You are on page 1of 12

Pertolongan pada kecelakaan kerja di laboratorium

November 25, 2008 • No Comments

under construction

Pengenalan Alat Laboratorium


November 25, 2008 • 2 Comments

Alat untuk mengekstrak (ekstraktor)

Pemisahan suatu senyawa dari campurannya atau lebih dikenal dengan istilah
pemurnian dapat dilakukan dengan berbagai metoda. Metoda yang dapat ditempuh
adalah metoda ekstraksi, distilasi, atau dengan kromatografi.

Ektraksi merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan senyawa dari sistem
campuran. Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-
cair dan padat-cair. Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu
senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang fasanya cair juga.
Prinsip dasar pemisahan ini adalah pemisahan senyawa yang memiliki perbedaan
kelarutan pada dua pelarut yang berbeda. Alat yang digunakan adalah corong
pisah.

Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam


suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan
adalah ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa
yang terdapat pada bahan alam yang tidak mudah menguap). Larutan pengekstrak
ditempatkan pada labu alas bulat (a). sampel yang telah dibungkus dengan kertas
saring ditempatkan pada tabung ektraktor (b). Bagian ujung atas (c) merupakan
pendingin Allihn atau pendingin bola. Ekstraktor soxhlet ini merupakan ektraktor
kontinyu, pelarut pada labu (a) dipanaskan dan akan menguap, terkondensasi pada
pendingin (c), selanjutnya pelarut akan masuk pada ektraktor (c). Apabila pelarut
telah mencapai batas atas kapiler pelarut yang telah kontak dengan sampel akan
masuk pada labu (a). Begitu seterusnya.

2. Alat untuk distilasi (distiler)

Distilasi adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih komponen-


komponen yang ada di dalam campuran. Distilasi biasa dilakukan untuk
pemisahan campuran yang memiliki perbedaan titik didih yang cukup besar.
Sedangkan distilasi uap dilakukan untuk pemisahan campuran yang memiliki
perbedaan tekanan uap jenuh yang cukup antara komponen-komponen yang ada
pada campuran. Pada distilasi uap, uap yang digunakan biasanya berupa uap air.
Selain itu distilasi juga dapat dilakukan pada tekanan di bawah tekanan atmosfer.
Metode ini dikenal sebagai distilasi pengurangan tekanan. Distilasi pengurangan
tekanan dilakukan apabila komponen akan mengalami dekomposisi pada titik
didihnya. Bila selisih titik didih komponen-komponen yang ada pada campuran
kecil maka komponen alat distilasi ditambah dengan kolom vigreux.
3. Alat untuk reflux

Reaksi kimia kadang dapat berlangsung sempurna pada suhu di atas suhu kamar
atau pada titik didih pelarut yang digunakan pada sistem reaksi. Salah satu alat
yang dapat digunakan untuk reaksi-reaksi yang berlangsung pada suhu tinggi
adalah seperangkat alat refluks. Beberapa alat refluks ditampilkan pada gambar di
samping. Ada beberapa tipe alat refluks.

Alat refluks paling sederhana [1] dilengkapi dengan labu alas bulat (a) dan
pendingin Liebig (b), [2] seperangkat alat refluks dilengkapi dengan labu alas
bulat (a), pendingin Liebig (b) dan corong pisah (c), [3] seperangkat alat refluks
dilengkapi dengan labu alas bulat (a), pendingin Liebig (b), corong pisah (c), dan
pengaduk atau termometer (d).

4. Penyaring buchner

Penyaring Buchner digunakan untuk proses penyaringan yang tidak dapat


dilakukan dengan penyaring biasa. Penyaringan biasa dilakukan dengan
memanfaatkan gaya grafitasi, sedangkan pada penyaring buchner, filtrat
dipisahkan dari sistem campuran dengan cara disedot atau divakum.

5. Tabung pengembang (chamber)

Alat gelas ini digunakan pada percobaan kromatografi lapis tipis (KLT).
Digunakan untuk tempat eluen (larutan pengembang) dan plat KLT yang telah
dibubuhi (ditotol) sampel atau standar.
Pengenalan alat gelas
November 25, 2008 • No Comments

Sebelum mulai melakukan praktikum di laboratorium, praktikan harus mengenal dan


memahami cara penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam
laboratorium kimia serta menerapkan K3 di laboratorium. Berikut ini diuraikan
beberapa peralatan yang akan digunakan pada Praktikum Kimia Dasar. Gambar 1
menunjukkan contoh peralatan gelas laboratorium.

alat gelas lab

Gambar 1. Peralatan gelas sederhana untuk praktikum kimia

1. Labu Takar

Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses
preparasi larutan. Alat ini tersedia berbagai macam ukuran.

2. Gelas Ukur

Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini
mempunyai skala, tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan
untuk mengukur larutan/pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan meniscus pada
saat pembacaan skala.

3. Gelas Beker

Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukup
besar). Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan
kimia. Untuk menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.
4. Pengaduk Gelas

Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada waktu
melakukan reaksi kimia. Digunakan juga untuk menolong pada waktu
menuangkan/mendekantir cairan dalam proses penyaringan.

5. Botol Pencuci

Bahan terbuat dari plastic. Merupakan botol tempat akuades, yang digunakan
untuk mencuci, atau membantu pada saat pengenceran.

6. Corong

Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastic. Digunakan
untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan
mulut sempit, seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya.

7. dan 8. Erlenmeyer

Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas tersebut
(ralat cukup besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi. Kadang-
kadang boleh juga digunakan untuk memanaskan larutan.

9. dan 10. Tabung Reaksi

Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan. Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia

dalam jumlah sedikit.

11. Kuvet

Bentuk serupa dengan tabung reaksi, namun ukurannya lebih kecil. Digunakan
sebagai tempat sample untuk analisis dengan spektrofotometer. Kuvet tidak boleh
dipanaskan. Bahan dapat dari silika (quartz), polistirena atau polimetakrilat.

12. dan 13. Rak Untuk tempat Tabung Reaksi

Rak terbuat dari kayu atau logam. Digunakan sebagai tempat meletakkan
tabung reaksi.

14. Kaca Preparat

15. Kawat Kasa

Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alas saat memanaskan alat gelas

dengan alat pemanas/kompor listrik.

16. dan 22. Penjepit


Penjepit logam, digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan,
atau untuk membantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisi
panas.

17. Spatula

Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alat Bantu mengambil bahan
padat atau kristal.

18. Kertas Lakmus

Merupakan indikator berbentuk kertas lembaran-lembaran kecil, berwarna


merah dan biru. Indikator yang lain ada yang berbentuk cair missal indikator
Phenolphtalein (PP), methyl orange (MO) dan sebagainya. Merupakan alat
untuk mengukur atau mengetahui tingkat keasaman (pH) larutan.

19. Gelas Arloji

Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang.

20. Cawan Porselein

Alat ini digunakan untuk wadah suatu zat yang akan diuapkan dengan pemanasan.

21. Pipet Pasteur (Pipet Tetes)

Digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah yang kecil.

23 dan 24. Sikat

Sikat dipergunakan untuk membersihkan (mencuci) tabung.

25. Pipet Ukur

Adalah alat yang terbuat dari gelas, berbentuk seperti gambar di bawah ini.
Pipet ini memiliki skala. Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume
tertentu. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan, jangan
dihisap dengan mulut.

26. Pipet Gondok

Pipet ini berbentuk seperti dibawah ini. Digunkan untuk mengambil larutan
dengan volume tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang
menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet. Gunakan propipet atau
pipet pump untuk menyedot larutan.

27. Buret

Terbuat dari gelas. Mempunyai skala dank ran. Digunakan untuk melakukan
titrasi. Zat yang digunakan untuk menitrasi (titran) ditempatkan dalam buret,
dan dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui kran. Volume dari zat yang
dipakai dapat dilihat pada skala.

Pengenalan bahan kimia


November 25, 2008 • No Comments

Pengetahuan sifat bahan menjadi suatu keharusan sebelum bekerja di laboratorium.


Sifat-sifat bahan secara rinci dan lengkap dapat dibaca pada Material Safety Data
Sheet (MSDS) di dalam buku, CD, atau melalui internet. Pada tabel berikut disajikan
sifat bahaya bahan berdasarkan kode gambar yang ada pada kemasan bahan kimia.
Peraturan pada pengepakan dan pelabelan bahan kimia diwajibkan mencantumkan
informasi bahaya berdasarkan tingkat bahaya bahan kimia khususnya untuk bahan
yang tergolong pada hazardous chemicals atau bahan berbahaya dan beracun (B3).

Bahan berdasarkan fasa :

1. Padat
2. Cair
3. gas

Bahan berdasarkan kualitas

1. teknis
2. special grade : pro analyses (pa)
3. special grade : material referrences

pengenalan Simbol bahaya (Hazard symbol)

1. Harmful (Berbahaya).

Bahan kimia iritan menyebabkan luka bakar pada kulit, berlendir, mengganggu
sistem pernafasan. Semua bahan kimia mempunyai sifat seperti ini (harmful)
khususnya bila kontak dengan kulit, dihirup atau ditelan.

1. Toxic (beracun)

Produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius bila bahan kimia
tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau debu,
atau penyerapan melalui kulit.

1. Corrosive (korosif)

Produk ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-
gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas. Awas! Jangan sampai
terpercik pada Mata.

1. Flammable (Mudah terbakar)


Senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi dengan air atau
membasahi udara (berkabut) untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar
(seperti misalnya hidrogen) dari hidrida metal. Sumber nyala dapat dari api
bunsen, permukaan metal panas, loncatan bunga api listrik, dan lain-lain.

1. Explosive (mudah meledak)

Produk ini dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api, guncangan
atau gesekan. Beberapa senyawa membentuk garam yang eksplosif pada kontak
(singgungan dengan logam/metal)

1. Oxidator (Pengoksidasi)

Senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini menghasilkan panas


pada kontak dengan bahan organik dan agen pereduksi (reduktor)

Tugas Pengelola Praktikum


November 24, 2008

Tugas pengelolaan praktikum

Untuk dapat melaksanakan pengelolaan praktikum dengan baik maka hendaknya


setiap pihak harus paham akan tugas dan kewajiban. Pada bagian ini diuraikan
beberapa tugas dan kewajiban masing-masing pihak yakni :

Tugas dosen/koordinator harian praktikum :

• Bertanggung jawab dan melakukan koordinasi pada pelaksanaan praktikum


sesuai dengan jadwal dan tujuan
• Menyusun bahan soal untuk responsi praktikum
• Memberikan penilaian akhir terhadap praktikum
• Mengawasi implementasi K3 di laboratorium selama kegiatan praktikum

Tugas teknisi laboratorium :

• Melaksanakan tugas pelaksanaan praktikum sesuai dengan jadwal dan tujuan


• Bertanggung jawab pada penyediaan fasilitas peralatan dan bahan yang
dibutuhkan selama praktikum
• Membantu pelaksanaan administrasi harian praktikum di masing-masing
laboratorium
• Membantu pelaksanaan implementasi K3 di laboratorium selama kegiatan
praktikum
• Melakukan koordinasi dengan dosen dan asisten praktikum

Tugas pelaksana administrasi :


• Bertanggung jawab dan melakukan koordinasi pada kegiatan administrasi
praktikum
• Melaksanakan kegiatan pendaftaran peserta praktikum
• Melaksanakan kegiatan administrasi dan pencatatan keuangan praktikum
• Menyiapkan pelaksanaan responsi praktikum
• Memberikan layanan administrasi inhal mahasiswa

Tugas asisten praktikum / mahasiswa :

• Melaksanakan pembimbingan praktikum kepada mahasiswa sesuai dengan


jadwal dan tujuan
• Memberikan penilaian harian (tes, praktikum dan laporan) terhadap
mahasiswa
• Mengawasi pelaksanaan responsi dan memberikan penilaian
• Mengarahkan mahasiswa dan memberi contoh untuk melaksanakan budaya
K3 di laboratorium selama kegiatan praktikum
• Bertanggungjawab terhadap kelancaran setiap mata acara praktikum yang
dibimbingnya.
• Membantu penyusunan bahan soal untuk responsi
• Melakukan koordinasi dengan dosen dan teknisi laboratorium

Jenis-jenis Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan
bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan
suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap
komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989).
Tehnik ekstraksi lainnya misalnya menggunakan air untuk mengambil pigmen alami
dari tumbuhan, seperti: daun, dll. Contoh: Ekstraksi pigmen biru dari daun tanaman
Baphicacanthus cusia Brem dan Indigofera tintoria Linn (Tanaman asli negeri Gajah
Thailand). ekstraksi betasianin pada tanaman suku Amarantaceae dapat dilakukan
dengan 2 tahap yaitu ekstraksi dengan menggunakan air kemudian dilanjutkan dengan
menggunakan metanol 80%. Namun ekstraksi pewarna alami dengan metanol,
diragukan aspek keamanan pangannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:

- Tipe persiapan sample

- Waktu ekstraksi

- Kuantitas pelarut

- Suhu pelarut

- Tipe pelarut

Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:


1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme.
Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat
modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan
kebutuhan pemakai.

2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya


alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini
bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang
dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal
ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa
kimia tertentu

3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan


biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM)
seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk
diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan
melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk
memvalidasi penggunaan obat tradisional.

4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara
apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya
adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada
penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi
khusus.

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan
berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan
antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel
Prinsip ekstraksi

- Prinsip Maserasi

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung
dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan
larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar
sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan
penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang
sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap
hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar
dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, tiraks dan lilin.

Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya


antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan
penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang
mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.

Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :


· Modifikasi maserasi melingkar

· Modifikasi maserasi digesti

· Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat

· Modifikasi remaserasi

· Modifikasi dengan mesin pengaduk

· Metode Soxhletasi

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari


dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-
molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan
selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon
Keuntungan metode ini adalah:

o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak
tahan terhadap pemanasan secara langsung.

o Digunakan pelarut yang lebih sedikit

o Pemanasannya dapat diatur


Kerugian dari metode ini:

- Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah
terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
- Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya
dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan
volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
- Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut
dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat
yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan
uap pelarut yang efektif.

Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik
dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya
heksan :diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena
uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.

- Prinsip Perkolasi

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3
jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia
tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi,
dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah.
Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia
yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah
tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah
kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode
refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan
komponen secara efisien.

- Prinsip Soxhletasi

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan
dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam
klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai
permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa
kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak
berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali.
Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

- Prinsip Refluks

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam
labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan
penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari
yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang
berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan
sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel
yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Sedangkan kerugian
metode ini adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator.

- Prinsip Destilasi Uap Air

Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu
berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu
sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air
dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan
terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap
akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.

Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap
(esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari
simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia
yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.

- Prinsip Rotavapor

Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat
oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik
didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan
pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami
kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam
labu alas bulat penampung.

You might also like