Professional Documents
Culture Documents
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Ismi Mawaddah
NIM : 107046101346
?:*?.1 E.q.E;F;
=='A!eFr
N,lernenr-rtrii
.!alair S::::"i
1-rifil
Ismi hlarvarldah
N'II\t. t47046 t0134{r
Pembimbing
t7/,
NtP. 195
-' '
I\{.A
198203r004
Jakart
a pada
tanggal 30 September 2011, skripsi ini telah diterima sebaai salah satu syarat untuk
memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah pada Program Studi Muamalat (Ekonomi
Islam).
Jakarta,30 Septemb er 2011
Ketua
Sekretaris
Mu'min Rauf. M. A.
NIP. 1 9700416t99703r004
Pembimbing
Penguji
,.'
Penguji 2
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ismi Mawaddah
iii
Abstrak
Judul penelitian ini adalah Konsep Warung Mikro dan Linkage Program Sebagai Solusi
Pembiayaan Usaha Mikro (Studi pada Bank Syariah Mandiri Cabang Rawamangun). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aplikasi pembiayaan mikro yang di kucurkan oleh
Bank Syariah Mandiri khususnya di cabang Rawamangun baik secara langsung dalam bentuk
Warung Mikro maupun tidak langsung dengan melalui Linkage Program.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh
data primer dengan cara melakukan wawancara dan pengambilan data langsung kepada pihak
yang mempunyai kompetensi untuk menjawab semua permasalahan pada skripsi ini. Sebagai
tambahan untuk memperkuat hasil penelitian, penulis juga mengadakan studi kepustakaan.
Melalui studi kepustakaan ini didapatlah data ilmiah yang akurat bersumber dari buku-buku,
dokumen-dokumen, rujukan, artikel yang berkaitan dengan penelitian ini.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, ternyata Bank Syariah Mandiri cukup baik
menyalurkan pembiayaan kepada UKM melalui program Warung meskipun sebab lebih banyak
mendatangkan keuntungan bagi Bank, meskipun teknis pelaksanaannya lebih rumit dari pada
Linkage program. Sedangkan aplikasi Linkage program di BSM Cabang Rawamangun tidak
terlalu berjalan baik. Alasannya Bank agak sulit menentukan mitra usaha (LKMS) yang baik
dalam mempercayakan dana. Jadi dapat disimpulkan, Warung Mikro lebih banyak dipakai untuk
menyalurkan pendanaan kepada UKM dibandingkan dengan Linkage program.
Kata Kunci: Bank Syariah Mandiri, Warung Mikro, Linkage Program
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, yang senantiasa
memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua. Selanjutnya
shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi dan Rasul kita Muhammad
SAW, kepada segenap Keluarga, Sahabat serta ummatnya sepanjang zaman.
Dengan taufiq dan hidayah Allah SWT, penulis sangat bersyukur karena telah
meyelesaikan skripsi yang berjudul Warung Mikro dan Linkage Program
Sebagai Solusi Pembiayaan Usaha Mikro (studi pada Bank Syariah Mandiri
cabang Rawamangun), dengan baik.
Proses perjalanan untuk menyelesaikan skripsi ini tidaklah mudah. Banyak
hambatan dan rintangan yang penulis temui, namun berkat kesungguhan hati dan
kerja keras serta doa dari semua pihak, akhirnya penulis sampai pada titik akhir
penulisan skripsi ini.
Penulis juga tidak menutup mata akan peran berbagai pihak yang telah banyak
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Untuk itu perkenankanlah penulis
mengucapkan kata terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM., selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag., dan Bapak. Mumin Rauf, M.Ag., selaku Ketua
Program Studi Muamalat dan Sekertaris Konsentrasi Perbankan Syariah Jurusan
Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, M.A, selaku dosen pembimbing yang senantiasa
membimbing dan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saransaran, sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.
4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah,
semoga amal kebaikannya mendapat balasan di sisi Allah SWT.
5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tempat penulis memperoleh berbagai
informasi dan referensi sehingga skripsi dapat terselesaikan.
6. Ibu Dian Nawila Sari selaku kepala Warung Mikro Bank Syariah Mandiri cabang
Rawamangun,
9. Untuk kepada kakak ku Risa Safariyani yang tak pernah lelah memberikan
semangat kepada penulis, mbak ku Atik Rosyadah yang terus menerus
memotivasi penulis untuk cepat menyelesaikan penelitian ini, untuk Pratiwi
Pauziyah yang senantiasa begembira dan bersedih bersama penulis, Pokoknya
Caspersky forover :* , tak lupa kepada si kecil Asoka Nina Sari yang selalu
menjadi teman berbagi suka dan duka
10. Buat Muhammad Helmi Fakhrazi yang menjadi lilin kecil dihati penulis. Yang
selalu sabar mengingatkan agar penulis tetap fokus dalam mengerjakan penelitian
ini.
11. Buat teman-teman angkatan 2007 khususnya kelas PS-D dan khususnya lagi
Muhammad Syafik Umam yang telah membantu penulis memperoleh data dan
teman-teman
Ismi Mawaddah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.iv
DAFTAR ISI....................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...5
D. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep..6
E. Metode Penelitian...8
F. Review Studi Terdahulu...11
G. Sistematika Penulisan...14
BAB II Tinjauan Teoritis Tentang Mikro Banking dan Linkage Program
di Bank Syariah
A. Pengertian Linkage Program.18
B. Sejarah Linkage Program..20
C. Kebijakan Terkait Lingkage Program...21
D. Tujuan Linkage Syariah22
E. Kriteria Koperasi Peserta Linkage Program Syariah Dengan
Bank Umum Syariah ....22
vii
viii
BAB V Penutup
A. Kesimpulan..75
B. Saran....76
DAFTAR PUSTAKA
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah
diketahui,
jika
ingin
meningkatkan
perekonomian
secara
Lalu Mara Satria Wangsa, Merebut Hati Rakyat Melalui Nasionalisme, Demokrasi dan
Pembangunan Ekonomi Sumbangan Pemikiran Aburizal Bakrie, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2004,
h. 160
2
LKM dan Percepatan Program KUR http://catatan-sr.blogspot.com/2009/03/lkm-danpercepatan-program-kur.html, diakses tanggal 23 Januari 2011.
WNI dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100.000.000,- per tahun
serta dapat mengajukan kredit kepada Bank paling banyak Rp. 50.000.000,- . 3
Permasalahannya, banyak UKM yang berpotensi sangat baik namun
belum Bankable, sehingga UKM kesulitan mengakses dana tersebut. UKM sangat
sulit mendapatkan dana KUR dari Bank sebab banyak sekali persyaratan yang
harus di penuhi dan jaminan yang harus disediakan oleh para pengusaha. Tentu
saja bagi para UKM hal ini bukanlah perkara mudah.
UKM
menjadi
tulang
punggung
dalam
menggerakkan
perekonomian kita di saat krisis sudah terbukti cukup ampuh. UKM eksis di
tengah badai krisis melanda perekonomian bangsa, sementara usaha besar kalang
kabut dan minta bantuan pendanaan dari pemerintah. Sudah sewajarnya
pemerintah memproteksi keberadaan UKM secara tegas, jelas, dan bertanggung
jawab dari intervensi usaha besar yang mau mencaploknya.
Perbankan Syariah, sebagai lembaga keuangan berbasis syariah yang
mengaku
concern
dalam
pengembangan
Usaha
Kecil
dan
Menengah
Awali Rizky, Strategi Jitu Investasi di UMK: Optimalisai Kontribusi dalam Makroekonomi
Indonesia, Makalah Launching & Seminar BMT Permodalan, Graha Niaga, 23 Januari 2001 (Jakarta:
BMT Permodalan, 2008), h. 50
Islam (atau yang disebut saat ini sebagai ekonomi Syariah) bisa dikatatan seiring
dan selaras dengan Ekonomi Pancasila (system ekonomi yang dianut Indonesia). 4
Dasar pembentukan Bank Syariah adalah menghindarkan nasabah dan end
user dari bathilnya bunga bank konvensional. Tidak ada larangan bagi Bank
dalam membiayain nasabah selagi dalam batas-batas yang telah disebutkan dalam
UU no 21 th 2008.
Warkum Sumitro (2004) menyebutkan, Bank Syariah dibentuk didasar
oleh fakta berikut:
1. Praktik praktik system bunga dan akibatnya.
2. Sistem perbankan saat ini memiliki kecenderungan terjadinya kesentrasi
kekuatan ekonomi di tangan kelopmpok elit, para banker dan pemilik modal.
Hal ini membuat alokasi kekayaan tidak seimbang.
3. Beroperasinya system perbankan yang berdasarkan prinsip syariat islam
diharapkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap terwujudnya suatu
system ekonomi Islam. 5
Dewasa ini sudah banyak Bank Syariah yang menyadari betapa
menguntungkannya berinvestasi di sektor mikro. Begitu banyaknya usahausaha kecil yang berpotensi maju dan profitable. Ditambah lagi kebijakan
Ahmad Riawan Amin, Menata Perbankan Syraiah di Indonesia, Jakarta :UIN Press, 2009, h.
135
5
pemerintah yang mencanangkan program KUR. Oleh karena itu banyak Bank
Syariah dan Bank Konvensional berlomba-lomba membuka unit mikro.
Salah satunya adalah Bank Syariah Mandiri, Bank ini memiliki unit
mikro sendiri produknya berbentuk Warung Mikro dan juga mengadakan
kerjasama dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam bentuk Linkage
Program.
Masalah utama berupa akses permodalan pada UMKM ini dapat
dikembangkan melalui linkage program antara Bank Syariah dengan lembaga
keuangan mikro syariah (LKMS) yaitu Baitul Mal Wa at Tamwil (BMT) dan
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)6. Selain dengan bermitra dengan
LKMS Bank sebenarnya juga bisa langsung menyalurkan pembiayaan mikro
ke UKM. Dewasa ini sudah banyak Bank Syariah yang langsung terjun ke
End User, dengan kata lain sekarang sudah banyak bank yang membuka divisi
pembiayaan mikro contohnya dalam penelitian kali ini adalah Bank Syariah
Mandiri. Produk pembiayaan mikronya dinamakan Warung Mikro.
Penulis ingin mengetahui tentang Seluk beluk pembiayaan Usaha
Kecil dan menengah yang ada di Bank Syraiah Mandiri, sebab di Bank ini ada
dua program yang diterapkan guna menguatkan UKM yaitu Warung Mikro
dan Linkage Program. Selain itu penulis juga ingin mengetahui teknis
pelaksanaan dari kedua produk tersebut. Dan dari kedua produk tersebut mana
A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, (Jakarta: UIN Press, 2009),
Cetakan Pertama, h. 127-128
yang lebih efektif dalam pengembangan UKM dan mana produk yang lebih
banyak diterakpan oleh Bank. Oleh karena itu penulis mengangkat tema
Konsep Warung Mikro dan Linkage Program Sebagai Solusi Pembiayaan
Usaha Mikro (studi pada Bank Syariah Mandiri cabang Rawamangun)
dalam penelitian yang akan dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan saya bahas meliputi:
1. Apa program pembiayaan usaha mikro yang lebih banyak digunakan oleh
Bank Syariah Mandiri Rawamangun?
2. Mengapa jenis pembiayaan usaha mikro tersebut lebih banyak digunakan?
3. Apa kendala yang dihadapi saat menjalankan Warung Mikro dan Linkage
Program di Bank Syariah Mandiri?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini
a. Untuk mengetahui teknis penerapan masing-masing penerapan pola
Linkage Program dan Warung Mikro
b. Untuk mengetahui mana program yang paling efektif dalam mendanai
UKM dan memajukan sektor mikro
c. Menambah
pengetahuan
tentang
pendanaannya.
Keuangan
Mikro
dan
Teknis
2. Manfaat Penelitian
Banyak sekali manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini, baik bagi
penulis, dunia akademik, dan perkembangan dunia perbankan. Manfaatnya
meliputi: Manfaat penelitian
A. Bagi penulis, penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
pembiayaan mikro dan usaha mikro di Lembaga Keuangan Syariah baik
Bank maupun Non Bank (Koperasi).
B. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan bisa menginformasikan tentang
praktek pembiayaan untuk usaha mikro yang diterapkan di Bank syariah,
baik yangs secara langsung maupun melalui Linkage Program.
C. Bagi praktisi, penelitian ini membantu menyorot masalah-masalah apa
saja yang terjadi saat pembiayaan mikro oleh Bank Syariah di terapkan,
sehingga para praktisi bisa melihat solusi dan menyempurnakan
pembiayaan kepada usaha mikro. Diharapkan penyaluran pembiayaan
bagi usaha mikro dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.
D. Bagi masyarakat umum, menginformasikan kepada masyarakat bahwa
Bank Syariah juga memiliki program dalam pembiayaan mikro. Jadi,
masyarakat tidak perlu ragu-ragu lagi dalam menjadi mitra dengan BUS.
D. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
Kerangka teori merupakan upaya penggalian teori yang dapat digunakan
peneliti untuk menjelaskan bahwa teori memberikan kepada kita suatu kerangka
yang membantu dalam melihat permasalahan. Teori dapat membimbing kita dapat
6
memberikan makna terhadap data, karena teori dapat menyediakan konsepkonsep yang relevan dan asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan dan
mengarahkan pertanyaan penelitian.7
Sebagai mana dituliskan dalam pasal 3 UU Perbankan Syariah, tujuan di
bentuknya perbankan syariah yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka mengingkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan
kesejahteraan
rakyat.
Dalam
mencapai
tujuan
menunjang
pelaksanaan
Bambang Prastio dan Lina Miftahu Jannah, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan
Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 64-65
8
Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan syariah (Titik Temu Hukum Islam dan Hukum
Nasional), (Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada,2009), h 31
Warung Mikro
Linkage Program
LKMS
End User/
UKM
End User/
UKM
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitan ini adalah pendekatan
kualitatif. Pada strateginya pendekatan kualitatif lebih menekankan rumusan
8
bahasa yang bermakna daripada kuantifikasi koleksi dan analisis data 9. Selain
itu, penulis memakai pendekatan kualitatif karena datanya sedikit dan
memerlukan waktu penelitian yang relatif lama.
Pengolahan data kualitatif dilakukan dengan mentranskrip data (baik
itu hasil wawancara maupun dokumen-dokumen yang terkait penelitian).
Kemudian data tersebut diklasifikasikan sesuai masalah/tema yang dibahas.
Tahapan selanjutnya yaitu menganalisis data. Dalam tahapan ini,
semua data yang telah diklasifikasikan di analisis sampai mendapatkan
jawaban atas pertanyaan yang ada dalam penelitian ini.
2. Jenis penelitian
Jenis peneliatian yang diambil adalah deskriptif analisis, sebab
penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah
berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari
gejala tertentu. Jika deskriptif maka laporan penelitian akan berisi kutipankutipan data untuk member gambaran penyajian laporan tersebut. Data yang
didapat dari naskah wawancara, catatan-lapangan, foto, dokumen, catatan dan
memo dan lainnya akan dianisis sejauh mungkin dalam bentuk aslinya dan
ditelaah satu demi satu10.
3. Sumber data penelitian
a. Data primer
9
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu.
Wawancara
akan
menggunakan
petunjuk
umum
wawancara,
dibutuhkan
dokumen-dokumen
yang
yang ada. Seperti data penyaluran pembiayaan mikro baik dari program
warung mikro maupun linkage program di Bank Syariah Mandiri cabang
Rawamangun, selain itu juga diperlukan data perbandingan antara total
pembiayaan mikro dengan DPK yang ada di Bank Syariah Mandiri
Cabang Rawamangun.
5. Teknik penulisan
Penulisan skripsi ini merujuk kepada buku Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011
F. Review Studi Terdahulu
Dalam melakukan studi terdahulu, hasil penelitian yang berkaitan
dengan penelitian ini adalah:
No.
Penulis /
Judul
Tahun
Hasil Penelitian
Ada
Pokok
Masalah
Fuad
Pengaruh
Agustiawan
Akitiva
/2007
Modal
terhadap
Linkage BMT.
dan positif
Sumber Data
yang
dipakai
terhadap
Penerimaan
penerimaan
Dana Linkage
Linkage.
Program BMT
(Studi Kasus
di
Pendekatan
Bank
Muamalat
11
Muamalat.
Indonesia)
2
Lembaga
Dampak
Penelitian
Pelaksanaan
meningkatkan
pengaruh
dari BPR
(LP3I),
Linkage
kinerja BMT
Pelaksanaan
Universitas
Program
Linkage
Padjajaran/2007 Terhadap
terhadap
Peningkatan
penyaluran
Penyaluran
kredit
Kredit
perbankan
Perbankan
kepada UKM.
di
Kepada Usaha
Mikro
dan
Kecil (UMK)
dan Terhadap
Peningkatan
Kinerja BMT
3
Jubaedah/2009
Peran
Dalam
Implementasi
Strategis
penelitian
Linkage
diketahui
ini penerapan
Linkage
di mewawancara
dan petugas BMI
yang
bisa membahas
Terhadap
Penguatan
LKMS
Lembaga
Linkage
program
Keuangan
program
Linkage.
Mikro Syariah
12
berasal kualitatif
dari
Syariah
melalui strategi
Data
Rian
Kumara Analisis
/201011
Uji Linkage
yang Melihat
adalah pengaruh
yang konvensional.
ada di wilayah
Depok
Hasil
terhadap
Linkage
penelitiannya
kinerja BPR
Program
yaitu keberadaan
BPR Linkage
yang
tidak mempengaruhi
Linkage
mengikuti
dengan
tidak
mengikuti
/mendorong
Linkage
kinerja linkage.
Program pada
Wilayah Kerja
DPC Depok
G. Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
BAB I
Pendahuluan
Pada bagian ini penulis membahas tentang Latar Belakang,
Pembatasan dan perumusan dari permasalahan yang diangkat. Selain
itu dalam BAB ini dijelaskan Tujuan dan Manfaat Penelitian,
11
13
14
Penutup
Terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
15
BAB II
LINKAGE PROGRAM
Masalah utama UMKM berupa akses permodalan
dapat dikembangkan
Ahmad Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, , (Jakarta: UIN Press,
2009), Cetakan Pertama, h. 127-128
2
Amir Machmud, H. Rukmana, Bank Syariah Teori Kebijakan dan Studi Empiris di
Indonesia, (Jakarta, Penerbil Erlangga, 2010), h. 100
3
Ahmad Riawan Amin, Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekonomian Nasional, Dalam
Pidato Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa dalam Bidang Perbankan Syariah, 11 Juli 2009.
Jakarta. Jakarta. h 81
16
Tujuannya, agar UKM yang belum bankable tadi dapat mengakses dana ke LKM.
Jadi dapat diambil kesimpulan Linkage Program adalah produk pembiayaan Bank ke
End user secara tidak langsung (karena melalui LKMS dulu).
Heri Sudarsono menyatakan (dalam Bank dan Lembaga Keuangan Syariah)
bahwa system keuangan islam yang berpilar kepada prinsip bagi hasil mendudukkan
Perbankan tidak hanya sebagai lembaga intermediasi keuangan seperti dikenal selama
ini, tetapi lebih mengarah kepada lembaga intermediasi investasi, dikarenakan
hubungan antara Bank Syariah dengan nasabah lebih dominan pada hubungan antar
pemodal pengusaha atau modal ventura ketimbang hubungan antara kreditur dan
debitur4. Oleh karena itu, system keuangan islam yang ideal akan ditandai oleh
sinergi yang kokoh antara sektor keuangan dan sektor riil. Sebagai konsekuensi logis
dari mekanisme ini, maka melemahnya produktivitas pada sektor riil secara langsung
akan mempengaruhi kinerja sektor keuangan terutama karena porsi bagi hasil yang
akan diterima oleh perbankan sebagai sektor keuangan.5
Kelemahan dan tantangan utama lembaga keuangan syariah seperti BPRS dan
BMT dari sisi internal adalah kualitas SDM yang memadai, lemahnya system pengen
dalian intern dan lemahnya permodalan6. Padahal Lembaga keuangan tersebut sangat
urgent untuk di kembangkan, sebab potensiya untuk mengembangkan usaha mikro
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: EKONISIA, 2007), h. 6
Husaini Mansur , Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan Dalam Al Quran , (Jakarta: PT.
Visi Cita Kreasi (anggota IKAPI),2007), h. 149
6
Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah , Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek,
Cetakan pertama, (Jakarta: AlvaBet. 1999), h. 134
5
17
sangatlah besar. Oleh karena itu dibutuhkanlah kemitraan BUS dengan Lembaga
Keuangan Mikro Syariah.
Bank
Indonesia
menggambarkan
peran
perbankan
syariah
dalam
Bank Indonesia, Peran Lembaga Keuangan Syariah dalam Pemberdayaan Sektor Riil, Talk
Show Indonesia Syariah Expo 2007 Membangun Sinergi LKS dengan Sektor Riil, 27 oktober 2007, h.
13
8
Drs. Jalinus Syah dan Adam saleh, The Basic English Pocket Dictionary, Cetakan ke dua,
(Jakarta: Akadoma. 1982), h. 332
18
pengertian dari hubungan adalah keadaan berhubungan9, dalam hal ini antara
Bank Umum Syariah dan Baitul Maal Wa Tamwil. Menurut kamus lengkap
ekonomi linkage berarti hubungan, pertalian dan sambungan10
Secara istilah linkage program berarti kerjasama penyaluran dan dari bank
umum kepada atau melalui BPR dalam rangka pembiayaan kepada nasabah mikro
dan kecil11.
Menurut peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia. 03/Per/M.KUKM/III/2009, Linkage Program
adalah program kerjasama antara bank umum termasuk bank umum peserta KUR
dengan koperasi dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan Usaha Mikro dan
Kecil (UMK).
Jadi, Linkage Program adalah program pembiayaan yang bersifat
kemitraan. Bank syariah mengeluarkan pembiayaan ke sektor riil secara tidak
langsung. Pembiayaan ini disalurkan lewat agen atau perusahaan mitra (istilahnya
two steps financing). Perusahaan mitra yang menjadi partner bank syariah bisa
berupa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), Multifinance dan Lembaga
Keuangan Mikro Syariah seperti Koperasi Jasa keuangan Syariah (KJKS), Unit
9
Departemen Pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke 4, Jakarta, PT.
gramedia, 2008. H. 508
10
Ahmad Antony , Kamus Lengkap Ekonomi, k. muda. Ttp. Gita Media Press, 2003 h.214
11
Euis Amalia, Reformasi Kebijakan bagi Penguatan Peran Lembaga Keuangan Mikro dan
Usaha Kecil Mikro di Indonesia (Analisis Distributif dan Keadilan) h.284
19
Jasa Keuangan Syariah (UJKS), Koperasi pesantren (Kopontren) dan Baitul Mal
wat Tamwil (BMT). Bank syariah juga bisa melakukan Linkage Program dengan
lembaga non keuangan seperti perusahaan perkebunan inti plasma atau
perusahaan franchise12.
B. Sejarah Linkage Program
Kebijakan perkreditan yang dilakukan oleh pemerintah, BI maupun
perbankan untuk mengembangkan UMKM pasca krisis sangat beragam. Dipicu
dari MOU Menko Kesra dengan gubernur BI yang kemudian dijabarkan lebih
rinci melalui pertemuan di Makassar 8-10 September 2002 dan di Bukittinggi 2123 Februari 2003. Dokumuen dari pertemuan berisi tentang permasalahan pokok
yang dihadapi oleh UMKM. Implementasi dari MOU tersebut yaitu:
1. Bahwa mulai tahun 2002 khusus dalam hal penyaluran kredit kepada
UMKM, Bank Indonesia telah menganjurkan kepada perbankan untuk
menyusun rencana penyaluran kredit UMKM dalam
bussines plan
masing-masing
2. Untuk mempercepat pencapaian rencana bisnis bank untuk penyaluran
kredit kepada UMKM tersebut, perbankan telah menempuh langkah
linkage program dengan BPR, pembentukan KKMB (konsultan keuangan
mitra Bank) untuk memfasilitasi UMKM agar segera Bankable dan
12
20
Djoko Retnadi, Memilih Bank yang Sehat Kenali Kinerja dan Pelayanan, (Jakarta : PT.
Elex Media Komputindo, 2006), h. 43-44
14
Bank Indonesia, Linkage antara Lembaga Keuangan Syariah, h. 5
21
teknis program pembiayaan produktif koperasi dan usaha mikro (P3KUM) Pola
Syariah.15
D. Tujuan Linkage Syariah16
a. Memperluas
dan
meningkatkan
akses
UMK
terhadap
fasilitas
15
A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Cetakan Pertama, Jakarta: UIN
Press, 2009. H. 129
16
Bank Indonesia, Pedoman Umum Linkage, h. 2
22
syariah memiliki
(menggunakan
akad
beberapa
mudharabah),
pola
join
pelaksanaan
financing
yaitu
executing
(menggunakan
akad
dan
sedangkan
pada
Linkage
Executing
akad
17
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. :
23
Pembiayaan
kepada
anggota
koperasi,
dilakukan
oleh
KJKS/UJKS-Koperasi;
Model Pola Executing18:
SKEMA 1
Gambar 2.1 Pola Executing
18
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Press. 2009. H.
309
24
BANK UMUM
Supervisi
BI
Laporan
BPR/S
Supervisi
Laporan
UMK
Perjanjian Kredit
Pembukuan Kredit
Risiko
BPR/S
Keterangan:
1.
25
Mudharabah Muqayyadah
Mudharib
LKS
Nasabah
Shahibul Maal
Pembiayaan
Pembiayaan
BUS/UUS
BAI
MUSYTARI
Keterangan:
1. Terjadi kerjasama antara LKMS dengan BUS dengan akad mudharabah
muqayyadah dengan LKMS menjadi mudharib dan BUS menjadi shahibul
maal.
19
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 210
26
pembiayaan suesuai dengan ketentuan BUS. Dalam pola ini akad yang
dibolehkan hanyalah murabahah saja.
3. Pembiayaan murabahah disalurkan kepada nasabah LKMS
4. Dengan adanya akad antara LKMS dan Nasabah fungsi LKMS bertindak
sebagai penjual, sedangkan nasabah sebagai pembeli.
5. Nasabah memberikan margin jual beli kepada LKMS sedangkan LKMS
memberikan nisabah bagi hasil untuk BUS
Syarat yang harus dipenuhi dalam akad mudarabah muqayyadah executing antara
lain:
a.
b.
Akad
Mudharabah
Muqayyadah
c.
d.
On
Balance
Sheet
(Executing)
1.
Pemodal
menetapkan
syarat;
2.
Kedua
pihak
sepakat
4.
b. Pola Chanelling
20
Ibid, h. 211
21
Linkage Program: Solusi pembiayaan Bagi Hasil, Kompasiana.com diakses pada 17
Desember 2010
22
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. (Jakarta: Rajawali Press, 2009),
H.311
28
BUS/ UUS
(Dana 100%)
Akad Mudharabah/ Bagi Hasil
Pengusaha
Nisbah 40%
Keterangan :
23
Nisbah 60%
Tim Kelompok Kerja Linkage Program, Keunggulan dan Kelemahan Linkage Program
Melalui Chanelling Financing: Pengalaman Bank Muamalat, Kertas Kerja Tim dipresentasikan dalam
Workshop/ Knowledge Sharing Linkage Program Kepada Pejabat Bank Pembangunan Daerah, Bali,
26-28 Maret 2008, h.2-5
24
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. (Jakarta: Rajawali Press, 2009),
H. 312
29
BUS/ UUS
(Dana 100%)
Akad Murabahah
NASABAH
Ekuifalent
Yield
15%
(USAHA)
Nisbah 40%
Nisbah 60%
Keterangan:
1. BUS/ UUS menyediakan Line Facility (Mudharabah) kepada BPRS sesuai
kebutuhan. Porsi dana dari BUS 100%, BPRS/KOP 0%. Akad pembiayaannya
adalah Mudharabah (Bagi Hasil)
25
Ibid, h. 313.
30
SKEMA 326
Gambar 2. 5 Chanelling dengan akad wakalah wal murabahah
Akad Wakalah
BPRS/ KOP
(Dana 0%)
BUS/ UUS
(Dana 100%)
Akad Murabahah
NASABAH
Ekuifalen
tYield
15%
(USAHA)
Fee/ Ujrah
40%
Keuntungan Harga
Jual 25%
Keterangan:
1. BUS/ UUS melakukan kerjasama chanelling dengan BPRS dengan nilai
tertentu. Porsi dana dari BUS 100% dan BPRS 0%. Akad pembiayaan adalah
wakalah.
26
Ibid, h. 314
31
SKEMA 427
Gambar 2.6 Chanelling dengan akad wakalah wal mudharabah
Akad Wakalah
BPRS (Dana
0%)
BUS/ UUS
(Dana 100%)
Akad Mudharabah/ Bagi Hasil
Nisbah BUS: Pengusaha = 25:75
Pengusaha
Proyeksi
Yield
10%
Fee/ Ujrah
40%
Usaha (Proyeksi
Keuntungan 100%)
Pembagian
Keuntungan BUS/UUS
25%
Keterangan:
27
Ibid, h. 315
32
Proyeksi
Yield
15%
Tim Kelompok Kerja Linkage Program, Keunggulan dan Kelemahan Linkage Program
Melalui Join Financing: Pengalaman Bank Muamalat, Kertas Kerja Tim dipresentasikan dalam
Workshop Sharing Linkage Program Kepada Pejabat Bank Pembangunan Daerah, 26-28 Maret 2008,
h.4
33
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BUS/ UUS
(Dana 80%)
Akad Mudharabah/ Bagi Hasil
Nisbah BPRS: Pengusaha = 24:76
29
Ibid , h. 317
Usaha (Proyeksi
Keuntungan
100%/thn)
34
Nisbah
Pembagian
Proyeks
i Yield
15%
Nisbah 50%
Keterangan:
1. BUS/ UUS menyediakan Line Facility (Musyarakah) kepada BPRS sesuai
kebutuhan. Porsi dana dari BUS 80%, BPRS/KOP 20%. Akad
pembiayaannya adalah Musyarakah (Bagi Hasil).
2. BPRS menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah dengan skim
murabahah (jual beli). Plafon dana dan jangka waktu tertentu, baik untuk
modal kerja maupun investasi.
3. Nasabah melakukan pembayaran melalui BPRS sesuai ketentuan yang
telah disepakati bersama.
4. BPRS mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuran/
pembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima oleh
BPRS akan dibagihasilkan antara BUS dengan BPRS sesuai kesepakatan.
5. Pencatatan di BUS/ UUS sebagai pembiayaan ke BPRS, dan pencatatan di
BPRS sebagai pembiayaan ke UKM.
SKEMA 230
Gambar 2.8 Join Financing dengan akad musyarakah wal murabahah
Akad Musyarakah
BPRS (Dana
20%)
BUS/ UUS
(Dana 80%)
Akad Mudharabah
30
Ibid, h. 318
Usaha
Proyeksi
Yield
15%
35
Nisbah 50%
Keuntungan Harga
Jual 24 %
Nisbah 50%
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
Usaha
31
Nisbah 50%
Keuntungan Harga
Jual 24 %
Ibid, h.319
36
BUS/ UUS
(Dana 80%)
Proyeksi
Yield
15%
Nisbah 50%
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
BUS/ UUS
(Dana 80%)
Akad Mudharabah/ Bagi Hasil
Nisbah BPRS: Pengusaha = 24:76
Usaha (Proyeksi
Keuntungan
100%/thn)
Nisbah 50%
32
Ibid, h. 315
Pembagian
Keuntungan
BUS/UUS 25%
37
Proyeksi
Yield
15%
Nisbah 50%
Keterangan:
1. BUS/ UUS menyediakan Line Facility (Musyarakah) kepada BPRS sesuai
kebutuhan. Porsi dana dari BUS 80%, BPRS/KOP 20%. Akad
pembiayaannya adalah Musyarakah (Bagi Hasil).
2. BPRS menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah dengan skim
murabahah (jual beli). Plafon dana dan jangka waktu tertentu, baik untuk
modal kerja maupun investasi.
3. Nasabah melakukan pembayaran melalui BPRS sesuai ketentuan yang
telah disepakati bersama.
4. BPRS mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuran/
pembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima oleh
BPRS akan dibagihasilkan antara BUS dengan BPRS sesuai kesepakatan.
5. Pencatatan di BUS/ UUS sebagai pembiayaan ke UMK sesuai porsinya,
sedangkan
porsi
pembiayaan
dati
38
BUS/UUS
dicatat
dari
BAB III
WARUNG MIKRO
UU no. 20 tn. 2008 menyebutkan dalam pasal 1 bahwa usaha mikro adalah
usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut. 1
Usaha mikro adalah usaha yang terbukti memiliki ketahanan terhadap krisis,
dibandingkan dengan usaha besar. Selain itu kemampuan UMKM dalam memberikan
kontribusi terhadap PDB jauh tertinggal dibandingkan usaha besar yang jumlahnya
hanya 0,1 % dari total unit usaha yang ada di Indonesia, jumlah UMKM yang
berjumlah 99,9% hanya menymbang 58,4% PDB sedangkan usaha besar
menyumbang 41,6%. Dari data diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa terdapat
indikasi produktivitas UMKM mengalami penurunan.2
Pentingnya Usaha Mikro sebagai sarana dalam meningkatkan kualitas
perekonomian negara membuat Pemerintah wajib untuk mengembangkannya. Seperti
yang kita ketahui bahwa masalah klasik Usaha Mikro adalah permodalan maka
diperlukannya kesadaran dari Pemerintah dan Lembaga Keuangan terutama Bank
untuk menyelesaikan permasalahan ini. Diperlukan dibentuknya Pembiayaan Usaha
Mikro.
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Integrasi Sektor Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) dalam strategi perencanaan ekonomi nasional, Jakarta :pusat kajian kebijakandan
hukum secretariat jenderal Dewan perwakilan Daerah Republik Indonesia, 2009, h. 30
39
Alila Pramiyatim, Studi Kelayakan Bisnis Untuk UKM, (Yogyakarta: Media presindo,
2008)
40
nasabah dapat
melakukan pinjaman dana untuk investasi, modal kerja dan pengembangan usaha
secara syariah, nilai plus dari produk pembiayaan ini adalah persyaratan yang
mudah, proses pembiayaan cepat, dan angsuran ringan serta tetap hingga jatuh
tempo.
Warung mikro BSM diperuntukkan bagi nasabah mikro yang ingin
melakukan pembiayaan secara syariah Diharapkan dengan fasilitas yang
diberikan Warung Mikro, masyarakat kecil dan pelaku UMKM dapat tetap
menjalankan roda perekonomiannya secara maksimal. Sehingga kesejahteraan
umat dapat terwujud.5
B. Sejarah Warung Mikro
Warung mikro dibentuk atas dasar dorongan dari Pemerintah khususnya
Bank Indonesia karena kebijakan pemerintah yang menuntut Bank untuk
mengembangkan sektor riil dengan cara lebih memerhatikan UKM. Seperti yang
telah kita ketahui, selama ini hanya pengusaha besar yang bisa menikmati
pembiayaan dari Bank, dan karena prinsip kehati-hatian Bank membuat Bank
4
Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah , Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prosperk, ,
(Jakarta: AlvaBet. 1999), Cetakan pertama, h. 130
5
41
lebih ketat dan selektif dalam menyalurkan pembiayaan. Namun saat ini UKM
pun berhak untuk mendapatkannya. Sebab telah terbukti UKM adalah usaha
yang tahan krisis dan berpotensi untuk maju. Hal inilah yang melatar belakangi
berdirinya Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri.
Selain faktor diatas ternyata ada faktor lain yang menyebabkan
dibukanya Warung Mikro di BSM yaitu karena di satu pihak Bank mandiri telah
membuka unit mikronya sendiri yaitu Mitra Usaha Mandiri. Perkembangan Unit
mikro Bank Mandiri ini memotifasi Bank Syariah Mandiri untuk mencoba
merambah UKM.6
Pada akhirnya tahun 2008 dibukalah warung mikro dengan 3-4 cabang
sebagai percobaan. Ternyata setelah dilihat, perkembangannya cukup bagus.
Oleh karena itu, maka ditambahlah cabang warung mikro. Pada bulan Agustus
2010 jumlah outlet warung mikro berjumlah 1227. Hingga saat ini jumlahnya
lebih kurang 200 outlet. Untuk di BSM Rawamangun sendiri warung Mikro baru
di buka januari 2010 lalu.
Saat ini Warung Mikro masih berkantor di Bank Syariah Mandiri,
formatnya masih Inbranch (masih bergantung pada cabang), namun demi
kelancaran seluruh prosesnya,
Pembiayaan Mikro Pertanian Jadi Target BSM artikel diakses pada tanggal 15 Oktober
2011 dari http://zonaekis.com/pembiayaan-mikro-pertanian-jadi-target-bsm/ ,
42
direncanakan akan lepas dari kantor cabang dan akan membuka unit sendiri
(Outbrach) sekitar tahun 2015.8
C. Dasar Hukum adaya warung mikro.
Adanya kesepakatan bersama antara menteri Koordinator Kesejahteraan
Rakyat (menkokesra) dan Gubernur Bank Indonesia tentang Penanggulangan
Kemiskinan melalui Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah No 11/KEP/ MENKO/ KESRA/ IV/ 2002-No. 4/2/ KEP.GBI/ 2002
tanggal 22 April 2002 yang menjelaskan bahwa kredit kepada usaha kecil adalah
kredit dengan jumlah hinggal Rp. 500 juta, kredit untuk usaha menengah
memiliki plafon hinggal Rp. 5 Miliar, sedangkan kredit untuk usaha mikro
memiliki plafon hingga Rp. 50 juta rupiah.9
Ditambah UU no. 21 tahun 2008 menyebutkan berbagai kegiatan usaha
yang boleh di lakukan oleh Bank Umum Syariah yaitu menyalurkan pembiayaan
dalam akad yang sesuai syariah (baik itu Mudharabah, Murabahah, Istishna,
Salam, IMBT, dll). Jadi, tidak ada larangan bagi BUS untuk memnyalurkan
pembiyaan. Justru pemerintah sangat mendorong Bank syariah untuk lebih
memperhatikan UKM, ini demi menguatkan UKM dan secara langsung akan
berdampak pada peningkatan perekonomian nasional.
Wawancara Pribadi dengan Dian Nawila Sari, Kepala Warung Mikro BSM Rawamangun,
tanggal 5 Agustus 2011
9
Djoko Retnadi, Memilih Bank yang Sehat Kenali Kinerja dan Pelayanannya.( Jakarta :PT.
Elex Media Komputindo. 2006), H. 225
43
Wiraswasta/profesi.
10
http://ib.eramuslim.com/2010/09/11/ini-dia-spesial-untuk-si-mikro-persembahan-bsm/
diakses pada tanggal 19 Juli 2011
44
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
3.
c.
a.
b.
Untuk lebih jelasnya, berikut tabel daftar persyaratan yang harus di lengkapi
calon nasabah, mulai dari karyawan, professional maupun wiraswasta:
Dokumen Nasabah
Karyawan Profesional Wiraswasta
Fotokopi KTP/ Identitas Pemohon
Badan Usaha
Fotokopi Kartu Keluarga
11
http://ib.eramuslim.com/2010/09/11/ini-dia-spesial-untuk-si-mikro-persembahan-bsm/
diakses pada tanggal 19 Juli 2011
45
optional
optional
Optional
optional
46
47
12
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta :Zikrul Hakim,
2003), h.142
48
BAB IV
KONSEP WARUNG MIKRO DAN LINKAGE PROGRAM
SEBAGAI SOLUSI PEMBIAYAAN USAHA MIKRO (STUDI
PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG RAWAMANGUN)
http://koranmuslim.com/2011/warung-mikro-bsm-wujudkan-kesejahteraan-umat/ diakses
pada tanggal 21 Juni 2011
49
Keuntungan yang di dapat dari produk ini yaitu : persyaratan yang mudah, proses
pembiayaan cepat, dan angsuran ringan serta tetap hingga jatuh tempo.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Warung Mikro sendiri
menawarkan tiga jenis produk yakni:
A. Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (non agunan) dengan nilai kredit Rp 2
juta hingga Rp 10 juta;
B. Pembiayaan Usaha Mikro Madya dengan nilai Rp diatas Rp 10 juta
hingga Rp 50 juta, dan;
C. Pembiayaan Usaha Mikro Utama dengan nilai diatas Rp 50 juta hingga
Rp 100 juta. 2
Diharapkan
dengan
fasilitas
yang
diberikan
Warung
Mikro,
Sesuai syariah.
b. Persyaratan ringan.
c. Proses pembiayaan cepat.
d. Angsuran ringan dan tetap hingga jatuh tempo.
e. Limit pembiayaan sampai dengan Rp 100 juta
50
Warung Mikro Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu produk yang
bertujuan membantu akses pembiayaan dan mengembangkan usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi dalam rangka penanggulangan/pengentasan kemiskinan dan
perluasan
kesempatan
kerja.
Secara
umum
semua
pegawai
ikut
dalam
51
untuk membayar uang sekolah anaknya itu tidak dibolehkan. Seiring dengan
perkembangan Zaman sekarang warung mikro memiliki 2 sifat yaitu:
a. Pembiayaan yang bersifat Produktif, ini merupakan pembiayaan yang
bertujuan untuk modal kerja. Pembiayaan ini banyak dimanfaatkan
oleh pelaku UKM. Akad yang dipakai biasanya Mudharabah.
b. Pembiayaan yang bersifat konsumtif pembiayaan ini ditujukan untuk
membantu nasabah untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak.
Misalnya, saat nasabah tidak mempunyai dana likuid guna membayar
uang sekolah maka bisa memakai pembiayaan ini. Akad yang di pakai
adalah akad Murabahah dan Ijarah. Penggunaaan akad Murabahah
dan Ijarah perbandingannya yaitu 85% Murabahah dan hanya sekitar
5% yang ijarah.
Pembiayaan konsumtif yang difasilitasi untuk karyawan di mulai sejak satu
tahun setelah Warung Mikro terbentuk (tahun 2009). Karyawan yang mengajukan
pembiayaan mikro juga mempunyai batas maksimal yaitu hanya Rp. 10.000.000,(sepuluh juta rupiah)
Dari dua jenis pembiayaan di atas yang lebih banyak disalurkan adalah
pembiayaan yang bersifat produktif/ pembiayaan untuk modal usaha. Persentase
antara pembiayaan konsumtif dan produktif adalah 75% untuk produktif, dan 25%
untuk konsumtif. Data ini menyimpulkan ternyata melalui program pembiayaan
Warung Mikro ini BSM membuktikan diri untuk selalu concern dalam memajukan
UKM.
52
Nasabah
Pelaksana
Administrator
Dana Cair
Analis
Kepala Cabang
Kepala Warung
Mikro*
Komite
*setiap Kepala warung mikro memiliki limit untuk menyetujui sebuah pembiayaan
maksimal limit yang dimiliki seorang Kepala Warung adalah Rp. 25.000.000,- , jika
pembiayaan yang diajukan masih memenuhi limit Kepala Warung maka kepala
warung masih berhak menyetujui sebuah proposal pembiyaan, namun jika sudah
melebihi limit yang di tetapkan maka dari kepala warung proposal harus diteruskan
lagi kepada Komite
Wawancara pribadi dengan Ibu Dian Nawila Sari , Kepala Warung Mikro BSM
Rawamangun tanggal 5 Agustus 2011
53
Keterangan:
1. Pelaksana : Tugasnya adalah Marketing dan melakukan analisa awal.
2. Administrator : Tugasnya untuk merapikan berkas, melakukan BI checking.
3. Analis : Tugasnya untuk survey keadaan pemohon/ mitra dan menganalisa
tingkat lanjut.
4. Kepala Warung Mikro : Tugasnya menganalisa proposal yang telah dibuat
oleh analis.
5. Komite : Tugasnya menganalisis lebih lanjut proposal pembiyaan sebelum di
serahkan kepada Kepala Cabang.
6. Kepala Cabang : Tugasnya menyetujui / tidak proposal pembiayaan yang
sudah diajukan.
7. Mentor Usaha : Tugasnya memonitoring pembiayaan yang telah berjalan,
selain itu tugas mentor usaha juga menagih hutang , bahasa konvensionalnya
yaitu Debt Collector.
Teknis Pelaksanaan Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Rawamangun:
1. Nasabah mendatangi Kantor Warung Mikro di BSM KC. Rawamangun.
2. Nasabah membawa persyaratan pembiayaan dan diserahkan kepada Pelaksana
Warung Mikro.
3. Setelah itu Pelaksana menganalisa persyaratan yang dibawa nasabah, apakah
layak untuk dibiayai atau tidak. Analisisnya masih tahap awal.
4. Setelah itu berkas yang sudah dianalisa dikirim ke bagian Administrasi.
54
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim,
2003), h. 145
6
Wawancara pribadi dengan Ibu Dian Nawila Sari , Kepala Warung Mikro BSM
Rawamangun tanggal 5 Agustus 2011
55
atau bisa juga pihak marketing warung mikro menawarkan produk pembiayaan ini
kepada calon nasabah. Namun demikian dalam perkembangannya inisiatif tersebut
tidak mesti datang dari nasabah, tetapi juga dapat muncul dari officer Bank. Hal ini
bertujuan untuk menjangkau nasabah yang belum begitu mengetahui tentang produk
ini. Diharapkan jika Bank turun langsung ke lapangan maka program Warung Mikro
ini akan lebih tersosialisasi lagi kepada masyarakat.
Proses pencairan pembiayaan di Warung Mikro terbilang cepat, jangka waktu
pada saat nasabah datang sampai pencairan 3 hari atau paling lama 1 minggu. Hal
ini tergantung pada kelengkapan data nasabah. Jika data yang dibutuhkan Bank cepat
diserahkan nasabah maka prosesnya akan lebih cepat. Begitu pula sebaliknya.
Meskipun bisa dianggap cepat, namun dalam menganalisa pembiayaan Bank
Syariah Mandiri tetap memakai analisa pembiayaan seperti biasa yaitu dengan
melihat 5C yaitu:
1. Character, menilai karakter nasabah melihat moral hazard nasabah). Analisis
ini dapat dilakukan dengan cara wawancara, BI checking, bank checking, dan
tradechecking.
2. Capacity, menilai kemampuan nasabah dalam berbisnis dan melihat apakah
calon nasabah sanggup memenuhi kewajibannya nanti.
138
56
Agustus
2011
pencairan
pembiayaan
mikro
BSM
cabang
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revisi 2001), Cet. 5, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2001), H. 105
9
Wawancara pribadi dengan Ibu Dian Nawila Sari , Kepala Warung Mikro BSM
Rawamangun tanggal 16 Agustus 2011
57
tersebut termasuk total pembiayaan mikro melalui linkage chanelling yang hanya
berkisar sekitar Rp. 200 juta. Berikut rincian pencairan pembiayaan mikro dari
Januari 2011- Agustus 2011:
Bulan
Jumlah Nasabah
Januari
149.000.000,-
Februari
175.000.000,-
Maret
391.000.000,-
19
April
375.000.000,-
17
Mei
490.000.000,-
17
Juni
288.000.000,-
18
Juli
474.000.000,-
32
Agustus
422.000.000,-
23
2.764.000.000,-
141
Total
Dilihat dari data diatas, pada awal tahun (bulan januari 2011) pembiayaan
yang dikucurkan masih sedikit yaitu hanya Rp. 149.000.000,- angka tersebut
disebabkan oleh minimnya tenaga marketing BSM. Pada saat itu jumlah marketing
warung mikro hanya 2 orang, namun pada bulan selanjutnya pembiayaan mulai naik
secara signifikan. Kenaikan pembiayaan dapat kita lihat pada grafik di bawah ini:
58
59
60
1. Tahapan yang harus dilalui LKMS sebagai Calon Mitra untuk mendapatkan
pembiayaan linkage
a. Mengajukan permohonan ke Cabang PT Bank Syariah Mandiri terdekat.
b. Wawancara dan pemenuhan informasi/data/dokumen persyaratan.
c. On the Spot (OTS) dan taksasi jaminan.
d. Analisa pembiayaan.
e. Penandatanganan surat persetujuan pembiayaan (offering letter) dari BSM.
f. Akad pembiayaan.
g. Pencairan pembiayaan.
b. Kopsyah/BMT/KJKS/KSU/KSP/KUD:
1) Surat Permohonan yang ditandatangani seluruh pengurus;
2) Laporan keuangan 2 tahun terakhir, termasuk NPF 2 tahun terkahir;
3) Laporan tingkat kesehatan (jika ada; dari Dinas Koperasi Setempat);
4) Legalitas pengurus (KTP/SIM/Paspor, Kartu Keluarga, Curriculum Vitae).
Mencakup:
a) Legalitas usaha berbentuk badan hukum (SIUP, TDP, NPWP, Akte
Pendirian Usaha dan perubahannya serta AD/ART, Lembar Berita
Negara).
b) Rencana usaha 1 (satu) tahun kedepan (jika ada).
c) Bukti Kepemilikan Jaminan.
d) Daftar nominatif end user.
3. Kewajiban Biaya
Penetapan biaya-biaya seperti Marjin/Bagi Hasil, Administrasi, Biaya dan
Jaminan mengikuti aturan sesuai ketentuan PT Bank Syariah Mandiri. Nasabah
mengikuti semua aturan tersebut.
62
Bagi Bank:
a. Bank tidak perlu repot-repot menganalisis kelayakan usaha yang akan
di biayai oleh LKMS mitra.
b. Jika Keuntungan yang di dapat besar, maka Bank akan mendapat
untung yang besar pula.
c. Biasanya Bank tidak perlu menganalisis nasabah satu per satu, semua
tanggung jawab diserahkan ke BMT.
63
Bagi BMT :
a. Nasabah dianggap sebagai nasabah BMT, bukan nasabah Bank
b. LKMS bisa leluasa mempergunakan dana yang telah di salurkan oleh
bank.
c. Margin dari Bank sangat kecil sehingga BMT bisa menambahkan
margin lagi pada saat menyalurkan pembiayaan kepada nasabah10.
Bank Syariah
LKMS
10
End User
Wawancara pribadi dengan Ibu Dian Nawila Sari, kepala Warung Mikro Bank Syariah Mandiri
Rawamangun tanggal 5 Agustus 2011
64
Keterangan:
1. Bank Syariah menyalurkan pendanaan yang berbasis kemitraan kepada
LKMS dengan akad Mudharabah wal Murabahah, dengan nisbah yang telah
disepakati bersama.
2. Maksud akad mudharabah wal murabahah disini yaitu Bank bekerjasama
dengan BMT dengan akad Mudharabah (berbasis Bagi hasil) dan BMT hanya
boleh menyalurkan pembiayaan ke Nasabahnya dalam bentuk akad
Murabahah (berbasis Margin).
3. LKMS tidak boleh menyalurkan dana tersebut ke End User dengan
bermacam-macam akad selain Murabahah.
b. Chanelling ,
Pola Linkage Chanelling yaitu pola kemitraan yang di terapkan oleh Bank
Syariah Mandiri dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah atau Baitul Maal
wa Tamwil. Nasabah BPR yang mendapatkan pembiayaan dari dana Linkage
antara Bank dan LKMS/ BMT maka secara tidak langsung End User menjadi
Nasabah Bank. BMT hanya bertidak sebagai perantara dan wakil dari End
User dengan Bank Syariah Mandiri11.
11
Wawancara pribadi dengan Ibu Dian Nawila Sari, Kepala Warung Mikro BSM
Rawamangun tanggal 5 Agustus 2011
65
12
http://esharianomics.com/esharianomics/bank/02-pembiayaan/channeling-pada-bank-syariah/
diakses pada tanggal 13 Agustus 2011
66
MOU
Anggota
Anggota
Anggota
Keterangan:
1. Bank Syariah Mandiri mengadakan perjanjian kerjasama (MOU) dengan
BMT.
2. BMT menyerahkan berkas yang berguna untuk persyaratan Bank.
3. Berkas tersebut berguna untuk membantu Bank dalam menganalisis
kelayakan pembiayaan BMT.
67
4. Dalam berkas tersebut juga ada daftar nasabah/ anggota yang ingin
mengajukan pembiayaan.
5. Setelah menganalisis kelayakan BMT selanjutnya Bank menganalisis tiaptiap nasabah yang ingin mendapatkan pembiayaan.
6. Jika resiko tidak besar dan anggota BMT menurut Bank layak untuk
dibiayai maka tiap nasabah akan mendapatkan pembiayaan sesuai plafon.
Persyaratan yang harus di penuhi koperasi/ BMT jika ingin mendapatkan
program pembiayaan Linkage Chanelling:
a. Laporan Keuangan Koperasi/ BMT
b. Rasio-rasio yang diminta Bank terpenuhi , misalnya : BOPO, CAR.
c. Pengurusnya bisa dipercaya
d. Minimal 2 tahun telah berdiri13
Wawancara pribadi dengan Ibu Dian Nawila Sari, Kepala Warung Mikro BSM
Rawamangun tanggal 5 Agustus 2011
68
Wawancara pribadi dengan Ibu Dian Nawila Sari, Kepala Warung Mikro BSM
Rawamangun tanggal 5 Agustus 2011
69
Jumlah pembiayaan untuk UKM baik secara langsung maupun tidak langsung
yang di cairkan oleh BSM Rawamangun dilihat dari data di atas terbilang cukup
besar, namun jika dibandingkan dengan DPK yang ada, ternyata DPK belum di
salurkan secara maksimal. DPK yang dimiliki oleh BSM cabang Rawamangun
berkisar Rp. 100.000.000.000 (seratus miliar rupiah). Jika diambil kesimpulan, maka
pembiayaan UKM hanya mengambil porsi 5% dari DPK (data per juli 2011).
Perbandingannya bisa dilihat dari diagram dibawah ini:
70
Kepala Cabang. Proses tersebut bisa memakan waktu lama sebab tugas kepala
cabang juga banyak tidak hanya terkait dengan warung mikro saja. Padahal
untuk Bank lain prosesnya lebih cepat karena tidak melibatkan kepada cabang
tetapi hanya sampai di kepala mikronya saja. Singkatnya dapat dijelaskan
dalam bagan berikut ini:
Struktur Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri cabang Rawamangun:
Gambar 4.6 Struktur Organisasi di Warung Mikro BSM
Kepala Cabang
Manajer Marketing
Kepala Warung Mikro
Pelaksana
Staff Marketing
Nasabah
Sumber: Ibu Dian Nawila Sari , kepala warung mikro BSM Rawamangun
Dari bagan tersebut terlihat begitu panjangnya proses persetujuan untuk
pembiayaan. Padahal di Bank lain prosesnya hanya sampai di Kepala Mikro saja,
sebab Bank lain unit mikro dan Bank tidak menyatu. Maka dari itu diharapkan
kedepannya Warung mikro bisa outbranch jadi segala pengambilan keputusan
tidak lagi bergantung kepada kepala Cabang. Nantinya jika hal tersebut
73
terlaksana, pelaporan hanya kepada kepala cluster. Maka prosesnya akan lebih
simple.
Kendala lainnya mungkin dari segi nasabah. Terkadang ada nasabah yang
tidak melengkapi persyaratan yang dibutuhkan. Hal ini juga memperlambat
proses analisis pembiayaan dan pencairan pembiayaan.
Alasannya, jika BSM hanya menerapkan warung mikro saja maka Bank
syariah akan menjadi pesaing BMT dan BPRS. Hal ini tentu saja tidak fair,
mengingat sebagai lembaga keuangan Bank tentunya memiliki porsi dana pihak
ketiga yang sangat besar dan tidak memiliki kendala dalam menyalurkannya ke
UKM. Ini ,membuat Bank menjadi kompetitor yang sangat berat bagi BMT/ BPRS.
Padahal posisi LKM/S sangat strategis, sehingga perlu didorong dan diperkuat untuk
mampu menggarap sektor mikro yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh bank besar
seperti BSM, alasannya antara lain tidak efisien jika bank masuk ke sektor
mikro.Dilain keadaan, jika Bank hanya menyalurkan dalam bentuk Linkage maka
banyak sekali UKM yang belum terjangkau, mengingat masih terbatasnya
permodalan BMT/ BPRS. Intinya, Bank Syariah Mandiri bisa membiayai nasabah
yang lebi besar porsinya dari pada BMT
Diharapkan dengan diterapkannya dua mekanisme pembiayaan ke UKM
maka permodalan UKM semakin kuat. Warung Mikro membuat semakin mudahnya
UKM untuk mengakses dana demi kelancaran usaha, tetapi Bank Syariah Mandiri
tidak menutup kemungkinan untuk terus menjalankan Linkage Program agar tetap
menguatkan permodalan BMT/ BPRS alih-alih menjadikannya saingan usaha.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menyelesaikan penelitian, mengelola data dan menganalisa
bagaimana aplikasi Warung Mikro dan Linkage Program di Bank Syariah
Mandiri Cabang Rawamangun penulis dapat meyimpulkan:
1. Program pembiayaan usaha mikro yang lebih dipakai oleh Bank Syariah
Mandiri Rawamangun adalah Warung Mikro. Meskipun Bank Syariah
Mandiri Cabang Rawamangun memiliki dua pola pembiayaan untuk usaha
kecil yaitu Warung Mikro dan Linkage Program tetapi program
pembiayaan mikro yang lebih banyak dipakai oleh Bank Syariah Mandiri
Cabang Rawamangun adalah Warung Mikro.
2. Warung Mikro lebih banyak digunakan dalam pembiayaan kepada usaha
kecil
karena
Warung
Mikro
lebih
membantu
Bank
untuk
75
yaitu
maksimal
Rp.
25.000.000,-
maka
75
2. Meskipun
BSM
sudah
membuka
Warung
Mikro
untuk
75
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. Jakarta: Rajagraindo, 2009
Amin, A. Riawan. Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Cetakan Pertama,
Jakarta: UIN Press, 2009
______________. Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekonomian Nasional.
Dalam Pidato Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa dalam Bidang
Perbankan Syariah, 11 Juli 2009. Jakarta.
Ahmad Antony , Kamus Lengkap Ekonomi, K. muda. Ttp. Gita Media Press, 2003
Arifin, Zainul, Memahami Bank Syariah , Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek,
Cetakan pertama, Jakarta: AlvaBet, 1999
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008
Bank Indonesia, Linkage antara Lembaga Keuangan Syariah
____________, Pedoman Umum Linkage
_____________, Peran Lembaga Keuangan Syariah dalam Pemberdayaan Sektor
Riil, Talk Show Indonesia Syariah Expo 2007 Membangun Sinergi LKS dengan
Sektor Riil, 27 Oktober 2007
Basri, Faisal dan Haris Munandar. Lanskap Ekonomi Indonesia Kajian dan Renungan
terhadap Masalah-masalah Struktural, Transformasi Baru dan Prospek
Perekonomian Indonesia. Jakarta: Kencana, 2009
75
75
75
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
Cetakan Keempat, Yogyakarta: EKONISIA, 2007
Sumitro, Warkum. Asas-asas perbankan Islam dan LembagaLembaga Terkait (BMT,
TAKAFUL, dan Pasar Modal), Cetakan ke empat. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004
Syah, Jalinus , Adam Saleh. The Basic English Pocket Dictionary, Cetakan ke dua,
Jakarta: Akadoma, 1982
Tambunan, Tulus, T.H, UMKM di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002
Wangsa, Lalu Mara Satria. Merebut Hati Rakyat Melalui Nasionalisme, Demokrasi
dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: PT. Primamedia Pustaka, 2004
Wie, Three Kian. Pembangunan, Kebebasan, dan Mukjizat Orde Baru.
Penerjemah Koesalah Soobagyo Toer. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara,
2004
Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta : Zikrul
Hakim, 2003
Sumber Berita Harian
Pendapatan Perkapita Naik, Republika, Selasa 8 Februari 2011
Sumber Berita Online
Bank
Syariah
Perkuat
linkage
Program
dengan
75
BPRS.
Diakses
dari
warungmikro
UMK,
Perbankan
Gencar
Buka
Warung
Mikro
diakses
dari
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2010/10/06/2703/fokus_umk_per
bankan_gencar_buka_warung_mikro/#.TiU2V1uT6P8 tanggal 19 Juli 2011
Ini
Dia
Spesial
Untuk
Si
Mikro
Persembahan
BSM.
Dari
2011
dari
http://zonaekis.com/pembiayaan-mikro-pertanian-jadi-
target-bsm/
Warung
Mikro
BSM
Wujudkan
Kesejahteraan
Umat
dari
75