Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 1
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
2. Pengertian
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 3
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
3. Manfaat
Diharapkan Pedoman Umum Pengelolaan Usaha Pelayanan Jasa Alat
Mesin Pasca Panen ini dapat menjadi acuan bagi petani/ kelompok tani atau
gabungan kelompok tani, dan pengusaha UPJA/ LDM dalam pengelolaan jasa
alat mesin pasca panen sehingga terjadi penurunan kehilangan hasil dan
peningkatan jumlah maupun mutu hasil melalui pemanfaatan jasa sarana alat
mesin pasca panen yang optimal, efektif dan efisien.
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 4
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Jenis dan jumlah sarana alat mesin pasca panen pada setiap UPJA/ LDM
sangat tergantung pada kemampuan dari pengelola dan kebutuhan sarana alat
mesin pasca panen tersebut di suatu wilayah/ daerah. Jenis sarana alat mesin
pasca panen yang diperlukan oleh pengusaha UPJA/ LDM disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan wilayah/ daerah setempat. Sedangkan jumlah sarana alat
mesin pasca panen yang akan dikelola oleh UPJA/ LDM diarahkan agar
mencapai skala ekonomi yang optimum. Operasionalisasi UPJA/ LDM dilakukan
melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Persiapan
a. Identifikasi
Dalam rangka menumbuhkembangkan UPJA/ LDM, harus diawali dengan
identifikasi untuk mengumpulkan data-data sebagai dasar dari kegiatan
selanjutnya. Identifikasi UPJA/ LDM dan kelembagaan pendukung,
meliputi identifikasi tentang :
1) Luas wilayah, produksi dan kondisi spesifik lokasi penumbuhan/
pengembangan
2) Populasi sarana (jenis dan jumlah sarana alat mesin pasca panen)
yang ada (masih operasional).
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 5
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
c. Koordinasi Kelembagaan
Koordinasi kelembagaan dilakukan dengan mengadakan pertemuan yang
dihadiri petani/ kelompoktani, manajer UPJA/ LDM, pemilik bengkel,
lembaga permodalan/ bank dan penyuluh/ petugas pertanian setempat
serta diikuti dengan penyiapan petunjuk pelaksanaan, pelatihan atau
bimbingan teknis dan manajemen serta penyediaan sarana permodalan/
bank dan lain-lain.
2. Penetapan Kriteria
a. Lokasi
1) Dipilih kabupaten/ kecamatan sentra produksi pertanian
2) Dari kabupaten/ kecamatan bersangkutan dipilih desa (wilayah
sentra) yang memiliki populasi alat mesin pasca panen yang
terbanyak
3) Harus memiliki bengkel/ pengrajin alat mesin pasca panen.
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 6
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
c. Kelembagaan Pendukung
1) Terdapat bengkel yang dapat berfungsi sebagai tempat
memproduksi/ merakit sarana alat mesin pasca panen, perawatan
dan perbaikan alat mesin pasca panen di lokasi bersangkutan.
Bengkel/ pengrajin alat mesin tersebut dapat berupa bengkel milik
BUMN/ BUMD atau BUMP (Badan Usaha Milik Petani), koperasi
maupun bengkel / pengrajin swasta.
2) Terdapat lembaga permodalan/ bank minimal di kabupaten yang
bersangkutan
3) Terdapat penyuluh/ petugas pertanian di lokasi bersangkutan
sebagai pendamping/ pembina lapangan.
3. Pelatihan
Pelatihan dan uji coba dilakukan setelah peralatan mesin pasca panen
diterima oleh pengelola UPJA/ LDM baik yang berasal dari bantuan dana
dekonsentrasi, APBD maupun yang dibeli langsung oleh kelompok UPJA/ LDM
sendiri. Pada tahap ini peran Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/ Kota
sangat menentukan keberhasilan pengelolaan sarana alat mesin pasca panen
oleh UPJA/ LDM. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat dihasilkan SDM UPJA/
LDM yang profesional.
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 7
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
b. Kelompok bisnis
1) Analisis ekonomi penggunaan sarana alat mesin pasca panen
2) Pembukuan usaha jasa sarana alat mesin pasca panen
3) Sumber permodalan usaha
4) Promosi jasa sarana alat mesin pasca panen
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 8
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
a. Operator :
1) Operator sarana alat mesin pasca panen pada UPJA/ LDM dan
pemilik bengkel yang ada di lokasi setempat meskipun terdapat
jenis bengkel yang beragam, bengkel tersebut dapat
dikelompokkan untuk dilatih/ di bimbing.
2) Materi pelatihan utama adalah cara penggunaan yang benar,
perawatan dan perbaikan alat mesin pasca panen.
3) Jika ada kesempatan, pemilik bengkel ini dilatih untuk dapat
merakit/ membuat alat mesin pasca panen sendiri.
b. Kelompok UPJA
1) Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan SDM pengelola UPJA/ LDM
2) Peserta pelatihan adalah manajer dan operator
3) Materi pelatihan meliputi bidang teknis, ekonomis, manajemen usaha
alat mesin pasca panen
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 9
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
4. Penumbuhan UPJA/LDM
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 10
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 11
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
d. Kelembagaan permodalan
Kelembagaan ekonomi yang terkait dalam UPJA/ LDM memerlukan
permodalan untuk kelangsungan usahanya. Sumber modal tersebut
dapat berasal dari lembaga perbankan atau lembaga keuangan non bank
atau dari hasil setoran UPJA/ LDM tersebut. Lembaga keuangan tersebut
dalam beroperasinya dapat melayani kebutuhan petani/ kelompok tani,
pengrajin/ bengkel alat mesin pasca panen, dealer maupun pengusaha
pelayanan jasa alat mesin pasca panen secara komersial
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 12
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Analisa ekonomis usaha jasa alat mesin pasca panen, dapat dibagi dalam
beberapa tahap perhitungan seperti :
1. Biaya
Komponen biaya terdiri dari :
a. Biaya Tetap (Fix Cost)
b. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)
2. Finansial
Indikator finansial terdiri dari :
a. Titik Impas (Break Even Point = BEP)
b. Nilai bersih sekarang (Net Present Value = NPV)
c. Tingkat laba intern (Internal Rate of Return = IRR)
d. Perbandingan untung dan biaya bersih (Net Benefit – Cost Ratio =
Net B/C Ratio)
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 13
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
1. Biaya
BP = ( AN / X + B ) x KAP
Dimana :
BP = biaya pokok penggunaan alat mesin pasca panen per unit
AN = biaya tetap per tahun (Rp/th)
X = jumlah jam kerja per tahun (jam/th)
B = biaya operasional per jam (Rp/jam)
KAP = kapasitas kerja (jam/unit)
a. Biaya Tetap
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 14
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
perjam tidak berubah dengan perubahan jam kerja tiap tahun dari
pemakaian alat dan mesin pasca panen tersebut. Ini berarti bahwa biaya
ini tetap dihitung sebagai pengeluaran walaupun alat dan mesin itu tidak
dipergunakan.
Unsur-unsur biaya tetap yang termasuk ke dalam komponen ini
adalah :
1) Biaya penyusutan
2) Biaya bunga modal investasi
3) BiBaya asuransi
4) Biaya pajak
5) Biaya (beban) garasi atau gudang
6) Biaya dan sosial, sumbangan dan lain-lain
n n
Crf = IN x ( 1 + IN) / (( 1 + IN ) - 1)
Dimana :
AN = biaya penyusutan pertahun (Rp/thn)
Crf = faktor konversi pengembalian modal atau capital recovery faktor
IN = bunga modal pertahun (%/th)
n = umur ekonomis alat dan mesin pasca panen (tahun)
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 15
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
I x P ( N + 1)
I = ------------------------
2N
Dimana :
I = biaya bunga modal dan asuransi (Rp/tahun)
i = tingkat bunga modal dan persen asuransi (%)
P = harga awal alat (Rp)
N = umur ekonomis alat (tahun)
Biaya pajak yang dikenakan adalah sebesar dua persen (2%) dari
harga awal alat (pajak ini selalu berubah sesuai dengan peraturan dari
pemerintah).
BP = Pp x P
Dimana :
Bp = biaya untuk pajak (Rp/th)
Pp = persen biaya pajak (2% atau 0.02)
P = harga awal alat (Rp)
Biaya garasi atau bangunan untuk alat dan mesin pertanian dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Bg = Pg x P
Dimana :
Bg = biaya garasi (Rp/tahun)
Pg = persen biaya garasi (1% atau 0.01)
P = harga awal alat (Rp)
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 16
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Bb = Kb x Hb
Dimana :
Bb = biaya bahan bakar (Rp/jam)
Kb = konsumsi bahan bakar (liter/jam)
Hb = harga bahan bakar (Rp/liter)
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 17
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Biaya pelumasan (oli dan gemuk) dari alat dan mesin pasca panen
dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Bp = Kp x Hp
Dimana :
Bp = biaya pelumasan (Rp/jam)
Kp = konsumsi pelumas (liter/jam)
Hp = harga pelumas (Rp/liter)
1,2 %
Br = --------------- x ( P – 0,1 P)
100 jam
Dimana :
Br = biaya pemeliharaan ( Rp/jam)
V = harga awal alat mesin pertanian ( Rp)
1 hari
Bo = U x ---------------- x Jo
Jk
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 18
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Dimana :
Bo = biaya operator alat mesin pasca panen (Rp/jam)
U = upah kerja orang per hari (Rp/ hari)
Jk = jam kerja (jam/hari)
Jo = jumlah operator (orang)
2. Indikator Finansial.
1) Pendekatan persamaan
Pendekatan pertama untuk menghitung titik impas adalah metode
persamaan. Pendekatan persamaan dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan berikut :
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 19
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Dimana :
Btt = biaya tidak tetap
Bt = biaya tetap
Dimana :
CM = pendekatan marginal
Btt = biaya tidak tetap
Bt = biaya tetap
X = BEP (dalam unit yang dijual)
BEP = Break Even Point
3) Pendekatan grafis
Dengan asumsi bahwa fungsi dari penjualan dan fungsi dari biaya-
biaya adalah linier, maka fungsi-fungsi tersebut dapat digambarkan
seperti pada terlihat pada gambar 3. Rumus titik impas (BEP)
adalah :
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 20
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Bt
BEP = -------------------------------------------------
Harga jual per unit – Btt per unit
Bt
BEP = -----------------------------------------------
1 – Btt / Hasil penjualan
Rp Pendapatan
Biaya pokok
H BEP
Biaya operasi
Bt Biaya tetap
0 Q Unit
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 21
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
NPV adalah nilai sekarang dari sejumlah uang yang akan diterima
dimasa yang akan datang dan dikonversikan kemasa sekarang dengan
mengunakan tingkat bunga yang terpilih, persamaannya adalah :
n Xn
NPV = ∑ -----------
0 (1 + i)n
Dimana :
Xn = Jumlah pendapatan dengan pengeluaran setiap tahun
n = Umur ekonomis alat mesin (tahun operasi)
I = Bunga uang pertahun (discount rate)
Dimana :
C = biaya pengeluaran
CF = pendapatan
n = umur ekonomis alat mesin (tahun operasi)
Vn = nilai akhir alat mesin diakhir umur ekonomis
K = bunga bank
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 22
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
n Bt - Ct
NPV = ∑ -----------------
t=0 (1 + I)n
Dimana :
Bt = pendapatan pada tahun ke t
Ct = biaya pengeluaran pada tahun ke t
i = bungan bank pertahun (discount rate)
n = Umur ekonomis (tahun)
Dimana :
C = biaya pengeluaran
CF = pendapatan
n = umur ekonomis
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 23
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
n Bt - Ct
∑ ----------------- = 0 = NPV
t=0 (1 + IRR)n
Dimana :
Bt = pendapatan pada tahun ke t
Ct = biaya pengeluaran pada tahun ke t
NPV1
IRR = i1 + (i2 – i1) x ------------------------
(NPV1 – NPV2)
Dimana :
i1 = bunga yang mendapatkan nilai NPV1 (positif)
i2 = bunga yang mendapaykan nilai NPV2 (negatif)
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 24
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
return (IRR) yang lebih rendah dari pada bunga modal harus ditolak.
Sebab jika hasil usaha yang disebutkan tadi diterima maka untuk
memaksimalisasi nilai tambah bagi pemiliknya tidak akan tercapai.
d. Perbandingan untung dan biaya bersih (Net Benefit Cost Ratio = Net
B/C Ratio)
A.W. (pendapatan)
B/C = --------------------------------------
A.W. (biaya bersih total)
B
B/C = ---------------------------------------
C.R. + (O + M)
Dimana :
A.W. = nilai tahunan
B = nilai tahunan keuntungan bersih (keuntungan kotor dikurangi
biaya-biaya) untuk pemakai
C.R. = biaya pemulihan modal atau biaya tahunan ekuivalen dari
nilai investasi permulaan, termasuk setiap nilai jual lagi.
O + M = biaya operasional bersih tahunan seragam dan pembayaran
pemeliharaan.
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 25
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Metode Cost Benefit Ratio Index ini mencari hasil dalam bentuk
ratio dengan cara membagi nilai sekarang dari seluruh pendapatan, dan
dari suatu usaha secara membungakannya dengan bunga dibagi dengan
biaya usaha.
Hasil-hasil yang segera didapat kemudian dipertimbangkan untuk
dipilih adalah yang cost benefit ratio atau probability indexnya sama atau
lebih besar dari satu ( >1 ), sebab cost benefit ratio yang kuang dari satu (
< 1 ) menggambarkan nilai sekarang dari pendapatan adalah lebih rendah
dari pengeluarannya, dan hasil-hasil yang seperti itu harus di tolak.
Dimana :
CBR = cost benefit ratio
C = biaya pengeluaran
CF = pendapatan pada tahun ke n
n = masa hidup ekonomis dari pada usaha
Vn = nilai akhir dari pada hasil pada akhir masa
ekonomisnya
k = bunga bank (discount rate)
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 26
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
X
Net B/C Ratio = -------
Y
Dimana :
X = nilai kini dari semua pendapatan
Y = nilai kini dari semua biaya
Ls - Lg
UT = ------------------- x cf
KAP
Dimana :
UT = Jumlah kebutuhan (unit) alat dan mesin pasca panen di
suatu wilayah/daerah.
Ls = Luas lahan hamparan atau produksi yang tersedia untuk
digarap/ diolah oleh alat mesin pasca panen.
Lg = Luas lahan hamparan atau produksi yang dapat digarap/
diolah oleh sumber tenaga (manusia dan hewan serta alat
mesin pasca panen) yang ada di daerah tersebut
KAP = kapasitas kerja sarana alat dan mesin pasca panen yang
akan diintroduksikan untuk digunakan.
Cf = Coefisien faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan
sosial.
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 27
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
b. Tingkat Propinsi
1) Menyusun petunjuk pelaksanaan pendayagunaan, pengembangan
dan pengelolaan alat mesin pasca panen sebagai penjabaran dari
pedoman umum yang dibuat Pokja pengembangan sarana alat
mesin pasca panen pusat.
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 28
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 29
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 30
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
VII. PENUTUP
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 31