You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam kehidupannya mengalami beberapa fase perkembangan. Setiap


fase perkembangan tentu saja berbeda pengalaman dan dituntut adanya perubahan
perilaku dari individu agar dapat berperan dan diterima oleh masyarakat. Fase
perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja,
masa dewasa, dan masa usia lanjut. Dimana ada batasan usia pada setiap masanya.
Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak. Apa yang
dialami sebelumnya akan mempengaruhi masa yang akan datang. Bila beralih dari
masa kanak-kanak ke masa remaja, harus meninggalkan sesuatu yang bersifat
kekanak-kanakkan dan mengubah pola perilaku dan sikap baru untuk
menggantikan pola perilaku dan sikap yang lama. Dengan beralihnya masa, maka
terjadi pula banyak perubahan seperti perubahan fisik, pola emosi, sosial, minat,
moral, dan kepribadian. Pada masa ini terjadi pula penyesuaian diri terhadap
lingkungan sosialnya yang cenderung remaja menyukai kelompok-kelompok.
Pada penyesuaian ini remaja akan mencari identitas dirinya tentang siapakah
dirinya dan bagaimana peranannya dalam masyarakat. Remaja juga merasa bebas
untuk bergaul, mencari informasi dan pengetahuan yang seluas-luasnya. Seiring
dengan adanya banyak perubahan, konsep diri yang ada pada remaja juga akan
mengalami perubahan. Hal itu akan menentukan perilaku yang akan dilakukan.
Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan
faktor yang dipelajari dan terbentuk melalui pengalaman individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Ritandiyono dan Retnaningsih, 1996). Menurut
Hurlock (1993) konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang
dirinya. Konsep diri terbagi dua yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif
(Ritandiyono dan Retnaningsih, 1996). Pada masa remaja yang kondisi
perkembangannya masih labil memungkinkan terbentuknya konsep diri positif
bila didukung oleh lingkungan sosial dan keluarga.

1
2

Ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri positif antara lain: yakin akan
kemampuannya untuk mengatasi suatu masalah; merasa setara dengan orang lain;
menerima pujian tanpa merasa malu; menyadari bahwa setiap orang memiliki
berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh
masyarakat; mampu memperbaiki diri, karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha untuk mengubahnya. Dasar
dari konsep diri positif adalah adanya penerimaan diri. Hal ini disebabkan orang
yang memiliki konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik (Rakhmat, 1996).
Dari hasil penelitian Dopson dan Shaw (dalam Coulhoun, 1990) bahwa konsep
diri yang negatif seringkali berhubungan dengan depresi klinis. Atau seseorang
akan merasa cemas terus-menerus, karena menghadapi informasi tentang dirinya
yang tidak dapat diterimanya dengan baik dan mengancam konsep dirinya.
Menurut Brook dan Emmert (dalam Rahmat, 1996) ciri-ciri orang yang memiliki
konsep diri negatif antara lain: peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian
meskipun mungkin ia berpura-pura menghindarinya, hiperkritis terhadap orang
lain, merasa tidak disenangi oleh orang lain, pesimis terhadap kompetensi.
Dalam pencarian identitas diri diharapkan remaja dapat membentuk konsep
dirinya yang positif karena akan berpengaruh terhadap pemikirannya, perilakunya,
serta pendidikan dalam pencapaian prestasi belajar. Untuk melakukan sesuatu,
bersikap serta bertindak diperlukan motivasi guna memaksimalkan tujuan
individu. Menurut Dirgagunarsa (1975) motivasi adalah dorongan atau kehendak
yang menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar seseorang itu berbuat atau
bertindak, dengan kata lain bertingkah laku. Tumbuhnya motivasi dalam diri
seseorang senantiasa dilandasi oleh adanya kesadaran diri berkenaan dengan
hakikat dan keberadaan kehidupannya masing-masing (Kusantati, 1993). Selain
adanya motivasi, konsep diri yang ada pada remaja menentukan juga bagaimana
motivasi belajarnya. Hal ini berpengaruh terhadap pendidikan yang dilakukan
oleh remaja. Motivasi belajar merupakan salah satu hal yang mendukung dalam
pendidikan pada remaja. Motivasi dan prestasi belajar pada remaja berbeda-beda,
ada yang meningkat atau menurun. Dalam kondisi demikian motivasi belajar
sangat berperan dan dibutuhkan serta berpengaruh terhadap masa depan
3

selanjutnya. Bagaimana mengatasi agar selalu adanya motivasi belajar, selain dari
individu juga perlu bimbingan dari berbagai pihak seperti guru, orang tua, teman
serta masyarakat.
Dari uraian di atas terlihat konsep diri berhubungan dengan motivasi
belajarpada remaja. Bila konsep diri positif maka motivasi belajar lebih tinggi
karena ia menerima apapun tentang dirinya baik kelebihan, kekurangan atau baik
positif maupun negatif tentang dirinya. Misalnya bakat si A dibidang ekonomi
tetapi tidak mampu dibidang teknik atau ia merasa bersalah karena kegagalannya.
Hal itu bisa ia terima karena memang demikian keadaan dirinya. Tetapi bukan
berarti ia tidak pernah kecewa akan kegagalannya melainkan tidak perlu merasa
bersalah terus-menerus atas keberadaannya. Keadaan yang demikian akan
memberikan semangat pada remaja untuk berhasil dalam pendidikannya tanpa
melupakan bersosialisasi. Dengan adanya pengalaman yang ia miliki serta konsep
diri yang remaja bentuk dengan baik (positif) maka akan menunjang motivasi
belajar yang tinggi.
Bila konsep diri negatif maka motivasi belajar lebih rendah karena individu
akan merasa cemas terus-menerus, menghadapi informasi tentang dirinya yang
tidak dapat diterimanya dengan baik dan mengancam konsep dirinya. Harapan
orang yang memiliki konsep diri negatif terhadap dirinya sangat sedikit. Mereka
menganggap dirinya tidak bisa melakukan sesuatu yang berharga.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut apakah
ada hubungan antara konsep diri dengan motivasi belajar pada remaja.

B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan konsep diri dengan motivasi
belajar pada remaja.
4

C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memilikidua manfaat, yaitu:
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat luas agar dapat
memahami pentingnya konsep diri dan motivasi belajar sehingga dapat
meningkatkan kualitas belajar untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi
perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan, tentang
hubungan antara konsep diri dengan motivasi belajar pada remaja.

You might also like