You are on page 1of 2

Teks Pidato : Mencintai Indonesia

Assalamualaikum Warahmatulahhi Wabarakatuh

Yang terhormat Ibu Lusi dan teman-teman kelas XII IS 3 yang tercinta.
Pertama-tama marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena pada hari ini
kita diberi kesempatan untuk dapat berkumpul di acara ‘Perayaan Kebangkitan
Nasional’

Memberi ruang untuk hati kita demi sebuah rasa nasionalisme saja
kadang ada rasa sayang untuk melakukan hal itu. Mencintai Indonesia bukanlah
hal mudah, terutama bagi yang pernah dikecewakan oleh pemerintah, korban
lumpur Lapindo misalnya. Bahkan untuk pemerintah sendiri pun kadang itu juga
sulit dilaksanakan, ini terlihat dari peristiwa dilupakannya lagu Indonesia Raya
dalam rapat. Dan rasa nasionalisme itu akhirnya seperti luber ketika negara
tetangga, Malaysia, mengklaim budaya kita. Budaya yang oleh kita sendiri saja
bahkan lupa untuk di rawat.

Jujur saja berapa kali dalam seminggu kalian menyaksikan acara


tradisional. Dalam sebulan saja belum tentu ada yang melihat. Setidaknya
pernahkah kalian bertahan menyaksikan klinong-klinong campursari di JogjaTV
sampai habis ? Semua ini karena pengaruh globalisasi dan modernisasi yang
melanda kaum muda Indonesia. Saya tidak menyalahkan kedua hal itu, tapi
bukan berarti kita mengikuti arus global lantas melupakan jati diri bangsa yang
sebenarnya.

Mencintai negara ini saya akui sangat sulit. Negara yang dicap sebagai
negara penuh aksi teror, negara yang korup, negara yang terkenal dengan
kecepatannya merusak hutan nomor satu di dunia, negara yang selahu dihina
Malaysia karena kebanyakan dari orang Indonesia haya menjadi TKI di
negerinya. Dan mungkin dari kita pernah menyatakan “Malu aku jadi orang
Indonesia”. Berhakkah kita untuk itu ?

Indonesia saja tidak pernah malu dengan kita. Kita yang setiap hari Senin
belum tentu mengadakan upacara bendera. Kita yang sebulannya saja tidak
pasti menyanyikan Indonesia Raya karena tugas itu sudah diambil oleh petugas
paduan suara. Indonesia tidak pernah malu dengan rakyatnya yang banyak
mencuri darinya, pasak jembatan Suramadu dan besi-besi rel kereta api, dia
ikhlaskan untuk menafkahi rakyatnya. Secara tidak sadar kita pun dihidupi oleh
Indonesia. Dari tananhnya tumbuh beras yang setiap hari kita makan, dari airnya
kita dapat ikan sebagai lauk, jadi bagaimana mungkin kita bisa malu menjadi
seorang Indonesia ? Padahal Indonesia saja tidak pernah malu pada kita.

Terakhir, jangan lupakan setiap tetes darah yang mengalir dari para
pahlawan, jangan lupakan setiap nyawa melayang para patriot merupakan wujud
cinta mereka pada Indonesia. Simpan dalam-dalam memori itu agar kita juga
bisa melakukan hal yang sama besarnya untuk Indonesia yang kita cintai ini.
Karena mencintai Indonesia berarti mencintai ibumu sendiri, mencintai ayahmu
sendiri, mencintai saudara-saudaramu, dan tentunya mencintai dirimu sendiri.
Sekian pidato yang saya sampaikan. Mohon maaf bila ada salah kata. Atas
perhatian ibu dan teman-teman, saya ucapkan terima kasih

Wassalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

You might also like