You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini masih terjadi persepsi yang keliru si masyarakat tentang profesi
keperawatan di Indonesia. Persepsi keliru itu terjadi karena kesalahan informasi
yang mereka terima dan kenyataan di lapangan. Kondisi ini didukung pula dengan
kebudayaan dan kebiasaan-kebiasaan perawat seperti mengambilkan stetoskop,
tissue untuk para dokter. Masih banyak para perawat yang tidak percaya diri ketika
berjalan dan berhadapan dengan dokter. Paradigma ini harus dirubah, mengikuti
perkembangan keperawatan dunia. Para perawat menginginkan perubahan
mendasar dalam kegiatan profesinya. Kalau tadinya hanya membantu pelaksanaan
tugas dokter, menjadi bagian dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini
mereka menginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai
tujuan asuhan keperawatan
Institusi pendidikan keperawatan sangat bertanggungjawab dan berperan penting
dalam rangka melahirkan generasi perawat yang berkuwalitas dan berdedikasi.
Pemilik dan pengelola insititusi pendidikan keperawatan yang sama sekali tidak
memiliki pemahaman yang cukup tentang keperawatan baik secara disiplin ilmu
atau profesi dapat menjadi penyebab rendahnya mutu lulusan dari pendidikan
keperawatan yang ada. Hal ini dapat di ukur dengan kalah bersaingan para Perawat
Indonesia bila di bandingkan dengan negara-negara lain seperti Philipina dan India.
Pemicu yang paling nyata adalah karena dalam system pendidikan keperawatan
kita masih menggunakan “Bahasa Indonesia”sebagai pengantar dalam proses
pendidikan. Hal tersebut yang membuat Perawat kita kalah bersaing di tingkat
global.Disisi lain dengan berkembangnya pola pelayanan kesehatan di Indonesia
memberikan kesempatan pada perawat untuk memperluas peran dan fungsinya,
sehingga perlu ditunjang dengan latar belakang jenjang pendidikan tinggi dalam
bidang keperawatan termasuk pendidikan spesialistik, sehingga mampu bekerja
pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Isu hangat di berbagai pertemuan keperawatan baik regional maupun nasional
adalah isu tentang jasa keperawatan. Hal ini merupakan kebutuhan mendesak,
karena dapat menimbulkan dampak serius, seperti penurunan mutu pelayanan,
meningkatnya keluhan konsumen, ungkapan ketidakpuasan perawat lewat unjuk

1
rasa dan sebagainya. Isu ini jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional
dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan
masyarakat yang membutuhkan jasa pelayanan kesehatan, menghambat
perkembangan rumah sakit serta menghambat upaya pengembangan dari
keperawatan sebagai profesi. Hal ini juga terkait dengan kesiapan Indonesia
menghadapi AFTA 2003.
Menurut Muhammad (2005) dan kompas (2001), Ada beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk mengatasi masalah tenaga perawat yang menganggur , antara lain :
1. Mengembangkan praktik mandiri keperawatan secara berkelompok maupun
individu untuk konsultasi, melakukan kunjungan rumah, home care untuk
pasien terminal
2. Perawat bisa bekerja di perusahaan untuk menjaga kesehatan pekerja dan
kecelakaan kerja
3. Perawat dapat melakukan dan terlibat secara aktif dalam melakukan riset dan
penelitian di bidang keperawatan
4. Pemerintah memfasilitasi dan menggalakkan penempatan tenaga perawat di
luar negeri bagi perawat yang memenuhi kualifikasi.
5. Memberi sangsi kepada rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan yang
memberikan gaji di bawah standar.
Pada akhirnya keperawatan yang bermutu adalah suatu bentuk pelayanan yang
mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasien sebagai pelanggan. Untuk
mencapainya Perawat dapat memulai dari dirinya sendiri, Perawat harus bekerja
sesuai standar praktek pelayanan keperawatan sesuai wewenang dan tangung
jawabnya, selalu berupaya mengembangkan diri melalui pendidikan dan pelatihan
yang berkesinambungan serta sistem jenjang karir.
A. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
menejemen dan kepemimpinan dalam keperawatan yang menjadi beban studi di
semester III. Selain itu untuk menambah pengetahuan penulis tentang
pengembangaan staff dan pertumbuhan dalam praktek keperawatan sehingga dapat
diterapkan dalam tatanaan nyata.

B. Metode Penulisan

2
Penulisan makalah ini mengguanakan metode kepustakaan dimana bahannya
berasal dari browsing di internet.
C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN, berisikan latar belakang, tujuan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI, yang berisikan pengembangan staff dan
pertumbuhan dalam praktek keperawatan
BAB III : PENUTUP yang terdiri kesimpulan dan penutup.

BAB II
TINJAUAN TEORI

3
A. Sistem Pengembangan Karir Tenaga Keperawatan
Tenaga keperawatan yang berkualitas mempunyai sikap profesional dan dapat
menunjang pembangunan kesehatan, hal tersebut memberi dampak langsung pada
mutu pelayanan di rumah sakit sehingga pelayanan yang diberikan akan berkualitas
dan dapat memberikan kepuasan pada pasien sebagai penerima pelayanan maupun
perawat sebagai pemberi pelayanan. Pemberdayaan sumber daya manusia mulai
dari proses rekruitmen, seleksi dan penenpatan, pembinaan serta pengembangan
karir harus dikelola dengan baik, agar dapat memaksimalkan pendayagunaan
tenaga perawat dan memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
Untuk dapat mewujudkan tercapainya pelayanan yang berkualitas diperlukan
adanya tenaga keperawatan yang profesional, memiliki kemampuan intelektual,
tehnikal dan interpersonal, bekerja berdasarkan standar praktek, memperhatikan
kaidah etik dan moral (Hamid, 2000). Pada kenyataannya saat ini tenaga perawat
yang ada dilapangan masih belum memenuhi standar. Pelayanan keperawatan yang
berkualitas sangat dipengaruhi oleh faktor balas jasa yang adil dan layak,
penempatan yang tepat sesuai dengan keahliannya, berat ringannya pekerjaan dan
sifat pekerjaan yang monoton, suasana dan lingkungan pekerjaan, peralatan yang
menunjang, serta sikap pimpinan atau supervisor dalam memberikan bimbingan
dan pembinaan.
Pengembangan karir perawat merupakan suatu perencanaan dan penerapan rencana
karir dapat digunakan untuk penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan
keahliannya, serta menyediakan kesempatan yang lebih baik sesuai dengan
kemampuan dan potensi perawat. Hal ini akan meningkatkan kualitas kerja
perawat, ia akan berusaha mengontrol karirnya dan memilih karir yang lebih baik
sehingga ia terus berprestasi dan memperoleh kepuasan kerja (Marquis &Huston,
2000). Sehubungan dengan hal tersebut manajemen rumah sakit harus berusaha
mencitakan kepuasan kerja sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi, kecintaan
dan disiplin perawat meningkat serta mendukung terwujudnya rumah sakit
(Hasibuan, 2003).
Menurut Gibson (1996) bahwa peningkatan jenjang/ posisi dan peningkatan
penghasilan merupakan hasil kerja staf yang produktif. Menurut pendapat penulis
penerapan dan pemberlakuan pengembangan jenjang karir di lahan klinik
merupakan suatu perubahan yang mendasar bagi suatu organisasi pelayanan
kesehatan dan merupakan upaya manajer keperawatan untuk terus

4
mengembangkan diri perawat, sehingga perawat dapat mencapai kepuasan karir
dan kepuasan kerja. Hal ini merupakan salah satu tantangan yang berat bagi
manajemen rumah sakit saat ini, karena dalam pelaksanaannya membutuhkan
kerjasama dan partisipasi antara pihak manajemen rumah sakit dan staf
keperawatan (Marquis, 2000)

1. Pengertian Karir
Karir adalah suatu deretan posisi yang diduduki oleh seseorang selama
perjalanan usianya (Robbins ,2001) Hal ini didukung oleh pendapat Saroso
(2003), bahwa karir adalah suatu jalur yang dipilih atau kontrak yang dibuat
seseorang untuk berkontribusi dalam suatu profesi dengan memuaskan.
Menurut pendapat penulis untuk mendapatkan karir yang berhasil harus
dibangun oleh diri perawat sendiri dan penilaian dari lingkungan terhadap
analisa pekerjaanya dan sehubungan dengan hal tersebut perawat harus
terus memelihara dan menjaga pengetahuan dan ketrampilannya tetap
mutakhir. Pemilihan karir secara bertahap akan menjamin individu untuk
mempraktikkan bidang profesinya karena karir merupakan investasi dan
bukan hanya untuk mendapatkan penghargaan dan imbalan jasa.

2. Pengembangan Karir
Robbins (2001) menyatakan bahwa perawat menpunyai tanggung jawab
utama terhadap karirnya sendiri. Selanjutnya ia menguraikan bahwa karir
keperawatan mempunyai tiga komponen utama yaitu jalur karir,
perencanaan karir dan pola karir.
Komponen pertama adalah jalur karir, yaitu lintasan yang dapat ditempuh
oleh seorang perawat mulai dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi,
yang mungkin dapat dicapai apabila perawat mampu bekerja secara
produktif, loyal kepada organisasi, menunjukkan perilaku yang profesional,
serta mampu untuk tumbuh dan berkembang dan memberi kesempatan
kepada perawat untuk berprestasi dan meniti karir ke jenjang yang lebih
tiinggi, serta berhak mendapat imbalan sesuai jalur yang profesional.
Komponen kedua adalah perencanaan karir, yang merupakan tanggung
jawab perawat sendiri untuk melakukan evaluasi diri atau menseleksi jalur
karir tentang pencapaian pengetahuan, pengalaman, kemampuan dan
keterampilan yang berhubungan dengan penyusunan tujuan karir, dan

5
bagaimana cara untuk mencapai hal tersebut sehingga dapat
mengembangkan profesionalisme. Dalam perencanaan karir dibutuhkan
seorang perawat konselor karir/ supervisor/ staf pengembangan yang akan
menolong perawat pelaksana mengkaji dan menganalisa minat,
keterampilan, dan pilihannya, sehingga dapat membantu memudahkan
perawat pelaksana mencapai karirnya.
Komponen ketiga adalah pola pengembangan karir, merupakan suatu
metoda atau sistem dimana manajer keperawatan membantu perawat
profesional memilih tujuan karir, mengarahkan dalam merencanakan karir
untuk meraih kepuasan karir dan mencapai tujuan karir yang telah
ditetapkan sesuai dengan pengalaman dan keahliannya.
Ada enam prinsip pengembangan karir perawat (Direktorat Keperawatan
Depkes RI, 2004) Yaitu:
a. Kualifikasi
Kualifikasi perawat dimulai dari lulusan D.III Keperawatan, saat ini
sebagian besar lulusan SPK, sehingga perlu penanganan khusus
terhadap pengalaman kerja, lamanya pengabdian terhadap profesi,
uji kompetensi dan sertifikasi.
b. Penjenjangan
Penjenjangan mempunyai makna tingkatan kompetensi untuk
melaksanakan asuhan keperawatan yang akontebel dan etis sesuai
dengan batas kewenangan praktek dan kompleksitas masalah pasien.
Penerapan asuhan keperawatan
Fungsi utama perawat klinik adalah memberikan asuhan
keperawatan langsung sesuai standar praktik dan kode etik.

c. Kesempatan yang sama.


Setiap perawat klinik mempunyai kesempatan yang sama untuk
meningkatkan karir sampai jenjang karir profesional tertinggi,
sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Standar profesi
Dalam memberikan asuhan keperawatan mengacu pada standar
praktik keperawatan dan kode etik keperawatan.

6
e. Komitmen pimpinan
Pimpinan sarana kesehatan harus mempunyai komitmen yang tinggi
terhadap pengembangan karir perawat, sehingga dapat dijamin
kepuasan pasien serta kepuasan perawat dalam pelayanan
keperawatan.
Pengembangan karir perawat merupakan suatu perencanaan dan penerapan
rencana karir. Perencanaan karir merupakan bagian dari manajemen
personal, dan menjadi hal utama untuk setiap organisasi keperawatan
(Gillies, 2000). Program pengembangan karir dapat digunakan untuk
penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan keahliannya, serta
menyediakan kesempatan yang lebih sesuai dengan kemampuan dari
potensi perawat. Dengan adanya program pengembangan karir akan
meningkatkan kualitas kerja perawat, ia akan berusaha mengontrol karirnya
dan mencapai karir yang lebih baik sehingga ia akan terus berprestasi dan
memperoleh kepuasan kerja (Marquis &Huston, 2000).
Marquis (2000) Perawat mempunyai tanggung jawab utama terhadap
karirnya sendiri dengan cara sebagai berikut:
Perawat harus mengenali kekuatan, kelemahan, dan bakatnya, rencanakan
karir pribadi dengan jujur pada diri sendiri. Mengelola reputasi diri sendiri
dan lakukan pekerjaan kita berprestasi dan biarkan lingkungan menilai
prestasi kerja kerja. Mengembangkan kontak jaringan kerja agar
terinformasi perkembangan IPTEK yang mutakhir. Mengikuti
perkembangan terbaru tentang pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan.
Menjaga keseimbangan antara kompetensi spesialis dan generalis agar
mampu bereaksi terhadap lingkungan kerja yang terus berubah.
Mendokumentasikan prestasi diri, carilah pekerjaan dan penugasan yang
akan memberi tantangan yang semakin meningkat. Menjaga pilihan anda
tetap terbuka.
Manajemen bertanggung jawab pada pengembangan karir perawat
(Marquis, 2000 dan Robbins, 2001). Untuk itu perlu langkah-langkah :
Manajemen institusi harus menciptakan jalur karir dan kenaikan pangkat,
berupaya mencocokan lowongan kerja dengan orang yang tepat, meliputi:
mengkaji kinerja, dan potensi perawat yang baru dan lama,agar dapat
memberikan bimbingan karir, pendidikan dan pelatihan yang tepat.

7
Membentuk jenjang karir, dan hal ini harus dikominikasikan pada seluruh
staf staf.
Penyerahan informasi karir, direncanakan secara jelas tujuan dan strategi
masa depan rumah sakit sehingga karyawan akan mampu mengembangkan
rencana pribadi.
Penerapan posisi kerja. Manajer yang efektif harus mengetahui siapa yang
dibutuhkan dan siapa yang kompeten dalam menerima tugas, tanggung
jawab serta tantangan yang besar. Penilaian kinerja karyawan. Salah satu
keuntungan dari sistem penilaian yang baik adalah adanya informasi
penting tentang gambaran kinerja, kemampuan perawat yang potensial dan
memudahkan untuk mobilisasi karir. Menciptakan peluang pertumbuhan
dan perkembangan bagi perawat dengan memberi pengalaman kerja yang
telah direncanakan, pengalaman baru, menarik dan secara profesional
menantang dan memacu perawat menggunakan keahliannya yang
maksimal. Memberikan dukungan dan dorongan dengan menyediakan
pelatihan dan pensisikan agar perawat mendapatkan kesempatan
pengembangan keterampilan, kemampuan dan pengetahuan yang terbaru.
Mengembangkan kebijakan-kebijakan personel, dengan diterapkannya
program pengembangan karir yang aktif yang menghasilkan beberapa
kebijakan untuk mendukung program tersebut. Manajemen yang
mempromosikan sistem jenjang karir berpotensi untuk mampu menjamin
meningkatkan produktivitas dan harus dapat pula menjamin terpeliharanya
asuhan keperawatan yang berkwalitas (Kron, 1987).

Berdasarkan uraian tersebut diatas dan memperhatikan pedoman


pengembangan sistem jenjang karir tenaga perawat dari Direktorat
Keperawatan (Depkes RI, 2004) penulis menyimpulan bahwa karir
keperawatan ditentukan oleh tenaga perawat sendiri dengan dibantu oleh
konselor karir/ supervisor dan difasilitasi serta didukung oleh pihak
manajemen keperawatan dan manajemen rumah sakit untuk mengelola karir
perawat untuk dipromosikan. Rumah sakit bertanggung jawab terhadap
peningkatan karir perawat agar dapat dipromosikan. Rumah sakit
bertanggung jawab terhadap peningkatan karir perawat melalui upaya
membentuk dan mengembangkan sistem jenjang karir profesional
keperawatan.

8
http://www.poltekestniau.ac.id/node/29 diakses pada tgl 8 Feb 2010

A. Pertumbuhan Praktek Dalam Keperawatan


1. Tanatangan Keperawatan Dimasa Datang
Jika dianalisa lebih mendalam, ada empat tantangan utama yang sangat
menentukan terjadinya perubahan dan perkembangan keperawatan di
Indonesia, yang secara nyata dapat dirasakan khususnya dalam sistem
pendidikan keperawatan, yaitu (1) terjadinya pergeseran pola masyarakat
Indonesia; (2) Perkembangan IPTEk; (3) Globalisasi dalam pelayanan
kesehatan; dan (4) Tuntutan tekanan profesi keperawatan.

a) Transisi Pola Masyarakat Indonesia


Pergeseran pola masyarakat agrikultur ke masyarakat industri dan
dari masyarakat tradisional berkembang menjadi masyarakat maju,
menimbulkan dampak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat
Indonesia, termasuk aspek kesehatan. Kendatipun masih ada
masyarakat yang menderita penyakit terkait dengan kemiskinan
seperti infeksi, penyakit yang disebabkan oleh kurang gizi dan
pemukiman tidak sehat, tetapi penyakit atau kelainan kesehatan
akibat pola hidup modern juga sudah makin meningkat. Angka
kematian bayi dan angka kematian ibu sebagai indikator derajad
kesehatan, masih tinggi. Peningkatan umur harapan hidup juga
mengakibatkan masalah kesehatan yang terkait dengan masyarakat
lanjut usia seperti penyakit generatif.
Begitu pula masalah kesehatan yang berhubungan dengan
urbanisasi, pencemaran kesehatan lingkungan dan kecelakaan kerja
cenderung meningkat sejalan dengan pembangunan industri. Selain
masalah kesehatan yang makin kompleks, pergeseran nilai-nilai
keluarga pun turut terpengaruh di mana berkembang kecenderungan
keluarga terhadap anggotanya menjadi berkurang. Keadaan ini akan
sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan kelompok
lanjut usia yang cenderung meningkat jumlahnya dan sangat
memerlukan dukungan keluarga. Selain daripada itu, kesempatan
mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan penghasilan yang
lebih besar membuat masyarakat Indonesia lebih kritis dan mampu

9
membayar pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat
dipertanggungjawabkan.

b) Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Perkembangan IPTEk menuntut kemampuan spesifikasi dan
penelitian bukan saja agar dapat memanfaatkan IPTEK, tetapi juga
untuk menapis dan memastikan hanya IPTEK sesuai dengan
kebutuhan dan sosial budaya masyarakat Indonesia yang akan
diadopsi, disamping tentunya untuk mengembangkan IPTEK baru
lainnya. IPTEK juga berdampak pada biaya kesehatan yang makin
tinggi dan pilihan tindakan penanggulangan masalah kesehatan yang
makin banyyak dan kompleks, selain tentunya menurunkan jumlah
hari rawat (Hamid, 1997; Jerningan, 1988). Penurunan jumlah hari
rawat mempengaruhi kebutuhan pelayanan keeshatan yang belih
berfokus kepada kualitas bukan hanya kuantitas, serta meningkatkan
kebutuhan untuk pelayanan / asuhan keperawatan di rumah dengan
mengikutsertakan klien dan keluarganya. Perkembangan IPTEk
harus diikuti dengan upaya perlindungan terhadap hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, hak untuk diberitahu,
hak untuk memilih tindakan yang akan dilakukan dan hak untuk
didengarkan pendapatnya. Oleh karena itu, pengguna jasa pelayanan
kesehatan perlu memberikan persetujuan secara tertulis sebelum
dilakukan tindakan (informed cinsent).
c) Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan
Pada dasarnya dua hal utama dari globalisasi yang akan berpengaruh
terhadap perkembangan pelayanan keseahtan termasuk pelayanan
keperawatan adalah : 1) tersedianya alternatif pelayanan, dan 2)
persaingan penyelenggaraan pelayanan untuk menarik minat
pemakai jasa pelayanan kualitas untuk memberikan jasa pelayanan
keseahtanyang terbaik. Untuk hal ini berarti tenaga kesehatan,
khususnya tenaga keperawatan diharapkan untuk dapat memenuhi
standar global dalam memberikan pelayanan / asuhan keperawatan.
Dengan demikian diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan
profesional dengan standar internasional dalam aspek intelektual,
interpersonal dan teknikal, bahkan peka terhadap perbedaan sosial

10
bidaya dan mempunyai pengetahuan transtruktural yang luas serta
mampu memanfaatkan alih IPTEK.

d) Tuntutan Profesi Keperawatan


Keyakinan bahwa keperawatan merupakan profesi harus disertai
dengan realisasi pemenuhan karakteristik keperawatan sebagai
profesi yang disebut dengan profesional (Kelly & Joel, 1995).
Karakteristik profesi yaitu :
(1) Memiliki dan memperkaya tubuh pengetahuan melalui
penelitian
(2) Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada
orang lain.
(3) Pendidikan yang memenuhi standar
(4) Terdapat pengendalian terhadap praktek
(5) Bertanggung jawab & bertanggung gugat terhadap tindakan
yang dilakukan
(6) Merupakan karir seumur hidup
(7) Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi.

Praktek keperawatan sebagai tindakan keperawatan profesional masyarakat


penggunaan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai
ilmu dasar serta ilmu keperawatan sebagai landasan untuk melakukan
pengkajian, menegakkan diagnostik, menyusun perencanaan, melaksanakan
asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil tindakan keperawatan serta
mengadakan penyesuaian rencana keperawatan untuk menentukan tindakan
selanjutnya. Selain memiliki kemampuan intelektual, interpersonal dan
teknikal, perawat juga harus mempunyai otonomi yang berarti mandiri dan
bersedia menanggung resiko, bertanggung jawab dan bertanggung gugat
terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan
mengatur dirinya sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa menghadapi tantangan yang sangat berat
tersebut, diperlukan perawat dengan sikap yang selalu dilandasi oleh kaidah
etik profesi. Upaya yang paling strategik untuk dapat menghasilkan perawat
profesional melalui pendidikan keperawatan profesional dan beberapa
langkah yang telah disebutkan diatas.

11
1. Perkembangan dan Pertumbuhan Dunia Keperawatan Sekarang
Dewasa ini dunia terus meningkatkan kepercayaan pada berbagai teknologi
untuk memenuhi kebutuhan informasi. Perkembangan teknologi informasi
juga merambah dunia kesehatan. Kebutuhan layanan kesehatan juga
termasuk keperawatan yang cepat, efisien dan efektif menjadi tuntutan
masyarakat modern saat ini.
Pertumbuhan Pengguna internet di Indonesia semakin meningkat.
Diprediksikan pada tahun 2010 ada 54 juta pengguna internet di Indonesia.
Sebuah angka yang fantastis besarnya dan merupakan sebuah peluang bagi
perawat untuk meningkatkan cakupan pelayanan keperawatan keseluruh
wilayah Indonesia dengan efisiensi yang tinggi. teknologi informasi internet
tersebut, istilah telemedicine, telehealth dan telenursing menjadi popular
sebagai salah satu model layanan kesehatan (Martono N, 2006).
Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk
memberikan informasi dan pelayanan medis jarak-jauh. Aplikasi
telenursing saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan
konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai
peralatan video conference. Telenursing adalah praktek kesehatan dengan
memakai komunikasi audio, visual dan data. Termasuk perawatan,
diagnosis, konsultasi dan pengobatan serta pertukaran data medis dan
diskusi ilmiah jarak jauh. Dengan demikian cakupan telenursing cukup
luas, meliputi penyediaan pelayanan kesehatan (termasuk klinis, pendidikan
dan pelayanan administrasi) jarak jauh, melalui transfer informasi (audio,
video, grafik), dengan menggunakan perangkat-perangkat telekomunikasi
(audio-video interaktif dua arah, komputer, dan telemetri) dengan
melibatkan dokter, perawat, pasien, dan pihak-pihak lain.
Telenursing sudah diterapkan di berbagai negara seperti di Amerika,
Yunani, Israel, Jepang, Italia, Denmark, Belanda, Norwegia, Jordania, India
dan bahkan Malaysia. Organisasi perawat Amerika pada tahun 1999 telah
merekomendasikan pengembangan analisa komprehensif penggunaan
telenursing. Di Amerika Serikat, 36% peningkatan kebutuhan perawat
home care dalam 7 tahun mendatang dapat ditanggulangi dengan
telenursing dan di negara lainpun dilaporkan telah menggunakan pelayanan
telekomunikasi di rumah untuk perawatan home care dengan telenursing.

12
Layanan kesehatan khususnya keperawatan jarak jauh dengan
menggunakan media teknologi informatika (internet) memberikan
kemudahan bagi masyarakat. Masyarakat atau pasien tidak perlu datang ke
rumah sakit, dokter atau perawat untuk mendapatkan layanan kesehatan.
Waktu yang diperlukan untuk layanan kesehatan juga semakin pendek.
Pasien hanya dapat dirumah dan melakukan kontak via internet atau melalui
video converence untuk mendapatkan informasi kesehatan, perawatan dan
bahkan sampai pengobatan.
Terdapat manfaat-manfaat yang dapat diambil dari penggunaan telenursing
atau telemedicine yaitu: efektif dan efisien dalam segi biaya keperawatan,
dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan
pelayanan keperawatan tanpa batas geografis, pasien merasakan tetap dekat
dengan rumah dimana keluarga dan sahabat dapat memberikan dukungan
langsung, dapat mengurangi jumlah kunjungan dan lama hari rawat di
rumah sakit, dan dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan
( model distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis
informatika kesehatan.
Praktik keperawatan jarak jauh (telenursing) di Indonesia belum
berkembang seperti di Negara-negara maju seperti di Amerika atau
Australia. Penggunaan telenursing di Indonesia masih terbatas pada area
pendidikan seperti yang dikembangkan di UGM melalui program e-learning
atau model e-lisa yang terintegrasi di semua fakultas UGM dan beberapa
universitas swasta lainnya.
Baru-baru ini di Indonesia berdiri organisasi yang bergerak dalam layanan
asuhan keperawatan di rumah ( Home Care.) Home care di Indonesia belum
menggunakan system Telenursing, akan tetapi masih bersifat home visit,
artinya perawat mendatangi rumah-rumah pasien untuk dilakukan
perawatan secara langsung tidak menggunakan jasa teknologi canggih.
Media yang digunakan masih sebatas penggunaan media telepon sebagai
call center. Itupun masih terbatas pada kota-kota besar, kota - kota
kabupaten belum tersentuh layanan home care.
Asuhan keperawatan model ini ( home care ) sebenarnya bisa dikatakan
sebagai layanan asuhan keperawatan jarak jauh ( telenursing) walaupun
sangat sederhana. Setidaknya organisai profesi dapat segera membangun
konsep pengembangan layanan perawatan jarak jauh dengan

13
mengembangkan Home Care yang sudah mulai berjalan dengan
meningkatkan cakupan layanan ke daerah-daerah dan pada akhirnya kita
benar-benar bisa mengembangkan layanan melalui penggunaan fasilitas
teknologi yang lebih canggih.
Hal yang perlu disiapkan dalam legalitas daripada layanan kesehatan atau
keperawatan jarak jauh dalam hal ini penggunaan telenursing atau
telemedicine yang ada di rumah sakit yang dilakukan oleh instansi-instansi
kesehatan seperti perawat, dokter, dan yang lain-lain adalah dimana perawat
menggunakan pengetahuan, keterampilan, pertimbangan, dan pemikiran
kritis yang tidak bisa dipisahkan di dalam ilmu pendidikan perawatan.
Aktifitas tersebut sudah dapat diberikan lisensi untuk melakukan asuhan
keperawatan. Definisi legal ilmu perawatan hampir selalu meliputi yaitu:
penggunaan ilmu perawatan pendidikan, pemikiran kritis, dan pengambilan
keputusan
Dengan melihat potensi dan perkembangan pelayanan keperawatan, sistem
informasi kesehatan dan penggunaan internet di Indonesia, bukan tidak
mungkin hal ini mendasari telenursing berkembang di Indonesia (dalam
berbagai bentuk aplikasi tehnik komunikasi) dan beragam tujuan. Hal ini
tidak lain agar pelayanan asuhan keperawatan dan perkembangan ilmu, riset
dan pendidikan keperawatan di Indonesia dapat sejajar minimal dengan
perkembangan tehnologi kesehatan, dan kedokteran di Indonesia.
2. Pembentukan Komite Keperawatan Di RS
Asuhan yang berkualitas dapat dicapai dengan adanya profesionalisme
keperawatan. Pelayanan keperawatan profesional di RS diberikan oleh
kelompok keperawatan. Kelompok keperawatan yang bertanggung jawab
untuk terlaksananya peran dan kegiatan perawat di RS dapat berupa komite
yang berada dalam struktur tetapi menjalankan peran fungsional. Komite
Keperawatan di RS merupakan media utama untuk mengakomodasi dan
memfasilitasi tumbuhnya komunitas profesi keperawatan melalui sistem
pengampu keilmuan yang dapat mempertahankan profesionalisme
pelayanan keperawatan yang diberikan.
Komite Keperawatan merupakan wadah non struktural yang berkembang
dari struktur organisasi formal rumah sakit bertujuan untuk menghimpun,
merumuskan dan mengkomunikasikan pendapat dan ide-ide perawat/bidan

14
sehingga memungkinkan penggunaan gabungan pengetahuan, keterampilan,
dan ide dari staf profesional keperawatan.
Komite Keperawatan merupakan oganisasi yang berfungsi sebagai wahana
bagi tenaga keperawatan untuk berpartisipasi dalam memberikan masukan
tentang hal-hal yang terkait masalah profesi dan teknis keperawatan.
Penerapan Komite Keperawatan di berbagaai rumah sakit ini mempunyai
peranan yang antara lain adalah 1. Fasilitator pertumbuhan dan
perkembangan profesi melalui kegiatan yang terkoordinasi. 2. Tim kendali
mutu untuk mempertahankan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
aman. 3. Problem solver dalam mengatasi masalah keperawatan yang
terkait dengan etik dan sikap moral perawat. 4. Investigator, kelompok
peneliti yang mengkaji berbagai aspek keperawatan untuk meningkatkan
pelayanan. 5. Implementator,vmenjamin diterapkannya standar praktek,
asuhan, dan prosedur. 6. Human relation team, menjamin hubungan kerja
dengan staff 7. Designer/implementator/pemantau dan evaluator ide baru.
8. Komunikator, edukator, negosiator, dan pemberi rekomendasi terhadap
hasil kerja staff.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengembangan karir perawat merupakan suatu perencanaan dan penerapan rencana
karir. Perencanaan karir merupakan bagian dari manajemen personal, dan menjadi
hal utama untuk setiap organisasi keperawatan (Gillies, 2000). Program
pengembangan karir dapat digunakan untuk penempatan perawat pada jenjang
yang sesuai dengan keahliannya, serta menyediakan kesempatan yang lebih sesuai
dengan kemampuan berdasarkan potensi perawat. Dengan adanya program
pengembangan karir akan meningkatkan kualitas kerja perawat, ia akan berusaha
mengontrol karirnya dan mencapai karir yang lebih baik sehingga ia akan terus
berprestasi dan memperoleh kepuasan kerja (Marquis &Huston, 2000).
Pertumbuhan praktek dalam keperawatan, yang harus diperhatikan oleh perawat
adalah tantangan di masa yang akan datang sehingga perawat dapat
mempersiapkan diri menghadapi tantangan tersebut dengan cermat dan bermanfaat

15
juga dalam proses pengembangan karirnya. Selain itu perawat juga harus
mengetahui perkembangan keperawatan masa sekarang dan mengikuti
perkembangannya. Dan akhir-akhir ini pertumbuhan keperawatan di Indonesia
adalah pembentukan komite keperawatan disetiap Rumah Sakit sehingga proses
keperawatan dan pemantauan kualitas keperawatan yang dapat digunakan indicator
pengembangan karir perawat.
B. Saran
Bagi para dosen agar dapat menjelaskan pada mahasiswa tentang meteri ini agar
lebih paham sehingga setiap mahasiswa mampu menjelaskan dan mampu
menerapkan di dunia karirnya nanti. Untuk para mahasiswa agar lebih aktif pada
forum diskusi maupun pada saat presentasi di kelas, sehingga tingkat pemahamaan
dan pengetahuan mahasiswa dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

http://blog.asuhankeperawatan.com/blog/2008/10/31/langkah-langkah-membentuk-

komite-keperawatan/

http://irwannursing.multiply.com/journal/item/1/

http://perawatblog.blogspot.com/perawatindonesia/34

http://scrib.com/tantangan-dalam-praktek-keperawataan-profesional/

http://www.poltekestniau.ac.id/node/29

16

You might also like