You are on page 1of 31

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Program pembangunan pertanian yang berorientasi pada sistem dan


usaha agribisnis, pada pokoknya harus dikembangkan agar sesuai dengan
proses pergeseran mendasar dari masyarakat tradisional/ subsisten menjadi
masyarakat modern berbasis pertanian yang merupakan rangkaian upaya untuk
memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya usaha pertanian secara
komersial untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani.
Upaya-upaya pembangunan pertanian tersebut dilaksanakan dengan
pendekatan sistem dan usaha agribisnis yang berarti mencakup upaya-upaya
pada keseluruhan subsistem agribisnis yang meliputi subsistem hulu yang
termasuk di dalamnya adalah sarana produksi pertanian (agrokimia, sarana alsin
pertanian, perbenihan/ pembibitan); subsistem produksi pertanian ( budidaya
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan); dan subsistem
hilirnya yang termasuk diantaranya pengolahan, pemasaran dan distribusi hasil
pertanian serta sub sistem jasa pendukungnya
Penerapan dan pengembangan sarana alat mesin pasca panen dalam
mendukung pembangunan agroindustri dan agribisnis mempunyai peranan yang
sangat penting dalam rangka meningkatkan efisiensi, produktivitas dan
perbaikan mutu hasil pertanian. Sarana alat mesin pasca panen merupakan
salah satu masukan teknologi yang mendukung pengembangan sistem dan
usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan
terdesentralisasi, dimana keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat
tani di pedesaan.
Peranan sarana alat dan mesin pasca panen adalah meningkatkan nilai
tambah dan mutu hasil pertanian dengan memperbaiki penanganan pasca
panen hasil pertanian.
Sarana alat dan mesin pasca panen kini telah menjadi kebutuhan dasar
dalam mendukung keberhasilan pembangunan agroindustri dan agribisnis

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 1
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

nasional. Hal tersebut terkait dengan upaya peningkatan produksi, menurunkan


kehilangan hasil dan meningkatkan efisiensi usaha agribisnisnya. Dalam rangka
akselerasi pengembangan alat dan mesin pasca panen tersebut, pemerintah
telah mengembangkan berbagai kebijakan yang mendukung, salah satu
diantaranya melalui pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin (UPJA) di
bidang pasca panen dan Lumbung Desa Modern (LDM)
Pelayanan jasa alat mesin pasca panen (UPJA/LDM) sebagai suatu
usaha bisnis sangat terkait dengan peningkatan kinerja usaha agribisnis,
terutama dalam hal kelancaran penyediaan sarana, bahan baku dan mutu hasil
pertanian. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu bentuk
pengembangan usaha jasa alat mesin pasca panen yang melibatkan
perusahaan/ industri pengolahan pangan guna menjalin kerjasama yang sinergis
dalam meningkatkan kinerja usaha pelayanan jasa alat mesin pasca panen dan
perbengkelan. Bila memungkinkan atau bila tidak terdapat UPJA/ LDM di sekitar
perusahaan/ industri pengolahan pangan, maka perusahaan tersebut dapat
mengembangkan usaha jasa alat mesin dan bengkel secara mandiri.
Kemitraan antara perusahaan/ industri pengolahan pangan dengan usaha
pelayanan jasa alat mesin pasca panen perlu dilakukan untuk mendorong
pengembangan dan mengoptimalkan kinerja usaha jasa alat mesin melalui
penyediaan peralatan dan mesin, perbaikan alat dan suku cadang serta
bimbingan teknis dan manajemen usaha jasa alat mesin pasca panen di suatu
wlayanh/ daerah. Dengan berkembangnya usaha jasa alat mesin pasca panen
diharapkan dapat mempercepat alih teknologi kepada masyarakat tani,
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan nilai tambah, memperbaiki
penanganan panen dan pasca panen, menurunkan kehilangan hasil dan
perbaikan mutu hasil yang pada akhirnya akan berdampak kepada peningkataan
kinerja dari perusahaan/ industri pengolahan pangan serta terbentuknya proses
industrialisasi dalam menunjang pembangunan agroindustri di pedesaan.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

2. Pengertian

Untuk menyamakan persepsi, dalam pedoman pengelolaan UPJA/ LDM,


digunakan beberapa istilah antara lain :
a. Sarana alat mesin pasca panen
Adalah peralatan dan mesin yang dioperasionalkan dengan motor
penggerak maupun tanpa motor penggerak untuk kegiatan penanganan
pasca panen yaitu mulai saat panen sampai dengan menyiapkan bahan
baku untuk industri.
b. UPJA pasca panen/ LDM
Adalah suatu unit usaha yang mengusahakan pelayanan jasa alat mesin
pasca panen seperti alat pemanen (reaper), alat perontok (thrseser), alat
pengering (dryer), penggilingan padi (RMU), dan lain-lain. Fungsi UPJA/
LDM adalah melakukan kegiatan ekonomi dalam bentuk usaha
penyewaan jasa alat mesin pasca panen. UPJA/ LDM sebagai lembaga
ekonomi pedesaan harus melaksanakan optimalisasi penggunaan alat
mesin tersebut guna mendapatkan keuntungan usaha, dan dikelola
berdasarkan skala ekonomi yang berorientasi pasar dan didukung oleh
sumberdaya manusia yang professional.
c. Asosiasi UPJA/ LDM
Merupakan perkumpulan pengusaha-pengusaha UPJA/ LDM yang
bersifat sosial untuk meningkatkan kinerja anggotanya menuju ke arah
hasil guna dalam pengelolaan sarana alat mesin pasca panen sehingga
dapat meningkatkan pendapatan daan kesejahteraan para anggotanya.
d. UPJA/ LDM Profesional
Adalah UPJA/ LDM dan kelembagaannya yang dikelola oleh manajer
UPJA/ LDM secara professional dengan memperhatikan prinsip
profesionalisme yang dicirikan dengan berorientasi bisnis yang sehat
secara teknis, ekonomi dan sosial layak, menguntungkan, berkelanjutan
serta berdasarkan pada prinsip kemitraan yang saling membutuhkan,
saling memperkuat dan saling menguntungkan.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 3
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

e. Jenis alat mesin pasca panen


Jenis-jenis alat mesin pasca panen yang dapat dioperasionalkan oleh
UPJA/ LDM Padi adalah sebagai berikut :
1. Alat mesin pemanen (reaper)
2. Alat mesin perontok (thresher)
3. Alat mesin pembersih (cleaner)
4. Alat mesin penggilingan padi (RMU)
5. Alat mesin pengering (drier)
6. Alat mesin pemisah (grader)
7. Alat mesin pengarungan (bag closer)
8. Alat mesin pengemas
9. dan lain-lain

3. Manfaat
Diharapkan Pedoman Umum Pengelolaan Usaha Pelayanan Jasa Alat
Mesin Pasca Panen ini dapat menjadi acuan bagi petani/ kelompok tani atau
gabungan kelompok tani, dan pengusaha UPJA/ LDM dalam pengelolaan jasa
alat mesin pasca panen sehingga terjadi penurunan kehilangan hasil dan
peningkatan jumlah maupun mutu hasil melalui pemanfaatan jasa sarana alat
mesin pasca panen yang optimal, efektif dan efisien.

II. PEMBENTUKAN UPJA/ LDM

Model yang diterapkan adalah dengan menggunakan perusahaan UPJA/


LDM yang dibina oleh Direktorat Penanganan Pasca Panen, Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Jakarta dan Dinas Pertanian
Propinsi/ Kabupaten/ Kota, sebagai pusat atau titik awal dari pengembangaan
agribisnis perberasan di daerah. UPJA/ LDM ini disamping sebagai penyedia
sarana alat mesin pasca panen juga diharapkan dapat menyediakan suku
cadang dan melakukan perawatan alat mesin pasca panen tersebut. Sehingga
diharapkan berfungsi sebagai motor penggerak kelembagaan UPJA/ LDM di

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 4
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

daerah. Disamping itu juga berfungsi sebagai penghubung dengan pihak


lembaga keuangan/ bank (pemilik modal) untuk mendapatkan modal kerja/
kredit. UPJA/ LDM diharapkan dapat bermitra dengan petani/ kelompok tani
sebagai pengguna jasa alat mesin pasca panen dalam kawasan agribisnis.
UPJA/ LDM ini diharapkan dapat berkembang menjadi usaha yang berbadan
hukum seperti Badan Usaha Milik Petani (BUMP), Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), Koperasi atau Perusahaan Persero (PT).

III. OPERASIONALISASI UPJA/ LDM

Jenis dan jumlah sarana alat mesin pasca panen pada setiap UPJA/ LDM
sangat tergantung pada kemampuan dari pengelola dan kebutuhan sarana alat
mesin pasca panen tersebut di suatu wilayah/ daerah. Jenis sarana alat mesin
pasca panen yang diperlukan oleh pengusaha UPJA/ LDM disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan wilayah/ daerah setempat. Sedangkan jumlah sarana alat
mesin pasca panen yang akan dikelola oleh UPJA/ LDM diarahkan agar
mencapai skala ekonomi yang optimum. Operasionalisasi UPJA/ LDM dilakukan
melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Persiapan

a. Identifikasi
Dalam rangka menumbuhkembangkan UPJA/ LDM, harus diawali dengan
identifikasi untuk mengumpulkan data-data sebagai dasar dari kegiatan
selanjutnya. Identifikasi UPJA/ LDM dan kelembagaan pendukung,
meliputi identifikasi tentang :
1) Luas wilayah, produksi dan kondisi spesifik lokasi penumbuhan/
pengembangan
2) Populasi sarana (jenis dan jumlah sarana alat mesin pasca panen)
yang ada (masih operasional).

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 5
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

3) Jumlah UPJA/ LDM yang ada dan rencana pembentukan UPJA/


LDM baru
4) Jumlah bengkel (jenis usaha bengkel, kepemilikan asset)
5) Jumlah petani/ kelompoktani/ gabungan kelompok tani/ kecamatan
pasca panen pengguna sarana alat mesin pasca panen
6) Pola tanam dan panen serta jumlah produksinya
7) Pemasaran

b. Penyusunan Pedoman Kerja UPJA/ LDM


Penyusunan Pedoman Kerja UPJA/ LDM disusun untuk menentukan
rencana kerja pelayanan UPJA/ LDM kepada kelompok tani/ petani
pengguna alat mesin pasca panen di suatu wilayah/ daerah.

c. Koordinasi Kelembagaan
Koordinasi kelembagaan dilakukan dengan mengadakan pertemuan yang
dihadiri petani/ kelompoktani, manajer UPJA/ LDM, pemilik bengkel,
lembaga permodalan/ bank dan penyuluh/ petugas pertanian setempat
serta diikuti dengan penyiapan petunjuk pelaksanaan, pelatihan atau
bimbingan teknis dan manajemen serta penyediaan sarana permodalan/
bank dan lain-lain.

2. Penetapan Kriteria

a. Lokasi
1) Dipilih kabupaten/ kecamatan sentra produksi pertanian
2) Dari kabupaten/ kecamatan bersangkutan dipilih desa (wilayah
sentra) yang memiliki populasi alat mesin pasca panen yang
terbanyak
3) Harus memiliki bengkel/ pengrajin alat mesin pasca panen.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 6
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

b. Kelembagaan UPJA/ LDM


1) Memiliki sarana alat mesin pasca panen sesuai kebutuhan.
2) Telah memiliki pelayanan jasa alat mesin pasca panen di lokasi
tersebut
3) Memiliki organisasi, minimal ada seorang pemilik (manajer) dan
ada operator yang mengoperasikan alat mesin pasca panen yang
bersangkutan
4) Manajer dan operator memiliki sikap untuk memajukan UPJA/ LDM
tersebut.

c. Kelembagaan Pendukung
1) Terdapat bengkel yang dapat berfungsi sebagai tempat
memproduksi/ merakit sarana alat mesin pasca panen, perawatan
dan perbaikan alat mesin pasca panen di lokasi bersangkutan.
Bengkel/ pengrajin alat mesin tersebut dapat berupa bengkel milik
BUMN/ BUMD atau BUMP (Badan Usaha Milik Petani), koperasi
maupun bengkel / pengrajin swasta.
2) Terdapat lembaga permodalan/ bank minimal di kabupaten yang
bersangkutan
3) Terdapat penyuluh/ petugas pertanian di lokasi bersangkutan
sebagai pendamping/ pembina lapangan.

3. Pelatihan

Pelatihan dan uji coba dilakukan setelah peralatan mesin pasca panen
diterima oleh pengelola UPJA/ LDM baik yang berasal dari bantuan dana
dekonsentrasi, APBD maupun yang dibeli langsung oleh kelompok UPJA/ LDM
sendiri. Pada tahap ini peran Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/ Kota
sangat menentukan keberhasilan pengelolaan sarana alat mesin pasca panen
oleh UPJA/ LDM. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat dihasilkan SDM UPJA/
LDM yang profesional.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 7
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Tujuan Pelatihan/ workshop UPJA/ LDM ini adalah untuk meningkatkan


kemampuan dan keterampilan peserta pelatihan (manajer dan operator UPJA/
LDM) dimana materi pelatihan meliputi kelompok teknis operasional, bisnis dan
manajemen usaha serta pengoperasian alat mesin pasca panen secara bisnis,
dengan rincian sebagai berikut :

a. Kelompok teknis operasional


1) Teknis pengoperasian sarana alat mesin pasca panen
2) Cara-cara perawatan dan perbaikan sarana alat mesin pasca
panen

b. Kelompok bisnis
1) Analisis ekonomi penggunaan sarana alat mesin pasca panen
2) Pembukuan usaha jasa sarana alat mesin pasca panen
3) Sumber permodalan usaha
4) Promosi jasa sarana alat mesin pasca panen

c. Kelompok manajemen usaha


1) Perencanaan usaha jasa sarana alat mesin pasca panen
2) Pengorganisasian usaha
3) Kerjasama usaha/ kemitraan usaha
4) Kewirausahaan

d. Pengoperasian alat mesin pasca panen secara bisnis


Dalam pelaksanaan usaha pelayanan jasa alat mesin pasca panen
perlu dilakukan melalui penerapan sistem manajemen usaha secara
benar. Setiap kelompok UPJA/ LDM harus berusaha untuk mencapai
kapasitas kerja optimal dengan cara bekerjasama/ bermitra dengan
petani/ kelompok tani/ Forum Kecamatan Pasca Panen di daerah.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 8
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Peserta pelatihan adalah operator, kelompok tani/ petani pengguna dan


pengelola UPJA/ LDM, dengan perincian sebagai berikut :

a. Operator :
1) Operator sarana alat mesin pasca panen pada UPJA/ LDM dan
pemilik bengkel yang ada di lokasi setempat meskipun terdapat
jenis bengkel yang beragam, bengkel tersebut dapat
dikelompokkan untuk dilatih/ di bimbing.
2) Materi pelatihan utama adalah cara penggunaan yang benar,
perawatan dan perbaikan alat mesin pasca panen.
3) Jika ada kesempatan, pemilik bengkel ini dilatih untuk dapat
merakit/ membuat alat mesin pasca panen sendiri.

b. Kelompok UPJA
1) Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan SDM pengelola UPJA/ LDM
2) Peserta pelatihan adalah manajer dan operator
3) Materi pelatihan meliputi bidang teknis, ekonomis, manajemen usaha
alat mesin pasca panen

c. Kelompok tani/ petani :


1) Semua kelompok tani/ petani yang ada di lokasi setempat perlu
diberikan pengetahuan tentang pentingnya arti penggunaan/
pemanfaatan alat mesin pasca panen.
2) Materi yang diberikan antara lain adalah analisis rugi laba
penggunaan alat mesin pasca panen dalam mendukung operasional
usaha agribisnisnya

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 9
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

4. Penumbuhan UPJA/LDM

Untuk menumbuhkan UPJA/ LDM, maka perlu diperhatikan hal-hal


sebagai berikut :
a. Bila di lokasi terpilih belum ada UPJA/ LDM, maka perlu dibentuk UPJA/
LDM baru
b. Bila di lokasi terpilih telah ada UPJA/ LDM maka alokasi alat mesin pasca
panen diarahkan kepada UPJA/ LDM yang telah ada dengan menambah
alat mesin pasca panen tambahan agar sejauh mungkin jumlah alat mesin
dapat memenuhi kebutuhannya baik jumlah maupun kapasitasnya.
c. Penetapan UPJA/ LDM yang dipilih berdasarkan pada jumlah alat mesin
pasca panen yang sudah ada untuk lokasi tersebut dan juga disesuaikan
dengan luas hamparan atau produksi di lokasi yang terpilih.
d. Bila di lokasi hamparan atau sentra produksi yang terpilih kurang
memadai, maka pembentukan UPJA/ LDM disesuaikan dengan kondisi
lapangan.

IV. KELEMBAGAAN UPJA/ LDM

Dalam operasionalisasinya, koordinasi kelembagaan UPJA/ LDM adalah


sebagai berikut :
f. Melakukan pertemuan secara berkala yang dihadiri petani/ kelompok tani,
manajer UPJA/ LDM, pemilik bengkel dan penyuluh/ petugas pertanian
setempat
g. Menyiapkan petunjuk pelaksanaan
h. Memberi pelatihan dan pembinaan/ pendampingan
i. Memfasilitasi permodalan melalui lembaga keuangan (bank, koperasi,
perusahaan swasta dan sebagainya).

Kekuatan kelembagaan di dalam sistem pengelolaan UPJA/ LDM harus


berorientasi pada :

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 10
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

a. Profesionalisme dalam pengelolaan usaha yang harus benar-benar


dilandasi ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan dan sikap mental
para pengelola
b. Skala ekonomi menjadi pertimbangan guna mendapatkan keuntungan
usaha yang layak guna menjamin keberlanjutan usahanya
c. Berorientasi pasar dalam usahanya
d. Tumbuh dari bawah (bottom up) karena tuntutan pasar
e. Berkembang secara mandiri serta mampu beradaptasi dengan kondisi
sosial setempat.

Kelembagaan UPJA/ LDM dapat diwujudkan menjadi pelaku ekonomi


yang kuat di daerah, sebagai pilar penopang dan sekaligus sebagai motor
penggerak pembangunan agribisnis dan agroindustri di daerah. Untuk itu
kelembagaan UPJA/ LDM dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
a. Kelembagaan dalam pelayanan jasa alsin pasca panen
Dalam bentuk operasional kelembagaan ini adalah adanya seorang yang
bertanggung jawab dalam mengelola alat mesin pasca panen hasil
pertanian, dalam hal ini disebut manajer yang dalam pengelolaannya
dibantu oleh beberapa operator. Apabila usaha pelayanan jasa alat
mesin pasca panen ini sudah berkembang, maka UPJA/ LDM dapat
dilengkapi dengan tenaga mekanik, petugas yang mengatur urusan
keuangan usaha atau kerjasama kemitraan dengan bengkel alat mesin
pasca panen yang terdekat.
b. Kelembagaan dalam penyediaan sarana alat mesin pasca panen
Dalam hal ini yang perlu dikembangkan adalah :
1) Produsen/ pabrikan sarana alat mesin pasca panen
2) Usaha perbengkelan sarana alat mesin pasca panen
3) Dealer sarana alat mesin pasca panen dan suku cadang yang
diperlukan

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 11
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

c. Kelembagaan dalam penggunaan jasa sarana alat mesin pasca panen


Dalam hal ini yang dikembangkan adalah unit-unit usaha yang dipimpin
oleh petani selaku manajer usaha. Fungsi utama kelembagaan ini adalah
memanfaatkan seoptimal mungkin jasa sarana alat mesin dari UPJA/ LDM
dalam melakukan kegiatan usahanya baik dalam panen dan pasca panen.

d. Kelembagaan permodalan
Kelembagaan ekonomi yang terkait dalam UPJA/ LDM memerlukan
permodalan untuk kelangsungan usahanya. Sumber modal tersebut
dapat berasal dari lembaga perbankan atau lembaga keuangan non bank
atau dari hasil setoran UPJA/ LDM tersebut. Lembaga keuangan tersebut
dalam beroperasinya dapat melayani kebutuhan petani/ kelompok tani,
pengrajin/ bengkel alat mesin pasca panen, dealer maupun pengusaha
pelayanan jasa alat mesin pasca panen secara komersial

e. Kelembagaan pembinaan dan pengendalian


Lembaga ini merupakan keikutsertaan aparatur pemerintah (Pemda) baik
di tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten/ kota yang bertanggung
jawab dalam penyuluhan/ pembinaan/ pendampingan sesuai dengan
fungsi dan tugas pokoknya

A. Indikator Keberhasilan UPJA/ LDM

Keberhasilan dalam pengembangan UPJA/ LDM dapat diukur


berdasarkan indikator sebagai berikut :
a. Kegiatan panen dan pasca panen di seluruh daerah/ wilayah hamparan
selalu menggunakan dan memanfaatkan alat mesin pasca panen yang
dikelola oleh UPJA/ LDM
b. Bertambahnya konsumen/ pelanggan pengguna alat mesin pasaca panen
yang dipunyai oleh UPJA/ LDM
c. Meningkatnya modal kerja UPJA/ LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 12
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

d. Bertambahnya asset yang dimiliki UPJA/ LDM


e. Tertibnya sistem pencatatan dan pelaporan arus uang dan barang di
dalam UPJA/ LDM
f. Terjalinnya kerjasama kemitraan yang baik diantara subsistem -
subsistem dalam pelaksanaan UPJA/ LDM yang meliputi bengkel/
pengrajin, perbankan, petani/ kelompoktani, dan pabrikan/ perusahaan
alat mesin pasca panen dan lain-lain.

V. ANALISA EKONOMI PENGGUNAAN SARANA ALAT MESIN


PASCA PANEN.

Analisa ekonomis usaha jasa alat mesin pasca panen, dapat dibagi dalam
beberapa tahap perhitungan seperti :

1. Biaya
Komponen biaya terdiri dari :
a. Biaya Tetap (Fix Cost)
b. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

2. Finansial
Indikator finansial terdiri dari :
a. Titik Impas (Break Even Point = BEP)
b. Nilai bersih sekarang (Net Present Value = NPV)
c. Tingkat laba intern (Internal Rate of Return = IRR)
d. Perbandingan untung dan biaya bersih (Net Benefit – Cost Ratio =
Net B/C Ratio)

3. Estimasi kebutuhan alat mesin pasca panen.

Tahap-tahap analisa ekonomi penggunaan alat mesin pasca panen,


secara rinci adalah sebagai berikut :

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 13
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

1. Biaya

Biaya pokok penggunaan alat dan mesin pasca panen sangat


ditentukan oleh empat faktor, yaitu : a) biaya tetap, b) biaya operasional,
c) jam penggunaan per tahun, dan d) kapasitas atau kemampuan kerja
alat dan mesin pasca panen.
Disamping komponen biaya tetap ini, maka biaya resiko, margin
dan over head perlu pula ditambah dalam struktur biaya pokok
penggunaan alat dan mesin pasca panen. Umur ekonomis alat dan mesin
pasca panen sangat penting dalam perhitungan biaya pokok dimana mutu
dan desain alat dan mesin, perbaikan dan pemeliharaan yang teratur,
operator yang baik dan terampil sangat diperlukan untuk efisiensi operasi
alat dan mesin pasca panen.
Besarnya nilai biaya pokok penggunaan alat dan mesin pasca
panen dapat dihitung dengan rumus matematika sederhana sebagai
berikut :

BP = ( AN / X + B ) x KAP

Dimana :
BP = biaya pokok penggunaan alat mesin pasca panen per unit
AN = biaya tetap per tahun (Rp/th)
X = jumlah jam kerja per tahun (jam/th)
B = biaya operasional per jam (Rp/jam)
KAP = kapasitas kerja (jam/unit)

a. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung dari sistem


pemakaian alat mesin tersebut. Dengan kata lain bahwa biaya tetap

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 14
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

perjam tidak berubah dengan perubahan jam kerja tiap tahun dari
pemakaian alat dan mesin pasca panen tersebut. Ini berarti bahwa biaya
ini tetap dihitung sebagai pengeluaran walaupun alat dan mesin itu tidak
dipergunakan.
Unsur-unsur biaya tetap yang termasuk ke dalam komponen ini
adalah :
1) Biaya penyusutan
2) Biaya bunga modal investasi
3) BiBaya asuransi
4) Biaya pajak
5) Biaya (beban) garasi atau gudang
6) Biaya dan sosial, sumbangan dan lain-lain

Selanjutnya nilai atau biaya penyusutan dihitung dengan nilai


bunga berbunga hingga diperoleh rumus sebagai berikut :

AN = Crf x (Harga beli – Nilai akhir)

n n
Crf = IN x ( 1 + IN) / (( 1 + IN ) - 1)

Dimana :
AN = biaya penyusutan pertahun (Rp/thn)
Crf = faktor konversi pengembalian modal atau capital recovery faktor
IN = bunga modal pertahun (%/th)
n = umur ekonomis alat dan mesin pasca panen (tahun)

Biaya bunga modal dan asuransi dapat dihitung dengan persamaan


berikut :

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 15
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

I x P ( N + 1)
I = ------------------------
2N

Dimana :
I = biaya bunga modal dan asuransi (Rp/tahun)
i = tingkat bunga modal dan persen asuransi (%)
P = harga awal alat (Rp)
N = umur ekonomis alat (tahun)

Biaya pajak yang dikenakan adalah sebesar dua persen (2%) dari
harga awal alat (pajak ini selalu berubah sesuai dengan peraturan dari
pemerintah).

BP = Pp x P

Dimana :
Bp = biaya untuk pajak (Rp/th)
Pp = persen biaya pajak (2% atau 0.02)
P = harga awal alat (Rp)

Biaya garasi atau bangunan untuk alat dan mesin pertanian dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Bg = Pg x P

Dimana :
Bg = biaya garasi (Rp/tahun)
Pg = persen biaya garasi (1% atau 0.01)
P = harga awal alat (Rp)

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 16
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

b. Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap adalah biaya yang saling berhubungan erat


dengan penggunaan sarana alat dan mesin pasca panen. Dengan kata
lain biaya tidak tetap adalah biaya operasi yang dikeluarkan untuk
berbagai keperluan yang diperlukan untuk menjaga kelancaran operasi
alat dan mesin pasca panen tersebut. Biaya operasi ini baru ada bila alat
dan mesin pasca panen dioperasikan dan besarnyapun berbeda-beda
tergantung pada jam operasi, jenis pekerjaan serta usia penggunaan alat
dan mesin pasca panen tersebut tersebut.

Biaya operasi atau biaya tidak tetap, terdiri dari :


1) Biaya bahan bakar
2) Biaya pelumas
3) Biaya perawatan
4) Biaya reparasi/ perbaikan
5) Biaya operator
6) Biaya pihak ke tiga (calo)

Biaya bahan bakar merupakan biaya yang dikeluarkan untuk


pemakaian bahan bakar pada waktu operasi dan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :

Bb = Kb x Hb

Dimana :
Bb = biaya bahan bakar (Rp/jam)
Kb = konsumsi bahan bakar (liter/jam)
Hb = harga bahan bakar (Rp/liter)

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 17
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Biaya pelumasan (oli dan gemuk) dari alat dan mesin pasca panen
dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Bp = Kp x Hp

Dimana :
Bp = biaya pelumasan (Rp/jam)
Kp = konsumsi pelumas (liter/jam)
Hp = harga pelumas (Rp/liter)

Biaya pemeliharaan adalah biaya perbaikan dan perawatan alat


dan mesin pasca panen selama operasi, biaya perawatan dapat dihitung
dengan persamaan berikut :

1,2 %
Br = --------------- x ( P – 0,1 P)
100 jam

Dimana :
Br = biaya pemeliharaan ( Rp/jam)
V = harga awal alat mesin pertanian ( Rp)

Biaya operator dihitung berdasarkan pada penerimaan operator per


hari dibandingkan dengan jumlah jam kerja alat mesin pengolahan per
hari, dan dihitung dengan persamaan berikut :

1 hari
Bo = U x ---------------- x Jo
Jk

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 18
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Dimana :
Bo = biaya operator alat mesin pasca panen (Rp/jam)
U = upah kerja orang per hari (Rp/ hari)
Jk = jam kerja (jam/hari)
Jo = jumlah operator (orang)

2. Indikator Finansial.

a. Titik impas (Break Even Point = BEP)

Analisis titik impas (BEP) merupakan suatu indikator di dalam


perencanaan pemasaran suatu alat mesin pasca panen. Hal ini penting
untuk dapat menilai apakah biaya investasi yang akan dilakukan memang
dapat diandalkan. Dengan perencanaan pemasaran suatu alat mesin
pasca panen berdasarkan hasil dari biaya investasi dapat menutupi
sekalian biaya tetap dan biaya tidak tetapnya. Jika hanya memiliki biaya
tidak tetap saja maka analisis titik impas ini tidak ada manfaatnya sama
sekali. Selanjutnya perlu di tekankan disini dalam menganalisis titik impas
haruslah secara jelas dibedakan antara biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Untuk menentukan titik impas dapat digunakan beberapa pendekatan
sebagai berikut :

1) Pendekatan persamaan
Pendekatan pertama untuk menghitung titik impas adalah metode
persamaan. Pendekatan persamaan dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan berikut :

Penjualan – (Btt – Bt) = Pendapatan bersih

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 19
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Penjualan = Btt + Bt + Pendapatan bersih

Dimana :
Btt = biaya tidak tetap
Bt = biaya tetap

2) Pendekatan marginal (Metode Contribution Margin/ CM)


CM = Penjualan – Btt
CM per unit = Harga jual per unit – Btt per unit

Bt + Pendapatan bersih yang diinginkan


X = ----------------------------------------------------------
CM per unit

Dimana :
CM = pendekatan marginal
Btt = biaya tidak tetap
Bt = biaya tetap
X = BEP (dalam unit yang dijual)
BEP = Break Even Point

3) Pendekatan grafis
Dengan asumsi bahwa fungsi dari penjualan dan fungsi dari biaya-
biaya adalah linier, maka fungsi-fungsi tersebut dapat digambarkan
seperti pada terlihat pada gambar 3. Rumus titik impas (BEP)
adalah :

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 20
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Dalam unit kuantitas

Bt
BEP = -------------------------------------------------
Harga jual per unit – Btt per unit

Dalam nilai (Rupiah)

Bt
BEP = -----------------------------------------------
1 – Btt / Hasil penjualan

Rp Pendapatan

Biaya pokok

H BEP

Biaya operasi

Bt Biaya tetap

0 Q Unit

Gambar 2. Analisis grafis titik impas

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 21
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

b. Nilai bersih sekarang (Net Present Value = NPV)

NPV adalah nilai sekarang dari sejumlah uang yang akan diterima
dimasa yang akan datang dan dikonversikan kemasa sekarang dengan
mengunakan tingkat bunga yang terpilih, persamaannya adalah :

n Xn
NPV = ∑ -----------
0 (1 + i)n

Dimana :
Xn = Jumlah pendapatan dengan pengeluaran setiap tahun
n = Umur ekonomis alat mesin (tahun operasi)
I = Bunga uang pertahun (discount rate)

Dengan metode Nilai Bersih Sekarang ini, maka produk yang


memberikan nilai yang positif merupakan investasi yang dapat
dilaksanakan dan yang memberikan nilai negatif harus ditolak, atau tidak
layak untuk diusahakan. Persamaan NPV adalah :

CF1 CF2 CFn Vn


NPV = -C + --------- + ---------- + ……… + ---------- + -----------
(1 + k) (1 + k)2 (1 + k)n (1 + k)n

Dimana :
C = biaya pengeluaran
CF = pendapatan
n = umur ekonomis alat mesin (tahun operasi)
Vn = nilai akhir alat mesin diakhir umur ekonomis
K = bunga bank

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 22
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Untuk menghitung besarnya nilai bersih kini dapat digunakan


rumus berikut :

n Bt - Ct
NPV = ∑ -----------------
t=0 (1 + I)n

Dimana :
Bt = pendapatan pada tahun ke t
Ct = biaya pengeluaran pada tahun ke t
i = bungan bank pertahun (discount rate)
n = Umur ekonomis (tahun)

c. Tingkat laba internal (Internal Rate of Return = IRR)

Tingkat laba internal dihitung dengan mencari tingkat bunga yang


menyamakan nilai sekarang dari sistem pembukuan yang akan datang
dengan biaya investasi. Metode ini mencari suatu tingkat bunga yang
membuat nilai sekarang (present value) dari pemasukan akan sama
dengan nilai pengeluaran saat sekarang (Karnadi, 1989).

Persamaan IRR, adalah sebagai berikut :

CF1 CF2 CFn Vn


IRR ; C = --------- + ---------- + …….. + ---------- + -----------
(1 + r) (1 + r)2 (1 + r)n (1 + r)n

Dimana :
C = biaya pengeluaran
CF = pendapatan
n = umur ekonomis

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 23
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Vn = nilai akhir dari alat mesin pada akhir umur ekonomis


r = tingkat bunga yang dicari, yaitu IRR yang membuat present
value dari pendapatan sama dengan pengeluaran (= C)

Untuk menghitung besarnya tingkat laba internal (IRR) dapat


digunakan rumus berikut :

n Bt - Ct
∑ ----------------- = 0 = NPV
t=0 (1 + IRR)n

Dimana :
Bt = pendapatan pada tahun ke t
Ct = biaya pengeluaran pada tahun ke t

Dengan mencoba-coba nilai bunga (r) sehingga diperoleh nilai NPV


positif dan nilai NPV negatif, maka untuk mencari nilai IRR yang membuat
nilai NPV sama dengan nol (0), rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :

NPV1
IRR = i1 + (i2 – i1) x ------------------------
(NPV1 – NPV2)

Dimana :
i1 = bunga yang mendapatkan nilai NPV1 (positif)
i2 = bunga yang mendapaykan nilai NPV2 (negatif)

Usulan hasil usaha yang memilki tingkat bunga pengembalian


(IRR) yang lebih tinggi dari pada bunga modal yang diminta merupakan
hasil-hasil yang dapat dipilih, sedangkan hasil dengan internal rate of

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 24
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

return (IRR) yang lebih rendah dari pada bunga modal harus ditolak.
Sebab jika hasil usaha yang disebutkan tadi diterima maka untuk
memaksimalisasi nilai tambah bagi pemiliknya tidak akan tercapai.

d. Perbandingan untung dan biaya bersih (Net Benefit Cost Ratio = Net
B/C Ratio)

Perbandingan keuntungan dan biaya dapat ditentukan sebagai


perbandingan nilai keuntungan ekuivalen terhadap nilai biaya ekuivalen.
Dalam teori ekonomi, nilai-nilai ekuivalen biasanya adalah annual worths
atau nilai tahunan (A.W.s) atau Present Worths atau nilai sekarang
(P.W.s), tetapi bisa juga Future Worths atau nilai yang akan datang
(F.W.s). Persamaan dari dari perbandingan untung dan biaya adalah :

A.W. (pendapatan)
B/C = --------------------------------------
A.W. (biaya bersih total)

B
B/C = ---------------------------------------
C.R. + (O + M)

Dimana :
A.W. = nilai tahunan
B = nilai tahunan keuntungan bersih (keuntungan kotor dikurangi
biaya-biaya) untuk pemakai
C.R. = biaya pemulihan modal atau biaya tahunan ekuivalen dari
nilai investasi permulaan, termasuk setiap nilai jual lagi.
O + M = biaya operasional bersih tahunan seragam dan pembayaran
pemeliharaan.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 25
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Metode Cost Benefit Ratio Index ini mencari hasil dalam bentuk
ratio dengan cara membagi nilai sekarang dari seluruh pendapatan, dan
dari suatu usaha secara membungakannya dengan bunga dibagi dengan
biaya usaha.
Hasil-hasil yang segera didapat kemudian dipertimbangkan untuk
dipilih adalah yang cost benefit ratio atau probability indexnya sama atau
lebih besar dari satu ( >1 ), sebab cost benefit ratio yang kuang dari satu (
< 1 ) menggambarkan nilai sekarang dari pendapatan adalah lebih rendah
dari pengeluarannya, dan hasil-hasil yang seperti itu harus di tolak.

CF1 CF2 CFn Vn


---------- + --------- + …….. + ---------- + ----------
(1 + k) (1 + k)2 (1 + k)n (1 + k)n
CBR = -------------------------------------------------------------------
C

Dimana :
CBR = cost benefit ratio
C = biaya pengeluaran
CF = pendapatan pada tahun ke n
n = masa hidup ekonomis dari pada usaha
Vn = nilai akhir dari pada hasil pada akhir masa
ekonomisnya
k = bunga bank (discount rate)

Perhitungan perbandingan untung dan biaya bersih dapat


dipergunakan rumus berikut :

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 26
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

X
Net B/C Ratio = -------
Y

Dimana :
X = nilai kini dari semua pendapatan
Y = nilai kini dari semua biaya

3. Estimasi Kebutuhan Alat Mesin Pasca Panen

Pendekatan matematik untuk menentukan jumlah kebutuhan


potensial alat dan mesin pengolahan disuatu wilayah/ daerah
menggunakan formula sebagai berikut :

Ls - Lg
UT = ------------------- x cf
KAP

Dimana :
UT = Jumlah kebutuhan (unit) alat dan mesin pasca panen di
suatu wilayah/daerah.
Ls = Luas lahan hamparan atau produksi yang tersedia untuk
digarap/ diolah oleh alat mesin pasca panen.
Lg = Luas lahan hamparan atau produksi yang dapat digarap/
diolah oleh sumber tenaga (manusia dan hewan serta alat
mesin pasca panen) yang ada di daerah tersebut
KAP = kapasitas kerja sarana alat dan mesin pasca panen yang
akan diintroduksikan untuk digunakan.
Cf = Coefisien faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan
sosial.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 27
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Formula di atas merupakan pendekatan untuk menghindari


pergeseran tenaga kerja yang ada di pedesaan yang didasari oleh
kepentingan socio-engineering.

VI. PEMBINAAN DAN MONITORING

Pembinaan terhadap UPJA/ LDM dilakukan oleh Kelompok Kerja (POKJA)


Pengembangan Alat Mesin Pasca Panen baik itu di tingkat Pusat, Propinsi
maupun Kabupaten/ Kota. Secara umum tugas-tugasnya adalah :
a. Tingkat Pusat
1) Menyusun perencanaan kebutuhan alat mesin pasca panen di
suatu wilayah/ daerah
2) Menyusun pedoman umum/ panduan pengelolaan alat mesin
pasca panen
3) Melakukan pelatihan/ bimbingan teknis dan manajemen terhadap
petugas/ penyuluh pertanian propinsi dan kabupaten/ kota dalam
pendayagunaan dan pengembangan alat mesin pasca panen
melalui UPJA/ LDM
4) Mengadakan temu usaha dan pameran/ gelar sarana dan teknololgi
pasca panen
5) Sebagai fasilitator antara produsen/ pabrikan, bengkel, pihak
perbankan sebagai penyedia dana, dan pengguna alat mesin
pasca panen baik petani/ kelompok tani maupun UPJA/ LDM.

b. Tingkat Propinsi
1) Menyusun petunjuk pelaksanaan pendayagunaan, pengembangan
dan pengelolaan alat mesin pasca panen sebagai penjabaran dari
pedoman umum yang dibuat Pokja pengembangan sarana alat
mesin pasca panen pusat.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 28
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

2) Mengawasi operasinalisasi dari petunjuk pelaksanaan


pendayagunaan, pengembangan dan pengelolaan alat mesin
pasca panen.
3) Memantau dan mengevaluasi serta melaporkan pelaksanaan
pengembangan alat mesin pasca panen pada UPJA/ LDM di
kabupaten/ kota.
4) Menyusun rencana kebutuhan sarana alat mesin pasca panen di
suatu wilayah/ daerah
5) Mengadakan pembinaan serta bimbingan teknis dan manajemen
terhadap petugas Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota dalam
pengembangan sarana alat mesin pasca panen melalui UPJA/
LDM.
6) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait

c. Tingkat Kabupaten/ Kota


1) Menyusun petunjuk teknis pengembangan dan pengelolaan sarana
alat mesin pasca panen sebagai penjabaran dari petunjuk
pelaksanaan yang disusun oleh Pokja pengembangan sarana alat
mesin pengolahan tingkat propinsi melalui UPJA/ LDM.
2) Membina dan membimbing kelompok UPJA/ LDM, kelompok tani
pengguna jasa sarana alat mesin pasca panen untuk bekerjasama
dengan bengkel pengrajin setempat.
3) Mengadakan pelatihan, penyuluhan/ bimbingan teknis dan
manajemen serta pertemuan konsultasi dengan kelompok UPJA/
LDM, petani/ kelompok tani pengguna jasa sarana alat mesin
pasca panen dan bengkel/ pengrajin menyangkut aspek teknis,
sosial dan ekonomis.
4) Menyampaikan dan menjelaskan petunjuk praktis yang telah dibuat
oleh Dinas Pertanian Propinsi kepada UPJA/ LDM, petani/
kelompoktani pengguna jasa sarana alat mesin pasca panen dan
bengkel.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 29
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

5) Memantau dan melakukan supervisi terhadap kegiatan UPJA/ LDM


dan petani/ kelompokt ani pengguna jasa sarana alsin pengolahan
serta mengajak bekerjasama dengan bengkel/ pengrajin di
wilayahnya
6) Mengambil langkah konkrit dalam penanganan permasalahan
UPJA/ LDM di wilayahnya berdasarkan atas hasil temuan supervisi
dan atau saran dari pihak lain
7) Menjalin kerjasama dengan instansi terkait di wilayahnya untuk
mencari peluang usaha pada UPJA/ LDM.
8) Melaporkan perkembangan pendayagunaan dan pengembangan
alat mesin pasca panen di suatu wilayah/ daerah.

Pembinaan terhadap UPJA/ LDM dilakukan untuk meningkatkan


pengetahuan, keterampilan dan sikap positif terhadap pengembangan UPJA/
LDM. Sasarannya dilakukan secara terpadu terhadap aparatur (penyuluh dan
petugas), petani/ kelompok tani, pengelola UPJA/ LDM (manajer dan operator),
serta pengusaha alat mesin pasca panen dan suku cadang (bengkel, pengrajin,
dealer, produsen).

Materi pembinaan (khusus di tingkat lapangan), dititik beratkan pada :


a. Materi teknis yang meliputi teknis pengoperasian alat mesin pasca panen,
perbaikan kerusakan, perawatan/ pemeliharaan dan sebagainya
b. Materi manajemen meliputi antara lain perencanaan usaha,
pengorganisasian usaha, koordinasi, pengendalian usaha dan sebagainya
c. Materi bisnis meliputi antara lain perhitungan ekonomi usaha jasa alat
mesin pasca panen, promosi, kerjasama kemitraan usaha, pembukuan
sederhana, pelaporan secara berkala dan sebagainya

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 30
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

VII. PENUTUP

Pengembangan UPJA/ LDM akan dapat memberikan hasil yang sesuai


dengan yang diharapkan bila dikelola dengan prinsip bisnis yang sehat, melalui
pertimbangan yang cermat dengan memperhatikan kelayakan teknis, sosial, dan
ekonomis, sehingga pengembangan UPJA/ LDM akan tumbuh dan berkembang
secara profesional dan mandiri. Pengembangan UPJA/ LDM ini diharapkan
mampu memberikan andil dalam menumbuhkembangkan lembaga ekonomi di
daerah dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani beserta keluarganya.

Informasi lebih lanjut hubungi :

Subdit Pasca Panen Tanaman Pangan


Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian, Departemen Pertanian
Alamat : Kanpus Departemen Pertanian, Gedung D, Lantai 3
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan (12550)
Telpon/ Fax : (021) 78833938, 7816382.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 31

You might also like