pengembalian modal lebih cepat dibandingkan
dengann umur proyek.

Berdasarkan semua kriteria investasi yang telah dipaparkan maka dapat


disimpulkan bahwa industri pengolahan the goreng layak untuk direalisasikan.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 8.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

Tabel 8.. Penilaian Kreiteria Investasi


NPV 560,379,708
B/C RATIO 1.429669708
PBP 3 tahun 9 bulan 27 hari
PI 1.305811507
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

Bab VI
ASPEK MANAJEMEN RESIKO

Risk Management (Manajemen


( Resiko) pada dasarnya adalah proses
menyeluruh yang dilengkapi dengan alat, teknik, dan sains yang diperlukan untuk
mengenali, mengukur, dan mengelola resiko secara lebih transparan. Sebagai
sebuah proses menyeluruh Risk Management menyentuh hampir setiap aspek
aktivitas sebuah entitas bisnis, mulai dari proses pengambilan keputusan untuk
menginvestasikan sejumlah uang, sampai pada keputusan untuk menerima seorang
karyawan baru.
Wujud penerapan terbaik Risk Management merupakan suatu proses
membangun kesadaran
ran tentang resiko di seluruh komponen organisasi, suatu
proses pendidikan bagaimana menggunakan alat dan teknik yang disediakan
oleh Risk Management tanpa harus dikendalikan olehnya, dan mengembangkan
naluri pengambilan keputusan yang kuat (khususnya terhadap
terh resiko
resiko).
Sebagai sebuah proses, kerangka kerja Risk Management pada
dasarnya terbagi dalam tiga tahapan kerja :
1. Identifikasi Resiko,
Resiko, adalah rangkaian proses pengenalan yang seksama atas
resiko dan komponen resiko yang melekat pada suatu aktivitas atau transaksi
yang diarahkan kepada proses pengukuran serta pengelolaan resiko yang
tepat. Identifikasi Resiko adalah pondasi dimana tahapan lainnya dalam
proses Risk Management , dibangun.
2. Pengukuran Resiko,
Resiko, adalah rangkaian proses yang dilakukan dengan tujuan
tuju
untuk memahami signifikansi dari akibat yang akan ditimbulkan suatu resiko,
baik secara individual maupun portofolio, terhadap tingkat kesehatan dan
kelangsungan usaha. Pemahaman yang akurat tentang signifikansi tersebut
akan menjadi dasar bagi pengelolaan
pengelol resiko yang terarah dan berhasil guna.
3. Pengelolaan Resiko pada dasarnya adalah rangkaian proses yang dilakukan
untuk meminimalisasi tingkat resiko yang dihadapi sampai pada batas yang
dapat diterima. Secara kuantitatif upaya untuk meminimalisasi resiko ini
dilakukan dengan menerapkan langkah langkah yang diarahkan pada
turunnya (angka) hasil ukur yang diperoleh dari proses pengukuran resiko.
Konsep Pengelolaan Resiko bertujuan untuk mencapai :
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

1. Meningkatkan kualitas dan prediktabilitas dari pendapatan perusahaan


pe
(earning)) untuk mengoptimalkan nilai bagi pemegang saham (shareholder
(
value)
2. Mengurangi kemungkinan munculnya tekanan pada kemampuan keuangan
(financial distress)
3. Mempertahankan marjin operasi (operating
( margin)

A. Resiko
siko Finansial (Keuangan)
Resiko Finansial adalah resiko yang diterima oleh investor akibat dari
ketidakmampuann emiten saham/
saham obligasi memenuhi
hi kewajiban pembayaran
dividen// bunga serta pokok investasi. Resiko finansial terjadi jika proyek
engineering tidak berjalan sesuai dengan rencana,
rencana, atau jika tidak selesai tepat
pada waktunya dan tidak sesuai dengan biaya yang dianggarkan. Sehingga
dalam suatu proyek perlu perhitungan yang matang dalam penganggaran dan
perencanaan pendapatan untuk memenuhi kewajiban kepada kreditor/
pemegang saham.
Resiko finansial yang paling utama dihadapi perusahaan adalah
volatilitas nilai tukar mata uang, struktur finansial yang kurang mendukung,
pengelolaan kas yang lemah, aset yang rusak, dan penarikan
penarikan tagihan yang
kurang efektif.
Perusahaan dapat mengatasi hal-hal
ha hal ini dengan menerapkan sejumlah
kebijakan untuk meningkatkan struktur finansial, yang mencakup :
 mengetatkan
tatkan prosedur pengelolaan kas
 memastikan jaminan asuransi
asuransi aktiva tetap secara memadai
 menerapkan kebijakan kredit yang hati-hati
hati dan konsisten kepada
pelanggan
 kontrol dan pengawasan level persediaan.

B. Resiko Operasional
Resiko operasional merupakan resiko yang memberikan dampak secara
langsung bagi operasional perusahaan. Resiko operasional dapat memberikan
kerugian keuangan namun dapat pula tidak berdampak langsung pada
kerugian keuangan perusahaan. Beberapa resiko yang termasuk dalam resiko
operasional diantaranya pasokan kebutuhan baku, ketidakprofesionalan
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

pengelolaan pucuk teh yang berpotensi menurunkan daya saing sehingga


mengganggu kualitas dan produktivitas pengembangan pucuk teh, fluktuasinya
harga teh, adanya pemogokan
pemogokan kerja, ketidakpatuhan karyawan dalam
melaksanakan prosedur standar operasi, maupun adanya kegagalan
penanganan lingkungan.
Resiko operasional merupakan potensi kerugian yang timbul akibat
tidak berfungsinya sistem dan proses internal, ketidakmampuan
ketidakmampuan karyawan serta
manajemen, atau kegagalan operasional yang timbul dari faktor eksternal.
Tujuan dari manajemen resiko operasional adalah memastikan bahwa
perusahaan memiliki kebijakan, perangkat dan praktek yang tepat untuk
menghindari kegagalan maupun
maup meminimumkan kerugian.
Kepastian pasokan bahan baku merupakan hal yang krusial bagi
operasional pabrik teh. Produksi teh
teh dengan kapasitas 500 kemasan/
kemasan hari
dengan kapasitas 50 gram/kemasan membutuhkan bahan baku pucuk teh
sebanyak 110 kg/hari. Kebutuhan bahan
bahan baku ini harus disupply dari produksi
pucuk teh dari kebun yang berada tidak jauh dari lokasi pendirian pabrik
yaitu Perkebunan Teh Pasirjambu. Resiko terjadinya gangguan produksi pucuk
teh yang ada di Perkebunan Teh Pasirjambu. dapat diantisipasi dengan
membeli pucuk dari perkebunan lain sekitar pabrik.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

Bab VII
ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL

A. Dampak terhadap Masyarakat Sekitar


1. Dampak Pemasaran terhadap masyarakat
CV Bandung Wangi Indosari memiliki segmen pasar masyarakat
luas dengan target pasar semua lapisan masyarakat baik anak muda,
pelajar/mahasiswa, anak anak,
anak-anak, dan orang tua. Hal tersebut
mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat disekitarnya. Dampak yang
dirasakan masyarakat sekitar adalah perusahaan teh goreng ini dapat
menyerap tenaga kerja yang
yang berasal dari masyarakat yang tinggal di
daerah sekitar pabrik sehingga setiap individu baik yang merupakan
penduduk asli maupun penduduk pendatang dapat merasakan benefit
dari pendirian pabrik teh goreng ini. Pemasaran yang dilakukan pun
mempengaruhi kesejahteraan masyarakat sekitar karena dengan
pemasaran yang memadai maka masyarakat pun dapat merasakan efek
dari promosi dan pemasaran yang dilakukan. Devisa masyarakat daerah
tersebut akan meningkat karena pesatnya pemasaran yang dilakukan
industri teh goreng serta penyerapan tenaga kerja yang signifikan pun
dapat membantu program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan dan
pengangguran.

2. Dampak produksi dan teknologi terhadap masyarakat


Produksi teh goreng dan teknologi yang diterapkan didalamnya
membawa dampak positif terhadap pengembangan komunitas
masyarakat asli dan pendatang. Peningkatan softskill masyarakat serta
pengetahuan mengenai teknologi dan juga proses produksi teh goreng ini
menghasilkan dampak positif bagi perkembangan psikologis serta
kesejahteraan masyarakat.

3. Dampak organisasi dan SDM terhadap masyarakat


Dari sisi manajemen, perusahaan ini memperkerjakan para
pegawai yang terampil dan ahli dalam bidang proses produksi teh
goreng. Sedangkan dari sisi organisasi, perusahaan ini mempunyai struktur
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

organisasi yang disusun berdasarakan fungsi-fungsi


fungsi fungsi manajemen dengan
Manajer Umum/CEO/
Umum/ / Direktur sebagai pimpinan puncak. Pabrik teh
goreng ini juga memiliki program pemberdayaan masyarakat
masyarakat melalui
program Corporate Sosial Responsibility yang bertujuan untuk membangun
dan mendorong kehidupan social masyarakat yang lebih baik. Hal ini
terealisasi dengan berbagai program social dalam pengembangan
softskill masyarakat melalui pelatihan serta pendirian fasilitas umum serta
berbagai gerakan lingkungan seperti penanaman pohon untuk menyerap
emisi karbon pun dilakukan untuk menunjang kehidupan masyarakat yang
lebih baik. Dampak positif yang diharapkan adalah terciptanya
masyarakat madani yang
yang cerdas, mandiri, serta peka terhadap
lingkungan sekitar.

B. Dampak terhadap Lingkungan


1. Dampak produksi dan teknologi terhadap lingkungan
Produksi teh goreng ini merupakan proses produksi yang
menerapkan efisiensi terhadap bahan baku sehingga produk beserta
beser
produk samping yang dihasilkan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
menghasilkan produk lain yang dapat dijual kembali. Teknologi yang
dihasilkan pun mengacu pada teknologi ramah lingkungan dimana
teknologi yang digunakan tidak mencemari lingkungan dan
dan perawatannya
pun mudah, murah, serta aman bagi lingkungan sekitar. Produksi yang
digunakan dan dikembangkan pun terfokus pada eco-friendly
friendly production
dimana setiap proses yang melibatkan bahan baku serta bahan tambahan
lain tidak menggunakan bahan-bahan
bahan n kimia yang dapat mencemari
lingkungan.

2. Penanganan limbah yang dihasilkan akibat proses produksi


Proses produksi teh goreng ini memiliki stasiun pengolahan limbah
terpadu yang dapat mengolah limbah sehingga menghasilkan produk dari
limbah yang dapat dijual kembali. Limbah yang dihasilkan dalam industri
teh goreng ini termasuk ke dalam limbah organik sehingga
penanganannya
nannya pun tidak terlalu rumit. Limbah organik hasil pengolahan
pengola
daun teh menjadi bubuk teh, dimanfaatkan menjadi biokomposer sehingga
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

dapat digunakan sebagai pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah.


Limbah kemasan sisa, dapat dimanfaatkan industri untuk dijual kembali ke
pemasok-pemasok
pemasok plastik serta ke perajin-perajin
perajin perajin daur ulang plastik.

C. Dampak terhadap Industri Lain


Dampak pendirian
pendirian industri teh goreng ini adalah adanya sinkronsasi
antara tiga industri yang masing-masing
masing masing berperan sebagai pemasok bahan
baku daun teh segar, flavor, serta kemasan plastik. Perkebunan teh
Pasirjambu sebagai pemasok daun teh segar, Industri flavor sebagai
sebag industri
pemasok bahan tambahan teh goreng, serta Industri kemasan plastik memiliki
hubungan yang sangat erat dengan industri teh goreng dalam memasok
bahan baku teh goreng. Hubungan mutualisme atau hubungan saling
menguntungkan itulah yang menyebabkan adanya keselarasan dan
keseimbangan antar lini industri.
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

Lampiran 1. Detail/Rincian
/Rincian Analisis Finansial

I. Rencana Kebutuhan Dana


Uraian Jumlah Satuan

Nilai Tukar 9,600 IDR/1 US $

Luas Lahan 500 m2

Harga Beli Daun The 1,500 rupiah/kg

Harga Beli Flavor Cinnamon Flavor 100,000 rupiah/kg

Lemon Flavor 100,000 rupiah/kg

Vanilla Jasmine Flavor 100,000 rupiah/kg

Harga Beli Bahan Kemasan Paper Sack 100,000 rupiah/roll

Alloy 150,000 rupiah/roll

Kardus 200 rupiah/buah

Kebutuhan Produksi Daun Teh Segar 110 kg/hari

33,000 kg/tahun

Flavor 5 kg/hari

1,500 kg/tahun

Kapasitas Terpasang 60 kg/proses

Berat per kemasan Teh + Flavor 55 gr/kemasan

Hasil produksi 500 kemasan/hari

12,500 kemasan/bulan

150,000 kemasan/tahun

Kapasitas Paper Sack & Alloy 500 kemasan/roll

Kardus 10 kemasan/kardus

Kebutuhan Kardus 50 kardus/hari

Harga Jual Teh Goreng 12,000 rupiah/kemasan

Rendemen the 23%


Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

Jumlah Tenaga Kerja 38 orang

Direktur Utama 1 orang

General Manager 1 orang

Manager Dept 6 orang

staf Dep. HRD & GA 2 orang

staf Dep. Marketing 2 orang

staf Dep. SCM 2 orang

staf Dep. Finance & 2 orang


Accouting

staf Dep. PDQA 2 orang

staf Dep. Produksi 20 orang

Jam Kerja 16 jam/hari

Hari Kerja 25 hari/bulan

300 hari/tahun

Umur Proyek 10 tahun

Persentase Modal Pinjaman 60%


Bank

Persentase Modal Sendiri 40%

Biaya Modal Pinjaman Bank 12%

Biaya Modal Sendiri 20%

Jangka Waktu Pengembalian Modal 10 tahun

Persentase Produksi Tahun 1 90%

2 100%

3 100%

4 100%

5 100%
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

6 100%

7 100%

8 100%

9 100%

10 100%

Pajak 10%

Harga Listrik 650 rupiah per KWh


Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung
Bandung-Jawa Barat

II. Kebutuhan Dana Investasi


N URAIAN JUMLAH SATUA HARGA SATUAN TOTAL UMUR PERSENTASE NILAI SISA DEPRESIASI PEMAKAIAN
o N (Rp) EKONOMIS NILAI (Rp) (Rp) DAYA

(TAHUN) SISA LISTRIK (KW)

Tanah dan Bangunan

1 Luas Lahan 500 m2 120,000 60,000,000

2 Konstruksi Bangunan 400 m2 500,000 200,000,000 10 10% 20,000,000 18,000,000

3 Interior 250 m2 350,000 87,500,000 10 10% 8,750,000 7,875,000

Peralatan dan Mesin

1 Witehring Through 1 buah 6,500,000 6,500,000 10 10% 650,000 585,000 1

2 Mesin CTC 1 buah 57,500,000 57,500,000 10 10% 5,750,000 5,175,000 1

3 Fluidized Bed Dryer 1 buah 40,000,000 40,000,000 10 10% 4,000,000 3,600,000 0.5

4 Rotary Dryer 1 buah 32,000,000 32,000,000 10 10% 3,200,000 2,880,000 0.5

5 Mesin Sieve 1 buah 19,800,000 19,800,000 10 10% 1,980,000 1,782,000 1

6 Mesin Sealing dan Packaging 1 buah 21,000,000 21,000,000 10 10% 2,100,000 1,890,000 1.1

7 Perlengkapan QC 2 buah 4,000,000 8,000,000

8 Timbangan 2 unit 500,000 1,000,000


Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung
Bandung-Jawa Barat

9 Ember/Baskom 4 buah 10,000 40,000

10 Pisau 4 buah 15,000 60,000

11 Sikat 5 buah 5,000 25,000

12 Sapu 4 buah 15,000 60,000

13 Selang 50 meter 5,000 250,000

14 Gunting 4 buah 5,000 20,000

15 Keranjang Daun 4 buah 50,000 200,000

16 Bohlam Lampu 10 buah 15,000 150,000 1 10% 15,000 135,000 0.07

17 Tangki Penampung Air 2 buah 300,000 600,000 10 10% 60,000 54,000

18 Pompa Air 2 buah 1,000,000 2,000,000 10 10% 200,000 180,000 0.75

Sarana dan Prasarana

1 Kendaraan operasional (mobil) 1 unit 35,000,000 35,000,000 10 10% 3,500,000 3,150,000

2 Kendaraan operasional (motor) 1 unit 9,000,000 9,000,000 10 10% 900,000 810,000

3 Furniture 1 unit 5,000,000 5,000,000

4 Perlengkapan Kamar Mandi 2 unit 1,000,000 2,000,000

5 Komputer + Printer + Fax 2 unit 4,000,000 8,000,000 5 10% 800,000 1,440,000 0.5

6 Kalkulator 4 unit 30,000 120,000


Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung
Bandung-Jawa Barat

7 Telepon 2 unit 600,000 1,200,000

8 Instalasi Listrik (pabrik) 1 unit 2,000,000 2,000,000 10 10% 200,000 180,000

9 Instalasi Air + Pompa 2 unit 1,000,000 2,000,000 10 10% 200,000 180,000

10 Meja Kerja 18 unit 120,000 2,160,000

11 Kursi 34 unit 85,000 2,890,000

12 Perizinan 1 unit 500,000 500,000

TOTAL BIAYA INVESTASI 606,575,000

TOTAL DEPRESIASI 47,916,000

TOTAL NILAI SISA 52,305,000

TOTAL BIAYA INVESTASI + MODAL KERJA 1,832,435,00


AWAL 0
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung
Bandung-Jawa Barat

III. Biaya Operasional


No KOMPONEN VOLUME SATUAN HARGA PER SATUAN (Rp) BIAYA PER BULAN (Rp) BIAYA PER TAHUN (Rp)

A. Biaya Variabel

1 Pembelian Daun Teh 110 kg 1,500 4,125,000 49,500,000

2 Pembelian Flavor 5 kg 100,000 12,500,000 150,000,000

3 Pembelian Paper Sack 1 roll 100,000 2,500,000 30,000,000

4 Pembelian Alloy 1 roll 150,000 3,750,000 45,000,000

5 Pembelian Kardus 50 buah 200 250,000 3,000,000

6 Air 3,000 liter 3 9,000 108,000

7 Biaya Bahan Bakar Transportasi 110 liter 4,500 495,000 5,940,000

B. Biaya Tetap

1 Tenaga Kerja 2 orang 5,000,000 10,000,000 120,000,000

6 orang 3,500,000 21,000,000 252,000,000

10 orang 1,800,000 18,000,000 216,000,000


Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung
Bandung-Jawa Barat

20 orang 900,000 18,000,000 216,000,000

2 Biaya Maintenance Mesin 6 unit 45,000 270,000 3,240,000

3 Biaya Maintenance Kendaraan 2 unit 45,000 90,000 1,080,000

4 Listrik 1 unit 2,366,000 2,366,000 28,392,000

5 Biaya Telepon 2 unit 400,000 800,000 9,600,000

6 Biaya Lain-lain 1 unit 5,000,000 5,000,000 60,000,000

7 Biaya Pemasaran 1 unit 3,000,000 3,000,000 36,000,000

SUB TOTAL BIAYA VARIABEL 283,548,000

SUB TOTAL BIAYA TETAP 942,312,000

TOTAL BIAYA OPERASIONAL 1,225,860,000


Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung
Bandung-Jawa Barat

IV. Proyeksi Laba Rugi


KETERANGAN TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3 TAHUN 4 TAHUN 5 TAHUN 6 TAHUN 7 TAHUN 8 TAHUN 9 TAHUN
10

Penjualan Teh Goreng 1,620,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Total Penjualan 1,620,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00 1,800,00
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Biaya Tetap 942,312, 942,312, 942,312, 942,312, 942,312, 942,312, 942,312, 942,312, 942,312, 942,312,
000 000 000 000 000 000 000 000 000 000

Biaya Variabel 283,548, 283,548, 283,548, 283,548, 283,548, 283,548, 283,548, 283,548, 283,548, 283,548,
000 000 000 000 000 000 000 000 000 000

Biaya Operasional 1,225,86 1,225,86 1,225,86 1,225,86 1,225,86 1,225,86 1,225,86 1,225,86 1,225,86 1,225,86
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Pendapatan Sebelum 394,140, 574,140, 574,140, 574,140, 574,140, 574,140, 574,140, 574,140, 574,140, 574,140,
Depresiasi, Bunga, dan Pajak 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000

Depresiasi 47,916,0 47,916,0 47,916,0 47,916,0 47,916,0 47,916,0 47,916,0 47,916,0 47,916,0 47,916,0
00 00 00 00 00 00 00 00 00 00

Pendapatan Sebelum Bunga, 346,224, 526,224, 526,224, 526,224, 526,224, 526,224, 526,224, 526,224, 526,224, 526,224,
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung
Bandung-Jawa Barat

dan Pajak 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000

Bunga (WACC) 131,935, 131,935, 131,935, 131,935, 131,935, 131,935, 131,935, 131,935, 131,935, 131,935,
320 320 320 320 320 320 320 320 320 320

Pendapatan Sebelum Pajak 214,288, 394,288, 394,288, 394,288, 394,288, 394,288, 394,288, 394,288, 394,288, 394,288,
680 680 680 680 680 680 680 680 680 680

Pajak 21,428,8 39,428,8 39,428,8 39,428,8 39,428,8 39,428,8 39,428,8 39,428,8 39,428,8 39,428,8
68 68 68 68 68 68 68 68 68 68

Pendapatan Setelah Pajak 192,859, 354,859, 354,859, 354,859, 354,859, 354,859, 354,859, 354,859, 354,859, 354,859,
812 812 812 812 812 812 812 812 812 812

Net Cash Flow 359,517, 521,517, 521,517, 521,517, 521,517, 521,517, 521,517, 521,517, 521,517, 521,517,
600 600 600 600 600 600 600 600 600 600
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

V. Net Present Value (NPV)


TAHUN NCF (Rp) DF PV of NCF (Rp)

16%

1 359,517,600 0.862069 309,928,966

2 521,517,600 0.743163 387,572,533

3 521,517,600 0.640658 334,114,252

4 521,517,600 0.552291 288,029,528

5 521,517,600 0.476113 248,301,317

6 521,517,600 0.410442 214,052,860

7 521,517,600 0.353830 184,528,327

8 521,517,600 0.305025 159,076,144

9 521,517,600 0.262953 137,134,607

10 521,517,600 0.226684 130,076,175

Nilai 52,305,000
Sisa

JUMLAH 2,392,814,708

Io 1,832,435,000

NPV 560,379,708

TAHUN NCF DF

16%

0 1,832,435,000

1 394,140,000 0.862069 339,775,862

2 574,140,000 0.743163 426,679,548

3 574,140,000 0.640658 367,827,197

4 574,140,000 0.552291 317,092,411


Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

5 574,140,000 0.476113 273,355,527


PI 2,392,814,708.28
6 574,140,000 0.410442 235,651,316 1,832,435,000.00
= 1.305811507
7 574,140,000 0.353830 203,147,686

8 574,140,000 0.305025 175,127,316

9 574,140,000 0.262953 150,971,824

10 574,140,000 0.226684 130,148,124

Jumlah 2,619,776,811

b/c ratio 1.429669708


Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung
Bandung-Jawa Barat

VI. Inflow
Komponen Unit/bulan Harga Inflow/bulan Inflow/tahun

A. Sumber Dana

Pinjaman Bank Rp 1,099,461,000.00

Modal Sendiri Rp 732,974,000.00

Sub Total Rp 1,832,435,000.00

B. Penjualan

Teh Goreng (kemasan) 12500 Rp 12,000.00 Rp 150,000,000.00 Rp 1,800,000,000.00

Sub Total Rp 1,800,000,000.00

Total Rp 3,632,435,000.00

Sisa Hutang
TERM KE-
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rp
1,099,461,000.00 967,525,680 835,590,360 703,655,040 571,719,720 439,784,400 307,849,080 175,913,760 - - -
Feasibility Study “Teh Goreng”
CV Bandung Wangi Indosari, Bandung-Jawa
Bandung Barat

VII. Payback Period


INVESTASI + MODAL KERJA AWAL 1,832,435,000
CF1 359,517,600

1,472,917,400
CF2 521,517,600

951,399,800
CF3 521,517,600

429,882,200
CF4 521,517,600

-91,635,400
CF5 521,517,600

-613,153,000
CF6 521,517,600

-1,134,670,600
CF7 521,517,600

-1,656,188,200
CF8 521,517,600

-2,177,705,800
CF9 521,517,600

-2,699,223,400
CF10 521,517,600
-3,220,741,000

You might also like