Professional Documents
Culture Documents
Adapun kewajiban bersama antara suami isteri adalah saling bergaul dengan
baik. Hal ini merupakan perpaduan antara kewajiban isteri menyenangkan suami dan
suami mempergauli isteri.
Tentang kewajiban isteri suami, Ibnu Qudamah tidak menyebutkan secaara
tegas. Karena isteri berhak mendapatkan nafkah daaari suami dengan syarat isteri siap
(rela dan siap fisik) untuk berhubungan ( ) dengan suami. Bahkan disebutkan
lebiih tegas lagi, ada atau tidaknya nafkah baagi isteri tergantung pada ada atau
tidaknya hubungan ( ).
dan hambanya”. Hanya saja makruh hukumnya melihat kemaluan pasangan, berdasar
hadits Nabi (
), yang tidak pernah melihat kemaluan ‘Aishah.
1. Suami wajib membayar mahar, dasarnya hadits Nabi yang menyuruh suami
membayar mahar kepada isterinya kalau sudah menyentuh. Artinya, belum wajib
membayar mahar sebelum melakukan hubungan ( ). Sehingga tidak harus
membayar mahar pada saat transaksi (aqad). Kalau fasakh terjadi sebelum
menyentuh (dukhul) maka suami tidak wajib membayar mahar.
2. Suami wajib membayar (memenuhi) nafkah isteri. Berdasar al Qur-an, sunnah
Nabi dan Ijma’. Dasar al Qur-annya adalah at Talaq (65) : 7
..…………
“hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya….”
QS. 65:7
Adapun dasar haditsnya adalah hadits Nabi yang memang menyuruh agar suami
membayar nafkah (sandang pangan) dan menyediakan tempat tinggal. Sedang
dasar ijma’nya adalah bahwa seluruh ilmuan, diklaim oleh Ibnu Qudamah sepakat
tentang wajibnya suami menafkahi isterinya, dengan syarat sudah dewasa
(balighah) dan tidak durhaka (nushuz).
3. Seorang isteri berhak mendapatkan nafkah dengan syarat, pertama, wanita
tersebut sudah dewasa dan siap melakukan hubungan seksual dengan suaminya.
Kedua, si wanita menyerahkan diri sepenuhnya kepada suaminya (fisik siap
meladeni suami) dan ketiga, isteri tidak durhaka (nushuz) kepada suami.
Dalil yang secara khusus menunjukkan kewajiban menyediakan tempat tinggal
isteri adalah surat at Talaq (65): 6.
1. Isteri wajib patuh kepada suami. Secara tegas Ibnu Qudamah tidak
menyebutkan tentang wajibnya isteri patuh kepada suami. Tetapi Ibnu Qudamah
menyebutkan kriteria isteri yang baik, dan salah satunya adalah patuh kepada
suami. Karena itu dengan mencatathadits ini barang kali Ibnu Qudamah ingin
menyebutkan kewajiban yang dimaksud. Asumsi ini diperkuat dengan pandangan
Ibnu Qudamah, bahwa isteri yang ingin bepergian, pindah tempat tinggal,
melakukan tidakan selain tindakan kewajiban pokok syari’ah, harus mendapat izin
terlebih dahulu dari suami. Yang dimaksud dengan pokok syari’ah barang kali
adalah kewajiban –kewajiban yang tidak bisa ditunda, seperti puasa qodho’
2. Isteri wajib menjaga diri dan harta suami. Kewajiban ini sama dengan asumsi
kewajiban patuh dan menyenangkan suami, yakni didasarkan pada pencatatan
hadits kriteria isteri yang baik, diantaranya adalah menjaga diri dan harta suami
ketika suami tidak berada di rumah.
7
B. Analisis Dalam Madzhab Hanbaliyah
Dari penjelasan di atas dapat kita ambil beberapa kesimpulan sebagai analisis
terhadap pendapat Hanbaliyah tentang hak dan kewajiban suami isteri.
1. Dalam penjelasan di atas tidak disinggung sama sekali tentang tujuan
pernikahan untuk memperoleh keturunan (reproduksi) padahal di dalam al Qur-an
disebutkan
( N
: M )
“ Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan dai isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rizki dai yang baik-baik”
Sehingga mungkin timbul pertanyaan, jika anak dari pasangan suami isteri tersebut
lahir, maka siapa yang berhak dan berkewajiban untuk mengurusi anak dalam
konteks hak dan kewajiban suami dan isteri.
Di samping itu dalam prinsip pekawinan disebutkan keadilan, artinya dalam
kelluarga harus diciptakan suasana adanya keseimbangan antara hak dan
kewajiban. Jangan sampai terjadi menuntut dan lupa kewajiban. Demikian juga
dengan prinsip ini, suami isteri harus memberikan kesempatan yang sama bagi
anak-anak baik untuk penerapan pendidikan, mengembangkan diri maupun dalam
masyarakat.
Dan anak merupakan amanat yang diberikan Allah agar manusia yang harus dijaga
dan dirawat serta dididik.
=
2. Dalam kewajiban suami untuk menafkahi isteri, isteri akan mendapatkan
haknya (nafkah) jika suami sudah menyentuhnya dengan syarat isteri siap (rela
dan siap fisik) untuk berhubungan dengan suami. Lebih tegas lagi, ada atau
tidaknya nafkah bagi isteri tergantung pada ada atau tidaknya hubungan. Di sini
ada pemahaman sekilas yang bisa diambil, bahwa suami tidak berkewajiban untuk
menafkahi isteri jika belum menyentuhnya (melakukan hubungan).
Kemudian hak suami dan kewajiban isteri. Isteri harus patuh terhadap suami,
wajib menjaga diri dan harta suami. Dalam memanfaatkan nafkah yang diberikan
suami, isteri harus memperhatikan akibat yang tidak mengurangi kemampuan
untuk meladeni suami bersenang-senang.
Dari masing-masing hak dan kewajiban di atas ada ketidakseimbangan
(diskriminasi) antara suami dan isteri. Hak yang dimiliki oleh suami lebih bersifat
pelayanan dari isteri untuk menyenangkan suami. Sedangkan hak yang dimiliki
oleh isteri juga mengarah kepada hak suami untuk mendapatkan pelayanan dari
isteri.
C. Solusi Alternatif
1. Suami dan isteri hendaknya mempunyai asumsi bahwa anak adalah
tanggung jawab yang harus mereka pelihara dan didik. Sehingga tujuan
dari pernikahan untuk memperoleh keturunan dapat tercapai dan anak
dapat menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya.
2. Antara suami dan isteri tidak memandang tentang ada atau tidaknya
diskriminasi dalam pembagian hak dan kewajiban di antara mereka,
menciptakan rasa saling membutuhkan, agar tercapai sebuah keluarga yang
sakinah mawaddah warahmah.
Dikutip dari :
Nasution, Khoiruddin,DR., Hak dan Kewajiban Suami Isteri, JURNAL PENELITIAN AGAMA, Vol.
XI, no. 3, September – Desember 2002