You are on page 1of 16

PENGARUH KENAIKAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP KINERJA

BANK SYARIAH (STUDI KASUS PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA


CABANG MALANG)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)


dalam negeri menyebabkan perubahan perekonomian dalam negeri yang drastis.
Kenaikan harga BBM akan diikuti oleh kenaikan harga jasa dan barang-barang yang lain
di masyarakat. Hal ini menyebabkan tingkat inflasi di Indonesia mengalami kenaikan dan
semakin mempersulit kondisi ekonomi masyarakat terutama mereka yang berpenghasilan
tetap. Untuk mengatasi hal tersebut maka pemerintah mengambil langkah-langkah
kebijakan untuk menstabilkan kembali kondisi perekonomian yang sempat bergejolak.

Bank Indonesia selaku otoritas moneter bertugas untuk mengatur jumlah peredaran uang
di masyarakat. Tingkat inflasi juga sangat berhubungan dengan jumlah uang yang beredar
di masyarakat. Karena tingkat inflasi mengalami peningkatan akibat kebijakan
pemerintah menaikkan harga BBM maka salah satu langkah yang dilakukan oleh Bank
Indonesia untuk mengendalikan laju inflasi adalah dengan menaikkan tingkat suku
bunga. Kebijakan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga oleh Bank Indonesia
ini dikenal dengan istilah politik diskonto yang merupakan salah satu instrumen dari
kebijakan moneter.

Eksistensi lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi sangat


strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi di sektor riil dengan
pemilik dana. Dengan demikian, fungsi utama sektor perbankan dalam infrastruktur
kebijakan makro ekonomi memang diarahkan dalam konteks bagaimana menjadikan
uang efektif untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi.

Bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-
jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang dalam masyarakat. Oleh karena
itu, usaha bank akan selalu dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan barang
dagangan utama.

Dalam melaksanakan fungsinya, bank membeli uang dari masyarakat dengan harga
tertentu yang lazim disebut bunga kredit. Sebaliknya bank akan menjual uang dalam
bentuk pemberian uang pinjaman dengan harga tertentu yang lazim disebut bunga debet.
Dengan demikian, bank akan mendapatkan keuntungan dari selisih antara harga jual
dengan harga beli uang tersebut. Padahal para ulama berpendapat bahwa dalam syariat
Islam bunga tersebut dinilai sebagai riba yang dilarang oleh agama.

Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga, Islam memperkenalkan


prinsip-prinsip muamalat sebagai alternatif perbankan dalam bentuk kegiatan usaha bank
syariah. Sehingga dapat dikatakan bahwa Bank Syariah adalah sistem perbankan yang
sesuai dengan syariat Islam.

Adanya kenaikan tingkat suku bunga pada bank-bank umum akan mempengaruhi peran
intermediasi dunia perbankan dalam perekonomian Indonesia. Bank-bank umum
(konvensional) dalam operasionalnya sangat tergantung pada tingkat suku bunga yang
berlaku, karena keuntungan bank konvensional berasal dari selisih antara bunga pinjam
dengan bunga simpan. Sedangkan dalam bank syariah tidak mengenal sistem bunga, yang
ada adalah prinsip bagi hasil (profit sharing) antara bank dengan nasabah dalam
pengelolaan dananya.

Walaupun demikian, dengan adanya kenaikan tingkat suku bunga pada bank-bank umum
baik langsung maupun tidak langsung akan membawa dampak terhadap kinerja bank
syariah. Dengan naiknya tingkat suku bunga maka akan diikuti oleh naiknya suku bunga
simpanan dan suku bunga pinjaman pada bank konvensional. Sehingga orang akan
cenderung untuk menyimpan dananya di bank konvensional daripada di bank syariah
karena bunga simpanan di bank konvensional naik yang pada akhirnya tingkat
pengembalian yang akan diperoleh oleh nasabah penyimpan dana akan mengalami
peningkatan.

Kenaikan tingkat suku bunga inilah yang menjadi dilema dunia perbankan syariah saat
ini, karena dikhawatirkan akan ada perpindahan dana dari bank syariah ke bank
konvensional. Tetapi ada juga keuntungan yang diperoleh bank syariah dengan naiknya
suku bunga yakni permohonan pembiayaan (kredit) di bank syariah oleh nasabah
diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan naiknya bunga pinjaman pada
bank konvensional atau bank umum.

Berdasar latar belakang  di atas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang
membahas tentang “Pengaruh Kenaikan Tingkat Suku Bunga Terhadap Kinerja Bank
Syariah (Studi Kasus pada PT BMI Cabang Malang”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat disusun rumusan masalah penelitian
sebagai berikut:

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tingkat suku bunga?


1. Bagaimanakah sistem operasional kerja pada bank syariah?

2. Apa saja produk-produk yang ditawarkan Bank Muamalat kepada nasabahnya?

3. Bagaimanakah dampak kenaikan tingkat suku bunga terhadap peran intermediasi


perbankan syariah?

4. Apakah terdapat pengaruh antara kenaikan ingkat suku bunga dengan kinerja bank
syariah?

Tujuan Penelitian

            Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan tujuan dari
penelitian ini adalah untuk:

1. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tingkat suku bunga.

2. Menjelaskan sistem operasional kerja pada bank syariah.

3. Memaparkan produk-produk yang ditawarkan Bank Muamalat kepada nasabahnya.

4. Memaparkan dampak kenaikan tingkat suku bunga terhadap peran intermediasi


perbankan syariah.

5. Menganalisis seberapa besar pengaruh kenaikan tingkat suku bunga terhadap kinerja
bank syariah.   

Hipotesis Penelitian

            Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahn penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dalam kerangka
berfikir ilmiah, hipotesis diajukan setelah merumuskan masalah karena pada hakekatnya
hipotesis adalah jawaban sementara yang belum tentu benar dan perlu dibuktikan
kebenarannya melalui penelitian.

            Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh serta hubungan yang positif antara
dua variabel atau lebih perlu dirumuskan suatu hipotesis. Penelitian ini bermaksud
memperoleh gambaran obyektif tentang pengaruh kenaikan tingkat suku bunga terhadap
kinerja bank syariah. Adapun hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:  

Hipotesis Nol (Ho)


Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kenaikan tingkat suku bunga dengan kinerja
bank syariah.

Hipotesis Kerja/Alternatif (Ha)

Ada pengaruh yang signifikan antara kenaikan tingkat suku bunga dengan kinerja bank
syariah.

Kegunaan Penelitian

Bagi Bank Syariah

Sebagai sumber informasi untuk pengembangan bank syariah ke depan.

Sebagai bahan pertimbangan untuk lebih memantapkan strategi yang telah digunakan
oleh bank syariah selama ini.

Sebagai bahan evaluasi atas kinerja bank syariah selama ini dalam menghadapi kompetisi
dalam dunia perbankan nasional.

Bagi Universitas Negeri Malang

Temuan yang akan didapatkan dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah ilmu pengetahuan di bidang teoritis maupun praktis yang berkaitan dengan
perkembangan dunia perbankan syariah di Indonesia.

Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan berbagai teori yang diperoleh di bangku kuliah.

Menambah pengalaman dan sarana latihan dalam memecahkan masalah-masalah yang


ada di masyarakat sebelum terjun dalam dunia kerja yang sebenarnya.

Sebagai sarana untuk menambah wawasan peneliti terutama yang berhubungan dengan
bidang kajian yang ditekuni selama kuliah.

Ruang Lingkup Penelitian

            Ruang lingkup dalam kegiatan penelitian ini meliputi:

Ruang lingkup penelitian


Penelitian ini ingin melihat tentang pengaruh antara kenaikan tingkat suku bunga dengan
kinerja bank syraiah.

Variabel

Variabel yang diangkat dalam penelitian ini meliputi variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y). Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah kenaikan tingkat suku bunga
sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah kinerja bank syariah.

Lokasi Penelitian

Bank Syariah yang ada di Kota Malang terdiri atas: Bank Muamalat Indonesia (BMI),
Bank Syariah Mandiri (BSM), BRI Syariah, BTN Syariah dan BNI Syariah. Karena
keterbatasan peneliti, obyek yang menjadi penelitian kali ini hanya di PT Bank Muamalat
Indonesia Cabang Malang.

            Untuk lebih jelasnya jabaran variabel dalam penelitian ini dapat dilihat dalam
tabel berikut:

Asumsi Penelitian

Tingkat suku bunga adalah sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia sebagai bank sentral dan diikuti oleh bank-bank umum konvensional.

Kinerja dapat diketahui dari laporan keuangan yang dikeluarkan oleh bank.

Laporan keuangan bank syariah (PT Bank Muamalat Indonesia) yang digunakan sebagai
data antara tahun 2005-2006.

 
Definisi Operasional

Tingkat suku bunga adalah sesuai dengan besarnya BI rate yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.

Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariat Islam yang dalam pengelolaan dananya menggunakan prinsip bagi hasil.

Bank syariah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PT Bank Muamalat Indonesia
sebagai bank syariah pertama yang berdiri.

 
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Teori

A. Pengertian Bunga Bank

            Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual
produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah
(yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank
(nasabah yang memperoleh pinjaman).

            Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang diberikan kepada
nasabahnya yaitu:

Bunga Simpanan

Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan
uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada
nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito.

Bunga Pinjaman

Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh
nasabah peminjam kepada bank. Sebagai cotoh bunga kredit.

            Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan
pendapatan bagi bank konvensional. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus
dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang
diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing
saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan
tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik da demikian
pula sebaliknya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga

            Seperti dijelaskan di atas, bahwa untuk mennetukan besar kecilnya suku bunga
simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan
maupun pinjaman saling mempengaruhi disamping faktor-faktor lainnya.

            Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga
adalah:

Kebutuhan dana, apabila bank kekurangan dana sementara permohonan pinjaman


meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar kebutuhan dana tersebut cepat terpenuhi
dengan meningkatkan suku bunga simpanan.
 Persaingan, dalam memperebutkan daa simpanan, maka disamping faktor promosi, yang
paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing.

Kebijakan pemerintah, dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman
kita, tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

Jangka waktu, semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi tinggi
bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang. Serta
faktor-faktor yang lain.

 
Pengertian Bank Syariah dan Tujuan Pendirian Bank Syariah

Bank adalah badan usaha yang memberikan jasa pada penyimpanan uang, pengiriman
uang serta permintaan dan penawaran kredit. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perbankan menyebutkan bahwa Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menya-lurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak
lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya
yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Sehingga Bank Syariah ialah badan usaha yang
bergerak dalam bidang perbankan yang sistem operasionalnya didasarkan pada prinsip-
prinsip syariat Islam.

Sedangkan tujuan didirikannya Bank Syariah adalah meningkatkan usaha menuju


kesejahteraan umat dengan mengaitkan pembangunan ekonomi dan sosial serta
menyelamatkan umat Islam dari membayar dan menerima bunga yang termasuk
perbuatan riba serta dampak sampingnya yang tidak dikehendaki oleh Islam.

Karakteristik Bank Syariah

Bank ini didirikan dengan aktivitas yang dibenarkan oleh syariat Islam, dimana segala
aktivitasnya memiliki karakteristik sebagai berikut:

Bersifat produktif, ekonomi Islam memandang bahwa semua aktivitas ekonomi harus
produktif sehingga kegiatannya lebih ditekankan pada ekonomi riil. Sedangkan bunga
merupakan pendapatan yang tidak produktif.

Tidak eksploitatif, kegiatan ekonomi tidak boleh ditujukan demi keuntungan satu pihak
dengan megorbankan pihak lain (sama-sama untung).

Berkeadilan, tidak boleh ada transaksi ekonomi yang merugikan pihak-pihak yang
terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tidak bersifat spekulatif, hal ini dianggap sebagai perjudian dan dapat mengakibatkan
orang yang melakukannya terancam kemiskinan serta menyebabkan uang atau barang
yang dispekulasikan menjadi tidak bermanfaat.

Anti riba, riba sebenarnya adalah tambahan yang ditetapkan dalam perjanjian atas suatu
barang yang dipinjam, ketika barang dikembalikan. Sehingga pemilik barang berharap
bahwa ia bisa meraih keuntungan dari transaksi pinjam-meminjam tersebut.

 
Sejarah Berdirinya Bank Syariah di Indonesia

Menurut sejarah, awal mula kegiatan Bank Syariah  pertama kali dilakukan di Pakistan
dan Malaysia pada tahun 1940-an. Di Kairo Mesir pada tahun 1963 berdiri Islamic Rural
Bank di desa Mit Ghamr. Bank ini beroperasi di pedesaan Mesir dan masih berskala
kecil.

Sekalipun masyarakat Indonesia merupakan masyarakat muslim terbesar di dunia,


kehadiran bank yang berdasarkan Syariah masih relatif baru, yaitu pada awal tahun 1990-
an. Prakarsa untuk mendirikan Bank Syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990.

Lahirnya Bank Syariah pertama di Indonesia yang merupakan hasil kerja tim perbankan
MUI adalah dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akte
pendiriannya ditandatangani tanggal 1 November 1991. Saat ini BMI sudah memiliki
puluhan cabang yang tersebar di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya,
Malang, Makassar dan kota-kota lainnya.    

Disamping BMI, saat ini juga telah lahir Bank Syariah milik pemerintah seperti Bank
Syariah Mandiri (BSM). Kemudian berikutnya berdiri Bank Syariah sebagai cabang dari
Bank Konvensional yang sudah ada, seperti BNI Syariah..

Produk-Produk Bank Syariah

Dalam rangka melayani masyarakat luas, terutama masyarakat muslim, Bank Syariah
menyediakan berbagai macam produk perbankan. Produk yang ditawarkan sudah tentu
sangat islami, termasuk dalam hal memberikan pelayanan kepada para nasabahnya.
Berikut ini adalah berbagai jenis produk Bank Syariah yang ditawarkan kepada
masyarakat luas adalah sebagai berikut:

Al-Wadi’ah (Titipan)

Al-Wadi’ah adalah perjanjian simpan-menyimpan atau penitipan barang ber-harga antara


pihak yang mempunyai barang dan pihak yang diberi kepercayaan (bank syariah). Tujuan
perjanjian ini adalah untuk menjaga keamanan, keselamatan, dan keutuhan barang
tersebut. Barang-barang yang telah dititipkan sewaktu-waktu dapat diambil kembali
sebagian atau seluruhnya oleh pemilik barang tersebut. 
Pembiayaan dengan bagi hasil

Dalam bank konvensional untuk penyaluran dananya kita mengenal istilah kredit atau
pinjaman. Sedangkan dalam bank syariah untuk penyaluran dananya kita kenal dengan
istilah pembiayaan. Jika dalam bank konvensional keuntungan bank diperoleh dari bunga
yang dibebankan, maka dalam bank syariah tidak ada istilah bunga bank akan tetapi bank
syariah menerapkan sistem bagi hasil. Prinsip bagi hasil dalam bank syariah yang
diterapkan dalam pembiayaan dapat dilakukan dalam empat akad utama yaitu:

Al-Musyarakah

Al-Musyarakah adalah perjanjian kesepakatan bersama antar pemilik modal untuk


menyertakan modal sahamnya pada suatu proyek, yang biasanya berjangka waktu
panjang. Masing-masing pihak memberikan dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan
atau resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Al-Mudharabah

Al-Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama
menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan
ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian pengelola.
Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah yang  harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

Al-Muzara’ah

Al-Muzara’ah adalah kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan


penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap untuk ditanami produk
pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. Dalam dunia perbankan kasus
ini diaplikasikan untuk pembiayaan bidang plantation atas dasar bagi hasil dari panennya.

Al-Musaqah

Al-Musaqah merupakan bagian dari Al-muzara’ah yaitu penggarap hanya bertanggung


jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dengan menggunakan dana dan peralatan
mereka sendiri. Imbalan tetap diperoleh dari persentase hasil panennya.

Bai’al-Murabahah

            Bai’al-Murabahah adalah menjual suatu barang dengan harga pokok ditambah
keuntungan yang disetujui bersama untuk dibayar pada waktu yang ditentukan atau
dibayar secara cicilan. Dengan cara ini pembeli dapat mengetahui harga sebenarnya dari
barang yang dibeli dan dikehendaki penjual. Perjanjian murabahah bermanfaat bagi orang
yang membutuhkan suatu barang, tetapi belum mempunyai uang.
Bai’as-Salam

            Bai’as-Salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, tetapi
pembayarannya dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah harus diketahui
terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus dalam
bentuk uang.

Bai’al-Istishna’

            Bai’al-Istishna’ adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen


(pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu
tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan dengan tawar-
menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau diangsur.

Al-Ijarah

            Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang tersebut..
Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan
operating lease maupun financial lease.

Al-Wakalah (Amanat)

            Al-Wakalah artinya penyerahan atau pemberian suatu mandat dari satu pihak
kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai dengan apa yang telah disepakati
oleh si pemberi mandat.

Al-Kafalah (Garansi)

            Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat pula diartikan
sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain.

Al-Hawalah

            Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang
lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang dari
satu pihak kepada lain pihak.

Ar-Rahn

            Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan
utang atau gadai.

 
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

            Bank syariah berbeda dari bank konvensional adalah secara konsepsional. Konsep
dasarnya adalah adanya keseimbangan antara kehidupan dunia dan persiapan menuju
kehidupan akhirat. Berbisnis atau melakukan tindak ekonomi juga harus mengikuti
konsep tersebut, yaitu menjaga keseimbangan. Bukan sekedar  memaksi-malkan
kekayaan, tetapi harus seimbang dengan memperhatikan apakah cara bisnis-nya sudah
sesuai dengan syariah atau belum.

            Dengan demikian menjadi nasabah bank syariah niat dan tujuannya adalah
berekonomi dengan cara yang diridhoi Allah SWT, sehingga bukan hanya mencari
tingginya tingkat pengembalian ekonomi. Namun memang menjadi keharusan bagi bank
syariah agar secara ekonomis dapat bersaing dengan bank konvensional sehingga
diharapkan juga mampu mampu menciptakan pengembalian investasi atau bagi hasil
yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan bank konvensional.

            Nasabah (masyarakat) yang kelebihan dana akan menyimpan uangnya di bank
dalam berbagai bentuk. Nasabah penyimpan akan memperoleh balas jasa dari bank
berupa bunga bagi bank konvensional. Berbeda bila masyarakat menyimpan uangnya di
bank syariah, maka bukan bunga yang akan dipeorleh melainkan sistem bagi hasil yang
berdasarkan Prinsip Syariah. Besarnya jasa bunga dan bagi hasil tergantung dari besar
kecilnya dana yang disimpan dan faktor lainnya.

            Bagi masyarakat yang memperoleh pinjaman atau kredit dari bank konven-sional,
diwajibkan untuk mengembalikan pinjaman tersebut beserta bunga yang telah ditetapkan
sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah. Sedangkan di bank syariah pengembalian
pinjaman disertai dengan sistem bagi hasil yang sesuai  hukum Islam.

            Sebagai perantara keuangan, bank akan memperoleh keuntungan dari selisih
bunga yang diberikan kepada penyimpan (bunga simpanan) dengan bunga yang diterima
dari peminjam (bunga kredit). Keuntungan ini dikenal dengan istilah Spread Based. Jenis
keuntungan ini diperoleh dari bank konvensional. Sedangkan bagi bank  syariah tidak
dikenal istilah bunga, karena bank syariah mengharamkan bunga. Pada bank syariah
keuntungan yang diperoleh dikenal dengan istilah bagi hasil.

Kerangka Berfikir

Kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dengan cara menaikkan tingkat
suku bunga untuk mengurangi peningkatan laju inflasi akan sangat mempengaruhi peran
intermediasi dunia perbankan. Kenaikan tingkat suku bunga melalui peningkatan BI rate
ini akan diikuti oleh naiknya bunga pinjaman pada bank-bank umum, dan hal ini sangat
memberatkan bagi kalangan pengusaha. Karena di saat kondisi perekonomian yang
belum stabil ini, mereka kesulitan mencari tambahan modal akibat naiknya bunga
pinjaman.
Bank syariah dalam kegiatan operasionalnya tidak tergantung pada tingkat suku bunga,
karena sistem yang ada pada bank syariah adalah sistem bagi hasil. Walaupun demikian
ada semacam kekhawatiran yang melanda bank syariah, yakni dikhawatirkan sebagian
nasabah penyimpan di bank syariah akan mengalihkan dananya pada bank konvensional
karena tingkat suku bunga di bank umum (konvensional) mengalami kenaikan. Tetapi di
sisi lain, bank syariah akan menjadi alternatif bagi para pengusaha yang membutuhkan
pinjaman dana untuk mengembangkan usahanya, karena mereka akan cenderung
meminjam dana di bank syariah dengan sistem bagi hasil daripada harus meminjam di
bank umum dengan membayar bunga. Karena dengan sistem bagi hasil, mereka tidak
terlalu khawatir dengan adanya kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan tingkat suku
bunga dalam rangka mengendalikan laju inflasi di Indonesia.

Kinerja bank syariah inilah yang menjadi perhatian peneliti dalam penelitian kali ini,
dimana peneliti bermaksud untuk mencari informasi dan mengumpulkan data dalam
rangka mengukur seberapa besar pengaruh kenaikan tingkat suku bunga terhadap kinerja
bank syariah. Dalam penelitian kali ini, peneliti membatasi hanya bank syariah yang ada
di kota Malang yang akan menjadi kajian dalam penelitian kali ini.

Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang bank syariah yang dilakukan oleh mahasiswa FE UM ini bukan hal
yang pertama kali dilakukan. Taufan Al-Amin Jurusan Manajemen Konsentrasi
Manajemen Keuangan angkatan 2001 dalam skripsinya tentang bank syariah yang
berjudul ”Pengaruh Fatwa MUI tentang Keharaman Bunga Bank terhadap Minat
Masyarakat untuk Mengalihkan Dananya ke Bank Syariah” menyimpulkan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara fatwa MUI tentang bunga bank haram yang
dikeluarkan pada tahun 2003 dengan minat masyarakat untuk menabung di bank syariah.
Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2005. Alasan masyarakat tidak begitu
terpengaruh dengan adanya fatwa tersebut adalah karena mereka bersikap rasional dan
lebih banyak menggunakan pertimbangan pribadi daripada pendapat orang lain maupun
lembaga.

METODOLOGI PENELITIAN

Desain Penelitian

Metodologi penelitian merupakan suatu cara yang ditempuh untuk melak-sanakan


penelitian. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dan regresional. Penelitian
deskripif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dengan cara menga-nalisis dan
menafsirkan variabel-variabel yang diteliti. Sedangkan penelitian regresional
dimaksudkan untuk menghubungkan serta mengukur pengaruh kenaikan tingkat suku
bunga terhadap kinerja bank syariah.
Penelitian bersifat kuantitatif dan berusaha membandingkan hubungan serta mengukur
pengaruh antar variabel. Variabel yang diangkat dalam penelitian kali ini meliputi
variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah
kenaikan tingkat suku bunga sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah kinerja bank
syariah.

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi dalam penelitian kali ini adalah semua bank syariah yang dalam kegiatan
usahanya menggunakan prinsip bagi hasil. Di Indonesia sendiri ada 2 Bank Umum
Syariah (Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat)  serta puluhan bank syariah yang
beroperasi dengan unit usaha syariah dan BPR Syariah.

Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sample, yakni pengambilan


subyek bukan didasarkan atas strata atau random tetapi didasarkan atas adanya tujuan dan
pertimbangan tertentu. Peneliti mengambil PT Bank Muamalat Indonesia sebagai sampel
karena bank tersebut adalah bank syariah yang pertama kali berdiri di Indonesia.

Instrumen Penelitian

Persiapan Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini meliputi:

1)  Memilih Masalah dan Melakukan Studi Pendahuluan

Merumuskan Masalah dan Tujuan Penelitian

Merumuskan Hipotesis

Menyusun dan Menentukan Instrumen

b)  Pelaksanaan Pengumpulan Data

Peneliti berusaha mencari data di lapangan melalui teknik pengumpulan data yang telah
ditentukan untuk kemudian dianalisis agar dapat menjadi hasil penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan.

c)  Analisis Data dan Menarik Kesimpulan


Dari data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis dan selanjutnya ditarik kesimpulan
tentang hasil penelitian yang telah dilakukan.

d)  Menyusun Laporan

Adalah tahap akhir prosedur penelitian yang mencakup penulisan laporan penelitian
dengan sistematika:

BAB I    PENDAHULUAN

BAB II   KAJIAN PUSTAKA

BAB III  METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV  ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB V    PEMBAHASAN

BAB VI   PENUTUP

e)  Teknik Pengumpulan Data

     Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah:

Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-


pertanyaan yang sistematis dengan atau tanpa bantuan suatu daftar pertanyaan (Asri,
1986:101). Dalam hal ini pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara tidak
hanya terbatas pada pokok masalah saja, tetapi juga ke hal-hal lain yang dianggap perlu
dan berhubungan dengan masalah yang diteliti. 

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung dengan para


pegawai bank dan pihak-pihak yang terkait dengan bank syariah tentang segala kegiatan
dan kinerja bank syariah..

Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dengan cara melihat dokumen yang ada.
Metode dokumentasi ini dapat merupakan metode utama apabila peneliti melakukan
pendekatan analisis isi (content analysis).
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kegiatan
operasional bank syariah dan juga berupa laporan keuangan yang dibuat oleh bank
syariah tersebut.

Observasi

Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan dengan
penglihatan, pendengaran, peciuman dan sebagainya.

Observasi dilakukan untuk mengetahui secara langsung kegiatan bank syariah serta
pelayanannya terhadap nasabah.

Analisis Data

Untuk mengetahui hubungaan serta pengaruh antara kenaikan tingkat suku bunga dengan
kinerja bank syariah di kota Malang dapat menggunakan analisis regresi. Kita dapat
menggambarkan kenaikan tingkat suku bunga pada absis X dan kinerja bank syariah pada
ordinat Y. Jika ditarik suatu garis lurus yang berjarak jumlah kuadrat jarak vertikal dari
setiap titik, maka garis lurus inilah yang disebut dengan garis regresi. Dengan adanya
pengaruh  kenaikan tingkat suku bunga terhadap kinerja bank syariah, maka
persamaannya Ŷ = a + bX, menunjukkan hubungan linier Y dengan X. Berdasarkan
persamaan tersebut, jika diketahui nilai X dan Y, maka estimasi nilai a dan b dengan
mudah dapat ditentukan.

Nilai a menunjukkan intercept yang berarti bahwa jika kenaikan tingkat suku bunga tidak
mempengaruhi kinerja bank syariah maka nilai dari variabel terikat sebesar a. Sedangkan
b adalah nilai koefisien regresi, yang berarti jika terjadi kenaikan terhadap nilai X
(tingkat suku bunga) sebesar 1 satuan maka nilai Y (kinerja bank syariah) akan
mengalami kenaikan sebesar nilai b. Jika b bernilai (+) maka hubungan variabel X dan
variabel Y searah. Jika b bernilai (-) maka hubungan variabel X dan variabel Y
berlawanan.

Jika data tersebar dalam daerah di sekitar garis lurus (atau kurva) maka nilai Ŷ dapat
dicari untuk X yang diketahui. Manfaat dari garis regresi adalah untuk memperkirakan
nilai variabel terikat dari variabel bebas jika variabel bebas tersebut telah diketahui.

DAFTAR PUSTAKA

 
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Antonio, Muh. Syafi’i. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press.

Bank Indonesia. 2003. Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia: Tinjauan
Kelembagaan, Kebijakan, dan Organisasi. Jakarta: Pusat Pendidikan dan studi
Kebanksentralan.Kasmir. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Keenam. Jakarta:   PT Raja
Grafindo Persada.

Muhamad. 2002. Manajemen Bank Syari’ah. Yogyakarta: Penerbit AMP YKPN.

Rachbini, D.J. dan Tono, Suwidi. 2000. Bank Indonesia Menuju Independensi Bank
Sentral. Jakarta: PT Mardi Mulya.

Tim Penyusun Ensiklopedi Islam. 2003. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve.

You might also like