You are on page 1of 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahirnya undang-undang sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun

2003, telah memberikan angin segar dan mempertegas produk undang-undang

sebelumnya, terutama kaitannya dalam usaha pembaruan dan peningkatan mutu

pendidikan. Dalam usaha pembaruan dan peningkatan mutu pendidikan,

peningkatan mutu pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu kunci

poko, mengingat Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan di semua

jenis dan jenjang pendidikan di Indonesia. Mata pelajaran Bahasa Indonesia

adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa

Indonesia, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia, serta sebagai sarana

pengembangan bernalar dan pelatihan pemecahan masalah. (Depdikbud,1993:1).

Karakteristik kurikulum Bahasa Indonesia ini menggambarkan adanya

situasi belajar bahasa dalam latar alami. Pembelajaran bahasa yang berlatar alami

tidak dilakukan dengan pengkotak-kotak keterampilan berbahasa. Pembelajaran

seperti ini mengutamakan keutuhan, kewarisan, keterpaduan, kebermaknaan,

kerelevan, disesuaikan dengan konteks, lingkungan belajar diupayakan seperti

lingkungan anak di rumah dan menghormati dorongan setiap individu

pembelajaran (Suyono, 1995).

Berdasarkan GBPP, Pengajaran Bahasa Indonesia mencakup beberapa

aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Adapun kurikulum


2

Bahasa Indonesia pada umumnya bertujuan agar siswa Sekolah Dasar mempunyai

kemampuan dasar dalam menggunakan Bahasa Indonesia sebagai alat

komunikasi, alat pengembangan ilmu pengetahuan, mempertinggi kemampuan

berbahasa, dan sebagai alat pemersatu dari beragam suku yang ada di Indonesia

(Kurikulum 2004, Depdiknas 2003).

Dari keempat aspek pengajaran Bahasa Indonesia itu salah satunya adalah

membaca. Menurut Kurikulum Bahasa Indonesia membaca adalah melihat

memikirkan dan memahami isi dari apa yang ada dalam tulisan. Tujuan utama

pembelajaran membaca adalah guru dapat menciptakan suatu kondisi atau situasi

yang mendukung siswa untuk belajar membaca, dan semua ini dapat dilaksanakan

apabila guru dapat menrencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran yang

bisa diterima oleh siswa sehingga mendapatkan hasil yang positif.

Dalam konteks pendidikan modern, pengajaran lebih berorientasi kepada

aktivitas siswa belajar (learning activity oriented) di mana siswa berperan sebagai

subjek pengajaran, termasuk proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah

Dasar. Hal ini tentu saja menuntut dukungan fasilitas dan sumber belajar yang

memadai.

Aktivitas siswa akan berkembang apabila tersedia berbagai sumber belajar

yang relevan dan terkoordinasi. Oleh karena itu, perlu ditata dan digali berbagai

alternatif sumber belajar yang ada di sekolah, mulai dari kelas, perpustakaan

sekolah, halaman/kebun sekolah, media pembelajaran yang tersedia, serta orang-

orang yang ada di sekitarnya, dalam hal ini guru dan siswa secara keseluruhan.
3

Namun kecenderungan yang terjadi di lapangan, setelah dilakukan

pengamatan terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia, guru masih

menggunakan metode yang pasif dan tidak bervariasi, sehingga siswa tidak

termotivasi untuk aktif belajar membaca. Selain itu faktor kemampuan yang

dimiliki siswa sangatlah kurang, di antaranya keinginan untuk menggali ilmu-ilmu

dari membaca, dan kurangnya fasilitas dan buku teks yang digunakan, guru hanya

terpaku pada buku paket saja.

Literature Based Intruction yaitu pembelajaran yang bersandar pada buku

bacaan, atau dengan kata lain bacaan dijadikan landas tumpu (spring board)

pembelajaran Bahasa Indonesia. Bacaan yang bervariasi dimanfaatkan untuk

mengembangkan berbagai keterampilan berbahasa. (Rothlein, 1991:222, Wisman,

1992: Waren, 1996. dikutip dari Jurnal Pendidikan Dasar Volume : V-Nomor : 7-

April 2007, Ali Sudin). Model Literature Based Intruction yang bertumpu pada

pendekatan whole language ini berupaya mengintegrasikan berbagai keterampilan

berbahasa di kelas. Adapun komponen model ini seperti diungkapkan Rhotlein

(1991) meliputi :

a. Penjelasan guru sebagai strategi ke arah pengajaran

b. Membaca keras atau bercerita

c. Membaca dalam hati

d. Menulis berbagai pengalaman membaca (sharing)

e. Aktivitas mandiri

f. Diterapkannya model Literature Based Intruction ini menurut beberapa

penelitian membuahkan hasil yang positif.


4

Dari hasil penjajagan di lapangan, dari 28 siswa ada 4 orang yang

mendapatkan nilai 8,3 orang mendapatkan nilai 7,5,4 orang mendapatkan nilai 7,

5 orang mendapatkan nilai 6.5, 6 orang mendapatkan nilai 5,5 5 orang

mendapatkan nilai 5,0, dan 2 orang mendapatkan nilai 4,5. jadi nilai rata-rata

157 : 28 = 5,6.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis merasa tertarik untuk

melakukan suatu penelitian, yaitu dengan menggunakan Metode Penelitian

Tindakan Kelas tentang proses belajar mengajar di kelas IV SDN Sukaseneng I

dengan menggunakan penerapan model Literature Based Intruction. Dengan itu

penulis mengambil judul ”Penerapan Model Literature Based Intruction dalam

pembelajaran membaca cepat di Sekolah Dasar (PTK pada kelas IV SDN

Sukaseneng I Kecamatan Cikeusik Kabupaten Pandeglang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan dibuat dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut ”Apakah penerapan

Model Literature Based Intruction dapat meningkatkan kemampuan membaca

cepat pada siswa kelas IV?

Agar lebih jelas peneliti merumuskan langkah penelitiannya dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana pendekatan model Literature Base Intruction dapat

meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa ?


5

2. Sejauh mana penggunaan model Literature Based Intruction dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam membaca cepat ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Ingin meningkatkan kemampuan membaca cepat dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV Sekolah Dasar dengan

menggunakan model Literature Based Intruction.

2. Tujuan Khusus

a. Ingin membantu siswa mengatasi dalam membaca cepat

sebuah teks bacaan pada proses membaca cepat dengan

menggunakan model Literature Based Intruction.

b. Ingin meningkatkan hasil kecepatan membaca siswa dalam

membaca cepat dengan menggunakan model Literature Based

Intruction.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti

a. Untuk menambah wawasan tentang metode penelitian

b. Memberikan pengalaman, pengetahuan dan pemahaman

baru terhadap pembelajaran tentang membaca cepat.


6

2. Manfaat Bagi Guru

a. Memiliki keterampilan dalam mengajar tentang membaca

cepat dengan menggunakan model Literature Based Intruction

b. Menambah wawasan tentang membaca cepat dan dapat

mengejarkannya pada saat KBM

3. Manfaat Bagi Siswa

a. Meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa

b. Menambah wawasan siswa tentang membaca cepat.

E. Definisi Operasional

1. Penerapan Model Literature Based Intruction

Penerapan Model Literature Based Intruction yaitu pembelajaran yang

bersandar pada buku bacaan, atau dengan kata lain bacaan dijadikan

landas tumpu (spring board) pembelajaran Bahasa Indonesia. Bacaan

yang bervariasi dimanfaatkan untuk mengembangkan berbagai

keterampilan berbahasa. (Rothlein, 1991:222, Wisman, 1992:Waren,

1996, dikutip dari Jurnal Pendidikan Dasar Volume : V-Nomor : 7-

April 2007, Ali Sudin).

2. Membaca Cepat

Membaca cepat adalah melatih mata pada saat membaca, sehingga

dapat membaca suatu pengumuman, pemberitahuan, berita dan tulisan-

tulisan lain dalam waktu yang cepat. (Depdikbud, 1994:9).


7

Adapun menurut Soedarso (1994:XIV) pada hakikatnya membaca

cepat itu adalah keterampilan memilih isi bahan yang harus dibaca

sesuai dengan tujuan kita, yang ada relevansinya dengan kita, tanpa

membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang

tidak kita perlukan.

You might also like