You are on page 1of 13

LANDASAN PSIKOLOGI

PENDIDIKAN KECERDASAN
MORAL (MQ) DAN KECERDASAN
SPIRITUAL (SQ)
Friday, January 30, 2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak zaman pencerahan (renaissance). Ilmu pengetahuan sangat diagungkan


sebagai lambang kemajuan peradaban, inteligensi naik daun dan dianggap sebagai
prediktor utama kesuksesan dalam hidup. Seseorang dianggap cerdas jika memiliki
intelligence quotient (IQ) yang tinggi

Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan, memegang peranan penting dalam
mengembangkan kecerdasan intelektual tersebut, kurikulum sebagai perangkat
pengajaran sangat memfokuskan pada peningkatan kecerdasan ini. Kecerdasan lain
seperti kecerdasan emosi (EQ), kecerdasan moral (MQ), kecerdasan spiritual (SQ) kurang
diperhatikan bahkan hanya sebagai pelengkap. Sebagai contoh, pelajaran matematika,
fisika ( ilmu pengetahuan sain), biologi, bahasa Inggris diberikan 4 – 5 kali jam pelajaran
dalam seminggu sedangkan pelajaran agama, moral hanya 2.

Hasilnya, terjadilah ketimpangan kepribadian : cerdas, pintar dalam sain dan


teknologi namun buta dalam perkara ibadah kepada Tuhan, hubungan dengan manusia
dan lingkungan. Penemuan- penemuan bukannya menjadi alat untuk mensejahterakan
umat manusia namun sebaliknya menjadi perusak bahkan pemusnah. Ini hanyalah salah
satu akibat dari pengahambaan pada peningkatan IQ.

“Bila IQ yang berkuasa, ini karena kita membiarkannya berbuat demikian.


Dan bila kita membiarkannya berkuasa, kita telah memiliki penguasa yang
buruk”. ( Robert Stenberg).

Manusia adalah makhluk dua dimensi yang memerlukan penyelarasan jasmani


dan ruhani, otak dan hati.

“Engkau berpikir tentang dirimu sebagai seonggok materi semata, padahal


di dalam dirimu tersimpan kekuatan tak terbatas”
Ali bin Abi Thalib

Tuhan tidak hanya menganugerahkan otak pada manusia, namun juga emosi, dan
batin. Kecerdasan Otak (IQ) berperan sebatas syarat minimal meraih keberhasilan, namun
kecerdasan emosilah (EQ) yang sesungguhnya menghantarkan seseorang menuju puncak
prestasi . Fakta membuktikan seorang Andrie Wongso yang pendidikan hanya sekolah
dasar itupun tidak lulus, mampu meraih sukses dengan menjadi seorang motivator yang
mampu mempengaruhi emosi dan mengubah tingkah laku banyak orang. Sangat ironis
dengan seseorang yang berpendidikan tinggi namun tidak bisa memberi kebaikan pada
orang lain justru yamg terjadi adalah ketidakadilan, kerusakan dan lain-lain. di sinilah
kecerdasan emosi (EQ) membuktikan keberadaannya dan peranannya.

Namun, ketika seseorang dengan kemampuan IQ adan EQ yang cemerlang


berhasil meraih kesuksesan, seringkali ia merasa kosong dan hampa dalam batin (hati).
Hal ini terjadi karena tidak adanya spirit dari dalam diri yang memperkuat vitalitas hidup
dan ini bisa membuat seseorang terjerumus pada hal-hal yang negatif. Di sinilah perlunya
kecerdasan spiritual (SQ).

Pendidikan yang semata-mata hanya menekankan pada otak, dengan sendirinya


menjadi bumerang bagi kita : siswa,orang tua, pendidik dan masyarakat, Bukan hal yang
baru lagi ketika kita mendengar perkelahian pelajar, kekerasan, bahkan pembunuhan
yang dilakukan oleh anak-anak, remaja. Sungguh menyedihkan !! Ini terjadi karena kita
melewatkan sisi moral dalam kehidupan anak-anak didik kita. Pelajaran moral
dikesampingkan, hanya sebatas hapalan, teori, tidak memberikan dampak kebajikan
moral. Satu lagi yang hilang dari pendidikan dan hidup kita : Kecerdasan Moral (MQ).
Kecerdasan Moral dan Kecerdasan Spiritual, dua hal ini yang akan kita bahas.

BAB II

PEMBAHASAN

A.1.Pengertian Kecerdasan Moral (MQ)

“Kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah:
artinya, memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan
tersebut” Michele Borba

Kecerdasan yang sangat penting ini mencakup karakter utama seperti kemampuan
memahami penderitaan orang lain dan tidak bertindak jahat; mampu mengendalikan
dorongan dan menunda pemuasan; mendengarkan dari berbagai pihak sebelum memberi
penilaian; menerima dan menghargai perbedaan; bisa memahami pilihan yang tidak etis;
dapat berempati; memperjuangkan keadilan dan menunjukan kasih sayang dan rasa
hormat terhadap orang lain.

Ada krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam masyarakat kita saat ini dan
melibatkan milik kita yang paling berharga yaitu anak-anak kita. Semua orang sepakat
kita menghadapi persoalan; para pembuat kebijakan, dokter, pemuka agama, pengusaha,
pendidik, orang tua, dan masyarakat umum, semuanya mensuarakan kekhawatiran yang
sama. Kita memang harus khawatir. Setiap hari berita-berita berisi tragedi yang
mengejutkan dan statistik mengenai anak-anak membuat kita tercengang, khawatir, dan
berusaha mencari jawaban atas persoalan tersebut. Tak terhitung kasus-kasus kejahatan,
kekerasan, dan tindak kriminal lain yang pelakunya adalah anak-anak.

Demikianlah yang terjadi, anak-anak semakin tenggelam dalam persoalan yang


serius karena mereka tidak pernah mempelajari kecerdasan moral. Penyebab merosotnya
moralitas sangatlah kompleks, dapat disimpulkan ada dua faktor. Pertama, sejumlah
faktor sosial kritis yang membentuk karakter bermoral secara perlahan mulai runtuh,
yaitu pengawasan orang tua, teladan perilaku bermoral, pendidikan spiritual dan agama,
hubungan akrab dengan orang dewasa, sekolah khusus, norma-norma sosial yang jelas,
dukungan masyarakat, stabilitas dan pola asuh yang benar. Kedua, anak-anak secara
terus-menerus menerima masukan dari luar yang bertentangan dengan norma-norma yang
kita sedang tumbuhkan.

Tantangan semakin besar karena pengaruh buruk tersebut muncul dari berbagai
sumber yang mudah didapat. Televisi, film, video, permainan, musik pop, dan iklan
memberikan pengaruh terburuk bagi moral mereka karena mensodorkan sinisme,
pelecehan, materialisme, seks bebas, kekasaran, dan pengagungan kekerasan, ditambah
lagi dengan dunia internet yang memudahkan anak-anak mengakses hal-hal negatif
seperti pornografi, penyiksaan dll.

Membangun kecerdasan moral sangat penting dilakukan agar suara hati anak bisa
membedakan yang benar dan mana yang salah, sehingga mereka dapat menangkis
pengaruh buruk dari luar. Kecerdasan moral dapat dipelajari dan kita bisa mulai
mengajarkannya sejak balita, sekolah juga tidak boleh lepas dari peran ini. Karena,
seorang anak yang sudah duduk di bangku sekolah, akan menghabiskan sebagian dari
waktunya di sekolah, berinteraksi dengan guru –guru yang berperan sebagai pengajar dan
pendidik dan teman-teman yang dapat memberikan pengaruh positif dan juga negatif.

Michele Borba dalam bukunya Membangun Kecerdasan Moral menguraikan


cara-cara membanguan kecerdasan moral sejak usia dini dan tentunya juga berguna jika
diterapkan disekolah. Kecerdasan Moral terbangun dari tujuh kebajikan utama yaitu:

1. Empati, merupakan inti emosi moral yang dapat membantu anak memahami
perasaan orang lain. Kebajikan ini membuat anak menjadi peka terhadap
kebutuhan dan perasaan orang lain, dan mendorongnya menolong orang yang
memerlukan bantuan, serta memperlakukan orang dengan kasih sayang.

2. Hati Nurani adalah suara hati yang membantu anak memilih jalan yang benar
serta tetap berada di jalur yang bermoral; membuat dirinya merasa bersalah ketika
menyimpang. Kebijakan ini merupakan fondasi bagi sifat jujur, tanggung jawab,
dan integritas diri yang tinggi.
3. Kontrol Diri, membantu anak menahan dorongan dari dalam dirinya dan berpikir
sebelum bertindak, sehingga ia melakukan hal yang benar. Kebajikan ini
membuat anak menjadi mandiri.Sifat ini akan membangkitkan sifat murah dan
baik hati dan tidak egois.

4. Rasa Hormat, mendorong bersikap baik dan menghormati orang lain, sehingga
mencegah anak berbuat jahat, tidak adil, bertindak kasar dan bersikap memusuhi,
dan juga anak akan memperhatikan hak-hak serta perasaan orang lain.

5. Kebaikan Hati membantu anak mampu menunjukan kepedulian terhadap


kesejahteraan dan perasaan orang lain. kebajikan ini menjadikan anak lebih belas
kasih dan tidak hanya memikirkan diri sendiri.

6. Toleransi membuat anak mampu menghargai perbedaan kualitas dalam diri orang
lain, terbuka terhadap pandangan dan keyakinan baru dan menghargai tanpa
membedakan suku, gender, penampilan, budaya ,dll.

7. Keadilan menuntun anak agar memperlakukan orang lain dengan baik, tidak
memihak serta adil.

A.2. Moral dari perspektif agama

Moral secara bahasa bermakna tingkah laku, kebiasaan, sedangkan dalam bahasa
agama, dalam hal ini Islam, Moral sama dengan Akhlak.

Secara bahasa, akhlak berasal dari kata al-khuluq yang berarti kebiasaan (as-
sajiyah) dan tabiat (at-thab’u).Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah sifat-sifat yang
diperintahkan Allah kepada seorang muslim untuk dilaksanakan ketika ia melakukan
aktivitasnya. Sifat-sifat akhlak ini tampak pada diri seorang muslim tatkala ia
melaksanakan berbagai aktivitas seperti ibadah, mu’amalah dan lain sebagainya.

Akhlak merupakan bagian dari syariat Islam, yakni bagian dari perintah dan
larangan Allah yang berhubungan dengan sifat-sifat seperti :

1. Jujur

pkš‰r'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$


$# (#qçRqä.ur yìtB šúüÏ%ω»¢Á9$# ÇÊÊÒÈ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar. (QS At Taubah:119) .

2. Sabar
yg•ƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#rçŽÉ9ô¹$#$
(#rã�Î/$|¹ur (#qäÜÎ/#u‘ur (#qà)¨?$#ur ©!$#
öNä3ª=yès9 šcqßsÎ=øÿè? ÇËÉÉÈ

Hai orang-orang yang beriman bersabarlah kalian dan teguhkanlah kesabaran


kalian.(QS.’Ali Imran:200)

3. Lemah lembut

yJÎ6sù 7pyJômu‘ z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |$


MYä. $ˆàsù xá‹Î=xî É=ù=s)ø9$# (#q‘ÒxÿR]w ô`ÏB
y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã ö�ÏÿøótGó™$#ur
öNçlm; öNèdö‘Ír$x©ur ’Îû Í�öDF{$# ( #sŒÎ*sù |
MøBz•tã ö@©.uqtGsù ’n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$#
�=Ïtä† tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ

Karena rahmat dari Allah, engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka,
sekiranya engkau berlaku keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekitarmu. (QS.’Ali Imran:159)

4. Mengutamakan orang lain untuk memperoleh kebaikan.

tûïÏ%©!$#ur râä§qt7s? u‘#¤$!$# z`»yJƒM}$#ur `ÏB


ö/ʼnÏ=ö7s% tbq™7Ïtä† ô`tB t�y_$yd öNÍköŽs9Î)
Ÿwur tbr߉Ågs† ’Îû öNÏdÍ‘r߉߹ Zpy_%tn !$£JÏiB
(#qè?ré& šcrã�ÏO÷sãƒur #’n?tã öNÍkŦàÿRr&
öqs9ur tb%x. öNÍkÍ5 ×p|¹$|Áyz 4 `tBur s-qム£xä©
¾ÏmÅ¡øÿtR š�Í´¯»s9'ré'sù ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$#
ÇÒÈ

Mereka mengutamakan (orang Muhajirin) atas (kepentingan mereka walaupun


mereka dalam kesusahan.(QS.Al Hasyir:9)

5. Khusyu dalam sholat.

ô‰s% yxn=øùr& tbqãZÏB÷sßJø9$# ÇÊÈ tûïÏ%©!$#


öNèd ’Îû öNÍkÍEŸx|¹ tbqãèϱ»yz ÇËÈ

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang mukmin, yakni orang-orang yang khusyu’


di dalam sholatnya. (QS.Al Mukminun:1-2)

6. Adil
bÎ) ©!$# öNä.ã�ãBù'tƒ br& (#r–Šxsè?¨ *
ÏM»uZ»tBF{$# #’n<Î) $ygÎ=÷dr& #sŒÎ)ur
OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAô
‰yèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# $KÏèÏR /ä3ÝàÏètƒ ÿ¾ÏmÎ/ 3
¨bÎ) ©!$# tb%x. $Jè‹Ïÿxœ #ZŽ�ÅÁt/ ÇÎÑÈ

Apabila kalian menghukum di tengah-tengah manusia maka hendaklah kalian


menghukum dengan adil. (QS.An Nisa:58)

7. Kasih Sayang

OèO tb%x. z`ÏB tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#öq|¹#uqs?ur¢


ÎŽö9¢Á9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur ÏpuHxqö�uKø9$$Î/ ÇÊÐÈ

Dan dia termasuk orang-oarng yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar
dan saling berpesan untuk berkasih saying. (QS.Al Balad:17)

8. menjauhkan diri dar hal-hal yang buruk misal menghasud, berdusta.

ÏBur Ìh�x© >‰Å™%tn #sŒÎ) y‰|¡ym ÇÎÈ`

Dari kejahatan orang yang menghasud (QS.Al Falaq:5)

Sifat –sifat ini hanyalah sedikit contoh dari akhlak/moral yang ada dalam Islam.

Kekhususan –kekhususan akhlak dalam Islam:

1. Akhlak Islam tidak mungkin dipisahkan dari hukum-hukum syariat lainnya seperti
ibadah, muamalah, artinya terikat dengan perintah-perintah dan larangan-larangan
Allah lainnya.

2. Akhlak Islam tidak tunduk pada keuntungan materi artinya sifat akhlak Islam
kadang membawa pada kemudlaratan dan kadang mendatangkan
manfaat.Misalnya, berkata jujur di depan penguasa zhalim akan menanggung
siksa. Rasulullah saw. bersabda:

Pemuka para syuhada adalah Hamzah dan seseorang yang berdiri di


hadapan penguasa yang zhalim dan menasehatinya, kemudian penguasa itu
membunuhnya.

3. Akhlak Islam selaras dengan fitrah manusia, misalnya memuliakan tamu. Selaras
dengan naluri mempertahankan diri , misalnya membantu orang yang sedang
membutuhkan. Selaras juga dengan naluri untuk melestarikan keturunan,
misalnya kasih sayang dan berbuat kebajikan.
Islam adalah agama yang paripurna, Islam mengatur setiap sisi kehidupan
manusia tidak terkecuali akhlak. Akhlak kepada:

1. Orang tua

uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒy‰Ï9ºuqÎ/$


çm÷Fn=uHxq ¼çm•Bé& $·Z÷dur 4’n?tã 9`÷dur
¼çmè=»|ÁÏùur ’Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& ö�à6ô©$# ’Í<
y7÷ƒy‰Ï9ºuqÎ9ur ¥’n<Î) çŽ�ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ

Dan Kami telah perintahkan kepada manusia(untuk berbuat baik) terhadap kedua
orang tuanya. Ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah
bertambah lemah serta menyapihnya selama 2 tahun. Maka bersyukurlah
kepada-Ku dan kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kembalimu.
(QS.Luqman:14)

2. Manusia

Ÿwur Ä·ôJs? ’Îû ÇÚö‘F{$# $·mt�tB ( y7¨RÎ) `s9 s-


Ì�øƒrB uÚö‘F{$# Æs9ur x÷è=ö6s? tA$t6Ågø:$#
ZwqèÛ ÇÌÐÈ

Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karea
sesungguhnya kamu tidak akan dapat menebus bumi ini dan juga sekali-kali
kamu tidak akan mencapai tingginya gunung.(QS.Al Isra:37)

3. Makhluk yang lain.

ÏBur ÏNºt�yJrO È@‹Ï‚¨Z9$# É=»uZôãF{$#ur`


tbrä‹Ï‚Gs? çm÷ZÏB #\�x6y™ $»%ø—Í‘ur $·Z|¡ym 3
¨bÎ) ’Îû y7Ï9ºsŒ ZptƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbqè=É)÷ètƒ
ÇÏÐÈ

Dari buah kurma dan anggur kamu buat miniman yang memabukkan serta rizki yang
baik. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda(kebesaran
Allah) bagi orang yang memikirkannya.(QS.An Nalh:67)

B.1. Pengertian Kecerdasan Spiritual (SQ)

Spiritual diambil kata spiritus yang artinya sesuatu yang bisa memperkuat
vitalitas hidup kita. Spiritual atau spiritus itu menurut teori dasarnya memang berbeda
dengan agama. Spiritus adalah bawaan manusia dari lahir, sedangkan agama adalah
sesuatu yang datangnya dari luar diri kita. Agama memiliki seperangkat ajaran yang
dimasukan ke dalam tubuh kita. Ajaran agama, sejauh itu diserap dari kulit sampai isi
maka akan meningkatkan spiritual kita.

Kecerdasan spiritual merupakan penemuan terkini secara ilmiah yang pertama


kali digagas melalui riset yang sangat komprehensif oleh Danah Zohar (Harvard
University)dan Ian Marshall (Oxford University). Beberapa pembuktian ilmiah tentang
kecerdasan spiritual dipaparkan Zohar dan Marsahall dalam Spiritual Quotient, The
Ulitimate Intelligence (puncak kecerdasan).

Pada tahun 1997 ahli saraf VS Ramachandran dan timnya dari California
University menemukan eksistensi God Spot (Titik Tuhan) dalam otak manusia yang
terbangun sebagai pusat spiritual yang terletak di bagian depan otak.

Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai


kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value (nilai), yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya ,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan yang lain.

B.2.Kecerdasan Spiritual dari perspektif agama Islam

Firman Allah :

óOn=sùr& (#rçŽ�Å¡o„ ’Îû ÇÚö‘F{$# tbqä3tGsù öNçlm;


Ò>qè=è% tbqè=É)÷ètƒ !$pkÍ5 ÷rr& ×b#sŒ#uä
tbqãèyJó¡o„ $pkÍ5 ( $pk¨XÎ*sù Ÿw ‘yJ÷ès? ã�»|Áö/F{$#
`Å3»s9ur ‘yJ÷ès? Ü>qè=à)ø9$# ÓÉL©9$# ’Îû Í‘rß
‰�Á9$# ÇÍÏÈ

“Tiadakah mereka mengembara di muka bumi, sehingga mereka mempunyai hati


yang dengan itu mereka mengerti, dan mempunyai telinga yang dengan itu mereka
mendengar? Sungguh, bukanlah matanya yang buta, tetapi yang buta ialah hatinya,
yang ada dalam (rongga) dadanya”. (QS. Al Hajj :46)

Menurut Ary Ginanjar Agustian dalam bukunya yang berjudul Emotional


Spiritual Quotient Suara hati yang terletak pada God Spot yang menjadi landasan
kacerdasan spiritual (SQ)..

Suara hati adalah suara yang cocok dengan sifat-sifat Tuhan (Allah) yang terdapat
dalam Asmaul Husna seperti Maha Penolong, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha
Melindungi. berikut sebuah contoh yang menunjukan bahwa salah satu sifat Allah
ditiupkan dalam hati manusia.

Menurut Robert K Cooper PhD, “Hati mengaktifkan nilai-nilai kita yang


terdalam, mengubahnya dari sesuatu yang kita pikir menjadi yang kita jalani. Hati
mampu mengetahui hal-hal mana yang tidak boleh, atau yang tidak dapat diketahui oleh
pikiran kita. Hati adalah sumber keberanian dan semangat, integritas serta komitmen.
Hati juga adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita untuk
melakukan pembelajaran, menciptakan kerjasama, memimpin serta melayani.”

Suatu hari kita melihat seorang teman yang sedang bersedih, kita bertanya apa
yang terjadi dengannya kemudian ia menceritakan bahwa ia sedang memerlukan uang
untuk biaya operasi anaknya. Mengetahui teman kita sedang dalam mendapat
cobaan,muncul suara kita untuk menghibur, memberi semangat, dan juga memberikan
bantuan.

Suara hati yang keluar tersebut adalah salah satu sifat Allah yang ditiupkan dalam
hati manusia. Suara hati yang sama akan dirasakan oleh manusia di seluruh dunia baik ia
orang kaya, miskin, penganut agama apapun jika ia berada dalam kondisi fitrah.
Manusia memiliki nilai yang 1 (satu) bersifat universal dan ihsan

Menurut Al Qur’an, sebelum bumi dan manusia diciptakan, ruh manusia telah
mengadakan perjanjian dengan Tuhannya.

“Bukankah Aku Tuhanmu?’ Lalu ruh menjawab: “Ya, kami bersaksi!” (QS.Al
A’raf:172). Menurut Muhammad Abduh bukti perjanjian tersebut ialah adanya fitrah
iman dalam diri manusia dan menurut Prof Dr N Dryarkara SJ hal ini juga dikuatkan
dengan adanya suara hati manusia yaitu yang mana itu adalah suara tuhan.Oleh karena
itu, jika manusia berbuat keburukan, kemungkaran, suara hati nurani akan melarang. Jika
manusia berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan nurani, ia akan menyesalinya.Menurut
Mac Scheler, penyesalan adalah tanda kembalinya seseorang kepada tuhan.

Adakalanya suara hati terbelenggu dan hati nurani menjadi buta. Ary Ginanjar
mengungkap ada 7 belenggu yang menghalangi munculnya suara hati pada God Spot
yaitu Prasangka, Prinsip hidup, Pengalaman, Kepentingan, Sudut pandang,
Pembanding, dan Fanatisme. Belenggu-belenggu ini mempengaruhi cara berpikir
sehingga membuat manusia pasif, tidak produktif, tidak kreatif, berpikir sempit, tidak
maju, tidak sinergi, tidak bahagia, dapat membawa manusia pada kesengsaraan bahkan
kehancuran. Lalu bagaimana??

Suara Hati adalah sifat-sifat Tuhan yang ditiupkan dalam diri manusia, agar suara
hati selalu muncul dan menjadi kekuatan dalam diri, harus kita ketahui maknanya,
sehingga ketika kita mengucapkannya terus menerus hal tersebut akan membangun
kekuatan pikiran bawah sadar ynag akhirnya membentuk sebuah kekuatan yang mampu
mengikis belenggu-belenggu. inilah yang disebut Repetitive Magic Power yaitu zikir
dan tasbih .Misalnya ucapan Subhanallah , dengan mengingat kesucian nama serta sifat
Tuhan setiap,akan terus membantu mengendalikan kejernihan hati, tanpa didasari latar
belakang, sudut pandang dan belenggu lain yang mengkotori kejernihan hati.
Allah berfirman : “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati
menjadi tentram.” (QS.Ar Ra’d : 28)

Dengan berzikir kita akan menjadi tenang dan memiliki harapan atas apa yang
Allah janjikan, dalam sebuah hadits Nabi bersabda :

“Barangsiapa yang membaca: “Maha Suci Allah dan aku memujiNya” dalam
seratus kali maka kesalahannya dihapus sekalipun seperti buih air laut”.

Suara hati manusia adalah kunci spiritual, dalam Islam, ia adalah pancaran sifat-
sifat Ilahi. Misalnya, keinginan diperlakukan adil, hidup sejahtera, ingin mengasihi dan
dikasihi adalah sifat-sifat Allah. Al Qur’an menyebutkan ada 99 sifat-sifat Allah yang
dikenal dengan Asmaul Husna. Ary Ginanjar menyederhanakan sifat-sifat ini atau
menjadi 7 nilai dasar dalam mengasah kecerdasan spiritual yaitu : Jujur, Tanggung
Jawab, Disiplin, Kerjasama, Adil, Visioner, Peduli.

Sifat-sifat ini harus dijadikan dasar dan nilai yang akan memberikan “ meaning”
(nilai ) bagi yang melaksanakan sehingga hidup menjadi lebih terarah dan bermakna bagi
diri sendiri dan juga orang lain.Agar sifat-sifat ini mendarah daging dalam diri, kita perlu
melatih diri,kita perlu mengasah kecerdasan spiritual kita. Sukidi, dalam bukunya yang
berjudul Kecerdasan Spiritual, Rahasia Sukses Hidup Bahagia memberikan langkah-
langkah cara mengasah kecerdasan spiritual yaitu:

1. Kenali diri sendiri. Karena orang yang sudah tidak bisa mengenal dirinya sendiri
akan mengalami krisis makna hidup maupun krisis spiritual.

2. Lakukan intropeksi diri. Dalam bahasa agama dikenal dengan ‘pertobatan’


lakukan pertanyaan pada diri sendiri. Apa saja yang kita sudah lakukan, benar
atau salah.

3. Aktifkan hati secara rutin. Dalam konteks orang beragama ini disebut mengingat
Tuhan, karena Dia adalah sumber kebenaran tertinggi dan kepada-Nya kita
kembali. Mengingat Tuhan dapat dilakukan melalui sholat, berzikir, dan lain
sebagainya yang dapat mengisi hati manusia dengan sifat-sifat Tuhan.

Setelah kita mengingat Sang Khalik, kita akan menemukan keharmonisan dan
ketenangan dalam hidup. Misalnya kita tidak akan takut rezeki kita akan hilang karena
rezeki kita sudah dijamin, namun kita justru harus takut untuk melakukan perbuatan yang
dilarang. Kita tidak akan lagi menjadi manusia yang rakus akan materi, tapi dapat
merasakan kepuasan tertinggi berupa kedamaian dalam hati dan jiwa, sehingga kita
mencapai kesseimbangan dalam hidup dan merasakan kebahagiaan spiritual.

BAB III.

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan sebelumnya, dapat kita simpulkan bahwasanya kecerdasan


intelektual (IQ) merupakan sesuatu yang penting bagi pemahaman seseorang terhadap
lingkungan, serta proses berpikir dan ia dapat dikatakan salah satu factor penentu
kesuksesan hidup seseorang. Tapi itu hanya sebatas syarat minimal meraih keberhasilan,
kecerdasan emosilah yang sesungguhnya mengantarkan seseorang menuju puncak
prestasi.

Memang IQ dan EQ adalah dua kecerdasan yang diperlukan untuk penyelarasan,


penyelesaian masalah kebutuhan seseorang yang bersifat materi (jasmani), namun lebih
dari itu manusia juga memerlukan konsep kecerdasan tinggi ynag mampu memenuhi
keselarasan ruhaninya, kecerdasan itu tidak lain adalah kecerdasan spiritual (SQ) yang
bersumber dari suara hati.

Kecerdasan ini tidak hanya mencakup hubungan vertikal yaitu hubungan manusia
dengan Tuhannnya, tetapi juga hubungan horizontal yaitu bagaimana perilaku atau nilai-
nilai yang dianut dalam interaksinya dengan sesama manusia ataupun dengan makhluk
lainnya. Inilah yang dinamakan kecerdasan moral (MQ). Kecerdasan moral menjadikan
hidup manusia memiliki tujuan.

Jika kita tarik benang merah, kecerdasan-kecerdasan tersebut diatas memiliki


keterkaitan satu dengan yang lain. Kecerdasan Intelektual yaitu tingkat berpikir yang
diperlukan dalam proses pemahaman seseorang terhadap diri sendiri dan lingkungan yang
akan membawanya kepada persoalan spiritual misalnya asal dan tujuan hidup, jadi
kecerdasan intelektual berpengaruh pada kecerdasan spiritual. Melalui pengenalan diri
yang dalam, maka pengenalan terhadap orang lain dan lingkungan juga semakin baik, hal
ini menimbulkan kepedulian terhadap sesama dan persoalan hidup yang dihadapi
bersama, disinilah letak kecerdasan emosi. Lalu bagaimana dengan kecerdasan
moral??.

Kecerdasan spiritual yang merupakan kecerdasan yang berasal dari suara hati
nurani yang ada pada diri manusia diejawantahkan dalam perilaku, yang sesuai dengan
sifat-sifat Tuhan. Inilah kecerdasan moral.

Kecerdasan moral sangat erat hubungannya dengan kecerdasan spiritual,


seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang baik juga memiliki kecerdasan moral
yang baik. Mengapa demikian?? Karena kecerdasan spiritual membimbing kita untuk
mendidik hati menjadi benar. Secara vertikal, kecerdasan spiritual bisa mendidik hati kita
menjalin hubungan dekat dengan Tuhan. Jika dalam Islam ditegaskan dalam Al.Qur’an :
“Ketahuilah, dengan berzikir ke hadirat Allah, hati kalian menjadi tenang”. Maka zikir
(mengingat Allah dengan lafazh tertentu) merupakan salah satu metode kecerdasan
spiritual untuk mendidik hati menjadi tenang dan damai. Secara horizontal, kecerdasan
spiritual mendidik hati kepada budi pekerti yang baik dan moral yang beradab.
Di tengah arus demoralisasi perilaku manusia akhir-akhir ini, seperti sikap
destruktif dan masifikasi kekerasan secara kolektif, kecerdasan spiritual tidak saja efektif
untuk mengobati perilaku manusia yang destruktif tetapi juga menjadi tuntunan bagi
manusia untuk mencapai hidup secara sopan dan beradab. Rasulullah saw. bersabda :

“Sesungguhnya yang paling ku cintai di antara kalian dan (termasuk) orang


yang paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang
paling baik akhlaknya”.(Hadits Riwayat Bukhari Muslim)

Semoga dengan mengetahui dan mendalami tentang kecerdasan moral dan


kecerdasan spiritual ini, pikiran dan hati nurani kita akan lebih tercerahkan yang
membawa perubahan pada diri kita khususnya sebagai pendidik dan dunia pendidikan
pada umumnya. Amin.

B. Saran

Pendidikan yang bercorak kapitalis, akan membentuk pribadi anak didik menjadi
kepribadian yang pecah(split personality), Sudah saatnya kita benahi sistem pendidikan
kita yang hanya mengedepankan aspek intelektual, melunturkan nilai-nilai humanis.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Kariim

Agustian Ginanjar Ary. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual. The ESQ Way 165 Jakarta Agra Publishing.

Sukidi 2004. Rahasia Sukses Hidup Bahagia, KECERDASAN SPIRITUAL, Mengapa SQ


lebih penting daripada IQ dan EQ. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama.

Darmoyuwono Winarno, Dr.Ir.Msi. 2008. Rahasia Kecerdasan Spiritual.Jakarta PT.


Sangkan Paran Media

Ubaedy AN. 2007. Quantum Tahajud.Jakarta Grafindo

Sentanu Erbe. 2007. Quantum Ikhlas Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati. Jakarta Elex
Media Komputindo.

Abdullah Husain Muhammad. 2002 Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam. Bogor Pustaka
Thariqul Izzah.

Borba Michele. Ed.D 2008. MEMBANGUN KECERDASAN MORAL, Tujuh Kebajikan


Utama agar Anak Bermoral Tinggi. PT.Gramedia Pustaka Utama

Sa’id Syaikh. Kitab “Husnul Muslim” Kumpulan Do’a dan Dzikir dari Al Qur’an &
Sunnah.

You might also like